“DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH ASUHAN” Jejak Langkah Abdul Muis Pada Masa Pergerakan Nasional
1912-1928
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh
CIPTA S. SAJATI 0809254
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH
ASUHAN
Jejak Langkah Abdul Muis Pada Masa
Pergerakan Nasional 1912-1928
Oleh Cipta Sukma S
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Cipta Sukma 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
“DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH ASUHAN”
Jejak Langkah Abdul Muis Pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1928
CIPTA S. SAJATI (0809254)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum NIP. 1971010119990311003
Pembimbing II
Dr. Encep Supriatna, M.Pd NIP. 197601052005011001
Mengetahui
ABSTRAC the impact of the work of Abdul Muis to the development of literature in the National Movement?. Of the problems studied this study aims to describe the role of Abdul Muis in the National Movement, especially in the fields of literature, besides that, this research examines two works of Abdul Muis and connect with conditions that affect it.
Abdul Muis was a National Movement leader who has a background as a journalist and a politician until he became a writer. In this study, researchers used the historical method, which includes the heuristic is the process of collecting source, source criticism, interpretation and historiography. To aid analysis of the outcome literature Abdul Muis, researchers used a sociological approach to literature, to know the social reality Abdul Muis expressed in his work. Work that were examined in this study are novel Salah Asuhan dan Surapati.
As leader of National Movement Abdul Muis has a role in the national interest, such as when a member of Indie Weerbar generating technical school for Bumiputera and efforts in the formation of the Volksraad. Abdul Muis quit the national political stage after no longer be elected to the central committee of CSI in 1923. There are several factors that influence the cessation Abdul Muis from politics and prefers the literature. The first factor is the organization of the Union of Employees strike event Pawnshop Bumiputera (PPPB) in 1922. The second factor is the expulsion of the origin of Abdul Muis West Sumatra. The third factor is the presence of the figure Tjokroaminoto disappointment. The fourth factor due to the background as a journalist Abdul Muis.
Abdul Muis as a literary force Balai Pustaka (1920-1940), having an influence on the development of literature in the next period, namely in terms of Indonesian language is used, a theme that elevates social reality, and the value of the mentality and identity that must be owned by Bumiputera. The work of Abdul Muis in the Nationalist Movement in the form of a novel entitled Salah Asuhan, Surapati, Robert Anak
Surapati. Abdul Muis masterpiece containing Salah Asuhan of the criticisms of the
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul "Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan” Jejak Langkah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1928". Permasalahan utama
yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional 1913-1928. Dengan batasan masalah yaitu bagaimana kiprah Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional?, mengapa Abdul Muis lebih tertarik dalam bidang sastra? dan bagaimana dampak hasil karya Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional?. Dari permasalahan yang dikaji penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional terutama dalam bidang sastra, selain itu penelitian ini mengkaji dua buah hasil karya Abdul Muis dan menghubungkan dengan kondisi yang mempengaruhinya.
Abdul Muis merupakan seorang tokoh Pergerakan Nasional yang memiliki latar belakang sebagai seorang jurnalis dan politikus sampai akhirnya menjadi seorang sastrawan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode historis, yang meliputi heuristik yaitu proses pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk membantu analisis terhadap hasil karya sastra Abdul Muis, peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra, untuk mengetahui realitas sosial yang diungkapkan Abdul Muis dalam karyanya. Hasil Karya yang dikaji dalam penelitian ini yaitu novel Salah Asuhan dan Surapati.
Abdul Muis sebagai tokoh Pergerakan Nasional memiliki peranan dalam memperjuangkan kepentingan nasional, seperti saat menjadi anggota Indie Weerbar yang menghasilkan sekolah teknik bagi para Bumiputera dan upayanya dalam pembentukan Volksraad. Abdul Muis berhenti dari pentas politik nasional setelah tidak lagi terpilih menjadi anggota pengurus pusat CSI pada tahun 1923. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berhentinya Abdul Muis dari bidang politik dan lebih memilih pada bidang sastra. Faktor yang pertama adalah adanya peristiwa pemogokan organisasi Persatuan Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB) pada tahun 1922. Faktor yang kedua adalah adanya pengusiran dari daerah asal Abdul Muis yaitu Sumatera Barat. Faktor yang ketiga adalah adanya kekecewaan terhadap sosok Tjokroaminoto. Faktor yang keempat adalah latar belakang Abdul Muis sebagai seorang jurnalis.
Abdul Muis sebagai sastrawan angkatan Balai Pustaka (1920-1940), memiliki pengaruh terhadap perkembangan sastra pada periode selanjutnya yaitu dari segi bahasa Indonesia yang digunakan, tema yang mengangkat realitas sosial, dan nilai mengenai mentalitas serta identitas yang harus dimiliki oleh para Bumiputera. Hasil karya Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional yaitu berupa novel dengan judul
Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Surapati dan Robert Anak Surapati. Karya Abdul
ABSTRAK………... i
KATA PENGANTAR……… ii
UCAPAN TERIMA KASIH……… iii
DAFTAR ISI……….. vi
DAFTAR GAMBAR………. viii
DAFTAR TABEL………. ix
BAB I PENDAHULUAN………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah……….. 8
1.3 Tujuan Penelitian………. 8
1.4 Manfaat Penelitian……… 9
1.5 Metode dan Teknik Penelitian………. 9
1.6 Sistematika Penulisan……….. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 13
2.1Kiprah Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional……….... 14
2.2Peran Abdul Muis pada bidang sastra………. 25
2.3Novel-novel karya Abdul Muis……… 32
2.4 Landasan Konsep dan Pendekatan Sosiologi Sastra………. 35
BAB III METODE PENELITIAN……… 39
3.1 Persiapan Penelitian……… 41
BAB IV Peran Abdul Muis Sebagai Seorang Tokoh Pada Masa
Pergerakan Nasional ……… 57
4.1 Kiprah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1924……… 57
4.1.1 Abdul Muis sebagai Jurnalis……… 57
4.1.2 Bergabung dengan Sarekat Islam (SI)……… 63
4.1.3 Bergabung dalam Volksraad……… 80
4.2 Latar Belakang Abdul Muis dari Politik ke Sastra………... 90
4.2.1 Pemogokan Organisasi Persatuaan Pegawai Pegadaian
4.3 Sastra Karya Abdul Muis……….. 105
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kapal SS Sindoro yang membawa delegasi Komite Indie
Weerbar
71
Gambar 4.1. Pembukaan Volksraad oleh Gubernur Jenderal Van Limburg
Stirum………
81
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komposisi Keanggotaan Volksraad……… 82
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah
bangsa ini yang penting adanya. Karena pada masa ini meliputi berdirinya
organisasi-organisasi modern memiliki cita-cita kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia telah melahirkan beberapa tokoh di dalamnya, yang ikut andil dalam
membangun bangsa ini kearah yang lebih baik. Pergerakan Nasional memiliki
sebuah arti yang luas dan besarnya aspek yang meliputinya, tidak saja pada
pergerakan yang bersifat perbaikan derajat dari sisi politik, akan tetapi juga
menuju perbaikan aspek-aspek lain seperti perekonomian, pendidikan,
keagamaan, dan sebagainya (Pringgodigdo, 1977: VII).
