NO DAFTAR :182/ UN. 40.FPEB. 1. PL/ 2013
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR
INTERNALTERHADAP PENDETEKSIAN FRAUD ASSETS
MISAPPROPRIATION
(Survey pada Auditor Internal BUMN yang berpusat
di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
Evi Herawati NIM. 0908858
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
BANDUNG 2013
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL
TERHADAP PENDETEKSIAN FRAUD ASSETS
MISAPPROPRIATION
(Survey pada Auditor Internal
BUMN yang
berpusat
di Kota Bandung)
Oleh
Evi Herawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Evi Herawati 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL
TERHADAP PENDETEKSIAN FRAUD ASSETS
MISAPPROPRIATION
(Survey pada Auditor Internal BUMN yang berpusat
di Kota Bandung)
Abstrak
Oleh:
Evi Herawati
Pembimbing I : Dr. Rozmita Dewi Y, M.Si Pembimbing II : R. Nelly Nur Apandi, SE., M.Si
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian fraud assets misappropriation pada BUMN yang berpusat di kota Bandung. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian fraud assets misappropriation.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif. Populasi pada penelitian ini adalah auditor internal yang berada pada seluruh BUMN yang berpusat di kota Bandung, sedangkan untuk pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner. Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan pengujian statistik analisis korelasi sederhana
product moment pearson. Berdasarkan perhitungan analisis korelasi dengan bantuan Software SPSS 19.0 for Windows terhadap kuesioner yang disebar kepada 61 auditor internal pada 6 BUMN yang berpusat di Kota Bandung menghasilkan bahwa auditor internal berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian fraud assets misappropriation. Besarnya pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian fraud assets misappropriation ini adalah sebesar 16.7%. profesionalisme auditor internal tidak terlalu besar memberikan pengaruhnya, sedangkan sisanya 83.3%, dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
THE EFFECT OF INTERNAL AUDITOR FOR DETECTING
FRAUD ASSETS MISAPPROPRIATION
(Survey on Internal Auditor BUMN Centered in Bandung City)
Abstract
Created by:
Evi Herawati
First Supervisor : Dr. Rozmita Dewi Y, M.Si
Second Supervisor : R. Nelly Nur Apandi, SE., M.Si
The purpose of this study was to determine the influence of the professionalism of internal auditors to detect fraud assets misappropriation are centered BUMN in Bandung. The hypothesis of this study is that there is influence between the professionalism of internal auditors to detect fraud assets misappropriation.
The method used in this study is associative method. The population in this study is that internal auditors are in the entire state is centered in the city of Bandung, while for sampling using saturated samples. The data used are primary data collected through questionnaires. In analyzing the data, this study uses statistical analysis testing simple Product Moment Pearson Correlation. Based on the calculation of correlation analysis with the help of software SPSS 19.0 for Windows to a questionnaire distributed to 61 internal auditors at 6 BUMN based in Bandung produce that internal auditors significantly affect fraud asset misappropriation detection. The magnitude of the effect of the internal auditor professionalism asset misappropriation fraud detection is equal to 16.7%. professionalism of internal auditors are not too great at giving effect, while the remaining 83.3%, influenced by other factors not examined in this study.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……….. iii
DAFTAR TABEL………. vii
DAFTAR GAMBAR………. ix
BAB I PENDAHULUAN……….….
1.1Latar Belakang Penelitian………. 1.2 Rumusan Masalah……….
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….
1.3.1 Maksud Penelitian………..
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.4 Audit Internal………
2.1.4.1 Pengertian Audit Internal………...
2.1.4.2 Fungsi, Tujuan, dan Ruang Lingkup Audit
Internal……….
2.1.5 Profesionalisme Auditor Internal……….
2.1.6Profesionalisme Menurut International Professional
Practices Framework………...
2.1.7 Fraud………
2.1.7.1Definisi Fraud………
2.1.7.2Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan atau
Fraud………..
2.1.7.3Pengelompokan Fraud………
2.1.7.4Cara Mengurangi Fraud...
2.1.7.5Pendeteksian Fraud...
2.1.7.6Fraud Assets Missappropriation………
2.1.7.7Tindakan Fraud Asset Misappropriation………
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 46
3.1 Objek Penelitian……… 3.2 Metode Penelitian………
3.2.1 Desain Penelitian………..
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi variabel………. 3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian………
3.2.3.1 Populasi……….. 3.2.3.2 Sampel Penelitian……… 3.2.4Teknik Pengumpulan Data………....………….
3.2.5 Instrumen Penelitian………. 3.2.6 Teknik Analisis Data………
3.2.7 Hipotesis Statistik………...
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ………. 4.1.1 Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian…………
4.1.1.1Sejarah Singkat BUMN……….
4.1.1.2Visi dan Misi BUMN……… 4.1.1.3Struktur Organisasi BUMN………..
4.1.2 Data Responden………. 4.1.3 Deskripsi Data Variabel Penelitian………. 4.1.3.1Pengujian Validitas Instrumen ………
4.1.3.2Pengujian Reliabilitas Instrumen……….
4.1.4 Deskripsi Variabel Profesionalisme Auditor Internal….
4.1.5 Deskripsi Variabel Pendeteksian Fraud Assets
Misappropriation………....
4.1.6 Analisis Korelasi………. 4.2 Pembahasan………
4.2.1 Profesionalisme Auditor Internal……… 4.2.2 Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation…………
4.2.3 Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap
Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation…………
83
85
93
98
100
101
102
102
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan………. 5.2 Saran………...
104
105
DAFTAR TABEL
1.1Kasus Fraud di Indonesia...
1.2Jumlah Kerugian dan Persentase fraud tahun 2008-201...
1.3Jenis-Jenis fraud di Indonesia...
1.4Pendetektesian Fraud...
