• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

8 TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut Sunaryo (2004), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan (verbal) ataupun tertulis (nonverbal) dari pengalaman seseorang. Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions) dan penerangan yang keliru (miss informations) (Soekanto, 2007).

Ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang diperoleh melalui

(2)

panca indera yang mana pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan atau pengalaman seseorang. 2.1.1 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Tahu artinya dapat mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

(3)

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi (penilaian) terhadap suatu objek materi atau objek penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau partisipan.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Umur

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak (Notoatmodjo, 2003).

(4)

3. Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang yang tingkat ekonominya lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi karena kemampuannya dalam penyediaan media informasi (Notoatmodjo, 2003).

4. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai apa tidak dengan tradisi yang ada dan agama yang dianut (Notoatmodjo, 2003).

5. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Soekanto, 2007).

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau partisipan kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat tingkat tersebut diatas (Notoatdmodjo, 2003).

(5)

Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang, kurang. Dikatakan baik > 75% (skor > 15), cukup 60 - 75% (skor 12 - 15), dan kurang < 60% (skor < 12) (Nursalam, 2008). Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: Baik: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan. Cukup: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan. Kurang: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pertanyaan

Faktor pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang atau dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.

(6)

2.2 Definisi Menopause

Kata “Menopause” berasal dari bahasa Yunani, yaitu men yang berati „bulan‟ dan peusis artinya „penghentian sementara‟ yang digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Sebenarnya secara linguistik yang lebih tepat adalah „Menocease‟ yang berarti berhentinya masa menstruasi. Menopause diartikan sebagai suatu masa ketika secara fisiologis siklus menstruasi berhenti, hal ini berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan (Smart, 2010).

Menurut Effendi (2009), yaitu fase dalam kehidupan seorang wanita dimana indung telur tidak lagi melepas telur tiap bulan dan menstruasi berhenti karena menurunnya hormon estrogen dan progesteron. Seorang wanita yang menopause tidak lagi mempunyai sel telur yang dapat dibuahi, berlangsung pada usia 48 – 55 tahun. Selain itu ada perubahan jumlah FSH dan LH yang merangsang pertumbuhan beberapa folikel setiap bulan sejak remaja. Menopause merupakan fase terakhir, dimana perdarahan haid seorang wanita berhenti sama sekali. Fase ini terjadi berangsur-angsur yang semakin hari semakin jelas penurunan fungsi kelenjar indung telurnya (Yatim, 2001). Tanda yang paling penting pada perempuan usia pertengahan 40 tahun hingga 60 tahun adalah menopause.

(7)

Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon Estrogen yang dihasilkan Ovarium (indung telur). Seorang wanita dikatakan mengalami menopause bila siklus mentruasinya telah berhenti selama 12 bulan. Berhentinya haid tersebut akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Baziad, 2008).

2.2.1 Fisiologi Menopause

Sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai ± 770.000 sel telur yang belum berkembang. Pada fase prapubertas, yaitu usia 8 – 12 tahun, mulai timbul aktivitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar usia 12 – 13 tahun, umumnya seorang wanita akan mendapatkan menarche (haid pertama kalinya). Masa ini disebut sebagai pubertas dimana organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal secara bertahap.

Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi atau periode fertil (subur) yang berlangsung sampai usia sekitar 45 tahun. Pada masa ini wanita dapat mengalami kehamilan dan melahirkan. Fase terakhir kehidupan wanita

(8)

atau setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium, yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non-produktif. Periode ini berlangsung 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah menopause (Kasdu, 2008).

Pada masa pramenopause, hormon progesteron dan estrogen masih tinggi, tetapi semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan post menopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20 hingga 1.000 sel telur tumbuh dan berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang lebih yang berkembang sampai matang yang kemudian mengalami ovulasi. Sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak bekembang. Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja (Kasdu, 2008).

(9)

Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk merespon rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Dari kedua gonadotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH (Kasdu, 2008).

