• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERALISASI SIKAP HIDUP KEMANDIRIAN, REFLEKTIF DAN RELIGIUS PENDIDIK MELALUI PROGRAM PEMBELAJARAN ENTREPRENEURSHIP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERALISASI SIKAP HIDUP KEMANDIRIAN, REFLEKTIF DAN RELIGIUS PENDIDIK MELALUI PROGRAM PEMBELAJARAN ENTREPRENEURSHIP."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Penjelasan Istilah ... 17

1. Internalisasi ... 17

2. Program Pembelajaran Entrepreneur ... 17

3. Kemandirian (Self Reguler Learning) ... 17

4. Reflektif ... 18

5. Religius ... 18

BAB II INTERNALISASI, SIKAP HIDUP KEMANDIRIAN, REFLEKTIF, DAN RELIGIUS PENDIDIK MELALUI PROGRAM PEMBELAJARAN ENTREPRENEUR...…. 19

A. Internalisasi ... 19

1. Konsep Internalisasi... 19

2. Konsep Belajar Proses ... 20

(2)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Rencana Langkah-Langkah Implementasi Program Pendidikan

Entrepreneur K-12, Ciputra Way, Tahap Starter 1 Tahun ... ... 27

C. Konsep Dasar Pembelajaran Entrepreneurship ... 29

1. Pengertian Entrepreneur ... 29

2. Hubungan Pembelajaran Entrepreneurship dengan Kurikulum Nasional ... 32

3. Tujuan Pendidikan Entrepreneurship ... 33

4. Kurikulum Entrepreneurship ... 33

D. Sikap Hidup Kemandirian ... 41

E. Sikap Hidup Reflektif ... 42

Standar Perilaku Pendidik Entrepreneur ... . 43

F. Sikap Hidup Religius ... 45

1. Pengertian dan Konsep Religius ... 45

2. Idealisme Pendidikan Kristiani ... 48

3. Pendidikan Menurut Semangat Santa Angela ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

A. Rancangan Penelitian ... 52

B. Subyek Penelitian ... 53

C. Prosedur Penelitian ... 55

D. Instrumen Penelitian ... 58

E. Analisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Tahap-tahap Studi Pendahuluan ... 65

(3)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Hasil-hasil Studi Pendahuluan ... 89

1. Hasil Studi Pendahuluan terhadap Guru TB/TK Santa Ursula ... 89

2. Hasil Studi Pendahuluan terhadap Orang Tua Siswa TB/TK Santa Ursula ... 100

C. Implementasi Program Pembelajaran Entrepreneurship ... 105

1. Tujuan ... 105

2. Profil Pendidik ... 106

3. Internalisasi Sikap Kemandirian, Reflektif, dan Religius Melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship ... 111

4. Perjanjian antara Yayasan dan CES ... 112

5. Tahap-tahap Anggota Komunitas Entrepreneur ... 113

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 121

A Simpulan ... 121

B Rekomendasi... 122

1. Bagi Para Pendidik TB/TK Santa Ursula ... 122

2. Bagi Orang Tua Murid TB/TK Santa Ursula ... 123

3. Bagi Yayasan Prasama Bhakti Pengelola TB/TK Santa Ursula ... . 123

4. Bagi Pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung ... . 124

5. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung ... . 124

6. Bagi Ciputra Entrepreneurship School (CES) ... . 124

7. Bagi Penelitian Lanjutan ... 125

DAFTAR PUSTAKA

(4)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak berdirinya TK Santa Ursula tahun 1956 sekolah ini menggunakan

model pembelajaran yang konvensional. Hal tersebut dirasa kurang efektif untuk

dapat menjawab tantangan serta kebutuhan zaman yang semakin maju dan serba

instan. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, pendidik

Taman Bermain/ Taman Kanak - kanak (TB/TK) dituntut untuk mendalami dan

mengerti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sebagai pendidik PAUD perlu

pemahaman mendalam, serta kreatifitas yang khusus dalam menjalankan tugasnya

selama proses pembelajaran.

TB/TK Santa Ursula di bawah naungan Yayasan Prasama Bhakti (1956)

menyadari akan kemajuan jaman, serbuan teknologi informasi dan temuan-temuan

baru dibidang model pembelajaran yang lebih menyenangkan dan populer, seperti

Pembelajaran aktif kreatif menyenangkan (Pakem), Pembelajaran aktif inovatif

kreatif, menyenangkan (Paikem), Pembelajaran aktif inovatif kreatif,

menyenangkan gembira dan berbobot yang disingkat (Paikem Gembrot). Hal

tersebut memberikan inspirasi baru bagi TB/TK Santa Ursula untuk mencari

pembelajaran yang mampu memberikan terobosan baru dalam mendidik peserta

didik supaya menjadi pribadi yang lebih inovatif, kreatif dan kritis.

Kreativitas adalah kunci jawaban dalam menghadapi tantangan zaman yang

(5)

menjawab tantangan tersebut adalah model pembelajaran melalui program

pembelajaran entrepreneurship. Program pembelajaran entrepreneurship jika

dijalankan dengan sungguh-sungguh, diharapkan akan dapat membangun

pengetahuan dan kreativitas berdasarkan pengalaman mereka sendiri, serta

membentuk kepribadian yang mandiri dan berkarakter. Oleh karena itu TB/TK

Santa Ursula memutuskan untuk memakai pembelajaran entrepreneurship dalam

mendukung terwujudnya visi dan misi sekolah.

Menurut M. Sholekhudin (2011), dengan mengutip dari Jack Foster dalam

bukunya How to Get Ideas, ada empat catatan penting yang dapat diketahui

seseorang menjadi kreatif. Pertama bersenang-senanglah dan mencintai apa yang

dilakukan, kedua berpikirlah seperti anak-anak, bebas tanpa beban, ketiga,

keluarlah dari rutinitas, dan keempat, belajarlah menggabung-gabungkan sesuatu.

Selain itu kreativitas adalah prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu

yang baru berdasarkan bahan, informasi, data, atau elemen-elemen yang sudah

ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat, menemukan

cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang,

ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Sebagai pendidik PAUD

perlu memahami karakteristik anak didik dan perkembangannya. Di sinilah

diperlukan refleksi seorang pendidik untuk memahami diri, anak didik dan

memenuhi kebutuhan lembaga.

Bangsa China melalui pemimpin yang berwawasan terbuka Deng Xiao

Ping (1978), berhasil menghantarkan rakyat China menjadi negara adidaya kedua

(6)

2010). Menurut George Zhibin Gu (1961), seorang jurnalis dan konsultan

menyaksikan China beralih dari “Revolusi Kebudayaan”ke masa “Keterbukaan”.

Efek keterbukaan menghasilkan pelajaran berharga, antara lain pertumbuhan sejati

dan memiliki arti bertumpu pada inisiatif individu dan karya entrepreneur

masyarakat, hal ini terjadi dalam masyarakat yang memiliki mindset terbuka.

Pertumbuhan nasional yang berkelanjutan harus mengikutsertakan dunia

seluruhnya. Hal tersebut menyebabkan pendapatan perkapita negara China naik

lima kali lipat (1987). Ada empat efek positif dari kegiatan ekonomi entrepreneur,

yang pertama, mendorong dengan sukses laju ekonomi dengan cepat. Kedua,

peran sektor swasta menggantikan peran sektor publik yaitu 90.89% (1999).