Masa pergerakan nasional merupakan sebuah masa dimana munculnya
intelektual-intelektual pribumi yang memiliki keinginan agar dapat merubah nasib
bangsa ini. Organsasi-organisasi yang muncul pada masa ini juga turut melahirkan
tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah bangsa ini, salah
satunya organisasi Sarekat Islam (SI). Sarekat Islam merupakan salah satu
organisasi yang menjadi wadah bagi ummat Islam pada masa itu untuk ikut serta
dalam perpolitikan tanah air. Sarekat Islam bermula dari Sarekat Dagang Islam
didirikan pada awalnya bertujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah
panji-panji Islam (Pringgodigdo, 1977: 4). Setelah pendiriannya SI semakin
daerah di Indonesia. Karena adanya hal ini maka Pemerintah Belanda khawatir
akan terusik eksistensinya sebagai bangsa yang menduduki Hindia Belanda
dengan menjalankan roda pemerintahnnya, maka pada Juni 1912, pemerintah
Belanda menetapkan bahwa cabang-cabang SI harus berdiri sendiri untuk
daerahnya masing-masing. Setelah adanya ketetapan tersebut maka pada saat
kongres SI di Surabaya tahun 1913 didirikanlah Central Sarekat Islam (CSI),
keputusan ini dimaksudkan untuk memajukan dan membantu serta berkoordinasi
dengan SI di daerah. Oleh karena itu kongres SI di Surabaya ini menjadikan tiga
kota besar yaitu Surabaya, Yogyakarta dan Bandung, difungsikan sebagai pusat
penggerak kesadaran nasional dan sebagai pembina SI di daerah-daerah dengan
pengurus-pengurus besarnya terdiri dari: H.O.S Tjokroaminoto, dibantu oleh H.
Agus Salim, Abdul Muis, W. Wondoamiseno, Sosrokardono, Soerjopranoto
(Suryanegara, 2009: 380).
Dari keputusan kongres Surabaya tersebut muncul satu nama yang cukup
berpengaruh dalam kepengurusan CSI, yaitu Abdul Muis. Abdul Muis merupakan
wakil ketua CSI pada tahun 1916. Peran Abdul Muis dalam Pergerakan Nasional
melalui SI merupakan salah satu hal yang menarik, karena ada beberapa gagasan
yang dilahirkan oleh Abdul Muis yang pada selanjutnya menjadi berkembang dan
penting dalam perjalanan sejarah Indonesia.
Abdul Muis dalam awal periode berkembangnya SI merupakan salah satu
tokoh yang diperhitungkan. Menurut Suryanegara (2009:393) Abdul Muis
dikatakan sebagai salah satu tokoh pembangkit gerakan kesadaran berpolitik
Wignjadisastra mempelopori sosialisasi istilah Nasional melalui Kongres
Nasional CSI di Bandung pada tahun 1916 (Suryanegara,2009:393). Abdul Muis
pada selanjutnya merupakan salah satu anggota Komite Indie Weerbar perwakilan
dari SI. Di dalam Indie Weerbaar ini Abdul Muis mengemukakan
pendapat-pendapat yang berhubungan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Salah satunya
adalah mengenai didirikannya Dewan Rakyat (Volksraad). Abdul Muis
berpendapat bahwa Indie Werbaar bukan sebatas pada diikut sertakannya pribumi
dalam bagian pertahanan Hindia Belanda, tetapi juga menuntut perbaikan dari segi
ekonomi dan pendidikan, oleh karena itu Abdul Muis merupakan salah satu
anggota utusan yang menghadap Ratu Belanda untuk menyampaikan hal ini.
Karier Abdul Muis di dalam organisasi Sarekat Islam merupakan sesuatu
yang penting. Terutama pada saat SI cabang Semarang di bawah kepemimpinan
Semaun dan Darsono yang merupakan pelopor menggunakan senjata baru dalam
perjuangan melawan imprealisme dengan teori ajaran Marxis. Masuknya ajaran
Marx ke tubuh SI Semarang menimbulkan krisis dan pertentangan antara
pendukung paham Islam dan paham Marx (Sagimun, et al, 1986: 27). Abdul Muis
bersama H Agus Salim tokoh SI yang menentang keras pola perjuangan baru
dalam tubuh SI ini yang dibawa oleh Semaun dan Darsono. Dari sinilah dikenal
dengan istilah SI Putih, yang mewakili asas perjuangan Islam dalam tubuh SI dan
SI merah yang mewakili asas ajaran Marx sebagai bentuk perjuangan SI.
Pergerakan Nasional yang menjadikan seorang Abdul Muis menjadi seorang
politikus mengalami perubahan haluan kisaran tahun 1928. Perubahan haluan
Dimulai dari menjadi seorang siswa School tot Opleiding van Indische Artsen
(STOVIA) yang notabene adalah sekolah dokter, namun pada perjalanan
selanjutnya Abdul Muis beralih pada dunia jurnalistik dan pada akhirnya
berkecimpung di dunia politik, yang justru membuat namanya besar dibandingkan
dengan latar belakang pendidikannya sebagai seorang siswa STOVIA. Perubahan
tidak terjadi hanya sampai situ pada sosok Abdul Muis. Kiprahnya di bidang
politik ternyata tidak mampu membuat keinginan adanya perubahan dalam dirinya
-terlepas dari faktor yang membuat perubahan kiprah Abdul Muis- hilang begitu
saja. Perubahan ke arah lain, yang dianggap sesuai dengan idealis pemikiran yang
dimilikinya, Abdul Muis merubah poros kiprah perjuangannya dari politik praktis,
menjadi sorang sastrawan.
Peran Sastra pada masa Pergerakan Nasional merupakan sesuatu yang
memiliki arti pada perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Selain pada
perkembangan Sastra Indonesia, kehidupan sosial masyarakat dengan adanya hasil
karya sastra ini menjadi faktor pendorong beberapa perubahan. Salah satu badan
pada masa Pergerakan Nasional pada bidang kesusastraan yang didirikan adalah
Balai Pustaka. Dengan berdirinya Balai Pustaka ini menjadi salah satu hal yang
bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Suhendar dan Supinah (1993:135)
memandang peran Balai Pustaka pada masyarakat sebagaimana dikemukakannya:
Pada awal pertumbuhan kesustraan Indonesia, profesi pengarang tidak
dapat terlepas dari profesi wartawan, guru sebagai kaum terpelajar, tokoh-tokoh
intelektual dan tokoh Pergerakan Nasional (Yudiono, 2007:6). Abdul Muis yang
merupakan seorang tokoh pergerakan nasional serta seorang wartawan termasuk
ke dalam perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional dan Abdul Muis
merupakan sastrawan yang terkenal disebut Angkatan Balai Pustaka, ini karena
beberapa karyanya diterbitkan Balai Pustaka semasa pergerakan nasional.
Dalam bidang sastra, Abdul Muis diketahui sebagai sastrawan yang terkenal
dan juga wartawan yang memiliki reputasi cukup tinggi, menurut Sumardjo dalam
Ensiklopedi Nasional Indonesia (2004):
“Karena sepak terjangnya dalam Pergerakan Nasional, romannya yang berjudul Salah Asuhan mengalami sensor ketat dan penulisan ulang ketika diterbitkan Balai Pustaka. Romannya dinilai mengandung unsur Nasionalisme yang kuat”.
Dari kutipan di atas Abdul Muis memiliki reputasi yang perlu diperhitungkan
sejak awal menulis sebuah karya. Dimulai dari buah pikirannya, telah lahir buku
roman Salah Asuhan (1928) yang sangat terkenal pada masanya (Ricklefs, 2008:
413). Selain Salah Asuhan, ada juga karya lainnya yaitu Surapati (1943) yang
menceritakan bagaimana keras dan susah payahnya serta sepak terjang perjuangan
Untung Surapati dalam melawan kompeni Belanda. Melalui sastra Abdul Muis
menuangkan renungan serta hasil pikirannya mengenai apa yang terjadi pada
masa itu.
Perkembangan sastra pada masa pergerakan merupakan sesuatu yang
menjadi pelopor dari dunia kesustraan Indonesia modern. Abdul Muis merupakan
melahirkan karya sastra Indonesia modern. Abdul Muis sebagai sastrawan pada
masa pergerakan memiliki peran penting. Sebagaimana dikemukakan oleh Rosidi
(1968:28) ”Roman terpenting yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun
duapuluhan ialah Salah Asuhan (1928) buah tangan Abdul Muis (1886-1959).”.
Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa Abdul Muis menjadi sosok yang
menghasilkan karya sastra penting dalam perkembangan sastra Indonesia.
