HUBUNGAN AKIVITAS KETAKMIRAN
MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG DI MASJID
KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS
TAHUN 2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
ABDUL CKAMIM NIM: 11111 075
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii Prof. Dr.Mansur, M.Ag
Dosen IAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Di sampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan
koreksi, makanaskahskripsimahasiswa:
Nama : Abdul Ckamim
NIM : 111 11 075
Judul : HUBUNGAN AKIVITAS KETAKMIRAN MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG DI MASJID KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS TAHUN 2016
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk
ditujukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 SalatigaTelp. (0298) 323706
iv
PENGESAHAN
Judul Skripsi
HUBUNGAN AKTIVITAS KETAKMIRAN MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG TINGGAL DI MASJID KOTA SALATIGA DENGAN
PERILAKU RELIGIUS TAHUN 2016 Oleh
ABDUL CKAMIM NIM: 111 11 075
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 maret 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Fatchurrohman, S.Ag,. M.Pd
Sekretaris Penguji : Prof. Dr. Mansur, M.Ag
Penguji I : Dra. Sri Suparwi
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 SalatigaTelp. (0298) 323706
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Abdul Ckamim
NIM : 111 11075
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat
dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Maret 2016 Penulis
vi
MOTTO
Ar
tinya:“Sesungguhnya orang
-orang yang memakmurkan
masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat dan
tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Karena itu semoga
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang
telah hadir di hidupku dan selalu menemaniku dalam menggapai mimpi-mimpiku:
1. Ibunda tercinta Sriyatun dan bapak tersayang Muhammad Sidik, yang
senantiasa memberikan nasehat padaku sebaik-baik nasehat, yang telah
mendidikku dari kecil sampai bisa kuliah S1 di IAIN Salatiga ini serta tidak
lelah mendoakanku tanpa henti untuk menjadi orang yang berguna untuk
semua orang.
2. Nenekku tercinta Wasiyem (almarhum), yang terus menyemangatiku untuk
terus maju menghadapiku hidup ini. semoga amal baiknya diterima oleh Allah
SWT dan ditempatkan di surga-NYA.
3. Adikku tersayang Ahmad Agus Nawawi yang selalu memberikanku semangat
untuk terus maju merubah hidup ini menjadi lebik baik, terus pupuk
semangatmu dalam perkuliahan sampai tercapai cita-cita mu.
4. Segenap keluarga besarku yang selalu memberikan kasih sayangnya dari aku
kecil hingga saatini.
5. IAIN Salatiga yang telah memberiku kesempatan melanjutkan kuliah dengan
berbagai pengalaman dalam organisasi ataupun ilmu yang sangat banyak
diberikan.
6. DEMA IAIN Salatiga kabinet SAHABAT, dan kabinet TOTALITAS,
viii
Forum Komunikasi Mahasiswa Boyolali (FKMB) Salatiga, Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) FATHIR AR RASYID, ITTAQO, RACANA Kusuma Dilaga
Woro Srikandi dan Sahabat keluarga besar PMII Kota Salatiga yang telah
mendidikku, mengajariku dan memberikan banyak pengalaman padaku, yang
sangat berjasa dalam ilmu sosial, ilmu organisasi, ilmu politik dan lain lain,
sehingga saya bisa memanfaatkan ilmu yang telah diberikan.
7. Seluruh sahabat-sahabatku Ahmad Fikri Sabiq (calon guru besar - Amin),
Lukman Hakim, Nur Rohim, Muhammad Sholikhuddin dan yang lainnya tanpa
bisa menyebut satu persatu yang telah memberi warna dihidupku, menemani
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “HUBUNGAN AKTIVITAS KETAKMIRAN MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG TINGGAL DI MASJID KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS TAHUN
2016”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak
sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari
berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
x
3. Prof. Dr. H. Mansur ,M.Ag selaku dosen pembimbing akademik serta dosen
pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan
untuk menjadi yang terbaik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak, ibu dan seluruh keluargaku yang selalu mendorong dan memberikan
motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
6. Seluruh mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga yang
telah banyak memberikan informasi, pengetahuan dan telah bersedia
membantu dalam memberikan informasi yang berguna dalam pembuatan
karya ini dengan baik.
7. Semua pihak yang telah membantu baik doa, motivasi maupun dukungannya
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 17 Maret 2016
Penulis
xi
ABSTRAK
Ckamim, Abdul. 2016. “Hubungan Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga Yang Tinggal Di Masjid Kota Salatiga dengan Perilaku Religius Tahun 2016” Pembimbing: Prof. Dr. Mansur, M.Ag
Kata kunci :Hubungan Aktivitas Ketakmiran dan Perilaku Religius
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga dengan perilaku religius tahun 2016. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitianini adalah: 1) Bagaimana aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016 2) Bagaimana perilaku religiusitas mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016. 3) Adakah Hubungan Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga dengan perilaku religius tahun 2016.
xii
DAFTAR ISI
COVER
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
PENGESAHAN iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v
MOTTO vi
PERSEMBAHAN vii
KATAPENGANTAR ix
ABSTRAK xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Hipotesis Penelitian 4
E. Manfaat Penelitian 6
F. Definisi Oprasional 7
G. Metode Penelitian 10
H. Sistematika Penulisan 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga yang Tinggal
di Masjid 20
xiii
C. Menerapkan Perilaku Religius dalam kehidupan 32
D. Hubungan Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga
yang Tinggal di Masjid Kota Salatiga dengan Perilaku
Religius Tahun 2016 38
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Masjid Kota Salatiga 41
B. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 41
C. Penyajian Data 44
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Pertama 47
B. Analisis Kedua 53
C. Analisis Ketiga 58
D. Analisis Lanjut 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 63
B. Saran 64
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Angket Aktivitas Ketakmiran…... 16 Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Perilaku Religius...……… 16 Tabel3.1 Data Mahasiswa IAIN Salatiga yang Tinggal di masjid Kota
Salatiga Tahun 2016... 43
Tabel3.2 Data Tentang Responden...……… 44 Tabel3.3
Tabel 3.4
Jawaban Angket Aktivitas
ketakmiran………... Jawaban Angket Perilaku religius...
45
46
Tabel4.1 Daftar Nilai Hasil Observasi Angket Aktvitas Ketakmiran
………...………... 49 Tabel4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Aktivitas
Ketakmiran………... 51 Tabel4.3 Persentase Frekuensi Aktvitas Ketakmiran………. 53
Tabel 4.4 Daftar Nilai Hasil Observasi Jawaban Perilaku Religius
………... 54
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Perilaku Religius……….. 56
Tabel 4.6 Prosentase Frekuensi Perilaku Religius...……… 58
Tabel 4.7 Mencari hubungan Aktivitas Ketakmiran dengan Perilaku Religius...……….
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masjid adalah suatu tempat yang suci yang digunakan oleh umat/orang
Islam untuk ber ibadah kepada Allah SWT, dengan salah satu tujuannya supaya
bahagia di dunia dan akhirat. Masjid sebagai pemicu sejahtera dan berkah
dalam hidup umat manusia di muka bumi ini. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
2008, makna masjid yaitu bangunan atau tempat shalat orang Islam. Dari
keterangan di ataskita sebagai orang Islam memahami apa yang menjadi fungsi
masjid dari pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
sehingga masjid dapat digunakan sebagaimana mestinya sekaligus kita paham
bagaiamana cara menjaganya dari kegunaan yang tepat. Dalam masjid
diperlukannya orang-orang yang bisa membuat kegiatan untuk melestarikan
masjid, baik pemuda masyarakat, orang tua atau pelajar seperti halnya siswa
ataupun mahasiswa yang bisa menumbuh kembangkan agenda kegiatan di
dalam masjid.
