Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Penjelasan Istilah ... 17
1. Internalisasi ... 17
2. Program Pembelajaran Entrepreneur ... 17
3. Kemandirian (Self Reguler Learning) ... 17
4. Reflektif ... 18
5. Religius ... 18
BAB II INTERNALISASI, SIKAP HIDUP KEMANDIRIAN, REFLEKTIF, DAN RELIGIUS PENDIDIK MELALUI PROGRAM PEMBELAJARAN ENTREPRENEUR...…. 19
A. Internalisasi ... 19
1. Konsep Internalisasi... 19
2. Konsep Belajar Proses ... 20
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Rencana Langkah-Langkah Implementasi Program Pendidikan
Entrepreneur K-12, Ciputra Way, Tahap Starter 1 Tahun ... ... 27
C. Konsep Dasar Pembelajaran Entrepreneurship ... 29
1. Pengertian Entrepreneur ... 29
2. Hubungan Pembelajaran Entrepreneurship dengan Kurikulum Nasional ... 32
3. Tujuan Pendidikan Entrepreneurship ... 33
4. Kurikulum Entrepreneurship ... 33
D. Sikap Hidup Kemandirian ... 41
E. Sikap Hidup Reflektif ... 42
Standar Perilaku Pendidik Entrepreneur ... . 43
F. Sikap Hidup Religius ... 45
1. Pengertian dan Konsep Religius ... 45
2. Idealisme Pendidikan Kristiani ... 48
3. Pendidikan Menurut Semangat Santa Angela ... 49
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
A. Rancangan Penelitian ... 52
B. Subyek Penelitian ... 53
C. Prosedur Penelitian ... 55
D. Instrumen Penelitian ... 58
E. Analisis Data ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65
A. Tahap-tahap Studi Pendahuluan ... 65
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Hasil-hasil Studi Pendahuluan ... 89
1. Hasil Studi Pendahuluan terhadap Guru TB/TK Santa Ursula ... 89
2. Hasil Studi Pendahuluan terhadap Orang Tua Siswa TB/TK Santa Ursula ... 100
C. Implementasi Program Pembelajaran Entrepreneurship ... 105
1. Tujuan ... 105
2. Profil Pendidik ... 106
3. Internalisasi Sikap Kemandirian, Reflektif, dan Religius Melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship ... 111
4. Perjanjian antara Yayasan dan CES ... 112
5. Tahap-tahap Anggota Komunitas Entrepreneur ... 113
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 121
A Simpulan ... 121
B Rekomendasi... 122
1. Bagi Para Pendidik TB/TK Santa Ursula ... 122
2. Bagi Orang Tua Murid TB/TK Santa Ursula ... 123
3. Bagi Yayasan Prasama Bhakti Pengelola TB/TK Santa Ursula ... . 123
4. Bagi Pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung ... . 124
5. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung ... . 124
6. Bagi Ciputra Entrepreneurship School (CES) ... . 124
7. Bagi Penelitian Lanjutan ... 125
DAFTAR PUSTAKA
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak berdirinya TK Santa Ursula tahun 1956 sekolah ini menggunakan
model pembelajaran yang konvensional. Hal tersebut dirasa kurang efektif untuk
dapat menjawab tantangan serta kebutuhan zaman yang semakin maju dan serba
instan. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, pendidik
Taman Bermain/ Taman Kanak - kanak (TB/TK) dituntut untuk mendalami dan
mengerti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sebagai pendidik PAUD perlu
pemahaman mendalam, serta kreatifitas yang khusus dalam menjalankan tugasnya
selama proses pembelajaran.
TB/TK Santa Ursula di bawah naungan Yayasan Prasama Bhakti (1956)
menyadari akan kemajuan jaman, serbuan teknologi informasi dan temuan-temuan
baru dibidang model pembelajaran yang lebih menyenangkan dan populer, seperti
Pembelajaran aktif kreatif menyenangkan (Pakem), Pembelajaran aktif inovatif
kreatif, menyenangkan (Paikem), Pembelajaran aktif inovatif kreatif,
menyenangkan gembira dan berbobot yang disingkat (Paikem Gembrot). Hal
tersebut memberikan inspirasi baru bagi TB/TK Santa Ursula untuk mencari
pembelajaran yang mampu memberikan terobosan baru dalam mendidik peserta
didik supaya menjadi pribadi yang lebih inovatif, kreatif dan kritis.
Kreativitas adalah kunci jawaban dalam menghadapi tantangan zaman yang
menjawab tantangan tersebut adalah model pembelajaran melalui program
pembelajaran entrepreneurship. Program pembelajaran entrepreneurship jika
dijalankan dengan sungguh-sungguh, diharapkan akan dapat membangun
pengetahuan dan kreativitas berdasarkan pengalaman mereka sendiri, serta
membentuk kepribadian yang mandiri dan berkarakter. Oleh karena itu TB/TK
Santa Ursula memutuskan untuk memakai pembelajaran entrepreneurship dalam
mendukung terwujudnya visi dan misi sekolah.
Menurut M. Sholekhudin (2011), dengan mengutip dari Jack Foster dalam
bukunya How to Get Ideas, ada empat catatan penting yang dapat diketahui
seseorang menjadi kreatif. Pertama bersenang-senanglah dan mencintai apa yang
dilakukan, kedua berpikirlah seperti anak-anak, bebas tanpa beban, ketiga,
keluarlah dari rutinitas, dan keempat, belajarlah menggabung-gabungkan sesuatu.
Selain itu kreativitas adalah prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu
yang baru berdasarkan bahan, informasi, data, atau elemen-elemen yang sudah
ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat, menemukan
cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang,
ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Sebagai pendidik PAUD
perlu memahami karakteristik anak didik dan perkembangannya. Di sinilah
diperlukan refleksi seorang pendidik untuk memahami diri, anak didik dan
memenuhi kebutuhan lembaga.
Bangsa China melalui pemimpin yang berwawasan terbuka Deng Xiao
Ping (1978), berhasil menghantarkan rakyat China menjadi negara adidaya kedua
2010). Menurut George Zhibin Gu (1961), seorang jurnalis dan konsultan
menyaksikan China beralih dari “Revolusi Kebudayaan”ke masa “Keterbukaan”.
Efek keterbukaan menghasilkan pelajaran berharga, antara lain pertumbuhan sejati
dan memiliki arti bertumpu pada inisiatif individu dan karya entrepreneur
masyarakat, hal ini terjadi dalam masyarakat yang memiliki mindset terbuka.
Pertumbuhan nasional yang berkelanjutan harus mengikutsertakan dunia
seluruhnya. Hal tersebut menyebabkan pendapatan perkapita negara China naik
lima kali lipat (1987). Ada empat efek positif dari kegiatan ekonomi entrepreneur,
yang pertama, mendorong dengan sukses laju ekonomi dengan cepat. Kedua,
peran sektor swasta menggantikan peran sektor publik yaitu 90.89% (1999).
Ketiga, sektor swasta menyediakan lapangan kerja lebih besar dibanding sektor
publik. Keempat, pertumbuhan sektor swasta telah mengangkat kualitas hidup
rakyat China.
