• Tidak ada hasil yang ditemukan

DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH ASUHAN” JEJAK LANGKAH ABDUL MUIS PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL 1912-1928.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH ASUHAN” JEJAK LANGKAH ABDUL MUIS PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL 1912-1928."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

“DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH ASUHAN” Jejak Langkah Abdul Muis Pada Masa Pergerakan Nasional

1912-1928

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

CIPTA S. SAJATI 0809254

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH

ASUHAN

Jejak Langkah Abdul Muis Pada Masa

Pergerakan Nasional 1912-1928

Oleh Cipta Sukma S

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Cipta Sukma 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

“DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH ASUHAN”

Jejak Langkah Abdul Muis Pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1928

CIPTA S. SAJATI (0809254)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum NIP. 1971010119990311003

Pembimbing II

Dr. Encep Supriatna, M.Pd NIP. 197601052005011001

Mengetahui

(4)

ABSTRAC the impact of the work of Abdul Muis to the development of literature in the National Movement?. Of the problems studied this study aims to describe the role of Abdul Muis in the National Movement, especially in the fields of literature, besides that, this research examines two works of Abdul Muis and connect with conditions that affect it.

Abdul Muis was a National Movement leader who has a background as a journalist and a politician until he became a writer. In this study, researchers used the historical method, which includes the heuristic is the process of collecting source, source criticism, interpretation and historiography. To aid analysis of the outcome literature Abdul Muis, researchers used a sociological approach to literature, to know the social reality Abdul Muis expressed in his work. Work that were examined in this study are novel Salah Asuhan dan Surapati.

As leader of National Movement Abdul Muis has a role in the national interest, such as when a member of Indie Weerbar generating technical school for Bumiputera and efforts in the formation of the Volksraad. Abdul Muis quit the national political stage after no longer be elected to the central committee of CSI in 1923. There are several factors that influence the cessation Abdul Muis from politics and prefers the literature. The first factor is the organization of the Union of Employees strike event Pawnshop Bumiputera (PPPB) in 1922. The second factor is the expulsion of the origin of Abdul Muis West Sumatra. The third factor is the presence of the figure Tjokroaminoto disappointment. The fourth factor due to the background as a journalist Abdul Muis.

Abdul Muis as a literary force Balai Pustaka (1920-1940), having an influence on the development of literature in the next period, namely in terms of Indonesian language is used, a theme that elevates social reality, and the value of the mentality and identity that must be owned by Bumiputera. The work of Abdul Muis in the Nationalist Movement in the form of a novel entitled Salah Asuhan, Surapati, Robert Anak

Surapati. Abdul Muis masterpiece containing Salah Asuhan of the criticisms of the

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul "Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan” Jejak Langkah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1928". Permasalahan utama

yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional 1913-1928. Dengan batasan masalah yaitu bagaimana kiprah Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional?, mengapa Abdul Muis lebih tertarik dalam bidang sastra? dan bagaimana dampak hasil karya Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional?. Dari permasalahan yang dikaji penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional terutama dalam bidang sastra, selain itu penelitian ini mengkaji dua buah hasil karya Abdul Muis dan menghubungkan dengan kondisi yang mempengaruhinya.

Abdul Muis merupakan seorang tokoh Pergerakan Nasional yang memiliki latar belakang sebagai seorang jurnalis dan politikus sampai akhirnya menjadi seorang sastrawan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode historis, yang meliputi heuristik yaitu proses pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk membantu analisis terhadap hasil karya sastra Abdul Muis, peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra, untuk mengetahui realitas sosial yang diungkapkan Abdul Muis dalam karyanya. Hasil Karya yang dikaji dalam penelitian ini yaitu novel Salah Asuhan dan Surapati.

Abdul Muis sebagai tokoh Pergerakan Nasional memiliki peranan dalam memperjuangkan kepentingan nasional, seperti saat menjadi anggota Indie Weerbar yang menghasilkan sekolah teknik bagi para Bumiputera dan upayanya dalam pembentukan Volksraad. Abdul Muis berhenti dari pentas politik nasional setelah tidak lagi terpilih menjadi anggota pengurus pusat CSI pada tahun 1923. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berhentinya Abdul Muis dari bidang politik dan lebih memilih pada bidang sastra. Faktor yang pertama adalah adanya peristiwa pemogokan organisasi Persatuan Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB) pada tahun 1922. Faktor yang kedua adalah adanya pengusiran dari daerah asal Abdul Muis yaitu Sumatera Barat. Faktor yang ketiga adalah adanya kekecewaan terhadap sosok Tjokroaminoto. Faktor yang keempat adalah latar belakang Abdul Muis sebagai seorang jurnalis.

Abdul Muis sebagai sastrawan angkatan Balai Pustaka (1920-1940), memiliki pengaruh terhadap perkembangan sastra pada periode selanjutnya yaitu dari segi bahasa Indonesia yang digunakan, tema yang mengangkat realitas sosial, dan nilai mengenai mentalitas serta identitas yang harus dimiliki oleh para Bumiputera. Hasil karya Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional yaitu berupa novel dengan judul

Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Surapati dan Robert Anak Surapati. Karya Abdul

(6)

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH……… iii

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR TABEL………. ix

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah……….. 8

1.3 Tujuan Penelitian………. 8

1.4 Manfaat Penelitian……… 9

1.5 Metode dan Teknik Penelitian………. 9

1.6 Sistematika Penulisan……….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 13

2.1Kiprah Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional……….... 14

2.2Peran Abdul Muis pada bidang sastra………. 25

2.3Novel-novel karya Abdul Muis……… 32

2.4 Landasan Konsep dan Pendekatan Sosiologi Sastra………. 35

BAB III METODE PENELITIAN……… 39

3.1 Persiapan Penelitian……… 41

(7)

BAB IV Peran Abdul Muis Sebagai Seorang Tokoh Pada Masa

Pergerakan Nasional ……… 57

4.1 Kiprah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1924……… 57

4.1.1 Abdul Muis sebagai Jurnalis……… 57

4.1.2 Bergabung dengan Sarekat Islam (SI)……… 63

4.1.3 Bergabung dalam Volksraad……… 80

4.2 Latar Belakang Abdul Muis dari Politik ke Sastra………... 90

4.2.1 Pemogokan Organisasi Persatuaan Pegawai Pegadaian

4.3 Sastra Karya Abdul Muis……….. 105

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Kapal SS Sindoro yang membawa delegasi Komite Indie

Weerbar

71

Gambar 4.1. Pembukaan Volksraad oleh Gubernur Jenderal Van Limburg

Stirum………

81

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Keanggotaan Volksraad……… 82

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah

bangsa ini yang penting adanya. Karena pada masa ini meliputi berdirinya

organisasi-organisasi modern memiliki cita-cita kemerdekaan bagi bangsa

Indonesia telah melahirkan beberapa tokoh di dalamnya, yang ikut andil dalam

membangun bangsa ini kearah yang lebih baik. Pergerakan Nasional memiliki

sebuah arti yang luas dan besarnya aspek yang meliputinya, tidak saja pada

pergerakan yang bersifat perbaikan derajat dari sisi politik, akan tetapi juga

menuju perbaikan aspek-aspek lain seperti perekonomian, pendidikan,

keagamaan, dan sebagainya (Pringgodigdo, 1977: VII).

Masa pergerakan nasional merupakan sebuah masa dimana munculnya

intelektual-intelektual pribumi yang memiliki keinginan agar dapat merubah nasib

bangsa ini. Organsasi-organisasi yang muncul pada masa ini juga turut melahirkan

tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah bangsa ini, salah

satunya organisasi Sarekat Islam (SI). Sarekat Islam merupakan salah satu

organisasi yang menjadi wadah bagi ummat Islam pada masa itu untuk ikut serta

dalam perpolitikan tanah air. Sarekat Islam bermula dari Sarekat Dagang Islam

didirikan pada awalnya bertujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah

panji-panji Islam (Pringgodigdo, 1977: 4). Setelah pendiriannya SI semakin

(11)

daerah di Indonesia. Karena adanya hal ini maka Pemerintah Belanda khawatir

akan terusik eksistensinya sebagai bangsa yang menduduki Hindia Belanda

dengan menjalankan roda pemerintahnnya, maka pada Juni 1912, pemerintah

Belanda menetapkan bahwa cabang-cabang SI harus berdiri sendiri untuk

daerahnya masing-masing. Setelah adanya ketetapan tersebut maka pada saat

kongres SI di Surabaya tahun 1913 didirikanlah Central Sarekat Islam (CSI),

keputusan ini dimaksudkan untuk memajukan dan membantu serta berkoordinasi

dengan SI di daerah. Oleh karena itu kongres SI di Surabaya ini menjadikan tiga

kota besar yaitu Surabaya, Yogyakarta dan Bandung, difungsikan sebagai pusat

penggerak kesadaran nasional dan sebagai pembina SI di daerah-daerah dengan

pengurus-pengurus besarnya terdiri dari: H.O.S Tjokroaminoto, dibantu oleh H.

