• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Program Bimbingan Perencanaan Karir Bagi Siswa SMA Kelas XI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Program Bimbingan Perencanaan Karir Bagi Siswa SMA Kelas XI."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Asumsi Penelitian ... 8

F. Tinjauan Teoritik ... 9

G. Metode Penelitian ... 12

H. Teknik Analisis Data ... 13

I. Sampel Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Karakteristik Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Menengah Atas ... 15

1. Pengertian, Tujuan, Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas ... 15

2. Pendekatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Manengah Atas ... 18

3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah Manengah Atas ... 19

B. Bimbingan Karir dan Perencanaan Karir Sebagai Fokus Pengembangan Program Bimmbingan dan Konseling ... 35

1. Makna, Tujuan dan Prinsip-prinsip Bimbingan Karir ... 35

2. Perencanaan Karir Sebagai Bagian Dari Pelaksanaan Bimbingan Karir di Sekolah ... 42

3. Karakteristik Kematangan Karir Remaja ... 56

4. Masalah-Masalah Karir yang Sering Terjadi Pada Remaja ... 62

C. Bimbingan Kelompok Sebagai Metode dan Teknik Pada Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling ... 65

1. Pengertian dan Tujuan dari Bimbingan Kelompok ... 65

2. Komponen Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kelompok .. 69

3. Bentuk-Bentuk Bimbingan Kelompok ... 71

(2)

A. Penelitian Tindakan ... 82 B. Populasi Dan Sampel Untuk Analisis Kebutuhan Siswa ... 86 C. Pengembangan Instrumen Perencanaan Karir Siswa SMA Kelas

XI ... 90 D. Proses Penyusunan Program Bimbingan Perencanaan Karir Siswa

SMA Kelas XI ... 97 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Tentang Perencanaan Karir Siswa SMA Kelas XI di

Kabupaten Serang ... 105 B. Perencanaan Karir Siswa Dimasing-masing Sekolah ... 107 C. Perencanaan Karir Siswa Ditinjau Dari Program Studi IPA / IPS .... 116 D. Program Bimbingan Perencanaan Karir ... 121 E. Efektivitas Program ... 141 F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 189 B. Rekomendasi ... 190

(3)

1. SK Pembimbing ... 195

2. Surat Izin Penelitian ... 197

3. Kisi-kisi instrument sebelum Uji Validitas ... 203

4. Kisi-kisi instrument Sesudah Uji Validitas ... 209

5. Hasil Perhitungan instrument perencanaan Karir ... 213

6. Rekap Skor Sampel ... 234

7. Data Rekap Skor Ganjil ... 244

8. Data Skor Genap ... 249

9. Data Skor Pada Aspek 1 ... 254

10. Data Skor pada Aspek 2 ... 249

11. Data Skor Aspek 3 ... 266

12. Data Rekap Kelas IPA / IPS ... 270

13. Data Rekap Per Sekolah ... 276

14. Populasi Penelitian ... 287

15. Instrumen Validasi Program Perencanaan Karir ... 284

16. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan Dan Konseling ... 290

17. Materi Siklus 1 ”Mempelajari Kategori Karir” ... 292

18. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan Dan konseling ... 296

19. Materi Siklus 2 “Mengetahui Apa Yang Penting bagiku” ... 299

20. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan Dan konseling ... 307

21. Materi siklus 3 “Mengetahui Pekerjaan Idamanku” ... 309

22. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan Dan konseling ... 312

23. Materi Siklus 4 “Membangun Tangga Karir” ... 314

(4)

Tabel Hal

1.1 Nama Sekolah Dan Jumlah Siswa Yang Dijadikan Sampel ... 14

2.1 Perbedaan 3 Modus BK Kelompok ... 46

2.2 Karakteristik Perkembangan Karir Remaja ... 74

3.1 Nama Sekolah dan Jumlah Siswa Yang Dijadikan Sampel ... 92

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Perencanaan Karir ... 95

3.3 Pola Penskoran Instrumen ... 96

3.4 Hasil Uji Coba Validitas ... 98

3.5 Reliability Statistik ... 99

3.6 Kriteria koefisien Reliabilitas ... 101

3.7 Materi Layanan Perencanaan Karir Bagi Siswa SMA Kelas XI .... 103

4.1 Rekap Perencanaan Karir Berdasarkan Aspek ... 110

4.2 Profil Perencaan Karir Ditinjau Dari Masing-masing Sekolah ... 111

4.3 Rekap Perencanaan Karir Berdasarkan Aspek Di SMA Negeri 1 ciruas ... 112

4.4 Rekap Perencanaan Karir Berdasarkan Aspek Di SMA Negeri 1 Kramatwatu ... 113

4.5 Rekap Perencanaan Karir Berdasarkan Aspek Di SMA Negeri 1 Pabuaran ... 114

4.6 Rekap Perencanaan Karir Berdasarkan Aspek Di SMA Negeri 1 Cikande ... 116

4.7 Rekap Perencanaan Karir Siswa Kelas XI Berdasarkan Program Studi IPA / IPS ... 117

4.8 Rekap Perencanaan Karir Siswa Kelas XI Berdasarkan Program Studi IPA / IPS Ditinjau Dari Aspek ... 117

4.9 Materi Layanan Responsif Perencanaan Karir Bagi Siswa Kelas XI ... 129

4.10 Program Perencanaan Karir Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa ... 136

4.11 Perbandingan Hasil Instrumen Pada Tahap Pre-Test dan Post-Test ... 162

4.12 Perbandingan Skor Responden Pada Pre-test dan Post-Test ... 163

4.13 Hasil Uji T bagi Data Pada Tabel 4.12 Dengan Menggunakan SPSS Versi 13 ... 164

4.14 Hasil Uji T Berdasarkan Aspek Analisis Diri ... 165

4.15 Hasil Uji T Berdasarkan Aspek Analisis Pekerjaan ... 166

(5)

2.1 Alur Layanan Bimbingan Dan konseling ... 42 3.1 Siklus PElaksanaan Penelitian Tindakan Menurut Kemmis dan

Taggart ... 87 4.1 Lembar Kerja yang Digunakan Pada Siklus 1 ... 144 4.2 Instrumen Tangga Karir Yang Digunakan Pada Siklus 3 ... 158 4.3 Langkah-langkah Perubahan Sikap Menurut Model Hovland,

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam

perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

merupakan tujuan utama dari perencanaan karir yang harus ditempuh oleh setiap

individu. Sedangkan keputusan yang diambil seseorang mengenai aspek-aspek

karir yang akan ditempuh itu tidak lepas dari pertimbangannya terhadap berbagai

faktor yang ada dalam tatanan kehidupan masyarakat yang merupakan sumber

nilai dan tempat tersedianya berbagai hal yang dapat dimanfaatkan oleh individu

bagi pengembangan dirinya.

Ada berbagai keresahan menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam

mempersiapkan karirnya masih rendah, hal tersebut tampak dalam berbagai

masalah baik yang berkaitan dengan pemilihan jenis studi lanjutan, pemilihan

rencana pekerjaan, maupun yang berkaitan dengan ketidaksiapan para lulusan

SMA dan sekolah kejuruan dalam memasuki pendidikan lanjutan atau dunia kerja.

Keresahan ini memberikan isyarat bagi dunia pendidikan (terutama dalam

hal ini sekolah menengah), untuk mengembangkan siswa dalam merencanakan

karirnya, baik melalui kegiatan-kegiatan instruksional maupun kegiatan

bimbingan dan konseling.

