PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
(Studi Kasus Pada SLTPN di Kecamatan Subang Kabupaten Subang)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian
Syarat memperoleh Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
yBm^SI
INA WiARLINA
NltVl.0u9f61
PROGRAM PASCASARJANA
UNIPERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
HDJSETUJUl -DANTF1SAHKAN
PEMBIMB1NG I
/
I/[j^y^jLj^y
^ProtPRM E NGKQSWARA.IVl£D
PEMBIMBING II
Diketahui:
KETUA PROGRAMSTUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM RASCAS ARJANA
UNIVERSITAS PE> DIDIKAN INDONESIA
ABSTRAK
Ina Martina, Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan (Studi Kasus Pada
SLTPN
di
kecamatan
Subang
Kabupaten SubangTujuan Penelitian ini adalah
untuk meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) kepal sekolah sebagai unsur pimpinan dalampenyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Permasalahan penelitian ini
adalah
"bagaimana
peranan
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui konsep manajemen berbasissekolah (MBS) ?
Dalam Penelitian ini
menggnakan metode kulaitatif
dengan subjek penelitian adalak
kepal sekolah dan guru yang ada
dikecamatan subang.Beberapa temuan dari hasil
penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
l)Peranan kepala sekolah sebagai manajer pendidikan 2) Peranan kepal sekolah sebagai Pendidik 3) Peranan kepala sekolah sebagai Administrator, 4) Peranan kepala sekolah sebagai Supervisor.
Upaya yang dilakukan kepal
sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan yaitu dengan (a) Pembinaan professional guru,
(b)mengaktifkan MGMP sekolah, (c)
membentuk kelompok diskusi terbimbing , da (d) Pengadaan bukupustaka.
cvo
ABSTRACT
Ina marlina, The
Leadership Role ofPrincipal in the
effort to Increase the Educational
Quality(The
Case
Study on the
State Junior Higt School in Subang
Town.Subang District.The Objective of the study is
to increase the quality of human resource of the principal as an element of leadership to administer the educational program of the statejunior high schools.
The problem of the research
is "
How does the role ofprincipal in
the effeort to increase theeducational
quality
through
the
concept of the school-basedmanagement ?
The Methtod of the research
is descriptive method with qualitative
approach with subjects of research are principal and teachers of the state junior high school in subdistrict of subang.
The findings of research can
be formulated as in the following:
l).The role of principal as amanager of education.2) The role of
principal as an educator. 3) The role
of principal as an administration
.4)The role principal as a supervisor. The effors were done by
principal in order to increase the
quality of education, i.e. by (a) doing
the establishment of the teacher
profesionality,
(b) activating the
meeting of school sub-ject matter teachers, (c) building the guided discussion group, and (d) acquisitionDAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PESETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
PERNYATAAN iv
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
UCAPAN TERIMA KASIH ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR G A M B A R xiv
BAB. I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 13
C. Tujuan Penelitian 14
D. Manfaat Penelitian 15
E. Metode Penelitian 16
F. Lokasidan sample Penelitian 17
G. Kerangka Penelitian 17
BAB.ll KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Administrasi Pendidikan 19
B. Konsep Kepemimpinan Pendidikan 24
1. Pengetian kepemimpinan 24
2.Kepemimpinan dan kepemimpinan pendidikan 26
3.Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan
28
4.Propil Kemampuan Kepala Sekolah sebagai pemimpin
Pendidikan 30
C. Konsep Manajemen Mutu Pendidikan
47
1.Total Quality Manajemen
48
-2.Faktor Penyebab Kegagalan Kualitas
50
D. Konsep^Manajemen^Serbasis sekolah Dalam Peningkatan
trtutu Pendidikan 51
F. Kesimpulan Hasil Studi Litelatur 60
BAB. Ill METODE PENELITIAN 62
A. Metodologi Penelitian 62
B. Lokasi dan Subjek Penelitian 63
C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 66
D. Pengujian Validitas Data 73
BAB.IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN 76
A. Deskripsi Hasil penelitian 76
1. Gambaran Umum 76
2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer 80
3. Kepala Sekoah SebagaiEdocator 83
4. Kepala Sekolah Sebagai Administrator 86
5. Kepala Sekolah sebagai Supervisor 95
B. Analisis Hasil Penelitian 100
1. Kepala Sekolah sebagai Manajer 100
2. Kepala sekolah sebagai Educator 101 3. Kepala Sekolah sebagai Administrator 102
4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor 103
5. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Pendidikan Melalui Konsep MBS 104
BAB.V KESIMPULAN DAN IMPLIKASl DAN
REKOMENDASI 109
A. Kesimpulan Hasil Penelitian 109
1, Kesimpulan Umum 109
2. Kesimpulan Khusus 110
B. Impikasi 113
C. Rekomendasi 115
DAFTAR TABEL
Nomor 1 : Daftar SLTPN di Kabupaten Subang 78
2 : Peranan Kepemimpinan kepala Sekolah Sebagai
Manajer Pendidikan 80
3 : Peranan Kepemimpinan kepala Sekolah Sebagai
Educator 83
4 : Peranan Kepemimpinan Kepala sekolah sebagai
administrator 86
5 : Daftar Nilai Rata-rata Hasil Ujian nasional di SLTPN
Di Kecamatan Subang 94
6 : Peranan kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai
Supervisor 96
DAFTAR GAMBAR
Hal
Nomor 1 : Kerangka Peneitian 18
2 : Wilayah Kerja Administrasi 23
3 : Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
pada Tingkat Kepemimpinan 35
4 : Model Kepemimpinan Situasional 42
5 : The Four Basic Leadership Styles 44
6 : Stuktur Organisasi Dinas Pendidikan kabupeten
BAB. I
PENDAHULUA N
A. Latar Belakang
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan
harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, hal ini telah
mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat
terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia
pendidikan.Pendidikan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan
manusia, mendewasakan ,serta merubah perilaku, serta meningkatkan
kualitas menjadi lebih baik. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah sutau.
upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh
tantangan. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 02
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 menyatakan "
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan."
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) mempunyai peranan
sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan suatu
manusia mutlak diperlukan . dalam konteks pembangunan
sumber daya
manusia, pendidikan
memiliki posisi staregis, karena
pendidikan
pada
dasarnya
meruapakan
proses
mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan
pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.Senada dengan hal tersebut diatas, bahwa pembangunan pendidikan
merupakan bagian
dari pembangunan
bangsa yang
diarahkan untuk
meningkatkan
harkat dan martabat manusia melalui peningkatan sumber
daya manusia. Lebih lanjut dikemukakan dalam GBHN 1999- 2004
dinyatakan : mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin
secara terarah, terpadu, dan menyeluruh berbagai upaya proaktif dan reaktif
oleh
seluruh komponen bangsa agar generasi muda berkembang secara
optimal dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.
Mengingat betapa pentingnya pendidikan, maka pendidikan telah
diupayakan dalam berbagai bentuk dan jenjang kependidikan, sebagaimana
dalam USPN
Nomor 02 Tahun 1989 Pasal 12 ayat (1)
yaitu jenjang
pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Dimana salah satu bentuk satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar adalah Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP).
Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan , merupakan wadah
tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan
dinamis.Dalam kegiatnnya, sekolah adalah tempat yang bukan hanya
tatanan sistem yang rumit dan sating berkaitan, oleh karena itu sekolah
dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan. Lebih
dari itu, kegiatan inti organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya
manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan berkualitas, sesuai
dengan tuntutan kebutuhna masyarakat, serta pada gilirannya lulusan
sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan
bangsa.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan , antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, pengadaan buku
dan alat pelajaran.perbaikan sarana prasarana , serta peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun berbagai indikator peningakatan mutu
pendidikan belum menunjukan peningkatan yang merata.
Ada tiga factor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan secara merata, Sebagaimana dikemukakan oleh (Drs.
Umaedi.M.Ed. 2000) Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan
nasional menggunakan
pendidikan education production
fungtion atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secarakonsekwen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi
menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa
apabiia input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan guru dan alat
peralatan, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi
maka mutu pendidikan (output) akan terjadi. Dalam kenyataannya, mutu
pendidikan tidak terjadi. Mengapa ? Karena selama ini dalam menerapkan
pendekatan educaton production fungtion terlalu memusatkan pada input
dan kurang memperhatikan pada output pendidikan.
Faktor Kedua,penyelenggaraan pendidikan nasional seraca
sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara
penddikan jangan tergantung pada putusan birokrasi yang mempunyai jalur
yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak
sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian sekolah
kehilangan kemandirian , motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan
memajukan bimbingannya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai
salah satu tujuan pendidikan nasional.
Faktor ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa
dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini kurang optimal. Partsisipasi
masyarakat selama ini bersipat dukungan input (dana), bukan pada proses
pendidikan ( pengambilan keputusan,monitoring, evaluasi dan akuntabilitas).
Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk
mempertanggung jawabkan hasil pendidikan pada masyarakat, khususnya
orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan
Dengan mencermati kondisi tersebut, maka kepala sekolah sebagai
manajer pendidikan harus mempunyai kemampuan, kemauan dan
keterampilan dalam melaksanakan fungsi manajemen pendidikan. Ada 3
(Tiga) keterampilan yang harus dimiliki oleh manajmer Pendidikan yaitu : (1)
keterampilan Konsep, (2) keterampilan untuk bekerja sama, (3) Keterampilan
Teknik untuk menggunakan pengetahuan, metode, Teknik dan perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.
Betapapun sempurnanya atau baiknya kurikulum, tersediannya
fasilitas pengajaran yang memadai, tetapi jika kepala sekolah hanya merasa
sebagai pelaksana saja, tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai
pemimpin pendidikan, maka keberhasilan peningakatan mutu pendidikan di
sekolah akan sulit terwujud.
Senada dengan hal tersebut dia atas, bahwa upaya peningkatan
mutu pendidikan melibatkan semua personil sekolah, yang dalam prosesnya
menuntut komitmen bersama terhadap mutu pendidikan di
sekolah.Tumbuhnya komitmen di kalangan personil sekolah melalui
kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Peranan penting kepala sekolah sebagaimana tertuang dalam PP
Nomor 28 tahun1990 Pasal 12 ayat (1) sebagai berikut:
"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan , administras sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya
Dalam petunjuk pelaksanaan
Kurikuium
dipaparkan
tugas dan
tanggung jawa kepala sekolah dipaparkan sebagai berikut:Kepala
Sekolah
bertugas
dan
bertanggung
jawab
terhadap
keseluruhan kegiatan sekolah. Kegiatan meliputi teknis dan administrasi
pendidikan, lintas program dan lintas sektoral dengan mendayaguankan
sumber-sumber yang ada di sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapaisecara efektif dan efisien ( Juklak Kurikuium 1994)
Sedangkan peranan kepala sekolah berdasarkan Kepmendikbud Rl
Nomor 0296/0/ 1996 yang dikenal dengan konsep kepemimpinan pendidikan
versi Depdikbud adalah : 1) Sebagai educator/pendidik 2) sebagai manajer
3).Sebagai Administrator, 4) Sebagai supervisor, 5) Sebagai Leader /
pemimpin 6) Sebagai Inovator, 7) Sebagai Motivator.
Kepemimpinan pendidikan pada hakekatnya adalah proses
menggerakan, mempengaruhi, memberi motivasi, dan mengarahkan
orang-orang di dalam organisasi dalam hal ini adalah lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah dirmuskan sebelumnya. Dalam kepemimpinan
ada tiga unsur yang terkait yaitu : (1) Orang lain yaitu pengikut atau
bawahan yang terkait, (2) Kekuasaan yang dimiliki oleh pimpinan, (3)
Pengaruh yang diberikan dalam proses kepemimpnan (Stoner 1987).
Ukuran keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya
adalah dengan mengukur kemampuannya di dalam menciptakan "Iklim
belajar mengajar ' dengan mempengaruhi, mengajak dan memotivasi
dengan baik dan benar. Sehingga upaya terciptanya iklim belajar mengajar
yang kondusif hal ini tidak terlepas dari kapasitas kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan. di sekolah. Dalam kaintannya sebagai seorang
pemimpin pendidikan diharapkan
dapat memahami hal-hal sebagaimana
dikutip oleh Abdul Aziz wahab (1996 ) yaitu :1. Seorang pemimpin yang memiliki
pengetahuan
yang luas tentang
teori pendidikan.
2. Kemampuan menganalisa situasi sekarang berdasarkan apa yang
seharusnya.
3. Mampu mengidentifikasi masalah.
4. Mampu mengkonseptuatkan arah baru untuk perubahan.
Sedangkan peranan kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan seperti yang disarankan oleh
Sellis (1994) antara lain :
1. Mempunyai visi atau daya pandang yang jauh dan mendalam dalam
tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupundirinya.
2. Mempunyai komitment yang jelas pada proses peningkatan mutu/
kualitas.
3. Mengkomunikasikan peran yang berkaitan dengan mutu.
4. Meyakinkan kebutuhan peserta didik sebagai pusat perhatian
5. Meyakinkan kepada para pelanggan(siswa, orang tua, dan
masyarakat) bahwa terdapat "channel ' cocokuntuk menyampaikan
harapan dan keinginan.
6. Pemimpin melakukan pengembangan staf.
7. menjamin stuktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab
yang jelas.
8. Mengembangkan komitment untuk mencoba menghilangkan setiap
penghalang, baik yang bersipat organisasi maupun budaya.
9. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring
dan evaluasi.
Bila dilihat dari pengelolaan sekolah, pada hakikatya meliputi kgiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau pembinaan sumber daya
yang meliputi manusia, program pendidikan atau sumber belajar, dan
fasilitas ( Engkoswara 2000;43). Ketiga kegiatan ini merupakan fungsi
pokok Administrasi Pendidikan , yang satu sama lain tidak dapat dipiahkan
dalam pegelolaan sekolah.