Sebagai pendidik diperlukan perubahan yang berasal dari kesadaran pribadi
sebagaimana dicetuskan oleh para tokoh negarawan China yang sangat berhasil
membawa dan mewujudkan negara yang sejahtera. Yayasan Prasama Bhakti
menyadari perlunya mengambil langkah konkrit untuk menjawab kebutuhan
jaman, maka mulailah mempelajari beberapa tawaran program pembelajaran,
dengan tujuan melalui program pembelajaran tersebut para pendidik mampu
mendidik para peserta didik supaya menjadi orang yang mampu menjawab
tantangan jaman. Penting perlu adanya analisa program pembelajaran, karena
belum tentu sesuai dengan filosofi, visi dan misi pendidikan Yayasan Prasama
Bhakti.
Laporan World Economic Forum 2009 tentang bidang pendidikan, dan
Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 29 Oktober 2009,
dalam Temu Nasional (National Summit), menyampaikantiga hal penting strategi
utama untuk lima tahun mendatang yaitu adanya pemberdayaan masyarakat,
kewirausahaan dan inovasi teknologi, seperti yang dilaporkan oleh Antara 29
Oktober 2009, dan Kompas 30 Oktober 2009. Pemerintah pada tanggal 2 Februari
2011 melalui Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarif Hasan
mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Dikuatkan oleh harapan
pemerintah sesuai dengan yang tertuang dalam GKN ini, maka Yayasan Prasama
Bhakti mempelajari maksud pemerintah, baik latar belakang, tujuan maupun
proses pelaksanaannya.
Lembaga pendidikan sebagai tempat menggantungkan masa depan tidak
bisa memberikan kepastian pekerjaan karena lapangan kerja yang disediakan tidak
mencukupi bagi peserta didik yang sudah lulus dan jumlahnya cukup banyak
(Hendra & Riana (2008 : V)). Inilah tantangan terberat dunia pendidikan.
Tantangan terberat Yayasan Prasama Bhakti adalah jumlah murid yang semakin
menurun secara signifikan, sedangkan dalam berbagai forum pendidikan kualitas
dan kuantitas merosot tajam karena pendidik kurang kreatif, inovatif, dan kritis,
apalagi mandiri, reflektif dan religius. Masalah pengangguran merupakan
penyakit yang bersifat struktural dan kronis yang melanda seluruh negara
tidak stabil, kemapanan dan keamanan dalam bekerja adalah tujuan utama.
Kemapanan tersebut didapat saat menjadi karyawan yang mendapat gaji bulanan
yang tetap, sedangkan dunia entrepreneurship masih ditakuti oleh sebagian orang
karena dianggap gambling dengan pendapatan yang fluktuatif, bisa naik bisa
turun, dan bisa saja bangkrut. Hambatan inilah yang perlu Yayasan Prasama
Bhakti perhatikan, sebab pendidikan bukanlah eksperimen tapi merupakan
komitmen.
Melalui permasalahan tersebut pemerintah menyadari bahwa dunia
pendidikan adalah agen perubahan yang strategis, oleh karena itu dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” (pasal 1, butir 1). Untuk
menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas, maka pendidikan harus
dilakukan sejak dini, supaya mereka memiliki bekal yang baik untuk menjadi
sosok pribadi yang memiliki jiwa entrepreneurship, yaitu pribadi yang mandiri,
kreatif dan inovatif. Maka prioritas Yayasan Prasama Bhakti adalah mengubah
mindset pendidik. Sejalan dengan ini, secara tegas memilih program pembelajaran
entrepreneurship sebagai salah satu langkah berbeda dari sekolah lain untuk
diimplementasikan di lembaga pendidikan Yayasan Prasama Bhakti.
Komitmen untuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini telah
1989, kemudian ditindaklanjuti dalam Komitmen Pendidikan Untuk Semua
(Education For All) di Jomtien Thailand pada tahun 2000, serta Komitmen World
Fit for Children di New York tahun 2002 (Jalal, 2004:1).
Komitmen dunia adalah juga komitmen Yayasan Prasama Bhakti untuk
mampu berkarya dalam dunia pendidikan. Karya pendidikan memiliki banyak
tantangan, berbeban berat dan beberapa fakta menunjukkan yaitu, keluarga tidak
menanamkan spirit entrepreneurship, lembaga pendidikan tidak mendidiknya dan
masyarakat seolah-olah apatis dengan kebutuhan mendesak ini. Dalam konteks
inilah pendidikan entrepreneurship diharapkan mampu membangkitkan semangat
berwirausaha, berdikari, berkarya, dan mengembangkan bakat sesuai potensi dan
mengembangkan perekonomian nasional. Pendidikan entrepreneurship harus
dimulai dari keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan.
Menurut Ciputra tahun 2007 jumlah entrepreneur di Indonesia masih minim
hanya 0,18% atau 440.000 orang, kalah dengan Singapura dan Amerika Serikat
yaitu 7,2% dan 11,5%. Yayasan Prasama Bhakti berharap apabila pendidik sudah
memiliki jiwa entrepreneur, maka peserta didikpun akan mendapat pelimpahan
jiwa, ketrampilan, inovatif dan kemandirian sekaligus reflektif dan religius.
Generasi muda menjadi target utama program pendidikan entrepreneurship.
Mereka harus dilatih kreatif, menciptakan peluang dan menentukan keputusan,
produktif melahirkan produk dan karya agung, aktif memberdayakan masyarakat
sekitar, serta memajukan perekonomian nasional.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional,
secara tegas telah dimasukkan ke dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yaitu: suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (pasal 1, butir 14). Hal ini berarti
pemerintah telah memberi perhatian yang besar terhadap pendidikan anak usia
dini. Terlepas dari usaha pemerintah, ternyata menurut Tadkiroatun (2009)
Indonesia menghadapi kualitas krusial pendidikan yang dilematis, hal ini yang
disebabkan oleh (1) beragamnya latar belakang dan kualifikasi pendidik PAUD,
(2) output anak bersifat akademis bukan developmental, (3) kebijakan yang
kurang berpihak pada kePAUDan (3) belum tersedianya materi pembelajaran
untuk PAUD.
Pendidik di TB/TK Santa Ursula dari 9 orang pendidik, 90% bukan lulusan
kependidikan (lihat lampiran), sehingga sangat tepat apa yang disampaikan oleh
Tadkiroatun, kesulitan memenuhi syarat tersebut mendorong yayasan untuk
mencari peluang lain. Yayasan berharap agar para pendidik yang berkecimpung
dalam PAUD ini dapat menanamkan nilai-nilai spiritualitas entrepreneur sejak
dini.