Menurut Tosh dalam (Sjamsuddin,2007:118) sastra kreatif memberikan
pemahaman kedalam lingkungan sosial dan intelektual dimana penulisnya hidup,
dan seringkali memberikan gambaran yang hidup mengenai setting fisik. Dalam
hal ini karya sastra sering kali menyampaikan pesan dari penulis melalui bahasa
serta penulisan yang indah. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat
sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial
disekitarnya, sehingga kebenaran dalam karya sastra ialah kebenaran yang
dianggap ideal oleh pengarangnya, kebenaran yang lebih tinggi sehingga sudah
sepantasnya berlaku (Noor, 2005: 12).
Dalam karya yang dihasilkan Abdul Muis, buah pikiran atau renungan atas
gejala sosial yang ada di lingkungan penulis merupakan sesuatu yang dapat
ditemukan. Salah satu contohnya di dalam novel karya Abdul Muis yang berjudul
Salah Asuhan. Dari alasan inilah pada penelitian ini penulis mencoba untuk
melihat bagaimana kiprah Abdul Muis dalam bidang sastra Indonesia, namun
tidak hanya sebatas memaparkan apa saja hasil karyanya namun mencoba untuk
menafsirkan hasil karya Abdul Muis tersebut menggunakan pendekatan teori
pendekatan sosiologi sastra sebagai acuan untuk menafsirkan hasil karya Abdul
Muis, dari beberapa hasil karya Abdul Muis, penulis memfokuskan dua buah
karya sastra Abdul Muis yaitu novel Salah Asuhan dan Surapati. Hasil karya
sastra Abdul Muis berkembang pada masa Pergerakan Nasional, hal ini menarik
untuk dikaji karena periode ini merupakan periode dimana perkembangan Sastra
Indonesia dimulai dan memiliki sebuah gagasan atau pemikiran dari sastrawan
yang ada menanggap keadaan yang sedang mereka hadapi pada saat itu.
Pemilihan Sosok Abdul Muis untuk dikaji memiliki beberapa alasan.
Pertama karena beliau merupakan sosok yang mempunyai peran dalam perjalanan
bangsa ini khususnya pada saat masa Pergerakan Nasional. Peranan Abdul Muis
menjadi seorang politikus sampai dengan menjadi seorang sastrawan yang
disegani memiliki sebuah kontribusi tersendiri, apabila dilihat dari perpindahan
dari dunia politik dan sastra yang memilki arah pandang yang cukup berbeda dari
kedua dunia tersebut. Kedua hasil karya Abdul Muis memiliki karakteristik
tersendiri dan menjadi sebuah pengejawantahan dari keadaan bangsa yang sedang
di alami Abdul Muis Sampai saat ini penulisan mengenai sosok Abdul Muis
masih sedikit. Alasan-alasan di ataslah yang membuat penulis tertarik untuk
melakukan penelitian agar menghasilkan sebuah tulisan mengenai sosok Abdul
Muis dan dapat menjadi sumbangan bagi penulisan biografi pahlawan nasional
Indonesia. Dari pemaparan alasan tersebut penulis mengangkat judul yaitu :
Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan: Jejak Langkah Abdul Muis pada
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi masalah utama adalah
“Bagaimana peranan Abdul Muis pada masa pergerakan nasional 1928-1945?”,
sedangkan untuk menjawab rumusan masalah tersebut dibatasi dalam beberapa
pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana kiprah Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional
1913-1924?
2. Mengapa Abdul Muis lebih tertarik dalam bidang sastra pada Masa
Pergerakan Nasional?
3. Bagaimana dampak hasil karya sastra Abdul Muis terhadap perkembangan
sastra pada masa Pergerakan Nasional?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah yang telah dibahas pada
poin sebelumnya, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:.
1. Memaparkan peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional dari tahun
1912-1928
2. Mendeskripsikan latar belakang dan faktor yang mempengaruhi beralihnya
pandangan Abdul Muis dari seorang politikus menjadi seorang sastrawan di
lihat dari situasi dan kondisi yang berhubungan dengan hal tersebut .
3. Menganalisis dampak hasil karya sastra Abdul Muis terhadap
perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional dan menganalisis hasil
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari pengajuan penelitian ini adalah
1. Menghasilkan karya tulis yang mendeskripsikan serta menganalisis
kiprah Abdul Muis dalam bidang sastra Indonesia pada masa pergerakan
nasional
2. Memperkaya penulisan mengenai Biografi seorang pahlawan nasional
pada masa pergerakan nasional.
3. Menambah pengayaan materi dalam SK/KD pada kelas XI Bahasa
Standar Kompetensi: Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada
masa kolonial dan tumbuhnya pergerakan kebangsaan Indonesia, dengan
Kompetensi Dasar Menganalisis proses kelahiran dan perkembangan
nasionalisme Indonesia
1.5 Metode dan Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode sejarah. Dimana
metode ini digunakan untuk mengetahui jawaban atas permasalahan yang telah
ditentukan.. Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam
melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2005:
90) :
1. Pemilihan Topik.
2. Pengumpulan Sumber atau Heuristik
4. Penafsiran atau Interpretasi
5. Penulisan atau Historiografi
6. Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan skripsi,
penulis melakukan teknik penelitian dengan menggunakan studi literatur,
dan studi pustaka,arsip, dan sumber lainnya yang relevan. Teknik ini
dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian.
Penjelasan lebih lanjut mengenai metode serta teknik yang digunakan dalam
peneltian ini dijelaskan dalam bab tersendiri, yaitu di Bab 3.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh
penulis adalah:
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan
mengenai proses yang melatar belakangi munculnya seorang Abdul Muis sebagai
seorang sastrawan di Indonesia tahun 1928-1945 Untuk memperinci dan
membatasi permasalah agar tidak melebar maka dicantumkan perumusan dan
pembatasan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi.
Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian
yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi
kerangka dan pedoman penulisan skripsi.
Bab II Tinjauan Pustaka, memaparkan mengenai sumber-sumber buku dan
Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai Abdul
Muis dan perkembangan sastra pada masa pergerakan nasional
Bab III Metode Penelitian, merupakan bab yang isinya menerangkan
mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan
penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalah yang
sedang dikaji oleh penulis. Diantaranya heuristic yaitu proses pengumpulan
data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Setelah heuristik dilakukan
kritik yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah
sebelumnya sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik,
lalu interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring,
dan tahap akhir yaitu historiografi yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan
yang enak dibaca dan mudah dimengerti.
Bab IV Pembahasan, di dalamnya penulis akan mendeskripsikan mengenai
peran Abdul Muis dalam bidang sastra pada masa Pergerakan Nasional. Dalam
bab ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub-bab yang pertama membahas
mengenai kiprah Abdul Muis dalam Pergerakan Nasional dari tahun 1912-1924.
Kedua, mendeskripsikan latar belakang dan faktor yang mempengaruhi beralihnya
pandangan Abdul Muis dari seorang politikus menjadi seorang sastrawan Ketiga
membahas mengenai dampak hasil karya Abdul Muis dalam perjuangan pada
masa Pergerakan Nasional dan, analisis hasil karya Abdul Muis yaitu novel Salah
Asuhan dan Surapati dibantu dengan pendekatan sosiologi sastra.
Bab V Kesimpulan, merupakan bab terakhir yang berisikan beberapa
pembahasan pada bab-bab sebekumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan
penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Serta
rekomendasi apa yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai metode serta teknik penelitian
yang digunakan untuk proses penyusunan skripsi ini. Metode yang digunakan
untuk menyusun penelitian ini adalah metode sejarah, sedangkan untuk teknik
penelitian yang digunakan adalah teknik literatur. Metode sejarah mengandung
pengertian proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lampau (Gotschalk, 2008:39). Dalam penyusunan penelitian ini
dituntut menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh
secara sistematis dan objektif untuk disimpulkan dari objek yang ditulis.
Teknik literatur dilakukan dengan cara mencari buku atau bacaan yang
berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, setelah itu
dibaca dan dikaji untuk menjadi kumpulan fakta-fakta yang selanjutnya di
interpretasi untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah yang telah disusun
sebelumnya.
Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan
penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007: 89):
1. Pemilihan Topik.
2. Pengumpulan Sumber atau Heuristik. Menurut Carrad dan Cf. Gee dalam
Sjamsuddin (2007: 86). Heuristik yaitu sebuah kegiatan mencari
sumber-sumber dalam mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi
dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan
mengumpulkan sumber, buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan
dengan permasalahan yang dikaji. Sumber penelitian sejarah terbagi
menjadi tiga yaitu sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Topik
yang penulis pilih berbentuk studi literatur sehingga sumber yang diambil
merupakan sumber tertulis.
3. Verifikasi atau Kritik. Langkah kritik dilakukan menyangkut verifikasi
sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari
sumber tersebut. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan
kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin,2007:132). Pada tahap ini
penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk
mendapatkan kebenaran sumber.
4. Penafsiran atau Interpretasi yaitu memaknai atau memberikan penafsiran
terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama
lainnya. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang
diperoleh selama penelitian. Dimana penafsiran meliputi fakta yang
ditemukan mengenai peran Abdul Muis sebagai politikus dan juga
sastrawan
5. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah.
Menurut Gotschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi yang
imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan
ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan
sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Dalam
penulisan atau Historiografi ini peneliti berusaha mengajukan laporan
penelitian yang berjudul Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan: Jejak
Langkah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1913-1928.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti membagi metode historis yang digunakan ke
dalam tiga tahapan penelitian, yaitu persiapan penelelitian, pelaksanaan penelitian
dan laporan penelitian.
3.1 Persiapan Penelitian
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian
Dalam proses penentuan dan pengajuan topik ini merupakan langkah yang
harus pertamakali ditempuh oleh peneliti sebelum ketahapan penelitian yang lebih
lanjut. Proses penentuan topik penelitian ini berawal pada saat awal perkuliahaan
Seminar Penulisan Karya Ilmiah dimana perkuliahan ini mewajibkan para
mahasiswanya memilih topik untuk dijadikan sebagai bahasan proposal penelitian
yang menjadi syarat dalam perkuliahan ini. Dari awal perkuliahan peneliti tertarik
untuk membahas seorang tokoh yang memilki peran yang besar dalam perjalanan
sejarah bangsa Indonesia, pilihan pertama peneliti adalah sosok Ir H Djuanda,
namun setelah dikonsultasikan dengan dosen, ternyata pembahasan mengenai
Djuanda telah ada, maka dari itu peneliti mencari sosok lain untuk dibahas dalam
proposal tersebut. Setelah membaca salah satu buku yaitu autobiografi
Mohammad Hatta, ada salah satu nama yang menjadi inspirasi Hatta untuk terjun
adalah Abdul Muis. Tokoh tersebut juga sering terdengar oleh peneliti dari kecil,
karena ternyata tokoh tersebut pernah tinggal disekitar rumah peneliti, oleh karena
itu diputuskanlah untuk membahas sosok Abdul Muis dalam proposal dan
berlanjut menjadi proposal penelitian skripsi dan akhirnya menjadi topik dalam
skripsi.
Setelah yakin akan membahas mengenai sosok Abdul Muis, peneliti
berkonsultasi dengan dosen Seminar Penulisan Karya Ilmiah Ibu Dra. Murdiyah
Winarti M.Hum, selanjutnya peneliti mengajukan judul skripsi serta proposal
kepada TPPS awal Januari 2012 dengan judul, Jejak Langkah Abdul Muis dalam
Dunia Politik dan Sastra di Indonesia 1913-1958. Adapun isi dari proposal
tersebut antara lain : Judul, Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode dan Teknik Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan, Daftar Pustaka.
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Setelah mendaftarkan judul serta proposal penelitian kepada TPPS dengan
judul Jejak Langkah Abdul Muis dalam Dunia Politik dan Sastra di Indonesia
1913-1958, peneliti diizinkan untuk melakukan presentasi proposal tersebut di
dalam seminar Pra-rancangan Penelitian yang diadakan TPPS pada tangal 16
Maret 2012.
Dalam seminar tersbut peneliti mendapat calon pembimbing yaitu Bapak
Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum sebagai calon pembimbing 1 dan Bapak Dr.
Encep Supriatna, M.Pd sebagai pembimbing 2. Setelah mempresentasikan
Sastra di Indonesia 1913-1958, para calon pembimbing satu maupun dua kurang
menyetujui judul serta rumusan masalah yang telah dipresentasikan peneliti,
karena bahasan yang diajukan oleh peneliti terlalu luas meliputi dua bidang
politik dan sastra, serta dari rumusan masalah yang diajukan tertalu luas karena
tampak seperti menyusun sebuah biografi dan hal itu merupakan sesuatu yang
sukar bagai mahasiswa dengan kapasitas masih S-1. Calon pembimbing 1
menyarankan agar peneliti memilih satu bidang saja yaitu sastra, karena dapat
berhubungan serta mengembangkan materi ajar sejarah di tingkat SMA yaitu
kelas jurusan bahasa, dan pembimbing 2 juga menyetujui hal tersebut.
Setelah mendapat masukan dari para calon pembimbing maka peneliti
memutuskan untuk memilih bidang sastra sebagai kajian untuk membahas Abdul
Muis, dengan judul Jejak Langkah Abdul Muis dalam Bidang Sastra Indonesia
1928-1958. Setelah mengajukan revisi proposal dengan judul tersebut, kembali
peneliti mendapat masukan dari calon Pembimbing 1 untuk merubah redaksi
judul tersebut menjadi Peran Abdul Muis dalam Bidang Sastra pada Masa
Pergerakan Nasional 1928-1945. Penetapan penulisan skripsi dikeluarkan
melalui Surat Keputusan (SK) TPPS nomor 007/TPPS/JPS/PEM/2012 dengan
judul skripsi Peran Abdul Muis dalam Bidang Sastra pada Masa Pergerakan
Nasional 1928-1945 yang ditandatangani oleh Ketua Jurusan serta Ketua TPPS
dan menunjuk Bapak Wawan Darmawan. S.Pd, M.Hum dan Bapak Dr. Encep
Supriatna, M.Pd sebagai pembimbing I dan II.
Proses ini merupakan salah satu yang penting bagi peneliti dalan
penyusunan penelitian skripsi ini. Karena dalam proses inilah peneliti mendapat
masukan yang menunjang untuk penelitian. Dari setiap hasi penyusunan
penelitian yang telah dilakukan selanjutnya peneliti menyerahkan kepada
pembimbing untuk diberikan bimbingan serta konsultasi dari hal yang ditulis
peneliti.
Rekomendasi yang dihasilkan dalam proses bimbingan dan konsultasi
tersebut menjadi masukan dalam memperbaiki hal-hal yang kurang dalam
penyusunan peneltian ini. Beberapa hal yang menjadi masukan dalam proses
bimbingan dan konsultasi ini antara lain adalah masalah redaksi judul, latar
belakang masalah, rumusan masalah, serta fokus penelitian akan diarahkan
kemana dan tata cara penulisan.
Proses bimbingan secara intens mulai dilakukan bulam April 2012, dan
bimbingan dilakukan secara berkelanjutan dan bertahap. Dari proses tersebut
peneliti mendapat masukan yang sangat berarti bagi penyusunan penelitian ini
hingga akhirnya dapat terbentuk sebuah laporan peneltian.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
Pada tahapan ini peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kaidah
metodologi sejarah yang berlaku. Seperti yang dijelaskan oleh Sjamsuddin
(2007:89) dan juga terdapat dalam Kuntowijoyo (2005: 90) penetian sejarah
meliputi, pemilihan topik, pengumpulan sumber (Heuristic), verifikasi data
(kritik internal dan eksternal), interpretasi, serta penulisan atau historiografi.
penelitian ini meliputi tiga hal yang dilakukan, yaitu Heuristic, Kritik sumber,
dan juga Interpretasi. Sedangkan untuk penulisan atau Historiografi akan
dibahas dalam tahapan selanjutnya yaitu tahapan laporan penelitian.