Agus Salim, Abdul Muis, W. Wondoamiseno, Sosrokardono, Soerjopranoto

(Suryanegara, 2009: 380).

Dari keputusan kongres Surabaya tersebut muncul satu nama yang cukup

berpengaruh dalam kepengurusan CSI, yaitu Abdul Muis. Abdul Muis merupakan

wakil ketua CSI pada tahun 1916. Peran Abdul Muis dalam Pergerakan Nasional

melalui SI merupakan salah satu hal yang menarik, karena ada beberapa gagasan

yang dilahirkan oleh Abdul Muis yang pada selanjutnya menjadi berkembang dan

penting dalam perjalanan sejarah Indonesia.

Abdul Muis dalam awal periode berkembangnya SI merupakan salah satu

tokoh yang diperhitungkan. Menurut Suryanegara (2009:393) Abdul Muis

dikatakan sebagai salah satu tokoh pembangkit gerakan kesadaran berpolitik

(12)

Wignjadisastra mempelopori sosialisasi istilah Nasional melalui Kongres

Nasional CSI di Bandung pada tahun 1916 (Suryanegara,2009:393). Abdul Muis

pada selanjutnya merupakan salah satu anggota Komite Indie Weerbar perwakilan

dari SI. Di dalam Indie Weerbaar ini Abdul Muis mengemukakan

pendapat-pendapat yang berhubungan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Salah satunya

adalah mengenai didirikannya Dewan Rakyat (Volksraad). Abdul Muis

berpendapat bahwa Indie Werbaar bukan sebatas pada diikut sertakannya pribumi

dalam bagian pertahanan Hindia Belanda, tetapi juga menuntut perbaikan dari segi

ekonomi dan pendidikan, oleh karena itu Abdul Muis merupakan salah satu

anggota utusan yang menghadap Ratu Belanda untuk menyampaikan hal ini.

Karier Abdul Muis di dalam organisasi Sarekat Islam merupakan sesuatu

yang penting. Terutama pada saat SI cabang Semarang di bawah kepemimpinan

Semaun dan Darsono yang merupakan pelopor menggunakan senjata baru dalam

perjuangan melawan imprealisme dengan teori ajaran Marxis. Masuknya ajaran

Marx ke tubuh SI Semarang menimbulkan krisis dan pertentangan antara

pendukung paham Islam dan paham Marx (Sagimun, et al, 1986: 27). Abdul Muis

bersama H Agus Salim tokoh SI yang menentang keras pola perjuangan baru

dalam tubuh SI ini yang dibawa oleh Semaun dan Darsono. Dari sinilah dikenal

dengan istilah SI Putih, yang mewakili asas perjuangan Islam dalam tubuh SI dan

SI merah yang mewakili asas ajaran Marx sebagai bentuk perjuangan SI.

Pergerakan Nasional yang menjadikan seorang Abdul Muis menjadi seorang

politikus mengalami perubahan haluan kisaran tahun 1928. Perubahan haluan

(13)

Dimulai dari menjadi seorang siswa School tot Opleiding van Indische Artsen

(STOVIA) yang notabene adalah sekolah dokter, namun pada perjalanan

selanjutnya Abdul Muis beralih pada dunia jurnalistik dan pada akhirnya

berkecimpung di dunia politik, yang justru membuat namanya besar dibandingkan

dengan latar belakang pendidikannya sebagai seorang siswa STOVIA. Perubahan

tidak terjadi hanya sampai situ pada sosok Abdul Muis. Kiprahnya di bidang

politik ternyata tidak mampu membuat keinginan adanya perubahan dalam dirinya

-terlepas dari faktor yang membuat perubahan kiprah Abdul Muis- hilang begitu

saja. Perubahan ke arah lain, yang dianggap sesuai dengan idealis pemikiran yang

dimilikinya, Abdul Muis merubah poros kiprah perjuangannya dari politik praktis,

menjadi sorang sastrawan.

Peran Sastra pada masa Pergerakan Nasional merupakan sesuatu yang

memiliki arti pada perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Selain pada

perkembangan Sastra Indonesia, kehidupan sosial masyarakat dengan adanya hasil

karya sastra ini menjadi faktor pendorong beberapa perubahan. Salah satu badan

pada masa Pergerakan Nasional pada bidang kesusastraan yang didirikan adalah

Balai Pustaka. Dengan berdirinya Balai Pustaka ini menjadi salah satu hal yang

bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Suhendar dan Supinah (1993:135)

memandang peran Balai Pustaka pada masyarakat sebagaimana dikemukakannya:

(14)

Pada awal pertumbuhan kesustraan Indonesia, profesi pengarang tidak

dapat terlepas dari profesi wartawan, guru sebagai kaum terpelajar, tokoh-tokoh

intelektual dan tokoh Pergerakan Nasional (Yudiono, 2007:6). Abdul Muis yang

merupakan seorang tokoh pergerakan nasional serta seorang wartawan termasuk

ke dalam perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional dan Abdul Muis

merupakan sastrawan yang terkenal disebut Angkatan Balai Pustaka, ini karena

beberapa karyanya diterbitkan Balai Pustaka semasa pergerakan nasional.

Dalam bidang sastra, Abdul Muis diketahui sebagai sastrawan yang terkenal

dan juga wartawan yang memiliki reputasi cukup tinggi, menurut Sumardjo dalam

Ensiklopedi Nasional Indonesia (2004):

“Karena sepak terjangnya dalam Pergerakan Nasional, romannya yang berjudul Salah Asuhan mengalami sensor ketat dan penulisan ulang ketika diterbitkan Balai Pustaka. Romannya dinilai mengandung unsur Nasionalisme yang kuat”.

Dari kutipan di atas Abdul Muis memiliki reputasi yang perlu diperhitungkan

sejak awal menulis sebuah karya. Dimulai dari buah pikirannya, telah lahir buku

roman Salah Asuhan (1928) yang sangat terkenal pada masanya (Ricklefs, 2008:

413). Selain Salah Asuhan, ada juga karya lainnya yaitu Surapati (1943) yang

menceritakan bagaimana keras dan susah payahnya serta sepak terjang perjuangan

Untung Surapati dalam melawan kompeni Belanda. Melalui sastra Abdul Muis

menuangkan renungan serta hasil pikirannya mengenai apa yang terjadi pada

masa itu.

Perkembangan sastra pada masa pergerakan merupakan sesuatu yang

menjadi pelopor dari dunia kesustraan Indonesia modern. Abdul Muis merupakan

(15)

melahirkan karya sastra Indonesia modern. Abdul Muis sebagai sastrawan pada

masa pergerakan memiliki peran penting. Sebagaimana dikemukakan oleh Rosidi

(1968:28) ”Roman terpenting yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun

duapuluhan ialah Salah Asuhan (1928) buah tangan Abdul Muis (1886-1959).”.

Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa Abdul Muis menjadi sosok yang

menghasilkan karya sastra penting dalam perkembangan sastra Indonesia.

Menurut Tosh dalam (Sjamsuddin,2007:118) sastra kreatif memberikan

pemahaman kedalam lingkungan sosial dan intelektual dimana penulisnya hidup,

dan seringkali memberikan gambaran yang hidup mengenai setting fisik. Dalam

hal ini karya sastra sering kali menyampaikan pesan dari penulis melalui bahasa

serta penulisan yang indah. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat

sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial

disekitarnya, sehingga kebenaran dalam karya sastra ialah kebenaran yang

dianggap ideal oleh pengarangnya, kebenaran yang lebih tinggi sehingga sudah

sepantasnya berlaku (Noor, 2005: 12).