Yayasan Prasama Bhakti yang berkedudukan di Bandung bekerja sama
dengan CES (Ciputra Entrepreneurship School) menyelenggarakan program
pembelajaran yang berbeda, yaitu mengintegrasikan dua kurikulum sekaligus
salah satu solusi permasalahan pendidikan di Indonesia. Yayasan, para pendidik,
orang tua, serta anak-anak telah mengimplementasikan program ini selama empat
tahun. Pendidik diharapkan memiliki modal dasar pembelajaran entrepreneurship
yaitu pembentukan pribadi melalui proses sebagai berikut: mindset/langkah awal
yang esensial, attitude/dukungan, dan skill/kecakapan dan
knowledge/pengetahuan. Sikap seseorang dilatih seumpama pemburu, bersikap
optimis, efektif, efisien sedangkan sikap dan perilakunya optimis, proaktif, positif,
tahan banting, dan senang bekerja keras.
Menurut Prof. Allan Gibbs dari Universitas of Durhan (UK), entrepreneur
adalah kombinasi entrepreneursial, behavioures, attributes dan skill.
Schermerhorn (1989) mendeskripsikan entrepreneurship sebagai perilaku yang
dinamis, kreatif, berani menghadapi resiko, dan dalam melakukannya selalu
berorientasi pada inovasi. Stoner (1998) menyatakan bahwa pada dasarnya
entrepreneurship bergerak dari kebutuhan dasar manusia untuk berprestasi (need
of achievement) seperti konsep/teori Mc. Cleland. Selanjutnya, Covin & Slevin
(1996) menyatakan bahwa pada dasarnya seorang entrepreneur dapat dikenali dari
sikap dan perilakunya yang mencerminkan tiga dimensi, yaitu: keinovatifan
(innovativeness), pengambilan resiko (risktaking), keproaktifan (pro-aktivness).
Melalui program dengan pembelajaran entrepreneurship ini diharapkan para
pendidik dapat berinovasi, terampil dan memiliki mindset baru, yang pada
akhirnya memiliki sikap hidup kemandirian reflektif, dan akhirnya religius.
Strategi bangsa harus didukung untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa
Pendidikan Tinggi (PT) meluluskan 650.000 pengangguran terdidik, dan 2009
sudah mencapai 1,1 juta orang. Kompas 19 Februari 2010, melaporkan dua juta
diploma dan sarjana menganggur. Prof. Payaman Simanjuntak dalam TOT
Entrepreneur-Educator di Bali, pada bulan Juni 2009, mengatakan tiga dari
sepuluh tukang ojek Jakarta lulusan Sarjana, dan menurut kementrian keuangan
ada 1.785 karyawan baru, sedangkan pelamar lebih dari 100.000 orang.
Ciputra Way K-12 mempunyai solusi menyumbangkan pemikiran why,
what, dan how, dalam proses pendidikan, dan ada 4 pokok keentrepreneuran
Ciputra Way K-12: yaitu pertama, definisi entrepreneur, tujuan dalam
pendidikan, dan pelatihan. Dan tiga ciri utama innovative entrepreneur yaitu,
pencipta peluang. Kedua, inovator, dan ketiga, pengambil resiko, serta keempat,
mendorong terciptanya kerja sama empat kelompok GABS. Jadi kesejahteraan
seseorang dapat diperoleh karena pribadi tersebut memiliki jiwa kemandirian,
reflektif dan religius serta terus membaharui diri, berinovasi dan berupaya selalu
percaya pada penyelenggaraan Ilahi.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya pada jalur formal di TB/TK
merupakan tahapan pertama dan strategis yang sangat membantu anak didik untuk
mengembangkan berbagai potensi, baik psikis maupun fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk memasuki sekolah dasar. Pendekatan pembelajaran
pada tahapan ini menganut filosofi bermain sambil belajar amatlah cocok dengan
siklus pembelajaran entrepreneurship. Tiga kata kunci dalam program
Beberapa hal yang mendukung keberhasilan entrepreneur dalam pendidikan
adalah pendidik dan kurikulum. Kurikulum menyangkut konten dan strategi
instruksi pembelajaran. Maka sangat penting bagi para pendidik TB/TK Santa
Ursula untuk memiliki jiwa entrepreneurship.
Program pembelajaran entrepreneurship menekankan lima tahapan belajar.
Tahap demi tahap mempunyai penekanan pendidikan terhadap sang pembelajar.
Tahap pembelajaran tersebut adalah (1) Eksploring, (2) Planning, (3) Doing, (4)
Communicating, dan akhirnya Reflecting. Hasil refleksi membentuk seseorang
hidup peka dan disiplin batin. Refleksi mengarahkan individu untuk mundur,
mengendalikan diri, mengingat dan mengambil nilai-nilai positif dari kejadian
yang telah dialami dan belajar dari pengalaman untuk dapat hidup dengan lebih
baik serta menemukan solusi yang terbaik bagi masalah yang dihadapi dengan
melihat tahap-tahap yang telah dilewati. Tahap eksploring, planning, doing dan
communicating membentuk sikap dan karakter pendidik yang reflektif dan
menjadikan pribadi secara perlahan menjadi lebih religius. Semua memahami
bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang berlangsung bertahap, berkelanjutan
sepanjang rentang kehidupan, menjadikan seseorang pribadi yang mandiri.
Seorang pribadi yang mandiri dan reflektif mengarahkan diri selalu kepada Sang
Pencipta. Faktanya adalah pembelajaran akan lebih bermakna, baik bagi pendidik
sendiri maupun bagi peserta didik. Melalui program pembelajaran
entrepreneurship diharapkan dapat menjawab tantangan jaman, tidak mengenal
putus asa, belajar membiasakan diri untuk mencari peluang, dan
terhadap diri sendiri. Rasa tanggung jawab membentuk setiap pribadi hidup
reflektif dan disiplin. Sehingga pada akhirnya proses pembelajaran menyenangkan
dan pendidik dapat melihat keunikan peserta didik sebagai makhluk ciptaan yang
bebas tumbuh dan berkembang sesuai dengan keunikan, minat, dan kemampuan
masing-masing.
Menurut Hurlock (1973) religi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur keyakinan
dan pelaksanaan ajaran agama. Spinks (1963) agama meliputi adanya keyakinan,
adat, tradisi, dan juga pengalaman-pengalaman individual, sedangkan
dimensi-dimensinya menurut Glock dan Stark (dalam Shaver dan Robinson, 1975;
Subandi, 1988; Afiatin, 1997) membagi dalam lima dimensi. Inilah tujuan akhir
dari pendidikan melalui pembelajaran entrepreneurship, yaitu pribadi yang
memiliki kemandirian tangguh, kreatif dan inovatif sekaligus mengarahkan
tujuan akhir hidup. Menurut Nashori (1997) seorang religius akan mencoba selalu
patuh terhadap ajaran agamanya, berusaha mempelajari ajaran agamanya, dan
merasakan pengalaman-pengalaman beragamanya, dengan kata lain religiusitas
mempunyai lima dimensi: keyakinan (the ideological dimension), peribadatan
atau praktik keagamaan (the ritualistic dimension), feeling atau penghayatan (the
experiencal dimension), pengetahuan agama (the intellectual dimension), dan
dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension). Kelima dimensi ini
membentuk manusia mandiri, reflektif, sekaligus religius. Kedekatan dengan
Tuhan menjadikan sebuah pribadi yang utuh berproses sepanjang masa sampai
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas,
maka penelitian ini akan coba memotret bagaimana internalisasi sikap hidup
kemandirian, reflektif, dan religius pendidik melalui program pembelajaran
entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Bagian yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana para
pendidik PAUD menginternalisasikan nilai-nilai hidup entrepreneurship melalui
program pembelajaran entrepreneur dalam sikap hidup kemandirian, reflektif, dan
religiusitas mereka masing-masing, untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang
berfungsi sebagai pendidik di Taman Bermain/Taman Kanak-Kanak Santa Ursula
Bandung.
