• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN AKIVITAS KETAKMIRAN MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG DI MASJID KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS TAHUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN AKIVITAS KETAKMIRAN MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG DI MASJID KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS TAHUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN AKIVITAS KETAKMIRAN

MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG DI MASJID

KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS

TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

ABDUL CKAMIM NIM: 11111 075

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii Prof. Dr.Mansur, M.Ag

Dosen IAIN Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Di sampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan

koreksi, makanaskahskripsimahasiswa:

Nama : Abdul Ckamim

NIM : 111 11 075

Judul : HUBUNGAN AKIVITAS KETAKMIRAN MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG DI MASJID KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS TAHUN 2016

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk

ditujukan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 SalatigaTelp. (0298) 323706

(4)

iv

PENGESAHAN

Judul Skripsi

HUBUNGAN AKTIVITAS KETAKMIRAN MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG TINGGAL DI MASJID KOTA SALATIGA DENGAN

PERILAKU RELIGIUS TAHUN 2016 Oleh

ABDUL CKAMIM NIM: 111 11 075

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 maret 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Fatchurrohman, S.Ag,. M.Pd

Sekretaris Penguji : Prof. Dr. Mansur, M.Ag

Penguji I : Dra. Sri Suparwi

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 SalatigaTelp. (0298) 323706

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Abdul Ckamim

NIM : 111 11075

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat

dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, Maret 2016 Penulis

(6)

vi

MOTTO

Ar

tinya:“Sesungguhnya orang

-orang yang memakmurkan

masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah

dan hari akhir, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat dan

tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Karena itu semoga

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang

telah hadir di hidupku dan selalu menemaniku dalam menggapai mimpi-mimpiku:

1. Ibunda tercinta Sriyatun dan bapak tersayang Muhammad Sidik, yang

senantiasa memberikan nasehat padaku sebaik-baik nasehat, yang telah

mendidikku dari kecil sampai bisa kuliah S1 di IAIN Salatiga ini serta tidak

lelah mendoakanku tanpa henti untuk menjadi orang yang berguna untuk

semua orang.

2. Nenekku tercinta Wasiyem (almarhum), yang terus menyemangatiku untuk

terus maju menghadapiku hidup ini. semoga amal baiknya diterima oleh Allah

SWT dan ditempatkan di surga-NYA.

3. Adikku tersayang Ahmad Agus Nawawi yang selalu memberikanku semangat

untuk terus maju merubah hidup ini menjadi lebik baik, terus pupuk

semangatmu dalam perkuliahan sampai tercapai cita-cita mu.

4. Segenap keluarga besarku yang selalu memberikan kasih sayangnya dari aku

kecil hingga saatini.

5. IAIN Salatiga yang telah memberiku kesempatan melanjutkan kuliah dengan

berbagai pengalaman dalam organisasi ataupun ilmu yang sangat banyak

diberikan.

6. DEMA IAIN Salatiga kabinet SAHABAT, dan kabinet TOTALITAS,

(8)

viii

Forum Komunikasi Mahasiswa Boyolali (FKMB) Salatiga, Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) FATHIR AR RASYID, ITTAQO, RACANA Kusuma Dilaga

Woro Srikandi dan Sahabat keluarga besar PMII Kota Salatiga yang telah

mendidikku, mengajariku dan memberikan banyak pengalaman padaku, yang

sangat berjasa dalam ilmu sosial, ilmu organisasi, ilmu politik dan lain lain,

sehingga saya bisa memanfaatkan ilmu yang telah diberikan.

7. Seluruh sahabat-sahabatku Ahmad Fikri Sabiq (calon guru besar - Amin),

Lukman Hakim, Nur Rohim, Muhammad Sholikhuddin dan yang lainnya tanpa

bisa menyebut satu persatu yang telah memberi warna dihidupku, menemani

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “HUBUNGAN AKTIVITAS KETAKMIRAN MAHASISWA IAIN SALATIGA YANG TINGGAL DI MASJID KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS TAHUN

2016”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak

sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari

berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

(10)

x

3. Prof. Dr. H. Mansur ,M.Ag selaku dosen pembimbing akademik serta dosen

pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan

untuk menjadi yang terbaik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak, ibu dan seluruh keluargaku yang selalu mendorong dan memberikan

motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

6. Seluruh mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga yang

telah banyak memberikan informasi, pengetahuan dan telah bersedia

membantu dalam memberikan informasi yang berguna dalam pembuatan

karya ini dengan baik.

7. Semua pihak yang telah membantu baik doa, motivasi maupun dukungannya

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang

membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 17 Maret 2016

Penulis

(11)

xi

ABSTRAK

Ckamim, Abdul. 2016. “Hubungan Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga Yang Tinggal Di Masjid Kota Salatiga dengan Perilaku Religius Tahun 2016” Pembimbing: Prof. Dr. Mansur, M.Ag

Kata kunci :Hubungan Aktivitas Ketakmiran dan Perilaku Religius

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga dengan perilaku religius tahun 2016. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitianini adalah: 1) Bagaimana aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016 2) Bagaimana perilaku religiusitas mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016. 3) Adakah Hubungan Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga dengan perilaku religius tahun 2016.

(12)

xii

DAFTAR ISI

COVER

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

PENGESAHAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATAPENGANTAR ix

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Hipotesis Penelitian 4

E. Manfaat Penelitian 6

F. Definisi Oprasional 7

G. Metode Penelitian 10

H. Sistematika Penulisan 18

BAB II LANDASAN TEORI

A. Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga yang Tinggal

di Masjid 20

(13)

xiii

C. Menerapkan Perilaku Religius dalam kehidupan 32

D. Hubungan Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga

yang Tinggal di Masjid Kota Salatiga dengan Perilaku

Religius Tahun 2016 38

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Masjid Kota Salatiga 41

B. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 41

C. Penyajian Data 44

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pertama 47

B. Analisis Kedua 53

C. Analisis Ketiga 58

D. Analisis Lanjut 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 63

B. Saran 64

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Angket Aktivitas Ketakmiran…... 16 Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Perilaku Religius...……… 16 Tabel3.1 Data Mahasiswa IAIN Salatiga yang Tinggal di masjid Kota

Salatiga Tahun 2016... 43

Tabel3.2 Data Tentang Responden...……… 44 Tabel3.3

Tabel 3.4

Jawaban Angket Aktivitas

ketakmiran………... Jawaban Angket Perilaku religius...

45

46

Tabel4.1 Daftar Nilai Hasil Observasi Angket Aktvitas Ketakmiran

………...………... 49 Tabel4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Aktivitas

Ketakmiran………... 51 Tabel4.3 Persentase Frekuensi Aktvitas Ketakmiran………. 53

Tabel 4.4 Daftar Nilai Hasil Observasi Jawaban Perilaku Religius

………... 54

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Perilaku Religius……….. 56

Tabel 4.6 Prosentase Frekuensi Perilaku Religius...……… 58

Tabel 4.7 Mencari hubungan Aktivitas Ketakmiran dengan Perilaku Religius...……….

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masjid adalah suatu tempat yang suci yang digunakan oleh umat/orang

Islam untuk ber ibadah kepada Allah SWT, dengan salah satu tujuannya supaya

bahagia di dunia dan akhirat. Masjid sebagai pemicu sejahtera dan berkah

dalam hidup umat manusia di muka bumi ini. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

2008, makna masjid yaitu bangunan atau tempat shalat orang Islam. Dari

keterangan di ataskita sebagai orang Islam memahami apa yang menjadi fungsi

masjid dari pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

sehingga masjid dapat digunakan sebagaimana mestinya sekaligus kita paham

bagaiamana cara menjaganya dari kegunaan yang tepat. Dalam masjid

diperlukannya orang-orang yang bisa membuat kegiatan untuk melestarikan

masjid, baik pemuda masyarakat, orang tua atau pelajar seperti halnya siswa

ataupun mahasiswa yang bisa menumbuh kembangkan agenda kegiatan di

dalam masjid.