Dalam karya yang dihasilkan Abdul Muis, buah pikiran atau renungan atas

gejala sosial yang ada di lingkungan penulis merupakan sesuatu yang dapat

ditemukan. Salah satu contohnya di dalam novel karya Abdul Muis yang berjudul

Salah Asuhan. Dari alasan inilah pada penelitian ini penulis mencoba untuk

melihat bagaimana kiprah Abdul Muis dalam bidang sastra Indonesia, namun

tidak hanya sebatas memaparkan apa saja hasil karyanya namun mencoba untuk

menafsirkan hasil karya Abdul Muis tersebut menggunakan pendekatan teori

(16)

pendekatan sosiologi sastra sebagai acuan untuk menafsirkan hasil karya Abdul

Muis, dari beberapa hasil karya Abdul Muis, penulis memfokuskan dua buah

karya sastra Abdul Muis yaitu novel Salah Asuhan dan Surapati. Hasil karya

sastra Abdul Muis berkembang pada masa Pergerakan Nasional, hal ini menarik

untuk dikaji karena periode ini merupakan periode dimana perkembangan Sastra

Indonesia dimulai dan memiliki sebuah gagasan atau pemikiran dari sastrawan

yang ada menanggap keadaan yang sedang mereka hadapi pada saat itu.

Pemilihan Sosok Abdul Muis untuk dikaji memiliki beberapa alasan.

Pertama karena beliau merupakan sosok yang mempunyai peran dalam perjalanan

bangsa ini khususnya pada saat masa Pergerakan Nasional. Peranan Abdul Muis

menjadi seorang politikus sampai dengan menjadi seorang sastrawan yang

disegani memiliki sebuah kontribusi tersendiri, apabila dilihat dari perpindahan

dari dunia politik dan sastra yang memilki arah pandang yang cukup berbeda dari

kedua dunia tersebut. Kedua hasil karya Abdul Muis memiliki karakteristik

tersendiri dan menjadi sebuah pengejawantahan dari keadaan bangsa yang sedang

di alami Abdul Muis Sampai saat ini penulisan mengenai sosok Abdul Muis

masih sedikit. Alasan-alasan di ataslah yang membuat penulis tertarik untuk

melakukan penelitian agar menghasilkan sebuah tulisan mengenai sosok Abdul

Muis dan dapat menjadi sumbangan bagi penulisan biografi pahlawan nasional

Indonesia. Dari pemaparan alasan tersebut penulis mengangkat judul yaitu :

Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan: Jejak Langkah Abdul Muis pada

(17)

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi masalah utama adalah

“Bagaimana peranan Abdul Muis pada masa pergerakan nasional 1928-1945?”,

sedangkan untuk menjawab rumusan masalah tersebut dibatasi dalam beberapa

pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana kiprah Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional

1913-1924?

2. Mengapa Abdul Muis lebih tertarik dalam bidang sastra pada Masa

Pergerakan Nasional?

3. Bagaimana dampak hasil karya sastra Abdul Muis terhadap perkembangan

sastra pada masa Pergerakan Nasional?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah yang telah dibahas pada

poin sebelumnya, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:.

1. Memaparkan peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional dari tahun

1912-1928

2. Mendeskripsikan latar belakang dan faktor yang mempengaruhi beralihnya

pandangan Abdul Muis dari seorang politikus menjadi seorang sastrawan di

lihat dari situasi dan kondisi yang berhubungan dengan hal tersebut .

3. Menganalisis dampak hasil karya sastra Abdul Muis terhadap

perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional dan menganalisis hasil

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari pengajuan penelitian ini adalah

1. Menghasilkan karya tulis yang mendeskripsikan serta menganalisis

kiprah Abdul Muis dalam bidang sastra Indonesia pada masa pergerakan

nasional

2. Memperkaya penulisan mengenai Biografi seorang pahlawan nasional

pada masa pergerakan nasional.

3. Menambah pengayaan materi dalam SK/KD pada kelas XI Bahasa

Standar Kompetensi: Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada

masa kolonial dan tumbuhnya pergerakan kebangsaan Indonesia, dengan

Kompetensi Dasar Menganalisis proses kelahiran dan perkembangan

nasionalisme Indonesia

1.5 Metode dan Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode sejarah. Dimana

metode ini digunakan untuk mengetahui jawaban atas permasalahan yang telah

ditentukan.. Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam

melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2005:

90) :

1. Pemilihan Topik.

2. Pengumpulan Sumber atau Heuristik

(19)

4. Penafsiran atau Interpretasi

5. Penulisan atau Historiografi

6. Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan skripsi,

penulis melakukan teknik penelitian dengan menggunakan studi literatur,

dan studi pustaka,arsip, dan sumber lainnya yang relevan. Teknik ini

dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian.

Penjelasan lebih lanjut mengenai metode serta teknik yang digunakan dalam

peneltian ini dijelaskan dalam bab tersendiri, yaitu di Bab 3.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh

penulis adalah:

Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan

mengenai proses yang melatar belakangi munculnya seorang Abdul Muis sebagai

seorang sastrawan di Indonesia tahun 1928-1945 Untuk memperinci dan

membatasi permasalah agar tidak melebar maka dicantumkan perumusan dan

pembatasan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi.

Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian

yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi

kerangka dan pedoman penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka, memaparkan mengenai sumber-sumber buku dan

(20)

Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai Abdul

Muis dan perkembangan sastra pada masa pergerakan nasional

Bab III Metode Penelitian, merupakan bab yang isinya menerangkan

mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan

penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalah yang

sedang dikaji oleh penulis. Diantaranya heuristic yaitu proses pengumpulan

data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Setelah heuristik dilakukan

kritik yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah

sebelumnya sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik,

lalu interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring,

dan tahap akhir yaitu historiografi yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan

yang enak dibaca dan mudah dimengerti.

Bab IV Pembahasan, di dalamnya penulis akan mendeskripsikan mengenai

peran Abdul Muis dalam bidang sastra pada masa Pergerakan Nasional. Dalam

bab ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub-bab yang pertama membahas

mengenai kiprah Abdul Muis dalam Pergerakan Nasional dari tahun 1912-1924.

Kedua, mendeskripsikan latar belakang dan faktor yang mempengaruhi beralihnya

pandangan Abdul Muis dari seorang politikus menjadi seorang sastrawan Ketiga

membahas mengenai dampak hasil karya Abdul Muis dalam perjuangan pada

masa Pergerakan Nasional dan, analisis hasil karya Abdul Muis yaitu novel Salah

Asuhan dan Surapati dibantu dengan pendekatan sosiologi sastra.

Bab V Kesimpulan, merupakan bab terakhir yang berisikan beberapa

(21)

pembahasan pada bab-bab sebekumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan

penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Serta

rekomendasi apa yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai metode serta teknik penelitian

yang digunakan untuk proses penyusunan skripsi ini. Metode yang digunakan

untuk menyusun penelitian ini adalah metode sejarah, sedangkan untuk teknik

penelitian yang digunakan adalah teknik literatur. Metode sejarah mengandung

pengertian proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau (Gotschalk, 2008:39). Dalam penyusunan penelitian ini

dituntut menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh

secara sistematis dan objektif untuk disimpulkan dari objek yang ditulis.

Teknik literatur dilakukan dengan cara mencari buku atau bacaan yang

berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, setelah itu

dibaca dan dikaji untuk menjadi kumpulan fakta-fakta yang selanjutnya di

interpretasi untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah yang telah disusun

sebelumnya.

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan

penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007: 89):

1. Pemilihan Topik.

2. Pengumpulan Sumber atau Heuristik. Menurut Carrad dan Cf. Gee dalam

Sjamsuddin (2007: 86). Heuristik yaitu sebuah kegiatan mencari

sumber-sumber dalam mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi

(23)

dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan

mengumpulkan sumber, buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan

dengan permasalahan yang dikaji. Sumber penelitian sejarah terbagi

menjadi tiga yaitu sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Topik

yang penulis pilih berbentuk studi literatur sehingga sumber yang diambil

merupakan sumber tertulis.