Mahasiswa adalah pelajar yang berada di perguruan tinggi, mereka
dipandang menjadi orang yang cerdas baik intelektual maupun emosional
spiritual. Dalam kejadian nyata terkadang mahasiswa bersikap yang tidak
sesuai, maraknya kasus demo yang tidak beretika membuat suatu pihak tertentu
2
kecerdasan emosional dan spiritual yang kurang matang. Selain itu kurangnya
keseimbangan antara kualitas jasadiyah, fikriyah, dan ruhiyah dapat
mengakibatkan perlakuan yang tidak seimbang pula. Jika dalam pengalaman
keberagamaan kita dapat seimbang terutama dari segi ruhiahnya baik maka
kegiatan ataupun aktivitas yang dijalankannya juga akan menghasilkan nilai
atau prilaku positif pula, sebagaimana kebiasaan akan menjadi karakter.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga merupakan sebuah kampus
berbasis religius, yang berusaha menanamkan nilai-nilai religius kepada para
mahasiswa. Dalam hal ini perilaku religius bisa digambarkan seperti solat
wajib tepat waktu atau berjama’ah, shalat sunnah, puasa sunnah, bersodakoh,
praktikum Baca Tulis Qur’an (BTQ) untuk menunjang kelancaran serta
kefasihan dalam membaca Al Qur’an, berpakaian sopan dan rapi dan masih
banyak yang lainnya. Sikap religius dewasa realitanya masih banyak
mahasiswa yang kurang memahami lebih mendalam tentang agama terutama
terkait fadhilah amal. Suatu contoh lemahnya perilaku religiusitas mahasiswa
banyak yang masih sering menunda-nunda shalat atau kurang termotivasi
untuk melaksanakan solat berjama’ah di masjid, padahal sesungguhnya banyak
sekali fadhilah yang bisa didapatkan.
Mahasiswa IAIN Salatiga berasal dari berbagai tempat, baik dari dalam
lingkungan salatiga sendiri, daerah di sekeliling Kota Salatiga seperti Boyolali,
Demak, Kudus, Magelang, Jepara, Temangging, bahkan dari luar Jawa juga
ada seperti Kalimantan ataupun Sumatera. Dari semua itu mahasiswa yang
3
angkutan yang tersedia walaupun ada juga yang memilih untuk tinggal di
pondok, sedangkan jika rumahnya tidak dapat ditempuh dengan cepat, selama
ini menurut pandangan sebagian besar mahasiswa ada yang memilih tinggal di
pondok, kos, kontrakan ada pula yang tinggal di masjid, dari sini kita
setidaknya bisa pula mengklasifikasikan terkait perbedan aktivitas dari masing
masing tempat yang mereka tempati.
Dalam sebuah realita saya pernah bertemu dengan salah satu mahasiswa
IAIN Salatiga yang tinggal dimasjid, tetapi dengan alasan sibuk diluar
sehungga dia tidak aktif dalam agenda ketakmiran di masjid yang dia tempati
sehingga dilihat dengan akhlaknya perilaku religiusnya tidak ada, disisi lain
ada yang aktif dengan kegiatan ketakmiran, dan setelah saya lihat keseharianya
dia sangatlah baik dengan perilaku religiusnya. Mahasiswa IAIN Salatiga yang
tinggal di lingkungan atau di masjid Kota Salatiga, apakah menjadi jaminan
jika menjadi takmir atau tinggal di masjid mereka shalatnya tepat waktu, baik
shalat wajib atau sunnah, punya akhlak yang baik, berbicara sopan, sering
puasa sunnah, tilawahnya rutin. Dari hal ini diperlukannya penelitian apakah
ada hubunngan antara mahasiswa yang menjadi takmir masjid atau tinggal di
lingkungan masjid terhadap perilaku relegius agar kita mengetahui ada
tidaknya hubungan aktivitas ketakmiran mahasiswa yang tinggal di lingkungan
masjid dengan perilaku religius. Dari uraian di atas lebih saya jelaskan, bahwa
penulis tertarik meneliti tentang ”HUBUNGAN AKTIVITAS
4
MASJID KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS TAHUN
2016”
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di
masjid Kota Salatiga tahun 2016?
2. Bagaimana perilaku religius mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di
masjid Kota Salatiga tahun 2016?
3. Adakah hubungan aktivitas ketakmiran dengan Perilaku religius pada
mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016?
C.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang
tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016.
2. Mengetahui bagaimana perilaku religius mahasiswa IAIN Salatiga yang
tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016
3. Mengetahui adakah hubungan antara aktivitas ketakmiran dengan Perilaku
religius pada mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga
tahun 2016.
D.Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah asumsi atau dugaan logis yang memberikan
5
awal. Dalam penelitian kita perlu menduga atau mengungkapkan pendapat
terhadap hasil yang bakal diperoleh, baik hasil itu di dukung banyak orang atau
tidak, yang terpenting ketika kita akan mengungkapkan hipotesis harus
berdasarkan informasi-informasi yang ada. Hipotesis mengarahkan kita
kesumber-sumber informasi yang membantu kita untuk menyelesaikan dan
menjawab permasalahan yang sudah ditetapkan. Hipotesis bisa lebih dari
satu.Hipotesis mempuyai kemungkinan didukung atau tidak didukung oleh
data (Darmawan, 2014:33).
Aktivitas di masjid yang positif akan membentuk jiwa karakter yang baik
bagi orang yang bisa melakukannnya dengan benar, seperti menjaga shalat
tepat waktu, akan membuat seorang itu terdidik menjadi orang yang disiplin
dalam setiap hal yang akan dilakukan sehingga pekerjaannya akan selesai tepat
pada waktunya, orang yang kebiasaan atau sering beraktivitas mengerjakan
shalat sunnah dalam mengisi hari harinya, sepertishalat dhuha, shalat tahajjud,
rowatib dan lain lain, akan membentuk karakter orang yang pandai
memanfaatkan sela waktu dengan agenda yang produktif.
Aktivitas baik buruknya seseorang yang dilakukan secara kebiasaan dan
terus menerus akan membentuk sebuah karakter dalam dirinya, dan jika
seseorang mempunyai kebiasaan yang baik maka akan menimbulkan perilaku
religius yang baik pula. Masjid jika dibandingkan tempat tinggal oleh
mahasiswa yang tinggal di kos, kontrakan mempunyai kultur wadah yang lebih
positif karena dipengaruhi lingkungan yang ada di sekitar masjid, dan kegiatan
6
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara
aktivitas ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota
Salatiga dengan perilaku religius tahun 2016. Dengan kata lain jika seorang
mahasiswa melakukan aktivitas ketakmiran dengan baik maka perilaku religius
akan menancap dalam diri individu tersebut atau ada hubungan antara aktivitas
ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga dengan perilaku religius.