Ketiga, sektor swasta menyediakan lapangan kerja lebih besar dibanding sektor

publik. Keempat, pertumbuhan sektor swasta telah mengangkat kualitas hidup

rakyat China.

Sebagai pendidik diperlukan perubahan yang berasal dari kesadaran pribadi

sebagaimana dicetuskan oleh para tokoh negarawan China yang sangat berhasil

membawa dan mewujudkan negara yang sejahtera. Yayasan Prasama Bhakti

menyadari perlunya mengambil langkah konkrit untuk menjawab kebutuhan

jaman, maka mulailah mempelajari beberapa tawaran program pembelajaran,

dengan tujuan melalui program pembelajaran tersebut para pendidik mampu

mendidik para peserta didik supaya menjadi orang yang mampu menjawab

tantangan jaman. Penting perlu adanya analisa program pembelajaran, karena

(7)

belum tentu sesuai dengan filosofi, visi dan misi pendidikan Yayasan Prasama

Bhakti.

Laporan World Economic Forum 2009 tentang bidang pendidikan, dan

Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 29 Oktober 2009,

dalam Temu Nasional (National Summit), menyampaikantiga hal penting strategi

utama untuk lima tahun mendatang yaitu adanya pemberdayaan masyarakat,

kewirausahaan dan inovasi teknologi, seperti yang dilaporkan oleh Antara 29

Oktober 2009, dan Kompas 30 Oktober 2009. Pemerintah pada tanggal 2 Februari

2011 melalui Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarif Hasan

mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Dikuatkan oleh harapan

pemerintah sesuai dengan yang tertuang dalam GKN ini, maka Yayasan Prasama

Bhakti mempelajari maksud pemerintah, baik latar belakang, tujuan maupun

proses pelaksanaannya.

Lembaga pendidikan sebagai tempat menggantungkan masa depan tidak

bisa memberikan kepastian pekerjaan karena lapangan kerja yang disediakan tidak

mencukupi bagi peserta didik yang sudah lulus dan jumlahnya cukup banyak

(Hendra & Riana (2008 : V)). Inilah tantangan terberat dunia pendidikan.

Tantangan terberat Yayasan Prasama Bhakti adalah jumlah murid yang semakin

menurun secara signifikan, sedangkan dalam berbagai forum pendidikan kualitas

dan kuantitas merosot tajam karena pendidik kurang kreatif, inovatif, dan kritis,

apalagi mandiri, reflektif dan religius. Masalah pengangguran merupakan

penyakit yang bersifat struktural dan kronis yang melanda seluruh negara

(8)

tidak stabil, kemapanan dan keamanan dalam bekerja adalah tujuan utama.

Kemapanan tersebut didapat saat menjadi karyawan yang mendapat gaji bulanan

yang tetap, sedangkan dunia entrepreneurship masih ditakuti oleh sebagian orang

karena dianggap gambling dengan pendapatan yang fluktuatif, bisa naik bisa

turun, dan bisa saja bangkrut. Hambatan inilah yang perlu Yayasan Prasama

Bhakti perhatikan, sebab pendidikan bukanlah eksperimen tapi merupakan

komitmen.

Melalui permasalahan tersebut pemerintah menyadari bahwa dunia

pendidikan adalah agen perubahan yang strategis, oleh karena itu dalam

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan

bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” (pasal 1, butir 1). Untuk

menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas, maka pendidikan harus

dilakukan sejak dini, supaya mereka memiliki bekal yang baik untuk menjadi

sosok pribadi yang memiliki jiwa entrepreneurship, yaitu pribadi yang mandiri,

kreatif dan inovatif. Maka prioritas Yayasan Prasama Bhakti adalah mengubah

mindset pendidik. Sejalan dengan ini, secara tegas memilih program pembelajaran

entrepreneurship sebagai salah satu langkah berbeda dari sekolah lain untuk

diimplementasikan di lembaga pendidikan Yayasan Prasama Bhakti.

Komitmen untuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini telah

(9)

1989, kemudian ditindaklanjuti dalam Komitmen Pendidikan Untuk Semua

(Education For All) di Jomtien Thailand pada tahun 2000, serta Komitmen World

Fit for Children di New York tahun 2002 (Jalal, 2004:1).

Komitmen dunia adalah juga komitmen Yayasan Prasama Bhakti untuk

mampu berkarya dalam dunia pendidikan. Karya pendidikan memiliki banyak

tantangan, berbeban berat dan beberapa fakta menunjukkan yaitu, keluarga tidak

menanamkan spirit entrepreneurship, lembaga pendidikan tidak mendidiknya dan

masyarakat seolah-olah apatis dengan kebutuhan mendesak ini. Dalam konteks

inilah pendidikan entrepreneurship diharapkan mampu membangkitkan semangat

berwirausaha, berdikari, berkarya, dan mengembangkan bakat sesuai potensi dan

mengembangkan perekonomian nasional. Pendidikan entrepreneurship harus

dimulai dari keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan.

Menurut Ciputra tahun 2007 jumlah entrepreneur di Indonesia masih minim

hanya 0,18% atau 440.000 orang, kalah dengan Singapura dan Amerika Serikat

yaitu 7,2% dan 11,5%. Yayasan Prasama Bhakti berharap apabila pendidik sudah

memiliki jiwa entrepreneur, maka peserta didikpun akan mendapat pelimpahan

jiwa, ketrampilan, inovatif dan kemandirian sekaligus reflektif dan religius.

Generasi muda menjadi target utama program pendidikan entrepreneurship.

Mereka harus dilatih kreatif, menciptakan peluang dan menentukan keputusan,

produktif melahirkan produk dan karya agung, aktif memberdayakan masyarakat

sekitar, serta memajukan perekonomian nasional.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional,

(10)

secara tegas telah dimasukkan ke dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yaitu: suatu upaya pembinaan

yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (pasal 1, butir 14). Hal ini berarti

pemerintah telah memberi perhatian yang besar terhadap pendidikan anak usia

dini. Terlepas dari usaha pemerintah, ternyata menurut Tadkiroatun (2009)

Indonesia menghadapi kualitas krusial pendidikan yang dilematis, hal ini yang

disebabkan oleh (1) beragamnya latar belakang dan kualifikasi pendidik PAUD,

(2) output anak bersifat akademis bukan developmental, (3) kebijakan yang

kurang berpihak pada kePAUDan (3) belum tersedianya materi pembelajaran

untuk PAUD.

Pendidik di TB/TK Santa Ursula dari 9 orang pendidik, 90% bukan lulusan

kependidikan (lihat lampiran), sehingga sangat tepat apa yang disampaikan oleh

Tadkiroatun, kesulitan memenuhi syarat tersebut mendorong yayasan untuk

mencari peluang lain. Yayasan berharap agar para pendidik yang berkecimpung

dalam PAUD ini dapat menanamkan nilai-nilai spiritualitas entrepreneur sejak

dini.

Yayasan Prasama Bhakti yang berkedudukan di Bandung bekerja sama

dengan CES (Ciputra Entrepreneurship School) menyelenggarakan program

pembelajaran yang berbeda, yaitu mengintegrasikan dua kurikulum sekaligus

(11)

salah satu solusi permasalahan pendidikan di Indonesia. Yayasan, para pendidik,

orang tua, serta anak-anak telah mengimplementasikan program ini selama empat

tahun. Pendidik diharapkan memiliki modal dasar pembelajaran entrepreneurship

yaitu pembentukan pribadi melalui proses sebagai berikut: mindset/langkah awal

yang esensial, attitude/dukungan, dan skill/kecakapan dan

knowledge/pengetahuan. Sikap seseorang dilatih seumpama pemburu, bersikap

optimis, efektif, efisien sedangkan sikap dan perilakunya optimis, proaktif, positif,

tahan banting, dan senang bekerja keras.