Bimbingan karir tidak hanya sekedar memberikan respon kepada

(8)

sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Bimbingan karir

menitikberatkan pada perencanaan kehidupan seseorang dengan

mempertimbangkan keadaan dirinya dengan lingkungannya agar ia memperoleh

pandangan yang lebih luas tentang pengaruh dari segala peranan positif yang

layak dilaksanakannya dalam masyarakat. Oleh karena itu, penggunaan istilah

karir didalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian

kegiatan dalam mencapai tujuan hidup seseorang.

Seorang siswa dalam kehidupannya akan dihadapkan pada sejumlah

alternatif, baik yang berhubungan dengan kehidupan pribadi, sosial, belajar

maupun karirnya. Namun, adakalanya siswa mengalami kesulitan untuk

mengambil keputusan dalam menentukan alternatif mana yang seharusnya

dipilih. Salah satunya adalah kesulitan dalam pengambilan keputusan yang

berkenaan dengan rencana-rencana karir yang akan dipilihnya kelak. Mereka

dihadapkan dengan sejumlah pilihan dan permasalahan tentang rencana karirnya.

Diantaranya, mereka mempertanyakan, dari sejumlah jenis pekerjaan yang ada,

pekerjaan apa yang paling cocok untuk saya kelak setelah menamatkan

pendidikan ?

Dalam sebuah artikel surat kabar menyebutkan bahwa banyak diantara

lulusan SMA yang mengalami kegagalan dalam hal mempersiapkan mental dan

kepribadian ketika memasuki dunia kerja. (Tersedia pada situs:

http://kompas.com/kompascetak). Hal ini menunjukkan bahwa, pada

kenyataannya siswa SMA seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat

(9)

siswa dalam bekerja disebabkan karena pada umumnya siswa SMA tidak

memiliki keterampilan khusus seperti siswa SMK.

Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan mengatakan bahwa kontribusi jumlah angka pengangguran pada

lulusan tingkat SMA lebih tinggi dibandingkan lulusan pada jenjang pendidikan

lainnya dengan persentase 13,44%. Menurutnya, besarnya angka pengangguran

yang dihasilkan SMA itu sebagai akibat dari tidak maksimalnya kompetensi yang

dimiliki siswa lulusan SMA untuk memasuki dunia kerja. Ia juga menyatakan

bahwa banyak lulusan SMA tidak memiliki jiwa kewirausahaan dan motivasi

untuk membuka usaha sendiri. (Tersedia pada situs:

http://www.utara.dikmentidki.go.id)

Fenomena ketidaksiapan siswa dalam memasuki dunia kerja juga terjadi

pada siswa SMA di Kabupaten Serang, contohnya seperti yang terjadi pada siswa

SMA Negeri 1 Ciruas. Minat siswa untuk melanjutkan keperguruan tinggi

sangatlah minim, pada umumnya mereka cenderung lebih memilih untuk bekerja.

Namun, ketika ditanya “akan bekerja dimana dan menjadi apa?” mereka masih

kebingungan dan tidak memiliki arah yang pasti. Mereka hanya mengandalkan

keterampilan seadanya dengan pengetahuan tentang dunia kerja yang minim.

Sejalan dengan hal ini, Syamsu (2006: 25-27) mengemukakan hasil

penelitian yang pernah dilakukannya terhadap para siswa di beberapa SMK di

Jawa Barat pada tahun 1997 tentang masalah-masalah yang dihadapi siswa SMK.

(10)

1. Kurang mengetahui cara memilih program studi;

2. kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir;

3. bingung dalam memilih pekerjaan; dan

4. belum memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu jika setelah lulus tidak

memasuki dunia kerja.

Hasil pemotretan yang melalui wawancara yang pernah dilakukan peneliti

pada beberapa orang siswa di sekolah yang menjadi sampel penelitian,

menyimpulkan bahwa pada umumnya mereka (siswa kelas XI) masih merasa

kebingunggan akan melanjutkan kemana setelah lulus SMA ini. Selain itu,

pemberian layanan bimbingan karir yang diterima siswa dirasa belum optimal.

Hal ini ditandai dengan masih minimnya pengetahuan siswa mengenai informasi

karir, baik yang berhubungan dengan dunia kerja maupun yang informasi

mengenai jurusan yang ada diperguruan tinggi.

Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karir akan dapat dihindari

manakala siswa memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang

berhubungan dengan dunia karirnya. Untuk itulah, mereka seyogyanya

mendapatkan bimbingan guna memperoleh pemahaman yang memadai tentang

berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik tentang bakat, minat, cita-cita,

berbagai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini,

tentunya tidak cukup hanya sekedar memahami diri. Namun juga harus disertai

dengan pemahaman akan kondisi yang ada dilingkungannya, seperti kondisi

sosio-kultural, pasar kerja, persyaratan, jenis dan prospek pekerjaan, serta hal-hal

(11)

mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karir yang akan

ditempuhnya kelak.

Pemberian pelayanan bimbingan karir sangat diperlukan sekali, hal ini

dimaksudkan agar potensi yang dimiliki oleh peserta didik dapat dikembangkan

secara optimal. Selain itu, program bimbingan dapat diarahkan untuk menjaga

terjadinya keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan intelektual,

emosional dan sosial.

Selain itu melalui program bimbingan diharapkan dapat mencegah dan

mengatasi potensi-potensi negatif seperti peserta didik akan mudah frustasi karena

adanya tekanan dan tuntutan untuk berprestasi, peserta didik menjadi terasing atau

agresif terhadap orang lain karena sedikit kesempatan untuk membentuk

persahabatan pada masanya, ataupun kegelisahan akibat harus menentukan

keputusan karir lebih dini dari biasanya (Semiawan, 1997).

Program Bimbingan Karir bertujuan untuk membantu siswa dalam

merencanakan karier di masa mendatang. Melalui program bimbingan karir

diharapkan karir yang dipilih siswa sesuai dengan bakat, minat, dan nilai-nilai

yang dijunjung tinggi. Jika orang memperoleh karir yang tepat, maka hidup orang

akhirnya akan bahagia. Dan kebahagiaan adalah tujuan hidup semua orang. Oleh

sebab itu bimbingan karir sejak usia dini merupakan bagian yang tak terpisahkan

(12)

B. Rumusan Masalah

Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia,

maka sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari

depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karir

yang berkelanjutan.

Berangkat dari pemikiran dan fenomena yang telah dijelaskan dalam latar

belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah apakah program

bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan perencanaan karir bagi siswa

SMA kelas XI efektif?, adapun pertanyaan penelitian yang akan diungkap dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil perencanaan karir siswa SMA kelas XI di Kabupaten

Serang ?

2. Bagaimana profil perencanaan karir siswa di masing-masing sekolah?

3. Bagaimana profil perencanaan karir siswa SMA kelas XI di Kabupaten

Serang jika ditinjau dari program studi masing-masing (IPA/IPS)?

4. Bagaimana rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan

kematangan perencanaan karir bagi siswa SMA kelas XI di Kabupaten

Serang?