Mahasiswa adalah pelajar yang berada di perguruan tinggi, mereka

dipandang menjadi orang yang cerdas baik intelektual maupun emosional

spiritual. Dalam kejadian nyata terkadang mahasiswa bersikap yang tidak

sesuai, maraknya kasus demo yang tidak beretika membuat suatu pihak tertentu

(16)

2

kecerdasan emosional dan spiritual yang kurang matang. Selain itu kurangnya

keseimbangan antara kualitas jasadiyah, fikriyah, dan ruhiyah dapat

mengakibatkan perlakuan yang tidak seimbang pula. Jika dalam pengalaman

keberagamaan kita dapat seimbang terutama dari segi ruhiahnya baik maka

kegiatan ataupun aktivitas yang dijalankannya juga akan menghasilkan nilai

atau prilaku positif pula, sebagaimana kebiasaan akan menjadi karakter.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga merupakan sebuah kampus

berbasis religius, yang berusaha menanamkan nilai-nilai religius kepada para

mahasiswa. Dalam hal ini perilaku religius bisa digambarkan seperti solat

wajib tepat waktu atau berjama’ah, shalat sunnah, puasa sunnah, bersodakoh,

praktikum Baca Tulis Qur’an (BTQ) untuk menunjang kelancaran serta

kefasihan dalam membaca Al Qur’an, berpakaian sopan dan rapi dan masih

banyak yang lainnya. Sikap religius dewasa realitanya masih banyak

mahasiswa yang kurang memahami lebih mendalam tentang agama terutama

terkait fadhilah amal. Suatu contoh lemahnya perilaku religiusitas mahasiswa

banyak yang masih sering menunda-nunda shalat atau kurang termotivasi

untuk melaksanakan solat berjama’ah di masjid, padahal sesungguhnya banyak

sekali fadhilah yang bisa didapatkan.

Mahasiswa IAIN Salatiga berasal dari berbagai tempat, baik dari dalam

lingkungan salatiga sendiri, daerah di sekeliling Kota Salatiga seperti Boyolali,

Demak, Kudus, Magelang, Jepara, Temangging, bahkan dari luar Jawa juga

ada seperti Kalimantan ataupun Sumatera. Dari semua itu mahasiswa yang

(17)

3

angkutan yang tersedia walaupun ada juga yang memilih untuk tinggal di

pondok, sedangkan jika rumahnya tidak dapat ditempuh dengan cepat, selama

ini menurut pandangan sebagian besar mahasiswa ada yang memilih tinggal di

pondok, kos, kontrakan ada pula yang tinggal di masjid, dari sini kita

setidaknya bisa pula mengklasifikasikan terkait perbedan aktivitas dari masing

masing tempat yang mereka tempati.

Dalam sebuah realita saya pernah bertemu dengan salah satu mahasiswa

IAIN Salatiga yang tinggal dimasjid, tetapi dengan alasan sibuk diluar

sehungga dia tidak aktif dalam agenda ketakmiran di masjid yang dia tempati

sehingga dilihat dengan akhlaknya perilaku religiusnya tidak ada, disisi lain

ada yang aktif dengan kegiatan ketakmiran, dan setelah saya lihat keseharianya

dia sangatlah baik dengan perilaku religiusnya. Mahasiswa IAIN Salatiga yang

tinggal di lingkungan atau di masjid Kota Salatiga, apakah menjadi jaminan

jika menjadi takmir atau tinggal di masjid mereka shalatnya tepat waktu, baik

shalat wajib atau sunnah, punya akhlak yang baik, berbicara sopan, sering

puasa sunnah, tilawahnya rutin. Dari hal ini diperlukannya penelitian apakah

ada hubunngan antara mahasiswa yang menjadi takmir masjid atau tinggal di

lingkungan masjid terhadap perilaku relegius agar kita mengetahui ada

tidaknya hubungan aktivitas ketakmiran mahasiswa yang tinggal di lingkungan

masjid dengan perilaku religius. Dari uraian di atas lebih saya jelaskan, bahwa

penulis tertarik meneliti tentang ”HUBUNGAN AKTIVITAS

(18)

4

MASJID KOTA SALATIGA DENGAN PERILAKU RELIGIUS TAHUN

2016”

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di

masjid Kota Salatiga tahun 2016?

2. Bagaimana perilaku religius mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di

masjid Kota Salatiga tahun 2016?

3. Adakah hubungan aktivitas ketakmiran dengan Perilaku religius pada

mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang

tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016.

2. Mengetahui bagaimana perilaku religius mahasiswa IAIN Salatiga yang

tinggal di masjid Kota Salatiga tahun 2016

3. Mengetahui adakah hubungan antara aktivitas ketakmiran dengan Perilaku

religius pada mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga

tahun 2016.

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah asumsi atau dugaan logis yang memberikan

(19)

5

awal. Dalam penelitian kita perlu menduga atau mengungkapkan pendapat

terhadap hasil yang bakal diperoleh, baik hasil itu di dukung banyak orang atau

tidak, yang terpenting ketika kita akan mengungkapkan hipotesis harus

berdasarkan informasi-informasi yang ada. Hipotesis mengarahkan kita

kesumber-sumber informasi yang membantu kita untuk menyelesaikan dan

menjawab permasalahan yang sudah ditetapkan. Hipotesis bisa lebih dari

satu.Hipotesis mempuyai kemungkinan didukung atau tidak didukung oleh

data (Darmawan, 2014:33).

Aktivitas di masjid yang positif akan membentuk jiwa karakter yang baik

bagi orang yang bisa melakukannnya dengan benar, seperti menjaga shalat

tepat waktu, akan membuat seorang itu terdidik menjadi orang yang disiplin

dalam setiap hal yang akan dilakukan sehingga pekerjaannya akan selesai tepat

pada waktunya, orang yang kebiasaan atau sering beraktivitas mengerjakan

shalat sunnah dalam mengisi hari harinya, sepertishalat dhuha, shalat tahajjud,

rowatib dan lain lain, akan membentuk karakter orang yang pandai

memanfaatkan sela waktu dengan agenda yang produktif.

Aktivitas baik buruknya seseorang yang dilakukan secara kebiasaan dan

terus menerus akan membentuk sebuah karakter dalam dirinya, dan jika

seseorang mempunyai kebiasaan yang baik maka akan menimbulkan perilaku

religius yang baik pula. Masjid jika dibandingkan tempat tinggal oleh

mahasiswa yang tinggal di kos, kontrakan mempunyai kultur wadah yang lebih

positif karena dipengaruhi lingkungan yang ada di sekitar masjid, dan kegiatan

(20)

6

dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara

aktivitas ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid Kota

Salatiga dengan perilaku religius tahun 2016. Dengan kata lain jika seorang

mahasiswa melakukan aktivitas ketakmiran dengan baik maka perilaku religius

akan menancap dalam diri individu tersebut atau ada hubungan antara aktivitas

ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga dengan perilaku religius.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas

manfaat penelitian hubungan antaraaktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN

Salatiga yang tinggal di masjid Kota Salatiga dengan perilaku religius tahun

2016. Sehingga dari informasi tersebut dapat diambil manfaat, baik secara

teoritis maupun praktik, yaitu:

1. Teori

Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan

pendidikan di Indonesia khususnya pentingnya mengelola masjid dengan

cara yang baik sehingga dapat memperkaya khazanah keilmuan di bidang

pendidikan Islam tentang pentingnya membentuk lingkungan yang positif

untuk menghasilkan perilaku yang religius.