Menurut Prof. Allan Gibbs dari Universitas of Durhan (UK), entrepreneur

adalah kombinasi entrepreneursial, behavioures, attributes dan skill.

Schermerhorn (1989) mendeskripsikan entrepreneurship sebagai perilaku yang

dinamis, kreatif, berani menghadapi resiko, dan dalam melakukannya selalu

berorientasi pada inovasi. Stoner (1998) menyatakan bahwa pada dasarnya

entrepreneurship bergerak dari kebutuhan dasar manusia untuk berprestasi (need

of achievement) seperti konsep/teori Mc. Cleland. Selanjutnya, Covin & Slevin

(1996) menyatakan bahwa pada dasarnya seorang entrepreneur dapat dikenali dari

sikap dan perilakunya yang mencerminkan tiga dimensi, yaitu: keinovatifan

(innovativeness), pengambilan resiko (risktaking), keproaktifan (pro-aktivness).

Melalui program dengan pembelajaran entrepreneurship ini diharapkan para

pendidik dapat berinovasi, terampil dan memiliki mindset baru, yang pada

akhirnya memiliki sikap hidup kemandirian reflektif, dan akhirnya religius.

Strategi bangsa harus didukung untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa

(12)

Pendidikan Tinggi (PT) meluluskan 650.000 pengangguran terdidik, dan 2009

sudah mencapai 1,1 juta orang. Kompas 19 Februari 2010, melaporkan dua juta

diploma dan sarjana menganggur. Prof. Payaman Simanjuntak dalam TOT

Entrepreneur-Educator di Bali, pada bulan Juni 2009, mengatakan tiga dari

sepuluh tukang ojek Jakarta lulusan Sarjana, dan menurut kementrian keuangan

ada 1.785 karyawan baru, sedangkan pelamar lebih dari 100.000 orang.

Ciputra Way K-12 mempunyai solusi menyumbangkan pemikiran why,

what, dan how, dalam proses pendidikan, dan ada 4 pokok keentrepreneuran

Ciputra Way K-12: yaitu pertama, definisi entrepreneur, tujuan dalam

pendidikan, dan pelatihan. Dan tiga ciri utama innovative entrepreneur yaitu,

pencipta peluang. Kedua, inovator, dan ketiga, pengambil resiko, serta keempat,

mendorong terciptanya kerja sama empat kelompok GABS. Jadi kesejahteraan

seseorang dapat diperoleh karena pribadi tersebut memiliki jiwa kemandirian,

reflektif dan religius serta terus membaharui diri, berinovasi dan berupaya selalu

percaya pada penyelenggaraan Ilahi.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya pada jalur formal di TB/TK

merupakan tahapan pertama dan strategis yang sangat membantu anak didik untuk

mengembangkan berbagai potensi, baik psikis maupun fisik yang meliputi moral

dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,

kemandirian dan seni untuk memasuki sekolah dasar. Pendekatan pembelajaran

pada tahapan ini menganut filosofi bermain sambil belajar amatlah cocok dengan

siklus pembelajaran entrepreneurship. Tiga kata kunci dalam program

(13)

Beberapa hal yang mendukung keberhasilan entrepreneur dalam pendidikan

adalah pendidik dan kurikulum. Kurikulum menyangkut konten dan strategi

instruksi pembelajaran. Maka sangat penting bagi para pendidik TB/TK Santa

Ursula untuk memiliki jiwa entrepreneurship.

Program pembelajaran entrepreneurship menekankan lima tahapan belajar.

Tahap demi tahap mempunyai penekanan pendidikan terhadap sang pembelajar.

Tahap pembelajaran tersebut adalah (1) Eksploring, (2) Planning, (3) Doing, (4)

Communicating, dan akhirnya Reflecting. Hasil refleksi membentuk seseorang

hidup peka dan disiplin batin. Refleksi mengarahkan individu untuk mundur,

mengendalikan diri, mengingat dan mengambil nilai-nilai positif dari kejadian

yang telah dialami dan belajar dari pengalaman untuk dapat hidup dengan lebih

baik serta menemukan solusi yang terbaik bagi masalah yang dihadapi dengan

melihat tahap-tahap yang telah dilewati. Tahap eksploring, planning, doing dan

communicating membentuk sikap dan karakter pendidik yang reflektif dan

menjadikan pribadi secara perlahan menjadi lebih religius. Semua memahami

bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang berlangsung bertahap, berkelanjutan

sepanjang rentang kehidupan, menjadikan seseorang pribadi yang mandiri.

Seorang pribadi yang mandiri dan reflektif mengarahkan diri selalu kepada Sang

Pencipta. Faktanya adalah pembelajaran akan lebih bermakna, baik bagi pendidik

sendiri maupun bagi peserta didik. Melalui program pembelajaran

entrepreneurship diharapkan dapat menjawab tantangan jaman, tidak mengenal

putus asa, belajar membiasakan diri untuk mencari peluang, dan

(14)

terhadap diri sendiri. Rasa tanggung jawab membentuk setiap pribadi hidup

reflektif dan disiplin. Sehingga pada akhirnya proses pembelajaran menyenangkan

dan pendidik dapat melihat keunikan peserta didik sebagai makhluk ciptaan yang

bebas tumbuh dan berkembang sesuai dengan keunikan, minat, dan kemampuan

masing-masing.

Menurut Hurlock (1973) religi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur keyakinan

dan pelaksanaan ajaran agama. Spinks (1963) agama meliputi adanya keyakinan,

adat, tradisi, dan juga pengalaman-pengalaman individual, sedangkan

dimensi-dimensinya menurut Glock dan Stark (dalam Shaver dan Robinson, 1975;

Subandi, 1988; Afiatin, 1997) membagi dalam lima dimensi. Inilah tujuan akhir

dari pendidikan melalui pembelajaran entrepreneurship, yaitu pribadi yang

memiliki kemandirian tangguh, kreatif dan inovatif sekaligus mengarahkan

tujuan akhir hidup. Menurut Nashori (1997) seorang religius akan mencoba selalu

patuh terhadap ajaran agamanya, berusaha mempelajari ajaran agamanya, dan

merasakan pengalaman-pengalaman beragamanya, dengan kata lain religiusitas

mempunyai lima dimensi: keyakinan (the ideological dimension), peribadatan

atau praktik keagamaan (the ritualistic dimension), feeling atau penghayatan (the

experiencal dimension), pengetahuan agama (the intellectual dimension), dan

dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension). Kelima dimensi ini

membentuk manusia mandiri, reflektif, sekaligus religius. Kedekatan dengan

Tuhan menjadikan sebuah pribadi yang utuh berproses sepanjang masa sampai

(15)

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas,

maka penelitian ini akan coba memotret bagaimana internalisasi sikap hidup

kemandirian, reflektif, dan religius pendidik melalui program pembelajaran

entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Bagian yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana para

pendidik PAUD menginternalisasikan nilai-nilai hidup entrepreneurship melalui

program pembelajaran entrepreneur dalam sikap hidup kemandirian, reflektif, dan

religiusitas mereka masing-masing, untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang

berfungsi sebagai pendidik di Taman Bermain/Taman Kanak-Kanak Santa Ursula

Bandung.

