• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL PETAK BENTENG DAN GOBAG SODOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA DAN GERAK DASAR BERLARI : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas 4 SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL PETAK BENTENG DAN GOBAG SODOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA DAN GERAK DASAR BERLARI : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas 4 SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

AbdulJabar, B (2010) Landasan Ilmiah pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung Rizqi

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini Kajian Para Ahli. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Husdarta (2010). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alpabeta Ibrahim (2000).Permainan Tradisional. Jakarta: Pustaka Pelajar

Lutan et al.( 2007) Penelitian Pendidikan Dalam Olahraga. Bandung. FPOK Kusmaedi & Husdarta (2004) Pertumbuhan dan perkembangan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Bandung UPI.F POK

Kurtines dan Gerwitz (,1992) Moralitas, perilaku moral dan perkembangan Moral, alih bahasa Soelaeman.Jakarta UI

Megawangi (2006) Pendidikan Karakter. Jakarta. Yayasan Obor Setyobroto, Sudibyo (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta.Anem Sugiyono (2010). Statistik dan Penelitian. Bandung : Alfabet

Sugiyono. (2010). Metoda Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukintaka (1992) Teori Bermain. Jakarta DepdikBud

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan pendidikan jasmani yang berkaitan dengan unsur keterampilan gerak badan untuk olahraga atau bukan olahraga dan kesehatan (komponen kebugaran fisik), pengembangan keterampilan adalah bentuk transformasi nilai pada peserta didik. Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional (2002 : 2).menegaskan Bahwa: “Nilai-nilai pendidikan tersebut antara lain : apresiasi, percaya diri, harga diri, kooperatif, tanggung jawab, sportifitas, kompetitif dan budaya hidup sehat, merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh yakni, kognitif, afektif dan psikomotorik” Pendidikan jasmani diartikan sebagai belajar keterampilan gerak, gerak manusia dimanipulasi dalam bentuk kegiatan fisik seperti melalui permainan dan olahraga, yang mengandung nilai-nilai pendidikan, sikap, dan perilaku positif

Implementasi nilai-nilai moral tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab mata pelajaran bidang moral. Tanggung jawab untuk mengimplementasikan dan membiasakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari terhadap anak menjadi bagian dari tanggung jawab pendidik pada satuan sekolah dasar seperti pendidik pendidikan jasmani. Husdarta (2011:3) mengemukakan bahwa: “pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakekatnya adalah proses pendidikan

(3)

Selanjutnya pendidikan jasmani menurut Lutan (2001:19) yaitu: “...mengandung potensi yang besar untuk memberikan sumbangan kepada pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh”.

Kenyataan di lapangan, implementasi nilai-nilai yang penting bagi perkembangan sosial anak terasa begitu sulit diterjemahkan dalam kehidupan sehari- hari oleh beberapa peserta didik pada tingkat 4 sekolah dasar ( SD). Nilai – nilai moral seperti kejujuran nurani, percaya diri, empathy, mencintai kebenaran, mampu mengontrol diri, kerendahan hati dan terasa begitu abstrak disampaikan kepada peserta didik, sehingga peserta didik sulit untuk mengaktualisasikan nilai-nilai yang disampaikan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Padahal nilai-nilai moralitas secara tersembunyi ada dalam materi yang diajarkan. Selain itu guru mengalami kesulitan untuk menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran karena keterbatasan kemampuan untuk melakukan penelitian tindakan dan merefleksikan langkah yang diambil untuk memperbaiki hasil pembelajaran tentang nilai-nilai dalam pendidikan jasmani.

(4)

Para pendidik jasmani di tingkat SD lebih mendorong peserta didik untuk menghapalkan materi pendidikan jasmani daripada kemampuan untuk mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ditegaskan Husdarta (2011:5) bahwa:

Masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari peran terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran di sekolah masih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata.

Hasilnya siswa kurang memahami arti nilai-nilai tersebut secara kontekstual dan kurang mampu melaksanakan tugas-tugas belajar formal. Sehingga pola perilaku moral siswa dalam interaksinya di lingkungan sekolah kurang mencerminkan pola perilaku moral yang sesuai dengan pemahaman kognitifnya tentang nilai tersebut.

(5)

pembelajaran pendidikan jasmani, siswa terkadang enggan mengikuti dengan alasan cuaca pagi terlalu panas. Para siswa lebih memilih bermain bebas tapi kurang terarah dan tidak efektif bagi peningkatan kemampuan gerak.

Pada saat pembelajaran gerak terdapat beberapa siswa yang kurang menguasai gerakan-gerakan dasar lokomotor dengan baik seperti melompat , mendarat dengan tepat atau berlari dan pada saat tertentu berhenti mendadak. Para siswa enggan berlari mengelilingi lapangan bahkan ada satu siswa yang sering tidak mengikuti olahraga dengan alasan sakit. Pembelajaran gerak dasar kurang atraktif sehingga tidak menarik. Siswa malas belajar mengenai geral dasar. Berdasarkan hasil observasi terhadap fenomena yang ditemui pada pembelajaran pendidikan jasmani maka perlu adanya suatu upaya perbaikan proses belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar terutama pada pembelajaran nilai-nilai moral dan gerak dasar.