2.1 Summary of Assets Fraud... ...
2.2 Penelitian Terdahulu... ...
3.1 Operasionalisasi Variabel... ... ...
3.2 Daftar BUMN yang berpisat di Kota Bandung...
3.3 Format Tabulasi Jawaban Responden...
3.4 Interpretasi Hasil Skor...
4.1 Jenis Kelamin……… 4.2 Pendidikan Terakhir………..
4.3 Jumlah Responden berdasarkan BUMN………... 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel X……….. 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Y………..
4.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X……….. 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X………..
4.8 Hasil Uji Normalitas...
4.10 Frekuensi Jawaban Independensi dan Objektivitas…………..………
4.11 Frekuensi Jawaban Keahlihan dan kecermatan professional………… 4.12 Frekuensi Jawaban Tujuan, kewenangan , dan tanggung jawab……… 4.13 Frekuensi Jawaban Program Quality Assurance Dan Peningkatan
Jaminan Fungsi Audit Internal……… 4.14 Frekuensi Jawaban Variabel Profesionalisme Auditor Internal……….
4.15 Persentase Tanggapan Responden Profesionalisme Auditor Internal… 4.16 Skor Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation………... 4.17 Frekuensi Jawaban Gejala (symtomps) Fraud ………...
4.18 Frekuensi Jawaban Redflag Fraud Assets Misappropriation………….
4.19 Frekuensi Jawaban Pendeteksian Fraud Assets
Misappropriation...
4.20 Persentase Tanggapan Responden Pendeteksian Fraud Assets
Misappropriation……….
4.21 Hasil Perhitungan Korelasi Product Moment Pearson………..
4.22 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi………. 86
87
88
89
90
91
93
93
94
95
96
99
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor Penyebab Penyimpangan atau Fraud...
Gambar 2.1 Fraud Tree....
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran……….
Gambar 2.4 Paradigma Penelitian………. Gambar 3.1 Skor Penilaian...
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Pindad (Persero)………
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT POS Indonesia (Persero)………
Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT Telkom Indonesia (Persero)………….
Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT KAI (Persero)……… Gambar 4.5 Struktur Organisasi PT Bio Farma (Persero)………..
Gambar 4.6 Struktur Organisasi PT Dirgantara Indonesia (Persero)……….
Gambar 4.7 Struktur Organisasi PT INTI (Persero)………
28
30
43
44
57
76
76
77
77
78
78
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena globalisasi ekonomi yang terjadi pada saat ini memberikan
kesadaran agar dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di
Indonesia. Tuntutan ini wajar karena selama ini dirasakan BUMN dikelola secara
kurang transparan dan kurang profesional, sehingga jauh dari prinsip good
corporate governance. BUMN diharapkan sebagai penggerak pembangunan
ekonomi yang dapat meningkatkan penerimaan negara. Kinerja BUMN ini belum
optimal dalam pengelolaannya sehingga tidak sebanding dengan besarnya aset
yang dimilikinya.
Sebagai entitas bisnis, peran BUMN dirasakan cukup dominan, jumlahnya
yang mencapai ratusan perusahaan dan asetnya yang secara total mencapai ratusan
triliun rupiah dengan lingkup usaha yang rata-rata dapat digolongkan strategis.
Oleh karena hal itu tidak heran BUMN menjadi sorotan masyarakat. Di Indonesia,
perusahaan swasta maupun BUMN, belum sepenuhnya memenuhi atau menganut
prinsip good corporate governance. Masih terdapat banyak kesalahan yang ada
pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, terutama dalam prinsip akuntabilitas
yang sangat rendah karena tidak adanya transparansi. Kemandekan dalam
pelaksanaan audit terhadap aset negara tidak dikelola dengan transparan, tidak
terdapat penyajian data yang rinci ke publik, sehingga sering menyebabkan mark
up maupun kebocoran dana pada tingkat birokrat. Sejak tahun 2005 hingga 2011,
2
(termasuk anak perusahaan) sebesar Rp20.397.233.650.000,00. Laporan KPK
tahun 2011 juga menyebutkan bahwa sejak tahun 2004 sampai dengan 2011
terdapat pengaduan terhadap BUMN/BUMD sebanyak 36,001 kasus. Praktik
kecurangan di BUMN ini pada akhirnya menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan
mengurangi efisiensi BUMN. (www.bpk.go.id)
Salah satu kasus fraud asset misappropriation yang menimpa BUMN di
Indonesia adalah kasus yang menimpa PT Barata Indonesia (Persero). Kasus ini
dilakukan oleh Mahyudin Harahap (Direktur Pemberdayaan Keuangan dan SDM
PT Barata Indonesia) yang diduga menjual aset negara berupa tanah bersama
dengan Ir Harsusanto (Dirut PT Barata Indonesia) dan Shindo Sumidomo.
Penjualan aset ini terjadi pada tahun 2003-2005 lalu. Penjualan tersebut dinilai
bertentangan dengan, di antaranya, UU RI No 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan
Kepmen Keuangan Nomor 89/KMK.013/1991 tentang Pemindahan Aktiva Tetap
BUMN. KPK memaparkan, tindak pidana korupsi kasus ini dilakukan dengan
dengan cara menurunkan Nilai Jual Objek Pajak tanah milik PT Barata yang
berlaku tahun 2004. Tanah yang dijual berlokasi di Surabaya, Jawa Timur.
Diungkapkan, harga tanah yang seharusnya mencapai Rp 132 miliar kemudian
dijual kepada swasta dengan harga hanya sekitar Rp 82 miliar. Perbuatan ini dinilai
memperkaya pihak tim taksasi penjualan aset sebesar Rp 894 juta lebih dan Shindo
Sumidomo dari PT Cahaya Surya Unggul Tama sebesar Rp 21,770 miliar. Negara
pun dirugikan hingga Rp 22,690 miliar lebih. (www.merdeka.com).