Penelitian ini melibatkan 9 orang pendidik yang telah berproses dan
mengalami pelaksanakan program pembelajaran entrepreneurship selama 4
(empat) tahun dalam naungan Yayasan Prasama Bhakti. Dalam proses
internalisasi nilai-nilai entrepreneurship tidaklah seluruhnya berhasil dengan
lancar dan sukses. Diidentifikasikan ada 2 orang pendidik yang
sungguh-sungguh sudah dapat memahami dan berproses serta melaksanakan pembelajaran
entrepreneurship secara mandiri. Pendidik lainnya masih dalam proses belajar
serta mengerti sikap hidup reflektif dan religius, hal tersebut bisa terjadi karena
pendidik tersebut belum bisa mempraktikkan secara langsung atau
melaksanakannya. Mereka yang sedang bertumbuh sikap kemandirian, reflektif,
entrepreneurship dan belum menjadi bagian dari dirinya dalam sikap mandiri,
reflektif, dan religius. Pendidik di TB/ TK Santa Ursula Bandung, melalui kerja
sama dengan Ciputra Entrepreneurship School (CES) diharapkan memiliki jiwa
entrepreneur sebagai salah satu bagian proses pembelajaran dan dapat membantu
peserta didik untuk memiliki jiwa entrepreneur (pantang menyerah, mencari
peluang, inovatif, kreatif) serta terbiasa untuk melakukan refleksi diri pada setiap
tahap pengalaman hidupnya. Akhirnya pendidik yang berjiwa entrepreneur dapat
menumbuhkan sikap kemandirian, reflektif, religius pada peserta didik yang dapat
dimulai dari sejak dini. Inilah pentingnya penelitian ini dilakukan.
Ada beberapa pendidik yang pandai secara kognisi namun tidaklah lengkap
bila yang dikembangkan hanyalah aspek kognitifnya saja. Pendidikan dengan
program pembelajaran entrepreneurship memungkinkan seseorang untuk
berkembang baik kognisi, keterampilan, serta afeksinya.
Agar penelitian internalisasi program pembelajaran entrepeneurship ini
dapat menemukan point penting pada sikap hidup kemandirian, reflektif, dan
religius pendidik, maka diperlukan perumusan masalah yang diuraikan dalam
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimanakah proses implementasi program pembelajaran
entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?
2. Faktor-faktor apa yang menghambat dalam pelaksanaan program
pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?
3. Bagaimanakah cara mengatasi hambatan-hambatan selama melaksanakan
4. Faktor–faktor apa yang mendukung keberhasilan pelaksanaan program
pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?
5. Apakah melalui proses program pembelajaran entrepreneurship terbentuk
sikap hidup kemandirian pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung?
6. Apakah melalui proses internalisasi nilai-nilai entrepreneurship melalui
program pembelajaran entrepreneurship terbentuk sikap hidup reflektif
pada para pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung?
7. Apakah melalui proses internalisasi nilai-nilai entrepreneurship melalui
program pembelajaran entrepeneurship terbentuk sikap hidup religius pada
para pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini melalui penjelasan istilah,
beberapa teori, dan studi kasus, bertujuan agar para orang tua, pamong/pengasuh,
lembaga pendidikan dan pendidik Taman Kanak-Kanak dapat:
1. Memperoleh gambaran proses internalisasi sikap hidup kemandirian,
reflektif, dan religius melalui pelaksanaan program pembelajaran
entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.
2. Menemukan fakor-faktor yang menghambat pelaksanaan program
pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.
3. Menemukan cara mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan program
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan
program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.
5. Mengidentifikasi proses sikap hidup kemandirian pada pendidik di TB/TK
Santa Ursula Bandung.
6. Mengidentifikasi proses sikap hidup reflektif pada pendidik di TB/TK
Santa Ursula Bandung.
7. Mengidentifikasi proses sikap hidup religius pada pendidik di TB/TK
Santa Ursula Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan
praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat, antara lain:
1. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoritis, metodologis,
dan empiris bagi kepentingan pendidikan TB/ TK Santa Ursula Bandung,
dalam sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pendidik di TB/TK
Santa Ursula Bandung.
2. Dapat dijadikan pola dan strategi para pendidik dalam proses internalisasi
sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pada pendidik di TB/TK
Santa Ursula Bandung.
3. Dapat dijadikan sebuah alternatif pembelajaran bagi siapapun yang
membutuhkan dalam proses internalisasi sikap hidup kemandirian,
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan:
1. Informasi bagi para pendidik Taman Kanak-Kanak dan orang tua murid
usia dini dalam upaya proses sikap hidup mandiri, reflektif, dan religius
(sebagai pendidik) di TB /TK Santa Ursula Bandung.
2. Sebagai bahan masukkan bagi Yayasan Prasama Bhakti sebagai pengelola
TB/TK Santa Ursula Bandung dalam merencanakan, melaksanakan,
menempatkan, dan melakukan pengawasan serta mengevaluasi konsep
pembelajaran dan membangun sikap hidup mandiri, reflektif, dan religius
dengan rencana dan strategi yang sudah ditentukan.
3. Sebagai masukkan bagi pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung untuk
dijadikan pertimbangan kontekstual dan konseptual operasional dalam
merumuskan konsep membangun sikap hidup mandiri, reflektif, dan
religius lewat program pembelajaran entrepreneurship.
4. Sebagai masukkan dalam memberikan isi pembinaan bagi pendidik di
TB/TK Santa Ursula Bandung dalam meningkatkan sikap hidup
kemandirian, reflektif, dan religius.
5. Sebagai bahan masukkan bagi Dinas Pendidikan kota Bandung dalam
pembinaan bagi para pendidik PAUD, dalam meningkatkan sikap hidup
mandiri, reflektif, dan religius lewat program pembelajaran
entrepreneurship.
6. Sebagai bahan masukkan, refleksi, dan evaluasi bagi CES terhadap
7. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal
untuk melakukan penelitian lanjut mengenai internalisasi sikap hidup
kemandirian, reflektif, dan religius melalui program pembelajaran
entrepreneurship di lembaga atau institusi lainnya.
E. Penjelasan Istilah
1. Internalisasi
Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai
sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku (Sumber KBBI 3).
2. Program Pembelajaran Entrepreneurship
Entrepreneurship adalah sebagai perilaku yang dinamis, kreatif,
berani menghadapi resiko, dan dalam melakukannya selalu berorientasi
pada inovasi. Sedangkan program pembelajaran entrepreneurship
Ciputra Ways K-12 adalah pembelajaran melalui Learning Cycle
(Exploring, Planning, Doing, Communicating, Reflecting) yakni
pembelajaran yang bersifat terus menerus tanpa putus.