5. Apakah program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan

perencanaan karir bagi siswa SMA kelas XI di Kabupaten Serang yang dibuat

(13)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Memperoleh profil perencanaan karir siswa SMA kelas XI di Kabupaten

Serang

2. Memperoleh profil perencanaan karir siswa di masing-masing sekolah

3. Memperoleh profil perencanaan karir siswa SMA kelas XI di Kabupaten

Serang jika ditinjau dari program studi masing-masing (IPA/IPS)

4. Memperoleh rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan

kematangan perencanaan karir bagi siswa SMA kelas XI di Kabupaten

Serang

5. Mengetahui efektivitas program bimbingan karir untuk meningkatkan

kematangan perencanaan karir bagi siswa SMA kelas XI di Kabupaten

Serang

D. Manfaat Penelitian

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

keilmuan bimbingan dan konseling, terutama yang berkaitan dengan

pengembangan program bimbingan karir dalam konteks peningkatan kualitas

pendidikan.

Secara praktis, pelaksanaan bimbingan konseling di SMA pada umumnya

belum dapat memberikan pengaruh yang cukup signifikan untuk meningkatkan

kualitas lulusan SMA terutama dalam mempersiapkan siswanya menuju dunia

(14)

para guru pembimbing di lingkungan sekolah, terutama bagi mereka yang bukan

berlatar belakang pendidikan Bimbingan dan Konseling, untuk dapat memberikan

bantuan layanan bimbingan karir yang dapat membantu siswanya untuk

mempersiapkan diri menuju dunia kerja.

E. Asumsi Penelitian

Bimbingan karir di tingkat sekolah menengah atas, baik SMA ataupun

SMK, disebutkan secara nyata untuk diselenggarakan di sekolah sejak

diberlakukannya kurikulum tahun 1984. Tujuan diselenggarakannya bimbingan

karir di sekolah adalah untuk membantu siswa dalam membentuk identitas diri,

merencanakan masa depan, membentuk pola karir serta mengenal keterampilan,

kemampuan, dan minat dirinya sehinga siswa mampu mengambil keputusan karir

secara matang. Asumsi yang melatar belakangi pentingnya bimbingan karir bagi

siswa SMA adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan karir adalah suatu tingkatan perkembangan karir yang

disesuaikan dengan tugas perkembangan yang menunjukkan kemampuan

seseorang dalam membuat pilihan karir yang tepat, realistik dan konsisten.

2. Tingkat perencanaan karir seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

variable seperti usia, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, etnis, intelegensi,

sejarah keluarga, nilai dan budaya lingkungan.

3. Bimbingan karir bertujuan untuk membantu siswa agar memperoleh

pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses mempersiapkan diri untuk

(15)

F. Tinjauan Teoritik

1. Bimbingan Karir di SMA

Bimbingan karir tidak hanya sekedar memberikan respon kepada

masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah

karir didalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian

kegiatan dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Bimbingan karir

menitikberatkan pada perencanaan kehidupan seseorang dengan

mempertimbangkan keadaan dirinya dengan lingkungannya agar ia memperoleh

pandangan yang lebih luas tentang pengaruh dari segala peranan positif yang

layak dilaksanakan dalam masyarakat.

Peran dan tugas konselor tidak hanya sekedar membimbing siswa dalam

menentukan pilihan-pilihan karirnya, tetapi dituntut untuk membimbing siswa

agar dapat memahami diri dan lingkungannya dalam rangka perencanaan karir

dan penetapan karir pada kehidupan masa mendatang. Dalam perkembangannya,

sejalan dengan kemajuan dalam bidang teknologi informasi dewasa ini,

bimbingan karir merupakan salah satu bidang bimbingan yang telah berhasil

mempelopori pemanfaatan teknologi informasi, dalam bentuk cyber counseling.

Terkait dengan penjabaran kompetensi dan materi layanan bimbingan dan

(16)

1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang

hendak dikembangkan.

2. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya dan karir yang

hendak dikembangkan pada khususnya.

3. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA.

5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan

yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak

dikembangkan.

6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan; pelatihan diri untuk

keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan,

industri) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan

yang bersangkutan. (Muslihudin, dkk, 2004)

2. Perencanaan Karir

Popon Syarif (1985 : 10) mengemukakan bahwa perencanaan karir

mencakup perencanaan membina karir untuk mempersiapkan seseorang

memasuki dunia pekerjaan. Pekerjaan merupakan tempat berpijak untuk

mengaktualisasikan diri, yaitu mampu mandiri dan membangun lingkungannya.

Kemandirian itu hanya dapat dicapai melalui suatu perencanaan yang tepat dan

(17)

Pandangan yang luas dari teori trait and factor menunjukkan bagaimana

kesemua itu dapat digunakan untuk mengkonseptualisasikan perkembangan karir.

Parson (Sharf, 1992 : 18) mengkarakterisasikan tahap pertama dari pilihan karir

adalah manfaat dari “pemahaman diri, sikap, minat kemampuan, minat ambisi,

sumber daya dan penyebabnya”. Pada tahap ini, bakat, prestasi, minat, nilai dan

kepribadian untuk merefleksikan lima tipe dari perkiraan yang muncul sebagai

sesuatu yang penting pada konseling karir. Tahap kedua adalah mendapatkan

“pengetahuan dan syarat dari kondisi kesuksesan, keuntungan dan

ketidakuntungan, kompetisasi, kesempatan dan prospek dalam jalur karir yang

berbeda.” Pada tahap ini didiskusikan bagaimana konselor dapat membantu

konseli dalam mendapatkan pengetahuan tentang karir. Tahap ketiga, menurut

Parson adalah bahwa sebuah pilihan karir dibuat atas dasar pilihan yang benar,

yaitu dengan menghubungkan antara keadaan diri dengan pengetahuan tentang

lingkungan kerja”. Pada tahap ini pertimbangan integrasi informasi tentang diri

dan dunia kerja, memberikan fokus yang tidak dibatasi untuk penggunaan

kemampuan kognitif tetapi juga refleksi kemampuan diri.

3. Efektivitas Program Perencanaan Karir

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai

dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (Tersedia pada situs:

(18)

“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase

target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.

Sedangkan pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono

(Tersedia pada situs: http://dansite.wordpress.com) adalah seberapa besar tingkat

kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.

Dari pengertian-pengertian efektifitas di atas dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan efektifitas program perencanaan karir adalah suatu ukuran

yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah

dicapai oleh siswa dalam meningkatkan kematangan karirnya.

G. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan metode penelitian tindakan.

Menurut Gunawan (2007), penelitian tindakan adalah kegiatan dan atau

tindakan perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya

digarap secara sistematik dan sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya

mencapai tingkatan riset. Penelitian tindakan juga merupakan proses yang

mencakup siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback);

bukti (evidence); dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang.

Penelitian tindakan ditujukan untuk memberikan andil pada pemecahan masalah

(19)

ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam rangka kerja etis yang saling

berterima. Proses penelitian bersifat dari waktu ke waktu, antara “finding” pada

saat penelitian, dan “action learning”. Dengan demikian penelitian tindakan

menghubungkan antara teori dengan praktek.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka penelitian ini

menggunakan metode penelitian tindakan. Metode ini dipilih karena penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasikan dan

mengambil suatu generalisasi dari pengamatan mengenai penggunaan teori trait

dan faktor dalam membuat program perencanaan karir yang tepat bagi siswa SMA

kelas XI .

H. Teknik Analisis Data

Analisis dan interpretasi data diperlukan untuk merangkum apa yang telah

diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, ajeg, dan benar.