Fraud asset misappropriation juga terjadi pada PT Kereta Api Indonesia
yang dilakukan oleh humas perusahaan tersebut, yaitu (1) adanya penjualan aset
3
pribadi; (2) Pengalihfungsian aset milik perusahaan berupa tanah menjadi milik
pribadi, selain itu di Lampung tanah milik perusahaan beralih menjadi pusat
perbelanjaan (Sry Ayu, 2012).
Kasus lain yang terjadi adalah pada PT Bank Negara Indonesia (BNI) 1946,
yang baru terungkap tahun 2013 ini, yaitu terjadinya pembobolan pada bank
tersebut. Kejadian ini bermula pada tahun 2001, Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bali menempatkan dana sebesar Rp 195 milyar di BNI cabang Radio Dalam,
Jakarta Selatan. Agus Salim selaku Kepala Cabang BNI Radio lantas
memindahbukukan dana tersebut ke rekening Faisal A sebesar Rp 50 milyar dan ke
rekening Dedy Suryawan sebesar Rp 145 milyar. Akibat perbuatan ketiganya,
negara dalam hal ini PT BNI Cabang Radio Dalam, telah dirugikan sebesar Rp 50
miliar. (www.detik.com)
Beberapa kasus fraud yang terjadi pada pada BUMN dan instansi
pemerintahan di Indonesia dapat ditampilkan seperti dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Kasus Fraud di Indonesia
4
Fraud merupakan perbuatan yang dilakukan oleh orang yang berada di
dalam organisasi untuk mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atau
sekelompok orang. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Hiro (2006: 32)
yang mendefinisikan fraud sebagai “suatu susunan ketidakberesan dan perbuatan
ilegal yang merupakan suatu muslihat yang dilakukan untuk keuntungan atau
kerugian organisasi, yang dilakukan oleh orang di luar atau orang di dalam
organisasi”.
Menurut The Association Certified Fraud Examiners (2012), fraud
dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu fraudulent financial reporting atau fraud
laporan keuangan, fraud assets misappropriation atau penyalahgunaan asset, dan
corruption atau korupsi. Fraudulent financial reporting merupakan fraud yang
dilakukan oleh manajemen atau pengelola perusahaan dalam bentuk salah saji
material atas laporan keuangan yang merugikan stakeholders khususnya investor,
kreditor atau otoritas perpajakan. Fraud assets misappropriation merupakan fraud
yang terbagi dalam fraud kas dan fraud non kas. Sedangkan korupsi merupakan
fraud yang dapat dibedakan ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of
interest), suap (bribery), pemberian ilegal (illegal gratuity), dan pemerasan
(economic extortion).
Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2012)
dalam Report To The Nation disebutkan bahwa fraud assets misappropriation
adalah skema fraud yang paling tinggi yang terjadi pada 94 Negara. Pernyataan
5
Tabel 1.2
Jumlah Kerugian dan Persentase fraud tahun 2008-2012
Tipe Fraud 2008 2010 2012
US Dollar % US Dollar % US Dollar %
Asset
Misappropriation $ 150.000 88.7 $ 135.000 86.3 $ 120.000 86.7
Corruption $375.000 26.9 $ 250.000 32.6 $ 250.000 33.4
Fraudulent
Financial Statement $2.000.000 10.3 $ 4.100.000 4.6 $ 1.000.000 7.6
Sumber: ACFE Report to Nations tahun 2012
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ACFE tersebut, fraud assets
misappropriation adalah sebuah penyimpangan yang paling umum dilakukan yaitu
mencapai 86,7% kasus dengan menyebabkan kerugian rata-rata sebesar $ 120.000.
Penyimpangan selanjutnya adalah fraudulentfinancial statement, kasus ini sebesar
7,6% dari penipuan dalam penelitian yang dilakukan ACFE, akan tetapi
menyebabkan kerugian rata-rata lebih dari $ 1.000.000 atau yang paling besar nilai
kerugian yang dihasilkannya oleh penyimpangan tersebut, sedangkan
penyimpangan terakhir adalah corruption yang hanya memiliki kasus kurang dari
lebih 33,4% dan menyebabkan kerugian rata-rata $ 250.000 (ACFE: 2012).
Selain itu ada penelitian yang dilakukan oleh Indonesia, yang bertujuan
untuk mengetahui kasus-kasus yang sering terjadi di Indonesia seperti ditampilkan
dalam tabel berikut:
Tabel 1.3
Jenis-Jenis fraud di Indonesia
Jenis-jenis fraud Persentase kecurangan
Pencurian Data 2,4%
Fraud Assets Misappropriation 43%
Fraudulent Financial Reporting 24,3%
Penipuan Atas Jasa Perbankan Online 30,3%
6
Dari hasil penelitian di atas penyimpangan yang terbesar yaitu fraud assets
misappropriation sebesar 43%, penggelapan ini dilakukan oleh baik individu
maupun kelompok, dan penyimpangan kedua adalah fraudulent financial reporting.
Penyimpangan terhadap laporan keuangan bisa seperti penyimpangan cek yang
dialami oleh perusahaan biasanya terkait erat dengan tindak penggelapan oleh
pegawai (www.jurnalakuntansikeuangan.com: 2011).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh KPMG (Klynveld, Peat, Marwick &
Goerdeler) pada tahun 2010 mengenai cara-cara yang paling efektif dalam
mendeteksi terjadinya fraud atau penyimpangan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4 Pendetektesian Fraud
Cara-cara mengatasi fraud Tingkat persentasenya
Internal audit 47%
Anonymous call / letter 38%
Others (please specify) 27%
Whistle-blower hotline 26%
By accident 24%
Data analytics (trends) 21%
IT controls 13%
Statutory audit 5%
Sumber: KPMG in India’s Fraud Survey 2010
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh KPMG (Klynveld, Peat, Marwick
& Goerdeler) pada tahun 2010 tersebut, auditor internal mendapat persentase yang
paling tinggi yaitu sebesar 47%, sehingga dapat diketahui bahwa audit internal
merupakan bagian integral di dalam suatu organisasi yang paling efektif untuk
mendeteksi fraud.