(6)

Kesempurnaan gerak dasar seperti berlari, melompat, berkelit atau memanipulasi gerakan merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan gerak siswa. Kemampuan gerak nonlokomotor dan lokomotor sangat penting bagi usia masa anak anak. Nirlokomotor menurut Sukintaka ( 1992: 50) adalah keterampilan yang stabil dimiliki yang merupakan gerak yang sedikit atau bahkan tidak bergerak bila dipandang dari satu pangkal gerak ( meliuk, menekuk dan mengayun ). Gerak Nonlokomotor memiliki peran yang signifikan terhadap pengembangan gerak dan kematangan jasmani siswa. Gerak lokomotor merupakan aktivitas perpindahan seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Gerak lokomotor akan mendorong terciptanya kemampuan gerak kombinasi dari pola-pola dasar yang berbeda-beda dan merupakan dasar penguasaan keterampilan yang lain. Gerak lokomotor yang matang diperoleh dari proses pengalaman gerak siswa. Melatih gerak nonlokomotor dan lokomotor pada siswa melalui permainan tradisional merupakan konsep belajar yang efektif. Tujuan belajar gerak nonlokomotor dan lokomotor pada siswa akan berpengaruh positif terhadap perkembangan potensi jasmani.

(7)

2004:95). Dikhawatirkan nilai-nilai moral dan sportivitas hanya merupakan konsep abstrak dan tidak nyata. Sehingga akan menumbuhkan persepsi siswa bahwa nilai-nilai tersebut tidak penting .

Karakteristik usia anak pada kelas 4 SD secara fisik harus belajar bergerak dan menguasai keterampilan-keterampilan gerak tertentu. Anak usia 4 SD memiliki karakteristik senang berkumpul dengan teman sebaya. Masa anak kelas 4 SD adalah masa anak besar. Menurut Kusmaedi dan Husdarta (2004 :63) bahwa:

Masa anak besar disebut sebagai usia berkelompok , karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.

Keinginan yang kuat untuk berkelompok bagi anak usia anak besar merupakan bagian dari proses sosialisasi alamiah sesuai masa perkembangan. Bentuk sosialisasi ini terkadang berkembang menjadi kelompok-kelompok bermain yang terkadang menjadi geng anak-anak. Ciri terpenting adalah kelompok bermain dibentuk oleh anak-anak bertujuan guna memperoleh kesenangan. Pembentukan anggota geng berdampak negative pada perilaku belajar. Anak yang memiliki masalah sosial dan fisik akan sulit belajar. Guna mengurangi dampak dari efek negatif tersebut maka penekanan nilai-nilai moral sangat penting. Kartono (2007: 17) menegaskan bahwa :”

(8)

Pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya melibatkan aspek teori. Aspek permainan dalam pembelajaran olahraga adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan. Bermain dan berolahraga dapat dilakukan secara bersama-sama.

“Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan

(Husdarta, 2011:6). Kebermaknaan aktivitas bermain telah dikemukakan oleh Lutan (2001:16) yaitu “Dari perspektif sejarah, aktivitas pendidikan jasmani

seperti dalam bentuk kegiatan bermain merupakan alat utama pendidikan. Para pendidik dan filosof percaya bahwa kegiatan itu sangat efektif untuk menumbuhkembangkan keseluruhan potensi peserta didik.”

Olahraga adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetetif. Bermain dapat menjadi sarana belajar dan mengembangkan perilaku moral. Hurlock (Sukintaka, 1992:31) menjelaskan bahwa:” lewat tahun-tahun perkembangan anak, bermain banyak memberikan iurannya dalam pembentukan pribadi dan rasa sosial anak”. Siswa sekolah dasar adalah peserta didik yang selayaknya diberikan pemahaman yang jelas tentang nilai-nilai moral agar pengembangan karakter pada tahap pendidikan selanjutnya menjadi lebih baik. Masa anak besar adalah masa transisi bagi anak didik dalam menerima, merasakan, berperilaku berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral terutama di masyarakat.

(9)

Salah satu upaya untuk mengembangkan moral seperti kerjasama dan gerak dasar adalah dengan permainan tradisional gobag sodor. Permainan tradisional gobag sodor berakar dari budaya lokal yang mengandung kearifan dan nilai-nilai budaya. Selain itu permainan gobag sodor mengharuskan peserta untuk aktif berlari, melompat, dan mengelak. Permainan gobag sodor (kadang disebut galasin) biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain gobag sodor berbentuk kotak

persegi panjang dan dibatasi garis di dalamnya. Permainan gobag sodor dimainkan oleh 2 tim. Tim yang tidak berjaga dan tim yang mencoba menembus penjagaan berdiri di garis yang paling depan berusaha menerobos garis-garis tersebut dengan ketentuan tidak tersentuh oleh tim yang jaga. Permainan gobag sodor sangat atraktif sebagai media belajar dan disukai anak-anak.