Analisis dan interpretasi data juga diperlukan untuk memberikan jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian tindakan yang berupaya

memberikan atau mendeskripsikan bagaimana tingkat perencanaan karir siswa

dalam upaya mempersiapkan siswa menuju dunia pendidikan tinggi ataupun

dunia kerja. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan Instrumen

Perencanaan Karir yang dirumuskan berdasarkan teori bimbingan karir yang

(20)

instrumen pokok penelitian yang dirumuskan berdasarkan teori para ahli yang

membahas tentang perencanaan karir siswa.

I. Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA yang berada di Kabupaten Serang

Propinsi Banten.

Untuk memperoleh gambaran tentang kebutuhan siswa kelas XI yang

berkaitan dengan perencanaan karirnya, penelitian ini mengambil sampel di

sekolah yang berada di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Serang.

Secara rinci kegiatan penelitian ini dilakukan pada sekolah-sekolah berikut ini:

Tablel 1.1

Nama Sekolah dan Jumlah Siswa Yang Dijadikan

Sampel Penilitian

No. Nama Sekolah Jumlah siswa

IPA IPS

1. 2. 3. 4.

SMA Negeri 1 Ciruas SMA Negeri 1 Kramatwatu SMA Negeri 1 Pabuaran SMA Negeri 1 Cikande

31 32 30 37

30 30 33 33

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Penelitian Tindakan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena (1) pendekatan kuantitatif sebagai

pendekatan ilmiah yang didesain untuk menjawab pertanyaan penelitian secara

spesifik dengan menggunakan angka statistik, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran sampai penyajian hasilnya; (2) dalam menyusun alat pengumpul data

berangkat dari suatu teori yang kemudian dikembangkan menjadi konstruk

instrument yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data; dan (3) pada

penelitian ini sampel yang ditarik berasal dari populasi.

Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan dalam mengembangkan program

perencanaan karir berdasarkan penafsiran yang dilakukan secara kuantitatif.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (Action

research). Dalam penelitian tindakan, peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi

dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan

melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi.

Penelitian tindakan dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian

pemecahan masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam

mencapai tujuan (Kurt Lewin,1973 desertasi Sulaksana,2004). Davison,

(22)

sebuah metode penelitian, didirikan atas asumsi bahwa teori dan praktik dapat

secara tertutup diintegrasikan dengan pembelajaran dari hasil intervensi yang

direncanakan setelah diagnosis yang rinci terhadap konteks masalahnya.

Prosedur pengembangan tindakan dilaksanakan dalam kegiatan ini

berbentuk siklus (cycle) dengan mengacu pada model Elliott’s (Hopskins, 1993)

Sebelum tahap dalam satu siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan

orientasi dalam bentuk observasi pelaksanaan pembelajaran dikelas dan diskusi

bersama dengan guru serta peneliti mitra tentang kondisi dan permasalahan yang

dihadapi serta alternatif pemecahannya.

Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan

(Plan), tindakan pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan repleksi (reflect)

(Kemmis dan Taggart,1981 dalam Kunandar, 2008:128-130). Kemudian pada

bagian siklus kedua dan selanjutnya, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya

sama, tapi ada modifikasi sedikit yaitu pada tahap perencanaan. Berikut ini siklus

pelaksanaan penelitian tindakan menurut kemmis dan taggart:

Gambar 3.1

(23)

Sedangkan alur kegiatan penelitian tindakan kelas berdasarkan model

Kemmis Taggart, 1993: 7) bisa dilihat sebagai berikut :

Siklus I

(1) Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian

tindakan, antara lain sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan analisis kebutuhan untuk mengetahui kompetensi

dasar yang akan disampaikan kepada siswa.

b. Membuat rencana pelaksanaan bimbingan

c. Membuat media bimbingan dalam rangka imlpementasi penelitian

tindakan

d. Uraian alternative-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka

pemecahan masalah

e. Membuat lembar kerja siswa

f. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan

g. Menusun alat evaluasi pembelajaran

(2) Pelaksanaan tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan, scenario

kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan danprosedur tindakan yang

akan diterapkan.

(3) Pengamatan atau observasi, yaitu prosedur perekaman data mengenai proses

dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang. Penggunaan

instrument yang telah disiapkan sebelumnya perlu diungkap secara rinci dan

(24)

(4) Analisis dan refleksi. Berupa uraian tentang prosedur analisa terhadap hasil

pemantauan dan refleksi yang berkaitan dengan proses dan dampak tindakan

perbaikan yang dilaksanakan, serta criteria dan rencana bagi tindakan siklus

berikutnya.

Siklus II

1) Perencanaan. Peneliti membuat rencana pemberian layanan berdasarkan

hasil refleksi pada siklus pertama

2) Pelaksanaan. Guru bimbingan dan konseling bersama peneliti

melaksanakan layanan berdasarkan rencana bimbingan hasil refleksi pada

siklus pertama.

3) Pengamatan. Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas

bimbingan

4) Refleksi. Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua

dan menyusun rencana untuk siklus ketiga.

Siklus III

1) Perencanaan. Peneliti membuat rencana pemberian layanan berdasarkan

hasil refleksi pada siklus kedua

2) Pelaksanaan. Peneliti melaksanakan layanan berdasarkan rencana

bimbingan hasil refleksi pada siklus kedua,..

3) Pengamatan. Guru bimbingan dan konseling bersama peneliti melakukan

(25)

4) Refleksi. Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua

dan menganalisa serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan bimbingan

yang telah direncanakan dengan melaksanaan tindakan (treatment)

tertentu. Apakah pemberian layanan bimbingan yang telah dikemas

dengan tindakan tertentu dapat meningkatkan atau memperbaiki masalah

yang diteliti, yaitu perencanaan karir siswa Sekolah Menengah Atas kelas

XI

B. Populasi dan Sampel untuk Analisis Kebutuhan Siswa

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI yang

berada pada wilayah Kabupaten Serang. Populasi terdiri dari 25 sekolah negeri

yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Serang. Jumlah siswa kelas XI yang

tersebar sebanyak 6080 orang siswa,dengan komposisi pada kelas IPA sebanyak

2659 dan kelas IPS sebanyak 3421.

Keterwakilan populasi oleh sampel dalam penelitian merupakan syarat

penting untuk melakukan generalisasi. Sehubungan dengan digunakannya model

persamaan struktural (Structural Equation Modeling). Ferdinand (Tersedia dalam

situs: http://othenk.blogspot.com/2008) menyatakan bahwa bila ukuran sampel

terlalu besar maka model menjadi sangat sensitif sehingga sulit untuk

mendapatkan goodness of fit yang baik.

Teknik sampling yang digunakan adalah memilih sampel dengan cara

(26)

random sampling adalah sampel acak sederhana dimana setiap sampling unit

terdiri dari kumpulan atau kelompok elemen. Cara ini dipilih karena lokasi

menyebar secara geografis (Supranto, Tersedia dalam situs:

http://othenk.blogspot.com/2008).

1. Tahap pertama, membagi wilayah populasi (Kabupaten Serang) menjadi

beberapa cluster berdasarkan wilayah geografi yang terdiri dari: (1). Wilayah

Timur meliputi SMA Negeri 1 Ciruas dan SMA Negeri 1 Cikande; (2)

Wilayah Barat meliputi SMA Negeri 1 Kramatwatu; dan (3) Wilayah selatan

meliputi SMA Negeri 1 Pabuaran.

