A.Latar Belakang
Hasil observasi di sekolah MA Mathla’ul Anwar Gisting ditemui masalah
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), terlihat saat pendidik menerangkan, ada
peserta didik yang tidak memperhatikan, berbicara dengan teman sebelahnya,
kurangnya media saat KBM, kondisi belajar masih didominasi oleh pendidik,1 sehingga pembelajaran Fisika cenderung berlangsung satu arah. Hal ini
mengakibatkan beberapa siswa di kelas mengobrol dan mengantuk. Jika kondisi kelas
seperti ini, maka materi yang disampaikan oleh pendidik tidak dapat diterima dengan
baik oleh peserta didik. Hasil wawancara yang diperoleh dari salah satu pendidik
Fisika di sekolah tersebut mengatakan bahwa, peserta didik kurang melatih dirinya
untuk mengerjakan soal-soal Fisika dan rendahnya kemampuan bertanya. Dibuktikan
dengan saat KBM berlangsung, pendidik memberikan kesempatan untuk bertanya
pun peserta didik jarang bertanya. Selain itu, ketika KBM berlangsung pun peserta
didik masih ada yang kesulitan untuk mengerjakan soal. Dibuktikan dalam nilai ujian
tengah semester (UTS) semester ganjil mata pelajaran Fisika, terdapat peserta didik
pada kelas X dengan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil
1
perolehan hasil belajar peserta didik kelas X terdapat 60% peserta didik yang
dinyatakan belum tuntas belajar, sehingga perlu diadakan perbaikan, dengan
mengoptimalkan proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.
Salah satu materi Fisika yang memerlukan pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah materi fluida statis. Peserta didik dituntun
untuk mempelajari sifat fluida yang bergerak maupun yang diam, seperti halnya
kedalaman laut. Hal ini terdapat dalam Q.S An-Nur ayat 40 yang berbunyi:
ۡ و
َ
أ
bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan)
barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai
cahaya sedikitpun” (Q.S. An-Nur; 40).
Ayat ini menyebutkan bahwa adanya kegelapan yang dapat ditemukan di
dalam laut. Kegelapan di dalam lautan sekitar kedalaman 200 m ke bawah. Pada
kedalaman ini hampir tidak ada cahaya. Pada umumnya, tekanan pada kedalaman
yang sama dalam zat cair yang serba sama adalah sama. Kedalaman, berhubungan
kesetimbangan karena pengaruh gaya gravitasi. Hal ini akan dipelajari pada bab
fluida statis.
Peserta didik diharapkan untuk berpikir dan bernalar untuk menguasai konsep
hingga mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.2 Materi fluida statis secara kontekstual erat dengan kehidupan sehari-hari dan pokok bahasan ini dapat dilakukan
di sekolah yang minim dengan peralatan laboratorium.3 Pembelajaran materi fluida statis hendaknya diselenggarakan melalui fokus membangun kompetensi berpikir
kritis peserta didik. Terdapat langkah-langkah dalam mengembangkan berpikir
kritis,4 dalam penelitian ini dapat mengembangkan berpikir tingkat tinggi. Materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar peserta didik dapat menelaah konsep.5 Seperti yang terkandung di al-qur’an dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
ۡ دَقَّل
Cycle 5E pada Materi Fluida Statis Siswa Kelas X SMA” Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 3 No. 2 (2014), h. 145.3 Risca Ardani, Nadi Suprapto, “
Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry Berbasis
Eksperimen Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Fluida Statis Di SMA Negeri 1
Gedangan” Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 3 No. 2 (2014), h. 168.
4
Hengky Herdianto, Worosetyarsih, “Identifikasi Profil Berpikir Kritis Siswa dalam
Pembelajaran Fluida Statis dengan Modifikasi High-α Binaural Beats dan Guided Problem Solving”
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 3 No. 2 (2014), h. 155.
5
Fitria Rahmawati, Indrawati, Rif’ati Dina H, “Penerapan Model Pembelajaran Teaching With
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak mengingat Allah.”