3. Verifikasi atau Kritik. Langkah kritik dilakukan menyangkut verifikasi

sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari

sumber tersebut. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan

kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin,2007:132). Pada tahap ini

penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk

mendapatkan kebenaran sumber.

4. Penafsiran atau Interpretasi yaitu memaknai atau memberikan penafsiran

terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama

lainnya. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang

diperoleh selama penelitian. Dimana penafsiran meliputi fakta yang

ditemukan mengenai peran Abdul Muis sebagai politikus dan juga

sastrawan

5. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah.

Menurut Gotschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi yang

imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan

ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan

(24)

sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Dalam

penulisan atau Historiografi ini peneliti berusaha mengajukan laporan

penelitian yang berjudul Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan: Jejak

Langkah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1913-1928.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti membagi metode historis yang digunakan ke

dalam tiga tahapan penelitian, yaitu persiapan penelelitian, pelaksanaan penelitian

dan laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian

Dalam proses penentuan dan pengajuan topik ini merupakan langkah yang

harus pertamakali ditempuh oleh peneliti sebelum ketahapan penelitian yang lebih

lanjut. Proses penentuan topik penelitian ini berawal pada saat awal perkuliahaan

Seminar Penulisan Karya Ilmiah dimana perkuliahan ini mewajibkan para

mahasiswanya memilih topik untuk dijadikan sebagai bahasan proposal penelitian

yang menjadi syarat dalam perkuliahan ini. Dari awal perkuliahan peneliti tertarik

untuk membahas seorang tokoh yang memilki peran yang besar dalam perjalanan

sejarah bangsa Indonesia, pilihan pertama peneliti adalah sosok Ir H Djuanda,

namun setelah dikonsultasikan dengan dosen, ternyata pembahasan mengenai

Djuanda telah ada, maka dari itu peneliti mencari sosok lain untuk dibahas dalam

proposal tersebut. Setelah membaca salah satu buku yaitu autobiografi

Mohammad Hatta, ada salah satu nama yang menjadi inspirasi Hatta untuk terjun

(25)

adalah Abdul Muis. Tokoh tersebut juga sering terdengar oleh peneliti dari kecil,

karena ternyata tokoh tersebut pernah tinggal disekitar rumah peneliti, oleh karena

itu diputuskanlah untuk membahas sosok Abdul Muis dalam proposal dan

berlanjut menjadi proposal penelitian skripsi dan akhirnya menjadi topik dalam

skripsi.

Setelah yakin akan membahas mengenai sosok Abdul Muis, peneliti

berkonsultasi dengan dosen Seminar Penulisan Karya Ilmiah Ibu Dra. Murdiyah

Winarti M.Hum, selanjutnya peneliti mengajukan judul skripsi serta proposal

kepada TPPS awal Januari 2012 dengan judul, Jejak Langkah Abdul Muis dalam

Dunia Politik dan Sastra di Indonesia 1913-1958. Adapun isi dari proposal

tersebut antara lain : Judul, Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode dan Teknik Penelitian,

Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan, Daftar Pustaka.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah mendaftarkan judul serta proposal penelitian kepada TPPS dengan

judul Jejak Langkah Abdul Muis dalam Dunia Politik dan Sastra di Indonesia

1913-1958, peneliti diizinkan untuk melakukan presentasi proposal tersebut di

dalam seminar Pra-rancangan Penelitian yang diadakan TPPS pada tangal 16

Maret 2012.

Dalam seminar tersbut peneliti mendapat calon pembimbing yaitu Bapak

Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum sebagai calon pembimbing 1 dan Bapak Dr.

Encep Supriatna, M.Pd sebagai pembimbing 2. Setelah mempresentasikan

(26)

Sastra di Indonesia 1913-1958, para calon pembimbing satu maupun dua kurang

menyetujui judul serta rumusan masalah yang telah dipresentasikan peneliti,

karena bahasan yang diajukan oleh peneliti terlalu luas meliputi dua bidang

politik dan sastra, serta dari rumusan masalah yang diajukan tertalu luas karena

tampak seperti menyusun sebuah biografi dan hal itu merupakan sesuatu yang

sukar bagai mahasiswa dengan kapasitas masih S-1. Calon pembimbing 1

menyarankan agar peneliti memilih satu bidang saja yaitu sastra, karena dapat

berhubungan serta mengembangkan materi ajar sejarah di tingkat SMA yaitu

kelas jurusan bahasa, dan pembimbing 2 juga menyetujui hal tersebut.

Setelah mendapat masukan dari para calon pembimbing maka peneliti

memutuskan untuk memilih bidang sastra sebagai kajian untuk membahas Abdul

Muis, dengan judul Jejak Langkah Abdul Muis dalam Bidang Sastra Indonesia

1928-1958. Setelah mengajukan revisi proposal dengan judul tersebut, kembali

peneliti mendapat masukan dari calon Pembimbing 1 untuk merubah redaksi

judul tersebut menjadi Peran Abdul Muis dalam Bidang Sastra pada Masa

Pergerakan Nasional 1928-1945. Penetapan penulisan skripsi dikeluarkan

melalui Surat Keputusan (SK) TPPS nomor 007/TPPS/JPS/PEM/2012 dengan

judul skripsi Peran Abdul Muis dalam Bidang Sastra pada Masa Pergerakan

Nasional 1928-1945 yang ditandatangani oleh Ketua Jurusan serta Ketua TPPS

dan menunjuk Bapak Wawan Darmawan. S.Pd, M.Hum dan Bapak Dr. Encep

Supriatna, M.Pd sebagai pembimbing I dan II.

(27)

Proses ini merupakan salah satu yang penting bagi peneliti dalan

penyusunan penelitian skripsi ini. Karena dalam proses inilah peneliti mendapat

masukan yang menunjang untuk penelitian. Dari setiap hasi penyusunan

penelitian yang telah dilakukan selanjutnya peneliti menyerahkan kepada

pembimbing untuk diberikan bimbingan serta konsultasi dari hal yang ditulis

peneliti.

Rekomendasi yang dihasilkan dalam proses bimbingan dan konsultasi

tersebut menjadi masukan dalam memperbaiki hal-hal yang kurang dalam

penyusunan peneltian ini. Beberapa hal yang menjadi masukan dalam proses

bimbingan dan konsultasi ini antara lain adalah masalah redaksi judul, latar

belakang masalah, rumusan masalah, serta fokus penelitian akan diarahkan

kemana dan tata cara penulisan.

Proses bimbingan secara intens mulai dilakukan bulam April 2012, dan

bimbingan dilakukan secara berkelanjutan dan bertahap. Dari proses tersebut

peneliti mendapat masukan yang sangat berarti bagi penyusunan penelitian ini

hingga akhirnya dapat terbentuk sebuah laporan peneltian.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kaidah

metodologi sejarah yang berlaku. Seperti yang dijelaskan oleh Sjamsuddin

(2007:89) dan juga terdapat dalam Kuntowijoyo (2005: 90) penetian sejarah

meliputi, pemilihan topik, pengumpulan sumber (Heuristic), verifikasi data

(kritik internal dan eksternal), interpretasi, serta penulisan atau historiografi.

(28)

penelitian ini meliputi tiga hal yang dilakukan, yaitu Heuristic, Kritik sumber,

dan juga Interpretasi. Sedangkan untuk penulisan atau Historiografi akan

dibahas dalam tahapan selanjutnya yaitu tahapan laporan penelitian.

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristic)

Dalam tahapan heuristic ini peneliti mencoba mencoba mengumpulkan

sumber yang berkaitan dengan penelitian. Sesuai dengan teknik peneltian yang

dipilih oleh penelti yaitu teknik literatur maka sumber-sumber yang

dikumpulkan berupa buku ataupun artikel yang berhubungan dengan penelitian.