Beban dan tanggung jawab ketiga kegiatan tersebut berada ditangan
kepala sekolah, oleh karena itu kepala sekolah merupakan personil
penanggung jawab tertinggi terhadap pelaksanaan tugas pendidikan di
sekolah. Sebagai kepala sekolah yang mempunyai kedudukan tertingi di
sekolah , hendaknya dapat mempengaruhi guru dan personil lainnya di
bawahannya bekerja dengan giat dan penuh tanggung jawa guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien maka seluruh sumber
sumber daya pendidikan yang ada disekolah perlu dikelola dan diberdayakan
seoptiman mungkin.Sumber daya tersebut terdiri dari manusia, uang,sarana
dan prasarana serta pengelolaannya. Hal ini hanya dapat dicapai bila kepala
sekolah mempunyai kemampuan dan kemauan untuk menjalankan
fungsi-fungsi manajemen pendidikan dengan baik. Oleh karena itu kepala sekolah
hendaknya memiliki visi dan misi kelembagaan , kemampuan konseptunal,
memiliki keterampilan dan seni dalam huungan antar manusia, menguasai
aspek-aspek substantif dan teknis pekerjaannya, memiliki semangat untuk
maju, memiliki semangat untuk mengabdi serta memiliki karakter yang
diterima oleh lingkungannya (Djam'an Satori : 1999 ;5). Sejalan dengan
pendapat tersebut diatas, untuk mencapai manajemen yang propesional
difokuskan kepada manusiannya dalam hal ini manajer pendidikan.Terdapat
beberapa landasan dalam mngembangkan manajemen pendidikan
professional yaitu :
1. Manajer pendidikan harus memiliki semangat tinggi.
2. Manajer pendidikan harus mampu mewujudkan diri yang didasari
keterkaitan dan keterpaduan (relevasi) dengan tuntutan lingkungan
dan IPTEKS.
4. Manajer pendidikan yang memilki etos kerja yang tinggi.
5. Manajer pendidikan yang mempunyai kejelasan dan kepastiari
pengembangan karier.
6. Manajer pendidikan yang berjiwa professional tinggi.
7. manajer pendidikan kesejahteraan lahir batin.8. Manajer pendidikan yang mempunyai wawasan masa depan.
9. manajer pendidikan yang mampu melaksanakan fungsi
misi dan
perannya secara terpadu.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa kepemimpinan
kepaia sekolah sebagai manajer pendidikan
sangat menentukan kualitas
pendidikan dan upaya
peningkatan kualitas pendidikan merupakan tugas
yangsangatberat..
Desentralisasi
pengelolaan
pendidikan
menunjukan
adanya
pelimpahan wewenang dalam pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat
ke daerah otonom, yang menenpatkan kabupaten/kota sebagai sentra
desentralisasi. Pergeseran ini berkaitan erat dengan konsentrasi perumusankebijakan dan pengambilan keputusan. Artinya, adanya wewenang yang
diberikan kepada hierarhi lebih bawah dalam perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan merupakan ciri penting adanya desentralisasi.
Dalam pengelolaan pendidikan di sekolah, ini berarti adanya pelimpahan
wewenang kepada masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pendidikan (stakeholder pendidikan) untuk ikut serta bertanggung
manajemen berbasis sekolah, maka terkandung adanya pelimpahan
wewenang untuk perumusan kebijakan dan penetapan keputusan kepada
sekolah dan stakeholder-nya. Sehingga gagasan ini mengarah pada praktek
otonomi pengelolaan sekolah. Kepentingan utama format otonomi sekolah
adalah tampilnya kemandirian
sekolah untuk meningkatkan kinerjanya
sendiri, dengan mengakomodasi berbagai potensi sumber daya sekolah,
yang pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam
wujud mutu hasil belajar para siswa.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan pendekatan politik untuk
me-redesain dan memberikan kekuasaan
kepada sekolah untuk secara
sinergi memperbaki sekolah yang berorientasi pada peningkatan mutu.
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ,kepala sekolah dan guru
memiliki kebebasan
yang luas dalam
mengelola sekolah tanpa
mengabaikan kebijakan dan prioritas pemerintah.
Dengan adanya kewenangan di sekolah,
berarti pengelolaan dan
pelaksanaan program
kegiatan sekolah berada pada keterampilan
dan
kemampuan kepala sekolah serta sumber lain sebagai pendukung. Dilain
fihak pelaksanaan manajemen berbasis sekolah menuntut adanya kesiapan
sumber daya manusia. Kepala Sekolah hendaknya menyadari bahwa MBS
ini bukan semata-mata pemindahan wewenang ke sekolah tanpa adanya
kesiapan sumber daya manusia. Dalam hal ini
MBS akan berhasil jika
12
menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondsif untuk proses belajar
mengajar.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu factor yang
dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi.misi , tujuan dan
sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut mempunyai
kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang memadai agar mampu
mengambil inisiatif/ prakarsa untk meningkatkan mutu pendidikan.
Sekolah dipandang sebagai suatu lembagga layanan jasa pendidikan
dimana kepala sekolah adalah manajer pendidikan, kepala sekolah dituntut
untuk bertanggung jawab atas seluruh komponen sekolah, dan harus
berupaya meningkatkan mutu pelayanan dan mutu hasil belajar yang
berorientasi kepada pemakai, baik internal (siswa), mapun ekstemal
(masyarakat), pemerintah, maupun lembaga industri dan dunia kerja
(stakeholders)
Manajemen berbasis sekolah dapat efektif diterapkan jika didukung
oleh sistem berbagai kekuasaan (power sharing), antara pemerintah pusat,
Pemerintah
Daerah
dalam pengelolaan sekolah ditata secara rapih. Dan
Manajemen Berbasis Sekolah akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini di
fokuskan pada
"Bagaimana Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam
Upaya
Peningkatan
Mutu
Pendidikan
Melalui
Konsep
Manajemen Berbasis Sekolah ".
Masalah tersebut dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melakanakan
peranannya sebagai Educator (pendidik) Pendidikan ?
2. Apakah Kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melaksanakan
peranannya sebagai manajer Pendidikan ?
3. Apakah Kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melaksanakan
peranannya sebagai Administrator Pendidikan ?
4. Apakah Kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melaksanakan
perannya sebagai Supervisor Pendidikan ?
5. Kegiatan apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatan
mutu pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah ?
Untuk lebih jelasnya tentang variabel penelitian ini dapat
dipormasikan pada pola sebagai berikut:
X1
14
Gambar.1.
Pariabel keterakaitan
antara kepemimpinan kepala sekolah
dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Keterangan :
X1 = adalah Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah
X2 = adalah Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
Y = adalah Peningkatan Mutu Pendidikan
Dari gambar diatas dapat diasumsikan bahwa Peranan Kepemimpinan
Kepala sekolah dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dapat
mempengaruhi peningkatan Mutu Pendidikan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaomana
peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan
dengan pendekatan manajemen berbasis sekolah. Pada Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) di kecamatan Subang .
2. Tujuan Khusus
Secara khsusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua
permasalahan yang diajukan dengan proses mengungkapkan/
mendeskripsikan serta mengevaluasi hal- hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala sekolah
sebagai Educator ( pendidikan) dalam meningkatkan mutu
15
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala sekolah
sebagai manajer Pendidikan .
3. Untuk mengetahui bagaimana Peranan kepala sekolah
sebagai Administrator pendidikan .
4. Untuk mengetahui
bagaimana peranan kepala sekolah
sebagai supervisor pendidikan .
