MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS SATU MELALUI PENDEKATAN BIMBINGAN (Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Cirangrang 1 Kota Bandung)
T E S I S
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh
TITIK SUNARNI 1009682
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Satu Melalui Pendekatan Bimbingan
(Penelitian Tindakan Kolaboratif di SDN Cirangrang 1 Kota Bandung)” ini
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi apabila ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Bandung, April 2013
Yang membuat pernyataan,
Hakikat pembelajaran di kelas satu SD adalah bimbingan. Peran guru sebagai pembimbing yang tidak maksimal dapat menimbulkan permasalahan yang terkait dengan kualitas pembelajaran. Khususnya untuk pembelajaran matematika, hal ini membutuhkan sebuah kajian serius agar tercipta suatu kualitas pembelajaran yang baik. Penelitian tentang meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui pendekatan bimbingan ini dilatarbelakangi oleh: (1) Pentingnya mata pelajaran matematika, (2) Pembagian tugas mengajar di SD, dan (3) Problematika pembelajaran matematika di kelas satu. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang: (1) Kualitas pembelajaran matematika sebelum diterapkan pendekatan bimbingan, (2) Proses pembelajaran matematika berbasis bimbingan, (3) Peningkatan kualitas pembelajaran matematika setelah diterapkan pendekatan bimbingan, (4) Perbaikan-perbaikan yang terjadi dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan pendekatan bimbingan. Metode penelitian yang digunakan yakni Penelitian Tindakan Kolaboratif (collaborative action research) yang terbagi atas 5 siklus dengan partisipan seluruh siswa kelas satu SDN Cirangrang 1 Kota Bandung sebanyak 18 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Instrumen yang digunakan adalah tes, observasi, skala penilaian dan wawancara spontan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran matematika meningkat secara baik yang dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa, perubahan perilaku positif dan kualitas mengajar guru yang sesuai dengan aspek dan karakteristik pembelajaran berbasis bimbingan.
Kata kunci: kualitas pembelajaran, pembelajaran matematika, pendekatan
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR BAGAN ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
LAMPIRAN-LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian... 10
D. Manfaat Penelitian... 10
BAB II PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN PENDEKATAN BIMBINGAN ... 12
A. Anak dan Cara Belajarnya... 12
B. Matematika Permulaan... 15
C. Hakikat Bimbingan bagi Anak... 18
D. Pembelajaran Matematika Berbasis Bimbingan... 20
E. Kualitas Pembelajaran... 38
BAB III METODE PENELITIAN... 43
A. Pendekatan dan Metode Penelitian... 43
B. Lokasi dan Subjek Penelitian... 46
C. Definisi Operasional... 46
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 47
E. Teknik Analisis Data... 51
F. Prosedur Penelitian... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 60
A. Hasil Penelitian... 60
B. Pembahasan... 137
C. Keterbatasan Penelitian... 182
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 184
A. Kesimpulan... 184
B. Rekomendasi... 185
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 50
3.2 Kriteria Penentuan Tingkat Kemampuan Matematis Siswa... 53
3.3 Interpretasi Gain yang Dinormalisasi... 53
4.1 Perilaku Siswa yang Membutuhkan Perhatian dan Perlakuan Khusus Guru... 67
4.2 Cara Guru Mengatasi Siswa yang Membutuhkan Perhatian dan Perlakuan Khusus... 69
4.11 Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus 3... 107
4.12 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus 4... 113
4.13 Perolehan Skor Kelompok pada Siklus 4... 113
4.14 Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus 4... 114
4.15 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus 5... 120
4.16 Perolehan Skor Kelompok pada Siklus 5... 120
4.17 Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus 5... 121
4.18 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus 1, 2, 3, 4, 5... 124
4.19 Rekapitulasi Hasil Skor Kelompok Siklus 1, 2, 3, 4, 5... 125
4.20 Rekapitulasi Hasil Penilaian Proses Siklus 1, 2, 3, 4, 5... 127
Bagan
DAFTAR GRAFIK
Grafik
4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa... 125
4.2 Peningkatan Hasil Kerja Kelompok Siswa... 126
4.3 Peningkatan Hasil Penilaian Proses... 128
4.4 Peningkatan Perilaku Disiplin pada Siswa... 128
4.5 Peningkatan Perilaku Rasa Ingin Tahu pada Siswa... 129
4.6 Peningkatan Perilaku Kerjasama pada Siswa... 130
4.7 Peningkatan Perilaku Tanggung Jawab pada Siswa... 131
4.8 Peningkatan Perilaku Teliti pada Siswa... 132
4.9 Peningkatan Kualitas Mengajar Guru... 133
Gambar
4.1 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Penjumlahan (1)... 159
4.2 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Penjumlahan (2)... 159
4.3 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Penjumlahan (3)... 159
4.4 Guru Membimbing Siswa yang Ceroboh dalam Penjumlahan... 160
4.5 Guru Membimbing Kelompok Siswa dalam Penjumlahan... 162
4.6 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Pengurangan (1)... 162
4.7 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Pengurangan (2)... 162
4.8 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Pengurangan (3)... 163
4.9 Guru Membimbing Siswa tentang Nilai Tempat... 164
4.10 Guru Membimbing Kelompok Siswa dalam Pengurangan... 165
4.11 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Penjumlahan Berbentuk 165 Soal Cerita (1)... 4.12 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Penjumlahan Berbentuk 166 Soal Cerita (2)... 4.13 Guru Membimbing Siswa dalam Menuliskan Kalimat Matematika... 167
4.14 Guru Membimbing Kelompok Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita... 168
4.15 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Menyelesaikan 168 Pengurangan Berbentuk Soal Cerita (1)... 4.16 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Menyelesaikan 169 Pengurangan Berbentuk Soal Cerita (2)... 4.17 Kesalahan Umum yang Dilakukan Siswa dalam Menyelesaikan 169 Pengurangan Berbentuk Soal Cerita (3)... 4.18 Guru Membimbing Siswa yang Menuliskan Angka Terbalik... 170
4.19 Guru Membimbing Siswa agar Saling Mengoreksi Kesalahan Teman... 171
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran
A. Surat-Surat
B. Instrumen Penelitian
C. Perangkat Pembelajaran
D. Data Penelitian .
E. Foto-Foto Kegiatan Penelitian Tindakan Kolaboratif Siklus 1, 2, 3, 4, 5
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan: (a) latar belakang masalah, (b) identifikasi dan
perumusan masalah penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian,
dan (e) penjelasan istilah. Hal-hal tersebut dijelaskan secara rinci dalam uraian
pada sub-sub bab berikut.