2. Tahap kedua, memilih siswa dari masing-masing sekolah. Pada tahap ini

dalam mengambil sampel, peneliti menentukan masing-masing satu kelas

berasal dari jurusan IPA dan IPS. Kelas yang dipilih adalah kelas yang pada

saat pengambilan data memiliki jumlah siswa terbanyak. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tablel 3.1

Nama Sekolah dan Jumlah Siswa Yang Dijadikan Sampel Penelitian

No. Nama Sekolah

Jumlah siswa Jurusan

IPA

Kode Jurusan IPS

kode

1. 2. 3.

SMA Negeri 1 Ciruas SMA Negeri 1 Kramatwatu SMA Negeri 1 Pabuaran SMA Negeri 1 Cikande

31 32 30 37 C K P CK 30 33 30 33 CS KS PS CKS

Jumlah 130 126

(27)

SMA Negeri 1 Ciruas. Jika dilihat dari karakteristik sosio-cultur, daerah

ciruas merupakan daerah urban industri. Sebagian besar masyarakatnya dulu

bekerja sebagai petani, namun sejalan dengan perkembangan era, kini mata

pencaharian sebagai petani mulai tersingkirkan oleh pegawai pabrik. Selain itu,

sekolah ini berada ditengah kota. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten

Serang, khususnya masyarakat wilayah serang timur, memandang bahwa SMA

Negeri 1 Ciruas merupakan sekolah favorit. SMA Negeri 1 Ciruas juga

merupakan sanggar bimbingan dan konseling tingkat SMA di Kabupaten Serang.

Sekolah ini berkategori Sekolah Standar Nasional (SNN), dan sekolah tersebut

telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan

menentukan standar kelulusan tersendiri. Namun sayangnya di SMA Negeri 1

Ciruas ini Bimbingan dan Konseling tidak diberikan jam khusus untuk kegiatan

layanan bimbingan dan konseling tiap minggunya.

SMA Negeri 1 Kramatwatu. Karakteristik unik dari SMA ini adalah dari segi

letak geografis SMA Negeri 1 Kramatwatu berada di wilayah kabupaten Serang,

namun sebagian besar siswanya berasal dari wilayah kota yang cenderung lebih

mengerti tentang pendidikan. Sehingga hal ini membuat lulusannya banyak yang

melanjutkan ke perguruan tinggi daripada yang bekerja. Sekolah ini berkategori

Sekolah Standar Nasional (SNN), dan sekolah tersebut telah melaksanakan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan menentukan standar

kelulusan tersendiri. SMA Negeri 1 Kramatwatu ini sudah memiliki guru

pembimbing yang professional, yaitu guru pembimbing yang telah mendapatkan

(28)

SMA Negeri 1 Pabuaran. Karakteristik unik dari SMA ini adalah secara letak

geografis yang berada di daerah pertanian. Namun demikian, lulusannya lebih

banyak yang melajutkan pendidikan ke pesantren daripada yang bekerja atau

melanjutkan ke pendidikan umum. Karena daerah pabuaran banyak menghasilkan

kiyai-kiyai ternama di wilayah Banten. Sekolah ini berkategori Sekolah Standar

Nasional (SNN), dan sekolah tersebut telah melaksanakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) dengan menentukan standar kelulusan tersendiri

SMA Negeri 1 Cikande. Karakteristik unik dari SMA ini adalah Cikande

merupakan daerah industri, sehingga masyarakatnya didominan oleh para

pendatang. SMA Negeri 1 Cikande juga merupakan salah satu SMA baru

diwilayah serang timur. Sekolah ini masih bersifat “belum definitive”, artinya

SMA Negeri 1 Cikande ini masih menginduk kepada SMA Negeri 1 Ciruas yang

merupakan sekolah induk untuk wilayah serang timur.

C. Pengembangan Instrumen Perencanaan Karir Siswa SMA Kelas XI

Penelitian ini mempunyai satu variable, yaitu mengembangkan program

perencanaan karir bagi siswa SMA kelas XI.

Secara operasional, definisi dari perencanaan karir menurut teori trait and

factor adalah suatu pendekatan dan teknik konseling yang dipakai untuk

membantu konseli dalam memilih pekerjaan yang sesuai bagi diri konseli, yaitu

(29)

dalam wujud penentuan pilihan karir dalam layanan-layanan bimbingan yang

kontinue baik berupa pertemuan individual maupun layanan-layanan lain.

Parson (Sharf, 1992 : 18) mengkarakterisasikan teori trait and faktor ini

kedalam tiga tahap, yaitu:

1. tahap pertama dari pilihan karir adalah manfaat dari “pemahaman diri, sikap,

minat kemampuan, minat ambisi, sumber daya dan penyebabnya”. Pada

tahap ini, bakat, prestasi, minat, nilai dan kepribadian untuk merefleksikan

lima tipe dari perkiraan yang muncul sebagai sesuatu yang penting pada

konseling karir.

2. Tahap kedua adalah mendapatkan “pengetahuan dan syarat dari kondisi

pekerjaan, pengetahuan tentang kompensasi yang akan diterima (gaji),

memperoleh keterampilan untuk memahami dan menggunakan informasi

karir, kesempatan dan prospek dalam jalur karir yang berbeda.” Pada tahap

ini didiskusikan bagaimana konselor dapat membantu konseli dalam

mendapatkan pengetahuan tentang karir.

3. Tahap ketiga, menurut Parson adalah bahwa sebuah pilihan karir dibuat atas

dasar pilihan yang benar, yaitu dengan menghubungkan antara keadaan diri

dengan pengetahuan tentang lingkungan kerja”. Pada tahap ini pertimbangan

integrasi informasi tentang diri dan dunia kerja. Memberikan fokus yang

tidak dibatasi untuk penggunaan kemampuan kognitif (pengetahuan tentang

pengelompokan kerja) tetapi juga refleksi kemampuan diri dalam

(30)

Berangkat dari definisi operasional variabel, maka dikembangkan menjadi

kisi-kisi instrument penelitian, yang nantinya akan digunakan untuk mengungkap

[image:30.595.108.546.247.615.2]

profil dari perencanaan karir.

Table 3.2

Kisi-kisi instrumen Perencanaan Karir

Aspek Indikator No Item Jum item

1.Analisis Diri 1.Memahami bakat yang dimiliki 1-10 10

2.Memahami minat yang dimiliki 11-21 11

3.Memahami kepribadian yang dimiliki 22-36 15

4.Memahami prestasi yang dimiliki 37-41 5

5.Memahami nilai yang dimiliki 42-51 10

2.analisis pekerjaan 1. Mengetahui gambaran tentang kondisi pekerjaan

52-56 5

2. Mengetahui gambaran tentang

masalah gaji

57-58 2

3. Pengetahuan Karir 82-90 9

3.Integrasi antara analisis diri dengan analisis lingkungan kerja

1.Merencanakan apa yang harus

dilakukan setelah tamat sekolah

59-70 12

2.Mengetahui gambaran tentang

pengelompokan kerja

71-81 11

90

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

informasi tentang perencanaan karir siswa kelas XII, yang meliputi aspek

pengetahuan tentang diri (Analisis diri), pengetahuan tentang dunia pekerjaan

(Analisis Pekerjaan) dan mengintegrasikan antara diri dengan dunia pekerjaan

(Perencanaan Karir). Item seluruhnya berjumlah 90 butir pernyataan. Setiap

konstruk pernyataan dibuat positif, sehingga jika siswa menjawab YA, maka skor

yang diberikan adalah 1; Sedangkan jika pernyataan yang positif lalu siswa

(31)
[image:31.595.114.514.247.615.2]

Tabel 3.3

Pola Penskoran Instrumen

Pernyataan Skala Pensekoran

Alternatif Jawaban YA TIDAK

Bobot Nilai 1 0

.