E.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas
manfaat penelitian hubungan antaraaktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN
Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga dengan perilaku religius tahun
2016. Sehingga dari informasi tersebut dapat diambil manfaat, baik secara
teoritis maupun praktik, yaitu:
1. Teori
Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
pendidikan di Indonesia khususnya pentingnya mengelola masjid dengan
cara yang baik sehingga dapat memperkaya khazanah keilmuan di bidang
pendidikan Islam tentang pentingnya membentuk lingkungan yang positif
untuk menghasilkan perilaku yang religius.
2. Praktik
a. Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan bahwa dengan kita
7
mengerjakan aktivitas yang baik juga, serta lebih semangat dalam
beribadah sehingga perilaku religius dapat diperoleh. Perilaku baik oleh
mahasiswa IAIN Salatiga sungguh menjadi pemicu dari kesuksesan
dalam hidupnya.
b. Lembaga
Secara kelembagaan kampus IAIN Salatiga, dapat dijadikan
sebagai dorongan untuk menyemangati setiap mahasiswa dalam segi
memakmurkan masjid secara umum, dan meningkatkan perilaku religius
individu secara khusus. Dengan mahasiswa IAIN Salatiga didorong
untuk terus membantu menjaga kemakmuran masjid, maka lambaga
IAIN Salatiga juga akan lebih dikenal masyarakat dan ilmu yang
diberikan oleh dosen kepada mahasiswa bermanfaat untuk masyarakat
Sehingga nama baik kampus bisa tersebar ke berbagai penjuru desa atau
masyarakat secara luas.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian
di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang
terkandung dalam judul tersebut, yaitu:
1. Aktivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Aktivitas/ak·ti·vi·tas/
n 1) keaktifan; kegiatan; 2) kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
8
aktivitas manusia yang bernilai budaya pemerincian tahap pertama unsur
kebudayaan yang universal (Depdiknas, 2008:32). Makna aktivitas di atas
dapat dipahami bahwa aktivitas adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh
makhluk hidup dalam keadaan apapun dan dalam suasana bagaimanpun.
Semua yang dilakukan oleh mahasiswa atau manusia termasuk aktivitas.
Seorang yang bekerja di sawah termasuk aktivitas, orang yang di pasar
termasuk aktivitas, gunung yang meletus termasuk aktivitas, bahkan orang
tidur juga termasuk aktivitas tetapi hal itu aktivitas yang pasif. Dalam
aktivitas manusia atau dalam ini mahasiswa akan membentuk sebuah
karekter bagi diri kita masing-masing, maka dari itu perlunya mahasiswa
membuat atau melakukan aktivitas yang terbaik dalam kesehariannya.
2. Ketakmiran
Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai
pembinaan umat, maka ada banyak sisi aktivitas yang harus dikembangkan.
Apa lagi aktivitas masjid itu tidak hanya melibatkan sekelompok orang dan
aktivitasnya tidak hanya berupa ibadah tertentu yang berupa ritual. Oleh
karena itu, semestinya aktivitas masjid menyentuh dan melibatkan semua
kelompok jamaah mulai dari kanak-kanak, anak-anak, remaja, pemuda,
orang dewasa, sampai orang tua yang sudah lanjut usia sekalipun. Oleh
karena itu masjid harus mempunyai progam yang banyak dan bervariasi
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan melaksanakannya, menyiapkan
fasilitas fisik masjid yang memadai, menejemen kepengurusan yang solid,
9
Takmir masjid dibentuk oleh pengurus masjid yang punya hak dalam
pembentukan ketakmiran suatu kepengurusan. Takmir masjid mempunyai
tugas yang bermacam-macam dengan tidak hanya bersih-bersih berada di
masjid ataupun lingkungan masjid, tetapi juga berfikir bagaimana masjid itu
bisa makmur dengan berbagai kegiatan. Kegiatan keagamaan seperti
kegiatan anak-anak di sore hari yang disebut Taman Pendidikan Qur’an
(TPQ), pengajian rutin mungkin setiap bulan atau setiap minggu, kegiatan di
hari-hari besar dan lain lain itu perlu dilakukan dalam kegiatan masjid. Jika
dapat disederhanakan bahwa aktivitas ketakmiran menjaga kenyamanan
kegiatan di masjid dan membuat acara yang menjadikan masjid makmur
dalam rangkaian kegiatan yang disusun oleh takmir masjid atau pengurus
masjid, sehingga masjid terasa hidup kegiatannnya.
Dalam buku “pedoman perpustakaan masjid” yang diterbitkan oleh
Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf Jakarta
tahun 1995/1996:5 disebutkan bahwa apabila masjid berfungsi tidak hanya
sebagai tempat melaksanakan ibadah, maka yang datang di masjid tidak
hanya terbatas pada orang-orang yang datang pada saat melaksanakan
ibadah. Maka ramai pula dengan mereka yang mengunjungi masjid untuk
keperluan belajar mengajar. Dengan demikian akan semaraklah masjid,
karena tidak hanya merupakan tempat ibadah. Sejauh mana tingkat
kemakmuran masjid itu, akan banyak tergantung pada besarnya daya tarik
10
3. Mahasiswa IAIN Salatiga
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah
Mahasiswa yang terdaftar di dalam akademik kemahasiswaan yang
mempunyai kewajiban untuk mengikuti peraturan di dalam kampus dan
mempuyai hak fasilitas yang tercukupi berupa pelayanan yang sesuai.
4. Perilaku Religius
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perilaku
mengandung arti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan (Depdiknas, 2008:755). Religius sangat berhubungan
berhubungan dengan keyakinan iman dan agama, yang dapat dilihat melalui
aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau
keyakinan iman yang dianut.
G.Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian yang
sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan
suatu fenomena menurut perspektif peneliti (Purwanti, 2010:8) dalam
penelitian kuantitatif sering digunakan rumus-rumus statistik. Statistik
11
Proses pendekatan penelitian membutuhkan tahapan berpikir ilmiah
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat
dipertanggung-jawabkan. Pada dasarnya untuk memperoleh pemahaman dan jawaban
yang sempurna tentang permasalahan yang dikaji atau diteliti, perlunya
penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif untuk
membuktikannya.Penelitian ini untuk mencari hubungan antara variabel
X, yaitu aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di
masjid Kota Salatiga dengan variabel Y, yaitu perilaku religius.
b. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
korelasional. Dimana penulis mendeskripsi dan menginterpretasi data
yang ada. Data deskriptif dalam penelitian ini diperoleh melalui angket
dan observasi. Angket yang kita buat berdasarkan informasi kegiatan
atau aktivitas yang biasa dilakukan oleh takmir masjid secara umum,
selanjutnya kita minta responden untuk bisa mengisi angket. Observasi
yang dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi langsung masjid atau
bertemu langsung dengan responden.
c. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Masjid Kota Salatiga yang berada di 4
kecamatan dengan mengambil sampel 34 Responden Mahasiswa IAIN
12
Salatiga. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2015
sampai dengan selesai.
2. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitan, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan diteliti (Martono, 2011: 74). Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Pada dasarnya di Kota Salatiga sangatlah banyak
masjid yang berdiri kurang lebih ada 200 masjid, tetapi peneliti tidak
meneliti semua masjid yang ada di Kota Salatiga, dikarenakan tidak semua
masjid yang berada di Kota Salatiga di dalamnya ada mahasiswa IAIN
Salatiganya. Berdasarkan penulis mengambil sampel sebanyak 34
mahasiswa dengan menggunakan purposive sampling. System purposive
samplingmerupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.Kita memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki
kompetensi dengan topik penelitian kita. (Martono, 2011:79).
Populasi dalam penelitian harus jelas karena menjadi dasar utuk
menentukan sampel sebuah penelitian, sehingga objek yang akan kita teliti
lebih jelas dalam proses penelitian. Menurut Ruslan (2010:133) populasi
penelitian adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti yang dapat berupa
benda-13
benda, dan gejalanya yang memiliki karakteristik tertentu. Dalam penelitian
ini penulis mengambil populasi mahasiswa yang tinggal di masjid di Kota
Salatiga dengan aktivitas ketakmirannya terhadap perilaku religius tahun
2016. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini, yaitu dengan cara
peneliti mencari informasi melalui bertanya langsung dengan mahasiswa
yang sekiranya tahu dimana lokasi mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di
masjid Kota Salatiga. Selain itu juga lewat sms atau facebook yang penulis
sebarkan pencarian informasi masjid dimana saja yang ada mahasiswa IAIN
Salatiganya. Dengan cara tersebut, penulis tidak tidak menggunakan
persentase dari jumalah masjid atau semua jumalah mahasiswa yang tinggal
di masjid kota Salatiga dan sudah memenuhi persyaratan dari sebuah teori
Penunjukan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan (purposive Sampling).
3. Teknik Pengumpulan Data
Ada banyak teknik pengumpulan data dalam melakukan proses
penelitian. Salah satu macam teknik pengumpulan data, yaitu sebagai
berikut:
a. MetodeAngket
MenurutKoencoroningrat (1997:137) angket adalah instrument
pengumpulan data dengan daftar pertanyaan untuk memperoleh data
berupa jawaban dari para responden. Metode angket ini digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai variabel X yaitu aktivitas ketakmiran
mahasiswa IAIN Salatiga dan data mengenai variabel Y yaituperilaku
14
digunakan adalah angket tertutup. Sehingga responden tidak bisa
memberikan jawaban lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif
jawaban. Penulis sudah menyediakan jawaban yaitu pada pilihan ganda
A, B, dan C. Responden tinggal membubuhkan tanda silang (X) pada
pilihan jawaban yang tersedia. Adapun skor yang diberikan sesuai
dengan jawaban dari masing-masing pertanyaan, yaitu untuk pilihan
ganda (A) nilainya 3, untuk pilihan ganda (B) nilainya 2, dan untuk
pilihan ganda (C) nilainya 1. Maka skor maksimal yang mungkin dicapai
responden adalah 45 dan skor minimalnya adalah 15. Adapun
penyebaran angket tersebut terdapat di dalam lampiran.
b. Metode Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan (Arikunto, 1998:234).
Dalam penelitian ini, penulis mengikuti dan mengamati Kegiatan
ketakmiran oleh Mahasiswa IAIN Salatiga sebagai responden. Penulis
juga melakukan pengamatan terhadap keadaan masjid, keadaan
mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang
isinya terdiri atas pemikiran terhadap peristiwa itu, dan tertulis dengan
sengaja untuk menyimpan keterangan atau merumuskan keterangan
mengenai peristiwa untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, buku, atausoal (Arikunto, 1998:201). Dalam Kamus
15
“dokumentasi/do·ku·men·ta·si/ /dokuméntasi/ n1) pengumpulan,
pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang
pengetahuan; 2) pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan
(seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain)”
(depdiknas, 2008:361) Metode ini penulis menggunakan untuk
mendapatkan data mengenai gambaran umum aktivitas ketakmiran
mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakanoleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah (Arikunto, 1998:151).Instrumen yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah butir-butir pertanyaan dalam angket
untuk masing-masing variabel, yaitu variabel aktivitas ketakmiran
mahasiswa IAIN Salatiga dan variable perilaku religius. Adapun
kisi-kisinya penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Dalam mendukung variabel yang diambil dari judul, maka dalam
menentukan instrumen aktivitas ketakmiran, maka dengan berdasarkan
ad/art Dewan Masjid indonesia tentang fungsi dan tugas takmir masjid,
yaitu dengan adanya kegiatan dibidang Ibadah, pendidikan dan dakwah,
kemudian bertugas peringatan hari besar, kegiatan kerumahtanggaan, dan
lain lain. Dalam variabel perilaku religius dengan kita mengethui arti dari
16
(2010:25), dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri dalam dimensi akidah,
dimensi ibadah, dimensi wawasan berfikir atau pengetahuan agama, dan
dimensi amal.
Tabel 1.1
Kisi-kisi Instrumen Angket Aktivitas Ketakmiran
Tabel 1.2
Kisi-kisi Instrumen Angket Perilaku Religius
No Dimensi Indikator Jumlah
Soal
Sebaran Soal 1 Akidah Meyakini bahwa Allah
menjamin rizki bagi semua
Membentengi dari sifat syirik 1 4
2 Ibadah Melaksanakan shalat 2 5,6
Puasa Ramadhan dan puasa sunnah
2 7,8
Membaca Al-Qur’an 1 9
No Dimensi Indikator Jumlah
Soal
Mengikuti kegiatan PHBI 3 8,9,10
17
Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data
pengorganisasian ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Untuk memperoleh hasil yang dapat digeneralisasikan, setiap data yang
masuk harus dianalisis. Untuk menganalisis data tersebut penulis
menggunakan uji statistik, yaitu:
a. Untuk mengetahui variasi/analisis pendahuluan digunakan teknik analisis
data prosentase frekuensi dengan rumus:
Analisis ini untuk mengetahui variabel aktivitas ketakmiran
mahasiswa IAIN Salatiga dan perilaku religius. Selanjutnya untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara aktivitas ketakmiran Mahasiswa
IAIN Salatiga terhadap perilaku religius, teknik analisis data yang
18
rxy=
N∑XY−(∑X)(∑Y)
[N∑X2− ∑X 2][N∑Y2−(∑Y)²]
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi pengaruh antara variabel X dan variabel Y
X : Jumlah variabel X
Y : Jumlah variabel Y
∑X2
: Kuadrat dari variabel X
∑Y2
:Kuadrat dari variabel Y
N : Banyaknya sample penelitian
XY : Product dari variabel X dan Y
∑ : Jumlah
H.Sistematika Penulisan 1. Bagian Awal
Berisi mengenai halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman
pengesahan skripsi, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar,
abstrak, dan daftar isi.
2. Bagian Isi
Bagian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:
BAB I: Pendahuluan yang memuat tentang pembahasan yang terdiri dari
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
signifikansi penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
19
BAB II: Kajian pustaka yang memuat tentang teori dan konsep (yang
mendukung penelitian) yaitu terbagi menjadi dua sub pokok bahasan.
Yang pertamatentangpengertian aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN
Salatiga. Dan yang kedua adalah tentang perilaku religius.
BABIII: Laporan hasil penelitian yang meliputi: penjelasan tentang masjid
Kota Salatiga gambaran umum aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN
Salatiga terhadap prilaku religius tahun 2016 danpenyajian data.