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tiga hal pokok, yaitu: (1) pentingnya
mata pelajaran matematika, (2) pembagian tugas mengajar di Sekolah Dasar (SD)
terutama untuk guru kelas satu, dan (3) berbagai persoalan yang dihadapi guru
dalam proses pembelajaran di kelas satu.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang
mendapatkan perhatian besar para pendidik, orangtua, dan siswa. Tidak sedikit
orangtua yang mempunyai persepsi bahwa matematika adalah pengetahuan
terpenting yang harus dikuasai anak. Demikian banyak orangtua yang rela
membayar mahal sebuah bimbingan belajar atau les mata pelajaran matematika
demi anak-anaknya. Tidak jarang orangtua yang me-les privat-kan anak-anaknya
hanya untuk keberhasilan dalam mata pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama kurang lebih satu bulan
di kelas satu sekolah dasar negeri (SDN) Cirangrang 1, ditemukan banyak
anak-anak yang menghadapi kendala dalam belajar matematika. Mereka merasa
2
diberikan di kelas. Pada umumnya mereka merasa frustasi ketika menyelesaikan
soal-soal matematika yang mereka hadapi dan menganggap bahwa matematika itu
sebuah mata pelajaran yang sulit.
Di kelas rendah terutama kelas satu, pembelajaran matematika merupakan
hal yang sangat urgent. Mengapa demikian? Karena kelas satu merupakan kelas
awal di SD. Kelas satu merupakan pondasi atau pijakan awal untuk membangun
pengetahuan dan konsepsi di tingkat selanjutnya. Semua hal yang diperoleh
anak-anak ini akan mempengaruhi seluruh pola pikir dan sikap belajar anak-anak di
tingkat-tingkat berikutnya, bahkan bisa jadi di jenjang sekolah menengah dan tinggi.
Pada program pembelajaran matematika, materi ajar diberikan secara step
by step, dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang rumit dan
dari yang bersifat konkret ke abstrak. Program pembelajaran matematika di kelas
satu ini hendaknya dimulai dengan flashback tentang kesiapan anak dalam
penguasaan konsep bilangan yang telah dibangun di Taman Kanak-kanak (TK).
Dalam hal ini siswa hendaknya dievaluasi terlebih dahulu mengenai kemampuan
menghitung hafalan, mengenal kuantitas bilangan, mencocokkan simbol bilangan
dan mendemonstrasikan korespondensi satu-satu.
Wahyudin (2008: 89) menjelaskan bahwa pengalaman-pengalaman pertama
hendaknya melibatkan anak-anak dalam manipulasi material pada tingkat konkret,
mengabstraksi konsep-konsep bilangan dan merelasikan nama-nama bilangan.
Selanjutnya juga dijelaskan bahwa saat anak-anak semakin berpengalaman
dengan hal tersebut, mereka dapat melangkah ke tingkat yang lebih abstrak yaitu
Aktivitas-aktivitas bilangan tentang berhitung rasional diperluas
sekurang-kurangnya hingga sembilan puluh sembilan. Aktivitas berhitung hendaknya
diperluas hingga berhitung dua-dua dan lima-lima. Berhitung juga diperluas ke
dalam pengembangan bilangan ordinal. Penggunaan bilangan ordinal
menggambarkan posisi dan urutan. Konsep bilangan ordinal dari pertama sampai
kesepuluh dibangun. Bilangan ordinal hendaknya digunakan dalam banyak
pengalaman di ruang kelas, misalnya urutan anak dalam deretan makan siang dan
urutan dalam jadual giliran. Siapa yang pertama? Siapa yang kedua? Dan
seterusnya. Dengan kata lain, studi matematika hendaknya menjadi upaya yang
dapat menstimulasi para siswa untuk membangun dari himpunan-himpunan
pengalaman individual dan mengembangkan kemampuan mereka untuk berpikir
secara matematis.
Di kelas satu, persepsi-persepsi mengenai matematika dalam diri siswa
sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini menuntut kemampuan guru untuk
dapat membaca persepsi siswa secara tepat demi keberhasilan pembelajaran
matematika selanjutnya. Karena secara umum, siswa-siswa yang pernah
mendapat kesulitan dalam matematika di masa lalu cenderung akan memandang
matematika sebagai suatu kendala yang dapat menimbulkan ketidaksenangan
terhadap matematika bahkan mendorong terbentuknya sikap yang rendah diri.
Wahyudin (2008: 65) mengungkapkan bahwa program matematika SD
hendaknya mengikuti jaman. Sudah terlalu lama program matematika dasar statis.
Dunia masa kini menuntut jenis pengetahuan matematika yang sangat berbeda
4
hendaknya mempertimbangkan cakupan objektif yang lebih dari sekedar
kecakapan berhitung. Program-program matematika masa kini hendaknya
berusaha memberikan fondasi yang memadai bagi studi lanjutan dan terbuka
terhadap perspektif kultural dan historis mengenai peran matematika dalam
masyarakat.
Pembagian tugas mengajar atau penempatan personil guru di kelas satu
ternyata tidak boleh asal atau sembarangan. Dengan kata lain, pembagian tugas
mengajar di tiap tingkatan kelas merupakan masalah serius dan harus
mendapatkan perhatian khusus. Hal ini penting karena terkait langsung dengan
proses belajar mengajar (PBM) di kelas yang akan melibatkan guru tersebut.
Karena guru di SD adalah guru kelas, maka guru yang mengajar di kelas satu
haruslah dipilih guru yang benar-benar cinta anak, mempunyai pengetahuan
tentang perkembangan anak yang memadai dan mampu membelajarkan membaca,
menulis, dan berhitung permulaan secara baik.