Pengumpulan sumber tersebut diperoleh dari berbagai tempat dan media, yaitu

perpustakaan, media internet, dan jurnal. Pengumpulan sumber ini telah

dilakukan sejak pra peneltian, dimana pada saat itu peneliti mencari

tempat-tempat yang terdapat sumber lalu pada saat peneltian kembali ke tempat-tempat

tersebut. Adapun tempat-tempat yang dijadikan sebagai tempat pencarian

sumber antara lain :

a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ditempat ini peneliti

menemukan sumber sumber yang berkenaan dengan Sejarah Pergerakan

Nasional yang dimana di dalamnya terdapat peran Abdul Muis pada saat

itu dan juga sumber mengenai perkembangan sastra. Sumber yang

berhasil ditemukan di tempat ini kebanyakan berupa buku, diantaranya :

Parakitri T. Simbolon (2007) Menjadi Indonesia, Deliar Noer (1990)

Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1945, Ajip Rosidi (1968)

Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, Jacob Sumardjo (1979) Masyarakat dan

(29)

Pergerakan Nasional, Maman S. Mahayana (2007) Ekstrinsikalitas Sastra

Indonesia. Khusus untuk buku Gerakan Modern Islam di Indonesia

1900-1945 karya Deliar Noer, dijadikan peneliti sebagai sumber sekunder yang

utama, karena dalam penyusunan karyanya Deliar Noer melakukan

wawancara langsung dengan Abdul Muis.

b. Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Padjajaran, di tempat ini peneliti

menemukan beberapa sumber yang dijadikan sebagai referensi tambahan

untuk proses penyusunan penelitian. Beberapa buku yang didapatkan di

tempat ini tidak berhubungan langsung dengan penelitian, namun di dalam

sumber yang ditemukan terdapat peranan Abdul Muis pada masa

Pergerakan Nasional, buku-buku tersebut diantaranya, Maman S.

Mahayana (2001) Akar Melayu: Sistem Sastra & Konflik Ideologi di

Indonesia, Suhatno, et al (1995) Tokoh-tokoh Pemikir Paham

Kebangsaan: Haji Agus Salim dan Muhammmad Husni Thamrin, Soegeng

Reksodohardjo (1992) Dr. Cipto Mangunkusumo, Tashadi, et al. (1993)

Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: HOS Cokroaminoto,

Mohammad Hatta, IJ Kasimo.

Selain sumber yang terdapat di perpustakaan, peneliti juga mengumpulkan

sumber dari internet. Kualifikasi pemilihan sumber dari internet peneleliti

melakukannya dengan ketat setelah melakukan pencarian sumber yang relevan di

internet terdapatlah beberapa sumber yang dipakai sebagai bahan peneltian,

diantaranya adalah dari situs http://mahayana-mahadewa.com, terdapat artikel

(30)

http://www.sunangunungdjati.com/blog terdapat karya Safaat Slamet dengan judul

Abdul Muis dan Pers Pribumi selain dari pada sumber diatas ada beberapa sumber

yang terdapat dari internet.

Sumber sumber yang ditemukan di berbagai tempat tersebut dibantu juga

oleh sumber-sumber yang dimiliki oleh peneliti pribadi diantaranya, A.K

Pringgodigdo Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Ahmad Mansyur Surya

Negara (2009) Api Sejarah, Soe Hoek Gie (1999) Di Bawah Lentear Merah,

Mohammad Hatta (2011) Untuk Negeriku Bukittinggi-Rotterdam lewat Betawi :

Sebuah Otobiografi,Ruth McVey (2010) Kemunculan Komunisme di Indonesia

serta beberapa karya Abdul Muis diantaranya Salah Asuhan, dan Surapati.

3.2.2 Verifikasi (Kritik Sumber)

Setelah melakukan Heuristic atau pengumpulan sumber, langkah

selajutnya peneliti melakukan proses yaitu verifikasi atau kritik sumber.

Sebagaimana dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2005: 90) tahapan dalam penelitian

sejarah setelah melakukan pengumpulan sumber, maka dilakukanlah verifikasi

atau kritik sumber. Menurut Kuntwijoyo Verifikasi terdapat dua macam, yaitu

otensitas atau keaslian sumber atau kritik ekstern, dan kredibilitas atau kritik

intern. Hal ini dijelaskan pula oleh Sjamsudin bahwa setelah sejarawan berhasil

mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, langkah selanjutnya yaitu

harus menyaringnya secara kritis. Langkah langkah inilah yang disebut kritik

sumber, yang dilakukan terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap

(31)

3.2.2.1 Kritik Ekstern

Dari penjelasan diatas, proses kritik sumber terdapat dua langkah yaitu

kritik ekstern dan kritik intern. Kritik Ekstern bertujuan untuk melakukan

verifikasi atau pengujian terhadap aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin,

2007: 132). Jadi kritik eksternal dapat disimpulkan untuk menetahui otensitas dari

sumber yang telah ditemukan. Kritik ekstern lebih banyak dilakukan terhadap

sumber pertama atau sumber primer, untuk menilai keaslian dokumen tersebut

atau kesaksian yang sesuai dengan pada zamannya. sebagaimana dijelaskan oleh

Sjamsuddin bahwa kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber

pertama (Sjamsuddin, 2007:132)

Temuan sumber dalam proses penyusunan penelitian ini lebih banyak

berupa sumber sekunder. Objek kajian yang memiliki rentang watu yang cukup

jauh dengan waktu yang dilakukan pada saat peneltian, membuat peneliti

kesulitan menemukan sumber primer. Selain itu objek kajian yang dilakukan

peneliti juga masih sedikit dalam meninggalkan sumber sejarah yang sejaman.

Karena sumber temuan peneliti berupa sumber sekunder, maka proses kritik

ekstern dalam penelitian ini tidak dilakukan. Hal tersebut tidak terlepas dari

proses kritik ekstern yang memverifikasi sumber dari segi fisik sumber pertama.

Sesuai dengan penjelasan yang telah dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007) di atas,

bahwa kritik ekstern lebih banyak digunakan untuk memverifikasi sumber

(32)

3.2.2.2 Kritik Intern

Setelah proses kritik eksternal dilakukan, sesuai dengan yang telah

dijelaskan diatas, proses kritik sumber dilanjutkan dengan kritik intern.

Sebagaimana terlihat dari istilahnya, krikitik intern lebih menekankan aspek

“dalam” yaitu isi dari sumber (Sjamsuddin, 2007:143). Dalam penelitian ini kritik

intern dilakukan dengan mengkaji banding satu sumber buku dengan sumber buku

yang lain.

Kaji banding terhadap sumber yang berkontribusi terhadap penelitian,

peneliti lakukan terhadap beberapa permasalahan. Diantaranya peneliti melakukan

kaji banding terhadap dua sumber buku, yaitu buku karya Ruth McVey,

Kemunculan Komunisme di Indonesia (2010) dengan buku Sejarah Indonesia

Modern karya M.C Ricklefs. Dari kedua buku ini peneliti mengkaji permasalah

peran Abdul Muis pada msa Pergerakan Nasional terutama mengenai perisitiwa

yang melibatkan Abdul Muis di dalamnya, yaitu mengenai latar belakang dari

peristiwa Toli-toli.

Peristiwa Toli-toli terjadi setelah Abdul Muis meninggalkan daerah

tersebut pada Juni 1919. Kerusuhan yang terjadi akiba adanya masalah rodi

membuat terbunuhnya kontrolir Belanda berna De Kat Angelino, akibat hal

tersebut Abdul Muis dianggap bersalah karena telah membakar emosi massa.

Dalam buku Ricklefs Sejarah Indonesia Modern, dijelaskan bahwa latar belakang

terjadinya peristiwa tersebut tidak lain karena kehadiran sosok Abdul Muis yang

(33)

2008:375). Latar belakang ini pula yang dijelaskan dalam buku A.K Pringgodigdo

(1977) Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia yang mengatakan keadaan yang

terjadi di Sulawesi Tengah (Toli-Toli) terjadi karena propaganda yang telah

dilakukan oleh Abdul Muis (Pringgodigdo, 1977:8).