3. Kemandirian (Self Reguler Learning)
Proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran,
perasaan, strategi, dan perilaku sendiri yang berorientasi pada pencapaian
tujuan. Terdapat tiga fase, yaitu: merancang belajar, memantau kemajuan
belajar selama menerapkan rancangan, dan mengevaluasi hasil belajar
secara lengkap. SRL merupakan siklus kegiatan kognitif yang rekursif
mengadopsi, atau menemukan pendekatan strategi untuk mencapai tujuan
tugas; dan memantau hasil dari strategi yang telah dilaksanakan.
Kemandirian menunjukkan kepada adanya kemampuan untuk mengambil
inisiatif, kemampuan mengatasi masalah, penuh ketekunan, mengatasi
sendiri kesulitannya dan ingin melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri.
4. Reflektif
Refleksi mengarahkan individu untuk mundur, mengendalikan diri
dan melihat tahap-tahap hidup yang telah dilewati. Tindakan yang
melibatkan kesediaan untuk membuat penilaian diri sendiri dan
perkembangan diri secara jujur.
5. Religius
Religius adalah pengalaman yang membawa manusia kepada
kepercayaan akan sesuatu yang melebihi manusia dan hidupnya. Manusia
terangkat kepada suatu yang melebihi manusia yang mengarah kepada
Allah. Dalam pengalaman itu manusia meraih Allah dalam hidupnya atau
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini berjudul “Internalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif,
dan Religius Pendidik Melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode studi
kasus. Studi kasus sendiri merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif,
merujuk pada investigasi yang mendalam terhadap individu, kelompok atau
institusi (Gay, 1987: 207) atau analisis kontekstual secara detail terhadap
partisipan atau kelompok kecil beserta peristiwa yang melibatkan mereka
(Fraenkel & Wallen, 1993:392). Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami
fenomena sosial ditinjau dari perspektif partisipan, mencakup perasaan,
keyakinan, gagasan, pikiran, dan tindakan mereka (Schumacher, 2001: 396). Studi
kasus pada penelitian ini selain untuk memperoleh pemahaman bermakna tentang
kondisi obyektif pendidik di Taman Bermain/Taman Kanak-Kanak dalam
memberikan pembelajaran yang mengarahkan anak sejak dini untuk memiliki jiwa
entrepreneur, yang menjadi kasus/permasalahan utama dalam pembentukan jiwa
mandiri, reflektif dan religius. Sebagimana sifat penelitian kualitatif, penekanan
ditujukan pada deskripsi dan eksplorasi (Schumacher, 2001: 397) dan tidak
dimaksudkan untuk melakukan generalisasi terhadap hasil-hasil dan kesimpulan
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
praktisi yang melihat situasi serupa dengan situasi yang dialami oleh peneliti
(Fraenkel & Wallen, 1993: 403).
Dalam kerangka pemilihan studi kasus sebagai pendekatan untuk mencapai
tujuan penelitian ini, pada bagian pertama studi pendahuluan (prasurvei)mengacu
pada profil kepala sekolah dan guru sasaran, pelibatan orangtua, yayasan, anak
dan hambatan atau kesulitan guru dalam menginternalisasikan program
pembelajaranentrepreneurship, serta cara mengatasi kesulitan/hambatan
tersebut,penelitian ini menggunakan deskriptif-kualitatif.
Penelitian ini dilakukan terhadapsembilanorang pendidik, setelah(empat)
tahun melaksanakan program pembelajaran entrepreneurshipyang diprogramkan
oleh yayasan di TB/TK Santa Ursula Bandung. Melalui wawancara dan observasi,
serta angket kepada sumber penelitian dan sumber pelengkap penelitian yaitu:
orangtua murid, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman
mereka mempercayakan anak dalam lingkungan pendidikan TB/TK
St.Ursuladengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan program
pembelajaran entrepreneurshipyang terpola dalamLearning Cycle(Eksploring,
Planning, Doing, Communicating, Reflecting).
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Taman Bermain/Taman Kanak-Kanak Santa
Ursula Bandung. Komunitas sekolah ini terdiri atas kepala sekolah, sembilan
guru, dua karyawan, dua tata usaha dan satu pengasuh. Peserta didik dengan
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Taman Kanak-Kanak, dengan empat kelas yang terdiri dari 139 peserta didik.
Pada tahap studi pendahuluan, penentuan subyek atau partisipan penelitian
dilakukan dengan menggunakan purposeful sample technique (McMillan &
Schumacher, 2001:401) pemilihan teknik ini didasarkan pada pertimbangan tujuan
penelitian dan bentuk informasi yang akan diperoleh. Subyek terpilih dinilai dapat
memberikan informasi terkait dengan implementasi program yang utuh, untuk
membantu memecahkan masalah tentang sikap hidup kemandirian, reflektif dan
religius pada para pendidik di TB/TK dengan melibatkan orangtua. Mereka terdiri
atas: (a) kepala sekolah dalam fungsinya sebagai penanggungjawab di unit satuan
pendidikan, termasuk pelaksana implementasi dan internalisasi program
pendidikan melalui program pembelajaran entrepereneurship; (b) guru kelas
dalam fungsinya sebagai pelasana program pembelajaranentrepreneurship.
Pada tahap kedua validasi implementasi program pembelajaran,
internalisasiprogram pembelajaran entrepreneurship, penentuan subyek penelitian
yang berperan sebagai guru yang telah melaksanakan program, tetap dilakukan
dengan menggunakan purposeful sample technique (Mc. Millan & Schumacher,
2001: 401). Sementara penentuan guru dilakukan dengan menggunakan
convinience sampling technique (Mc. Millan & Schumacher, 2001: 175).
Terdapat empat guru yang dirujuk oleh kepala sekolah telah melaksanakan
program pembelajaran entrepreneurship secara penuh, dan memiliki performance
kepribadian dalam sikap hidup kemandirian, reflektif, religius menonjol dan
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam penelitian ini terdapat sumber data penelitian:
1. Sumber data primer: adalah sumber data utama. Sumber data ini adalah
bahan-bahan literatur, dokumen yang berkaitan dengan model pembelajaran
entrepreneurship, kurikulum KTSP TB/TK Santa Ursula.
2. Sumber data sekunder: adalah penunjang, atau biasa juga disebut sebagai data
kedua setelah data primer. Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah
bahan-bahan literatur dan dokumen tambahan. Ditunjang dengan observasi,
wawancara, angket yang berhubungan dengan cara membangun pengertian
entrepreneurship, sikap kemandirian, reflektif dan relegius.
