• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

B. Perilaku Religius

Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung arti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas 2008:1140). Perilaku religius menurut Abdul Rohman (2010:25), dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri dalam dimensi akidah, dimensi ibadah, dimensi wawasan berfikir atau pengetahuan agama, dan dimensi amal.

1. Dimensi Akidah

Sikap religius atau keberagamaan yang merupakan realisasi dari sebuah pemahaman maka akan terjadi keseimbangan yang baik antara ranah

28

teoritis dengan ranah empiris. Akidah yang matang akan menghasilkan keyakinan akan Tuhan-Nya secara mendalam. Tidak ada sesuatu yang dipercayai sebagai Illah yang maha segalanya selain hanya Allah SWT. Akidah yang lurus tanpa di campuri dengan hal yang tidak dalam aturan agama akan menjadikan perilaku religius seseorang lebih mantab.

Akidah orang yang beragama harus kuat, sehingga dalam kehidupannyaakan terarah dengan kebaikan. Keyakinan yang kuat diri seseorang yang mempunyai akidah benar menjadikannya mempunyai sifat religius dalam kehidupannya.Hidup dan mati hanya untuk Allah SWT.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat Al-An’am ayat 162 sebagai berikut:

Artinya: Katakanlah, sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Ayat di atas dapat kita pahami bahwa hidup seseorang itu hakekatnya untuk Allah SWT. Dimensi akidah ini juga berkaitan dengan sikap seseorang kepada Allah, yaitu bertawakkal. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Anfal ayat 2 sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila

29

dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

2. Dimensi Ibadah

Perilalu religius akan sangat terlihat jelas dari segi intensitas ibadahnya. Orang yang taat pada agama, maka akan senantiasa taat pada perintah-perintah-NYA. Bentuk ketaatan itu salah satunya bisa berupa ketaatannya dalam beribadah kepada Allah SWT dengan cara menjaga waktunya untuk selalu shalat tepat pada waktunya. Mengerjakan amalan- amalan ibadah sunnah misalnya shalat dhuha, tahajjud, membaca Al-Qur’an dan lain-lain.

Dalam Islam, ibadah memiliki aspek yang sangat luas. Segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT baik berupa perbuatan maupun ucapan, secara lahir atau batin, semua merupakan ibadah. Sedangkan segala sesuatu yang tidak diridhai Allah SWT adalah maksiat.Ibadah dibagi menjadi dua kategori, yaitu ibadah mahdhah (khusus), yaitu ibadah yang ditentukan cara dan syaratnya secara detail dan biasanya bersifat ritus. Contoh dari ibadah mahdhah adalah shalat, zakat, puasa, haji, qurban, aqiqah. Yang kedua yaitu ibadahghairu mahdhah(umum), yaitu ibadah dalam arti umum, yakni segala perbuatan baik manusia. Ibadah ini tidak ditentukan cara dan syarat secara detil, diserahkan kepada manusia sendiri. Islam hanya memberi perintah/anjuran, dan prisnip-prinsip umum saja. Ibadah dalam arti umum misalnya: menyantuni fakir-miskin, mencari nafkah, bertetangga, bernegara, tolong-menolong, dan lai-lain.

30

Untuk ibadah mahdhah harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan hadis. Sehingga berlaku prinsip bahwa segala sesuatu dilarang, kecuali yang diperintahkan. Sedangkan untuk ghairu mahdhah harus sesuai dengan jiwa dan prinsip prinsip ajaran Islam. Pelaksanaannya justru memerlukan kreatifitas manusia. Sehingga berlaku prinsip bahwa segala-sesuatu boleh, kecuali yang dilarang. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman dalam surat Al- Bayyinah ayat 5 sebagai berikut:

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5) Terjemah Departemen Agama RI.

3. Dimensi Wawasan Berpikir atau Pengetahuan Agama

Dalam dimensi ini, pengetahuan agama, bercirikan diantaranya dapat membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik, dapat membaca dengan benar sesuai kaidah tajwid, selain itu melaksanakan semua perbuatan- perbuatan dalam kehidupan merujuk pada ajaran agama yang telah ditentukan dalam agama Islam. Selain membaca secara benar dan menulis dengan benar, pendalaman pemaknaan dalam Al-Qur’an juga dilakukan sebagai upaya menambah pengetahuan dasar dalam mengarungi kehidupan.

Dimensi wawasan berpikir ini juga bisa disebut dengan dimensi intelektual yaitu menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap doktrin dan dogma agama yang dipeluknya. Artinya, orang beragama

31

memiliki pengetahuan tentang keyakkinan ritus, kitab suci, dan tradisi yang berkaitan dengan agamanya. Apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku untuk menambah wawasan dan pengetahuan agamanya. Allah SWT berfirman dalam Surat Az-Zumar sebagai berikut:

Artinya: Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az- Zumar ayat 9) Terjemah Departemen Agama RI.

4. Dimensi Amal, Sikap atau Perbuatan Pribadi

Orang yang beriman kepada Allah SWT tidak akan berani angkuh dan sombong di kala ia kuat, baik kuat dalam arti fisik maupun kuat dalam arti mempunyai kekuasaan. Adanya larangan untuk bersikap angkuh dan sombong itu adalah demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia itu sendiri, seandainya masih juga tidak mau memperhatikan larangan itu, maka berarti orang itu sudah nekat untuk masuk ke dalam neraka. Orang yang mempunyai keberagamaan dan iman kepada Allah tidak akan berani bersikap pura-pura baik di hadapan orang, karena yakin bahwa niat hatinya pasti diketahui oleh Allah SWT. Firman AllahSWT dalam surat Al-An’am ayat 3:

Artinya: dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu

32

lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan (Al- An’am:3) Terjemah Departemen Agama RI.

Dimensi amal ini juga menunjuk seberapa tingkat muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Sebagai contohnya perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, jujur, dan sebagainya.

Dokumen terkait