3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristic)
Dalam tahapan heuristic ini peneliti mencoba mencoba mengumpulkan
sumber yang berkaitan dengan penelitian. Sesuai dengan teknik peneltian yang
dipilih oleh penelti yaitu teknik literatur maka sumber-sumber yang
dikumpulkan berupa buku ataupun artikel yang berhubungan dengan penelitian.
Pengumpulan sumber tersebut diperoleh dari berbagai tempat dan media, yaitu
perpustakaan, media internet, dan jurnal. Pengumpulan sumber ini telah
dilakukan sejak pra peneltian, dimana pada saat itu peneliti mencari
tempat-tempat yang terdapat sumber lalu pada saat peneltian kembali ke tempat-tempat
tersebut. Adapun tempat-tempat yang dijadikan sebagai tempat pencarian
sumber antara lain :
a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ditempat ini peneliti
menemukan sumber sumber yang berkenaan dengan Sejarah Pergerakan
Nasional yang dimana di dalamnya terdapat peran Abdul Muis pada saat
itu dan juga sumber mengenai perkembangan sastra. Sumber yang
berhasil ditemukan di tempat ini kebanyakan berupa buku, diantaranya :
Parakitri T. Simbolon (2007) Menjadi Indonesia, Deliar Noer (1990)
Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1945, Ajip Rosidi (1968)
Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, Jacob Sumardjo (1979) Masyarakat dan
Pergerakan Nasional, Maman S. Mahayana (2007) Ekstrinsikalitas Sastra
Indonesia. Khusus untuk buku Gerakan Modern Islam di Indonesia
1900-1945 karya Deliar Noer, dijadikan peneliti sebagai sumber sekunder yang
utama, karena dalam penyusunan karyanya Deliar Noer melakukan
wawancara langsung dengan Abdul Muis.
b. Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Padjajaran, di tempat ini peneliti
menemukan beberapa sumber yang dijadikan sebagai referensi tambahan
untuk proses penyusunan penelitian. Beberapa buku yang didapatkan di
tempat ini tidak berhubungan langsung dengan penelitian, namun di dalam
sumber yang ditemukan terdapat peranan Abdul Muis pada masa
Pergerakan Nasional, buku-buku tersebut diantaranya, Maman S.
Mahayana (2001) Akar Melayu: Sistem Sastra & Konflik Ideologi di
Indonesia, Suhatno, et al (1995) Tokoh-tokoh Pemikir Paham
Kebangsaan: Haji Agus Salim dan Muhammmad Husni Thamrin, Soegeng
Reksodohardjo (1992) Dr. Cipto Mangunkusumo, Tashadi, et al. (1993)
Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: HOS Cokroaminoto,
Mohammad Hatta, IJ Kasimo.
Selain sumber yang terdapat di perpustakaan, peneliti juga mengumpulkan
sumber dari internet. Kualifikasi pemilihan sumber dari internet peneleliti
melakukannya dengan ketat setelah melakukan pencarian sumber yang relevan di
internet terdapatlah beberapa sumber yang dipakai sebagai bahan peneltian,
diantaranya adalah dari situs http://mahayana-mahadewa.com, terdapat artikel
http://www.sunangunungdjati.com/blog terdapat karya Safaat Slamet dengan judul
Abdul Muis dan Pers Pribumi selain dari pada sumber diatas ada beberapa sumber
yang terdapat dari internet.
Sumber sumber yang ditemukan di berbagai tempat tersebut dibantu juga
oleh sumber-sumber yang dimiliki oleh peneliti pribadi diantaranya, A.K
Pringgodigdo Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Ahmad Mansyur Surya
Negara (2009) Api Sejarah, Soe Hoek Gie (1999) Di Bawah Lentear Merah,
Mohammad Hatta (2011) Untuk Negeriku Bukittinggi-Rotterdam lewat Betawi :
Sebuah Otobiografi,Ruth McVey (2010) Kemunculan Komunisme di Indonesia
serta beberapa karya Abdul Muis diantaranya Salah Asuhan, dan Surapati.
3.2.2 Verifikasi (Kritik Sumber)
Setelah melakukan Heuristic atau pengumpulan sumber, langkah
selajutnya peneliti melakukan proses yaitu verifikasi atau kritik sumber.
Sebagaimana dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2005: 90) tahapan dalam penelitian
sejarah setelah melakukan pengumpulan sumber, maka dilakukanlah verifikasi
atau kritik sumber. Menurut Kuntwijoyo Verifikasi terdapat dua macam, yaitu
otensitas atau keaslian sumber atau kritik ekstern, dan kredibilitas atau kritik
intern. Hal ini dijelaskan pula oleh Sjamsudin bahwa setelah sejarawan berhasil
mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, langkah selanjutnya yaitu
harus menyaringnya secara kritis. Langkah langkah inilah yang disebut kritik
sumber, yang dilakukan terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap
3.2.2.1 Kritik Ekstern
Dari penjelasan diatas, proses kritik sumber terdapat dua langkah yaitu
kritik ekstern dan kritik intern. Kritik Ekstern bertujuan untuk melakukan
verifikasi atau pengujian terhadap aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin,
2007: 132). Jadi kritik eksternal dapat disimpulkan untuk menetahui otensitas dari
sumber yang telah ditemukan. Kritik ekstern lebih banyak dilakukan terhadap
sumber pertama atau sumber primer, untuk menilai keaslian dokumen tersebut
atau kesaksian yang sesuai dengan pada zamannya. sebagaimana dijelaskan oleh
Sjamsuddin bahwa kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber
pertama (Sjamsuddin, 2007:132)
Temuan sumber dalam proses penyusunan penelitian ini lebih banyak
berupa sumber sekunder. Objek kajian yang memiliki rentang watu yang cukup
jauh dengan waktu yang dilakukan pada saat peneltian, membuat peneliti
kesulitan menemukan sumber primer. Selain itu objek kajian yang dilakukan
peneliti juga masih sedikit dalam meninggalkan sumber sejarah yang sejaman.
Karena sumber temuan peneliti berupa sumber sekunder, maka proses kritik
ekstern dalam penelitian ini tidak dilakukan. Hal tersebut tidak terlepas dari
proses kritik ekstern yang memverifikasi sumber dari segi fisik sumber pertama.
Sesuai dengan penjelasan yang telah dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007) di atas,
bahwa kritik ekstern lebih banyak digunakan untuk memverifikasi sumber
3.2.2.2 Kritik Intern
Setelah proses kritik eksternal dilakukan, sesuai dengan yang telah
dijelaskan diatas, proses kritik sumber dilanjutkan dengan kritik intern.
Sebagaimana terlihat dari istilahnya, krikitik intern lebih menekankan aspek
“dalam” yaitu isi dari sumber (Sjamsuddin, 2007:143). Dalam penelitian ini kritik
intern dilakukan dengan mengkaji banding satu sumber buku dengan sumber buku
yang lain.
Kaji banding terhadap sumber yang berkontribusi terhadap penelitian,
peneliti lakukan terhadap beberapa permasalahan. Diantaranya peneliti melakukan
kaji banding terhadap dua sumber buku, yaitu buku karya Ruth McVey,
Kemunculan Komunisme di Indonesia (2010) dengan buku Sejarah Indonesia
Modern karya M.C Ricklefs. Dari kedua buku ini peneliti mengkaji permasalah
peran Abdul Muis pada msa Pergerakan Nasional terutama mengenai perisitiwa
yang melibatkan Abdul Muis di dalamnya, yaitu mengenai latar belakang dari
peristiwa Toli-toli.
Peristiwa Toli-toli terjadi setelah Abdul Muis meninggalkan daerah
tersebut pada Juni 1919. Kerusuhan yang terjadi akiba adanya masalah rodi
membuat terbunuhnya kontrolir Belanda berna De Kat Angelino, akibat hal
tersebut Abdul Muis dianggap bersalah karena telah membakar emosi massa.