2. Praktik

a. Mahasiswa

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan bahwa dengan kita

(21)

7

mengerjakan aktivitas yang baik juga, serta lebih semangat dalam

beribadah sehingga perilaku religius dapat diperoleh. Perilaku baik oleh

mahasiswa IAIN Salatiga sungguh menjadi pemicu dari kesuksesan

dalam hidupnya.

b. Lembaga

Secara kelembagaan kampus IAIN Salatiga, dapat dijadikan

sebagai dorongan untuk menyemangati setiap mahasiswa dalam segi

memakmurkan masjid secara umum, dan meningkatkan perilaku religius

individu secara khusus. Dengan mahasiswa IAIN Salatiga didorong

untuk terus membantu menjaga kemakmuran masjid, maka lambaga

IAIN Salatiga juga akan lebih dikenal masyarakat dan ilmu yang

diberikan oleh dosen kepada mahasiswa bermanfaat untuk masyarakat

Sehingga nama baik kampus bisa tersebar ke berbagai penjuru desa atau

masyarakat secara luas.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian

di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang

terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

1. Aktivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Aktivitas/ak·ti·vi·tas/

n 1) keaktifan; kegiatan; 2) kerja atau salah satu kegiatan kerja yang

(22)

8

aktivitas manusia yang bernilai budaya pemerincian tahap pertama unsur

kebudayaan yang universal (Depdiknas, 2008:32). Makna aktivitas di atas

dapat dipahami bahwa aktivitas adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh

makhluk hidup dalam keadaan apapun dan dalam suasana bagaimanpun.

Semua yang dilakukan oleh mahasiswa atau manusia termasuk aktivitas.

Seorang yang bekerja di sawah termasuk aktivitas, orang yang di pasar

termasuk aktivitas, gunung yang meletus termasuk aktivitas, bahkan orang

tidur juga termasuk aktivitas tetapi hal itu aktivitas yang pasif. Dalam

aktivitas manusia atau dalam ini mahasiswa akan membentuk sebuah

karekter bagi diri kita masing-masing, maka dari itu perlunya mahasiswa

membuat atau melakukan aktivitas yang terbaik dalam kesehariannya.

2. Ketakmiran

Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai

pembinaan umat, maka ada banyak sisi aktivitas yang harus dikembangkan.

Apa lagi aktivitas masjid itu tidak hanya melibatkan sekelompok orang dan

aktivitasnya tidak hanya berupa ibadah tertentu yang berupa ritual. Oleh

karena itu, semestinya aktivitas masjid menyentuh dan melibatkan semua

kelompok jamaah mulai dari kanak-kanak, anak-anak, remaja, pemuda,

orang dewasa, sampai orang tua yang sudah lanjut usia sekalipun. Oleh

karena itu masjid harus mempunyai progam yang banyak dan bervariasi

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan melaksanakannya, menyiapkan

fasilitas fisik masjid yang memadai, menejemen kepengurusan yang solid,

(23)

9

Takmir masjid dibentuk oleh pengurus masjid yang punya hak dalam

pembentukan ketakmiran suatu kepengurusan. Takmir masjid mempunyai

tugas yang bermacam-macam dengan tidak hanya bersih-bersih berada di

masjid ataupun lingkungan masjid, tetapi juga berfikir bagaimana masjid itu

bisa makmur dengan berbagai kegiatan. Kegiatan keagamaan seperti

kegiatan anak-anak di sore hari yang disebut Taman Pendidikan Qur’an

(TPQ), pengajian rutin mungkin setiap bulan atau setiap minggu, kegiatan di

hari-hari besar dan lain lain itu perlu dilakukan dalam kegiatan masjid. Jika

dapat disederhanakan bahwa aktivitas ketakmiran menjaga kenyamanan

kegiatan di masjid dan membuat acara yang menjadikan masjid makmur

dalam rangkaian kegiatan yang disusun oleh takmir masjid atau pengurus

masjid, sehingga masjid terasa hidup kegiatannnya.

Dalam buku “pedoman perpustakaan masjid” yang diterbitkan oleh

Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf Jakarta

tahun 1995/1996:5 disebutkan bahwa apabila masjid berfungsi tidak hanya

sebagai tempat melaksanakan ibadah, maka yang datang di masjid tidak

hanya terbatas pada orang-orang yang datang pada saat melaksanakan

ibadah. Maka ramai pula dengan mereka yang mengunjungi masjid untuk

keperluan belajar mengajar. Dengan demikian akan semaraklah masjid,

karena tidak hanya merupakan tempat ibadah. Sejauh mana tingkat

kemakmuran masjid itu, akan banyak tergantung pada besarnya daya tarik

(24)

10

3. Mahasiswa IAIN Salatiga

Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah

Mahasiswa yang terdaftar di dalam akademik kemahasiswaan yang

mempunyai kewajiban untuk mengikuti peraturan di dalam kampus dan

mempuyai hak fasilitas yang tercukupi berupa pelayanan yang sesuai.

4. Perilaku Religius

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perilaku

mengandung arti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan (Depdiknas, 2008:755). Religius sangat berhubungan

berhubungan dengan keyakinan iman dan agama, yang dapat dilihat melalui

aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau

keyakinan iman yang dianut.

G.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian yang

sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan

pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan

suatu fenomena menurut perspektif peneliti (Purwanti, 2010:8) dalam

penelitian kuantitatif sering digunakan rumus-rumus statistik. Statistik

(25)

11

Proses pendekatan penelitian membutuhkan tahapan berpikir ilmiah

sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat

dipertanggung-jawabkan. Pada dasarnya untuk memperoleh pemahaman dan jawaban

yang sempurna tentang permasalahan yang dikaji atau diteliti, perlunya

penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif untuk

membuktikannya.Penelitian ini untuk mencari hubungan antara variabel

X, yaitu aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di

masjid Kota Salatiga dengan variabel Y, yaitu perilaku religius.

b. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode

korelasional. Dimana penulis mendeskripsi dan menginterpretasi data

yang ada. Data deskriptif dalam penelitian ini diperoleh melalui angket

dan observasi. Angket yang kita buat berdasarkan informasi kegiatan

atau aktivitas yang biasa dilakukan oleh takmir masjid secara umum,

selanjutnya kita minta responden untuk bisa mengisi angket. Observasi

yang dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi langsung masjid atau

bertemu langsung dengan responden.

c. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Masjid Kota Salatiga yang berada di 4

kecamatan dengan mengambil sampel 34 Responden Mahasiswa IAIN

(26)

12

Salatiga. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2015

sampai dengan selesai.

2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitan, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup

yang akan diteliti (Martono, 2011: 74). Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Pada dasarnya di Kota Salatiga sangatlah banyak

masjid yang berdiri kurang lebih ada 200 masjid, tetapi peneliti tidak

meneliti semua masjid yang ada di Kota Salatiga, dikarenakan tidak semua

masjid yang berada di Kota Salatiga di dalamnya ada mahasiswa IAIN

Salatiganya. Berdasarkan penulis mengambil sampel sebanyak 34

mahasiswa dengan menggunakan purposive sampling. System purposive

samplingmerupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.Kita memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki

kompetensi dengan topik penelitian kita. (Martono, 2011:79).