5. Mengidentifikasi
upaya-upaya
yang
dilakukan
kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
dengan
pendekatan manajemen berbasis sekolah.
D. Manfaat Penelitian
1 .Manfaat Teoritis
Secara teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk dapat dijadikan bahan
kajian untuk mengembangkan konsep-konsep Administrasi Pendidikan,
terutama mengenai konsep kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Secara Praktis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Peneltian ini diharapkan akan bermanfaat baik bagi peneliti untuk
menambah wawasan , pengetahuan, sikap dan kemampuan dalam
menganalisis kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan
16
b. Sebagai
bahan informasi
bagi
kepala
sekolah
dalam
upaya
meningkatkan
mutu pendidikan melalui pendekatan manajemen
berbasis sekolah.
c. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Subang dalam melaksanakan pembinaan terhadap kepala sekolah.
d. Sebagai bahan evaluasi
kinerja kepala sekolah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif, hal ini
didasarkan
kepada
rumusan masalah penelitian yang menuntut peneliti
melakukan eksplorasi dalam memahami dan menjelaskan masalah yangditeliti melalui hubungan yang intensif dengan sumber data, sedangkan untuk
menjawab permasalahan secara teoritis digunakan studi kepustakaan,
dengan harapan dalam penganalisaan akan lebih akurat.
Adapun instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan terdiri
dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
F. Lokasi Penelitian dan Sampel Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini
mengambil lokasi di kecamatan subang Kabupaten Subang Jawa Barat.,
yaitu pada SLTP Negeri yang ada di kecamatan Subang.
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sample dalam
penelitian ini adalah "Purposive sampling " sebagaimana dikemukakan oleh
17
telah memadai apabiia telah sampai taraf :redundancy " (ketuntatasan atau
kejenuhan), artinya meskipun responden bertambah bisadiprediksi tidak
akan diperoleh lagi tambahan informasi yang berati yang berarti. Sehingga
jelas bahwa dalam penelitian ini sampel
tidak
dapat ditentukan
sebelumnya..
G. Kerangka Penelitian
Kerangka
penelitian
ini
mempokuskan
pada
peranan
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan melaluipendekatan manajemen berbasis sekolah.
Kepala sekolah merupakan
penentu dalam meningkatkan mutu pendidikan pada SLTPN di kecamatanSubang, peranan kepala sekolah dalam hal ini menunjuk pada kemampuan
kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaiEducator, manajer, Administrator dan Supervisor . Dalam melaksanakan
tugas pokok tersebut kepala sekolah dipengaruhi oleh Gaya kepemimpinan
dan bahkan factor lain yang mempengaruhi kepemimpinan (baik factor
ekstemal maupun factor internal) setelah mengetahui tugas pokok dan
fungsinya maka kepala sekolah mengidentifikasi usaha-usaha yang
dilaksanakan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
yang dalam hal ini disesuaikan dengan otonomi sekolah maka pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja sekolah yang efektif. Dengan adanya
kinerja sekolah yang efektif, maka peningkatan mutu pendidikan akan
GAMBAR
KERANGKA PENELITIAN
Gaya Kepemimpinan
1. Tugas/Fungsi Kepala Sekolah a. Sebagai Edukator
b. Sebagai Manajer c. Sebagai Administrator d. Sebagai Evaluator 2. Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepemimpinan
MBS Kinerja
Sekolah
Hasil
[image:26.842.98.769.120.442.2]62
BAB III
WIETODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif didasarkan pada
rumusan penelitian yang menuntut peneliti melakukan eksplorasi dalam
rangka memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui
hubungan yang intensif dengan sumber data. Dalam penelitaian ini, peneliti
mengumpulkan data deskrifsi mengenai perilaku subyek yang diteliti, baik
persepsinya maupun pendapatnya serta aspek-aspek lain yang relevan
yang diperoleh melalui kegiatan wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi. Yang dimaksud dengan metode kualitatif menurut Bodgan
dan Taylor seperti dikutif oleh Lexi J. Moleong (19993: 3) adalah sebagai
perosedur dasar penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Lebih
lanjut ia mengemukakan bahwa:
"Penelitian kualitatif berakal pada tatar belakang alamiah sebagai kebutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif dan mengadakan aanalisis data secara induktif.
S. Nasution (1988: 5 ) mengemukakan:
"Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang
dalam lingkungan kehidupan, berinteraksi dengan mereka,
63
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya
dengan penelitian kualitatif. Bogdan dan Biklen (1987: 27-28) mengemukakan
beberapa karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut:(1)
Qualitative research has the natural setting as the direct source of
data and the researchers is the key instrument.(2) Qualitative research is descriptive.
(3) Qualitative researchers are concerned with procees rather that
simply with outcomes or products
(4) Qualitative researchers tend to analyze their data inductively (5) Meaning is of essential concern to the gualitative approach
Karakteristik-Karakteristik tersebut di atas menjiwai penelitian ini.
Karakteristik pertama, peneliti sebagai intrumen utama mendatangi sendiri
secara langsung sumber datanya. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari
fenomenea sebagai mana aslinya yang tampak dan terjadi di lapangan,
Karakteristik kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumputkan dalam
penelitian ini lebih jauh cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada
angka-angka. Jadi hasil analisisnya berupa uraian. Karakteristik ketiga, keempat, dan
kelima, menjelaskan bahwa penelitian kualitatif lebih memfokuskan kepada
proses dari pada hasil, dan melalui analisis induktif peneliti menggungkapkan
makna dari keadaan yang diamatinya itu.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi dari Kantor Dinas Pendidikan dan SLTP
64
1. Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Subang
Kantor Dinad Pendidikan Kabupaten Subang adalah merupakan hasil
penggabungan antara Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan ( P & K) Sebagaimana Surat Keputusan Bupati Subang
Nomor : 34 tanggal 14 Juli 2001 tentang tugas pokok dan fungsi Dinas
pendidikan Kabupaten Subang. Kantor ini mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan Pendidikan secara keseluruhan dan sebagai koordinator bagi
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri yang dijadikan lokasi penelitian
adalah yang dinilai kinerja kepada sekolahnya yang klasifikasinya baik, dan
sedang. Sedangkan subyek penelitian sebagai sumber data akar diambil dari
sejumlah kepala sekolah dan guru sebagai sampel dengan berbagai latar
belakang kualifikasi pendidikan. Dengan demikian salah satu sampel yang
menjadi subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah. Pemilihan kepala
sekolah sebagai subyek atau responden didasarkan pada pertimbangan
sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah merupakan penanggung jawab kegiatan
penyelenggara pendidikan.
65
3. Mengetahui perkembangan dan permasalahan pendidikan secara
menyeluruh di sekolah yang dipimpinnya;
4. Mampu memberikan informasi tentang berbagai kegiatan yang
sudah, sedang maupun yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba ( 1985: 201-202 ) dalam,
penelitian naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya,
sesuai dengan ciri-ciri khusus sampel puposif, yaitu: (1) emergent sampling
dengan (2) serial selection of sample units, (3) continous adjusment or
"focousing" of the sample, (4) selection to the point of redudancy".