Dalam buku Ricklefs Sejarah Indonesia Modern, dijelaskan bahwa latar belakang
terjadinya peristiwa tersebut tidak lain karena kehadiran sosok Abdul Muis yang
2008:375). Latar belakang ini pula yang dijelaskan dalam buku A.K Pringgodigdo
(1977) Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia yang mengatakan keadaan yang
terjadi di Sulawesi Tengah (Toli-Toli) terjadi karena propaganda yang telah
dilakukan oleh Abdul Muis (Pringgodigdo, 1977:8).
Sebagai pembandingnya, dalam buku McVey (2010) Kemunculan
Komunisme di Indonesia, dalam buku ini dijelaskan bahwa latar belakang
terjadinya Peristiwa Toli-toli tersebut bukan hanya karena hadirnya Abdul Muis
ke daerah tersebut, namun ada pemicu utama dari perstiwa tersebut yaitu adanya
sentiment agama yang melatarbelakangi sehingga peristiwa ini menjadi besar
hingga terbunuhnya kontrolir Belanda De Kat Angelino. Seperti yang dijelaskan
McVey (2010:84) mengenai latar belakang peristiwa ini :
Muis, berdasarkan laporan pemerintah, telah mendesak menghapuskan kerja rodi tapi ia juga memperingatkan pengikutnya untuk memenuhi peraturan selama itu disetujui oleh pemerintah. Kesalahan terbesar De Kat Angelino nampaknya terjadi karena ia melukai sentiment kaum Muslim militant di Toli-toli, di mana hubungan antara penguasa tradisional dengan rakyatnya telah diperlemah oleh perselisihan mengenai penggantian kekuasaaan ke kekuasaan lokal dengan mengadakan kunjungan selama Bulan Ramadhan dan menolak menunda pelaksanaan kerja rodi yang tak terpenuhi hingga akhir bulan puasa.
Berdasarkan kaji banding buku di atas, terdapat persamaan, yaitu
mengenai hadirnya Abdul Muis di Toli-toli untuk mengadakan pidato kepada
rakyat di sana mengenai masalah rodi. Perbedaan terltas pada latar belakang
pemicu dari peristiwa Toli-toli tersebut. Dalam Ricklefs dikatakan bahwa
kedatangan Abdul Muis kesana untuk pidato pada rakyat adalah menjadi pemicu
peristiwa tersebut, namun McVey menjelaskan bahwa dalam pidatonya Abdul
McVey menjelaskan pemicu utama peristiwa ini adalah adanya sentiment Agama
yang telah dilakukan oleh De Kat Angelino. Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam masalah ini terdapat satu
kesimpulan bahwa Abdul Muis memang hadir ke Toli-toli untuk mengadakan
pidato-pidato kepada rakyat, namun hal tersebut bukan menjadi pemicu
satu-satunya terhadap peristiwa Toli-toli tersebut, namun masih ada pemicu lain yang
lebih besar pengaruhnya yaitu sentiment Agama yang dilakukan oleh Belanda di
bawah kontrolir De Kat Angelino.
Proses kritik dilakukan untuk menemukan pandangan objektif dari
sumber-sumber yang telah dikumpulkan,dengan begitu maka dapat dihasilkan
karya yang bersifat ilmiah jauh dari unsur subjektivitas di dalamnya. Peneliti
mengakui bahwa dari sumber-sumber yang ditemukan, masih banyak kekurangan,
terutama dari penemuan sumber primer yang dapat dibilang tidak ada. Namun dari
sumber-sumber yang ditemukan lalu melalui proses kritik, dapat membantu dalam
menyusun peneletian ini.
3.2.3 Interpretasi
Tahapan ini merupakan proses penafsiran dari fakta-fakta yang ditemukan
dalam sumber yang telah melalui proses kritik, baik itu secara ekstern maupun
secara intern. Peneliti melakukan penafisran dari fakta-fakta yang telah ditemukan
dan dikritik secara ektern dan intern, setelah itu maka dijelaskan melalui proses
penafsiran atas sumber-sumber tersebut. Fakta-fakta yang ditemukan dan
Penafsiran yang dilakukan peneliti terutama untuk menjelaskan mengenai
objek penelitian yaitu peran Abdul Muis pada bidang sastra pada masa Pergerakan
Nasional. Sjamsuddin (2007:158) menjelaskan ada dua dorongan utama mengapa
sejarawan menulis sejarah, yaitu keinginan mencipta ulang (re-create) dan
menafsirkan (Interpret). Dalam penelitian ini peneliti mencoba menafsirkan peran
Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional, terutama dalam bidang sastra, dan
mencipta ulang, karena sumber-sumber yang digunakan terdapat kesamaan
dengan peneliian-peneltian sebelumnya dengan objek yang sama.
Melalui proses pengumpulan fakta peneliti melakukan proses interpretasi
untuk mengemukakan hal-hal yang menjadi objek kajian. Salah satu proses
interpretasi yang dilakukan oleh penelti adalah sebagai berikut. Dari sumber yang
ditemukan dan melalui proses kritik, peneliti menafsirkan beberapa hal yang
menjadi faktor berpalingnya Abdul Muis dari bidang politik ke bidang sastra.
salah satunya yaitu kekecewaan Abdul Muis terhadap Tjokroaminoto setelah
dirinya mendapat hukuman dari Belanda. Sebagaimana diungkapkan oleh Noer
(1996:429) :
“Hubungan Muis dan Tjokro terbatas dalam ranga Sarekat Islam saja, tidak sampai bersifat pribadi. Ia agak menyesali Tjokroaminoto karena setelah Muis dikenakan passenstelsel yang mewajibkan ia bila berpergian, terutama keluar jawa setelah tahun 1920 untuk mengambik pas jalan, Tjokro bagai menjauh dan kurang peduli. Setelah ia memperjuangkan hak tanah rakyat di Minang, ia diusr dari tanah kelahirannya sendiri dan tak boleh kembali untuk waktu lama. Minatnya terhadap SI akibatnya berkurang, sampai ia tak muncul-muncul lagi dalam pergolakan politik nasional.”
Dari proses interpretasi berdasarkan sumber di atas maka peneliti
nasional pada masa Pergerakan Nasional, terdapat faktor emosional yng
mempengaruhinya. Hal ini menyebabkan ada kekecewaan dari Abdul Muis
kepada sosok Tjokroaminoto yang menjadi ketua dalam organisasi SI dimana
Abdul Muis bernaung secara politik. Dari proses interpretasi ini peneliti dapat
menyususn penelitian ini berdasarkan sumbersumber yang ada. Sumber-sumber
yang ditemukan banyak membantu dalam proses interpretasi hingga dapat
tersusun sebuah laporan penelitian.
3.2.3.1 Pendekatan
Dalam proses penafisran, peneliti menggunakan salah satu pendekatan
dalam metodenya. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti bersifat
interdisipliner, atau dari ranah ilmu lain. Pendekatan yang digunakan yaitu dari
ilmu sastra yaitu pendekatan Sosiologi Sastra.
Pendekatan ini digunakan untuk menafsirkan dimensi sosial yang terdapat
dalam novel Abdul Muis yaitu Salah Asuhan dan Surapati. Sebagaimana
dikemukakan oleh Tosh dalam (Sjamsuddin,2007:118) sastra kreatif memberikan
pemahaman ke dalam lingkungan sosial dan intelektual dimana penulisnya hidup,
dan seringkali memberikan gambaran yang hidup mengenai setting fisik. Dalam
penelitian ini pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui makna
yang berada dalam teks mengenai lingkungan sosial yang berada disekitar Abdul
3.3 Laporan Penelitian
Tahapan ini merupakan proses akhir dari rangkaian penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Proses ini dalam kaidah metodologi sejarah bernama
Historiografi. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan
sejarah. Menurut Gotschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi
yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan
ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan cara
menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana
menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.