BAB IV: Analisis data yang meliputi analisis aktivitas ketakmiran
mahasiswa IAIN Salatiga, analisis perilaku religius 2016, juga analisis
hubungan antara aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga
dengan perilaku religius tahun 2016.
BAB V: Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan, saran, dan
penutup.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir termuat daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga yang Tinggal di Masjid 1. Pengertian Aktivitas Ketakmiran Masjid
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata aktivitas
mempunyai arti: 1). keaktifan, kegiatan 2). Kerja atau salah satu kegiatan
kerja yang dilakukan dalam tiap bagian di dalam perusahaan(Depdiknas,
2008:32).Takmir Masjid adalah sekumpulan orang yang mempunyai
kewajiban memakmurkan masjid. Takmir masjid sebenarnya telah
bermakna kepengurusan masjid, namun tidak salah bila kita menyebut
“Pengurus Takmir Masjid” (Wibowo 2008:29).
Firman Allah SWT (QS.At-Taubah:18).
Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Karena itu semoga mereka termasuk orang-orang yang mendapat hidayah“. (QS. At-Taubah:18) Terjemahan oleh Departemen Agama RI .
Dari ayat di atas dapat dipahami, bahwa salah satu tanda orang
beriman yaitu orang yang mau memakmurkan masjid dengan landasan iman
kepada Allah SWT. Orang yang menegakkan shalat di masjid adalah salah
21
di masjid, menjadikan syiar Islam lebih terlihat. Allah SWT tidak
memandang siapa yang berada di masjid dengan pangkat jabatan apapun,
tetapi yang di pandang adalah ketaqwaannya.
Sedangkan masjid berasal dari bahasa Arab yaitu “sajada” yang
berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT. Bumi yang kita
tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh
melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini, terkecuali diatas
kuburan, di tempat yang bernajis, dan di tempat-tempat yang menurut
ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat (Gazalba,
1975:108-109). Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi,
yang kemudian dinamai sujud oleh syariat adalah bentuk lahiriah yang
paling nyata dari makna-makna diatas. Itulah sebabnya mengapa bangunan
yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang
artinya "Tempat Bersujud."(Wibowo 2010:23). Masjid tidak bisa dilepaskan
dari masalah shalat, berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW setiap orang
bisa melakukan shalat dimana saja, baik itu dirumah, dikebun, dijalan, di
kendaraan, dan tempat lainnya. Selain itu masjid merupakan tempat orang
berkumpul dan melaksanakan shalat secara berjamah, dengan meningkatkan
solidaritas dan silaturahmi di kalangan kaum muslimin. Di masjid pulalah
tempat terbaik untuk melangsungkan shalat Jum’at.
Di masa Nabi Muhammad SAW ataupun dimasa sesudahnya masjid
menjadi pusat atau sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan di bidang
22
dan kemiliteran yang dibahas dan dipecahkan di lembaga masjid. Masjid
berfungsi sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam. Masjid
merupakan ajang halaqah atau diskusi, tempat mengaji, dan memperdalam
ilmu-ilmu agama dan umum. Pertumbuhan remaja masjid dewasa ini juga
termasuk upaya memaksimalkan fungsi kebudayaan yang diemban
masjid.Kalau saja tidak ada kewajiban shalat, tentu tidak ada yang namanya
masjid dalam Islam. Shalat sudah disyariatkan pada awal kelahiran Islam
sebanyak empat rakaat, dua di pagi hari dan dua di sore hari. Penetapan
shalat lima waktu seperti sekarang ini baru disyariatkan menjelang Nabi
hijrah ke Madinah. Sampai saat itu ibadah shalat dilakukan di rumah-rumah,
tidak usaha mendirikan masjid karena lemahnya kedudukan umat Islam
yang sangat lemah, sedangkan tantangan dari penduduk Makah begitu
ganasnya yang menyebabkan sulitnya Islam masuk ke hati masyarakat.
Pertambahan jumlah masjid merupakan sesuatu yang harus di syukuri.
Apalagi ini pertanda bahwa eksistensi Islam dan umatnya, khususnya di
negara Indonesia semakin kuat. Namum sebagai umat Muslim yang baik,
tidak boleh puas hanya karena masjid dan musholla kian bertambah banyak.
Hal ini apabila di lihat dari sisi lain, yakni menilai sejauh mana fungsi
masjid yang terwujud sekarang ini, sebagian besar dari masjid belum
berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam kontek mengembalikan kejayaan
Islam dan umatnya, memakmurkan masjid sebagimana fungsinya menjadi
sesuatu yang sangat penting. Hal ini bisa dijadikan sebagai titik tolak untuk
23
Masjid bagi umat Islam seperti air bagi ikan, yang tidak akan bertahan
lama dalam hidupnya kalau dipisahkan dari air. Berarti jiwa atau ruh
keislaman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak suka ke masjid atau
tidak memperoleh pembinaan dari masjid. Oleh sebabnya, Muhammad
Sa’id Ramadhan Al-Buthi dalam bukunya, Sirah Nabawiyah menyatakan
”tidak heran kalau masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi
pembantukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan
tersentuh secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap
sistem, aqidah dan tatan Islam. Hal ini tidak akan ditimbulkan kecuali
melalui semangat masjid.” (Al-Buthi, 2005:6). Dengan demikian, masjid
punya kedudukan yang sangat penting bagi kaum muslimin, yakni dalam
rangka dan memantapkan ruh keislaman dari kaum muslimin.
2. Fungsi dan Tugas Takmir Masjid
Takmir Masjid adalah sekumpulan orang yang mempunyai kewajiban
memakmurkan masjid. Takmir masjid sebenarnya telah bermakna
kepengurusan masjid, namun tidak salah bila kita menyebut “Pengurus
Takmir Masjid”.
Adapun fungsi dari takmir masjid ini yaitu meliputi: 1).Idaroh atau
kegiatan administrasi, 2). Imaroh atau kegiatan-kegiatan yang mengarah
kepada pembinaan jamaah, dan 3). Ri’ayah, yaitu kegiatan yang berkaitan
dengan pembangunan fisik (sarana dan prasarana).
Takmir Masjid memiliki tanggungjawab untuk mengarahkan
24
jamaah dalam meyakini Allah SWT sebagai Tuhannya, Islam sebagai
agamanya dan Muhammad sebagai Nabinya. Selain itu, takmir masjid juga
memiliki kewajiban untuk mendorong jama’ahnya agar senantiasa menjaga
kerukunan diantara warga masyarakat.
Prinsip mengakui adanya perbedaan paham dan menghargai
pemikiran dan pemahaman antara yang satu dengan yang lain haruslah tetap
dijunjung tinggi. Suasana kerukunan haruslah diciptakan sedemikian rupa
sehingga masalah-masalah perbedaan paham tidak harus menjadi hambatan
di dalam kehidupan bersama. Meskipun kadang tidak dapat memuaskan
bagi semua pihak, namun upaya yang baik dilakukan adalah menjadikan
dialog atau musyawarah sebagai jalan untuk mengambil
keputusan-keputusan.