Beritik tolak dari pendapat di atas, penentuan sampel dalam penelitian
ini dilakukan sementara penelitian berlangsung. Caranya, yaitu peneliti memilih
kepala sekolah dan guru yang termasuk wilayah penelitian dan menurut
pertimbangan peneliti (sebagai human instrument) dapat memberikan informasi
meksimum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan fokus penelitian,
selajutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel
sebelumnya, peneliti dapat menetapkan unit sampel lainnya yang dapat
dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.
Sedang Subino Hadisubroto (1988: 12) mengemukakan bahwa "...
penelitian kualitatif tidak akan memulai dengan menghitung atau memperkirakan
banyaknya populasi dan kemudian menghitung proporsi sampetnya sehingga
Salah satu sifat Metode kualitatif ialah pemilihan responden yang
berkembang terus sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu, responden yang
berkaitan dengan data yang terhimpun, dijadikan subyek penelitian. Jumlah data
dan informasi dari kepala sekolah ditambah lagi dari wakil kepala sekolah dan
guru yang dipilih, tidak ditetapkan sebelumnya. Jumlah subjek atau responden
yang diwawancara terus berubah seiring dengan lengkap tidaknya data.
C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik mengumpulan data yang digunakan adalah:
observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Oleh karena itu keberhasilan
suatu penelitian naturalistik sangat tergantung kepada ketelitian dan
kelengkapan catatan yang disusun melalui observasi, wawancara dan studi
dokumentatif. Ketiga teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk
memperoleh informasi yang saling menunjang dan melengkapi. Teknik-teknik
pengumpulan data tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan dalam rangka menyampaikan data
tentang implementasi yang dilaksanakan di SLTP Negeri di
Kabupaten Subang. Dengan observasi ini dilakukan pengamatan
67
upaya meningkatkan mutu pendidikan disekolah tersebut, yang
meliputi guru, peroses belajar mengajar, serta lingkungan sekolah.
Patton (1980) yang dikutup oleh Nasution (1988) mengemukakan
sebagai berikut:
(1) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mempu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi.
(2) Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan
pendekatan induktif.
(3) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
orang lain.
(4) Peneliti dapat mengemukakan hal-hal yang sedianya tidak
akan terungkap oleh responden dalam wawancara.
(5) Peneliti dapat mengemukakan hal-hal di luar persepsi
responden.
(6) Di lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan tetapi juga, memperoleh kesan-kesan pribadi.
b. Wawancara
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana persepsi
responden tentang permasalahan peneliti dari perpektif, pikiran dan perasaan,
yaitu informasi "unic" (Nasution, 1988: 71) Kenyataan, peneliti harus
berkomunikasi lengsung dengan responden melalui wawancara dan merupakan
68
Dalam wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman wawancara,
meskipun dalam pelaksanaanya tidak terlalu terikat pada pedoman tersebut.
Secara garis besar, sesuai dengan masalah peneliti, data yang ingin
dikumpulkan adalah:
I. KUALITAS KEPALA SEKOLAH
a) Bagaimana peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
b) Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan kepala sekolah
dalam peningkatan mutu pendidikanc) Apa saja kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam
melaksanakan peningkatan mutu pendidikan .d) Bagaimana peran dan pendekatan yang dilakukan kepala
sekolah dengan para guru dan personil lainnya dalamusaha peningkatan mutu pendidikan.
II. KINERJA GURU
a) Bagaimana persepsi dan respon guru terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan.
b) Apa saja yang telah dilakukan oleh guru dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
c) Apa saja yang menjadi kendala guru dalam melaksanakan
69
d) Rencana apa saja yang telah dan akan dilaksanakan guru
dalam upaya pelaksanaan mutu pendidikan.
Tujuan pengumpulan data tersebut adalah untuk memperoleh keterangan
secara terperinci dan mendalam mengenai pandangan kepala sekolah tentang
upaya peningkatan mutu pendidikan, dan tanggung jawabnya serta
harapan-harapan kepala sekolah terhadap hasil yang diharapkan oleh sekolah. Pedoman
ini dibuat (dirumuskan) dalam bentuk terbuka. (Nasution 1988: 77) dan
diperlukan dalam proses berjalannya wawancara sehingga tetap berada pada
konteks permasalahan yang sedang diselidiki. Wawancara dengan kepala
sekolah secara berulang-ulang, sampai diperoleh gambaran secara menyeluruh
terhadap fokus peneliti. Dengan kata lain, data pertama mengandung sifat non
directiveyaitu ditinjau dari pandangan peneliti.
c. Studi Dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif kebanyakan data diperoleh dari sumber
manusia {human resources) melalui observasi dan wawancara, akan tetapidiperlukan pula sumber lain sebagai pelengkapan yaitu dokumentasi. Dalam
penelitian ini dokumen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek
kesesuaian data. Adapun perolehan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
berbagai dokumen tentang persepsi kepala sekolah, aktivitas kepala sekolah
yang tergambar dari peran pendekatan kepala sekolah, serta inventarisasi
70
Dengan studi dokumntasi ini akan diperoleh data tertulis tentang kegiatan
yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka membina kemampuan
profesional guru.
Dalam penelitian kualitatif, prosedur mengumpulkan data tidak memiliki
suatu pola pasti, sebab desain serta fokus penelitian dapat mengalami
perubahan yang bersifat "Emergent" akan tetapi untuk mempermudah
pengumpulan data, peneliti mengikuti prosedur seperti yang dikemekakan oleh
Nasution (1988: 33-34 ), yaitu:
1) Tahap Orientasi
Pada tehap orientasi, kegiatan pertama ditujuan untuk menentukan
permasalahan yang terjadi di lapangan. Hal-hal yang lain dilakukan dalam
kepentingan ini adalah:
1. Melakukan pra survey dengan mengamati berbagai gejala yang terjadi
dalam proses pembinaan kemampuan profesional guru yang dilakukan
kepala sekolah di beberapa SLTP Negeri di Kabupaten Subang. Gejala
tersebut merupakan embrio permasalahan dalam pembuatan rancangan
penelitian.
2. Memilih lokasi penelitian untuk memudahkan pelaksanaan dan mencari
tingkat permasalahan yang paling menarik untuk diteliti.
3. Menyusun rencana penelitian sebagai salah satu langkah awal persiapan
71
4. Menyiapkan perlengkapan penelitian, sepeti pedoman wawancara.dan
angket.
5. Mengurus perizinan untuk mengadakan penelitian
2) Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini prosedur pengumpulan data sehubungan dengan kinerja
kepala sekolah data guru dilakukan sesuai dengan ketentuan pembimbing.
Kegiatan inti yang dilakukan meliputi:
1. Mengumpulkan dasar dan kebijakan pelaksanaan kegiatan peningkatan
mutu pendidikan di sekolah negeri.
2. Mengobservasi pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu pendidikan yang
dilakukan kepala sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
proses pengawasan dan penilaian.
3. Melakukan wawancara dengan subyek penelitian dalam situasi alami.
Kegiatan wawancara ini akan berakhir apabiia seluruh data dan informasi
yang dibutuhkan dianggap telah cukup lengkap.