Penelitian ini melibatkan 9 orang pendidik yang telah berproses dan

mengalami pelaksanakan program pembelajaran entrepreneurship selama 4

(empat) tahun dalam naungan Yayasan Prasama Bhakti. Dalam proses

internalisasi nilai-nilai entrepreneurship tidaklah seluruhnya berhasil dengan

lancar dan sukses. Diidentifikasikan ada 2 orang pendidik yang

sungguh-sungguh sudah dapat memahami dan berproses serta melaksanakan pembelajaran

entrepreneurship secara mandiri. Pendidik lainnya masih dalam proses belajar

serta mengerti sikap hidup reflektif dan religius, hal tersebut bisa terjadi karena

pendidik tersebut belum bisa mempraktikkan secara langsung atau

melaksanakannya. Mereka yang sedang bertumbuh sikap kemandirian, reflektif,

(16)

entrepreneurship dan belum menjadi bagian dari dirinya dalam sikap mandiri,

reflektif, dan religius. Pendidik di TB/ TK Santa Ursula Bandung, melalui kerja

sama dengan Ciputra Entrepreneurship School (CES) diharapkan memiliki jiwa

entrepreneur sebagai salah satu bagian proses pembelajaran dan dapat membantu

peserta didik untuk memiliki jiwa entrepreneur (pantang menyerah, mencari

peluang, inovatif, kreatif) serta terbiasa untuk melakukan refleksi diri pada setiap

tahap pengalaman hidupnya. Akhirnya pendidik yang berjiwa entrepreneur dapat

menumbuhkan sikap kemandirian, reflektif, religius pada peserta didik yang dapat

dimulai dari sejak dini. Inilah pentingnya penelitian ini dilakukan.

Ada beberapa pendidik yang pandai secara kognisi namun tidaklah lengkap

bila yang dikembangkan hanyalah aspek kognitifnya saja. Pendidikan dengan

program pembelajaran entrepreneurship memungkinkan seseorang untuk

berkembang baik kognisi, keterampilan, serta afeksinya.

Agar penelitian internalisasi program pembelajaran entrepeneurship ini

dapat menemukan point penting pada sikap hidup kemandirian, reflektif, dan

religius pendidik, maka diperlukan perumusan masalah yang diuraikan dalam

pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimanakah proses implementasi program pembelajaran

entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?

2. Faktor-faktor apa yang menghambat dalam pelaksanaan program

pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?

3. Bagaimanakah cara mengatasi hambatan-hambatan selama melaksanakan

(17)

4. Faktor–faktor apa yang mendukung keberhasilan pelaksanaan program

pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?

5. Apakah melalui proses program pembelajaran entrepreneurship terbentuk

sikap hidup kemandirian pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung?

6. Apakah melalui proses internalisasi nilai-nilai entrepreneurship melalui

program pembelajaran entrepreneurship terbentuk sikap hidup reflektif

pada para pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung?

7. Apakah melalui proses internalisasi nilai-nilai entrepreneurship melalui

program pembelajaran entrepeneurship terbentuk sikap hidup religius pada

para pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini melalui penjelasan istilah,

beberapa teori, dan studi kasus, bertujuan agar para orang tua, pamong/pengasuh,

lembaga pendidikan dan pendidik Taman Kanak-Kanak dapat:

1. Memperoleh gambaran proses internalisasi sikap hidup kemandirian,

reflektif, dan religius melalui pelaksanaan program pembelajaran

entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.

2. Menemukan fakor-faktor yang menghambat pelaksanaan program

pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.

3. Menemukan cara mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan program

(18)

4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan

program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.

5. Mengidentifikasi proses sikap hidup kemandirian pada pendidik di TB/TK

Santa Ursula Bandung.

6. Mengidentifikasi proses sikap hidup reflektif pada pendidik di TB/TK

Santa Ursula Bandung.

7. Mengidentifikasi proses sikap hidup religius pada pendidik di TB/TK

Santa Ursula Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan

praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat, antara lain:

1. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoritis, metodologis,

dan empiris bagi kepentingan pendidikan TB/ TK Santa Ursula Bandung,

dalam sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pendidik di TB/TK

Santa Ursula Bandung.

2. Dapat dijadikan pola dan strategi para pendidik dalam proses internalisasi

sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pada pendidik di TB/TK

Santa Ursula Bandung.

3. Dapat dijadikan sebuah alternatif pembelajaran bagi siapapun yang

membutuhkan dalam proses internalisasi sikap hidup kemandirian,

(19)

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan:

1. Informasi bagi para pendidik Taman Kanak-Kanak dan orang tua murid

usia dini dalam upaya proses sikap hidup mandiri, reflektif, dan religius

(sebagai pendidik) di TB /TK Santa Ursula Bandung.

2. Sebagai bahan masukkan bagi Yayasan Prasama Bhakti sebagai pengelola

TB/TK Santa Ursula Bandung dalam merencanakan, melaksanakan,

menempatkan, dan melakukan pengawasan serta mengevaluasi konsep

pembelajaran dan membangun sikap hidup mandiri, reflektif, dan religius

dengan rencana dan strategi yang sudah ditentukan.

3. Sebagai masukkan bagi pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung untuk

dijadikan pertimbangan kontekstual dan konseptual operasional dalam

merumuskan konsep membangun sikap hidup mandiri, reflektif, dan

religius lewat program pembelajaran entrepreneurship.

4. Sebagai masukkan dalam memberikan isi pembinaan bagi pendidik di

TB/TK Santa Ursula Bandung dalam meningkatkan sikap hidup

kemandirian, reflektif, dan religius.

5. Sebagai bahan masukkan bagi Dinas Pendidikan kota Bandung dalam

pembinaan bagi para pendidik PAUD, dalam meningkatkan sikap hidup

mandiri, reflektif, dan religius lewat program pembelajaran

entrepreneurship.

6. Sebagai bahan masukkan, refleksi, dan evaluasi bagi CES terhadap

(20)

7. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal

untuk melakukan penelitian lanjut mengenai internalisasi sikap hidup

kemandirian, reflektif, dan religius melalui program pembelajaran

entrepreneurship di lembaga atau institusi lainnya.

E. Penjelasan Istilah

1. Internalisasi

Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai

sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku (Sumber KBBI 3).

2. Program Pembelajaran Entrepreneurship

Entrepreneurship adalah sebagai perilaku yang dinamis, kreatif,

berani menghadapi resiko, dan dalam melakukannya selalu berorientasi

pada inovasi. Sedangkan program pembelajaran entrepreneurship

Ciputra Ways K-12 adalah pembelajaran melalui Learning Cycle

(Exploring, Planning, Doing, Communicating, Reflecting) yakni

pembelajaran yang bersifat terus menerus tanpa putus.

3. Kemandirian (Self Reguler Learning)

Proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran,

perasaan, strategi, dan perilaku sendiri yang berorientasi pada pencapaian

tujuan. Terdapat tiga fase, yaitu: merancang belajar, memantau kemajuan

belajar selama menerapkan rancangan, dan mengevaluasi hasil belajar

secara lengkap. SRL merupakan siklus kegiatan kognitif yang rekursif

(21)

mengadopsi, atau menemukan pendekatan strategi untuk mencapai tujuan

tugas; dan memantau hasil dari strategi yang telah dilaksanakan.