Dalam permainan gobag sodor anak belajar menjadi bagian dari kelompok, memiliki percaya diri, rendah hati, kerjasama, dan mampu mengontrol diri. Kerjasama dimaknai sebagai perilaku saling membatu sebagai satu tim untukmeraih kemenangan sesuai aturan. Anak mempelajari aturan-aturan melalui permainan tradisional Anak mulai mempelajari nilai-nilai moralitas dalam berinteraksi secara nyata. Selain itu anak belajar berlari dengan aturan, Bergerak sesuai tujuan, dan memanipulasi gerakan untuk mengecoh lawan. Belajar bekerja sama dan meningkatkan kemampuan dasar dapat dilakukan melalui permainan tradisional.

(10)

pentingnya kerjasama dan gerak dasar. Melalui penerapan pembelajaran kerjasama dan gerak dengan permainan, siswa akan dilatih mengimplementasikan nilai tersebut secara nyata dalam bentuk yang sederhana.

Bagi seorang pendidik, pembelajaran dengan permainan tradisional merupakan proses yang mempermudah observasi, tindakan dan reflkesi diri dalam rangka memperbaiki kondisi dalam pembelajaran terhadap serta nilai kerjasama dan kemampuan gerak dasar.

Gerakan dasar yang dilakukan anak permainan lebih alamiah. Anak-anak berlari, melompat atau mengelak sesuai dengan kemampuannya. Guru dapat melakukan observasi dan melakukan refleksi dan tindakan untuk memperbaiki kekurangan hasil belajar gerak terutama berlari dan memanipulasi gerakan untuk menghindari kejaran lawan sesuai peraturan. Peserta didik dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik yang berguna bagi proses belajar pada tingkatan yang lebih tinggi.

(11)

Berdasarkan materi yang ingin dikaji maka peneliti ingin mengambil judul pada penelitian ini yaitu “Penerapan Permainan Tradisional Petak

Benteng Gobag Sodor Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama dan

Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor ( Penelitian Tindakan Kelas pada siswa

kelas 4 SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung )

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah disusun berdasarkan identifikasi permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Belum tercapainya hasil belajar pendidikan jasmani yang maksimal sesuai dengan harapan terutama pada pemahaman nilai kerjasama dan pembelajaran gerak lokomotor. Rumusan Masalah yang jelas dapat tercapai bila rumusan masalah diuraikan secara spesifik. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka peneliti mencoba merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan pembelajaran kerjasama dan gerak dasar melalui permainan tradisional petek benteng dan gobag sodor pada siswa kelas IV di SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana pengaruh permainan petak benteng dan gobag sodor terhadap peningkatan kerjasama siswa di SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung?

(12)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan akan memberikan arah bagi penelitian sehingga penelitian hanya ditujukan guna menjawab rumusan permasalahan penelitian. Tujuan yang disusun secara sistematis akan mengarahkan penelitian sesuai rencana menurut (Sugiyono, 2009:282). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pembelajaran melalui permainan tradisional Petak benteng dan gobag sodor pada siswa kelas IV di SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung 2. Pengaruh permainan Petak benteng dan gobag sodor terhadap kemampuan

kerjasama di SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan permainan petak benteng dan Gobag sodor terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar berlari di SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian nanti dapat digunakan sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

(13)

terhadap peserta didik dihubungkan dengan perilaku anak didik dalam proses pendidikan jasmani

2. Secara Praktis

a. Bagi tenaga pendidik terutama pendidik bidang olahraga, hasil penelitian dapat dijadikan tambahan pengetahuan yang terkait dengan upaya mendidik siswa agar memiliki pemahaman tentang kerjasama dan berperilaku sesuai pemahaman tersebut. Hasil penelitian dapat membantu meletakkan dasar-dasar nilai kerjasama dalam kehidupan agar siswa memiliki kepekaan sosial pada saat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya atau dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani.

b. Peserta didik mampu memahami pentingnya nilai-nilai moral bagi peserta didik usia 4 SD dalam interaksinya dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan partisipasi aktif dalam melaksanakan kegiatan belajar penjas. Dengan meningkatnya pemahaman tentang nilai dan kemampuan gerak dasar maka partisipasi aktif belajar akan meningkat. c. Sekolah Dasar: hasil penelitian tindakan kelas ini akan memberikan

sumbangan yang berarti bagi sekolah dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran penjas, khusunya bagi sekolah yang menjadi tempat penelitian ini dilaksanakan. d. Bagi rekan sejawat penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan refleksi

(14)

E. Variabel penelitian dan Definisi Operasional

Guna mempermudah pemahaman dan menghindari salah pengertian maka dibuatlah definisi dan operasionalisasi variabel. Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Permainan Tradisional Gobag Sodor

Permainan dilakukan oleh anak-anak yang dibagi menjadi 2 tim. Tim yang tidak berjaga dan tim yang mencoba menembus penjagaan berdiri di garis yang paling depan dan berusaha menerobos garis-garis tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh tim yang jaga.