Demikian halnya yang terjadi di SDN Cirangrang 1, meskipun pembagian
tugas mengajar sudah dilakukan seefektif mungkin ternyata masih ditemukan
berbagai kendala di luar kemampuan guru. Guru yang ditugaskan mengajar di
kelas satu mengalami kecelakaan dan mengakibatkan guru tersebut tidak dapat
melaksanakan tugasnya selama beberapa bulan, sehingga tugas utama
mengajarnya digantikan oleh guru lain yakni guru olahraga yang tentunya
mempunyai kompetensi dan kesiapan yang berbeda untuk mengajar di kelas satu.
Secara umum, guru yang ditempatkan menjadi wali kelas satu adalah guru
tidak tergeser oleh guru yang lain. Artinya, sekolah sangat bergantung kepada
keberadaan guru tersebut. Jika guru tersebut tidak hadir karena sesuatu hal, maka
sekolah (kelas) akan mengalami ketimpangan-ketimpangan. Demikian halnya
yang terjadi di SDN Cirangrang 1, bahwa tidak dapat hadirnya wali kelas satu
yang sesungguhnya selama kurang lebih dua bulan membuat kelas satu tidak bisa
kondusif dan perlu penanganan khusus.
Ada berbagai persoalan yang dihadapi guru pada proses pembelajaran di
kelas satu, terutama dalam pengelolaan kelas ketika pembelajaran sedang
berlangsung. Guru kelas satu tersebut terlihat kewalahan ketika
mengorganisasikan kelas sehingga lebih pas jika dibentuk „team teaching‟ agar
pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif.
Guru kelas satu harus mampu membangun pemahaman pada anak bahwa
semua mata pelajaran yang dipelajari di SD itu menarik, menyenangkan dan
mudah. Sebuah tugas yang tidak gampang untuk guru kelas satu. Karena ibarat
sebuah bangunan, kelas satu adalah pondasi bangunan SD. Sebuah pondasi
bangunan harus diletakkan dengan benar dan kuat. Pondasi tersebut harus bisa
menopang bangunan secara keseluruhan. Jika tidak, bangunan itu bisa runtuh dan
mau tidak mau harus membuat pondasi baru yang tentunya akan lebih sulit.
Dari hasil studi dokumentasi terbaca adanya ketidakpahaman dan
ketidakberhasilan siswa dalam belajar matematika. Dan hal ini dipertegas setelah
dilakukan pengamatan langsung terhadap PBM di kelas. Ada kecenderungan
bahwa hal tersebut diakibatkan oleh pola pembelajaran matematika tradisional,
6
mengungkapkan bahwa pola pembelajaran ini yaitu guru mengajarkan
matematika, kemudian siswa mempraktekkan keterampilan matematika yang
diajarkan oleh guru dengan harapan siswa dapat menggunakan ide-ide baru dalam
menyelesaikan soal. Pola pembelajaran tradisional ini sepintas memang terlihat
efektif untuk mengatasi jumlah siswa yang banyak. Akan tetapi dampaknya
terlihat jelas bahwa dalam hal aktivitas siswa menjadi pasif.
Lebih lanjut Van de Walle menjelaskan adanya ketidakberhasilan belajar
siswa tersebut biasanya dikarenakan: (1) cara guru yang mengajar dengan
memberitahu mengandung arti bahwa hanya ada satu cara bagi siswa untuk
„memperoleh ide‟ dan cara tersebut adalah cara yang dimiliki oleh guru.
Meskipun cara ini pada beberapa siswa kadang-kadang berhasil, tetapi cara ini
bergantung pada penyerapan ide yang pasif dan membuat matematika itu tetap
sulit bagi siswa lainnya, (2) pembelajaran dengan pola „ajarkan kemudian
selesaikan‟ mengandung arti bahwa penyelesaian soal dipisahkan dari proses
belajar. Siswa yang mengharapkan gurunya memberitahu aturan, tidak suka
menyelesaikan soal yang aturannya belum diberikan.
Selain hal-hal tersebut, teridentifikasi perilaku siswa yang belum matang
dan tidak mandiri. Di antara mereka ada yang menangis ketika menemui kendala
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru, bahkan ada yang mencari
orangtuanya (ibunya) dengan maksud meminta bantuan. Ada pula siswa yang
selalu menanyakan kepada guru tentang hal-hal kecil yang sebenarnya bisa
mereka lakukan untuk sekadar mendapatkan penguatan dari guru. Siswa-siswa ini
dari tempat duduknya ke meja paling depan dengan tujuan bisa lebih dekat kepada
guru. Hal ini tentu saja mengganggu aktivitas belajar siswa yang lain.
Untuk anak-anak yang cepat menyelesaikan tugas dari guru sering terlihat
mondar-mandir dan mengganggu teman-temannya. Anak-anak ini biasanya
berkeliling kelas, kemudian berhenti di meja yang mereka inginkan dan
selanjutnya mulai mengganggu aktivitas belajar temannya. Dalam hal ini guru
terlihat mengingatkan siswa tersebut kemudian memberikan ancaman-ancaman.
Akan tetapi ancaman-ancaman dari guru ternyata hanya sesaat dapat
mempengaruhi siswa, selebihnya siswa kembali melakukan hal serupa.
Perilaku siswa kelas satu tersebut pada dasarnya disebabkan oleh tahap
perkembangan siswa yang berada dalam taraf pra-operasional menuju operasional
konkret. Ahli psikologi Jean Piaget menjelaskan bahwa anak makin mampu
berpikir logis ketika memasuki tahap perkembangan operasional konkret.