Audit internal adalah salah satu perangkat yang diyakini dapat mendeteksi
dan mencegah fraud dalam suatu organisasi, karena tanggung jawab auditor
7
menginvestigasi dan melaporkan fraud. (SIAS no 3:1993). Audit internal juga
merupakan bagian penting dari struktur tata kelola organisasi perusahaan.
Pentingnya ini disorot oleh Institute of Internal Auditor (IIA) P r a c t i c e
A d v i s o r y 2130–1 pada peran auditor internal dalam budaya etis suatu
organisasi, yang menekankan bahwa auditor internal harus mengambil peran aktif
dalam mendukung budaya etis organisasi dan dengan cara ini dapat membantu
mendeteksi penyalahgunaan aset organisasi (IIA, 2004).
Profesionalisme merupakan suatu kredibilitas dan profesionalisme pada
auditor internal yang merupakan salah satu kunci sukses dalam menjalankan
perusahaan. Sikap profesionalisme akan meningkat dengan sendirinya seiring
dengan perkembangan sikap mental dari auditor internal itu sendiri dalam
melakukan pekerjaannya. Dengan adanya sikap profesionalisme auditor internal
yang handal diharapkan dapat mengambil langkah untuk mengantisipasi setiap
tindakan penyimpangan yang mungkin terjadi masa yang akan datang dan
mengungkapkannya dalam temuan audit. Saran dan sikap korektif dari auditor
internal akan sangat membantu untuk mencegah kejadian penyimpangan terulang
lagi dalam perusahaan dan menjadi bahan penindakan bagi karyawan yang
melakukan penyimpangan. Selain itu untuk meningkatkan kualitas peran internal
auditor diperlukan kemampuan profesional yaitu kemampuan individu dalam
melaksanakan tugas, yang berarti kualifikasi personalia yang sesuai dengan bidang
tugas internal audit dan berkaitan dengan kemampuan profesionalnya dalam bidang
audit serta penguasaan atas bidang operasional terkait dengan kegiatan perusahaan
8
Auditor internal juga dituntut untuk waspada terhadap setiap hal yang
menunjukkan adanya kemungkinan fraud, yang mencakup identifikasi titik-titik
kritis terhadap kemungkinan terjadinya fraud dan penilaian terhadap sistem
pengendalian yang ada, dimulai sejak lingkungan pengendalian hingga pemantauan
terhadap penerapan sistem pengendalian. Seandainya terjadi fraud, auditor internal
bertanggung jawab untuk membantu manajemen mencegah fraud dengan
melakukan pengujian dan evaluasi keandalan dan efektifitas dari pengendalian,
seiring dengan potensi risiko terjadinya fraud dalam berbagai segmen (Modul
Fraud Auditing yang dikeluarkan oleh Pusdiklatwas BPKP tahun 2008).
Status organisasi audit internal di BUMN ditempatkan langsung di bawah
direktur utama, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat conflict of interest
yang memungkinkan pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu untuk
mengintervensi objektivitas auditor internal. Terkait dengan struktur organisasi
badan usaha di Indonesia yang menganut dual board keberanian auditor internal
untuk mengungkapkannya sangat terbatas (Hiro: 2004). Oleh karena itu
profesionalisme auditor internal pada fungsi audit internal Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) sangat diperlukan dalam mendeteksi terjadinya fraud.
Penulis dalam melakukan penelitian mengambil rujukan dari beberapa
penelitian terdahulu, diantaranya yang dilakukan Chad Albrecht et al (2011) yang
menghasilkan bahwa penyalahgunaan aset merupakan area yang paling rawan
untuk terjadinya tindakan fraud, dan pengawasan perusahaan yang proaktif serta
organisasi yang efisien dapat mencegah dan mendeteksi fraud asset
misappropriation ini. Selain itu terdapat rujukan penelitian lain yaitu yang
9
internal berpengaruh terhadap pendeteksian fraud assets misappropriation pada PT
Kereta Api Indonesia. Besarnya pengaruh profesionalisme auditor internal ini
memberikan kontribusi sebesar 34,2%. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan
penelitian sebelumnya yang hanya dilakukan pada PT Kereta Api Indonesia,
sedangkan penelitian ini dilakukan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
berpusat di Kota Bandung dengan pertimbangan bahwa dengan meneliti BUMN
yang berpusat di Kota Bandung dapat menggambarkan fenomena yang ada.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
menyusun skripsi yang berjudul: “Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal
terhadap Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation (Survey pada Auditor
Internal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Berpusat di Kota Bandung).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan dari berbagai fenomena yang ada dalam latar
belakang, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Profesionalisme Auditor Internal pada Badan Usaha Milik
Negara yang berpusat di Kota Bandung?
2. Bagaimanakah Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation pada Badan
Usaha Milik Negara yang berpusat di Kota Bandung?
3. Bagaimanakah pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap
10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
bagaimana pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap
pendeteksian FraudAssets Misappropriation.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Profesionalisme Auditor Internal pada Badan Usaha Milik Negara
yang berpusat di Kota Bandung.
2. Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation pada Badan Usaha
Milik Negara yang berpusat di Kota Bandung.
3. Terdapat Pengaruh Audit Internal terhadap Pendeteksian Fraud
Assets Misappropriation.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Dari segi keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sumbangan pemikiran untuk mendukung perkembangan ilmu audit,
accounting forensic dan pengendalian internal, serta pengetahuan mengenai
11
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Badan Usaha Milik Negara yang berpusat di Kota Bandung, hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan yang
berguna untuk melakukan pembenahan di tubuh BUMN dari segi audit
internal serta upaya mendeteksi fraud assets misappropriation.
b. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
mengenai profesionalisme auditor internal dan pendeteksian fraud
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 118), “Obyek penelitian adalah
fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep
atau variabel. Obyek penelitian ditemukan melekat pada subyek penelitian”.