3) Tahap Member Check
Dalam tahap ini semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dicek
ulang (triangulasi), guna meiihat sejauh mana kelengkapan atau kesempurnaan
serta validitas data diperoleh. Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi:
1. Mengecek ulang data yang sudah terkumpul, baik yang bersumber dari
72
2. Meminta data dan informasi ulang kepada subyek peneliti jika ternyata
data yang telah terkumpul tersebut belum lengkap. Proses pengumpulan
dilakukan dengan wawancara langsung .
3. Meminta penjelasan pada pihak-pihak terkait {stakeholders) tentang
implementasi pembinaan kemampuan profesional guru terutama kepada
kepala sekolah.
2. Teknik Pengolahan Data
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa penelitian ini bersifat deskripsi
evaluatif, maka dalam upaya mengolah dan menafsirkan data yang sudah
terkumpul dilakukan melalui proses membandingkan dengan teori-teori maupun
petunjuk kegiatan pembinaan. Artinya dasar tersebut diarahkan untuk
mengevaluasi
kondisi
realistis
mengenai
kegiatan
pembinaan.
Untuk
kepentingan itu, peneliti melakukan pengolahan dan penafsiran data denganteknik analisis kualitatif.
Teknik kualitatif tersebut bertujuan untuk mengungkapkan persepsi serta
kegiatan yang dilakukan kepala sekolah dalam membina kemampuan
profesional guru. Sedangkan guru akan mengungkapkan mengenai persepsi
serta pengetahuan, sikap dan keterampilan guru hasil pembinaan.73
Huberman (1992 : 16-20) dan oleh Nasution (1988: 129-130), yaitu reduksi data,
display data dan mengambil kesimpulan dan verifikasi.
Teknik pengolahan dan penafsiran data tersebut dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Reduksi data, pada tahap ini data yang sudah terkumpul diolah
dengan tujuan untuk menemukan hal-hal pokok dalam pembinaan
kemampuan profesional guru.
2. Display data, pada tahapan ini peneliti membuat rangkuman temuan
penelitian secara sistimatis sehingga pola dan fokus pembinaan
mudah diketahui. Melalui kesimpulan, data tersebut diberi makna
yang relevan dengan fokus penelitian.
3. Verifikasi data, dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengujian atau
kesimpulan yang telah diambil dan membandingkan dengan
teori-teori yang relevan .
D. Pengujian Tingkat Validitas Data
Pengujian tingkat validitas data dalam studi kualitatif ini berpedoman pada
konsep Nasional (1988) dengan mengutamakan kebermaknaan data sehingga
mempunyai arti yang dapat dipercaya. Proses pengujian kepercayaan validasi
penelitian kualitatif ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu "Kredibilitas (validitas
interbal), Transferabilitas (validitas eksternal), Depentabilitas (realiabilitas) dan
74
1. Kredibilitas
Dalam hal ini, peneliti melakukan kegiatan seperti: a. Mengecek
kebenaran data dengan membandingkan dengan sumber lain, seperti
dosen pembimbing, pengawas sekolah dan sumber lain, b.Membicarakan dengan kolega guru memperoleh penajaman anbaluisis
dan penafsiran data, seperti teman-teman kuliah atau mereka yang
telah lulus pendidikan pasca sarjana, dan c. Mengembangkan bahankepustakaan sebagai informasi untuk memahami konteks inti
pembinaan.
2. Tranferabilitas
Fokus utama kegiatan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil
penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain. Kegiatan yang
dilakukan antara lain berupaya mendeskripsikan dengan rinci mengenai
kemungkinan penerapan penelitian ini di sekolah lain, terutama dalam
memberikan rekomendasi dalam membina kemampuan prefesional
guru secara efektif.
3. Depentabilitas dan Konfirmabilitas
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah berkaitan dengan
masalah kebenaran penelitian naturaltistik yang ditunjukan dengan
proses "Audit trail" (Lincoln dan Guba, 1985: 319) Trial, artinya jejak
yang dapat diikuti dan dilacak, sedangkan "Audit" artinya pemeriksaan
75
keyakinan bahwa apa yang dilakukan dalam proses pembinaan selama
ini merupakan kegiatan realita. Hal ini dilakukan dengan dosen
pembimbing, baik data mentah maupun hasil analisis dan sistesis data
sehingga menimbulkan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan itu
demikian adanya.
Rambu-rambu yang dituangkan dalam prosedur penelitian ini merupakan
paduan untuk melakukan analisis dan menafsirkan data sehubungan dengan
problema yang telah dikemukakan. Akan tetapi langkah-langkah penelitiantersebut bisa saja berubah, asal tidak mempengaruhi proses dalam memperoleh
108
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASi DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
1. Kesimpulan Umum
Dari hasil temuan penelitian menunjukan bahwa usaha yang telah
dilakukan kepala sekolah SLTP Negeri di Kabupaten Subang, apabiia ditinjau
dari peranannya sebagai penanggung jawab pendidikan di sekolah, terdapat
kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut:
Peranan kepemipinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan melaui konsep manajemen berbasis sekolah diaharpkan sesuai
dengan fungsinya yaitu sebagai Educator, Manajer, Administrator dan juga
Supervisor.
Usaha kearah peningkatan mutu pendidikan belum dilakukan secara
optimal. Hal ini terlihat dari kurangnya memanfaatkan sumber daya yang ada
di sekolah, karena dalam MBS diperlukan keterkaitan seluruh warga sekolah.
Oleh karena itu, kepala sekolah mengusahakan sumber daya
{human and
Financial),
kepala sekolah menggali sumber-sumber daya, baik yang
bersumber dari pemerintah
{state government)
maupun dari orang tua dan
masyarakat guna menunjang dalam kegiatan/proses belajar mengajar.
Karena manajemen berbasis sekolah (MBS) itu sendiri prinsipnya
menempatkan kewenangan yang bertumpu kepada sekolah dan masyarakat.
109
kerjasama yang baik antara antara kepala sekolah, guru , petugas tata
usaha,siswa, orang tua siswa , masyarakat dan stakeholder dalam
menentukan dan mengambil keputusan dalam rangka pencapaian
peningkatan mutu pendidikan.
2. Kesimpulan Khusus
1. Kepala Sekolah Sebagai Manajer Pendidikan.
Kepala sekolah sebagai manajer Pendidikan telah menyusun visi, misi dan
tujuan
sekolah. Visi sekolah berfungsi sebagai arah atau pedoman dalam
mengambil berbagai keputusan penting serta menjadimuara dari setiap
kegiatan sekolah. Sebagai manajer pendidikan kepla sekolah juga bersama
dengan guru dan staf tata usaha
menyusun rencana, baik itu rencana
Tahunan, semester, dan bakhan rencana bulanan. Kepala sekolahmelakukan Inovasi/ pembaharuan dalam
proses Belajar mengajar. Dan
kepala sekolah beruasa untuk menyediakan fasilitas pendidikan guna
menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. Kepala sekolah sebagai Educator (Pendidik)
Peran kepela sekolah sebagai pendididk
telah dilakukan yaitu dengan
memberi contoh mengajar yangbaik pada guru, hal ini dibuktika dengan
adanya jam mengajar yang tetap, membuat analisis hasil ulangan siswa dan
no
Selain itu kepala sekolah membimbng siswa dalam melaksakan kegiatan
ekstrakurikuler aaukegiaatn OSIS yang
dilaksankan oleh siswa. Sebagai
ducator kepla sekolah berusaha untuk mengikuti perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi baik itu melalui kegiaatn seminar, pelatihan.