Usia kelas satu merupakan usia dini. Agustin (2008) mengungkapkan lima
fungsi utama pendidikan usia dini, yaitu: (1) fungsi pengembangan potensi,
(2) fungsi penanaman dasar-dasar aqidah dan keimanan, (3) fungsi pembentukan
dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan, (4) fungsi pengembangan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan, (5) fungsi pengembangan
motivasi dan sikap belajar yang positif. Berdasarkan hal ini maka siswa kelas satu
sangat membutuhkan pembimbingan dari guru untuk dapat mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya sekaligus membentuk perilaku-perilaku yang
8
Peran guru dalam pembimbingan siswa di SD pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan dengan proses pembelajaran atau dengan kata lain „terintegrasi‟. Jika
peran guru sebagai pembimbing yang seharusnya terintegrasi dalam pembelajaran
di SD dapat berjalan dengan baik, maka kesiapan belajar dan kematangan pribadi
anak akan sangat menunjang keberhasilan dalam menempuh jenjang pendidikan
berikutnya. Kesuksesan guru membimbing siswa di kelas satu menjadi penentu
bagi keberhasilan siswa tersebut dalam menyelesaikan proses belajar di SD.
Menurut Dinkmeyer & Caldwell (dalam Setiawati & Chudari; 2007), ada
beberapa faktor yang membedakan antara bimbingan di SD dan menengah, yaitu:
pertama, bimbingan di SD lebih menekankan akan peranan guru dalam fungsi
bimbingan; kedua, fokus bimbingan di SD lebih menekankan pada pengembangan
pemahaman diri, pemecahan masalah dan kemampuan berhubungan secara efektif
dengan orang lain; ketiga, bimbingan di SD lebih banyak melibatkan orang tua
siswa mengingat pentingnya pengaruh orangtua dalam kehidupan anak selama di
SD, keempat, bimbingan di SD hendaknya memahami kehidupan anak secara
unik; kelima, program bimbingan di SD hendaknya peduli terhadap kebutuhan
dasar anak seperti kebutuhan untuk matang dalam pemahaman dan penerimaan
diri, serta memahami kelebihan serta kekurangan diri, keenam, program
bimbingan di SD hendaknya meyakini bahwa usia SD merupakan tahapan yang
sangat penting dalam tahapan perkembangan anak.
Berpijak dari hal ini, maka peneliti merancang sebuah penelitian tindakan
bimbingan. Dalam penelitian ini peneliti menyiapkan seperangkat tindakan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kelas satu untuk menemukan solusi
terbaik. Peneliti berkolaborasi dengan pihak sekolah yaitu kepala sekolah dan
guru kelas dalam pembelajaran matematika sesuai peran masing-masing. Peneliti
berperan sebagai konseptor sekaligus observer, kepala sekolah sebagai observer
sekaligus „critical friend’ dan guru kelas berperan sebagai guru model .
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat membantu meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika yang menjadi pokok permasalahan sekaligus
merupakan sebuah tantangan demi mensukseskan pembelajaran matematika di SD
kelas rendah terutama di kelas satu. Dengan demikian, pembelajaran matematika
menjadi menarik dan menyenangkan karena siswa dapat menikmati proses
pembelajaran yang diikutinya.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang diuraikan di atas, permasalahan yang akan
diteliti adalah “Apakah pendekatan bimbingan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika siswa kelas satu SD”
Permasalahan tersebut dijabarkan lebih khusus ke dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas pembelajaran matematika sebelum diterapkan
pendekatan bimbingan.
2. Bagaimana proses pembelajaran matematika berbasis bimbingan.
3. Bagaimana peningkatan kualitas pembelajaran matematika siswa setelah
10
4. Perbaikan-perbaikan apa saja yang terjadi dalam pembelajaran matematika
setelah diterapkannya pendekatan bimbingan.
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran
matematika siswa setelah menggunakan pendekatan bimbingan di kelas satu SD.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh gambaran tentang kualitas pembelajaran matematika sebelum
diterapkan pendekatan bimbingan.
2. Memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran matematika berbasis
bimbingan.
3. Memperoleh gambaran tentang peningkatan kualitas pembelajaran
matematika setelah diterapkan pendekatan bimbingan.
4. Memperoleh gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang terjadi dalam
pembelajaran matematika setelah diterapkan pendekatan bimbingan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun praktis
bagi semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, terutama guru dan siswa
kelas satu SD yang langsung terlibat dalam PBM. Secara umum, manfaat teoretis
dari riset ini adalah dapat menambah literatur dalam bidang pendidikan khususnya
mengenai bimbingan terhadap anak usia kelas satu dan manfaat praktis dari hasil
studi ini adalah dapat dijadikan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas
Bagi sekolah (SD), penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif
dan menjadi sarana dalam memberdayakan SD tersebut. Proses pembelajaran di
SD terutama di kelas satu dapat dioptimalkan, meskipun kondisi sarana prasarana
43
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai: (a) pendekatan dan metode penelitian,
(b) lokasi dan subjek penelitian, (c) teknik dan instrumen pengumpulan data,
(d) teknik analisis data, (e) prosedur penelitian. Berikut adalah penjelasan secara
rinci hal-hal tersebut.
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian tindakan kolaboratif (collaborative action research) adalah model
penelitian yang dipilih dalam studi ini. Penelitian tindakan adalah salah satu
strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk
proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah. Dalam penelitian tindakan terdapat penggabungan antara
prosedur penelitian dan tindakan yang bermakna, artinya tindakan yang dilakukan
merupakan intervensi yang disengaja dan sadar dipilih dengan pertimbangan
matang serta prosesnya diamati secara sistematis dan cermat. Penelitian ini
dilakukan untuk menjawab permasalahan pada proses pembelajaran di sekolah
dan mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi setelah dilakukan intervensi
terhadap pembelajaran tersebut, dengan harapan terjadi perubahan dan
peningkatan proses serta praktek pembelajaran.
Hermawan, dkk (2007: 83) menjelaskan bahwa penelitian tindakan
pengawas dan dosen yang secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan
praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori dan peningkatan
karir guru. Model penelitian tindakan seperti ini selalu dirancang dan
dilaksanakan oleh tim. Hubungan antara mereka bersifat kemitraan, sehingga
dapat duduk bersama untuk memikirkan persoalan yang akan diteliti melalui
penelitian tindakan kolaboratif. Kemudian diterapkan tindakan tahap demi tahap,
yaitu: (a) Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan atau Perencanaan, yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan, (b) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan, yaitu
implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kelas, (c) Tahap 3:
Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat, (d) Tahap 4: Refleksi
atau Pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
terjadi yang merupakan bahan yang tepat untuk menyusun perencanaan siklus
berikutnya.