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Profesionalisme Auditor internal dan
Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation. Penelitian ini dilakukan pada
Auditor Internal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berpusat di Kota
Bandung dengan pertimbangan bahwa BUMN tersebut memberikan gambaran
umum mengenai fenomena yang diangkat.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian asosiatif dalam melakukan
penelitian ini. Menurut Sugiyono (2010:55) menjelaskan bahwa, “Penelitian
asosiatif adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai pengaruh Profesionalisme Auditor internal terhadap Pendeteksian
Fraud Assets Misappropriation.
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi variabel
Menurut Sugiyono (2011: 38) mendefinisikan “variabel penelitian adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
47
ditarik kesimpulannya”. Sesuai dengan penelitian “Pengaruh Profesionalisme
Auditor Internal Terhadap Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation” penulis
melakukan pengujian dengan menggunakan dua variabel penelitian sebagai
berikut:
1. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2011: 39) variabel independen sering disebut juga
variabel bebas. variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Dari pendapat yang dikemukakan Sugiyono tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang menjadi variable independen dalam penelitian ini
adalah Profesionalisme Auditor Internal (X).
2. Variabel Dependen
Sedangkan variabel dependen menurut Sugiyono (2011: 39) didefinisikan
sebagai variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Dari pendapat yang disampaikan
oleh Sugiyono tersebut maka yang dimaksud variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Pendeteksian Fraud Assets Misappropriation (Y).
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Item Skala
Profesionalisme Internal auditor
(X) (IIA, 2011:15-25)
1) Independensi dan Objektivitas
(Independence and objectivity)
1. Independensi auditor internal
2. Objektivitas auditor internal 4. Mematuhi Standar
48 8. Kewenangan dalam
mengakses Informasi 9
10
Numerical
4) Program Quality Assurance dan
9. Penerapan Quality Assurance (QA)
1. anomali akuntansi, 2. kelemahan
pengendalian internal,
3. gejala penipuan analitis,
3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2011:80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
49
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek
itu.”
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah Auditor Internal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
berpusat di Kota Bandung. Berikut daftar BUMN yang berada di Kota Bandung:
Tabel 3.2
Daftar BUMN yang berpusat di Kota Bandung
No Nama BUMN Jumlah Auditor
Internal
1 PT. Dirgantara Indonesia (Persero) 15
2 PT. PINDAD (Persero) 15
3 PT. Pos Indonesia (Persero) 15
4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 80
5 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 16
6 PT INTI (Persero) 10
7 PT Biofarma (Persero) 11
8 PT Len Industri (Persero) -
9 PT Perkebunan VIII -
Jumlah 162
Sumber: Data Primer Diolah
3.2.3.2 Sampel Penelitian
Sugiyono (2011: 81) menyatakan “sampel adalah bagian dari jumlah atau
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan menurut Suharyadi
dan Purwanto (2009: 7) “sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang
menjadi perhatian”. Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009: 8) sampel dibedakan
50
1. Sampel probabilitas
Sampel probabilitas merupakan suatu sampel yang dipilih sedemikian rupa
dari populasi sehingga masing-masing anggota populasi memiliki
probabilitas atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
2. Sampel nonprobabilitas
Sampel nonprobabilitas merupakan suatu sampel yang dipilih sedemikian
rupa dari populasi sehingga setiap anggota tidak memiliki probabilitas atau
peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
Untuk dapat menentukan minimal besaran sampel dapat digunakan Rumus
Slovin sebagai berikut:
Keterangan:
n = Besaran Sampel
N = Besaran Populasi
E = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
Ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel) yaitu 10 %
Adapun dalam penelitian ini menggunakan probability sampling, dengan
teknik random sampling. Metode ini merupakan pengambilan sampel secara acak
(random) dengan memberikan peluang yang sama seluruh populasi untuk dipilih
sebagai sampel penelitian. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
Auditor Internal BUMN yang berpusat di Kota Bandung yang berjumlah 61.
51
berpusat di Kota Bandung dikarenakan dua BUMN yaitu PT LEN Industri dan
PTPN VIII tidak bersedia untuk dijadikan sampel penelitian.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2011: 137) menyatakan, “pengumpulan data dapat dilakukan
dengan mengunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yang
dimaksud adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data”. Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Interview (wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.
2. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
3. Observasi (Pengamatan)
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
52
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner, yaitu
“teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.
(Sugiyono, 2010: 199).
Dalam penelitian ini, instrumen utama yang akan digunakan untuk
pengumpulan data adalah kuesioner. Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono
(2010) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik
pengumpulan data yaitu:
1. Prinsip Penulisan Angket
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka; negatif-positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
2. Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. (...)
3. Penampilan Fisik Angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. (...)
3.2.5 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:146), “Instrumen penelitian adalah alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Jenis
intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner (angket)
yang disebarkan pada responden. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
53
dianalisis dengan menghitung masing-masing skor dari setiap pertanyaan
sehinggan didapat kesimpulan mengenai kondisi setiap item pertanyaan pada
obyek yang diteliti.
1. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2010: 172) menyatakan, “Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur”.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji validitas (Umar,
2008:110) adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan secara operasional suatu yang konsep yang akan
diukur.