Kemandirian menunjukkan kepada adanya kemampuan untuk mengambil

inisiatif, kemampuan mengatasi masalah, penuh ketekunan, mengatasi

sendiri kesulitannya dan ingin melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri.

4. Reflektif

Refleksi mengarahkan individu untuk mundur, mengendalikan diri

dan melihat tahap-tahap hidup yang telah dilewati. Tindakan yang

melibatkan kesediaan untuk membuat penilaian diri sendiri dan

perkembangan diri secara jujur.

5. Religius

Religius adalah pengalaman yang membawa manusia kepada

kepercayaan akan sesuatu yang melebihi manusia dan hidupnya. Manusia

terangkat kepada suatu yang melebihi manusia yang mengarah kepada

Allah. Dalam pengalaman itu manusia meraih Allah dalam hidupnya atau

(22)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini berjudul “Internalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif,

dan Religius Pendidik Melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode studi

kasus. Studi kasus sendiri merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif,

merujuk pada investigasi yang mendalam terhadap individu, kelompok atau

institusi (Gay, 1987: 207) atau analisis kontekstual secara detail terhadap

partisipan atau kelompok kecil beserta peristiwa yang melibatkan mereka

(Fraenkel & Wallen, 1993:392). Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami

fenomena sosial ditinjau dari perspektif partisipan, mencakup perasaan,

keyakinan, gagasan, pikiran, dan tindakan mereka (Schumacher, 2001: 396). Studi

kasus pada penelitian ini selain untuk memperoleh pemahaman bermakna tentang

kondisi obyektif pendidik di Taman Bermain/Taman Kanak-Kanak dalam

memberikan pembelajaran yang mengarahkan anak sejak dini untuk memiliki jiwa

entrepreneur, yang menjadi kasus/permasalahan utama dalam pembentukan jiwa

mandiri, reflektif dan religius. Sebagimana sifat penelitian kualitatif, penekanan

ditujukan pada deskripsi dan eksplorasi (Schumacher, 2001: 397) dan tidak

dimaksudkan untuk melakukan generalisasi terhadap hasil-hasil dan kesimpulan

(23)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

praktisi yang melihat situasi serupa dengan situasi yang dialami oleh peneliti

(Fraenkel & Wallen, 1993: 403).

Dalam kerangka pemilihan studi kasus sebagai pendekatan untuk mencapai

tujuan penelitian ini, pada bagian pertama studi pendahuluan (prasurvei)mengacu

pada profil kepala sekolah dan guru sasaran, pelibatan orangtua, yayasan, anak

dan hambatan atau kesulitan guru dalam menginternalisasikan program

pembelajaranentrepreneurship, serta cara mengatasi kesulitan/hambatan

tersebut,penelitian ini menggunakan deskriptif-kualitatif.

Penelitian ini dilakukan terhadapsembilanorang pendidik, setelah(empat)

tahun melaksanakan program pembelajaran entrepreneurshipyang diprogramkan

oleh yayasan di TB/TK Santa Ursula Bandung. Melalui wawancara dan observasi,

serta angket kepada sumber penelitian dan sumber pelengkap penelitian yaitu:

orangtua murid, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman

mereka mempercayakan anak dalam lingkungan pendidikan TB/TK

St.Ursuladengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan program

pembelajaran entrepreneurshipyang terpola dalamLearning Cycle(Eksploring,

Planning, Doing, Communicating, Reflecting).

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Taman Bermain/Taman Kanak-Kanak Santa

Ursula Bandung. Komunitas sekolah ini terdiri atas kepala sekolah, sembilan

guru, dua karyawan, dua tata usaha dan satu pengasuh. Peserta didik dengan

(24)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Taman Kanak-Kanak, dengan empat kelas yang terdiri dari 139 peserta didik.

Pada tahap studi pendahuluan, penentuan subyek atau partisipan penelitian

dilakukan dengan menggunakan purposeful sample technique (McMillan &

Schumacher, 2001:401) pemilihan teknik ini didasarkan pada pertimbangan tujuan

penelitian dan bentuk informasi yang akan diperoleh. Subyek terpilih dinilai dapat

memberikan informasi terkait dengan implementasi program yang utuh, untuk

membantu memecahkan masalah tentang sikap hidup kemandirian, reflektif dan

religius pada para pendidik di TB/TK dengan melibatkan orangtua. Mereka terdiri

atas: (a) kepala sekolah dalam fungsinya sebagai penanggungjawab di unit satuan

pendidikan, termasuk pelaksana implementasi dan internalisasi program

pendidikan melalui program pembelajaran entrepereneurship; (b) guru kelas

dalam fungsinya sebagai pelasana program pembelajaranentrepreneurship.

Pada tahap kedua validasi implementasi program pembelajaran,

internalisasiprogram pembelajaran entrepreneurship, penentuan subyek penelitian

yang berperan sebagai guru yang telah melaksanakan program, tetap dilakukan

dengan menggunakan purposeful sample technique (Mc. Millan & Schumacher,

2001: 401). Sementara penentuan guru dilakukan dengan menggunakan

convinience sampling technique (Mc. Millan & Schumacher, 2001: 175).

Terdapat empat guru yang dirujuk oleh kepala sekolah telah melaksanakan

program pembelajaran entrepreneurship secara penuh, dan memiliki performance

kepribadian dalam sikap hidup kemandirian, reflektif, religius menonjol dan

(25)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam penelitian ini terdapat sumber data penelitian:

1. Sumber data primer: adalah sumber data utama. Sumber data ini adalah

bahan-bahan literatur, dokumen yang berkaitan dengan model pembelajaran

entrepreneurship, kurikulum KTSP TB/TK Santa Ursula.

2. Sumber data sekunder: adalah penunjang, atau biasa juga disebut sebagai data

kedua setelah data primer. Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah

bahan-bahan literatur dan dokumen tambahan. Ditunjang dengan observasi,

wawancara, angket yang berhubungan dengan cara membangun pengertian

entrepreneurship, sikap kemandirian, reflektif dan relegius.

C. Prosedur Penelitian

Internalisasi sikap kemandirian, reflektif dan religius melalui program

entrepreneurship diperoleh melalui tiga tahap kegiatan (bagan) yaitu studi

pendahuluan, pengumpulan data, validasi data pendidik yang telah berhasil

menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship melalui program pembelajaran

entrepreneur.Kegiatan penelitian pada tahap pertama, studi pendahuluan secara

simultan terdiri atas : (1) mengumpulkan informasi berkenaan implementasi

entrepreneurship, kepada kepala Yayasan Prasama Bhakti, kepala sekolah dan

para guru, serta masalah-masalah yang muncul, dan faktor penyebab terjadinya

hambatan, yang melibatkan kepala sekolah, guru pelaksana, orangtua dan peserta

(26)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

nilai-nilai entrepreneurshiptermasuk sikap kemandirian, reflektif, dan religius. (3)

menganalisis informasi berkenaan permasalahan yang diperkirakan

mempengaruhi efektifitas internalisasi pembelajaranentrepreneurship dalam

upaya meningkatkan sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pada

pendidik. Ringkasan dalam bagan sebagai berikut:

Studi Pendahuluan

1. Menelaah kondisi obyektif internalisasi nilai-nilaientrepreneurship

(27)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kegiatan penelitian pada tahap kedua difokuskan pada internalisasi sikap

hidup kemandirian, reflektif dan religius pada pendidik melalui program

pembelajaran entrepreneurship. Perencanaan kegiatan ini bertolak dari analisis

terhadap hasil-hasil studi pendahuluan yang mencakup data tentang profil

Yayasan Prasama Bhakti, kepala sekolah, guru kelas, pelibatan orangtua dalam

mengimplementasikan program pembelajaran entrepreneurship, yang diharapkan

sikap kemandirian, reflektif dan religiusdapat terinternalisasi pada pendidik.