C. Prosedur Penelitian
Internalisasi sikap kemandirian, reflektif dan religius melalui program
entrepreneurship diperoleh melalui tiga tahap kegiatan (bagan) yaitu studi
pendahuluan, pengumpulan data, validasi data pendidik yang telah berhasil
menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship melalui program pembelajaran
entrepreneur.Kegiatan penelitian pada tahap pertama, studi pendahuluan secara
simultan terdiri atas : (1) mengumpulkan informasi berkenaan implementasi
entrepreneurship, kepada kepala Yayasan Prasama Bhakti, kepala sekolah dan
para guru, serta masalah-masalah yang muncul, dan faktor penyebab terjadinya
hambatan, yang melibatkan kepala sekolah, guru pelaksana, orangtua dan peserta
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
nilai-nilai entrepreneurshiptermasuk sikap kemandirian, reflektif, dan religius. (3)
menganalisis informasi berkenaan permasalahan yang diperkirakan
mempengaruhi efektifitas internalisasi pembelajaranentrepreneurship dalam
upaya meningkatkan sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pada
pendidik. Ringkasan dalam bagan sebagai berikut:
Studi Pendahuluan
1. Menelaah kondisi obyektif internalisasi nilai-nilaientrepreneurship
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kegiatan penelitian pada tahap kedua difokuskan pada internalisasi sikap
hidup kemandirian, reflektif dan religius pada pendidik melalui program
pembelajaran entrepreneurship. Perencanaan kegiatan ini bertolak dari analisis
terhadap hasil-hasil studi pendahuluan yang mencakup data tentang profil
Yayasan Prasama Bhakti, kepala sekolah, guru kelas, pelibatan orangtua dalam
mengimplementasikan program pembelajaran entrepreneurship, yang diharapkan
sikap kemandirian, reflektif dan religiusdapat terinternalisasi pada pendidik.
Kegiatan penelitian pada tahap ketiga adalah validasi (verifikasi) melalui
wawancara sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian, terhadap
pendidik atas terlaksananya program pembelajaran entrepreneurship. Tahap
Validasi merupakan tahap implementasi dan internalisasi nilai-nilai
entrepreneurship.Jenis kegiatan pada tahap ketiga ini selengkapnya terdiri atas
verifikasi, implementasi program pembelajaranentrepreneurship, internalisasi
nilai entrepreneurship melalui program pembelajaran entrepreneur. Internalisasi
nilai-nilaientrepreneurship dinyatakan verified secara konseptual apabila dapat
dimengerti oleh pengambil keputusan (Simatupang, 1994:230)
Setelah verifikasi beserta revisi program pembelajaranentrepreneurship
selesai, kegiatan dialihkan ke persiapan internalisasinilai-nilai entrepreneurship
melalui program pembelajaran entrepreneurship. Persiapan ini terdiri atas: (a)
pelatihan guru kelas yang akan melaksanakan program, menyiapkan
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sekolah sebagai penanggungjawab internalisasi program pembelajaran
entreperenurship,(b) penataan settingimplementasi program dengan mengadakan
pertemuan antara para guru, yayasan, dan kepala sekolah dan pihak Ciputra, guna
mendukung kelancaran pelaksanaan interlalisasi (c) sosialisasi program kepada
orangtua, dan pada anak-anak, guna memperoleh dukungan dari semua pihak.
D. Instrumen Penelitian
Sejumlah instrumen penelitian disiapkan guna memperoleh informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian (lampiran-lampiran). Instrumen
terdiri atas pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan pedoman observasi.
Pertama, pada tahap studi pendahuluansetelah meninjau literatur tentang
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi program
pembelajaranentrepreneurship, serta bagaimana program tersebut dilaksanakan.
Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi perspekstif tentang
aspek-aspek internalisasi program pembelajaranentrepreneurship, mencakup profil
kepala sekolah dan guru, melibatkan orangtua dan peserta didik, hambatan dan
faktor penyebab hambatan, serta cara-cara mengatasi hambatan tersebut.
Teknik wawancara dilakukan dalam rangka melengkapi data-data hasil
observasi. Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian yang dalam hal ini
adalah kepala sekolah, guru, orangtua, dan peserta didik. Teknik wawancara yang
dilaksanakan adalah wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis
besar permasalahan yang akan digunakan (Sugiyono, 2008:140).
Wawancara diawali dengan pertanyaan yang telah disiapkan dan kemudian
dielaborasi berdasarkan jawaban responden. Pedoman wawancara dirancang
dengan memperhatikan empat parameter penelitian kualitatif, yakni (1) where
take place, (2) who will be observed or interviewed, (3) what actors will be
observed doing or interived about, (4) the evolving nature of events undertaken by
the actors within the settings (Creswell, 1994:148-149). Subyek utama sumber
informasi atau responden ialah kepala sekolah, guru kelas dalam perannya sebagai
penanggungjawab dan pelaksana program. Pedoman wawancara dengan tema
yang sama juga dikembangkan untuk kepentingan cakap silang (crosstalk) atau
memperoleh keseimbangan dan kelengkapan informasi yang diberikan oleh guru
kelas atau kepala sekolah. Sumber informasi dari cakap silang diperoleh dari
pimpinan yayasan, kepala sekolah, guru kelas, orangtua sebagai pendukung dan
peserta didik sebagai penerima layanan program pembelajaran entrepreneurship.
Kedua, peneliti memanfaatkan berbagai pedoman dokumen yang dimiliki
subyek sumber informasi untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara (Fraenkle &Wallen, 1993:390). Dokumen mencakup data rutin kepala
sekolah, dan guru kelas yang dimiliki yayasan dan data terkait oleh CES (pihak
pemilik branded).
Teknik dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data dan menjadi bukti
bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian. Dokumen adalah setiap bahan
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penyidik (Moleong, 2002:161). Dalam penelitian ini, dokumen yang menjadi
sumber data adalah dokumen resmi yang diperoleh di lapangan, seperti
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter (Riduwan, 2007:77).
Teknik pustaka merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis buku-buku ilmiah dan dihimpun serta dipilih
sesuai dengan tujuan dan fokus masalah (Sukmadinata, 2005:221). Dalam hal ini,
peneliti akan mengumpulkan data ilmiah dari berbagai literatur yang berhubungan
dengan kajian-kajian tentang program pembelajaran entrepreneurship dan
internalisasi sikap hidup kemandirian, reflektif dan relegius.