2. Melakukan uji coba pengukur tersebut pada sejumlah responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing
pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi
Pearson Product Moment, yang rumusnya seperti berikut:
Adapun rumus Product Moment Pearson yang digunakan adalah:
Keterangan:
r xy = koefisien korelasi
n = banyaknya responden
54
ΣY = Jumlah skor Y
(ΣX)2 = Kuadrat jumlah skor X
(ΣY)2 = Kuadrat jumlah skor Y(Arikunto, 2006:162)
Setelah diperoleh r xy kemudian dikonsultasikan dengan nilai rtabel
dengan taraf signifikansi tkritis > 0,3. Kriteria pengujian instrument dapat
dikatakan valid adalah dengan ketentuan :
Jika rxy > rtabel berarti valid, sebaliknya
jika rxy ≤ rtabel berarti tidak valid (Suharsimi Arikunto, 2006:170)
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang sama pada alat
ukur yang sama. Reliabilitas kuesioner menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Keandalan suatu alat ukur menunjukkan ketepatan, kemantapan
suatu alat ukur yang baik, dalam hal ini kuesioner haruslah berisi
pertanyaan-pertanyaan yang jelas sehingga hasilnya memang benar-benar
sesuai dengan kenyataan. Dalam penelitian ini untuk menguji reliabilitas
instrumen dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha :
{ } { ∑ }
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan
12 = varians total
55
Jumlah varian butir dapat dicari dengan cara mencari nilai varians
tiap butir, kemudian jumlahkan seperti berikut ini:
∑ ∑
(Husein Umar, 2008:172)
Keterangan:
n = jumlah sampel = jumlah varians
X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)
Koefisien Cronbach alpha merupakan statistik yang paling umum
digunakan untuk menguji reliabilitas suatu instrumen penelitian. Suatu
instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai
jika koefisien cronbach alpha lebih besar atau sama dengan 0,70 seperti
yang dikemukakan oleh Uma Sekaran (2011:110):
Cronbach alpha adalah koefisien keandalan yang menunjukan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif berkolerasi atau satu sama lain. Cronbach alpha dihitung dalam rata-rata interkolrasi antar item yang mengukur konsep. Semakin dekat
Cronbach alpha dengan 1, semakin tinggi keandalan konsistensi internal.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel
dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati
normal atau tidak. Jika datanya tidak berdistribusi normal maka analisis
nonparametik yang digunakan, jika datanya berdistribusi normal maka
analisis parametik yang dapat digunakan, termasuk korelasi. Untuk
56
Smirnov Z dengan bantuan SPSS 19.0 for Windows. “Metode pengambilan
keputusan untuk uji normalitas yaitu jika signifikansi > 0,05 maka data
berdistribusi normal, dan jika signifikansi < 0,05 maka data tersebut tidak
berdistribusi normal” (Duwi Priyatno, 2010:40).
3.2.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Menurut Sugiyono (2011: 147) menyatakan kegiatan
dalam analisis data adalah:
Mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan pehitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
“Teknik analisis dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial”. (Sugiyono: 2010).
Dalam penelitian ini dilakukan teknik analisis deskriptif dan analisis asosiatif
dengan menggunakan statistik inferensial parametris yang berguna untuk menguji
parameter populasi melalui statistik sehingga hasilnya dapat diberlakukan untuk
populasi. Statistik ini cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang
jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.
Langkah-langkah yang akan dilakukan oleh penulis dalam menganalisis data
57
1. Melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari kuesioner yang telah
diberikan kepada responden yang berkaitan mengenai pernyatan yang
berkaitan mengenai variabel X dan variabel Y.
2. Melakukan pengelompokan data yang diperoleh sesuai kelompok variabel
masing-masing.
3. Melakukan pemberian skor untuk jawaban dari setiap item pernyataan
yang diajukan.
4. Skala dalam pengukuran variabel X dan variabel Y pada penelitian ini
adalah numerical.
Penilaian yang digunakan penulis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Skor Penilaian
Pengolahan data yang pertama adalah analisis deskriptif yang ditujukan
untuk memperoleh gambaran mengenai bagaimana profesionalisme auditor
internal dan pendeteksian fraud assets misappropriation pada BUMN yang
berpusat di Kota Bandung. Gambaran kedua variabel tersebut dapat dinyatakan
secara keseluruhan atau berdasarkan setiap indikatornya. Langkah analisis yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mentabulasi jawaban responden untuk setiap kuesioner ke dalam
format berikut:
1 2 3 4 5
Positif
Terendah Positif
58
Tabel 3.3
Format Tabulasi Jawaban Responden
No. Responden
Indikator 1 Indikator 2 Indikator ... Skor
Total 1 2 3 4 5 ∑ 6 7 8 9 10 ∑ 11 12 13 14 15 ∑ ∑ 1-..
b. Menghitung skor tiap dimensi ataupun variabel dengan cara
membandingkan skor item yang diperoleh berdasarkan jawaban
responden dengan skor tertinggi jawaban kemudian dikalikan 100%
Total skor dapat diperoleh dengan cara mengkalikan nilai skala paling
tinggi dengan jumlah responden. Dimana pada penelitian nilai skala
paling tinggi adalah 5 dan jumlah responden 61. Sehingga total skor
adalah 5 x 61 = 305.
c. Menginterpretasikan hasil distribusi frekuensi untuk mengetahui
gambaran dari setiap variabel baik secara keseluruhan maupun untuk
setiap indikator. Menurut Sugiyono (2010:133) kriteria interpretasi
skor berdasarkan jawaban responden dapat ditentukan sebagai berikut,
“skor maksimum setiap kuesioner adalah 5 dan skor minimum adalah
1, atau berkisar antara 20% sampai 100%, maka jarak antara skor yang
berdekatan adalah 16%. ((100%-20%)/5).” Sehingga dapat diperoleh
59
Tabel 3.4 Interpretasi Hasil Skor
Hasil Kategori
20% - 35.99% Tidak Baik / Tidak Efektif 36% - 51.99% Kurang Baik / Efektif 52% - 67.99% Cukup Baik / Efektif 68% - 83.99% Baik / Efektif
84% - 100% Sangat Baik / Tidak Efektif
3.2.8 Hipotesis Statistik
Tujuan analisis data adalah untuk memperoleh gambaran atas
variabel-variabel yang diteliti dari data yang terkumpul terkait dengan rumusan masalah
dan hipotesis yang diajukan. Oleh karena itu tahap ini merupakan tahap yang
paling penting karena akan memberikan jawaban atas hipotesis yang diajukan
peneliti.