2.2.2 Patofisiologi Menopause

Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya keadaan umum ataupun endokrinologis dari ovarium. Penurunan produksi hormon estrogen menimbulkan berbagai keluhan pada wanita, sedangkan penurunan fertilitas sangat bergantung pada usia wanita tersebut, dan jarang menimbulkan keluhan yang berarti. Fertilitas wanita dan pria pada usia 20 - 24 tahun adalah 100%. Pada usia 35 - 39 tahun fertilitas wanita hanya tinggal 60%, sedangkan pria masih tetap tinggi, yaitu 95%. Pada usia 45 - 49 tahun

(10)

fertilitas wanita tinggal 5% saja dan pada laki-laki mencapai 80% (Bazaid, 2003).

2.2.3 Menopause dalam Fase Klimakterium

Klimakterium adalah suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal masa senium (lanjut usia), yaitu pada usia 40 - 65 tahun. Sedangkan masalah normal yang dialami wanita dari usia 8 sampai 65 tahun terdiri dari Prapubertas, Pubertas, Masa Reproduksi, Masa Klimakterium termasuk Menopause, dan Masa Senil (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000).

Berikut ini pembagian fase klimakterium dibagi menjadi empat fase (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003), yaitu:

1. Pramenopause

Fase pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dengan perdarahan yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif tidak banyak dan kadang-kadang disertai nyeri haid.

2. Perimenopause

Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause dan pasca menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Sebanyak 40 %

(11)

wanita siklus haidnya anovulatorik. Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai keluhan klimakterik. 3. Menopause

Fase ketiga ditandai dengan berhentinya haid atau haid yang terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menopause biasanya terjadi sekitar umur 50 tahun.

4. Pasca menopause

Fase ini merupakan fase dimana seorang wanita tidak mengalami haid selama 12 bulan setelah menopause. 2.2.4 Perubahan-Perubahan Tubuh Menjelang Masa

Menopause

Perubahan pada organ reproduksi (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000) meliputi :

1. Uterus (kandungan = rahim)

Uterus mengecil, selain disebabkan oleh menciutnya selaput lender rahim (atrofi endometrium) juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat antar sel. Serabut otot rahim (miometrium) menebal, pembuluh darah miometrium menebal dan menonjol.

(12)

2. Tuba Falopii

Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengerut, endosalping menipis, mendatar serta rambut getar dalam tuba (silia) menghilang.

3. Ovarium (indung telur)

Saat dilahirkan, wanita mempunyai 733.000 sampai 750.000 bakal sel telur (folikel primodial) yang dengan makin meningkatnya usia jumlahnya makin berkurang.

Tabel 1. Efek usia terhadap jumlah folikel primordial Jumlah Wanita Usia (tahun) Rata-rata jumlah sel Primordial pada Kedua indung telur Rentang jumlah 5 6 – 9 486.600 29.500 - 750.000 5 12 – 16 382.000 85.000 - 591.000 7 18 – 24 150.000 39.000 - 290.000 11 25 – 31 59.000 81.000 - 228.000 8 32 – 38 74.000 15.000 - 208.000 7 40 – 44 8.300 350 - 28.000

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2000)

Pada tabel 1, tampak dengan peningkatan usia pengurangan jumlah folikel terjadi dan pada saat mencapai usia haid pertama (menarche) tinggal separuhnya. Pada usia 40 - 50 tahun, rata-rata jumlah sel primordial menurun sampai 8.300 buah, hal ini disebabkan selain adanya

(13)

ovulasi pada setiap haid, juga disebabkan karena atresia yaitu proses terhentinya pertumbuhan folikel primordial yang mulai tumbuh dalam beberapa hari. Proses - proses ini terjadi terus menerus selama kehidupan si wanita, sehingga pada usia sekitar antara 49 - 50 tahun.

Perubahan dalam sistem peredaran darah indung telur sebagai akibat proses penuaan yang selektif dan terjadinya kekakuan dini pada sistem pembuluh darah indung telur diperkirakan sebagai penyebab utama gangguan peredaran darah ovarium. Dalam fase premenopouse, siklus haid menjadi anovulasi (tidak mengeluarkan sel telur), folikel primer tidak dapat matang secara baik, dan disamping itu, kadar hormon gonadotropin juga meninggi.