Arikunto (2006: 98) menjelaskan bahwa penelitian tindakan yang ideal
adalah yang dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan
dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Cara ini dikatakan ideal
karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecermatan yang dilakukan. Arikunto juga menambahkan bahwa penelitian
tindakan yang baik adalah apabila dilakukan dalam bentuk kolaborasi. Dengan
demikian, penelitian tindakan kolaboratif yang dipilih peneliti merupakan model
45
Desain ini dipilih karena bermanfaat untuk mendekatkan suatu
pembelajaran yang baru, agar siswa dan guru dapat lebih menghayati serta
merasakan hasil dari suatu penelitian. Penelitian ini juga berguna untuk
menganalisis dan merefleksi tindakan guru terhadap siswa agar pembelajaran
yang baru dilaksanakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Banyak manfaat
yang dapat diambil dari penelitian tindakan kolaboratif ini, diantaranya adalah
menanggulangi berbagai masalah belajar yang dialami oleh siswa maupun guru.
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai perancang desain belajar dan
strategi pembelajaran yang akan dicobakan oleh praktisi (guru). Peneliti sekaligus
berperan sebagai pengamat (observer) dalam proses penelitian. Sedangkan
praktisi berperan sebagai model atau pihak yang melaksanakan praktek sebagai
upaya perbaikan terhadap pembelajaran sekaligus ikut andil dalam merancang
desain dan strategi pembelajaran. Ditambah kepala sekolah SDN Cirangrang 1
yang ikut berperan sebagai observer dan critical friend. Di sini, peneliti, praktisi
dan observer bersama-sama menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan
dalam pembelajaran kemudian merancang strategi dan mengimplementasikan
strategi tersebut. Dalam studi ini dibutuhkan kerjasama yang baik antara peneliti,
praktisi dan observer, sehingga dapat diperoleh data untuk kepentingan penelitian
secara maksimal.
Pada akhir penelitian akan dilakukan justifikasi terhadap hasil penelitian
berdasarkan temuan-temuan, pengolahan dan klarifikasi data yang diperoleh dari
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Cirangrang 1 Kota Bandung yang
beralamatkan di Jl. K.H. Wahid Hasyim Km 5,5. Subjek penelitiannya adalah
seluruh siswa kelas satu yang jumlahnya 37 orang terdiri atas 18 laki-laki dan 19
perempuan.
Alasan peneliti memilih kelas satu di sekolah tersebut adalah:
(1) permintaan khusus dari guru kelas satu di sekolah tersebut untuk membantu
menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang terjadi, (2) pihak sekolah dan
guru kelas bersikap „wellcome‟ untuk diadakan penelitian, (3) berdasarkan
asumsi, pendekatan bimbingan dapat mengatasi permasalahan pembelajaran yang
terjadi di kelas satu sekolah tersebut, (4) pendekatan bimbingan efektif dan efisien
diterapkan di kelas satu yang merupakan kelas awal di SD, (5) keberhasilan
diterapkannya pendekatan bimbingan di kelas tersebut diharapkan berdampak
positif terhadap kelas-kelas berikutnya.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Kualitas pembelajaran adalah tingkat baik buruknya suatu upaya yang
digunakan untuk menyampaikan pengetahuan, kecakapan, konsep dan
nilai-nilai yang ingin ditanamkan kepada siswa.
2. Pembelajaran matematika adalah suatu upaya yang digunakan untuk
menyampaikan pengetahuan, kecakapan, konsep dan nilai-nilai yang ingin
ditanamkan kepada para siswa pada mata pelajaran matematika. Dalam
47
kepada siswa tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20.
3. Pendekatan bimbingan adalah suatu upaya guru baik di dalam maupun di
luar kelas dalam membelajarkan anak melalui pemberian perlakuan dan
penyediaan lingkungan belajar secara menyeluruh, optimal, dan
proporsional sesuai dengan prinsip-prinsip bimbingan. Dalam penelitian ini
yang dimaksud pendekatan bimbingan adalah cara mengajar guru yang
menerapkan prinsip-prinsip bimbingan (perkembangan) yang terintegrasi
dalam pembelajaran.
4. Penelitian Tindakan Kolaboratif adalah penelitian tindakan yang dilakukan
secara berpasangan atau kolaborasi antara pihak yang melakukan tindakan
dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Dalam penelitian ini
yang melakukan tindakan adalah guru kelas dan pihak yang mengamati
proses jalannya tindakan adalah peneliti dan kepala sekolah.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian, perlu dikumpulkan beberapa kelompok data
yaitu data tentang: (1) kondisi nyata pembelajaran matematika dan
permasalahannya di SD tersebut, (2) rancangan strategi upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika, (3) proses penerapan strategi sebagai upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, (4) informasi tentang
perubahan-perubahan positif yang terjadi dalam proses dan hasil pembelajaran
matematika sebagai peningkatan kualitas. Teknik dan instrumen yang digunakan
a. Observasi
Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi dengan melibatkan
observer (pengamat) yang terdiri atas kepala sekolah, guru SD setempat dan
rekan sejawat . Hal ini dilaksanakan untuk melihat perkembangan proses
pembelajaran yang berlangsung. Hasil observasi digunakan sebagai bahan
refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
b. Catatan lapangan adalah temuan-temuan selama proses pembelajaran yang
terdeteksi oleh peneliti. Catatan lapangan ini sebagai bahan pelengkap dan
informasi tambahan yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian.
c. Rekaman video/foto: rekaman video/foto yang digunakan pada penelitian
ini terutama untuk mengambil adegan ketika siswa melakukan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan bimbingan dan kegiatan lain yang
menunjang penelitian. Rekaman video/foto ini dilakukan sejak awal
penelitian hingga akhir penelitian.
d. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk mendeteksi permasalahan sekaligus
informasi data melalui pedoman studi dokumentasi. Dokumen-dokumen
yang digunakan sebagai sumber data antara lain KTSP SDN Cirangrang 1
Tahun Pelajaran 2012–2013, program pembelajaran (silabus, RPP), jadual
pelajaran, buku daftar kelas, buku daftar nilai, hasil belajar siswa, buku
49
e. Wawancara
Wawancara spontan dilakukan di akhir proses penelitian terhadap siswa,
perwakilan orangtua, dan guru kelas. Wawancara spontan ini dilakukan
untuk memperoleh gambaran tentang tanggapan responden terhadap hal-hal
yang terkait dengan penelitian.
f. Skala penilaian
Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur. Skala
yang dimaksudkan adalah skala deskriptif yang mengikuti bentuk skala
sikap dari Likert berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya
berbentuk skala persetujuan atau penolakan terhadap pertanyaan/pernyataan
yang dimulai dari sesuai, relatif sesuai, ragu-ragu, kurang sesuai dan tidak
sesuai. Tujuan adanya skala penilaian ini adalah untuk melihat sejauh mana
kesesuaian tindakan yang dilakukan guru dengan pembelajaran berbasis
bimbingan. Skala penilaian yang digunakan adalah skala penilaian
pembelajaran berbasis bimbingan adaptasi dari Solehuddin (2009).
g. Tes
Tes yang digunakan adalah tes formatif yang dilakukan pada setiap akhir
siklus. Soal-soal tes disusun dengan memperhatikan indikator-indikator
pembelajaran yang telah ditetapkan sehingga dapat dipakai untuk mengukur
kemampuan matematis siswa. Instrumen penilaian yang digunakan adaptasi
Informasi umum tentang teknik dan instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian serta data yang dikumpulkan tergambar pada
Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
No. Teknik/Instrumen Data yang Dijaring
1. Observasi
d.Proses refleksi dan diskusi pengalaman implementasi tindakan.
e.Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
2. Studi dokumentasi Data dalam bentuk dokumen:
a.Program pembelajaran (kurikulum, silabus dan buku sumber yang digunakan)
g.Catatan kejadian-kejadian penting yang bersifat pedagogis (catatan kegiatan siswa)
h.Catatan perkembangan anak yang berkebutuhan khusus
3. Wawancara spontan Pandangan, tanggapan, atau penjelasan responden tentang kegiatan dan peristiwa tertentu yang terkait dengan penelitian.
Wawancara dilakukan pada akhir penelitian kepada siswa, perwakilan orangtua dan guru kelas.
4. Member check
(Format ceklist perilaku siswa)
Konfirmasi tentang aspek-aspek perilaku siswa yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
51
Tabel 3.1 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data (lanjutan)
6. Skala penilaian Perubahan praktek pembelajaran yang dilihat dari indikator-indikator pembelajaran berbasis bimbingan, yang meliputi:
a.Tujuan pembelajaran b.Kurikulum pembelajaran c.Metode pembelajaran
d.Hubungan dan cara interaksi guru dengan anak e.Perhatian dan perlakuan khusus terhadap siswa yang
memerlukan
f. Penilaian pembelajaran
g.Penyediaan dan penggunaan media serta alat perlengkapan pembelajaran.
h.Pengelolaan kelas
i. Hubungan dan kerjasama dengan orangtua
7. Tes Hasil belajar siswa yang merupakan tes formatif yang dilakukan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan bimbingan yang menunjukkan tingkat kemampuan matematis siswa. Kemampuan matematis yang dinilai adalah:
a.Pemahaman konseptual b.Pemecahan masalah matematis c.Komunikasi matematis
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis sesegera mungkin berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Setelah dianalisis kemudian direfleksi untuk
mengevaluasi, mengoreksi dan memperbaiki ide/gagasan untuk siklus selanjutnya
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis data dilakukan setelah semua data dari lapangan terkumpul. Proses
analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia selama
berlangsungnya penelitian hingga akhir pelaksanaan tindakan.
Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari data yang berupa informasi
tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau
sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktifitas siswa ketika
mengikuti pelajaran, dan sejenisnya. Hal ini dilakukan dengan cara mengkaji
seluruh data dari hasil observasi, catatan lapangan, dan wawancara spontan.
Sedangkan analisis data yang bersifat kuantitatif (hasil belajar siswa) diperoleh
dengan cara menelaah hasil evaluasi selama dan setelah proses pembelajaran.
Agar data yang terkumpul menjadi data yang bermakna dan dapat
memberikan gambaran ilmiah mengenai permasalahan yang diteliti, maka peneliti
melakukan langkah-langkah berikut:
1. Pengolahan Data Kuantitatif
a. Penskoran jawaban siswa dilakukan dengan membuat ekuivalensi tingkat
kemampuan matematis siswa, yaitu tingkat jawaban yang berkategori
buruk diberi skor 0-1, kategori kurang diberi skor 2, kategori cukup
diberi skor 3, kategori baik diberi skor 4, dan kategori sangat baik diberi
skor 5. Kisi-kisi instrumen untuk menilai kemampuan matematis siswa
ini terlampir.
b. Persentase tingkat keberhasilan belajar siswa dihitung berdasarkan skor
yang diperoleh dengan menggunakan rumus:
Persentase Kemampuan Matematis = Jumlah skor yang diperoleh X 100% SkorTotal
53
c. Untuk mengklasifikasi kualitas kemampuan matematis siswa, data hasil
tes dikelompokkan dengan menggunakan Skala Lima, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Penentuan Tingkat Kemampuan Matematis Siswa
Persentase Skor Total Siswa Kategori
90% < A ≤ 100% A (Sangat Baik)
d. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan matematis siswa dari setiap
siklus yang telah dilakukan adalah dengan mengetahui gain rata-rata
yang telah dinormalisasi (indeks gain). Rumus yang digunakan untuk
perhitungan indeks gain adalah:
< g > = (Skor tes siklus ke – i + 1) – (Skor tes siklus ke – i) (Skor maksimum) – (Skor tes siklus ke i)
(Prabawanto, 2010)
Hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan seperti tabel
berikut:
Tabel 3.3
Interpretasi Gain Yang Dinormalisasi
Skor < g > Interpretasi
0,00 – 0,30 Rendah
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Tinggi
e. Perhitungan Daya Serap Klasikal (DSK)
Dalam tahap ini, pengukuran dilakukan untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa secara klasikal. Pembelajaran yang dilakukan praktisi
dikatakan berhasil atau tuntas apabila di kelas tersebut 85% siswanya
mencapai daya serap ≥ 65%.