Konsep dhikr juga memiliki jaringan konsep (conceptual network) yang saling
terkait antara makna yang satu dengan yang lainnya. Adapun manfaat mengingat
kembali adalah proses mengulang-ulang pengetahuan dalam hati agar pengetahuan itu
menancap dan tidak lepas dari hati. Maka dari itu perlu adanya pemahaman konsep,
agar materi yang sudah didapat atau diterima tidak mudah dilupakan begitu saja.
Proses mengingat kembali tentang apa yang telah terlupa dan mengingat untuk
memahami hal yang baru atau ilmu yang baru bagi orang yang berpikir.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 23 Tahun 2006 untuk SMA/MA yang antara lain menyebutkan
bahwa lulusan SMA/MA harus dapat membangun dan menerapkan informasi dan
pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif juga harus dapat menunjukan
kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan.
Demi terciptaptanya SKL yang telah ditetapkan, instrumen penilaian haruslah
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi sehingga mampu mendorong
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.6
6Ari Syahidul Shidiq, Mohammad Masykuri, Elfi Susanti V. H.,”
Pengembangan Instrumen
Penilaian Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher
Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut juga dengan (Higher
Order Thinking Skill-HOTS), dapat membuat seorang individu menafsirkan,
menganalisis atau memanipulasi informasi.7 Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat
diketahui dari kemampuan siswa pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi.8 Selain
itu, kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak hanya membutuhkan kemampuan
mengingat saja, akan tetapi memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.9
Apabila peserta didik memiliki kemampuan berpikir kreatif dan kritis maka dapat
mengembangkan diri dalam membuat keputusan, penilaian dan menyelesaikan
masalah.10 Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
peserta didik adalah ketika peserta didik dihadapkan dengan suatu masalah yang
belum mereka temui sebelumnya, disinilah proses berpikir mereka akan muncul.
Dengan demikian, kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik akan terlatih.11 Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi itu
perlu, agar dapat bersaing dalam dunia kerja dan kehidupan pribadi, peserta didik
harus memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan untuk
7M. H. Yee, et al. “
Disparity of Learning Styles and Higher Order Thinking Skills Among Technical Students” Scient Direct, Vol. 204, (Agustus 2015), h. 144.
8
Femmy Kawawung, “Profil Pendidik, Pemahaman Kooperatif NHT Dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Di SMP Kabupaten Minahasa Utara” Jurnal El-Hayah Pendidikan Biologi, Vol. 1 No. 4 (Maret 2011), h. 158.
9 R. Rosnawati, “Enam Tahapan Aktivitas Dalam Pembelajaran Matematika Untuk
Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa” Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
dan Penerapan MIPA, (Mei 2009), h. 507.
10Wahyu Hidayat. “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa
SMA Melalui Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write (TTW)” Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIP, (Juni 2012), h. 1.
11 Emi Rofiah, Nonoh Siti Aminah, Elvin Yusliana Ekawati, “
memecahkan masalah.12 Dampak bila peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah prestasi belajar peserta didik akan meningkat,13 serta
memungkinkan peserta didik untuk mempelajari masalah secara sistematis, dan dapat
menghadapi berjuta tantangan dengan cara terorganisasi.14
Maka dari itu perlu diadakan pembelajaran yang dapat melatih kemampuan
berpikir peserta didik. Kondisi pembelajaran sebelumnya hendaknya diperbaiki, salah
satunya dengan menggunakan model pembelajaran.15 Model pembelajaran yang diduga bisa mengatasi hal tersebut adalah model pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures (CUPs), yang merupakan pengembangan dari model
kooperatif. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep.16 Pemahaman konsep juga penting, agar konsep-konsep yang sudah diterima oleh peserta didik dapat
bertahan lama.17 Model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs) menguatkan nilai dari cooperative learning, dan menuntut peserta didik untuk
12 Ahmad Walid, Sajidan, Murni Ramli, “Instrumen Tes High Order Thinking Skills Pada
Siswa SMA Kelas XI Materi Sistem Reproduksi” Prosiding Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS, (2015), h. 372.