2. Permainan petak benteng adalah permainan tradisional yang dilakukan dengan mengalahkan lawan melalui ketepatan tim menyentuh titik kontrol lawan lebih awal.

3. Kerja sama terbagi dalam dua kategori 1). bentuk kemitraan yaitu persamaan fungsi, peran, dan status dalam melakukan sesuatu, 2). kolaborasi yaitu kerjasama yang cenderung destruktif walau bisa saja konstruktif (Sudirman, 2010:3).

4. Keterampilan Lokomotor

(15)

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam suatu penelitian merupakan pegangan sebagai titik tolak dari proses yang dilakukan dalam penelitian.. Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Model permainan sangat disukai anak-anak. tanpa disadari melalui permainan anak-anak belajar mengenai moralitas dan sportivitas. Rahmat Menegaskan (2001:123) bahwa :” anak adalah unsur kepribadian yang diambil dari

perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan”.

2. Permainan petak benteng melatih anak didik untuk mentaati peraturan, melatih disiplin dan melatih kerjasama. Hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti (Iswinarti, Simposium Nasional, 2005 dalam Ibrahim, 2001:35) bahwa permainan anak tradisional mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan intelektual, sosial, emosi, dan kepribadian anak.

3. Permainan gobag sodor akan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri, kebijaksanaan, saling menghargai, dan menghilangkan rasa rendah diri. Permainan Tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang penuh dengan nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan anak tradisional merupakan permainan yang mengandung wisdom (Suseno, 1999 dalam Ibrahim , 2001 : 43).

(16)

berani mengambil keputusan, dan saling membantu. Sukintaka (1992: 11) menyatakan bahwa:” dengan bermain kita dapat meningkatkan kualitas anak sesuai dengan aspek pribadi manusia”.

5. Kemampuan memahami nilai-nilai kerjasama secara kongret akan membantu peserta didik memahai perannya di masyarakat. “Usia anak besar memiliki tugas untuk memahami dan membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri, mengembangkan hati nurani dan peran sosial” ( Havighurst dalam Kusmaedi dan Husdarta , 2004:25)

6. Permainan petak benteng memaksa anak untuk melatih gerak berlari dan bekerjasama dalam satu kelompok untuk membantu teman dan mencapai tujuan. Harsono (1988:202), menjelaskan bahwa: “jenis latihan fisik untuk meningkatkan kebugaran jasmani dapat juga dilakukan dalam bentuk permainan yang disesuaikan dengan usia dan karakteristik atlet yang dilatih”.

7. Gobag sodor mengharuskan anak untuk berlari dan berpindah tempat. Permainan tradisional gobag sodor mendorong anak untuk bergerak tanpa disadari anak belajar bergerak, melalui permainan olahraga mereka tidak merasa sedang dilatih, karena timbul rasa senang pada saat melakukannya”. Bermain mempunyai fungsi dalam aspek fisik, motorik kasar dan halus, perkembangan sosial, emosi dan kepribadian, kognisi, ketajaman pengindraan, dan mengasah ketrampilan.

G. Batasan Penelitian

(17)

1. Penelitian difokuskan pada penerapan permainan tradisional Petak benteng dan gobag sodor terhadap kemampuan kerjasama dan gerak dasar siswa kelas IV

2. Obyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD GBI Kec. Bojong Soang Kabupaten Bandung.

H. Cara memecahkan masalah hasil pembelajaran

Langkah –langkah yang ditempuh dalam melakukan perbaikan pembelajaran berdasarkan metode penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1) Membuat rencana pembelajaran 2) Mengundang teman sejawat untuk melakukan pengamatan atas proses pembelajaran 3) Mempersiapkan siswa kelas 4 untuk memulai proses pembelajaran

Berdasarkan hasil penguasaan siswa kelas 4 tentang perilaku moral yang dianggap masih rendah maka pada tahap kedua peneliti melakukan perubahan proses pembelajaran agar pemahaman secara nyata dan kontektual lebih baik. Secara umum sebagai langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran pembelajaran moral dan gerad

dasar dengan permainan tradisional

2. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan 3. Mengundang teman sejawat sebagai pengamat

4. Membawa peserta didik bermain gobag sodor dan menjelaskan cara, peraturan, apa manfaatnya

(18)

Secara rinci rencana tindakan penelitian dilaksanakan dan disusun secara terperinci pada setiap siklus sesuai jadwal dan alokasi waktu berdasarkan rancangan penelitian. Bentuk tindakan yang akan dilaksanakan dalam tindakan kelas pada tiap-tiap siklusnya berdasarkan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Siklus direncanakan disusun berdasarkan hasil pembelajaran yang diobservasi ( 2 Siklus ) yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran. Madya, (2009:11) mengatakan bahwa: “Penelitian tindakan adalah penelitian yang

dilakukan untuk melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktik secara inkeremental dan berkelanjutan”.