Penataran bahkan mengkuti pendidikan pada jenjang yanglebih tinggi.
3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Sebagai administrator kepala sekolah mengerjakan Administrasi Substantif
yang meliput administrasi Kurkulum, administrasi kesiswaan, administrasi
personalia, administrasi sarana prasarana, administrasi hubungan sekolah
dengan masyarakat, dan administrasi umum.
Selain itu kepala sekolah melakukan evaluasi kinerja terhadap guru dan tata
usaha dalam melaksakan program pengajaran
baik dikelasmaupun di luar
kelas.
Dalam rangka evaluasi
itu maka kepala sekolah
melakukan
pengawasan baik terhadap guru, staf tata usaha , siswa dan proses belajar
mengajar.
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kepala sekolah sebagai Supervisor pendiddikan menyusun rencana
supervisi, melakukan supervisi dan menganasis hasil supervisi
sebagai
bahan tindak lanjut supervisi. Sipervisi yang dilakukan terhadap guru baik
supervisi individu , kelompok maupun supervisi klinis. Dalam pelaksanaan
I. <*? 2 *
i1 > ?>
\\ &, <->.
5. Upaya-upaya yang dilakukan Kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
Dari hasil temuan penelitian menunjukan bahwa kepala sekolah telah
melakukan berbagai upaya supaya peningkatan mutu pendidikan melalui
pendekatan manajemen berbasis sekolah di antaranya:
1. Pembinaan Profesional Guru
Dalam melakukan kemampuan profesional guru, sifat pendekatan
yang dilakukan kepala sekolah pada umumnya sama, misalnya, kepala
sekolah telah memperlihatkan kemampuan dan kesediaan untukmemprakarsai pembinaan terhadap guru yang didasarkan pada hubungan
yang serasi, sehingga hasil daripada pembinaan tersebut akan lebih baik.
2.Pengaktifan Kegiatan MGMP Sekolah
Dalam pengaktifan
MGMP,
kepala sekolah bersama-sama guru dan
warga sekolah yang lainnya telah mengkordinasikan untuk mengaktifkan
MGMP sekolah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
timbul yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga diharapkan
MGMP
tersebut dapat meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah.
3.Pembentukan Kelompok Diskusi Terbimbing
Kelompok diskusi pembimbing ini dimaksudkan untuk membantu dan
memberikan materi-materi dalam rangka pendalaman EBTANAS, dan112
kelompok diskusi pembimbing ini melibatkan semua guru bidang studi yang
tercakup dalam MGMP serta guru BP .
4. Pengadaan Buku Pustaka
Dari hasil temuan penelitian menunjukan bahwa kepala sekolah sangat
memperhatikan buku-buku pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar baik guru maupun siswa, oleh karena itu kepala sekolah telah
melengkapi buku-buku pustaka untuk mendukung kegiatan di sekolah.
B. impiikasi
Dari hasil penelitian, dalam menilai mutu pendidikan perlu adanya
indikator -indikator keberhasilan sebagaimana diperinci oleh Makmum (1997)
yaitu efisiensi, produktivitas, efektivitas, relevansi, akuntabilitas, kesehatan
organisasi, dan semangat berinovasi. Efisiensi berkaitan dengan optimalisasi
sumber pendidikan yang terbatas, untuk mencapai output yang optimal.
Suatu proses pendidikan yang efisiensi ialah yang mampu menentukan
keseimbangan antara sumber-sumber yang dibutuhkan dengan yang
tersedia, guna mengurangi hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan
pendidikan (Suryadi 1995).
1. Dalam pelaksanaan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah),
memeriukan sosok kepala sekolah yang memiliki kemampuan
manajeria! dan integritas profesional yang tinggi serta demokratis
113
Kenyataan yang ada pada umumnya, kepala sekolah belum dapat
dikatakan sebagai "Manajer Profesional", karena sistem
pengangkatan kepala sekolah selama ini tidak didasarkan kepada
kemampuan atau pendidikan profesionalnya sebagai manajer
sekolah, tetapi lebih didasarkan pada pengalaman sebagai guru.
2. Kepala sekolah sebagai Educator (Pendidik)
Banyak Faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan mutu
pendidikan di sekolah salah satunya adalah Guru sebagai Ujung
tombak pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Dalam hai ini kepala
sekolah diharapkan mampu memberkan contoh dalam mengajar
yang baik, mampu memimbing guru , Staf tata usaha dan juga siswa
guna mencapai tujuan pendidikan.
3. Kepala sekolah sebagai Adminstrator.
Kepala sekolah sebagai Administrator merupakan kunci
keberhasilan dalam proses belajar mengajar, karena dalam
fungsinya itu kepala sekolah harus menyesaikan berbagai
administrasi yang mempunyai peran sangat strategis, yaitu
administrasi kurikuium, kesiswaan, personalia, sarana prasarana,
hungngan sekolah denganmasyarakat, dan admnistrasi umum.
114
Supervisi merupakan salah satu teknik yang dapat menggali dan
menghimpun permasalahan dan potensi yang dimilki oleh kepala
sekolah dalam melakukan pengelolaan sekolah yang dimpipinnya.
Oleh karena itu supervisi sekolah merupakan kegiatan awal dan
utama untuk memahami secara objektif dan empiris mengenai
kinerja kepala sekolah.Pembinaan terhadap guru tanpa didasarkan
hasil supervisi sekolah, tidak akan menyentuh
permasalaan-permasalahan actual da konstektual.
C. Rekomendasi
Berdasarkan penelitian, terdapat beberapa kebijakan yang ditempuh
oleh para pelaksana pendidikan, khususnya kepala sekolah dalam rangka
mensukseskan upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan melalui konsep berbasis sekolah (MBS) di beberapa SLTP
Negeri di Kabupaten Subang perlu dibuat rekomendasi hasil penelitian
Rekomendasi dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan peranan kepala sekolah yang sangat penting adalah
sebagai pemimpin pendidikan di sekolah, maka diperlukan adanya
usaha yang dilakukan kepala sekolah untuk dirinya sendiri guna
menambah wawasan maupun pengetahuan melalui peningkatan
mutu pendidikan di sekolah, dengan kata lain kepala sekolah dapat
115
2. Dalam
upaya
peningkatan
mutu
pendidikan
yang
telah
di
programkan oleh kepala sekolah, maka untuk mendukung program
tersebut, perlu ditumbuhkan kesadaran orang tua untuk membantu
anak dalam menyediakan fasilitas belajar dan membantu anak yang
mengalami kesulitan belajar karena pendidikan bukan merupakan
tanggung jawab sekolah semata-mata akan tetapi tanggung jawab
bersama.
3. Agar keberhasilan konsep MBS sebagai salah satu model dalam
peningkatan mutu di sekolah itu tergantung pada kemampuan
pelaksanaan dan perumusan kebijakan dalam hal ini kepala sekolah,
harus dapat memanfaatkan segala sumber daya yang ada dan
memaksimalkan pemanfaatannya. Oleh karena itu, kepala sekolah
harus membuat perencanaan
yang tepat agar dapat mencapai
116
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Adair,John (1994)
Menjadi Pemimpin Efektif,?T.