13
Mey Heong. et al. “The Effectiveness Of Higher Order Thinking Skills For Generating Idea
Among Technical Students” Journal Creative Behavior, Vol 36 No. 3, h. 117.
14
Wahyu Hidayat, Loc.Cit.
15 Hadma Yuliani, Widha Sunarno, Suparmi, “Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan
Keterampilan Proses Dengan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Kemampuan Analisis” Jurnal Inkuiri Pascasarjana UNS, Vol 1 No. 3 (2012), h. 209.
16Anis Mahmudah, Sri Sutarni, Sri Rejeki, “Eksperimen Metode Conceptual Understanding
Procedures Dan Mind MappingDitinjau Dari Gaya Belajar” Jurnal Varia Pendidikan, Vol. 27 No 1 (Juni 2015) h. 34.
17 Desi Nur Anisa. et al. “
Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, and
membuat kesimpulan sendiri atas materi yang dipelajari.18 Pembelajaran kooperatif dicirikan adanya kerja sama tim, dimana mereka harus bekerja sama untuk dapat
menyelesaikan tugasnya.19 Jika peserta didik mampu membuat kesimpulan sendiri, maka dapat melatih kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalah.
Menurut Ismawati et al. dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures Untuk Meningkatkan Curiosty
Dan Pemahaman Konsep Peserta didik, model pembelajaran CUPs (Conceptual
Understanding Procedures) terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
curiosity peserta didik SMP pada pelajaran Fisika.20 Sedangkan penelitian yang juga dilakukan oleh Rita Anggreni et al. dengan judul, Model Pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas V SD Gugus VII Kompiang Sujana Denpasar Barat, model pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) lebih baik dibandingkan model
konvensional terhadap hasil belajar materi pecahan pada peserta didik kelas V SD.21 Penelitian ini dilakukan untuk mengukur level kemampuan berpikir tingkat
tinggi peserta didik di MA Mathla’ul Anwar Gisting, dan saat KBM berlangsung
18 Muhammad Sururuddin. “Pengembangan Model Pembelajaran Conceptual Understanding
Pada Mata Pelajaran IPA Tingkat Sekolah Dasar” Jurnal Education, Vol 10 No. 1 (Juni 2015), h. 124.
19
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Pendidik (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), h. 208.
20
Ismawati, Nugroho, Dwijananti, “Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding
Procedures Untuk Meningkatkan CuriostyDan Pemahaman Konsep Siswa” Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 10 No. 1 (Januari 2014), h. 27.
21 Rita Anggreni, I Gede Meter, I Wayan Wiarta, “
Model Pembelajaran Conceptual
menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs),
apakah kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dapat meningkat atau tidak.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran CUPs (Conceptual
Understanding Procedures) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta
Didik Kelas X MA Mathla’ul Anwar Gisting.”
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan bertanya peserta didik
2. Peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Fisika melalui
kemampuan berpikir tingkat tinggi
3. Kurang tepatnya pemilihan model pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas
pembelajaran
C.Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka batasan masalah
yang dapat peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Subjek penelitian dibatasi hanya peserta didik kelas X MA Mathla’ul Anwar
Gisting yang terdiri dari dua kelas
2. Untuk mengetahui level kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan
3. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) yang akan
dikaji dalam penelitian ini dengan menggunakan penelitian eksperimen pada
materi fluida statis
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran Fisika dengan menggunakan
model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), lebih efektif
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik?”
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Fisika dengan menggunakan
model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan bermanfaat untuk:
1. Bagi Pendidik
Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang efektif
2. Bagi Peserta Didik
a. Membantu peserta didik mempermudah dalam menyusun serangkaian
pertanyaan, memecahkan dan menafsirkan yang didasarkan pada konteks
pembelajaran
b. Mendapat pengalaman bekerja sama dalam keompok, toleransi, komunikasi
secara lisan dan tulisan, memecahkan masalah, mengambil keputusan yang
tepat dan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada, dan pengalaman
langsung menerapkan model pembelajaran CUPs (Conceptual Understanding
Procedures) pada KBM Fisika, yang kelak dapat diterapkan dalam mengetahui