Pengurus masjid tentu saja sangat besar perannya dalam
memakmurkan masjid, pengurus masjid harus benar-benar solid (Wibowo
2010:30). Komunikasi adalah suatu hal yang terpenting dalam organisasi
atau perkumpulan. Takmir masjid yang solid dan saling bekerjasama dangan
baik, akan menghasilkan kegiatan dengan baik. Tetapi jika komunikasi
berjalan tidak sehat antara takmir maka tujuan kegiatannya tidak akan
tercapai atau berhasil.
Adapun tugas pokok takmir masjid adalah sebagai berikut:
a. Bidang Ibadah, Pendidikan & Dakwah, yang meliputi pemberdayaan
TPQ, mengajar membaca Al-Qur’an untuk anak dan dewasa, pelatihan
25
manjemen takmir masjid. Selain itu juga bertugas mengenai pembuatan
jadwal imam dan khotib sholat jum’at dan tarawih secara periodik.
b. Bidang Peringatan Hari Besar Islam Nasional, yang meliputi pelaksanaan
sholat Idhul Adha dan penyembelihan qurban, pelaksanaan tahun baru
hijriyah, peringatan maulid nabi, isra’ mi’raj, nuzulul qur’an, halal
bihalal.
c. Bidang Kerumah tanggaan, yang meliputimenjaga dan merawat
perlengkapan sarana ibadah masjid, menjaga dan merawat bangunan
masjid, menata dan menjaga kebersihan masjid, dan menata dan
memelihara kondisi taman di sekitar masjid secara rutin didasari
keindahan dan keasriannya. Selain itu juga bertugas untuk melakukan
inventarisasi barang-barang milik masjid, merencanakan pengadaan
peralatan & perlengkapan untuk kelancaran kegiatan ibadah masjid,
Melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada ketua.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa takmir masjid
sangatlah erat dengan keberhasilan dalam memakmurkan masjid. Takmir
masjid atau pengurus masjid yang kreatif dan inovatif akan membuat
agenda-agenda yang bisa menarik masyarakat. Masyarakat akan terus
semangat datang ke masjid apabila ada suatu stimulus yang menarik,
26
3. Mahasiswa IAIN Salatiga yang Tinggal di Masjid
Mahasiswa kata yang berat dan sulit untuk diucapkan. Mahasiswa
terdiri dari kata maha dan siswa, maha dalam kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) artinya sangat, amat dan teramat sedangkan siswa artinya murid
atau pelajar (Depdiknas, 2008:895). Mahasiswa seakan menjadi kata yang
terdengar “berat” bagi sebagian orang. Maklum, kata “maha” yang melakat
di depan kata “siswa” bukan hanya menjadi pelengkap atau imbuhan belaka,
namun juga menandakan bahwa seorang mahasiswa mempunyai
kemampuan, kualifikasi, dan tanggung jawab yang lebih banyak dan besar
dari seorang siswa.
Secara harfiah, “mahasiswa” merupakan panggilan untuk orang yang
sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan
tinggi. Namun secara tersirat, mahasiswa memiliki tugas yang jauh lebih
besar dari hanya sekedar belajar di almamater. Menurut Tri Dharma
Perguruan Tinggi, seorang mahasiswa sedikitnya harus melakukan 3 hal,
yaitu: pendidikan, pengajaran, penelitian & pengembangan, serta
pengabdian masyarakat.Selain itu, seorang mahasiswa juga diharuskan
menyadari identitas seorang mahasiswa
Mahasiswa adalah insan yang memiliki kualifikasi keilmuan yang
memadai, individu yang logis, ilmiah, terpelajar, merasa lebih tahu dari pada
masyarakat kelas non ilmiah. Mahasiswa mempunyai aktivitas yang
27
Masyarakat memandang mahasiswa adalan penggerak perubahan, yang
salah satu tugasnya ikut andil dalam gerakan memajukan masyarakat.
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah
Mahasiswa yang terdaftar di dalam akademik kemahasiswaan yang
mempunyai kewajiban untuk mengikuti peraturan di dalam kampus dan
mempuyai hak fasilitas yang tercukupi berupa pelayanan yang sesuai.
Dari ribuan mahasiswa IAIN Salatiga, ada puluhan mahasiswa yang
berperan dalam aktivitas ketakmiran masjid seperti mengerjakan tugas
berupa sosial seperti mengadakan TPQ di sore hari, bersih bersih
lingkungan masjid, ataupun yang berupa keagamaan dengan menggerakan
shalat berjama’ah, tadabbur Al-Qur’an, menjadi muadzin ataupun imam
masjid. Semua itu dilakukan ada yang berupa harian, mingguan, atau
bulanan sesuai dengan kesepakatan atau jadwal yang tertera.
B.Perilaku Religius
Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung arti
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan
(Depdiknas 2008:1140). Perilaku religius menurut Abdul Rohman (2010:25),
dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri dalam dimensi akidah, dimensi ibadah,
dimensi wawasan berfikir atau pengetahuan agama, dan dimensi amal.
1. Dimensi Akidah
Sikap religius atau keberagamaan yang merupakan realisasi dari
28
teoritis dengan ranah empiris. Akidah yang matang akan menghasilkan
keyakinan akan Tuhan-Nya secara mendalam. Tidak ada sesuatu yang
dipercayai sebagai Illah yang maha segalanya selain hanya Allah SWT.
Akidah yang lurus tanpa di campuri dengan hal yang tidak dalam aturan
agama akan menjadikan perilaku religius seseorang lebih mantab.
Akidah orang yang beragama harus kuat, sehingga dalam
kehidupannyaakan terarah dengan kebaikan. Keyakinan yang kuat diri
seseorang yang mempunyai akidah benar menjadikannya mempunyai sifat
religius dalam kehidupannya.Hidup dan mati hanya untuk Allah SWT.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat Al-An’am ayat
162 sebagai berikut:
Artinya: Katakanlah, sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Ayat di atas dapat kita pahami bahwa hidup seseorang itu hakekatnya
untuk Allah SWT. Dimensi akidah ini juga berkaitan dengan sikap
seseorang kepada Allah, yaitu bertawakkal. Hal ini sebagaimana firman
Allah SWT dalam Surat Al-Anfal ayat 2 sebagai berikut:
29
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
2. Dimensi Ibadah
Perilalu religius akan sangat terlihat jelas dari segi intensitas
ibadahnya. Orang yang taat pada agama, maka akan senantiasa taat pada
perintah-perintah-NYA. Bentuk ketaatan itu salah satunya bisa berupa
ketaatannya dalam beribadah kepada Allah SWT dengan cara menjaga
waktunya untuk selalu shalat tepat pada waktunya. Mengerjakan
amalan-amalan ibadah sunnah misalnya shalat dhuha, tahajjud, membaca Al-Qur’an
dan lain-lain.
Dalam Islam, ibadah memiliki aspek yang sangat luas. Segala sesuatu
yang dicintai dan diridhai Allah SWT baik berupa perbuatan maupun
ucapan, secara lahir atau batin, semua merupakan ibadah. Sedangkan segala
sesuatu yang tidak diridhai Allah SWT adalah maksiat.Ibadah dibagi
menjadi dua kategori, yaitu ibadah mahdhah (khusus), yaitu ibadah yang
ditentukan cara dan syaratnya secara detail dan biasanya bersifat ritus.