Kegiatan penelitian pada tahap ketiga adalah validasi (verifikasi) melalui

wawancara sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian, terhadap

pendidik atas terlaksananya program pembelajaran entrepreneurship. Tahap

Validasi merupakan tahap implementasi dan internalisasi nilai-nilai

entrepreneurship.Jenis kegiatan pada tahap ketiga ini selengkapnya terdiri atas

verifikasi, implementasi program pembelajaranentrepreneurship, internalisasi

nilai entrepreneurship melalui program pembelajaran entrepreneur. Internalisasi

nilai-nilaientrepreneurship dinyatakan verified secara konseptual apabila dapat

dimengerti oleh pengambil keputusan (Simatupang, 1994:230)

Setelah verifikasi beserta revisi program pembelajaranentrepreneurship

selesai, kegiatan dialihkan ke persiapan internalisasinilai-nilai entrepreneurship

melalui program pembelajaran entrepreneurship. Persiapan ini terdiri atas: (a)

pelatihan guru kelas yang akan melaksanakan program, menyiapkan

(28)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sekolah sebagai penanggungjawab internalisasi program pembelajaran

entreperenurship,(b) penataan settingimplementasi program dengan mengadakan

pertemuan antara para guru, yayasan, dan kepala sekolah dan pihak Ciputra, guna

mendukung kelancaran pelaksanaan interlalisasi (c) sosialisasi program kepada

orangtua, dan pada anak-anak, guna memperoleh dukungan dari semua pihak.

D. Instrumen Penelitian

Sejumlah instrumen penelitian disiapkan guna memperoleh informasi yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian (lampiran-lampiran). Instrumen

terdiri atas pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan pedoman observasi.

Pertama, pada tahap studi pendahuluansetelah meninjau literatur tentang

faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi program

pembelajaranentrepreneurship, serta bagaimana program tersebut dilaksanakan.

Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi perspekstif tentang

aspek-aspek internalisasi program pembelajaranentrepreneurship, mencakup profil

kepala sekolah dan guru, melibatkan orangtua dan peserta didik, hambatan dan

faktor penyebab hambatan, serta cara-cara mengatasi hambatan tersebut.

Teknik wawancara dilakukan dalam rangka melengkapi data-data hasil

observasi. Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian yang dalam hal ini

adalah kepala sekolah, guru, orangtua, dan peserta didik. Teknik wawancara yang

dilaksanakan adalah wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Wawancara tidak

terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan

(29)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis

besar permasalahan yang akan digunakan (Sugiyono, 2008:140).

Wawancara diawali dengan pertanyaan yang telah disiapkan dan kemudian

dielaborasi berdasarkan jawaban responden. Pedoman wawancara dirancang

dengan memperhatikan empat parameter penelitian kualitatif, yakni (1) where

take place, (2) who will be observed or interviewed, (3) what actors will be

observed doing or interived about, (4) the evolving nature of events undertaken by

the actors within the settings (Creswell, 1994:148-149). Subyek utama sumber

informasi atau responden ialah kepala sekolah, guru kelas dalam perannya sebagai

penanggungjawab dan pelaksana program. Pedoman wawancara dengan tema

yang sama juga dikembangkan untuk kepentingan cakap silang (crosstalk) atau

memperoleh keseimbangan dan kelengkapan informasi yang diberikan oleh guru

kelas atau kepala sekolah. Sumber informasi dari cakap silang diperoleh dari

pimpinan yayasan, kepala sekolah, guru kelas, orangtua sebagai pendukung dan

peserta didik sebagai penerima layanan program pembelajaran entrepreneurship.

Kedua, peneliti memanfaatkan berbagai pedoman dokumen yang dimiliki

subyek sumber informasi untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari hasil

wawancara (Fraenkle &Wallen, 1993:390). Dokumen mencakup data rutin kepala

sekolah, dan guru kelas yang dimiliki yayasan dan data terkait oleh CES (pihak

pemilik branded).

Teknik dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data dan menjadi bukti

bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian. Dokumen adalah setiap bahan

(30)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penyidik (Moleong, 2002:161). Dalam penelitian ini, dokumen yang menjadi

sumber data adalah dokumen resmi yang diperoleh di lapangan, seperti

peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter (Riduwan, 2007:77).

Teknik pustaka merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis buku-buku ilmiah dan dihimpun serta dipilih

sesuai dengan tujuan dan fokus masalah (Sukmadinata, 2005:221). Dalam hal ini,

peneliti akan mengumpulkan data ilmiah dari berbagai literatur yang berhubungan

dengan kajian-kajian tentang program pembelajaran entrepreneurship dan

internalisasi sikap hidup kemandirian, reflektif dan relegius.

Ketiga, hasil-hasil wawancara tentang proses internalisasi, ditindaklanjuti

dengan observasi langsung terhadap para pendidik yang telah

menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship melalui

programpembelajaranentrepreneur. Langkah observasi ini dimaksudkan untuk

memperoleh informasi yang lebih komprehensif dan aktual tentang

interlalisasinilai-nilai entrepreneurship melalui program

pembelajaranentreprenurship, hambatan-hambatan yang dialami, menemukan

faktor penyebab adanya hambatan, dan cara-cara mengatasi hambatan tersebut,

yang melibatkan semua pihak terkait, yaitu yayasan, kepala sekolah, guru,

orangtua dan peserta didik. Teknik observasi yang dipilih adalah complete

observer (Fraenkle & Wallen 1993:384). Peneliti menggunakan pedoman

observasi dalam mengamati proses internalisasi yang menyertakan ketua yayasan,

kepala sekolah, guru, orangtua dan peserta didik, tanpa berupaya menjadi

(31)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan

jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, peserta didik yang

sedang belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, dsb

(Sukmadinata, 2005:220). Observasi yang dipilih disini adalah observasi non

partisipatif, dimana peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan namun hanya berperan

mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Secara keseluruhan ketiga instrumen yang digunakan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dengan sendirinya menjadi media triangualasi, yakni

menggunakan aneka metode dan subyek untuk mendapatkan informasi yang

sama, dan meningkatkan validitas desain penelitian kualitatif (Fraenkle & Wallen,

1993:400; Mc. Millan & Schumacher 2001:398)

Pada tahap validasi, data proses dan hasil implementasi program

pembelajaran entrepreneurshipdikumpulkan dengan menggunakan pedoman

observasi dan wawancara. Serupa dengan penggunaan metode observasi pada

tahap prasurvei,complete observer technique dipakai selama internalisasinilai-nilai

entrepreneurship melalui program pembelajaran entrepreneurship. Rancangan

pedoman observasi disusun dengan merujuk pada tahap-tahap yang terdapat di

dalam desain program pembelajaran entrepreneurship (learning cycle). Subyek

observasi terdiri atas kepala yayasan, kepala sekolah, dan guru kelas sebagai

pelaksana program, juga orangtua serta peserta didik sebagai sasaran layanan.