Keadaan tersebut mengakibatkan metabolisme dan proses pembentukan hormon estrogen dan progesteron di ovarium menurun serta jaringan ikat makin banyak. Ovarium menciut (atrofi), mengeras, tidak mengandung badan kuning (corpus luteum), dan selaput pembungkusnya (tunika albugenia) menebal. Pada usia menopause berat ovarium tinggal ½ - ⅓ dari berat sebelumnya.

(14)

4. Serviks (leher rahim)

Serviks akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek, sehingga menyerupai ukuran serviks fundus saat masa adolesen.

5. Vagina (liang sanggama)

Terjadi penipisan dinding vagina yang menyebabkan hilangnya lipatan-lipatan vagina (rugae), berkurangnya pembuluh darah, penurunan elastisitas, duh (sekret) vagina menjadi encer dan indeks kario – piknoktik menurun. Derajat keasaman (pH) vagina meningkat karena terlambatnya pertumbuhan jasad renik vagina (Basil Doderlein) yang disebabkan peningkatan cadangan gula dalam sel sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Saluran keluarnya kencing (uretra) ikut memendek dengan mengerutnya dinding vagina, sehingga memudahkan timbulnya infeksi (uretritis) dan pembentukan karunkula. 6. Vulva (mulut kemaluan)

Jaringan vulva menipis karena berkurangnya dan hilangnya jaringan lemak serta jaringan elastik. Kulit menipis dan pembuluh darah berkurang yang menyebabkan pengerutan lipatan vulva. Sering timbul pruritus (rasa gatal) vulva yang disebabkan atrofi dan

(15)

hilangnya sekret mukosa. Hal ini berhubungan dengan dispareunia (nyeri waktu sanggama), mengerutnya introitus vagina (lubang masuk kemaluan), serta berkurangnya serabut pembuluh darah dan serabut elastik. Rambut pubis mons pubis berkurang tebalnya.

2.2.5 Perubahan Tubuh sebagai Dampak Kurangnya Estrogen dan Usia Tua Menjelang Menopause

1. Dasar Pinggul

Kekuatan dan elastisitasnya menghilang karena penciutan (atrofi dan melemahnya daya sokong akibat prolapsus uterovaginal (turunnya alat–alat kelamin bagian dalam) (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000). 2. Anus (lubang pelepasan) dan jaringan sekitarnya

(perineum)

Lemak di bawah kulit menghilang, atrofi otot sekitarnya yang menyebabkan tonus sfingter melemah dan menghilang. Sering terjadi incontinensia alvi vagina (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000).

3. Vesika Urinaria (kandung kemih)

Tampak aktivitas kendali sfingter dan otot detrusor (otot kandung kencing) berkurang (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000).

(16)

4. Kelenjar Payudara

Lemak subkutan diserap, parenkim atrofi, lobus menciut, stroma jaringan ikat fibrosa menebal. Puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang sehingga payudara mendatar dan mengendor (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000).

2.2.6 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Menopause

Menurut Baziad (2003), fase menopause sangat berbeda-beda pada setiap wanita. Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Faktor-faktor lainnya yaitu:

1. Menarche (umur haid pertama kali)

Semakin dini umur sewaktu mendapat haid pertama kali, semakin dini usia saat memasuki masa menopause. 2. Kondisi kejiwaan

Perubahan pada wanita menopause terjadi karena produksi hormon estrogen di indung telur tiba-tiba berhenti. Biasanya peristiwa ini ditandai dengan terjadinya rasa panas dalam tubuh (hot flushes), perasaan mudah cemas dan mudah berkeringat.

(17)

3. Penggunaan Obat-obat Keluarga Berencana (KB) obat-obat KB menekan fungsi hormon dari indung telur, wanita yang menggunakan pil KB lebih lama saat memasuki masa menopause.

4. Merokok

Wanita perokok akan lebih dini memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Karena wanita yang merokok memiliki kadar estrogen yang lebih rendah dari wanita yang tidak merokok.

5. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut

Wanita yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000 - 3000m dari permukaan laut lebih cepat 1 - 2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tinggal di ketinggian < 1000m dari permukaan laut. 6. Sosial – Ekonomi

Seperti juga usia pertama mendapat haid, menopause juga dipengaruhi oleh faktor status sosial-ekonomi. Disamping itu juga tingkat pendidikan dan pekerjaan suami.

(18)

7. Jumlah anak

Semakin sering melahirkan, maka semakin tua atau lama wanita memasuki masa menopause (Kasdu, 2002). 8. Pekerjaan

Keadaan wanita yang tidak menikah dan bekerja mempengaruhi perkembangan kondisi psikisnya, wanita akan mengalami masa menopause lebih dini dibandingkan dengan wanita menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja (Kasdu, 2002).

2.2.7 Tanda dan Gejala Menopause

Menurut Ali Baziad, 2003, tanda-tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:

1.

Gejolak panas (hot flushe).

2.

Jantung berdebar-debar.

3.

Gangguan tidur.

4.

Depresi.

5.

Mudah tersinggung, merasa takut, gelisah atau cemas dan mudah marah.

6.

Sering sakit kepala.

7.

Cepat lelah, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, kurang tenaga.

8.

Kesemutan.

9.

Gangguan libido.

(19)

10.

Obstipasi.

11.

Berat badan bertambah.

12.

Nyeri tulang dan otot. 2.3 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak dkk, 2009).

2.3.1 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu:

1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar.

3. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dkk, 2009).

(20)

Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan masyarakat; baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi, lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.

2.3.2 Misi Pendidikan Kesehatan

Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi berikut:

1. Advokat (Advocate)

Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

2. Menjembatani (Mediate)

Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan.

(21)

3. Memampukan (Enable)

Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003).

2.3.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain:

2.3.3.1 Dimensi Sasaran

1. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.

2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

2.3.3.2 Dimensi Tempat Pelaksanaan

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya :

1. Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid.

(22)

2. Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.

3. Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.

2.3.3.3 Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark, yaitu sebagai berikut :

1. Peningkatan Kesehatan (Health Promotion) Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit, konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lain-lain.

2. Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection)

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau masyarakat. Bentuk

(23)

perlindungan tersebut seperti imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain. 3. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau

Adekuat (Early diagnosis and Prompt Treatment) Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobatai penyakitnya.

4. Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation) Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan

(24)

fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.

5. Rahabilitasi (Rehabilitation)

Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat. Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-latihan tersebut

(25)

2.4 Kerangka Konsep

Subjek

(Ibu usia 30 – 45 tahun)

Pre Test

1. Definisi Menopause 2. Fisiologi Menopause 3. Patofisiologi Menopause 4. Perubahan-perubahan

tubuh menjelang masa menopause

5. Faktor-faktor yang

mempengaruhi menopause 6. Tanda dan gejala

menopause

Post Test

Perlakuan : Pendidikan Kesehatan tentang

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Syafitri, 2019 menyatakan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien terhadap layanan kesehatan yang diterimanya karena orang yang bekerja lebih

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Dalam setiap kemasan produk hasil produksi Auditee yang akan dipasarkan untuk ekspor telah dibubuhi Tand V Legal dengan

 Guru membimbing siswa menganalisis data hasil percobaan yang mereka peroleh dengan membandingkan pada literatur yang ada untuk membuktikan kebenaran hipotesis

Menurut hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru, di kaitkan pada mata pelajaran, kondisi yang ada pada mayoritas siswa kurang tertarik mempelajari

Keputusan Bupati Bantul Nomor 576 Tahun 2014 tentang Perhitungan dan Pemberian Honor Bagi Pengelola Keuangan Daerah di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Medium Brackett and Oliphant’s (BO) merupakan medium fisiologis yang dapat digunakan untuk pencucian sperma- tozoa, disamping medium BO mengandung glu- kosa dan sodium

Berbeda dengan pendapat Supranoto (1981/1982: 27) yang menjelaskan bahwa tembang dolanan merupakan tembang yang dinyanyikan oleh anak dengan iringan musik ataupun

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan alat analisis Partial Adjument Model (PAM), meliputi estimasi pengamatan model