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut bisa mengukur apa yang

hendak diukur (Arikunto, 2003: 65). Agar dapat memperoleh data yang baik,

maka alat untuk mengevaluasinya harus valid. Penghitungan validitas alat

pengumpul data ini menggunakan bantuan program SPSS Versi 13.0.

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar, 1986: 79). Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan

mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi

ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan

menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh

benar-benar menyatakan hash. pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur

(Agung, 1990). Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hash

pengukuran psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis,

hash pengukuran yang diperoleh sebenarnya dhharapkan dapat menggambarkan

atau memberikan skor/nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama.

(32)

isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan

validitas konstruk. Pada penetitian ini akan dibahas hal menyangkut vatiditas

untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang

sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk.

Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel item

dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan

mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total

menggunakan rumus teknik korelasi product moment, sebagai berikut

Pada table 3.4 dipisahkan antara item-item pernyataan yang meadai

dengan item-item pernyataan yang tidak memadai. Untuk perhitungan lebih jelas

(33)
[image:33.595.111.515.148.622.2]

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas

Kesimpulan Item Jumlah

Memadai 1,2,3,4,5,6,8,12,15,17,18,20,21,23,27,33,34,35,37,38,

40,41,43,44,45,46,50,51,52,53,54,55,56,58,61,63,65, 66,67,68,69,70,72,73,75,76,77,78,79,80,81,82,83,84, 85,86,87,89,90

62

Buang 7,9,10,11,13,14,16,19,22,24,25,26,28,29,30,31,32,

39,42,47,48,49,57,59,62, 64,71,74,

28

Sebelum uji validitas, instrumen berjumlah 90 item. Namun setelah uji

coba, jumlah item pertanyaan mengalami perubahan menjadi 62. Berikut ini

disajikan hasil uji coba validitas empiris angket perencanaan karir setelah melalui

proses perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 13.0.

Selain harus memiliki validitas yang tinggi, sebuah tes juga harus

memiliki reliabilitas yang baik pula. Reliabilitas merupakan indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan (Sinarimbun, 1989). Setiap alat pengukur seharusnya memiliki

kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dan waktu ke

waktu.

Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu

dengan teknik belah dua. Teknik ini diperoleh dengan membagi item-item yang

sudah valid secara acak menjadi dua bagian. Skor untuk masing-masing item pada

tiap belahan dijumlahkan, sehingga diperoleh skor total untuk masing-masing

(34)

korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Angka

korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika

alat ukur tersebut tidak dibelah. Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan

[image:34.595.113.511.239.730.2]

program SPSS versi 13.0 diperoleh tingkat reliabilitas belahan 0,775.

Tabel 3.5

Reliabilitas Statistik

Cronbach's Alpha

Part 1 Value 1,000

N of Items 1(a)

Part 2 Value 1,000

N of Items 1(b)

Total N of Items 2

Correlation Between Forms

,632

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,775

Unequal Length

,775

Guttman Split-Half Coefficient

,772

a The items are: GANJIL, GANJIL. b The items are: GENAP, GENAP

Setelah diperoleh nilai reliabilitas belahan pertama dan kedua, langkah

selanjutnya adalah mencari reliabilitas untuk keseluruhan item. Cara mencari reliabilitas

untuk keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh

(35)

rtotal diperoleh dengan mengkalikan 2 dengan rtt (2 x 0,775 = 1,55),

kemudian dibagi dengan 1 ditambah rtt (1 + 0,775 = 1,775). Dengan demikian,

nilai indeks dari rtotal adalah sebesar 0,87.

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai apabila

instrumen yang digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya

sama atau relatif sama. Instrumen yang dapat dipercaya akan menghasilkan data

yang dapat dipercaya juga (Syaodih, 2005: 229). Berikut ini kriteria koefisien

reliabilitas, Makin tinggi tingkat reliabilitas instrumen, kemungkinan kesalahan

[image:35.595.111.512.239.642.2]

yang terjadi akan makin kecil.

Tabel 3.6

Kriteria Koefisien Reliabilitas

<0,20

0,21-0,40

0,41-0,70

0,71-0,90

0,91-1,00

Derajat keterandalannya sangat rendah.

Derajat keterandalannya rendah.

Derajat keterandalannya sedang.

Derajat keterandalannya tinggi.

Derajat keterandalannya sangat tinggi

Berdasarkan kriteria reliabilitas yang dirumuskan oleh Guilford, maka

(36)

D. Proses Penyusunan Program Bimbingan Perencanaan Karir bagi siswa

SMA Kelas XI

Proses penyusunan Program Bimbingan Perencanaan Karir bagi siswa

SMA Kelas XI dilakukan melalui prosedur sebagai berikut.

1. Analisis empirik ragam aspek dan pencapaian indikator perencanaan karir

siswa SMA kelas XI.

Hasil instrumen menunjukkan bahwa perencanaan karir siswa di beberapa

SMA Negeri di Kabupaten Serang sudah matang, terutama pada aspek

analisis diri (247 orang atau 96,48%) dan aspek Menghubungkan antara

analisis diri dengan analisis lingkungan kerja (188 orang atau 73,44%).

Sedangkan aspek analisis pekerjaan termasuk kedalam kategori tidak

matang, kerena dari 256 hanya 76 yang termasuk kedalam kategori matang

yaitu sebesar29,7%, sisanya 180 siswa termasuk kedalam kategori tidak

matang yaitu sebesar 70,3%.

Untuk itu diperlukan program dan strategi bimbingan yang menyentuh dan

mengembangkan seluruh aspek perencanaan karir siswa. Program dan strategi

yang dimaksud adalah program bimbingan karir yang menitikberatkan pada

materi-materi yang berhubungan dengan analisis diri. Adapun pemberian

materi dilakukan dengan menggunakan strategi layanan bimbingan kelompok.

Salah satu asumsi mengapa menggunakan strategi bimbingan kelompok

yaitu bahwa bimbingan karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya

(37)

individu untuk mencapai kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi

karir. Dengan diterapkannya program dan strategi ini diharapkan membantu

individu untuk memahami, menerima diri sendiri dan memahami sekaligus

menyesuaikan diri dengan dunia kerja.

2. Analisis konseptual Program Perencanaan Karir bagi siswa SMA Kelas XI

yang disusun oleh Peneliti.

a. Materi Kegiatan

Materi pelayanan dasar bimbingan ini ditujukan untuk seluruh peserta

didik, disajikan dengan menggunakan strategi kiasikal dan dinamika

kelompok. Layanan dasar dalam pelaksanaan bimbingan karir yang diperoleh

siswa antara lain informasi mengenai analisis pekerjaan yang meliputi data

[image:37.595.120.512.238.631.2]

tentang:

Table 3.7

Materi Layanan Perencanaan Karir Bagi Siswa SMA Kelas XI

Unit 2 Analisis Pekerjaan

MENJAJAKI PILIHAN KARIRKU 1. Mempelajari Kategori Karir

2. Mengetahui apa yang penting bagiku

3. Mengetahui pekerjaan idamanku

4. Membangun tangga karir

Semua data ini diharapkan dapat bersama-sama membentuk

gambaran diri siswa dalam berbagai aspeknya, sehingga diharapkan

mampu menyadarkan siswa tentang pentingnya mempelajari kategori

karir, pentangnya mengetahui apa yang penting bagiku, menganalisis

(38)

b. Validasi Program Perencanaan Karir

Validasi program dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui sumbang

saran dari pakar bimbingan dan konseling serta dari praktisi pendidikan, yaitu

1 orang dosen bimbingan dan konseling dan 3 orang petugas bimbingan dan

konseling, yaitu guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Cikande, guru

bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Pabuaran dan guru bimbingan dan

konseling SMA Negeri 1 Ciruas . Validasi program dilaksanakan pada

tanggal 24 Mei 2010 sampai tanggal 5 Juni 2010. Hasil validasi diperoleh

beberapa masukan terhadap program yang telah disusun oleh peneliti.