Populasi dalam penelitian harus jelas karena menjadi dasar utuk

menentukan sampel sebuah penelitian, sehingga objek yang akan kita teliti

lebih jelas dalam proses penelitian. Menurut Ruslan (2010:133) populasi

penelitian adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti yang dapat berupa

(27)

benda-13

benda, dan gejalanya yang memiliki karakteristik tertentu. Dalam penelitian

ini penulis mengambil populasi mahasiswa yang tinggal di masjid di Kota

Salatiga dengan aktivitas ketakmirannya terhadap perilaku religius tahun

2016. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini, yaitu dengan cara

peneliti mencari informasi melalui bertanya langsung dengan mahasiswa

yang sekiranya tahu dimana lokasi mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di

masjid Kota Salatiga. Selain itu juga lewat sms atau facebook yang penulis

sebarkan pencarian informasi masjid dimana saja yang ada mahasiswa IAIN

Salatiganya. Dengan cara tersebut, penulis tidak tidak menggunakan

persentase dari jumalah masjid atau semua jumalah mahasiswa yang tinggal

di masjid kota Salatiga dan sudah memenuhi persyaratan dari sebuah teori

Penunjukan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan (purposive Sampling).

3. Teknik Pengumpulan Data

Ada banyak teknik pengumpulan data dalam melakukan proses

penelitian. Salah satu macam teknik pengumpulan data, yaitu sebagai

berikut:

a. MetodeAngket

MenurutKoencoroningrat (1997:137) angket adalah instrument

pengumpulan data dengan daftar pertanyaan untuk memperoleh data

berupa jawaban dari para responden. Metode angket ini digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai variabel X yaitu aktivitas ketakmiran

mahasiswa IAIN Salatiga dan data mengenai variabel Y yaituperilaku

(28)

14

digunakan adalah angket tertutup. Sehingga responden tidak bisa

memberikan jawaban lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif

jawaban. Penulis sudah menyediakan jawaban yaitu pada pilihan ganda

A, B, dan C. Responden tinggal membubuhkan tanda silang (X) pada

pilihan jawaban yang tersedia. Adapun skor yang diberikan sesuai

dengan jawaban dari masing-masing pertanyaan, yaitu untuk pilihan

ganda (A) nilainya 3, untuk pilihan ganda (B) nilainya 2, dan untuk

pilihan ganda (C) nilainya 1. Maka skor maksimal yang mungkin dicapai

responden adalah 45 dan skor minimalnya adalah 15. Adapun

penyebaran angket tersebut terdapat di dalam lampiran.

b. Metode Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan (Arikunto, 1998:234).

Dalam penelitian ini, penulis mengikuti dan mengamati Kegiatan

ketakmiran oleh Mahasiswa IAIN Salatiga sebagai responden. Penulis

juga melakukan pengamatan terhadap keadaan masjid, keadaan

mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang

isinya terdiri atas pemikiran terhadap peristiwa itu, dan tertulis dengan

sengaja untuk menyimpan keterangan atau merumuskan keterangan

mengenai peristiwa untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, buku, atausoal (Arikunto, 1998:201). Dalam Kamus

(29)

15

“dokumentasi/do·ku·men·ta·si/ /dokuméntasi/ n1) pengumpulan,

pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang

pengetahuan; 2) pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan

(seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain)”

(depdiknas, 2008:361) Metode ini penulis menggunakan untuk

mendapatkan data mengenai gambaran umum aktivitas ketakmiran

mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakanoleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih

mudah diolah (Arikunto, 1998:151).Instrumen yang digunakan oleh

peneliti dalam penelitian ini adalah butir-butir pertanyaan dalam angket

untuk masing-masing variabel, yaitu variabel aktivitas ketakmiran

mahasiswa IAIN Salatiga dan variable perilaku religius. Adapun

kisi-kisinya penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Dalam mendukung variabel yang diambil dari judul, maka dalam

menentukan instrumen aktivitas ketakmiran, maka dengan berdasarkan

ad/art Dewan Masjid indonesia tentang fungsi dan tugas takmir masjid,

yaitu dengan adanya kegiatan dibidang Ibadah, pendidikan dan dakwah,

kemudian bertugas peringatan hari besar, kegiatan kerumahtanggaan, dan

lain lain. Dalam variabel perilaku religius dengan kita mengethui arti dari

(30)

16

(2010:25), dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri dalam dimensi akidah,

dimensi ibadah, dimensi wawasan berfikir atau pengetahuan agama, dan

dimensi amal.

Tabel 1.1

Kisi-kisi Instrumen Angket Aktivitas Ketakmiran

Tabel 1.2

Kisi-kisi Instrumen Angket Perilaku Religius

No Dimensi Indikator Jumlah

Soal

Sebaran Soal 1 Akidah Meyakini bahwa Allah

menjamin rizki bagi semua

Membentengi dari sifat syirik 1 4

2 Ibadah Melaksanakan shalat 2 5,6

Puasa Ramadhan dan puasa sunnah

2 7,8

Membaca Al-Qur’an 1 9

No Dimensi Indikator Jumlah

Soal

Mengikuti kegiatan PHBI 3 8,9,10

(31)

17

Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data

pengorganisasian ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

Untuk memperoleh hasil yang dapat digeneralisasikan, setiap data yang

masuk harus dianalisis. Untuk menganalisis data tersebut penulis

menggunakan uji statistik, yaitu:

a. Untuk mengetahui variasi/analisis pendahuluan digunakan teknik analisis

data prosentase frekuensi dengan rumus:

Analisis ini untuk mengetahui variabel aktivitas ketakmiran

mahasiswa IAIN Salatiga dan perilaku religius. Selanjutnya untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara aktivitas ketakmiran Mahasiswa

IAIN Salatiga terhadap perilaku religius, teknik analisis data yang

(32)

18

rxy=

N∑XY−(∑X)(∑Y)

[N∑X2− ∑X 2][NY2(Y)²]

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi pengaruh antara variabel X dan variabel Y

X : Jumlah variabel X

Y : Jumlah variabel Y

∑X2

: Kuadrat dari variabel X

∑Y2

:Kuadrat dari variabel Y

N : Banyaknya sample penelitian

XY : Product dari variabel X dan Y

: Jumlah

H.Sistematika Penulisan 1. Bagian Awal

Berisi mengenai halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman

pengesahan skripsi, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar,

abstrak, dan daftar isi.

2. Bagian Isi

Bagian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:

BAB I: Pendahuluan yang memuat tentang pembahasan yang terdiri dari

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan

signifikansi penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

(33)

19

BAB II: Kajian pustaka yang memuat tentang teori dan konsep (yang

mendukung penelitian) yaitu terbagi menjadi dua sub pokok bahasan.

Yang pertamatentangpengertian aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN

Salatiga. Dan yang kedua adalah tentang perilaku religius.

BABIII: Laporan hasil penelitian yang meliputi: penjelasan tentang masjid

Kota Salatiga gambaran umum aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN

Salatiga terhadap prilaku religius tahun 2016 danpenyajian data.

BAB IV: Analisis data yang meliputi analisis aktivitas ketakmiran

mahasiswa IAIN Salatiga, analisis perilaku religius 2016, juga analisis

hubungan antara aktivitas ketakmiran mahasiswa IAIN Salatiga

dengan perilaku religius tahun 2016.

BAB V: Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan, saran, dan

penutup.