Perhitungan DSK tersebut menggunakan rumus sebagai berikut:
DSK = Jumlah Siswa yang Memperoleh Tingkat Penguasaan ≥ 65% X 100% Jumlah Siswa
(Prabawanto, 2010)
2. Pengolahan Data Kualitatif
a. Data Observasi
Data hasil observasi ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data
hasil observasi ini dirangkum dan diinterpretasikan agar kesesuaian
antara pembelajaran yang dilakukan dengan pembelajaran yang
seharusnya dapat terlihat.
b. Data catatan lapangan
Data hasil catatan lapangan dirangkum dan dideskripsikan dalam bentuk
kalimat yang bermakna.
c. Data skala penilaian
Data hasil skala penilaian mengenai kesesuaian tindakan dengan
karakteristik pembelajaran berbasis bimbingan diolah, dirangkum dan
dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan,
55
Rangkuman berdasarkan kategori-kategori tersebut dideskripsikan dalam
kalimat yang bermakna.
d. Data Hasil Wawancara
Data hasil wawancara dengan siswa dideskripsikan dalam kalimat dan
disusun ke bentuk rangkuman hasil wawancara.
F. Prosedur Penelitian
Secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini seperti
yang diungkapkan oleh Solehuddin (2009) adalah: (1) persiapan dan penentuan
lokasi penelitian, (2) identifikasi permasalahan, (3) merancang dan merumuskan
strategi pemecahan masalah, (4) implementasi dan refleksi strategi pemecahan
masalah, (5) deskripsi dan analisis data, (6) penulisan laporan.
1. Persiapan dan Penentuan Lokasi Penelitian
Untuk kepentingan penelitian diperlukan berbagai persiapan, mulai dari
pengembangan proposal dan instrumen pengumpul data, menentukan SD yang
menjadi lokasi penelitian, pembuatan surat ijin penelitian, mengadakan
pendekatan informal dengan pihak sekolah, dan merumuskan kesepakatan
kerjasama.
Identifikasi dan penentuan lokasi penelitian di SD Cirangrang 1 ini
dilakukan dengan berbagai pertimbangan, antara lain: (a) peneliti adalah salah
satu guru di SD tersebut yang berstatus sebagai mahasiswa pascasarjana UPI,
(b) adanya permintaan khusus dari guru kelas satu di SD tersebut untuk membantu
teridentifikasi di kelas satu SD Cirangrang 1 memenuhi kriteria untuk
diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan bimbingan.
2. Identifikasi Permasalahan
Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan kegiatan orientasi di lapangan, yaitu
tahap studi pendahuluan sebelum tindakan pembelajaran dan observasi terhadap
kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran matematika selama ini. Dan
selanjutnya mengidentifikasi prioritas masalah yang dihadapi berdasarkan hasil
orientasi dan observasi peneliti. Informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini
adalah: (a) kondisi ruang kelas dan kelengkapannya, (b) kondisi siswa beserta
latar belakangnya, (c) kondisi proses pembelajaran dan permasalahannya,
(d) upaya bimbingan yang dilakukan guru.
Hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan tersebut, digunakan sebagai
patokan atau pijakan untuk merancang dan merumuskan strategi pemecahan
masalah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas satu.
3. Perancangan dan Perumusan Strategi Pemecahan Masalah
Berdasarkan temuan-temuan pada saat studi awal dan identifikasi masalah,
peneliti dan guru kelas satu secara bersama membuat rencana serta rancangan
pembelajaran menggunakan pendekatan bimbingan. Rencana dan rancangan ini
akan dilaksanakan untuk intervensi terhadap pembelajaran matematika, yang
selanjutnya diteruskan dengan persiapan bahan dan alat-alat yang digunakan
dalam penelitian, serta memeriksa dan melakukan uji coba semua peralatan yang
57
4. Implementasi dan Refleksi Strategi Pemecahan Masalah
Hasil rancangan dan rumusan strategi pemecahan masalah yang sudah
dibuat, diimplementasikan oleh peneliti dan guru secara bersama-sama. Peneliti
dan guru melaksanakan siklus-siklus secara berkesinambungan menggunakan
pendekatan bimbingan hingga mencapai hasil yang dibutuhkan untuk kepentingan
penelitian. Frekuensi siklus pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan jadual
pelajaran di kelas satu yang terbagi atas tema-tema.
Siklus pembelajaran yang dilakukan meliputi langkah-langkah perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Kegiatan lain yang dilakukan seiring dengan
siklus pembelajaran adalah melakukan observasi selama pembelajaran
berlangsung, melaksanakan tes setelah usai pembelajaran, mewawancarai siswa
dan guru tentang pembelajaran menggunakan pendekatan bimbingan, dan
mengadakan penilaian terhadap praktek pembelajaran berbasis bimbingan yang
dilakukan oleh guru. Dalam langkah ini, peneliti mengevaluasi tentang hal-hal
yang telah dilaksanakan dengan jujur dan apa adanya, sehingga pembelajaran
menggunakan pendekatan bimbingan dapat terlaksana dengan baik sesuai target
yang ingin dicapai.
Pada bagian refleksi, dilakukan analisis data tentang proses pembelajaran,
masalah dan hambatan yang ditemui serta dampak pelaksanaan tindakan yang
telah dilakukan. Manakala hasilnya belum baik maka harus dilakukan
perbaikan-perbaikan dan apabila hasilnya sudah bagus, maka harus dipertahankan untuk
siklus berikutnya.
nbnas
Bagan 3.1 Alur Penelitian Tindakan Merencanakan
sebagai simpulan hasil tind
59
5. Deskripsi dan Analisis Data
Sejak informasi dari lapangan diperoleh, analisis dan pengolahan data terus
saja dilakukan. Tetapi pada langkah ini, analisis dan pengolahan data yang
dilakukan adalah pengolahan akhir yang dibutuhkan untuk kepentingan penulisan
laporan penelitian.