Sebagai pembandingnya, dalam buku McVey (2010) Kemunculan

Komunisme di Indonesia, dalam buku ini dijelaskan bahwa latar belakang

terjadinya Peristiwa Toli-toli tersebut bukan hanya karena hadirnya Abdul Muis

ke daerah tersebut, namun ada pemicu utama dari perstiwa tersebut yaitu adanya

sentiment agama yang melatarbelakangi sehingga peristiwa ini menjadi besar

hingga terbunuhnya kontrolir Belanda De Kat Angelino. Seperti yang dijelaskan

McVey (2010:84) mengenai latar belakang peristiwa ini :

Muis, berdasarkan laporan pemerintah, telah mendesak menghapuskan kerja rodi tapi ia juga memperingatkan pengikutnya untuk memenuhi peraturan selama itu disetujui oleh pemerintah. Kesalahan terbesar De Kat Angelino nampaknya terjadi karena ia melukai sentiment kaum Muslim militant di Toli-toli, di mana hubungan antara penguasa tradisional dengan rakyatnya telah diperlemah oleh perselisihan mengenai penggantian kekuasaaan ke kekuasaan lokal dengan mengadakan kunjungan selama Bulan Ramadhan dan menolak menunda pelaksanaan kerja rodi yang tak terpenuhi hingga akhir bulan puasa.

Berdasarkan kaji banding buku di atas, terdapat persamaan, yaitu

mengenai hadirnya Abdul Muis di Toli-toli untuk mengadakan pidato kepada

rakyat di sana mengenai masalah rodi. Perbedaan terltas pada latar belakang

pemicu dari peristiwa Toli-toli tersebut. Dalam Ricklefs dikatakan bahwa

kedatangan Abdul Muis kesana untuk pidato pada rakyat adalah menjadi pemicu

peristiwa tersebut, namun McVey menjelaskan bahwa dalam pidatonya Abdul

(34)

McVey menjelaskan pemicu utama peristiwa ini adalah adanya sentiment Agama

yang telah dilakukan oleh De Kat Angelino. Berdasarkan hal tersebut maka

peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam masalah ini terdapat satu

kesimpulan bahwa Abdul Muis memang hadir ke Toli-toli untuk mengadakan

pidato-pidato kepada rakyat, namun hal tersebut bukan menjadi pemicu

satu-satunya terhadap peristiwa Toli-toli tersebut, namun masih ada pemicu lain yang

lebih besar pengaruhnya yaitu sentiment Agama yang dilakukan oleh Belanda di

bawah kontrolir De Kat Angelino.

Proses kritik dilakukan untuk menemukan pandangan objektif dari

sumber-sumber yang telah dikumpulkan,dengan begitu maka dapat dihasilkan

karya yang bersifat ilmiah jauh dari unsur subjektivitas di dalamnya. Peneliti

mengakui bahwa dari sumber-sumber yang ditemukan, masih banyak kekurangan,

terutama dari penemuan sumber primer yang dapat dibilang tidak ada. Namun dari

sumber-sumber yang ditemukan lalu melalui proses kritik, dapat membantu dalam

menyusun peneletian ini.

3.2.3 Interpretasi

Tahapan ini merupakan proses penafsiran dari fakta-fakta yang ditemukan

dalam sumber yang telah melalui proses kritik, baik itu secara ekstern maupun

secara intern. Peneliti melakukan penafisran dari fakta-fakta yang telah ditemukan

dan dikritik secara ektern dan intern, setelah itu maka dijelaskan melalui proses

penafsiran atas sumber-sumber tersebut. Fakta-fakta yang ditemukan dan

(35)

Penafsiran yang dilakukan peneliti terutama untuk menjelaskan mengenai

objek penelitian yaitu peran Abdul Muis pada bidang sastra pada masa Pergerakan

Nasional. Sjamsuddin (2007:158) menjelaskan ada dua dorongan utama mengapa

sejarawan menulis sejarah, yaitu keinginan mencipta ulang (re-create) dan

menafsirkan (Interpret). Dalam penelitian ini peneliti mencoba menafsirkan peran

Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional, terutama dalam bidang sastra, dan

mencipta ulang, karena sumber-sumber yang digunakan terdapat kesamaan

dengan peneliian-peneltian sebelumnya dengan objek yang sama.

Melalui proses pengumpulan fakta peneliti melakukan proses interpretasi

untuk mengemukakan hal-hal yang menjadi objek kajian. Salah satu proses

interpretasi yang dilakukan oleh penelti adalah sebagai berikut. Dari sumber yang

ditemukan dan melalui proses kritik, peneliti menafsirkan beberapa hal yang

menjadi faktor berpalingnya Abdul Muis dari bidang politik ke bidang sastra.

salah satunya yaitu kekecewaan Abdul Muis terhadap Tjokroaminoto setelah

dirinya mendapat hukuman dari Belanda. Sebagaimana diungkapkan oleh Noer

(1996:429) :

“Hubungan Muis dan Tjokro terbatas dalam ranga Sarekat Islam saja, tidak sampai bersifat pribadi. Ia agak menyesali Tjokroaminoto karena setelah Muis dikenakan passenstelsel yang mewajibkan ia bila berpergian, terutama keluar jawa setelah tahun 1920 untuk mengambik pas jalan, Tjokro bagai menjauh dan kurang peduli. Setelah ia memperjuangkan hak tanah rakyat di Minang, ia diusr dari tanah kelahirannya sendiri dan tak boleh kembali untuk waktu lama. Minatnya terhadap SI akibatnya berkurang, sampai ia tak muncul-muncul lagi dalam pergolakan politik nasional.”

Dari proses interpretasi berdasarkan sumber di atas maka peneliti

(36)

nasional pada masa Pergerakan Nasional, terdapat faktor emosional yng

mempengaruhinya. Hal ini menyebabkan ada kekecewaan dari Abdul Muis

kepada sosok Tjokroaminoto yang menjadi ketua dalam organisasi SI dimana

Abdul Muis bernaung secara politik. Dari proses interpretasi ini peneliti dapat

menyususn penelitian ini berdasarkan sumbersumber yang ada. Sumber-sumber

yang ditemukan banyak membantu dalam proses interpretasi hingga dapat

tersusun sebuah laporan penelitian.

3.2.3.1 Pendekatan

Dalam proses penafisran, peneliti menggunakan salah satu pendekatan

dalam metodenya. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti bersifat

interdisipliner, atau dari ranah ilmu lain. Pendekatan yang digunakan yaitu dari

ilmu sastra yaitu pendekatan Sosiologi Sastra.

Pendekatan ini digunakan untuk menafsirkan dimensi sosial yang terdapat

dalam novel Abdul Muis yaitu Salah Asuhan dan Surapati. Sebagaimana

dikemukakan oleh Tosh dalam (Sjamsuddin,2007:118) sastra kreatif memberikan

pemahaman ke dalam lingkungan sosial dan intelektual dimana penulisnya hidup,

dan seringkali memberikan gambaran yang hidup mengenai setting fisik. Dalam

penelitian ini pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui makna

yang berada dalam teks mengenai lingkungan sosial yang berada disekitar Abdul

(37)

3.3 Laporan Penelitian

Tahapan ini merupakan proses akhir dari rangkaian penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Proses ini dalam kaidah metodologi sejarah bernama

Historiografi. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan

sejarah. Menurut Gotschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi

yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan

ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan cara

menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana

menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.

Penyusunan laporan penelitian ini, peneliti sajikan dengan beracuan pada

pedoman karya ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia, serta

menggunakan bahasa baku serta EYD dalam merangkai kalimatnya. Laporan

peneltian ini terdiri dari lima bab dan daftar pustaka serta beberapa lampiran yang

menunjang pada proses penelitian ini.

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh

penulis adalah:

Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan

mengenai proses yang melatar belakangi munculnya seorang Abdul Muis sebagai

seorang sastrawan di Indonesia tahun 1928-1945 Untuk memperinci dan

membatasi permasalah agar tidak melebar maka dicantumkan perumusan dan

(38)

Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian

yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi

kerangka dan pedoman penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka, memaparkan mengenai sumber-sumber buku dan

sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan.

Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai Abdul

Muis dan perkembangan sastra pada masa pergerakan nasional

Bab III Metode Penelitian, merupakan bab yang isinya menerangkan

mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan

penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalah yang

sedang dikaji oleh penulis. Diantaranya heuristic yaitu proses pengumpulan

data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Setelah heuristik dilakukan

kritik yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah

sebelumnya sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik,

lalu interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring,

dan tahap akhir yaitu historiografi yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan

yang enak dibaca dan mudah dimengerti.