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir termuat daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan

(34)

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa IAIN Salatiga yang Tinggal di Masjid 1. Pengertian Aktivitas Ketakmiran Masjid

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata aktivitas

mempunyai arti: 1). keaktifan, kegiatan 2). Kerja atau salah satu kegiatan

kerja yang dilakukan dalam tiap bagian di dalam perusahaan(Depdiknas,

2008:32).Takmir Masjid adalah sekumpulan orang yang mempunyai

kewajiban memakmurkan masjid. Takmir masjid sebenarnya telah

bermakna kepengurusan masjid, namun tidak salah bila kita menyebut

“Pengurus Takmir Masjid” (Wibowo 2008:29).

Firman Allah SWT (QS.At-Taubah:18).

Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Karena itu semoga mereka termasuk orang-orang yang mendapat hidayah“. (QS. At-Taubah:18) Terjemahan oleh Departemen Agama RI .

Dari ayat di atas dapat dipahami, bahwa salah satu tanda orang

beriman yaitu orang yang mau memakmurkan masjid dengan landasan iman

kepada Allah SWT. Orang yang menegakkan shalat di masjid adalah salah

(35)

21

di masjid, menjadikan syiar Islam lebih terlihat. Allah SWT tidak

memandang siapa yang berada di masjid dengan pangkat jabatan apapun,

tetapi yang di pandang adalah ketaqwaannya.

Sedangkan masjid berasal dari bahasa Arab yaitu “sajada” yang

berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT. Bumi yang kita

tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh

melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini, terkecuali diatas

kuburan, di tempat yang bernajis, dan di tempat-tempat yang menurut

ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat (Gazalba,

1975:108-109). Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi,

yang kemudian dinamai sujud oleh syariat adalah bentuk lahiriah yang

paling nyata dari makna-makna diatas. Itulah sebabnya mengapa bangunan

yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang

artinya "Tempat Bersujud."(Wibowo 2010:23). Masjid tidak bisa dilepaskan

dari masalah shalat, berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW setiap orang

bisa melakukan shalat dimana saja, baik itu dirumah, dikebun, dijalan, di

kendaraan, dan tempat lainnya. Selain itu masjid merupakan tempat orang

berkumpul dan melaksanakan shalat secara berjamah, dengan meningkatkan

solidaritas dan silaturahmi di kalangan kaum muslimin. Di masjid pulalah

tempat terbaik untuk melangsungkan shalat Jum’at.

Di masa Nabi Muhammad SAW ataupun dimasa sesudahnya masjid

menjadi pusat atau sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan di bidang

(36)

22

dan kemiliteran yang dibahas dan dipecahkan di lembaga masjid. Masjid

berfungsi sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam. Masjid

merupakan ajang halaqah atau diskusi, tempat mengaji, dan memperdalam

ilmu-ilmu agama dan umum. Pertumbuhan remaja masjid dewasa ini juga

termasuk upaya memaksimalkan fungsi kebudayaan yang diemban

masjid.Kalau saja tidak ada kewajiban shalat, tentu tidak ada yang namanya

masjid dalam Islam. Shalat sudah disyariatkan pada awal kelahiran Islam

sebanyak empat rakaat, dua di pagi hari dan dua di sore hari. Penetapan

shalat lima waktu seperti sekarang ini baru disyariatkan menjelang Nabi

hijrah ke Madinah. Sampai saat itu ibadah shalat dilakukan di rumah-rumah,

tidak usaha mendirikan masjid karena lemahnya kedudukan umat Islam

yang sangat lemah, sedangkan tantangan dari penduduk Makah begitu

ganasnya yang menyebabkan sulitnya Islam masuk ke hati masyarakat.

Pertambahan jumlah masjid merupakan sesuatu yang harus di syukuri.

Apalagi ini pertanda bahwa eksistensi Islam dan umatnya, khususnya di

negara Indonesia semakin kuat. Namum sebagai umat Muslim yang baik,

tidak boleh puas hanya karena masjid dan musholla kian bertambah banyak.

Hal ini apabila di lihat dari sisi lain, yakni menilai sejauh mana fungsi

masjid yang terwujud sekarang ini, sebagian besar dari masjid belum

berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam kontek mengembalikan kejayaan

Islam dan umatnya, memakmurkan masjid sebagimana fungsinya menjadi

sesuatu yang sangat penting. Hal ini bisa dijadikan sebagai titik tolak untuk

(37)

23

Masjid bagi umat Islam seperti air bagi ikan, yang tidak akan bertahan

lama dalam hidupnya kalau dipisahkan dari air. Berarti jiwa atau ruh

keislaman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak suka ke masjid atau

tidak memperoleh pembinaan dari masjid. Oleh sebabnya, Muhammad

Sa’id Ramadhan Al-Buthi dalam bukunya, Sirah Nabawiyah menyatakan

”tidak heran kalau masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi

pembantukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan

tersentuh secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap

sistem, aqidah dan tatan Islam. Hal ini tidak akan ditimbulkan kecuali

melalui semangat masjid.” (Al-Buthi, 2005:6). Dengan demikian, masjid

punya kedudukan yang sangat penting bagi kaum muslimin, yakni dalam

rangka dan memantapkan ruh keislaman dari kaum muslimin.

2. Fungsi dan Tugas Takmir Masjid

Takmir Masjid adalah sekumpulan orang yang mempunyai kewajiban

memakmurkan masjid. Takmir masjid sebenarnya telah bermakna

kepengurusan masjid, namun tidak salah bila kita menyebut “Pengurus

Takmir Masjid”.

Adapun fungsi dari takmir masjid ini yaitu meliputi: 1).Idaroh atau

kegiatan administrasi, 2). Imaroh atau kegiatan-kegiatan yang mengarah

kepada pembinaan jamaah, dan 3). Ri’ayah, yaitu kegiatan yang berkaitan

dengan pembangunan fisik (sarana dan prasarana).

Takmir Masjid memiliki tanggungjawab untuk mengarahkan

(38)

24

jamaah dalam meyakini Allah SWT sebagai Tuhannya, Islam sebagai

agamanya dan Muhammad sebagai Nabinya. Selain itu, takmir masjid juga

memiliki kewajiban untuk mendorong jama’ahnya agar senantiasa menjaga

kerukunan diantara warga masyarakat.

Prinsip mengakui adanya perbedaan paham dan menghargai

pemikiran dan pemahaman antara yang satu dengan yang lain haruslah tetap

dijunjung tinggi. Suasana kerukunan haruslah diciptakan sedemikian rupa

sehingga masalah-masalah perbedaan paham tidak harus menjadi hambatan

di dalam kehidupan bersama. Meskipun kadang tidak dapat memuaskan

bagi semua pihak, namun upaya yang baik dilakukan adalah menjadikan

dialog atau musyawarah sebagai jalan untuk mengambil

keputusan-keputusan.

Pengurus masjid tentu saja sangat besar perannya dalam

memakmurkan masjid, pengurus masjid harus benar-benar solid (Wibowo

2010:30). Komunikasi adalah suatu hal yang terpenting dalam organisasi

atau perkumpulan. Takmir masjid yang solid dan saling bekerjasama dangan

baik, akan menghasilkan kegiatan dengan baik. Tetapi jika komunikasi

berjalan tidak sehat antara takmir maka tujuan kegiatannya tidak akan

tercapai atau berhasil.