I. Lokasi, Populasi, dan Sampel

1. Lokasi penelitian adalah SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung 2. Populasi adalah siswa kelas IV SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten

[image:18.595.140.486.627.730.2]

Bandung. Populasi penelitian berjumlah 160 siswa . Sampel yang dipilih didasarkan pertimbangan kemampuan kerjasama serta berlari yang lebih rendah dibandingkan tiga kelas lain. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling jumlah sampel penelitian adalah 42 siswa

Tabel 1.1

Populasi dan keadaan kerjasama dan gerak dasar berlari Keterangan kelas

IV

Kondisi Kerjasama Kondisi gerak dasar berlari

A Kurang Kurang

B Baik Baik

C Baik Cukup

D Baik Baik

(19)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Belum maksimalnya kemampuan gerak kelas 4 SD di SD Bojong Soang serta perlunya pemaknaan nilai-nilai kerja sama dalam bentuk yang lebih nyata agar anak memiliki pengalaman belajar yang akan merubah pola perilakunya menjadi lebih baik menuntut adanya langkah perbaikan dalam pross pembelajaran penjas. Diperlukan langkah yang berkelanjutan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran tersebut dengan penelitian yang sesuai dengan konteks penelitian yang akan dilaksanakan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Class Action Research.

(20)

melibatkan siswa dan pendidik dalam penelitian. Tujuan penelitian tindakan adalah meningkatan dalam pengertian :(a) peningkatan praktek pendidikan, (b) peningkatan atau pengembangan profesional, pemahaman terhadap praktek oleh praktisinya, dan (c) peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek (Grundig dan Kemmis, 1982 : 84).

Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri secara kelompok yang dilakukan oleh para peserta ( seperti guru, siswa atau para pemegang kebijakan) dalam situasi sosial (termasuk bidang pendidikan) dengan tujuan untuk meningkatkan penalaran dan keadilan parktik pendidikan dan paraktek sosial mereka, serta pemahaman terhadap praktek-praktek tersebut yang dilakukan.

Secara sederhana, penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai sebuah penelitian yang didasarkan pada hasil reflektif yang terkendali dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru Pendas yang bertujuan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap pemahaman nilai-nilai kerjasama dan kemampuan gerak dasar berlari.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan penelitian ini adalah SDN Bojong Soang, Kota Bandung. Alasan memilih SDN Bojong Soang ini berdasarkan pertimbangan: a. Sebagian besar siswa kelas 4 SDN Bojong Soang belum memahami tentang

(21)

jasmani. Hasil pembelajaran mengenai nilai kerjasama belum mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan. Selain itu kemampuan gerak terutama berlari dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain belum maksimal padahal potensi yang dimiliki anak-anak sangat besar.

b. Peneliti merupakan salah seorang guru Penjas di SDN Bojong Soang, sehingga peneliti lebih memahami keadaan sekolah, karakteristik siswa, termasuk proses pembelajaran penjas yang berlangsung setiap harinya ketika dilaksanakan di lapangan yang cukup luas meskipun tidak ditunjang oleh kualitas lapangan yang memadai serta rendahnya unsur pendukung lain seperti minimnya jumlah alat dan media pembelajaran penjas.

Peneliti juga beranggapan bahwa sudah merupakan tanggung jawab moral sebagai seorang pendidik untuk selalu mengembangkan kompetensi guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran penjas yang pada akhirnya berujung pada meningkatnya potensi keterampilan gerak siswa. Salah satu upayanya adalah diawali dari diri sendiri dan di lingkungan sendiri yaitu melalui PTK.

2. Subyek Penelitian

(22)

C. Prosedur Penelitian dan Rencana Tindakan

1. Prosedur Penelitian

Ada empat komponen yang menjadi konsep pokok PTK. Menurut Arikunto (2002:83), keempat komponen tersebut menunjukkan langkah-langkah atau tahapan PTK yaitu sebagai berikut: 1), Perencanaan atau planning. 2)Tindakan atau acting, 3)Pengamatan atau observing dan 4) Refleksi atau reflecting. Setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam

satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa siklus.