Bab IV Pembahasan, di dalamnya penulis akan mendeskripsikan mengenai

peran Abdul Muis dalam bidang sastra pada masa Pergerakan Nasional. Dalam

bab ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub-bab yang pertama membahas

mengenai kiprah Abdul Muis dalam Pergerakan Nasional dari tahun 1912-1928.

Kedua, mendeskripsikan latar belakang dan faktor yang mempengaruhi beralihnya

(39)

membahas mengenai dampak hasil karya Abdul Muis dalam perjuangan pada

masa Pergerakan Nasional dan, analisis hasil karya Abdul Muis yaitu novel Salah

Asuhan dan Surapati dibantu dengan pendekatan sosiologi sastra.

Bab V Kesimpulan, merupakan bab terakhir yang berisikan beberapa

kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti dari

pembahasan pada bab-bab sebekumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan

penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Serta

rekomendasi apa yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan

permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang

menjadi kesimpulan atas penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap

permasalahan penelitian tersebut meliputi, peran Abdul Muis pada masa

Pergerakan Nasional, faktor berpindahnya Abdul Muis dari bidang politik ke

bidang sastra, serta dampak hasil karya Abdul Muis terhadap perkembangan sastra

pada masa Pergerakan Nasional.

Peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional dimulai saat menjadi

seorang politikus yang berkecimpung pada pentas politik nasional melalui wadah

organisasi pergerakan yaitu Sarekat Islam (SI). Abdul Muis bergabung dengan SI

pada tahun 1913 dalam SI cabang Bandung atas ajakan Tjokroaminoto. Sebelum

bergabung dengan SI, Abdul Muis mempunyai latar belakang sebagai seorang

jurnalis, dan sempat bekerja pada beberapa surat kabar seperti Preanger Bode,

Bintang Hindia, Kaum Muda, dan Neraca. Setelah aktif dalam karier sebagai

jurnalis Abdul Muis aktif dalam pentas politik nasional. Dalam kiprahnya di SI

dapat di lihat beberapa peran Abdul Muis dalam masa Pergerakan Nasional, yaitu

Abdul Muis lebih memilih kooperatif dengan Belanda, hal tersebut tidak terlepas

dari kepentingan nasional yang selalu diutamakannya. Sikap kooperatif di pilih

Abdul Muis, karena memiliki anggapan bahwa untuk menempuh jalur perang

(41)

Pada tahun 1916 Abdul Muis tepilih sebagai wakil presiden dari CSI

(Central Sarekat Islam). Pada tahun yang sama Abdul Muis ikut bagian dalam

komite yang dibentuk Belanda yang bernama Komite Indie Weerbar dimana tugas

dari komite ini adalah untuk menyampaikan secara langsung kepada Ratu Belanda

mengenai keinginan yang hendak dicapai oleh para Bumiputera. Dengan

bergabungnya Abdul Muis dalam komite ini, ia berhasil mendesak pemerintah

Belanda untuk segera membentuk Dewan Rakyat (Voolksraad), dalam bidang

pendidikan Abdul Muis berhasil menegosiasikan untuk didirikannya sekolah

tinggi teknik di Hindia Belanda yang kemudian didirikan dengan nama

Technische Hogeschool (THS) di Bandung pada tahun 1920.

Abdul Muis terpilih sebagai anggota Volksraad pada tahun 1918, dengan

haluan politik yang bersifat kooperatif, Abdul Muis melihat Volksraad sebagai

lembaga resmi yang dapat dijadikan sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi

mengenai kesejahteraan rakyat. Dengan Volksraad maka aspirasi tersebut dapat

terdengar bahkan hingga ke negeri Belanda di mana terdapat orang-orang yang

simpati terhadap perjuangan para Bumiputera, sehingga proses pergerakan

Indonesia mencapai kemerdekaan akan semakin cepat. Namun Abdul Muis juga

tidak memungkiri bahwa Volksraad juga belum maksimal dalam menjalankan

tugasnya. Bergabungnya Abdul Muis sebagai seorang anggota SI ke dalam

Volksraad mendapat penentangan dari pihak komunis yang terdapat dalam tubuh

SI. Pertentangan Abdul Muis dengan pihak komunis ini, menjadi salah satu faktor

pemecah dalam tubuh SI, sehingga SI yang memiliki massa cukup banyak

(42)

pengaruh komunis dalam SI ini maka Abdul Muis mengusulkan adanya disiplin

partai yang mengatur kerangkapan anggota. Hal ini menandai bahwa SI sudah

masuk ke dalam struktrur organisasi modern pada masa Pergerakan Nasional, dan

Abdul Muis ikut berperan di dalamnya. Secara tidak langsung hal ini

mempengaruhi jalannya Peregerakan Nasional, dengan semakin banyaknya

pemogokan-pemogokan yang dipengaruhi pihak komunis, sehingga pemerintah

Belanda lebih bersikap represif terhadap pergerakan yang dilakukan oleh para

Bumiputera.

Selanjutnya Abdul Muis lebih memilih dalam bidang sastra pada masa

Pergerakan Nasional. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berhentinya

Abdul Muis dari bidang politik dan lebih memilih pada bidang sastra. Faktor yang

pertama adalah adanya peristiwa pemogokan organisasi Persatuan Pegawai

Pegadaian Bumiputera (PPPB) pada tahun 1922. Dampak dari pemogokan ini

adalah Abdul Muis ditangkap oleh Belanda karena dianggap bertanggung jawab

terhadap peristiwa ini. Abdul Muis yang pada saat itu menjabat sebagai pelaksana

tugas ketua, karena ketua PPPB pada saat itu Tjokroaminoto sedang menghadapi

proses peradilan. Setelah keluar dari proses penangkapan akibat peristiwa ini,

Abdul Muis dikeluarkan dari kepengurusan PPPB. Dia dianggap gagal dalam

mempersatukan organisasi PPPB sehingga terpecah dan juga dianggap tidak

mampu mencegah terjadinya peristiwa pemogokan yang dilakukan oleh anggota

PPPB. Anggapan kegagalan tersebut tidak hanya muncul dari para anggota namun

(43)

peradilan. Hal ini menyebabkan Abdul Muis kecewa dan akhirnya memutuskan

untuk berhenti dari pentas perpolitikan nasional.

Faktor yang kedua adalah adanya pengusiran dari daerah asal Abdul Muis

yaitu Sumatera Barat. Pengusiran ini terjadi karena kedatangan Abdul Muis ke

Padang pada tahun 1923, membuat Pemerintah Belanda khawatir terjadi peristiwa

serupa seperti yang terjadi di Toli-toli, di mana kehadiran Abdul Muis di sana

dapat memicu kesadaran rakyat akan kebijakan pemerintah. Kehadiran di Padang

tersebut juga berpengaruh terhadap tidak terpilihnya Abdul Muis menjadi

pengurus pusat CSI karena tidak hadir pada saat pemilihan pada tahun 1923. Hal

ini membuat Abdul Muis kehilangan wadah organisasi yang dijadikan sebagai

tempat berkiprah dalam pentas poltik nasional, hal tersebut membuat Abdul Muis

berpindah haluan dari bidang politik menjadi seorang sastrawan. Pengusiran dari

Sumatera Barat juga berdampak secara emosional, dimana Abdul Muis yang

seorang putera daerah Sumatera Barat tidak boleh lagi ke tempat dia berasal,

sehingga berpengaruh juga terhadap beralihnya Abdul Muis dari bidang politik ke

bidang sastra.

Faktor yang ketiga adalah adanya kekecewaan terhadap sosok

Tjokroaminoto. Pertentangan Abdul Muis dengan Tjokroaminoto meliputi

pertama yaitu sikap keduanya dalam menyikapi pihak komunis yang masuk ke

dalam tubuh SI. Abdul Muis lebih memilih bertentangan dengan pihak komunis,

karena dianggap dapat menghancurkan tubuh SI, sedangkan Tjokroaminoto

bersikap lebih tidak mempermasalahkan hal tersebut, dan lebih memilih untuk

(44)

diantara keduanya terus berlanjut yaitu mengenai peristiwa pemogokan PPPB,

Tjokroaminoto mengambil sikap menyalahkan Abdul Muis atas terjadinya

peristiwa tersebut. Hal ini membuat Abdul Muis merasa kecewa terhadap sosok

Tjokroaminoto. Selanjutnya kekecewaan Abdul Muis terhadap Tjokroaminoto

yaitu karena sikap Tjokroaminoto yang tidak bereaksi atas di keluarkannya

peraturan Passenstelsel terhadap Abdul Muis. Hubungan Abdul Muis yang

‘renggang’ dengan Tjokroaminoto menjadi salah satu faktor berhentinya Abdul

Muis dari bidang politik dan lebih memilih bidang sastra.