Contoh dari ibadah mahdhah adalah shalat, zakat, puasa, haji, qurban,
aqiqah. Yang kedua yaitu ibadahghairu mahdhah(umum), yaitu ibadah
dalam arti umum, yakni segala perbuatan baik manusia. Ibadah ini tidak
ditentukan cara dan syarat secara detil, diserahkan kepada manusia sendiri.
Islam hanya memberi perintah/anjuran, dan prisnip-prinsip umum saja.
Ibadah dalam arti umum misalnya: menyantuni fakir-miskin, mencari
30
Untuk ibadah mahdhah harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan
hadis. Sehingga berlaku prinsip bahwa segala sesuatu dilarang, kecuali yang
diperintahkan. Sedangkan untuk ghairu mahdhah harus sesuai dengan jiwa
dan prinsip prinsip ajaran Islam. Pelaksanaannya justru memerlukan
kreatifitas manusia. Sehingga berlaku prinsip bahwa segala-sesuatu boleh,
kecuali yang dilarang. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Bayyinah ayat 5 sebagai berikut:
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5) Terjemah Departemen Agama RI.
3. Dimensi Wawasan Berpikir atau Pengetahuan Agama
Dalam dimensi ini, pengetahuan agama, bercirikan diantaranya dapat
membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik, dapat membaca dengan
benar sesuai kaidah tajwid, selain itu melaksanakan semua
perbuatan-perbuatan dalam kehidupan merujuk pada ajaran agama yang telah
ditentukan dalam agama Islam. Selain membaca secara benar dan menulis
dengan benar, pendalaman pemaknaan dalam Al-Qur’an juga dilakukan
sebagai upaya menambah pengetahuan dasar dalam mengarungi kehidupan.
Dimensi wawasan berpikir ini juga bisa disebut dengan dimensi
intelektual yaitu menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap
31
memiliki pengetahuan tentang keyakkinan ritus, kitab suci, dan tradisi yang
berkaitan dengan agamanya. Apakah dia mengikuti pengajian, membaca
buku untuk menambah wawasan dan pengetahuan agamanya. Allah SWT
berfirman dalam Surat Az-Zumar sebagai berikut:
Artinya: Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar ayat 9) Terjemah Departemen Agama RI.
4. Dimensi Amal, Sikap atau Perbuatan Pribadi
Orang yang beriman kepada Allah SWT tidak akan berani angkuh dan
sombong di kala ia kuat, baik kuat dalam arti fisik maupun kuat dalam arti
mempunyai kekuasaan. Adanya larangan untuk bersikap angkuh dan
sombong itu adalah demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia itu
sendiri, seandainya masih juga tidak mau memperhatikan larangan itu, maka
berarti orang itu sudah nekat untuk masuk ke dalam neraka. Orang yang
mempunyai keberagamaan dan iman kepada Allah tidak akan berani
bersikap pura-pura baik di hadapan orang, karena yakin bahwa niat hatinya
pasti diketahui oleh Allah SWT. Firman AllahSWT dalam surat Al-An’am
ayat 3:
32
lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan (Al-An’am:3) Terjemah Departemen Agama RI.
Dimensi amal ini juga menunjuk seberapa tingkat muslim berperilaku
dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi
dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Sebagai contohnya
perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, jujur, dan sebagainya.
C.Menerapkan Perilaku Religius dalam kehidupan
Beberapa banyak orang yang berubah jalan hidup dan keyakinannya
dalam waktu yang sangat pendek, dari seorang penjahat besar tiba-tiba menjadi
seorang yang baik, rajin dan tekun beribadah, seolah dia dalam waktu yang
singkat dapat berubah menjadi orang lain dan bisa sebaliknya, orang yang
patuh dan tunduk kepada agama dapat berubah menjadi orang yang lalai atau
menentang agama. Hubungan antara moral dan agama sebenarnya sangat erat.
Biasanya orang yang mengerti agama dan rajin melaksanakan ajaran agama
dalam hidupnya, moralnya dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, orang
yang akhlaqnya merosot,biasanya keyakinannya terhadap agama kurang atau
tidak ada sama sekali. (Zakiyah Daradjat, 1970:2).
Menurut teori kepribadian, bahwa manusia adalah mahluk individual
yang dimotivasikan oleh dorongan-dorongan social yang sudah dibawa sejak
lahir. Adler menjadi pelopor dalam psikologi perkembangan yang
mengemukakan teori bahwa kesadaran (consiusness) merupakan bagian yang
33
individu yang terhimpun dalam diri dan digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari
dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang
khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis,
artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar
serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang
dan mantap kepribadiannya dan akan bermanfaat dalam kehidupannya.
Kepribadian yang baik akan membentuk sebuah perilaku yang baik pula.
Seorang yang beragama harus mempunyai kepribadian yang baik, karena
manusia dengan agamanya tidak hanya berhubungan dengan Tuhan, tetapi
hubungan dengan sesama manusia atau makhluk hidup lainnya juga harus baik
dan beretika.
Agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang
terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca, dipelajari dan diamalkan.
Kemudian kata religare berarti mengikat. Agama bersifat mengikat antara
manusia dengan Tuhan. Ikatan yang dimaksud berasal dari salah suatu
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan ghaib yang tidak
dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar
sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Jalaluddin, 2000:12). Dunia ini
hampir setiap individu membutuhkan ketenangan dalam hidup, membutuhkan
kenyamanan dalam menaungi kehidupannya. Agama itulah yang menjadi salah
34
Agama merupakan kebutuhan asasi setiap manusia. Di
dalamkehidupannya, manusia tak lepas dari masalah keagamaan. Untuk
itu, masalah keagamaan dipandang sejajar dengan masalah-masalah kehidupan
lainnya, seperti masalah sosial, ekonomi maupun politik. Masalah agama
sekarang tidak lagi terbatas kepada masalah keimanan, keyakinan
melainkan berkembang menjadi berbagai macam dimensi, seperti ritus,
pranata sosial, maupun perilaku sosial masyarakatnya (Sugeharti, 2013:36).
Dalam beragama seseorang dapat menjadikan hidupnya lebih nyaman
dan berharga di hadapan orang lain, dikarenakan mereka mempunyai identitas
yang lebih jelas. Dengan keyakinannya maka tujuan arah hidupnya juga
berdasarkan aturan agama yang dianutnya. Agama bukanlah sesuatu yang
logis ataupun tidak logis sehingga perlu dicari sebuah alasan untuk
mempercayainya. Namun, agama merupakan suatu keyakinan yang hakiki
dan setiap individu bebas untuk memilih agama apa yang hendak diyakininya.
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu system nilai yang
memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi
kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan
keyakinan agama yang dianutnya (Jalaludin, 2000:226).
Firman Allah SWT (Q.S At-Taubah:108) sebagai berikut:
35
Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.(At-Taubah:108) Departemen Agama RI
Ayat di atas menjelaskan bahwa kebenaran yang sesungguhnya telah
datang, tinggal bagaimana manusia saja menyikapi keadaan yang ada, sehingga
manusia tersebut mendapatkan petunjuk dari Allah SWT atau tidak. Orang
yang mempunyai keberagamaan baik akan mempunyai sifat akhlak yang baik,
sehingga dapat menimbulkan sifat yang agamis dalam kehidupan beragama.