Pengujian hipotesis, dapat diuji dengan menggunakan rumus uji-t.
Pengujian t statistik bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh
masing-masing variable independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Dalam
penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan uji yang memiliki rumus
sebagai berikut:
√ √
Keterangan:
r = koefisien korelasi n = jumlah sampel
60
Untuk mendapatkan koefisien korelasi maka dalam penelitian ini dengan
menggunakan rumus dari Korelasi Product Moment yang memiliki rumus seperti
di bawah ini:
Keterangan:
r xy = koefisien korelasi
n = banyaknya responden
ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden ΣX = Jumlah skor X
ΣY = Jumlah skor Y
(ΣX)2 = Kuadrat jumlah skor X
(ΣY)2 = Kuadrat jumlah skor Y(Arikunto, 2006:162)
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis dengan menggunakan uji-t
yang digunakan adalah sebagai berikut:
diterima jika < (dk = n-2)
diterima jika > (dk = n-2)
Selain dengan cara di atas kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
juga dapat menggunakan hasil dari pengujian Korelasi Product Moment dengan
menggunakan bantuan Software SPSS 19.0 for Windows dengan melihat nilai
signifikansinya sebagai berikut:
Ha diterima apabila nilai Sig. < 0,01 Maka ada korelasi yang signifikan
Ho diterima apabila nilai Sig. > 0,01 Maka tidak ada korelasi yang
61
Penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel X
dengan variabel Y. Dalam penelitian ini hipotesis nol � dan hipotesis alternatif
� dinyatakan sebagai berikut:
� : ρ = 0, Profesionalisme Auditor Internal tidak berpengaruh terhadap
Pendeteksian Fraud Assets Missappropriation pada BUMN yang Berpusat
di Kota Bandung
�a: ρ ≠ 0, Profesionalisme Auditor Internal berpengaruh terhadap
Pendeteksian Fraud Assets Missappropriation pada BUMN yang Berpusat
di Kota Bandung
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y
dapat digunakan koefisien determinasi. Menurut Jonathan Sarwono (2005: 75),
“Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau
pengaruh variabel bebas terhadap variable tergantung”. Untuk mengetahui
besarnya koefisien determinasi, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
(Sudjana, 2001: 246) Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
2= Nilai koefisien regresi
Koefisien determinasi berguna untuk mengetahui besarnya faktor yang
mempengaruhi antara variabel profesionalisme auditor internal dan pendeteksian
fraud assets misappropriation pada Auditor Internal BUMN yang berpusat di
Kota Bandung.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Pengaruh
Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pendeteksian Fraud Assets
Misappropriation”, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Auditor internal pada BUMN yang berpusat di Kota Bandung
mempunyai profesionalisme yang baik (tinggi) yang berdasarkan pada
dimensi independensi dan objektivitas (independence and objectivity),
keahlian dan kecermatan professional (proficiency and due
professional care), tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab (purpose,
authority, and responsibility), dan yang terakhir program quality
assurance dan peningkatan jaminan fungsi audit internal (quality
assurance and improvement program).
2. Pendeteksian fraud assets misappropriation yang dilakukan oleh
auditor internal BUMN yang berpusat di Kota Bandung berada dalam
kategori baik (efektif). Untuk dapat mendeteksi Fraud Assets
Misappropriation tidaknya harus diketahui gejala (symtomps) fraud
dan redflags terjadinya fraud assets misappropriation.
3. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara profesionalisme
auditor internal terhadap pendeteksian fraud assets misappropriation
105
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk dapat
meningkatkan profesionalisme auditor internal dalam melakukan pendeteksian
fraud assets misappropriation. Berikut ini penulis mengajukan saran guna:
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
1. Untuk dapat meningkatkan profesionalisme-nya, para auditor internal
diharapkan lebih meningkatkan independensi dan objektifitasnya
dalam melakukan proses audit dan tidak ada tekanan/pressure dalam
menentukan hasil audit.
2. Banyaknya faktor lain yang mempengaruhi pendeteksian fraud assets
misappropriation selain profesionalisme, auditor internal harus bisa
mempelajari gejala (symtomps) adanya fraud, terutama fraud assets
misappropriation yang sangat sering kali terjadi di perusahaan.
b. Penelitian Selanjutnya
1. Menambahkan indikator-indikator redflags lebih banyak dan spesifik
dalam pendeteksian fraud assets misappropriation.
2. Menambahkan variabel independen lain seperti kompetensi auditor
internal dan sistem pengendalian internal (SPI) dalam melakukan
penelitian untuk dapat mendeteksi fraud assets misappropriation.
3. Memperbanyak sampel penelitian guna meningkatkan kualitas hasil
dari penelitian ini, bukan hanya auditor internal BUMN yang berpusat
di Kota Bandung akan tetapi BUMN-BUMN yang berada di
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan akuntan) oleh Kantor Akuntan
Publik
Albrecht et al. 2011.Asset Misappropriation Research White Paper for the
Institute for Fraud Prevention
Albrecht, Steve. 2002. Fraud Examination.Thomson Learning. USA
Amrizal, CFE. 2004.Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal
Auditor. Jakarta
Antoni, Erwin. 2011. Pengaruh Penerapan Standar Auditing, KodeEtik, kualitas
auditor terhadap pelaksanaan audit dan implikasinya pada pendeteksian
fraud. Disertasi tidak diterbitkan. Universitas Padjajaran
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE).2000. ACFE Reports The
Nations 2000
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE).2010. Report to the Nations on
Occupational Fraud and Abuse
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE). 2012. Report to the Nations on
Occupational Fraud and Abuse
Asikin, Bachtiar. 2006. Pengaruh Sikap Profesionalisme Internal Auditor
terhadap Peranan Internal Auditor dalam Pengungkapan Temuan Audit.