Adapun tugas pokok takmir masjid adalah sebagai berikut:

a. Bidang Ibadah, Pendidikan & Dakwah, yang meliputi pemberdayaan

TPQ, mengajar membaca Al-Qur’an untuk anak dan dewasa, pelatihan

(39)

25

manjemen takmir masjid. Selain itu juga bertugas mengenai pembuatan

jadwal imam dan khotib sholat jum’at dan tarawih secara periodik.

b. Bidang Peringatan Hari Besar Islam Nasional, yang meliputi pelaksanaan

sholat Idhul Adha dan penyembelihan qurban, pelaksanaan tahun baru

hijriyah, peringatan maulid nabi, isra’ mi’raj, nuzulul qur’an, halal

bihalal.

c. Bidang Kerumah tanggaan, yang meliputimenjaga dan merawat

perlengkapan sarana ibadah masjid, menjaga dan merawat bangunan

masjid, menata dan menjaga kebersihan masjid, dan menata dan

memelihara kondisi taman di sekitar masjid secara rutin didasari

keindahan dan keasriannya. Selain itu juga bertugas untuk melakukan

inventarisasi barang-barang milik masjid, merencanakan pengadaan

peralatan & perlengkapan untuk kelancaran kegiatan ibadah masjid,

Melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugasnya

kepada ketua.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa takmir masjid

sangatlah erat dengan keberhasilan dalam memakmurkan masjid. Takmir

masjid atau pengurus masjid yang kreatif dan inovatif akan membuat

agenda-agenda yang bisa menarik masyarakat. Masyarakat akan terus

semangat datang ke masjid apabila ada suatu stimulus yang menarik,

(40)

26

3. Mahasiswa IAIN Salatiga yang Tinggal di Masjid

Mahasiswa kata yang berat dan sulit untuk diucapkan. Mahasiswa

terdiri dari kata maha dan siswa, maha dalam kamus besar bahasa Indonesia

(KBBI) artinya sangat, amat dan teramat sedangkan siswa artinya murid

atau pelajar (Depdiknas, 2008:895). Mahasiswa seakan menjadi kata yang

terdengar “berat” bagi sebagian orang. Maklum, kata “maha” yang melakat

di depan kata “siswa” bukan hanya menjadi pelengkap atau imbuhan belaka,

namun juga menandakan bahwa seorang mahasiswa mempunyai

kemampuan, kualifikasi, dan tanggung jawab yang lebih banyak dan besar

dari seorang siswa.

Secara harfiah, “mahasiswa” merupakan panggilan untuk orang yang

sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan

tinggi. Namun secara tersirat, mahasiswa memiliki tugas yang jauh lebih

besar dari hanya sekedar belajar di almamater. Menurut Tri Dharma

Perguruan Tinggi, seorang mahasiswa sedikitnya harus melakukan 3 hal,

yaitu: pendidikan, pengajaran, penelitian & pengembangan, serta

pengabdian masyarakat.Selain itu, seorang mahasiswa juga diharuskan

menyadari identitas seorang mahasiswa

Mahasiswa adalah insan yang memiliki kualifikasi keilmuan yang

memadai, individu yang logis, ilmiah, terpelajar, merasa lebih tahu dari pada

masyarakat kelas non ilmiah. Mahasiswa mempunyai aktivitas yang

(41)

27

Masyarakat memandang mahasiswa adalan penggerak perubahan, yang

salah satu tugasnya ikut andil dalam gerakan memajukan masyarakat.

Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah

Mahasiswa yang terdaftar di dalam akademik kemahasiswaan yang

mempunyai kewajiban untuk mengikuti peraturan di dalam kampus dan

mempuyai hak fasilitas yang tercukupi berupa pelayanan yang sesuai.

Dari ribuan mahasiswa IAIN Salatiga, ada puluhan mahasiswa yang

berperan dalam aktivitas ketakmiran masjid seperti mengerjakan tugas

berupa sosial seperti mengadakan TPQ di sore hari, bersih bersih

lingkungan masjid, ataupun yang berupa keagamaan dengan menggerakan

shalat berjama’ah, tadabbur Al-Qur’an, menjadi muadzin ataupun imam

masjid. Semua itu dilakukan ada yang berupa harian, mingguan, atau

bulanan sesuai dengan kesepakatan atau jadwal yang tertera.

B.Perilaku Religius

Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung arti

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan

(Depdiknas 2008:1140). Perilaku religius menurut Abdul Rohman (2010:25),

dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri dalam dimensi akidah, dimensi ibadah,

dimensi wawasan berfikir atau pengetahuan agama, dan dimensi amal.

1. Dimensi Akidah

Sikap religius atau keberagamaan yang merupakan realisasi dari

(42)

28

teoritis dengan ranah empiris. Akidah yang matang akan menghasilkan

keyakinan akan Tuhan-Nya secara mendalam. Tidak ada sesuatu yang

dipercayai sebagai Illah yang maha segalanya selain hanya Allah SWT.

Akidah yang lurus tanpa di campuri dengan hal yang tidak dalam aturan

agama akan menjadikan perilaku religius seseorang lebih mantab.

Akidah orang yang beragama harus kuat, sehingga dalam

kehidupannyaakan terarah dengan kebaikan. Keyakinan yang kuat diri

seseorang yang mempunyai akidah benar menjadikannya mempunyai sifat

religius dalam kehidupannya.Hidup dan mati hanya untuk Allah SWT.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat Al-An’am ayat

162 sebagai berikut:

Artinya: Katakanlah, sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Ayat di atas dapat kita pahami bahwa hidup seseorang itu hakekatnya

untuk Allah SWT. Dimensi akidah ini juga berkaitan dengan sikap

seseorang kepada Allah, yaitu bertawakkal. Hal ini sebagaimana firman

Allah SWT dalam Surat Al-Anfal ayat 2 sebagai berikut:

(43)

29

dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

2. Dimensi Ibadah

Perilalu religius akan sangat terlihat jelas dari segi intensitas

ibadahnya. Orang yang taat pada agama, maka akan senantiasa taat pada

perintah-perintah-NYA. Bentuk ketaatan itu salah satunya bisa berupa

ketaatannya dalam beribadah kepada Allah SWT dengan cara menjaga

waktunya untuk selalu shalat tepat pada waktunya. Mengerjakan

amalan-amalan ibadah sunnah misalnya shalat dhuha, tahajjud, membaca Al-Qur’an

dan lain-lain.

Dalam Islam, ibadah memiliki aspek yang sangat luas. Segala sesuatu

yang dicintai dan diridhai Allah SWT baik berupa perbuatan maupun

ucapan, secara lahir atau batin, semua merupakan ibadah. Sedangkan segala

sesuatu yang tidak diridhai Allah SWT adalah maksiat.Ibadah dibagi

menjadi dua kategori, yaitu ibadah mahdhah (khusus), yaitu ibadah yang

ditentukan cara dan syaratnya secara detail dan biasanya bersifat ritus.

Contoh dari ibadah mahdhah adalah shalat, zakat, puasa, haji, qurban,

aqiqah. Yang kedua yaitu ibadahghairu mahdhah(umum), yaitu ibadah

dalam arti umum, yakni segala perbuatan baik manusia. Ibadah ini tidak

ditentukan cara dan syarat secara detil, diserahkan kepada manusia sendiri.

Islam hanya memberi perintah/anjuran, dan prisnip-prinsip umum saja.

Ibadah dalam arti umum misalnya: menyantuni fakir-miskin, mencari

(44)

30

Untuk ibadah mahdhah harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan

hadis. Sehingga berlaku prinsip bahwa segala sesuatu dilarang, kecuali yang

diperintahkan. Sedangkan untuk ghairu mahdhah harus sesuai dengan jiwa

dan prinsip prinsip ajaran Islam. Pelaksanaannya justru memerlukan

kreatifitas manusia. Sehingga berlaku prinsip bahwa segala-sesuatu boleh,

kecuali yang dilarang. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman dalam surat

Al-Bayyinah ayat 5 sebagai berikut:

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5) Terjemah Departemen Agama RI.