Pedoman yayasan disusun dengan mengacu pada responsive guided approach

(32)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tentang respon masing-masing subyek terhadap internalisasi nilai-nilai

entrepreneurship melalui program pembelajaranentrepreneurship. Subyek

wawancara pada tahap validasi adalah guru kelas dan kepala sekolah sebagai

pelaksana program, orangtua dan peserta didik sebagai sasaran pelaksanaan

program pembelajaranentreprenurship.

E. Analisis Data

Analisis data pada tahap studi pendahuluan dilakukan dengan berpedoman

pada jenis data yang diperoleh, yakni deskriptif-kualitatif. Prosedur analisis data

yang ditempuh mengadopsi langkah-langkah yang dikembangkan oleh Creswell

(1994:153), yakni: (1) mencatat semua data yang diperoleh dari hasil wawancara,

analisis dokumen, dan observasi, (2) memberikan tema, pola, gagasan utama

berdasarkan kata kunci atau frase, (3) menyempitkan tema-tema ke dalam tema

besar, (4) mengorganisir data ke dalam tema, (5) meninjau kembali informasi di

dalam tema untuk melihat adanya modus data tertentu, (6) mengidentifikasi

pokok-pokok temuan yang tampak dominan dan istimewa, dan (7) menulis

pokok-pokok temuan berdasarkan tema, kronologis, atau model lainnya.

Demikian pula pada tahap validasi, analisis data dilakukan secara

deskriptif-kualitatif. Data selanjutnya diinterpretasi dan eksplanasi. Hasil interpretasi dan

eksplanasi dijadikan bahan kajian untuk mengetahui ketercapaian tujuan

penelitian.Teknik yang digunakan adalah studi kasus, dokumentasi yang digabung

dalam observasi lapangan selama 3 bulan secara terus menerus dan melakukan

(33)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengasuh PAUD dan orangtua sebagai obyek penelitian pembantu. Oleh karena

itu langkah-langkah yang akan ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:

Alwasilah (2009) mengemukakan bahwa ada beberapa tahapan yang perlu

dilakukan dalam upaya mengumpulkan data dalam sebuah penelitian, yaitu :

a. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi, peneliti melakukan survei terhadap TB/TK Santa

Ursula Bandung, melakukan dialog kepala sekolah, para guru, peserta didik, dan

orangtua. Setelah ditentukan responden penelitian, peneliti mengadakan observasi

awal untuk memperoleh data tentang pelaksanaan program pembelajaran

entrepreneurship. Pada tahap ini, peneliti mengurus surat ijin penelitian dalam

rangka menjaga keamanan dan stabilitas sosial di lokasi penelitian.

b. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini, peneliti mulai melakukan kunjungan pada responden.

Mengadakan pengamatan permulaan terhadap pelaksanaan program pembelajaran

entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula. Selain itu juga melakukan wawancara

untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

c. Tahap Pencatatan Data

Catatan merupakan rekaman dari hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan di sekolah. Catatan memuat data penting yang dilihat dan ditanyakan

sebagai catatan kunci untuk kemudian ditulis ulang dalam rangka mengantisipasi

kelalaian. Pencatatan data dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni catatan

deskriptif dan catatan reflektif. Catatan deskriptif terdiri dari catatan lapangan,

(34)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berisi catatan tentang hubungan berbagai data, menambahkan ide-ide,

komentar-komentar, membuat kerangka berfikir, menelaah desain dan metode, menuliskan

hal-hal yang dapat memperjelas data yang rancu, mencatat kata-kata kunci, dan

(35)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Internalisasi sikap hidup melalui proses pembelajaran entrepreneurship telah

dimaknai dengan bukti ditemukannya dua guru kunci yang memiliki

kepribadian sebagai seorang pendidik TB/TK yang berjiwa entreprenurship,

mandiri, reflektif dan religius

2. Hambatan yang ditemukan selama proses internalisasi sikap hidup melalui

program pembelajaran entrepreneurship adalah faktor dari dalam (pribadi)

dan dari luar (orang tua, komunikasi, sarana prasarana, waktu, lingkungan).

3. Penyebab hambatan pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship

adalah ketidakpahaman para pendidik, orang tua dan peserta didik terhadap

pembelajaran entrepreneurship.

4. Cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program pembelajaran

entrepreneurship yaitu dengan memperbaiki komunikasi, dan membekali diri

dengan banyak membaca dan belajar dari orang lain. Mengemb angkan sikap

kreatif, inovatif dan kritis, serta berani tampil beda.

5. Faktor faktor yang mendukung terlaksananya internalisasi program

pembelajaran entrepreneurship diantaranya kerjasama antara yayasan dengan

(36)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pendidik dengan peserta didik serta dukungan dari pengawas TK/SD dari

pihak Dinas Pendidikan kota Bandung.

6. Sikap hidup kemandirian pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung telah

terlihat dari perilaku para pendidik dan peserta didik yang berani mengambil

resiko.

7. Sikap hidup reflektif pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung terlihat

melalui cara bertindak dalam menyikapi setiap pengalaman hidup mereka baik

yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, dengan selalu melihat

kembali pengalaman untuk mengambil sikap yang lebih baik dimasa yang

akan datang.

8. Sikap hidup religius pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung terlihat

ketika para pendidik mampu mengarahkan para peserta didik dan dirinya

sendiri untuk selalu mengagumi karya penciptaan Tuhan dan kemahakuasaan

Tuhan untuk menolong umatnya ketika dalam kesulitan.

B. Rekomendasi

1. Bagi para pendidik TB/TK Santa Ursula

Bagi para pendidik TB/TK Santa Ursula penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan refleksi bahwa pembelajaran entrepreneurship yang semula

ditanggapi dengan keragu-raguan, penuh tanda tanya, dan kecemasan, telah

menghasilkan buah kesuksesan, yaitu pola berpikir (mindset) yang baru. Melalui

penelitian ini meyakinkan para guru untuk meneruskan program pembelajaran

(37)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pendidik harus bekerjakeras untuk semakin menginternalisasikan sikap-sikap atau

jiwa entrepreneur dalam dirinya misalnya percaya diri, berani mengambil resiko,

kreatif, inovatif dan berfikir kritis. Para pendidik juga harus lebih proaktif dengan

menambah wawasan mencari informasi baru tentang pendidikan

entrepreneurship.

2. Bagi Orang Tua Murid TB/TK Santa Ursula

Pembelajaran entrepreneur merupakan metode pembelajaran baru yang

diterima oleh para orang tua. Melalui penelitian ini diharapkan agar orang tua

semakin yakin akan dampak positif dari program pembelajaran entrepreneurship,

sehingga orang tua diharapkan semakin bersemangat untuk bekerjasama,

meningkatkan komunikasi yang persuasif dengan pihak sekolah.