Proses validasi program dilakukan dengan cara memetakan saran-saran

yang diminta dari guru bimbingan dan konseling mengenai kejelasan dan

kelengkapan komponen yang dimiliki oleh program yang dibuat peneliti.

Berikut ini akan dipetakan beberapa alternatif pilihan jawaban terhadap

validitas program:

1) Kejelasan isi model dengan alternatif pilihan yaitu dapat dipahami, kurang

dapat dipahami, dan tidak dapat dipahami.

2) Tingkat implementasi model dengan alternatif pilihan yaitu mudah

diimplementasikan, agak sulit diimplementasikan, dan sulit

diimplementasikan.

3) Sarana pendukung di sekolah dengan alternatif pilihan yaitu

(39)

dan model bimbingan yang dikomentari oleh guru bimbingan dan

konseling atau guru bidang studi yaitu sebagai berikut.

a) Pengertian dan landasan filosofis. b) Visi dan misi bimbingan.

c) Kebutuhan siswa

d) Tujuan bimbingan.

e) Layanan dasar bimbingan

f) Layanan responsif. g) Perencanaan individual.

h) Pengembangan program.

i) Pengembangan staf.

j) Pemanfaatan sumberdaya masyarakat.

k) Penatan kebijakan, prosedur, dan petunjuk teknis bimbingan.

Secara umum para pakar memandang positif terhadap program yang

disusun dan diajukan, bahkan sebagian mengharapkan agar gambaran program

perencanaan karir ini secapatnya dapat diterapkan di sekolah mereka dan tidak

hanya bagi siswa-siswa kelas XI saja akan tetapi juga bagi siswa-siswa kelas X

dan kelas XII.

Berikut ini hasil validasi program yang diberikan oleh para pakar:

1) Pada umumnya responden menyatakan bahwa isi dari aspek-aspek yang

ada pada program perencanaan karir bagi siswa kelas XI dapat dipahami.

walaupun ada sebagian kecil dan aspek layanan dasar bimbingan yang

belum sepenuhnya dapat dipahami.

2) Pada umumnya responden menyatakan bahwa tingkat implementasi dari

aspek-aspek yang ada pada program perencanaan karir bagi siswa kelas XI

mudah diimplementasikan, walaupun ada sebagian kecil dan aspek ayanan

(40)

3) Pada umumnya responden menyatakan bahwa sarana pendukung di

sekolah memungkinkan untuk mendukung implementasi model bimbingan

perkembangan/komprehensif, walaupun ada sebagian kecil untuk layanan

responsif sarana pendukung di sekolah kurang memungkinkan.

c. Pelaksanaan Program Perencanaan Karir Bagi Siswa Kelas XI

Pelaksanaan program ini dilakukan di 1 sekolah, melibatkan 2 orang

guru bimbingan dan konseling, 10 orang siswa, dan 1 “bintang tamu”..

Mereka diminta untuk mengomentari dan memberi masukan terhadap

program perencanaan karir bagi siswa kelas XI. Alasan penelitian ini

dilaksanakan hanya pada 1 sekolah karena keterbatasan waktu, yang

dihadapkan pada pelaksanaan ujian akhir semester dan pembagian raport.

d. Penyempurnaan Program Perencanaan Karir Bagi Siswa Kelas XI

Perbaikan program perencanaan karir bagi siswa kelas XI itu dilakukan

melalui prosedur sebagai berikut.

1) Memeriksa kejelasan isi dari setiap aspek program perencanaan karir bagi

siswa kelas XI berdasarkan masukan dari responden, selanjutnya

memperbaiki aspek yang kurang dapat dipahami dan tidak dipahami oleh

responden.

2) Memeriksa tingkat implementasi dari setiap aspek program perencanaan

(41)

memperbaiki aspek yang agak sulit diimplementasikan dan sulit

diimplementasikan.

3) Memeriksa setiap aspek perencanaan karir bagi siswa kelas XI yang

memungkinkan akan didukung oleh sarana yang ada di sekolah

berdasarkan masukan dari responden, selanjutnya memperbaiki aspek yang

kurang memungkinkan atau tidak memungkinkan didukung oleh sarana

yang ada di sekolah.

Berikut ini saran-saran yang diajukan responden/guru pembimbing

terhadap program perencanaan karir bagi siswa SMA kelas XI

1) Untuk aspek visi dan misi bimbingan: sebaiknya lebih realistik dalam

menentukan visi dan misi, dari bimbingan tidak terbatas kepada siswa

yang bermasalah saja tetapi lebih menekankan kepada siswa yang

membutuhkan.

2) Untuk aspek tujuan bimbingan: perlu konsep yang baik sesuai kondisi

sekolah, lebih realistis dalam menentukan tujuan, urutan nomor hendaknya

diperhatikan, pemberian informasi yang jelas kepada siswa.

3) Untuk aspek layanan dasar bimbingan: Disediakan hand out materi lalu

diperbanyak, layanan dasar harus merata untuk semua siswa dan terpadu

dengan KBM, dijelaskan lebih spesifik, dapat memahami latar belakang

siswa.

4) Untuk aspek layanan responsif: ada materi yang baku/menggunakan buku

panduan, perlu kerja sama dengan pihak terkait, perlu ada contoh yang

(42)

5) Untuk aspek perencanaan individual: dana/sarana pendukung disediakan

oleh sekolah, lebih diperhatikan sistematika penulisan bahasa, dapat

mengarahkan siswa yang memiliki aneka ragam potensi.

6) Untuk aspek pengembangan program: perlu adanya contoh program,

kapan sekolah dapat memfasilitasi kepentingan bimbingan dan konseling.

7) Untuk aspek pengembangan staf: penataran/pelatihan bagi guru bimbingan

dan konseling, perlu peningkatan kompetensi guru.

8) Untuk aspek pemanfaatan sumber daya masyarakat: menjalin kerja sama

dengan pihak masyarakat melalui komite sekolah, kurang kerja sama.

9) Untuk aspek penataan kebijakan prosedur dan petunjuk teknis bimbingan:

sosialisasi kebijakan dan petunjuk teknis untuk warga sekolah, perlu

adanya petunjuk yang jelas, beri keleluasaan pada guru bimbingan dan

konseling untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling dengan

baik.

e. Uji efektivitas program

Untuk mengetahui efektifitas program bimbingan perencanaan karir untuk

meningkatkan kematangan karir siswa kelas XI menggunakan analisis

perbedaan dua rata-rata atau uji beda melalui teknik Uji t. Penelitian ini

melakukan pengujian dua buah rata-rata populasi berkorelasi rurnus t-tes yang

(43)
(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan dalam bab pembahasan,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar perencanaan karir siswa kelas XI di Kabupaten Serang

memiliki tingkat perencanaan karir yang matang. Profil aspek yang dimiliki

adalah : matang pada aspek analisis diri dan aspek integrasi antara analisis

diri dengan analisis lingkungan kerja. Sedangkan aspek analisis pekerjaan

termasuk kedalam kategori tidak matang.