3. Dimensi Wawasan Berpikir atau Pengetahuan Agama

Dalam dimensi ini, pengetahuan agama, bercirikan diantaranya dapat

membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik, dapat membaca dengan

benar sesuai kaidah tajwid, selain itu melaksanakan semua

perbuatan-perbuatan dalam kehidupan merujuk pada ajaran agama yang telah

ditentukan dalam agama Islam. Selain membaca secara benar dan menulis

dengan benar, pendalaman pemaknaan dalam Al-Qur’an juga dilakukan

sebagai upaya menambah pengetahuan dasar dalam mengarungi kehidupan.

Dimensi wawasan berpikir ini juga bisa disebut dengan dimensi

intelektual yaitu menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap

(45)

31

memiliki pengetahuan tentang keyakkinan ritus, kitab suci, dan tradisi yang

berkaitan dengan agamanya. Apakah dia mengikuti pengajian, membaca

buku untuk menambah wawasan dan pengetahuan agamanya. Allah SWT

berfirman dalam Surat Az-Zumar sebagai berikut:

Artinya: Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar ayat 9) Terjemah Departemen Agama RI.

4. Dimensi Amal, Sikap atau Perbuatan Pribadi

Orang yang beriman kepada Allah SWT tidak akan berani angkuh dan

sombong di kala ia kuat, baik kuat dalam arti fisik maupun kuat dalam arti

mempunyai kekuasaan. Adanya larangan untuk bersikap angkuh dan

sombong itu adalah demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia itu

sendiri, seandainya masih juga tidak mau memperhatikan larangan itu, maka

berarti orang itu sudah nekat untuk masuk ke dalam neraka. Orang yang

mempunyai keberagamaan dan iman kepada Allah tidak akan berani

bersikap pura-pura baik di hadapan orang, karena yakin bahwa niat hatinya

pasti diketahui oleh Allah SWT. Firman AllahSWT dalam surat Al-An’am

ayat 3:

(46)

32

lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan (Al-An’am:3) Terjemah Departemen Agama RI.

Dimensi amal ini juga menunjuk seberapa tingkat muslim berperilaku

dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi

dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Sebagai contohnya

perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, jujur, dan sebagainya.

C.Menerapkan Perilaku Religius dalam kehidupan

Beberapa banyak orang yang berubah jalan hidup dan keyakinannya

dalam waktu yang sangat pendek, dari seorang penjahat besar tiba-tiba menjadi

seorang yang baik, rajin dan tekun beribadah, seolah dia dalam waktu yang

singkat dapat berubah menjadi orang lain dan bisa sebaliknya, orang yang

patuh dan tunduk kepada agama dapat berubah menjadi orang yang lalai atau

menentang agama. Hubungan antara moral dan agama sebenarnya sangat erat.

Biasanya orang yang mengerti agama dan rajin melaksanakan ajaran agama

dalam hidupnya, moralnya dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, orang

yang akhlaqnya merosot,biasanya keyakinannya terhadap agama kurang atau

tidak ada sama sekali. (Zakiyah Daradjat, 1970:2).

Menurut teori kepribadian, bahwa manusia adalah mahluk individual

yang dimotivasikan oleh dorongan-dorongan social yang sudah dibawa sejak

lahir. Adler menjadi pelopor dalam psikologi perkembangan yang

mengemukakan teori bahwa kesadaran (consiusness) merupakan bagian yang

(47)

33

individu yang terhimpun dalam diri dan digunakan untuk bereaksi serta

menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari

dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang

khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis,

artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar

serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang

dan mantap kepribadiannya dan akan bermanfaat dalam kehidupannya.

Kepribadian yang baik akan membentuk sebuah perilaku yang baik pula.

Seorang yang beragama harus mempunyai kepribadian yang baik, karena

manusia dengan agamanya tidak hanya berhubungan dengan Tuhan, tetapi

hubungan dengan sesama manusia atau makhluk hidup lainnya juga harus baik

dan beretika.

Agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang

terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca, dipelajari dan diamalkan.

Kemudian kata religare berarti mengikat. Agama bersifat mengikat antara

manusia dengan Tuhan. Ikatan yang dimaksud berasal dari salah suatu

kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan ghaib yang tidak

dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar

sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Jalaluddin, 2000:12). Dunia ini

hampir setiap individu membutuhkan ketenangan dalam hidup, membutuhkan

kenyamanan dalam menaungi kehidupannya. Agama itulah yang menjadi salah

(48)

34

Agama merupakan kebutuhan asasi setiap manusia. Di

dalamkehidupannya, manusia tak lepas dari masalah keagamaan. Untuk

itu, masalah keagamaan dipandang sejajar dengan masalah-masalah kehidupan

lainnya, seperti masalah sosial, ekonomi maupun politik. Masalah agama

sekarang tidak lagi terbatas kepada masalah keimanan, keyakinan

melainkan berkembang menjadi berbagai macam dimensi, seperti ritus,

pranata sosial, maupun perilaku sosial masyarakatnya (Sugeharti, 2013:36).

Dalam beragama seseorang dapat menjadikan hidupnya lebih nyaman

dan berharga di hadapan orang lain, dikarenakan mereka mempunyai identitas

yang lebih jelas. Dengan keyakinannya maka tujuan arah hidupnya juga

berdasarkan aturan agama yang dianutnya. Agama bukanlah sesuatu yang

logis ataupun tidak logis sehingga perlu dicari sebuah alasan untuk

mempercayainya. Namun, agama merupakan suatu keyakinan yang hakiki

dan setiap individu bebas untuk memilih agama apa yang hendak diyakininya.

Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu system nilai yang

memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi

kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan

keyakinan agama yang dianutnya (Jalaludin, 2000:226).

Firman Allah SWT (Q.S At-Taubah:108) sebagai berikut:

(49)

35

Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.(At-Taubah:108) Departemen Agama RI

Ayat di atas menjelaskan bahwa kebenaran yang sesungguhnya telah

datang, tinggal bagaimana manusia saja menyikapi keadaan yang ada, sehingga

manusia tersebut mendapatkan petunjuk dari Allah SWT atau tidak. Orang

yang mempunyai keberagamaan baik akan mempunyai sifat akhlak yang baik,

sehingga dapat menimbulkan sifat yang agamis dalam kehidupan beragama.

Dari beberapa konsep tentang pengertian agama tersebut maka muncul istilah

religiusitas.

Religiusitas adalah penghayatan nilai-nilai agama seseorang yang

diyakini dalam bentuk ketaatan dan pemahaman agama secara benar serta

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Widiana, 2013:32). Dari

pengertian religiusitas, maka perilaku religius juga termasuk penghayatan dari

setiap langkah berdasarkan ajaran agama yang dianut. Agama menyangkut

kehidupan lahir dan batin manusia. Kesadaran beragama dan pengalaman

agama seseorang akan memunculkan sikap religius yang ditampilkan dalam

kehidupannya. Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam

diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar

ketaatannya kepada agama. Orang yang mempunyai ketaatan yang baik, maka

tingkah lakunya akan baik pula, begitu pula sebaliknya jika keberagamaannya

setengah-setengah maka akhlak dalam kehidupannya biasanya kurang

(50)

36

Sikap keberagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan

faktor ekstern. Faktor intern meliputi potensi beragama, maka manusia disebut

homo religius. Potensi beragama ini termuat dalam aspek kejiwaan manusia

seperti naluri, akal, perasaan, maupun kehendak dan sebagainya. Faktor ektern

yaitu lingkungan. Manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh luar

dari dirinya, seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah

(Jalaludin, 2000:186). Terkadang kita putus asa akan masalah-masalah dalam

kehidupan kita, maka faktor keberagamaan dari diri sendiri atau faktor luar

sangat mempengaruhinya. Menurut Glock dan R.Stark yang dikutip oleh

Dadang Kahmad dalam buku yang ditulis Muhammad Fauzi (2007:65-68),

menuturkan bahwa perilaku keberagamaan seseorang paling tidak dapat dilihat

dari lima dimensi, yaitu ideologikal, ritual, mistikal, intelektual, dan

pengalaman/akhlak.