Penyusunan laporan penelitian ini, peneliti sajikan dengan beracuan pada
pedoman karya ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia, serta
menggunakan bahasa baku serta EYD dalam merangkai kalimatnya. Laporan
peneltian ini terdiri dari lima bab dan daftar pustaka serta beberapa lampiran yang
menunjang pada proses penelitian ini.
Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh
penulis adalah:
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan
mengenai proses yang melatar belakangi munculnya seorang Abdul Muis sebagai
seorang sastrawan di Indonesia tahun 1928-1945 Untuk memperinci dan
membatasi permasalah agar tidak melebar maka dicantumkan perumusan dan
Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian
yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi
kerangka dan pedoman penulisan skripsi.
Bab II Tinjauan Pustaka, memaparkan mengenai sumber-sumber buku dan
sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan.
Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai Abdul
Muis dan perkembangan sastra pada masa pergerakan nasional
Bab III Metode Penelitian, merupakan bab yang isinya menerangkan
mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan
penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalah yang
sedang dikaji oleh penulis. Diantaranya heuristic yaitu proses pengumpulan
data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Setelah heuristik dilakukan
kritik yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah
sebelumnya sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik,
lalu interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring,
dan tahap akhir yaitu historiografi yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan
yang enak dibaca dan mudah dimengerti.
Bab IV Pembahasan, di dalamnya penulis akan mendeskripsikan mengenai
peran Abdul Muis dalam bidang sastra pada masa Pergerakan Nasional. Dalam
bab ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub-bab yang pertama membahas
mengenai kiprah Abdul Muis dalam Pergerakan Nasional dari tahun 1912-1928.
Kedua, mendeskripsikan latar belakang dan faktor yang mempengaruhi beralihnya
membahas mengenai dampak hasil karya Abdul Muis dalam perjuangan pada
masa Pergerakan Nasional dan, analisis hasil karya Abdul Muis yaitu novel Salah
Asuhan dan Surapati dibantu dengan pendekatan sosiologi sastra.
Bab V Kesimpulan, merupakan bab terakhir yang berisikan beberapa
kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti dari
pembahasan pada bab-bab sebekumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan
penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Serta
rekomendasi apa yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan
permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang
menjadi kesimpulan atas penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap
permasalahan penelitian tersebut meliputi, peran Abdul Muis pada masa
Pergerakan Nasional, faktor berpindahnya Abdul Muis dari bidang politik ke
bidang sastra, serta dampak hasil karya Abdul Muis terhadap perkembangan sastra
pada masa Pergerakan Nasional.
Peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional dimulai saat menjadi
seorang politikus yang berkecimpung pada pentas politik nasional melalui wadah
organisasi pergerakan yaitu Sarekat Islam (SI). Abdul Muis bergabung dengan SI
pada tahun 1913 dalam SI cabang Bandung atas ajakan Tjokroaminoto. Sebelum
bergabung dengan SI, Abdul Muis mempunyai latar belakang sebagai seorang
jurnalis, dan sempat bekerja pada beberapa surat kabar seperti Preanger Bode,
Bintang Hindia, Kaum Muda, dan Neraca. Setelah aktif dalam karier sebagai
jurnalis Abdul Muis aktif dalam pentas politik nasional. Dalam kiprahnya di SI
dapat di lihat beberapa peran Abdul Muis dalam masa Pergerakan Nasional, yaitu
Abdul Muis lebih memilih kooperatif dengan Belanda, hal tersebut tidak terlepas
dari kepentingan nasional yang selalu diutamakannya. Sikap kooperatif di pilih
Abdul Muis, karena memiliki anggapan bahwa untuk menempuh jalur perang
Pada tahun 1916 Abdul Muis tepilih sebagai wakil presiden dari CSI
(Central Sarekat Islam). Pada tahun yang sama Abdul Muis ikut bagian dalam
komite yang dibentuk Belanda yang bernama Komite Indie Weerbar dimana tugas
dari komite ini adalah untuk menyampaikan secara langsung kepada Ratu Belanda
mengenai keinginan yang hendak dicapai oleh para Bumiputera. Dengan
bergabungnya Abdul Muis dalam komite ini, ia berhasil mendesak pemerintah
Belanda untuk segera membentuk Dewan Rakyat (Voolksraad), dalam bidang
pendidikan Abdul Muis berhasil menegosiasikan untuk didirikannya sekolah
tinggi teknik di Hindia Belanda yang kemudian didirikan dengan nama
Technische Hogeschool (THS) di Bandung pada tahun 1920.
Abdul Muis terpilih sebagai anggota Volksraad pada tahun 1918, dengan
haluan politik yang bersifat kooperatif, Abdul Muis melihat Volksraad sebagai
lembaga resmi yang dapat dijadikan sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi
mengenai kesejahteraan rakyat. Dengan Volksraad maka aspirasi tersebut dapat
terdengar bahkan hingga ke negeri Belanda di mana terdapat orang-orang yang
simpati terhadap perjuangan para Bumiputera, sehingga proses pergerakan
Indonesia mencapai kemerdekaan akan semakin cepat. Namun Abdul Muis juga
tidak memungkiri bahwa Volksraad juga belum maksimal dalam menjalankan
tugasnya. Bergabungnya Abdul Muis sebagai seorang anggota SI ke dalam
Volksraad mendapat penentangan dari pihak komunis yang terdapat dalam tubuh
SI. Pertentangan Abdul Muis dengan pihak komunis ini, menjadi salah satu faktor
pemecah dalam tubuh SI, sehingga SI yang memiliki massa cukup banyak
pengaruh komunis dalam SI ini maka Abdul Muis mengusulkan adanya disiplin
partai yang mengatur kerangkapan anggota. Hal ini menandai bahwa SI sudah
masuk ke dalam struktrur organisasi modern pada masa Pergerakan Nasional, dan
Abdul Muis ikut berperan di dalamnya. Secara tidak langsung hal ini
mempengaruhi jalannya Peregerakan Nasional, dengan semakin banyaknya
pemogokan-pemogokan yang dipengaruhi pihak komunis, sehingga pemerintah
Belanda lebih bersikap represif terhadap pergerakan yang dilakukan oleh para
Bumiputera.
Selanjutnya Abdul Muis lebih memilih dalam bidang sastra pada masa
Pergerakan Nasional. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berhentinya
Abdul Muis dari bidang politik dan lebih memilih pada bidang sastra. Faktor yang
pertama adalah adanya peristiwa pemogokan organisasi Persatuan Pegawai
Pegadaian Bumiputera (PPPB) pada tahun 1922. Dampak dari pemogokan ini
adalah Abdul Muis ditangkap oleh Belanda karena dianggap bertanggung jawab
terhadap peristiwa ini. Abdul Muis yang pada saat itu menjabat sebagai pelaksana
tugas ketua, karena ketua PPPB pada saat itu Tjokroaminoto sedang menghadapi
proses peradilan. Setelah keluar dari proses penangkapan akibat peristiwa ini,
Abdul Muis dikeluarkan dari kepengurusan PPPB. Dia dianggap gagal dalam
mempersatukan organisasi PPPB sehingga terpecah dan juga dianggap tidak
mampu mencegah terjadinya peristiwa pemogokan yang dilakukan oleh anggota
PPPB. Anggapan kegagalan tersebut tidak hanya muncul dari para anggota namun
peradilan. Hal ini menyebabkan Abdul Muis kecewa dan akhirnya memutuskan
untuk berhenti dari pentas perpolitikan nasional.
Faktor yang kedua adalah adanya pengusiran dari daerah asal Abdul Muis
yaitu Sumatera Barat. Pengusiran ini terjadi karena kedatangan Abdul Muis ke
Padang pada tahun 1923, membuat Pemerintah Belanda khawatir terjadi peristiwa
serupa seperti yang terjadi di Toli-toli, di mana kehadiran Abdul Muis di sana
dapat memicu kesadaran rakyat akan kebijakan pemerintah. Kehadiran di Padang
tersebut juga berpengaruh terhadap tidak terpilihnya Abdul Muis menjadi
pengurus pusat CSI karena tidak hadir pada saat pemilihan pada tahun 1923. Hal
ini membuat Abdul Muis kehilangan wadah organisasi yang dijadikan sebagai
tempat berkiprah dalam pentas poltik nasional, hal tersebut membuat Abdul Muis
berpindah haluan dari bidang politik menjadi seorang sastrawan. Pengusiran dari
Sumatera Barat juga berdampak secara emosional, dimana Abdul Muis yang
seorang putera daerah Sumatera Barat tidak boleh lagi ke tempat dia berasal,
sehingga berpengaruh juga terhadap beralihnya Abdul Muis dari bidang politik ke
bidang sastra.