Jurnal
Arens.et al.2010. Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Jakarta: Indeks
Arens, Alvin.A., Elder, Ranald.J. & Beasley.Mark.S. 2008. Auditing dan Jasa
Assurance Pendekatan Terpadu. Edisi Kedua Belas. Jakarta :Erlangga
Arens, A.A., Elder, R.J., Beasley, M.S. 2012. Auditing and Assurance Service An
Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi. Jakarta: PT. RinekaCipta
Arikunto, Suharsimi. 2009. ManajemenPenelitian. Jakarta: RinekaCipta
BPKP.2008. Kode Etik dan Standar Audit. Jurnal Pembentukan Auditor Ahli,
Edisi 5. (http://pusdiklatwas.bpkp.go.id, diakses 25 Maret 2012)
Chad Albrecht, Mary-Jo Kranacher& Steve Albrecht.Asset Misappropriation
Research White Paper for the Institute for Fraud Prevention. Journal
Duwi Priyatno. 2010. Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data.
Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media
Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Glen D. Moyes, et al . 2009. Analyzing The Effectiveness Of The Red Flags To
Detect Fraudulent Reporting.University of Texas. USA
Gusnardi. 2012. Peran Forensic Accounting dalam pencegahan fraud. Pekbis
Jurnal Vol.4 No. 1, Maret 2012:17-25
Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. 2008. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Institute of Internal Auditors. Applying COSO’s Enterprise Risk Management —
Integrated Framework. September 29. 2004.
IIA. 2011. Auditor Expert Performance In Fraud Detection : A Survey of Internal
Auditor
IIA.2011. International Professional Practices Framework. The Institute of
Internal Auditor Inc. USA
IqbalHasan. 2008. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta:
Bumi Aksara.
Jonathan Sarwono. 2005. Riset Pemasaran dengan SPSS. Yogyakarta: Andi
Klynveld, Peat, Marwick & Goerdeler (KPMG).2010. India Fraud Survey Report.
India: KPMG.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal.2004. Standar Profesi Audit
Internal. Jakarta: Yayasan Pendidikan Internal Audit
Messier, Glover, Prawitt. 2006. Auditing & Assurance Service a Systematic
Approach . Jakarta: Salemba Empat
Nur Aisyah, Mimin. Peningkatan Peran Auditor Dalam Pencegahan Dan
Pendeteksian Fraud. Jurnal
Moyes D. Glen, et al . 2009. Analyzing The Effectiveness Of Red Flags To Detect
Fraudulent Reporting. Journal Academy of Business And Economics. Vol. 9
No. 1.
Mulyadi, Auditing buku 1 edisi 6 tahun 2008. Jakarta: Salemba Empat
Nurjanah. 2008. Modul Pelatihan SPSS. Malang: Universitas Brawijaya
Pasaribu, Hiras. 2001. Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan Intern dan
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Terhadap Keefektifan Pengendalian
Pelaksanaan Anggaran: Suatu Empiris. Jurnal Akuntansi & Manajemen
STIE YKPN.
Paul, Colin, Robyn. 2008. Internal audit, alternative internal audit structures and
the level of misappropriation of assets fraud. Journal compilation AFAANZ
Paul, Colin, Robyn. The Importance of Internal Audit in Fraud Detection. Journal
Permenpan: PER/05/M.PAN/03/2008. 2008.Standar Audit Aparat Pengawas
Intern Pemerintah
Rezaee, Zabihollah. 2002. Financial Statement Prevention and Detection. John
Wiley &sons, Inc.
Riduwan. 2010. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta
Rozmita dan Nelly. 2012. Gejala Fraud Dan Peran Auditor Internal Dalam
Pendeteksian Fraud Di Lingkungan Perguruan Tinggi (Studi Kualitatif).
Singleton, W. Tommie, Aaron. 2010. Fraud Auditing and Forensic Accounting.
Fourth edition. New York: corporate f and a
Sirait, Mularia CJ. 2009. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Audit
Internal terhadap Fraud. Jurnal Auditor. Volume 2 No. 3.
Sri Ayu N G.2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal Terhadap
Pendeteksian Fraud Asset Missappropriation (Studi kasus Pada Kereta Api
Indonesia).Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia
Statement on Internal auditing standar. 1993
Standar Profesi Audit Internal. 2004
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono.2010. Statistika untuk Penelitian. Cetakan ke-17.Bandung:Alfabeta
Suharyadi & Purwanto. 2009. Statistika: Untuk Ekonomi Keuangan Modern,
Edisi2. Jakarta: Salemba Empat.
Tampubolon.2005. Risk and System Based Auditing. Jakarta.
Tuanakotta T. M. 2010. Akuntansi Forensik& Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta:
SalembaEmpat.
Tugiman, Hiro. 2006. Standar profesional Audit Internal. Cetakan ke 9.
Yogyakarta: Kanisius.
Tugiman, Hiro. 2004. Tantangan dan Prospek Profesi Internal Auditordi
Indonesia.
Tunggal,Amin Widjaja. 2010. Teori dan Praktek Auditing. Jakarta :Harvarindo
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: SalembaEmpat
ZabihollahRezaee. 2002. Financial Statement Fraud Prevention and Detection.
Internet
www.jurnalakuntansikeuangan.com,[24 Desember 2012]
http://auditorinternal.com[24 Desember 2012]
http://www.bpkp.go.id, [24 Desember 2012]
http://www.bpk.go.id/web/?p=12339 [13 Maret 2013]
www.bpk.go.id, [20 Maret 2013]
http://www.antikorupsi.org/new/index.php?option=com_content&view=article&i
d=18901:direktur-pt-barata-jaditersangka&catid=42:rokstories&Itemid=106&lang=en [20 Maret 2013]
http://news.detik.com/read/2012/06/21/230534/1947774/10/tiba-di-jakarta-terpidana-buron-korupsi-bni-rp-50-m-bungkam?nd771104bcj[20 Maret
2013]
http://www.merdeka.com/peristiwa/rugikan-negara-rp-40-m-direktur-pt-pal-diperiksa-kpk.html[20 Maret 2013]