Ketiga, hasil-hasil wawancara tentang proses internalisasi, ditindaklanjuti
dengan observasi langsung terhadap para pendidik yang telah
menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship melalui
programpembelajaranentrepreneur. Langkah observasi ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi yang lebih komprehensif dan aktual tentang
interlalisasinilai-nilai entrepreneurship melalui program
pembelajaranentreprenurship, hambatan-hambatan yang dialami, menemukan
faktor penyebab adanya hambatan, dan cara-cara mengatasi hambatan tersebut,
yang melibatkan semua pihak terkait, yaitu yayasan, kepala sekolah, guru,
orangtua dan peserta didik. Teknik observasi yang dipilih adalah complete
observer (Fraenkle & Wallen 1993:384). Peneliti menggunakan pedoman
observasi dalam mengamati proses internalisasi yang menyertakan ketua yayasan,
kepala sekolah, guru, orangtua dan peserta didik, tanpa berupaya menjadi
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, peserta didik yang
sedang belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, dsb
(Sukmadinata, 2005:220). Observasi yang dipilih disini adalah observasi non
partisipatif, dimana peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan namun hanya berperan
mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
Secara keseluruhan ketiga instrumen yang digunakan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dengan sendirinya menjadi media triangualasi, yakni
menggunakan aneka metode dan subyek untuk mendapatkan informasi yang
sama, dan meningkatkan validitas desain penelitian kualitatif (Fraenkle & Wallen,
1993:400; Mc. Millan & Schumacher 2001:398)
Pada tahap validasi, data proses dan hasil implementasi program
pembelajaran entrepreneurshipdikumpulkan dengan menggunakan pedoman
observasi dan wawancara. Serupa dengan penggunaan metode observasi pada
tahap prasurvei,complete observer technique dipakai selama internalisasinilai-nilai
entrepreneurship melalui program pembelajaran entrepreneurship. Rancangan
pedoman observasi disusun dengan merujuk pada tahap-tahap yang terdapat di
dalam desain program pembelajaran entrepreneurship (learning cycle). Subyek
observasi terdiri atas kepala yayasan, kepala sekolah, dan guru kelas sebagai
pelaksana program, juga orangtua serta peserta didik sebagai sasaran layanan.
Pedoman yayasan disusun dengan mengacu pada responsive guided approach
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tentang respon masing-masing subyek terhadap internalisasi nilai-nilai
entrepreneurship melalui program pembelajaranentrepreneurship. Subyek
wawancara pada tahap validasi adalah guru kelas dan kepala sekolah sebagai
pelaksana program, orangtua dan peserta didik sebagai sasaran pelaksanaan
program pembelajaranentreprenurship.
E. Analisis Data
Analisis data pada tahap studi pendahuluan dilakukan dengan berpedoman
pada jenis data yang diperoleh, yakni deskriptif-kualitatif. Prosedur analisis data
yang ditempuh mengadopsi langkah-langkah yang dikembangkan oleh Creswell
(1994:153), yakni: (1) mencatat semua data yang diperoleh dari hasil wawancara,
analisis dokumen, dan observasi, (2) memberikan tema, pola, gagasan utama
berdasarkan kata kunci atau frase, (3) menyempitkan tema-tema ke dalam tema
besar, (4) mengorganisir data ke dalam tema, (5) meninjau kembali informasi di
dalam tema untuk melihat adanya modus data tertentu, (6) mengidentifikasi
pokok-pokok temuan yang tampak dominan dan istimewa, dan (7) menulis
pokok-pokok temuan berdasarkan tema, kronologis, atau model lainnya.
Demikian pula pada tahap validasi, analisis data dilakukan secara
deskriptif-kualitatif. Data selanjutnya diinterpretasi dan eksplanasi. Hasil interpretasi dan
eksplanasi dijadikan bahan kajian untuk mengetahui ketercapaian tujuan
penelitian.Teknik yang digunakan adalah studi kasus, dokumentasi yang digabung
dalam observasi lapangan selama 3 bulan secara terus menerus dan melakukan
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengasuh PAUD dan orangtua sebagai obyek penelitian pembantu. Oleh karena
itu langkah-langkah yang akan ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:
Alwasilah (2009) mengemukakan bahwa ada beberapa tahapan yang perlu
dilakukan dalam upaya mengumpulkan data dalam sebuah penelitian, yaitu :
a. Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi, peneliti melakukan survei terhadap TB/TK Santa
Ursula Bandung, melakukan dialog kepala sekolah, para guru, peserta didik, dan
orangtua. Setelah ditentukan responden penelitian, peneliti mengadakan observasi
awal untuk memperoleh data tentang pelaksanaan program pembelajaran
entrepreneurship. Pada tahap ini, peneliti mengurus surat ijin penelitian dalam
rangka menjaga keamanan dan stabilitas sosial di lokasi penelitian.
b. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini, peneliti mulai melakukan kunjungan pada responden.
Mengadakan pengamatan permulaan terhadap pelaksanaan program pembelajaran
entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula. Selain itu juga melakukan wawancara
untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
c. Tahap Pencatatan Data
Catatan merupakan rekaman dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan di sekolah. Catatan memuat data penting yang dilihat dan ditanyakan
sebagai catatan kunci untuk kemudian ditulis ulang dalam rangka mengantisipasi
kelalaian. Pencatatan data dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni catatan
deskriptif dan catatan reflektif. Catatan deskriptif terdiri dari catatan lapangan,
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berisi catatan tentang hubungan berbagai data, menambahkan ide-ide,
komentar-komentar, membuat kerangka berfikir, menelaah desain dan metode, menuliskan
hal-hal yang dapat memperjelas data yang rancu, mencatat kata-kata kunci, dan
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Internalisasi sikap hidup melalui proses pembelajaran entrepreneurship telah
dimaknai dengan bukti ditemukannya dua guru kunci yang memiliki
kepribadian sebagai seorang pendidik TB/TK yang berjiwa entreprenurship,
mandiri, reflektif dan religius
2. Hambatan yang ditemukan selama proses internalisasi sikap hidup melalui
program pembelajaran entrepreneurship adalah faktor dari dalam (pribadi)
dan dari luar (orang tua, komunikasi, sarana prasarana, waktu, lingkungan).
3. Penyebab hambatan pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship
adalah ketidakpahaman para pendidik, orang tua dan peserta didik terhadap
pembelajaran entrepreneurship.
4. Cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program pembelajaran
entrepreneurship yaitu dengan memperbaiki komunikasi, dan membekali diri
dengan banyak membaca dan belajar dari orang lain. Mengemb angkan sikap
kreatif, inovatif dan kritis, serta berani tampil beda.
5. Faktor faktor yang mendukung terlaksananya internalisasi program
pembelajaran entrepreneurship diantaranya kerjasama antara yayasan dengan
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pendidik dengan peserta didik serta dukungan dari pengawas TK/SD dari
pihak Dinas Pendidikan kota Bandung.
6. Sikap hidup kemandirian pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung telah
terlihat dari perilaku para pendidik dan peserta didik yang berani mengambil
resiko.
7. Sikap hidup reflektif pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung terlihat
melalui cara bertindak dalam menyikapi setiap pengalaman hidup mereka baik
yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, dengan selalu melihat
kembali pengalaman untuk mengambil sikap yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
8. Sikap hidup religius pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung terlihat
ketika para pendidik mampu mengarahkan para peserta didik dan dirinya
sendiri untuk selalu mengagumi karya penciptaan Tuhan dan kemahakuasaan
Tuhan untuk menolong umatnya ketika dalam kesulitan.
B. Rekomendasi
1. Bagi para pendidik TB/TK Santa Ursula
Bagi para pendidik TB/TK Santa Ursula penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan refleksi bahwa pembelajaran entrepreneurship yang semula
ditanggapi dengan keragu-raguan, penuh tanda tanya, dan kecemasan, telah
menghasilkan buah kesuksesan, yaitu pola berpikir (mindset) yang baru. Melalui
penelitian ini meyakinkan para guru untuk meneruskan program pembelajaran
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pendidik harus bekerjakeras untuk semakin menginternalisasikan sikap-sikap atau
jiwa entrepreneur dalam dirinya misalnya percaya diri, berani mengambil resiko,
kreatif, inovatif dan berfikir kritis. Para pendidik juga harus lebih proaktif dengan
menambah wawasan mencari informasi baru tentang pendidikan
entrepreneurship.