Pustaka Binaman Presindo,
u Jakarta.Andy PP. Undap (1983),
"Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
Terhadap Penampilan Kerja Guru SPG di Manado dan Minaltasa".
TesisPPS
KIP Bandung: tidak diterbitkan.
A. Samana(1994).
Profesionalisme Keguruan.
Yogyakarta: Kanisius.
Atmodiwirio,Soebagio (2000)
Manajemen Pendidikan Indonesia,
PT Ardadirzya,
Jakarta
Bogdan, C. Robert & Biklen, SK, (1992).
Qualitative Research for Educations an
'- Introduction to Theory and Method, Boston, Allyn and Bacon Inc.
Burhanuddin.
(1999).
Imptikasi
Otonomi Daerah
di Bidang Manajemen
i Pendidikan.Universitas Negeri Malang, Malang.
Castetter B. William (1981).
The Human Research for Educations Administration,
i New Jew Jersey: A. Simon & Schuster Company.
Dadi Permadi. (1998).
Kepemimpinan Mandiri (Profesional) Kepala Sekolah (Kiat
Memimpin yang' mengembangkan Partisipasi).
Bandung: PT Sarana Panca
Karya.
Depdiknas. (1999).ManajemenSekolah.
Depdiknas. (2000).
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Engkoswara(1987).
Dasar-dasar Administrasi Pendidikan,
Jakarta: Dirjen
Dikti
DepdikbudRI.
Fakry Gaffar M. (1987).
Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodalogi
Jakarta.
P2LPTK Ditjen Dikti - Depdikbud.
(1987).
Performance Based Teacher Educational, Suatu Alternatif dalam
117
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi. (2001).
Reformasi Pendidikan dalam Konteks
^ Otonomi Daerah. Yogyakarta. Adicita Ka-ya Nusa.
Fattah, Nanang (2000).
Manajemen Berbasis Sekolah.
Bandung: CV Andira.
\jeX.
Soedjadi (1995).
Analisis Manajemen.
Modern. Jakarta: Gunung Agung.
HandariNawawi. (1987).
Administrasi Pendidikan.
Jakarta: Haji Masagung.
Hading, Paul. (1984).
New
Direction in Educational Leadership.
London and
Philadelpia: The Falmer Press.
Hopkins, D. dan Reynold, D. (ed) (1994).
School Development Series: Improving
Education, London, CasseL
Hoy, Wayne K. and Cecil G. Miskel. (1987).
Educational Administration.
New
York: Random House, Inc.
Ibnu Madja, (1999).
Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar dalam
Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat untuk Menunjang
Produktivitas Sekolah. Tesis PPS IKD? Bandung; tidak diterbitkan.
U- Kartini Kartono, (1998).
Pemimpin dan Kepemimpinan.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Krajewski, J. Robert. (1983).
The Elementary School Principalship: Leadership for
the1980s.New York: Holt, Rinehart and Winston.
Lazaruth, Soewadji. (1987).
Kepala Sekolah dan Tanggung Jawab.
Yogyakarta:
Kanisius.
L Lipham, M. and James A. Hoech,
Jr.
(1974).
The Principleship: Foundation and
Functions.Harper & Row Publishers, New York.
i Made Pidarta, (1998),
Manajemen Pendidikan Indonesia,
Jakarta, Aksara.
(1996).
PetananKepala Sekolah pada Pendidikan Dasar.
Jakarta.
Gramedia.118
Kategori Kemampuan Belajar Siswa.
Disertasi PPS IKIP Bandung, tidak
diterbitkan.
(1996).
Analisis Posisi Pendidikan.
Jakarta Biro Perencanaan
Depdikbud.
Mantja, W. (1999).
Mencari Format Desentralisasi di Bidang Manajemen
Pendidikan Menyonsong Otonomi Daerah.
Universitas Negeri Malang, Malang.
i
Miftah Thoha. (1995).
Kepemimpinan dalam Manajemen.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.wMoh. Nasir. (1988).
Metode Penelitian.
Jakarta: Ghaka Indonesia.
Mohrman, S.A. Wohlstetts, and Associate, (1993).
School Based Management:
Organizingfor High Performance.
San Francisco: Josey-Bass Publishsis.
Moleong Lexy J. (1993).
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung. PT Remaja
Rosda Karya.MPR RI (1999).
Ketetapan MPR RI termasuk GBHN RI1999 - 2004.
Surabaya
Bina Pustaka.
Nasir Usman, (1994).
Kepemimpinan Kepala
SMA Negeri di Wilayah
Birun
Aceh
Utara. Tesis PPS IKD? Bandung: tidak diterbitkan.
Nasution S(1988).
Metodologi Penelitian Naturatistik-KualUatif.
Bandung Transito.
Ngalim Purwanto (1988).
Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: Remaja
Rosda Karya.Oteng Sutisna (1989).
Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional. Bandung: Angkasa.
"• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 28 dan 29 tahun 1990 serta Nomor
38, tahun 1992, Depdikbud.
l
Piet A. Suhaertian (1990).
Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice
Education.Jakarta: Rineka Cipta.
Ros, W. H and Drake. T.L. (1980).
The Principalship.
London: MacmiUan
Publishing CO.
Sallies, Edward (1994)
Total Quality Management In Aducation.
London . Kogan
Page, Limited.
Sanusi, Acmad, et al (1191).
Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Depdikbud IKJP Bandung.
Satori, Djam'an (1980).
Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar.
Desertasi
Dokter. Pasca Sarjana IKIP Bandung.
L
Satori, Djam'an (1999).
Pengembangan
Berbasis
Sekolah
(Scholl Based
Management).
Basic Educational Project, Jawa Barat, Bandung.
Siagian, Sondang P. (1995).
Teori dan Praktek Kepemimpinan.
Jakarta: Bina
Aksara.
: Siagian, Sondang P. (1995).
Management StratejiL
Jakarta: Bina Aksara.
(1995).
Teori dan Paraktek Pengambilan Keputusan.
Jakarta.
CV Haji Masagung.Situmorang AOB (1990).
Penyiapan dan Pengembangan Tenaga Manajemen
Pendidikan Profesional
Makalah, Bandung.
i
Suryadi, Ace. (1998).
Peningkatan Profesional Nasional dalam Kerangka
Kemandirian Bangsa.DepdikbudJakarta.
TAP MPR (1999).
Ketetapan MPR 1999.
Surabaya: Bina Pustaka.
L
Tim teknis, (1999).
Scool Based Management di Tingkat Pendidikan Dasar.
Bapenas, Jakarta.
Tim Teknis, (1995/1996).
Hitnpunan Peraturan tentang Pendidikan Sekolah
Dasar. Jakarta.
Tumey C N. Hatton. K. Laws, K. Sinelair, and DSmith. (1992).
Educational
Management Rates and Task, Teh School Manager.
North Sydney, Australia:
Allen &Unwin.
^Undang-undang Republik
Indonesia
No. 2
tahun 1989
tentang
Sistem Pendidikan
120
Wahjusumidjo, (1986).
Kepemimpinan dan Motivasi
Jakarta: Ghalia.
WilUani, Richrd C. et al (1974).
Effecting Organization Renewal In School System