Faktor yang ketiga adalah adanya kekecewaan terhadap sosok
Tjokroaminoto. Pertentangan Abdul Muis dengan Tjokroaminoto meliputi
pertama yaitu sikap keduanya dalam menyikapi pihak komunis yang masuk ke
dalam tubuh SI. Abdul Muis lebih memilih bertentangan dengan pihak komunis,
karena dianggap dapat menghancurkan tubuh SI, sedangkan Tjokroaminoto
bersikap lebih tidak mempermasalahkan hal tersebut, dan lebih memilih untuk
diantara keduanya terus berlanjut yaitu mengenai peristiwa pemogokan PPPB,
Tjokroaminoto mengambil sikap menyalahkan Abdul Muis atas terjadinya
peristiwa tersebut. Hal ini membuat Abdul Muis merasa kecewa terhadap sosok
Tjokroaminoto. Selanjutnya kekecewaan Abdul Muis terhadap Tjokroaminoto
yaitu karena sikap Tjokroaminoto yang tidak bereaksi atas di keluarkannya
peraturan Passenstelsel terhadap Abdul Muis. Hubungan Abdul Muis yang
‘renggang’ dengan Tjokroaminoto menjadi salah satu faktor berhentinya Abdul
Muis dari bidang politik dan lebih memilih bidang sastra.
Faktor keempat beralihnya Abdul Muis dari bidang politik dan memilih
bidang sastra adalah latar belakang Abdul Muis sebagai seorang jurnalis. Latar
belakang sebagai jurnalis menjadi salah satu faktor Abdul Muis memilih bidang
sastra setelah berhenti dari bidang politik karena pada masa Pergerakan Nasional,
sastrawan lebih banyak berasal dari seorang guru dan jurnalis. Selain itu profesi
sebagai sastrawan pada masa itu menjanjikan kemapanan secara ekonomi,
sehingga dari sini dapat juga disimpulkan bahwa salah satu faktor Abdul Muis
memilih bidang sastra setelah berhenti dari bidang politik karena faktor ekonomi.
Dampak hasil karya sastra Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada
masa Pergerakan Nasional, meliputi beberapa hal. Pertama yaitu penggunaan
bahasa Indonesia dalam karya Abdul Muis membawa dampak pada
berkembangnya sastra Indonesia Modern pada masa itu. Karena sebelum
perkembangan sastra Indonesia modern pada masa Pergerakan Nasional, bahasa
yang digunakan dalam karya sastra lebih banyak berbahasa lokal, sehingga
Indonesia dalam karya Abdul Muis mempengaruhi perkembangan karya sastra
yang menggunakan bahasa Indonesia menjadi lebih banyak dan menjadi dasar
berkembangnya periode perkembangan sastra selanjutnya yaitu periode Pujangga
Baru.
Selanjutnya dampak yang dihasilkan dari karya Abdul Muis terhadap
perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional yaitu tema yang diambil
Abdul Muis dalam karyanya tidak lagi mengangkat mengenai masalah sosial yang
terjadi dalam satu budaya saja, misalnya mengenai kawin paksa, dan masalah
dalam lingkungan adat lainya. Namun Abdul Muis mengangkat mengenai realitas
sosial yang terjadi karena adanya interaksi antara budaya lokal (pribumi) dengan
Barat (Belanda) dan di dalam karyanya Abdul Muis memasukan pengalaman
pribadinya saat berinteraksi denga kebudayaan Barat tersebut. Selain itu Abdul
Muis juga mengangkat mengenai kehidupan seorang pahlawan yang melawan
Belanda jauh sebelum masa Pergerakan Nasional, hal ini memberikan gambaran
perjuangan yang harus diambil oleh para Bumiputera pada masa Pergerakan
Nasional. Dari tema yang diambil tersebut berdampak pada perkembangan
karya-karya sastra selanjutnya pada masa Pergerakan Nasional, dimana karya-karya yang
dihasilkan lebih banyak mengangkat realitas sosial dengan interaksi antara satu
budaya dengan budaya yang lainnya.
Dampak dari hasil karya Abdul Muis tidak hanya pada perkembangan
sastra pada masa Pergerakan Nasional, tapi juga terhadap perkembangan politik
pada masa itu. Salah satu karya Abdul Muis yang muncul pada tahun 1928 yaitu
perkembangan Pergerakan Nasional, yaitu Sumpah Pemuda. Novel Salah Asuhan
yang berisikan pesan mengenai mentalitas serta identitas sebagai orang Indonesia
yang harus dimiliki oleh para Bumiputera. Mentalitas dan indentitas yang terdapat
dalam novel Abdul Muis tersebut memberikan pengaruh terhadap sikap para
Bumiputera dalam menanggapi hal tersebut, maka terwujud dalam hasil keputusan
sumpah pemuda mengenai tiga hal yaitu tanah air, kebangsaan serta bahasa
Indonesia.
5.2 Rekomendasi
Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa rekomendasi untuk
tujuan mengembangkan materi ajar sejarah di sekolah. Tema yang peneliti ambil
berhubungan dengan materi sejarah kelas XI baik jurusan IPA, IPS dan Bahasa.
Pembahasan mengenai peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional dapat
mengembangkan materi pada kelas IPA dan IPS. Karena dari hasil penelitian yang
peneliti dapat, ada beberapa hal yang dapat dikembangkan dalam materi, yaitu
mengenai peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional. Terutama mengenai
sikap dan pola perjuangan Abdul Muis berpengaruh pada Pergerakan Nasional.
Jadi para siswa tidak hanya mengenal tokoh-tokoh Pergerakan Nasional yang
selama ini banyak dibahas, seperti Tjokroaminoto, Agus Salim, Tjipto
Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara, tapi siswa juga diperkenalkan bahwa
ada sosok bernama Abdul Muis yang mempunyai pengaruh seperti tokoh-tokoh di
atas. Selain itu nilai yang terkandung dari apa yang dilakukan Abdul Muis dapat
berjuang dengan tulisan, dan sikap berani berbicara dalam membela kepentingan
rakyat.
Pada pembahasan mengenai dampak karya Abdul Muis terhadap
perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional, hal ini dapat dikembangkan
dalam materi sejarah kelas XI jurusan Bahasa. Dimana pembahasan ini dapat
menguraikan bagaimana karya seorang sastrawan yang berawal sebagai seorang
politikus lalu berubah haluan menjadi seorang sastrawan yang membuat karya
berupa novel di mana di dalamnya terdapat sebuah realitas sosial, dan hal tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Azmi. (1982). Abdul Muis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Cahyono. (2003). Perburuhan dari Masa ke Masa: Jaman Kolonial Hindia
Belanda sampai Orde Baru (Indonesia-1998), dalam H.D Oey (Eds)
Gerakan Serikat Buruh: Jaman Kolonial Hindia Belanda Hingga Orde Baru. Jakarta: Hasta Mitra
Damono, D. S. (1979). Novel Sastra Indonesia sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Damono, D. S. (1978). Ringkasan Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Proyek
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.
Jakarta: Depdikbud.
Emdeman. (1986). Dr Cipto Mangunkusumo: Pahlawan Pergerakan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: P.T Delta Pamungkas.
Esten, M. (1984). Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa
Foulcher, K. (2010). “Biografi, Sejarah dan Novel Indonesia: Membaca Salah
Asuhan”. Jurnal Terjemahan Alam & Tamadun Melayu. 2, (1), 29-48