6. Penulisan Laporan
Penulisan laporan penelitian ini disajikan dalam bentuk tesis, yang aturan
penulisannya telah dibakukan. Karena penelitian adalah suatu kerja ilmiah, maka
laporan yang dibuat harus mengikuti aturan-aturan penulisan karya ilmiah yang
berlaku. Dalam menulis laporan penelitian ini, hal-hal yang dilaporkan harus
ditulis dengan jelas dan meyakinkan. Pedoman penulisan yang peneliti gunakan
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bagian akhir laporan penelitian ini ditampilkan simpulan dan
rekomendasi. Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan penelitian dan
rekomendasi peneliti berdasarkan atas hasil dan pembahasan pada bab
sebelumnya.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Kualitas pembelajaran matematika di SDN Cirangrang 1 sebelum
diterapkan pendekatan bimbingan masih belum baik. Hal ini tampak dari
KBM yang cenderung konvensional dan ‘teacher centered’.
2. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan bimbingan menjadikan
KBM di kelas satu tampak dinamis dan kondusif. Hal ini tampak pada
proses interaksi yang nyaman antara guru dan siswa, sehingga
masing-masing pihak terlihat menikmati pembelajaran.
3. Pembelajaran menggunakan pendekatan bimbingan dapat meningkatkan
hasil belajar, perilaku positif dan kualitas mengajar guru secara simultan.
4. Perbaikan-perbaikan yang terjadi dalam pembelajaran matematika setelah
diterapkan pendekatan bimbingan meliputi seluruh dimensi pembelajaran,
yakni perubahan yang positif atau perbaikan pada dimensi perencanaan
185
B. Rekomendasi
Dari hasil analisis dan kesimpulan, peneliti memberikan beberapa
rekomendasi berikut:
1. Penelitian tindakan kolaboratif tentang pembelajaran menggunakan
pendekatan bimbingan memberikan dampak yang positif dan terjadi
perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran. Untuk itu kepada pihak
sekolah (SD) supaya mengembangkan penelitian-penelitian sejenis yang
dapat berkontribusi positif dan mendukung keberhasilan pembelajaran.
2. Penelitian tentang pendekatan bimbingan ini telah memberikan hasil yang
positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran matematika di kelas satu
SDN Cirangrang 1. Untuk itu kepada para guru yang melaksanakan
pembelajaran pada topik yang mempunyai karakteristik serupa dengan
subjek penelitian, supaya menggunakan pendekatan bimbingan dalam
pembelajarannya.
3. Sehubungan dengan penelitian ini mengambil subjek yang sangat terbatas,
materi yang sangat spesifik dan metode yang sederhana yaitu penelitian
tindakan kolaboratif, maka peneliti menyarankan kepada pihak lain untuk
melakukan penelitian lanjutan tentang pendekatan bimbingan ini dikenakan
pada subjek yang lebih luas, materi yang lebih umum dan metode yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M. 2008. Mengenali dan Memahami Dunia Anak. Bandung: CV Lotus Mandiri.
Aqib, Z. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: CV Yrama Widya.
Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Beaty, Janice J. 1994. Observing Development of the Young Children. NewYork : Mac Millan Publishing Company.
Bredekamp, S. and Carol, C. 1997. Developmentally Appropriate Practice, in Early Childhood Programs. Washington D.C: National Association for the Education of Young Children.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2008. Model Silabus Tematik Kelas 1. Jakarta: Depdiknas.
Copley. Juanita V. 2001. The Young Child and Mathematics. USA: NAEYC.
Danim, S. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Darhim. 2004. Work Shop Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika untuk SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pedoman Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga/Praktik Sederhana Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana Pendidikan.
Erna, S. T. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.
Evertson, Carolyn M. Emmer, Edmund T. 2011. Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Gestwicki, C. 1995. Developmentally Appropriate Practice: Curriculum and Development in Early Education. Albany: Delmar Publishers Inc.
Ginnis, P. 2008. Trik dan Taktik Mengajar. Jakarta: Indeks.
Griffiths, R. 1992. Bermatematika Sambil Bermain. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. 2010. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.
Imron, A. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Joyce, B. Weil, M. Calhoun, E. 2011. Models of Teaching Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Juliah. 2012. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis: Sekolah Pascasarjana UPI.
Karli, H. Sri Y. M. 2007. Panduan Belajar Tematik SD untuk Kelas 1 Semester 1. Bandung: Penerbit Erlangga.
Kellough, R. D. et al. 1996. Integrating Mathematics and Science. Englewood Cliffs, N.J: Prentice-Hall, Inc.
Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurihsan, Juntika A. Agustin, M. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja Bandung: PT Refika Aditama.
Prabawanto, S. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UPI (Makalah: tidak diterbitkan).
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.
Santrock. John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.
SDN Cirangrang 1. 2012. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Negeri Cirangrang 1. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Setiawati. Chudari I. N. 2007. Bimbingan & Konseling. Bandung: UPI Press.
Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Sobel, Max A. Maletsky, Evan M. 2004. Mengajar Matematika: Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Solehuddin. 2009. Pemberdayaan Taman Kanak-Kanak Kurang Beruntung Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan (Studi Penelitian Tindakan Kolaboratif Praktisi-Akademisi pada Beberapa Taman Kanak-Kanak di Bandung. Disertasi: Sekolah Pascasarjana UPI.
Sriningsih, N. 2008. Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.
Suhendra. Dina, Mayadiana S. 2006. Kapita Selekta Matematika. Bandung: UPI Press.
Sukidin, dkk. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Sukmadinata, Nana S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPSUPI dan Remaja Rosdakarya.
Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT. Lauser Cita Pustaka.
Turmudi. 2009. Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika Referensi untuk Guru SD/MI, Mahasiswa, dan Umum. Jakarta: PT Leuser Cita Pustaka.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Van de Walle, John A. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Erlangga.
Wahyudin. 2009. Analisis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Penalaran, Komunikasi, Koneksi, Representasi, dan Pemahaman Konseptual Siswa SMP. Laporan Penelitian: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.
Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Bandung: UPI.
Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yulaelawati, E. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya Pustaka.