[image:22.595.109.515.210.706.2]

Model PTK yang dipilih yaitu Kemiss dan Taggart. Tindakan dan observasi dilakukan pada saat bersamaan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi tindakan dan pengamatan merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Kedua kegiatan harus dilakukan dalam pada saat yang sama, Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk design seperti pada gambar 3.1 berikut :

(23)

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berbentuk siklus. Setiap siklus dilakukan 1-2 pertemuan dimana setiap pertemuan menggunakan 3 jam pelajaran secara lebih rinci penelitian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Sebelum pelaksanaan tindakan penelitian, mitra peneliti yang berperan sebagai observer mendapat pengarahan perihal kegiatan penelitian dan tugasnya sebagai observer. Mitra peneliti diberikan pemahaman mengenai cara-cara menggunakan instrumen jumlah waktu aktif belajar serta mencatat berbegai perilaku siswa berkenaan dengan informasi yang dibutuhkan guna mencapai tujuan penelitian.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan tindakan ini yaitu:

1. Peneliti menerapkan berbagai bentuk permainan target sebagai cara memberikan pemahaman untuk mampu melakukan jenis-jenis permainan olahraga yang sesungguhnya ini diterapkan dalam kegiatan pembelajaran penjas.

2. Mitra peneliti yang berperan sebagai observer di lapangan melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa yang belajar sebagai informasi/data dan fakta bagi peneliti untuk lebih lanjut diolah dan dianalisis guna kepentingan penelitian.

(24)

berlangsung ke dalam lembar observasi dan catatan kegiatan yang telah disiapkan.

2. Observasi

Selama pelaksanaan tindakan tugas peneliti adalah mencatat dan mengamati semua kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi dilaksanakan sesuai dengan rencana penelitian tindakan. Objek yang diamati adalah seluruh aktivitas siswa selama pembelajaran dilaksanakan, baik berupa perubahan yang bersifat individu maupun secara klasikal. Bentuk-bentuk observasi yang dapat dilakukan adalah :

1. Observasi peer (pengamatan sejawat)

Observasi peer adalah observasi terhadap pengajaran seseorang oleh orang

lain (biasanya sesama guru atau teman sejawat). Dalam observasi ini seorang guru bertindak sebagai pengamat untuk guru yang lain (Dikdasmen, 1999:37-38).

2. Observasi terstruktur

(25)

3. Refleksi

Tahap refleksi merupakan tahap kegiatan untuk menganalisis, melakukan interpretasi dan penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan. Informasi yang berhasil didokumentasikan, kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan data awal. Hasil informasi atau data yang sudah dianalisis kemudian melalui proses refleksi akan ditarik kesimpulan. Hasil yang diperoleh pada kegiatan refleksi ini dijadikan sumber bagi tindakan selanjutnya yaitu dalam rangka memperbaiki menyempurnakan atau meninggalkan kebiasaan yang kurang baik dalam pelaksanaan tindakan.

Adapun langkah-langkah refleksi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Analisis, sintesis, dan interpretasi terhadap semua data atau informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan yaitu menerapkan permainan target dalam kegiatan pembelajaran penjas.

2) Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan (peningkatan aktivitas belajar siswa).

(26)

D. Langkah-langkah Pelaksanaan Siklus I s/d Siklus II

Siklus I:

1. Perencanaan

Materi pembelajaran disesuaikan dengan program pengajaran penjas yang telah ditetapkan dalam rancangan pelaksanaan pengajaran (RPP) dengan pemahaman tentang nilai –nilai moral yaitu nilai kerjasama. Serta pembelajaran gerak. Penyususnan RPP dilakukan sesederhana mungkin agar mudah dilaksanakan dengan tetap memperhatikan tujuan pembelajaran dan diadakannya penelitian :

Adapun permainan tradisional yang dipilih yaitu permainan petak benteng : a. Menjelaskan tentang permainan petak benteng dan peraturannya

b. Membagi anak kedalam 4 kelompok masing-masing 10 dan 11 siswa per kelompok

c. Permainan dibagi menjadi dua bagian yaitu 2 kelompok pertama bermain selama 1 jam ( group A) kemudian diganti dengan 2 kelompok berikutnya (Group B)

d. Tim yang menang akan bermain dengan tim yang menang pada masing-masing group dan tim yang kalah akan bermain dengan tim yang kalah e. Menerangkan aspek-aspek nilai dan pembelajaran gerak dalam permainan

petak benteng

(27)

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai perbaikan yang diinginkan. Pelaksanakan permainan petak

benteng sesuai dengan rencana yaitu jam 8.30 3. Observasi

Mengamati proses pembelajaran sekaligus mengevaluasi perilaku siswa dalam bekerja sama pada saat bermain serta mengobservasi kemampuan gerak terutama pada saat terjadi saling mengejar.

4. Refleksi

Mengevaluasi secara total berkenaan dengan proses dan hasil yang dicapai pada siklus I untuk menentukan tindakan berikutnya di siklus II.

Siklus II:

1. Perencanaan

Materi pembelajaran di siklus II adalah bentuk-bentuk permainan tradisional yang lebih menekankan pada kemampuan bergerak lebih kompleks terutama pada saat menghindari hadangan lawan dalam waktu yang tepat (waktu terbatas) jika dibandingkan dengan kegiatan belajar di siklus I. Pelaksanaan Tindakan pembelajaran menggunakan permainan gobag sodor sebagai media pembelajaran nilai dan gerak lokomotor.