Dimensi ideologis (ideological dimension) atau lebih dikenal sebagai

keyakinan beragama (religious belief). Dimensi ini berkaitan dengan

pengakuan dan penerimaan terhadap suatu zat yang sakral, yang Maha Besar,

sebagai suatu kebenaran. Keyakinan beragama meliputi dua aspek, yaitu

religious dan kosmologi. Nilai religius berkaitan dengan konsepsi tentang apa

yang dipersepsikan sebagai suatu yang baik atau buruk. Sesuatu yang dianggap

pantas atau tidak pantas, yang benar atau tidak benar, yang tepat atau tidak

tepat dalam sebuah agama.Sedangkan kosmologi berkaitan dengan penerimaan

atau pengakuan tentang penjelasan mengenai alam ghaib, termasuk kehidupan,

(51)

37

Dimensi ritual (ritual involvement) yang mengharuskan setiap pemeluk

agama untuk menjalankan ritual agama yang dianjurkan sebagai bentuk

ketaatan kepada agama yang diyakini. Perilaku ini bersifat aktif dan dapat

diamati, misalnya sejauh mana orang mengerjakan kewajiban ritual dalam

agama mereka. Misalnya, seorang Muslim harus melaksanakan ritual shalat,

melakukan ibadah puasa, membayar zakat, berdo’a, bersedekah, mengucapkan

ucapan-ucapan formal tertentu, membaca kitab suci, pergi ke masjid, atau umat

Kristiani diharuskan pergi ke gereja, begitu pula yang agama Hindu atau Budha

dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut hidup sebagai

orang yang religius.

Dimensi mistikal atau keterlibatan pengalaman (experimental

involvement) meliputi perasaan dan persepsi tentang proses kontaknya dengan

apa yang diyakininya sebagai “The Ultimate Reality”, serta penghayatan

terhadap hal-hal yang religius. Misalnya ketika mendengar ayat-ayat

Al-Qur’an, suara adzan maka terjadi proses internalisasi sehingga membentuk

struktur psikis tertentu. Pengalaman keagamaan meliputi tiga aspek yaitu,

kesadaran akan kehadiran Yang Maha Kuasa (cognition), keinginan untuk

mencari maknahidup (concern), serta tawakal dan taqwa (trust and

fear).Dimensi pengalaman berisikan juga tentang pengalaman seseorang yang

unik dan spektakuler yang datang dari Tuhan. Misalnya, ketika seseorang

pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan, ketika dia pernah

(52)

38

dia pernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan

Tuhan, dan lain sebagainya.

Dimensi intelektual atau disebut juga keterlibatan intelektual (intelektual

involvement) menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap doktrin dan

dogma agama yang dipeluknya. Orang beragama memiliki pengetahuan

tentang keyakinan kitab suci, dan tradisi yang berkaitan dengan agamanya.

Apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku untuk menambah wawasan

dan pengetahuan agamanya.

Dimensi pengalaman atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkat

muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana

individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Sebagai

contohnya perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, jujur, dan

sebagainya.

D.Hubungan Aktivitas Ketakmiran Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Salatiga yang Tinggal di Masjid Kota Salatiga dengan Perilaku Religius Tahun 2016.

Dalam sejarah Islam masjid memainkan peranan penting dalam

pembinaan umat Islam. Dimasa seperti sekarang ini seluruh masyarakat

diharapkan dapat berperan serta secara aktif didalamnya. Seluruh masyarakat

terus dibina sehingga mempunyai sikap yang selaras dengan makna dan arah

pembangunan. Pembangunan masyarakat Indonesia berarti pula pembangunan

(53)

39

masyarakat Indonesia. Salah satu sektor pembangunan yang sedang

dilaksanakan adalah pembangunan mental spiritual.

Masjid sebagai tempat yang terbuka untuk masyarakat dapat memainkan

peranan penting dalam hal ini. Bukan saja merupakan tempat ibadah, tetapi

dapat ditingkatkan menjadi pusat masyarakat Islam, baik dalam kegiatan

belajar mengajar maupun berkomunikasi. Disamping fungsinya yang pokok

sebagai tempat ibadah. Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut diatas masjid

perlu untuk dimakmurkan dan masjid harus dapat menarik minat masyarakat

untuk memakmurkannya. (Tim penyusunan pedoman perpustakaan Menteri

Agama, 1996:4-5).

Memakmurkan masjid bisa dilakukan dengan membuat acara yang tidak

monoton, supaya dapat dinikmati banyak umat Islam. Takmir masjid atau

pengurus masjid yang mempunyai kapasitas keilmuan dan pengalaman yang

banyak sangat dibutuhkan dalam hal ini. Takmir masjid yang bagus dalam

menejemen kegiatan dapat menjadi pemicu atas terselenggarakan

agenda-agenda masjid yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Orang yang

tinggal di masjid akan lebih sering mempunyai kesempatan untuk istiqomah

dalam menjalankan ibadah baik yang diwajibkan atau yang disunnahkan,

sehingga perilaku religius dapat terbentuk.

Jadi, menurut penulis ada hubungan antara aktivitas ketakmiran

mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di masjid kota Salatiga dengan

perilaku religiustahun 2016. Karena, ada perkataan jika lingkungan itu

(54)

40

pula, begitu juga sebaliknya jika lingkungan tidak baik akan menjadikan

seseorang yang ada di dalamnya tidak baik pula. Oleh karenanya, jika

mahasiswa IAIN Salatiga yang mengikuti aktivitas ketakmiran dengan

baik dan benar maka akan terbantuk perilaku yang religius dalam

Gambar

Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Angket Aktivitas Ketakmiran….......................
Tabel 1.1
Tabel 3.1
Data RespondenTabel 3.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 20 Rentang 4 Bulan Uji Perubahan Persentase Komponen Trend-Siklus ..L.15 Lampiran 21 Rentang 5 Bulan Uji Perubahan Persentase Komponen Acak ...L.16 Lampiran 22 Rentang

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang empiris dan fakta yang sahih, valid serta dapat dipercaya tentang apakah ada hubungan antara Inovasi Produk dengan

Uji F atau uji koefisien regresi secara simultan, Uji F ini dilakukan dengan menggunakan analisis varian.Analisis varian dalam regresi berganda pada hakikatnya

Litbang Jurusan Sistem Komputer Universitas Bina Nusantara, yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan informasi yang diperlukan penulis untuk meyelesaikan Tugas

Keeping the last syllable and omitting the rest syllables of reduplication word The word ‘ludruk’ belongs to the blending reduplication process on this pattern. Therefore, the

Masalah dalam penelitian ini yang peneliti tulis adalah tentang regulasi yang mengatur standar fasilitas pelayanan kesehatan pada kelas rawat inap di rumah

The effort of Katy Perry as a woman who tries to build her body to be strong in the army is in accordance with Su san Bordo’s idea in Unbearable Weight where she views bodies as

Pada tahap persiapan, praktikan menyiapkan seluruh kebutuhan dan administrasi yang diperlukan untuk mencari tempat PKL. Dimulai dengan pengajuan surat permohonan PKL