3. Bagi Yayasan Prasama Bhakti Pengelola TB/TK Santa Ursula

Berdasarkan penelitian ini, yayasan dapat melaksanakan evaluasi internal

secara berkala, disamping evaluasi dari CES. Penelitian ini juga membantu

yayasan untuk dapat dijadikan sebagai tolak ukur tercapainya visi misi Yayasan

Prasama Bhakti. Melalui penelitian ini penulis berharap agar Yayasan mempunyai

managemen yang terencana sehingga target program pembelajaran

entrepreneurship dapat tercapai misalnya dengan tidak memindahkan guru kunci

secara mendadak. Yayasan harus memahami bahwa pembelajaran

entrepreneurship tidak pernah berhenti berinovasi, oleh karena itu yayasanpun

(38)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bagi para pendidik untuk mengikuti latihan dasar kepemimpinan(LDK) misalnya

Outbond, retret, pesantren kilat/pembinaan rohani, mengundang nara sumber dan

belajar tentang entrepreneurship.

4. Bagi Pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung

Kepala sekolah TB/TK Santa Ursulapun dapat menjadikan penelitian ini

sebagai bahan penilaian Daftar Penilaian Pekerjaan (DP 3) atas kemampuan dan

perubahan sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius para guru dalam

mendidik anak didiknya. Kepala sekolah dapat menindak lanjuti program

pembelajaran ini sebagai bahan laporan kepada pihak yayasan atas pelaksanaan

dan hasil dari program pembelajaran entrepreneurship.

5. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung

TB/TK Santa Ursula telah melaksanakan program pemerintah tentang

kewirausahaan/entrepreneurship. Dinas Pendidikan Kota Bandung dapat

menjadikan TB/TK Santa Ursula ini sebagai sekolah model entrepreneurship

dilingkungan Kota Bandung.

6. Bagi Ciputra Entrepreneurship School (CES)

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

reflekdi bagi sehingga CES dapat membaharui dan memperbaiki program agar

(39)

masing-Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

masing pendidik. Memperbanyak trainer untuk membimbing sekolah sekolah

yang bekerjasama dengan CES.

7. Bagi Penelitian Lanjutan

Pembelajaran entrepreneur sangatlah kompleks, masih banyak yang dapat

diteliti dan dianalisa untuk masing-masing aspek, serta pola pembelajarannya.

Karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti penelitian ini hanya dapat

menyoroti sampai pada tahap internalisasi sikap kemandirian, reflektif, dan

religius pendidik TB/TK Santa Ursula melalui program pembelajaran

entrepreneurship. Peneliti berharap agar dikemudian hari peneliti atau siapapun

yang berminat, dapat mendalami serta melanjutkan penelitian ini dalam aspek

(40)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi &

Manajemen. Bandung: Dewa Ruci

Asmani, J.M.(2011) Sekolah Entrepreneur. Jogjakarta: Harmoni

Asmani, J.M.(2011) Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Harmoni

Boeree,G. (2010) Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama

Psikolog Dunia. Jogjakarta: Prismasophie

Barbara, A.L.(2004). Character Building Untuk Anak-anak, Batam: Karisma Publising Group

Calvin S.H.,& Gardner, L. (2005). Teori-teori Psikodinamik (Klinis) Freud,

Erikson, Jung, Adler, Fromm, Horney, Sullivan, Yogjakarta: Kanisius

Chourmain, I. (2011). Pendekatan- pendekatan Alternatif Pendidikan Anak Usia

Dini. Jakarta: Rineka Cipta

Diane, T.,&Diana, H. (2004). Living Values Activities for Children Ages

3-Jakarta: Grasindo

Danim, S.,&Khairil. (2010). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Fakhrudin, A.U. (2010). Sukses Menjadi Guru TK-PAUD. Jogjakarta: Bening

Go, P.M. (1990). Pendidikan Nilai di Sekolah Katolik. Malang: Dioma

Go, P.M. (1988). Katolisitas Sekolah Katolik. Malang:Dioma

Janice, J.B.(1994). Observing Development of the Young Child, New York: Macmillan Publishing Company

Jo, A.B.(2007). Introduction To Early Chilhood Education, (six Edition), Boston: Pearson Education Inc

Lembaga Alkitab Indonesia.(1987) Alkitab. Bogor: Ciluar

Pam, S., & Tamera, B. (2002). The Values Book For Children 16 Moral Dasar

Bagi Anak, Jakarta: Elex Media Computindo

(41)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Marsh, C. (2008). BecomingATeacherKonwledge,Skills and Issues. Pearson Education Australia.

Morrison, G.S. (2012) Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Indeks

Nurihsan, A.J., &Agustin,M.(2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja:

Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT. Refika

Aditama

Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Jogjakarta: Pinus Book Publisher

Ridwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru dan Karyawan dan

Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Rimm, S. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Rochman, C.,&Gunawan. (2011). Pengembangan KompetensiKepribadian Guru:

Menjadi Guru yang dicintai dan diteladani oleh Siswa. Bandung:

Nuansa Cendekia

Santrock, W.J. (2004) Perkembangan anak (ed. Kesebelas). University of Texas, Dallas, Jakarta: Erlangga

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sue, C.W. (2006). Early Childhood Curriculum Developmental Bases for

Learning and Teaching, New Jersey, Ohio : Merril Pretice Hall.

Suyanto, S. (2005). Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publising

Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai

Aspeknya. Jakarta: Kencana

Saputra, Y.M.,&Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan

Keterampilan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Kunandar. (2007) Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi Guru. Jakarta: PT

(42)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kurniasih, I. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Edukasia

_______(2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

_________(2012). Educare, Wahana Komunikasi Pendidikan. Jakarta, Komisi Pendidikan KWI

Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 (2003). System Pendidikan Nasional. Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Permendiknas nomor. 58 tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Parkay, F.W., & Stanford, B.H. (2012) Menjadi Seorang Guru., Jakarta: Indeks

Wahyudin, U., &Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini:

Panduan untuk Guru, Tutor, Fasilitator dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT. Refika Aditama

Yamin, M.,& Sanan, J.S. (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Gaung Persada Press

Yayasan Prasama Bhakti. Sejarah Singkat TB-TK Santa Ursula, Bandung : Pribadi Yayasan

Yuliani, N.S. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT Indeks

Paulo, F.S., & Ward, S. London, (1974). Education For Critical Conciousness, London

Creswell, J.W. (2010). Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Referensi

Dokumen terkait

digulfukan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan potensi pondok pesantren baik dibidang. pendidikan, sarana prasarana maupun dibidang

Adapun menurut Webster’s New American Dictionary arti tolerance adalah liberty toward the opinions of others, patience with others yang kalau diterjemahkan ke

Kesehatan KCU Palembang adalah saluran komunikasi langsung dengan menyediakan penanganan dan pengaduan peserta di unit kepesertaan, sedangkan komunikasi tidak

Diperlukan metode yang tepat untuk menangani laju kerja nonlinear ini, salah satunya adalah logika Fuzzy Sugeno yang mampu bekerja baik pada sistem nonlinear

Banyak juga sih pasien minta untuk ditambah pegawai di bagian pengambilan obat karena dilihat dari banyaknya pasien, dengan jumlah pegawai yang ada sekarang ini belum

The step evaluation of induction motor is calculating the output power of induction motor, input power of induction motor and efficiency of induction motor generating drive.

Setelah peneliti melakukan observasi pada siklus kedua pertemuan pertama, kedua dan ketiga didapatkan hasil bahwa peneliti sudah mampu merancangkan pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Danau Tempe memiliki karakter yang lebih baik untuk menghadapi cekaman kekeringan dibandingkan dengan varietas lainnya