(28)

b. Tiap grup akan bermain selama 1 jam dan pemenang pada masing-masing group akan bermain untuk menentukan siapa pemenang pertama c. Penjelasan mengenai manfaat permainan dan peraturan yang berlaku 2. Tindakan yaitu mengajak ke lapangan yang telah disediakan bagi permainan.

Permainan dilakukan selama 1 jam dengan kondisi suhu yang lebih hangat yaitu jam 8 dan masing-masing tim harus bermain sesuai peraturan.

3. Observasi

Mengamati proses permainan dan menobservasi variabel penelitian yaitu kerjasama dan kemampuan lokomotor.

4. Refleksi

Mengevaluasi secara total berkenaan dengan proses dan hasil yang dicapai pada siklus II.

E. Teknik Pengumpulan data dan Instrumen penelitian

1. Observasi

Proses pengumpulan data dilakukan melalui observasi pada setiap tindakan dalam proses pembelajaran penjas. Proses pengumpulan data dibantu pula guru penjas sebagai rekan peneliti (mitra sejawat). Data yang dikumpulkan mencakup semua yang dilakukan oleh siapapun yang ada dalam situasi terkait, perubahan-perubahan yang perlu dilakukan, pengaruh suatu kegiatan pada peserta penelitian (sikap dan gerak), pola interaksi yang terjadi, dan proses yang berlangsung

(29)

pelaksanaan tindakan meliputi aktivitas yang ditunjukkan oleh seluruh siswa dan perilaku guru selama proses pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan. Berdasarkan itu pula maka data penelitian dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis sumber data yang berasal dari:

a) siswa: melalui perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh aktivitasnya dalam melaksanakan kegiatan belajar penjas.

b) guru: catatan jurnalnya dan data peneliti dari setiap perubahan siklus pada setiap observasi dan refleksi dari setiap kegiatan.

Langkah –langkah yang dilakukan dalam observasi ;

a) Catatan harian yang harus dianalisa merupakan gambaran sejauh mana kemampuan siswa memahami pembelajaran gerak dan kerjasama.

b) Kumpulan dokumen yang berhubungan dengan situasi.

c) Pengamatan dengan mencatat kegiatan pada saat pertemuan dengan tanda cheeklist jadwal teratur sesuai dengan situasi dan kondisi.

d) Format / blanko yang berisi pertanyaan yang terbuka kepada siswa mengenai pembelajaran dan materi pembelajaran.

2. Angket

(30)

Prinsip itu adalah isi dan tujuan merupakan bentuk pengukuran, bahasa yang digunakan dimengerti responden, pertanyaan dibuat tertutup dalam kalimat positif , pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan yang sudah lupa, pernyataan tidak menggiring, pertanyaan tidak terlalu panjang, urutan pertanyaan dari yang umum ke lebih spesifik serta penampilan fisik angket menarik.

[image:30.595.115.513.240.558.2]

Kuestioner menggunakan skala likert untuk mengetahui jawaban siswa atas pernyataan yang diajukan. Jawaban mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. seperti pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Skala Likert

NO Alternatif Jawaban Bobot Nilai

Bila Positif Bila Negatif

1. 2. 3. 4. 5.

SS (Sangat Setuju) S (Setuju)

KS ( kurang setuju) TS (Tidak Setuju)

STS (Sangat Tidak Setuju)

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5

Sumber : Metode Penelitian Sugiyono (2007)

3. Interview / wawancara dengan teman sejawat membuat kesimpulan ( klarifikasi ).

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah

1. Penerapan pembelajaran kerjasama dan gerak dasar melalui permainan tradisional petek benteng dan gobag sodor pada siswa kelas IV di SD GBI Kec Bojong Soang Kabupaten Bandung sesuai dengan peraturan dan tujuan pelaksanaan permainan sebagai media untuk meningkatkan kerjasama dan kemampuan berlari

2. Terdapat pengaruh permainan petak benteng dan gobag sodor terhadap peningkatan kerjasama

3. Terdapat pengaruh permainan Petak Benteng dan gobag sodor terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar berlari

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan peneliti dengan dibantu oleh teman sejawat maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kerjasama dan lokomotor melalui permainan tradisional pada jumlah kelompok yang berjumlah 5 dan 6. Perempuan lebih terorganisir dalam kelompok sedangkan pada laki-laki kondisi kelompok lebih dinamis, kerjasama meningkat setelah terbangun persepsi positif terhadap anggota tim.

(32)

kerjasama tumbuh karena adanya perasaan yang sama terutama pada saat menghadapi tekanan berat ( serangan lawan yang bertubi-tubi).