Faktor keempat beralihnya Abdul Muis dari bidang politik dan memilih

bidang sastra adalah latar belakang Abdul Muis sebagai seorang jurnalis. Latar

belakang sebagai jurnalis menjadi salah satu faktor Abdul Muis memilih bidang

sastra setelah berhenti dari bidang politik karena pada masa Pergerakan Nasional,

sastrawan lebih banyak berasal dari seorang guru dan jurnalis. Selain itu profesi

sebagai sastrawan pada masa itu menjanjikan kemapanan secara ekonomi,

sehingga dari sini dapat juga disimpulkan bahwa salah satu faktor Abdul Muis

memilih bidang sastra setelah berhenti dari bidang politik karena faktor ekonomi.

Dampak hasil karya sastra Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada

masa Pergerakan Nasional, meliputi beberapa hal. Pertama yaitu penggunaan

bahasa Indonesia dalam karya Abdul Muis membawa dampak pada

berkembangnya sastra Indonesia Modern pada masa itu. Karena sebelum

perkembangan sastra Indonesia modern pada masa Pergerakan Nasional, bahasa

yang digunakan dalam karya sastra lebih banyak berbahasa lokal, sehingga

(45)

Indonesia dalam karya Abdul Muis mempengaruhi perkembangan karya sastra

yang menggunakan bahasa Indonesia menjadi lebih banyak dan menjadi dasar

berkembangnya periode perkembangan sastra selanjutnya yaitu periode Pujangga

Baru.

Selanjutnya dampak yang dihasilkan dari karya Abdul Muis terhadap

perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional yaitu tema yang diambil

Abdul Muis dalam karyanya tidak lagi mengangkat mengenai masalah sosial yang

terjadi dalam satu budaya saja, misalnya mengenai kawin paksa, dan masalah

dalam lingkungan adat lainya. Namun Abdul Muis mengangkat mengenai realitas

sosial yang terjadi karena adanya interaksi antara budaya lokal (pribumi) dengan

Barat (Belanda) dan di dalam karyanya Abdul Muis memasukan pengalaman

pribadinya saat berinteraksi denga kebudayaan Barat tersebut. Selain itu Abdul

Muis juga mengangkat mengenai kehidupan seorang pahlawan yang melawan

Belanda jauh sebelum masa Pergerakan Nasional, hal ini memberikan gambaran

perjuangan yang harus diambil oleh para Bumiputera pada masa Pergerakan

Nasional. Dari tema yang diambil tersebut berdampak pada perkembangan

karya-karya sastra selanjutnya pada masa Pergerakan Nasional, dimana karya-karya yang

dihasilkan lebih banyak mengangkat realitas sosial dengan interaksi antara satu

budaya dengan budaya yang lainnya.

Dampak dari hasil karya Abdul Muis tidak hanya pada perkembangan

sastra pada masa Pergerakan Nasional, tapi juga terhadap perkembangan politik

pada masa itu. Salah satu karya Abdul Muis yang muncul pada tahun 1928 yaitu

(46)

perkembangan Pergerakan Nasional, yaitu Sumpah Pemuda. Novel Salah Asuhan

yang berisikan pesan mengenai mentalitas serta identitas sebagai orang Indonesia

yang harus dimiliki oleh para Bumiputera. Mentalitas dan indentitas yang terdapat

dalam novel Abdul Muis tersebut memberikan pengaruh terhadap sikap para

Bumiputera dalam menanggapi hal tersebut, maka terwujud dalam hasil keputusan

sumpah pemuda mengenai tiga hal yaitu tanah air, kebangsaan serta bahasa

Indonesia.

5.2 Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa rekomendasi untuk

tujuan mengembangkan materi ajar sejarah di sekolah. Tema yang peneliti ambil

berhubungan dengan materi sejarah kelas XI baik jurusan IPA, IPS dan Bahasa.

Pembahasan mengenai peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional dapat

mengembangkan materi pada kelas IPA dan IPS. Karena dari hasil penelitian yang

peneliti dapat, ada beberapa hal yang dapat dikembangkan dalam materi, yaitu

mengenai peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional. Terutama mengenai

sikap dan pola perjuangan Abdul Muis berpengaruh pada Pergerakan Nasional.

Jadi para siswa tidak hanya mengenal tokoh-tokoh Pergerakan Nasional yang

selama ini banyak dibahas, seperti Tjokroaminoto, Agus Salim, Tjipto

Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara, tapi siswa juga diperkenalkan bahwa

ada sosok bernama Abdul Muis yang mempunyai pengaruh seperti tokoh-tokoh di

atas. Selain itu nilai yang terkandung dari apa yang dilakukan Abdul Muis dapat

(47)

berjuang dengan tulisan, dan sikap berani berbicara dalam membela kepentingan

rakyat.

Pada pembahasan mengenai dampak karya Abdul Muis terhadap

perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional, hal ini dapat dikembangkan

dalam materi sejarah kelas XI jurusan Bahasa. Dimana pembahasan ini dapat

menguraikan bagaimana karya seorang sastrawan yang berawal sebagai seorang

politikus lalu berubah haluan menjadi seorang sastrawan yang membuat karya

berupa novel di mana di dalamnya terdapat sebuah realitas sosial, dan hal tersebut

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

Azmi. (1982). Abdul Muis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Cahyono. (2003). Perburuhan dari Masa ke Masa: Jaman Kolonial Hindia

Belanda sampai Orde Baru (Indonesia-1998), dalam H.D Oey (Eds)

Gerakan Serikat Buruh: Jaman Kolonial Hindia Belanda Hingga Orde Baru. Jakarta: Hasta Mitra

Damono, D. S. (1979). Novel Sastra Indonesia sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Damono, D. S. (1978). Ringkasan Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Proyek

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.

Jakarta: Depdikbud.

Emdeman. (1986). Dr Cipto Mangunkusumo: Pahlawan Pergerakan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: P.T Delta Pamungkas.

Esten, M. (1984). Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa

Foulcher, K. (2010). “Biografi, Sejarah dan Novel Indonesia: Membaca Salah

Asuhan”. Jurnal Terjemahan Alam & Tamadun Melayu. 2, (1), 29-48

Gambar

Gambar 4.1   Kapal SS Sindoro yang membawa delegasi Komite Indie Weerbar
Tabel 4.1 Komposisi Keanggotaan Volksraad…………………………………

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pencampaian konsep meliputi tingkat konkret, tingkat indetitas, tingkat klasifikasi dan tingkat formal. Tingkat konkret dicapai siswa setelah mengenal benda

Hasil analisis terhadap aktivitas antioksidan dari ekstrak kasar ( crude extract ) daging buah sentul matang pada penelitian ini menunjukkan hasil positif dan cukup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dilengkapi media kartu soal terhadap hasil belajar kimia

Berdasarkan pengamatan penumpang BRT Trans Semarang Koridor II mayoritas merupakan penumpang dari bus dan angkutan kota yang beralih menggunakan BRT Trans

Dalam kasus ini Slamet Santoso bin Mardi telah melanggar hukum pidana sebagaimana yang telah diatur dalam sumber hukum tertulis, yaitu Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 2001 tentang

Dalam sequence diagram Belajar Grammar akan didapat sejumlah informasi dari kegiatan belajar Grammar pada Aplikasi e-learning, User atau pengguna umum dapat belajar materi

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis hubungan penggunaan KB hormonal dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Kejaksan

Obat yang potensinya rendah dalam menghambat COX-1, yang berarti memiliki rasio aktivitas COX-2/ COX-1 lebih rendah, akan mempunyai efek sebagai anti inflamasi dengan efek