Dari beberapa konsep tentang pengertian agama tersebut maka muncul istilah
religiusitas.
Religiusitas adalah penghayatan nilai-nilai agama seseorang yang
diyakini dalam bentuk ketaatan dan pemahaman agama secara benar serta
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Widiana, 2013:32). Dari
pengertian religiusitas, maka perilaku religius juga termasuk penghayatan dari
setiap langkah berdasarkan ajaran agama yang dianut. Agama menyangkut
kehidupan lahir dan batin manusia. Kesadaran beragama dan pengalaman
agama seseorang akan memunculkan sikap religius yang ditampilkan dalam
kehidupannya. Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar
ketaatannya kepada agama. Orang yang mempunyai ketaatan yang baik, maka
tingkah lakunya akan baik pula, begitu pula sebaliknya jika keberagamaannya
setengah-setengah maka akhlak dalam kehidupannya biasanya kurang
36
Sikap keberagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern meliputi potensi beragama, maka manusia disebut
homo religius. Potensi beragama ini termuat dalam aspek kejiwaan manusia
seperti naluri, akal, perasaan, maupun kehendak dan sebagainya. Faktor ektern
yaitu lingkungan. Manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh luar
dari dirinya, seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah
(Jalaludin, 2000:186). Terkadang kita putus asa akan masalah-masalah dalam
kehidupan kita, maka faktor keberagamaan dari diri sendiri atau faktor luar
sangat mempengaruhinya. Menurut Glock dan R.Stark yang dikutip oleh
Dadang Kahmad dalam buku yang ditulis Muhammad Fauzi (2007:65-68),
menuturkan bahwa perilaku keberagamaan seseorang paling tidak dapat dilihat
dari lima dimensi, yaitu ideologikal, ritual, mistikal, intelektual, dan
pengalaman/akhlak.
Dimensi ideologis (ideological dimension) atau lebih dikenal sebagai
keyakinan beragama (religious belief). Dimensi ini berkaitan dengan
pengakuan dan penerimaan terhadap suatu zat yang sakral, yang Maha Besar,
sebagai suatu kebenaran. Keyakinan beragama meliputi dua aspek, yaitu
religious dan kosmologi. Nilai religius berkaitan dengan konsepsi tentang apa
yang dipersepsikan sebagai suatu yang baik atau buruk. Sesuatu yang dianggap
pantas atau tidak pantas, yang benar atau tidak benar, yang tepat atau tidak
tepat dalam sebuah agama.Sedangkan kosmologi berkaitan dengan penerimaan
atau pengakuan tentang penjelasan mengenai alam ghaib, termasuk kehidupan,
37
Dimensi ritual (ritual involvement) yang mengharuskan setiap pemeluk
agama untuk menjalankan ritual agama yang dianjurkan sebagai bentuk
ketaatan kepada agama yang diyakini. Perilaku ini bersifat aktif dan dapat
diamati, misalnya sejauh mana orang mengerjakan kewajiban ritual dalam
agama mereka. Misalnya, seorang Muslim harus melaksanakan ritual shalat,
melakukan ibadah puasa, membayar zakat, berdo’a, bersedekah, mengucapkan
ucapan-ucapan formal tertentu, membaca kitab suci, pergi ke masjid, atau umat
Kristiani diharuskan pergi ke gereja, begitu pula yang agama Hindu atau Budha
dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut hidup sebagai
orang yang religius.
Dimensi mistikal atau keterlibatan pengalaman (experimental
involvement) meliputi perasaan dan persepsi tentang proses kontaknya dengan
apa yang diyakininya sebagai “The Ultimate Reality”, serta penghayatan
terhadap hal-hal yang religius. Misalnya ketika mendengar ayat-ayat
Al-Qur’an, suara adzan maka terjadi proses internalisasi sehingga membentuk
struktur psikis tertentu. Pengalaman keagamaan meliputi tiga aspek yaitu,
kesadaran akan kehadiran Yang Maha Kuasa (cognition), keinginan untuk
mencari maknahidup (concern), serta tawakal dan taqwa (trust and
fear).Dimensi pengalaman berisikan juga tentang pengalaman seseorang yang
unik dan spektakuler yang datang dari Tuhan. Misalnya, ketika seseorang
pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan, ketika dia pernah
38
dia pernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan
Tuhan, dan lain sebagainya.
Dimensi intelektual atau disebut juga keterlibatan intelektual (intelektual
involvement) menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap doktrin dan
dogma agama yang dipeluknya. Orang beragama memiliki pengetahuan
tentang keyakinan kitab suci, dan tradisi yang berkaitan dengan agamanya.
Apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku untuk menambah wawasan
dan pengetahuan agamanya.
Dimensi pengalaman atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkat
muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana
individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Sebagai
contohnya perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, jujur, dan
sebagainya.
D.Hubungan Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Salatiga yang Tinggal di Masjid Kota Salatiga dengan Perilaku Religius Tahun 2016.
Dalam sejarah Islam masjid memainkan peranan penting dalam
pembinaan umat Islam. Dimasa seperti sekarang ini seluruh masyarakat
diharapkan dapat berperan serta secara aktif didalamnya. Seluruh masyarakat
terus dibina sehingga mempunyai sikap yang selaras dengan makna dan arah
pembangunan. Pembangunan masyarakat Indonesia berarti pula pembangunan
39
masyarakat Indonesia. Salah satu sektor pembangunan yang sedang
dilaksanakan adalah pembangunan mental spiritual.
Masjid sebagai tempat yang terbuka untuk masyarakat dapat memainkan
peranan penting dalam hal ini. Bukan saja merupakan tempat ibadah, tetapi
dapat ditingkatkan menjadi pusat masyarakat Islam, baik dalam kegiatan
belajar mengajar maupun berkomunikasi. Disamping fungsinya yang pokok
sebagai tempat ibadah. Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut diatas masjid
perlu untuk dimakmurkan dan masjid harus dapat menarik minat masyarakat
untuk memakmurkannya. (Tim penyusunan pedoman perpustakaan Menteri
Agama, 1996:4-5).
Memakmurkan masjid bisa dilakukan dengan membuat acara yang tidak
monoton, supaya dapat dinikmati banyak umat Islam. Takmir masjid atau
pengurus masjid yang mempunyai kapasitas keilmuan dan pengalaman yang
banyak sangat dibutuhkan dalam hal ini. Takmir masjid yang bagus dalam
menejemen kegiatan dapat menjadi pemicu atas terselenggarakan
agenda-agenda masjid yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Orang yang
tinggal di masjid akan lebih sering mempunyai kesempatan untuk istiqomah
dalam menjalankan ibadah baik yang diwajibkan atau yang disunnahkan,
sehingga perilaku religius dapat terbentuk.
Jadi, menurut penulis ada hubungan antara aktivitas ketakmiran
mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid kota Salatiga dengan
perilaku religiustahun 2016. Karena, ada perkataan jika lingkungan itu
40
pula, begitu juga sebaliknya jika lingkungan tidak baik akan menjadikan
seseorang yang ada di dalamnya tidak baik pula. Oleh karenanya, jika
mahasiswa IAIN Salatiga yang mengikuti aktivitas ketakmiran dengan
baik dan benar maka akan terbantuk perilaku yang religius dalam