2. Terdapat perbedaan sikap mengenai perencanaan karir diantara

sekolah-sekolah yang menjadi sampel dengan profil umum. Berikut ini urutan sekolah-sekolah

yang memiliki tingkat perencanaan karirnya dari yang terendah sampai tinggi

sebagai berikut: SMA Negeri 1 Cikande, SMA Negeri 1 Ciruas, SMA Negeri

1 Pabuaran, dan yang terakhir SMA Negeri 1 Kramatwatu.

3. Tidak terdapat perbedaan profil perencanaan karir yang terjadi pada

kelompok IPA ataupun IPS.

4. Pemberian program perencanaan karir terbukti efektif membantu siswa dalam

merencanakan karirnya. Hal ini dibuktikan dari data perbandingan antara

(45)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, berikut ini beberapa

rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi

guru pembimbing dan peneliti selanjutnya dalam upaya mengembangkan

perencanaan karir siswa Sekolah Menengah Atas kelas XI.

1. penelitian menunjukkan bahwa dengan mandatangkan nara sumber kehadapan

siswa membuat siswa menjadi semakin termotivasi untuk merencanakan

karirnya sejak dini, maka guru pembimbing perlu menjalin kerjasama dengan

unsur-unsur terkait yang dapat menunjang terlaksananya program perencanaan

karir dengan baik. Misalnya guru pembimbing mengadakan semacam temu

tokoh sukses dalam bidang pekerjaan tertentu seperti Hakim, Pengusaha,

Wartawan dan bidang pekerjaan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar

pengetahuan siswa mengenai dunia pekerjaan menjadi semakin luas dan

terarah.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya peneliti lebih berhati-hati dalam

menentukan penarikan jumlah sampel. Karena pada penelitian yang telah

dilaksanakan, sampel yang diambil kurang mewakili populasi. Sehingga hasil

yang diperoleh tidak menggambarkan seluruh karakteristik populasi. Oleh

karena itu, ada baiknya jika pada penelitian berikutnya peneliti menambah

jumlah sampel penelitian dengan memperhatikan penyebaran daerah, sehingga

karakteristik populasi bisa terwakili.

3. Hasil penelitian yang diperoleh tidak sesuai dengan asumsi awal yang

(46)

menggunakan instrumen. Oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya, dalam

mengembangkan instrumen sebaiknya peneliti tidak hanya menggunakan

instrumen bagi siswa saja, tetapi guru dan peneliti sendiri ada baiknya menilai

siswa, sehingga penilaian yang tercipta menjadi lebih objektif.

4. Berdasarkan saran yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling pada

saat proses penilaian program, alangkah baiknya jika peneliti selanjutnya

memperluas sasaran dari tujuan program, yaitu tidak hanya bagi siswa kelas

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar (1999). Pelaksanaan Program Pendadikan Sistem Ganda path SMK di

Kota Kendari [Onime] Tersedia http/www depdiknas.go

id/jumaII36/ Pet ogrampendidtkan_s htm [22 Agustus 20071

Arikunto, Suharsami (2002) Prosedur Penenlihan Jakarta. Rhineka Cipta.

Bruder FIC, Admin (2004) Perencanaan Karir Sejak Dini [Online] Tersedia http //bruderfac or id/h-62/perencanaan-karir-Sejak-dlflt himI [15 April 2008]

Candra (2008 Juli 5) Action Research / Penelitian Tindakan (Online) Tersedia http://chandrax.wordpress.com/2008/07/05/action-research-penelitian-tindakan/ (11 Januari 2010)

Cappelo, Richardo (2007, 13, Desember). Konsep Bimbingan Karir [Online] Tersedia httpJ/farhanz wcrdp s.com/2007112/13/konsep-bimb’ngan-karlr/ [20 Mei 2008]

Darektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdlknas (2007) Rambu-rambu Peryelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta. Depdiknas

Gunawan, (2004), Makalah untuk Pertemuan Dosen UKDW yang akan melaksanakan penelitian pada tahun 2005, URL : http://uny.ac.id, accersed at 19 Mei 2007, 15.25 WIB.

Hurlock, E (1990). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Alih Bahasa Istiwadayanti, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta

Madya, S, (2006). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), Alfabeta: Bandung.

Maesaroh, Emi, (2007). Hubungan Konsep Diri dan Informasi Karir Dengan Perencanaan Karir Siswa SMA. Tesis. UPI: Tidak diterbitkan

(48)

Perencanaan Karir Siswa SMA [Online] Tersedia. http//www ugm ac.id/index php?pagcnlls&art1keI148 [20 Mel 2008]

Rauf, Yunan (2006) Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Perencanaan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas.Tesis. UPI: Tidak Diterbitkan

Sharf Richard S. (1992). Applying Career Development Theory to Conceling. California. BroolcslCole Pubhshing Company

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung. C.V. Alfabeta

Suherman AS, Uman. (2005). Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling. Bandung: Publikasi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Syaodih, Nana.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPS UPIRemaja Rosdakarya.

Tan, Esther. (2004). “Career Guidance and Career Counseling in Schools “, in Counseling in Schools: Theories, Process and Techniques. Singapore: Mc. Graw-Hhll Education.

Tarsidi, Didi (2007). Teori Perkembangan Karir. [Online]. Tersedia : http://dtarsidi.blogspot.com/2007/1O/teori-perkembangan-karir.html [25 April 2008]

Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Watmadisastra, R. Dkk. (1984) Bimbingan Karir Untuk SMA. Depdikbud. Jakarta.

Winkel, W.S & M.M. Sri Hastuti. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Baru.

Yusuf LN, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA); Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Gambar

Tabel  1.1 Nama Sekolah Dan Jumlah Siswa Yang Dijadikan Sampel  ........... 14
Gambar  Hal Alur Layanan Bimbingan Dan konseling  ....................................
Grafik  2.1
Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Menurut Kemmis Dan Taggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaraan suatu program pensiun, terutama dari sisi pemberi kerja, dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek ekonomis dan aspek sosial. Yang dimaksud dengan aspek ekonomis

Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu merupakan

Kesalahan yang dilakukan lebih banyak berasal dari siswa dengan perilaku DTA (Direct Translation Approach), hanya sedikit siswa yang melakukan kesalahan dalam perilaku MBA

Mode of thought yang digunakan oleh budaya positivisme didalam mencapai hakikat pendidikan yang sebagaimana diharapkan oleh masyarakat kapitalis diatas adalah

Dengan reserve margin yang besar tersebut, maka ada potensi untuk meningkatkan kebutuhan listrik6. Dalam hal ini peran Pemerintah dan stakeholder lainnya sangat penting

Gambar 2.12 Data FTIR Nanokomposit PP-MMT Aceh Utara dengan adanya.. antioksidan α

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata

EKONOMI NASIONAL YANG KUAT SAAT INI / JUGA SUDAH TERUJI DALAM KRISIS GLOBAL YANG SAAT INI MASUK DALAM MASA.