B. Saran

Berdasarkan temuan dan kesimpulan maka peneliti menyarankan bagi pihak-pihak yang terlibat dalamproses pembelajaran yaitu

1. Bagi Sekolah

Pihak sekolah mendorong pengembangan metode pembelajaran pendidikan penjas dengan tetap mengacu pada pencapaian kompetensi dasar yang harus dimiliki. Guru pendidikan penjas yang dapat mengembangkan model pembelajaran melalui permainan tradisional didorong untuk mengembangkan pengetahuannya tentang permainan tradisional melalui serangkian kegiatan ilmiah seperti seminar, semiloka atau penelitian tindakan kelas.

Sumber belajar dari lingkungan masyarakat akan mempermudah siswa berinteraksi dalam situasi sosial masyarakat serta menumbuhkan kesadaran guru bahwa lingkungan dapat menjadi sumber belajar yang kaya dengan pengetahuan.

2. Bagi Guru

(33)

mendorong kemampuan guru dalam mengajar sehingga tindakan kelas sebaiknya dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

3. Bagi teman sejawat

(34)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………..………. I

KATA PENGANTAR……….……….... ii

UCAPAN TERIMA KASIH……….……….. iii

DAFTAR ISI………...………. vi

DAFTAR TABEL………..……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN………..………. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1 B. Rumusan Masalah Penelitian...

C. Tujuan Penelitian………...

10 10 D. Manfaat Penelitian ...………....

E. Variabel dan Definisi Operasional...

11 12 F. Anggapan Dasar……….………...

G. Batasan Penelitian………..

H. Cara Pemecahkan Masalah Hasil Pembelajaran………. I. Lokasi, Populasi dan Sampel………

13 15 16 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. B. C D E F. Pendidikan Jasmani………. Tujuan Pendidikan Jasmani………. Permainan Tradisional ………..………... Karakteristik Kemampuan Lokomotor Siswa SD…………...

Nilai Kerjasama………

Kerangka Pemikiran ...………

(35)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian……….………. 39

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 40

C. Prosedur dan rencana Penelitian Tindakan Kelas... D. Langkah-langkah Pelaksanaan Siklus 1 dan II... E. Teknik Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian...

42 46 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan dan pengolahan Data hasil Observasi………… 51 B. Hasil Monitoring Pembelajaran Penjas...

C. Deskripsi Proses Pelaksanaan PTK siklus satu... D. Deskripsi Proses PTK siklus satu... E. Diskusi Penemuan...

52 59 72 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. 88

B. Saran……….……….. 87

DAFTAR PUSTAKA……….………. 91

LAMPIRAN………

(36)

DAFTAR TABEL

3.1 Skala Likert 50

4.1 Hasil Evaluasi Pembelajaran Pada Observasi Awal 57

4.2 Peningkatan kerjasama dan Lokomotor pada siklus

satu 62

4.3 Hasil observasi kelompok perempuan 64

4.4 Hasil Observasi Secara Keseluruhan 66

4.5 Nilai kerjasama dan lokomotor pada siklus satu 68

4.6 Persentase sikap kerjasama dan lokomotor 69

4.7 Hasil Observasi Terhadap Guru 70

4.8 Deskripsi Kegiatan Tindakan pada Siklus 2 72

4.9 Nilai kerjasama dan lokomotor pada siklus satu 73

4.10 Persentase Sikap Kerjasama dan Lokomotor 74

4.11 Hasil Observasi Kelompok Laki-laki 75

4.12 Hasil Observasi Kelompok Perempuan 76

(37)

Daftar lampiran

Rencapa Pelaksanaan Pembelajaran……….1 Permohonan Izin Penelitian………2 Keputusan Pengesahan Judul dan Penunjukkan Dosesn Pembimbing ……3

Skripsi

Surat Keterangan Penelitian………...4

Foto-Foto Penelitian……….5

Gambar

Tabel 1.1 Populasi dan keadaan kerjasama dan gerak dasar berlari
Gambar 3.1. Model Kemmis
Tabel 3.1 Skala Likert

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perhitungan Jam Puncak ( Peak Hour ) ... Membangkitkan Data Lalu Lintas ... Pengolahan Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan ... Analisis Prediksi Kinerja Ruas Jalan Sebelum

"These contracts (standard contracts) are of the take it or leave-it kind, for here the customer cannot bar gain over the terms; his only choice is to accept the terms in toto

Pada tahun 2016 kinerja tentang pasar adalah meningkatkan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana perdaganagan yang representatif dari yang 9.. pasar pada tahun 2015

(4) Laporan realisasi penyerapan dana dan capaian output kegiatan Tambahan Dana Alokasi Khusus Fisik Tahap I Tahun Anggaran 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat

Conto Runtuyan Acara Upacara Adat Nikah Sunda ……….. Poto-poto Ngeuyeuk Seureuh

Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa tingkat rasio kecukupan modal (CAR) PT.BPR Bali Budikusuma Mandiri Kudus tahun 2003-2005 berpredikat sehat yaitu 15,47%

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Bidan Praktik Swasta (BPS) pada Penggunaan Partograf Acuan Maternal Neonatal Dalam Pertolongan Persalinan Normal Di Wilayah Dinas