2. Bagi Orang Tua Murid TB/TK Santa Ursula
Pembelajaran entrepreneur merupakan metode pembelajaran baru yang
diterima oleh para orang tua. Melalui penelitian ini diharapkan agar orang tua
semakin yakin akan dampak positif dari program pembelajaran entrepreneurship,
sehingga orang tua diharapkan semakin bersemangat untuk bekerjasama,
meningkatkan komunikasi yang persuasif dengan pihak sekolah.
3. Bagi Yayasan Prasama Bhakti Pengelola TB/TK Santa Ursula
Berdasarkan penelitian ini, yayasan dapat melaksanakan evaluasi internal
secara berkala, disamping evaluasi dari CES. Penelitian ini juga membantu
yayasan untuk dapat dijadikan sebagai tolak ukur tercapainya visi misi Yayasan
Prasama Bhakti. Melalui penelitian ini penulis berharap agar Yayasan mempunyai
managemen yang terencana sehingga target program pembelajaran
entrepreneurship dapat tercapai misalnya dengan tidak memindahkan guru kunci
secara mendadak. Yayasan harus memahami bahwa pembelajaran
entrepreneurship tidak pernah berhenti berinovasi, oleh karena itu yayasanpun
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bagi para pendidik untuk mengikuti latihan dasar kepemimpinan(LDK) misalnya
Outbond, retret, pesantren kilat/pembinaan rohani, mengundang nara sumber dan
belajar tentang entrepreneurship.
4. Bagi Pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung
Kepala sekolah TB/TK Santa Ursulapun dapat menjadikan penelitian ini
sebagai bahan penilaian Daftar Penilaian Pekerjaan (DP 3) atas kemampuan dan
perubahan sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius para guru dalam
mendidik anak didiknya. Kepala sekolah dapat menindak lanjuti program
pembelajaran ini sebagai bahan laporan kepada pihak yayasan atas pelaksanaan
dan hasil dari program pembelajaran entrepreneurship.
5. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung
TB/TK Santa Ursula telah melaksanakan program pemerintah tentang
kewirausahaan/entrepreneurship. Dinas Pendidikan Kota Bandung dapat
menjadikan TB/TK Santa Ursula ini sebagai sekolah model entrepreneurship
dilingkungan Kota Bandung.
6. Bagi Ciputra Entrepreneurship School (CES)
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
reflekdi bagi sehingga CES dapat membaharui dan memperbaiki program agar
masing-Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
masing pendidik. Memperbanyak trainer untuk membimbing sekolah sekolah
yang bekerjasama dengan CES.
7. Bagi Penelitian Lanjutan
Pembelajaran entrepreneur sangatlah kompleks, masih banyak yang dapat
diteliti dan dianalisa untuk masing-masing aspek, serta pola pembelajarannya.
Karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti penelitian ini hanya dapat
menyoroti sampai pada tahap internalisasi sikap kemandirian, reflektif, dan
religius pendidik TB/TK Santa Ursula melalui program pembelajaran
entrepreneurship. Peneliti berharap agar dikemudian hari peneliti atau siapapun
yang berminat, dapat mendalami serta melanjutkan penelitian ini dalam aspek
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi &
Manajemen. Bandung: Dewa Ruci
Asmani, J.M.(2011) Sekolah Entrepreneur. Jogjakarta: Harmoni
Asmani, J.M.(2011) Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Harmoni
Boeree,G. (2010) Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama
Psikolog Dunia. Jogjakarta: Prismasophie
Barbara, A.L.(2004). Character Building Untuk Anak-anak, Batam: Karisma Publising Group
Calvin S.H.,& Gardner, L. (2005). Teori-teori Psikodinamik (Klinis) Freud,
Erikson, Jung, Adler, Fromm, Horney, Sullivan, Yogjakarta: Kanisius
Chourmain, I. (2011). Pendekatan- pendekatan Alternatif Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Rineka Cipta
Diane, T.,&Diana, H. (2004). Living Values Activities for Children Ages
3-Jakarta: Grasindo
Danim, S.,&Khairil. (2010). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Fakhrudin, A.U. (2010). Sukses Menjadi Guru TK-PAUD. Jogjakarta: Bening
Go, P.M. (1990). Pendidikan Nilai di Sekolah Katolik. Malang: Dioma
Go, P.M. (1988). Katolisitas Sekolah Katolik. Malang:Dioma
Janice, J.B.(1994). Observing Development of the Young Child, New York: Macmillan Publishing Company
Jo, A.B.(2007). Introduction To Early Chilhood Education, (six Edition), Boston: Pearson Education Inc
Lembaga Alkitab Indonesia.(1987) Alkitab. Bogor: Ciluar
Pam, S., & Tamera, B. (2002). The Values Book For Children 16 Moral Dasar
Bagi Anak, Jakarta: Elex Media Computindo
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Marsh, C. (2008). BecomingATeacherKonwledge,Skills and Issues. Pearson Education Australia.
Morrison, G.S. (2012) Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Indeks
Nurihsan, A.J., &Agustin,M.(2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja:
Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT. Refika
Aditama
Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Jogjakarta: Pinus Book Publisher
Ridwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru dan Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Rimm, S. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Rochman, C.,&Gunawan. (2011). Pengembangan KompetensiKepribadian Guru:
Menjadi Guru yang dicintai dan diteladani oleh Siswa. Bandung:
Nuansa Cendekia
Santrock, W.J. (2004) Perkembangan anak (ed. Kesebelas). University of Texas, Dallas, Jakarta: Erlangga
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sue, C.W. (2006). Early Childhood Curriculum Developmental Bases for
Learning and Teaching, New Jersey, Ohio : Merril Pretice Hall.
Suyanto, S. (2005). Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publising
Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana
Saputra, Y.M.,&Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan
Keterampilan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Kunandar. (2007) Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi Guru. Jakarta: PT
Marta Sumarsih, 2012
Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kurniasih, I. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Edukasia
_______(2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
_________(2012). Educare, Wahana Komunikasi Pendidikan. Jakarta, Komisi Pendidikan KWI
Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 (2003). System Pendidikan Nasional. Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Permendiknas nomor. 58 tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Parkay, F.W., & Stanford, B.H. (2012) Menjadi Seorang Guru., Jakarta: Indeks
Wahyudin, U., &Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini:
Panduan untuk Guru, Tutor, Fasilitator dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT. Refika Aditama
Yamin, M.,& Sanan, J.S. (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Gaung Persada Press
Yayasan Prasama Bhakti. Sejarah Singkat TB-TK Santa Ursula, Bandung : Pribadi Yayasan
Yuliani, N.S. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT Indeks
Paulo, F.S., & Ward, S. London, (1974). Education For Critical Conciousness, London
Creswell, J.W. (2010). Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan