BAB II
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
II.1 Sejarah Berdirinya Radio Komunitas Citra FM
Sebagai sebuah lembaga penyiaran komunitas, Citra FM tidak tumbuh dengan instan. Apalagi, baru pada UU No. 32 Tahun 2002 radio komunitas diakui sebagai salah satu lembaga penyiaran. Rakom Citra FM sendiri telah berdiri pada tahun 1998, tepatnya tanggal 17 September. Saat itu, dengan semangat ingin menggaungkan kebudayaan Banyuwangi melalui radio, Joko Sutrisno dan beberapa rekan membuat sebuah komunitas pecinta budaya Banyuwangi. Berawal dari komunitas yang terbentuk atas kesamaan diri sebagai fans dari salah satu radio swasta di Banyuwangi saat itu, Joko dan kawan-kawannya membentuk Suara Citra FM sebagai sebuah lembaga penyiaran.
Jadi ceritanya waktu itu kan ada radio swasta di daerah Sempu ini, namanya Gandrung FM. Saya dan teman-teman yang suka dengan budaya Banyuwangi menjadi fans dari radio tersebut. Tapi kemudian radio itu dijual dan pindah ke kecamatan lain. Berawal dari itu, teman-teman berinisiatif untuk membuat sebuah radio disini. (Wawancara dengan Joko Sutrisno 12 April 2015)
penyiara, dan pajak-pajak terkait. Untuk itu, ia berinisiatif untuk membuat sebuah radio komunitas. Meskipun saat itu, belum dikenal lembaga penyiaran komunitas seperti sekarang ini.
Ya pokok prinsipnya membuat radio untuk komunitas. Saat itu kita ya belum kenal apa itu radio komunitas. Yang penting membuat sebuah radio dan bisa didengarkan oleh orang banyak. (Wawancara dengan Joko Sutrisno 12 April 2015)
Setelah berhasil menyapa pendengar mulai tahun 1998 itu, masalah mulai dihadapi oleh Radio Suara Citra. Tahun 2001, Balai Monitoring Spektrum dan Frekuensi (Balmon) mendatangi studio Suara Citra untuk menindak radio tersebut karena dianggap illegal. Namun, Joko Sutrisno dan pengelola radio Suara Citra lainya tidak serta merta memenuhi penindakan yang dilakukan oleh Balmon tersebut. Kesempatan itu justru digunakan oleh pengelola Suara Citra untuk menanyakan tentang proses perizinan sebuah lembaga penyiaran komunitas seperti yang dikehendaki oleh Joko dan kawan-kawan. Balmon akhirnya menjelaskan bagaimana proses yang dpat ditempuh oleh Radio Suara Citra untuk mendapatkan sebuah izin siaran.
(KPID) Jawa Timur, serta Balai Monitoring Spektrum dan Frekuensi. Namun perjuangan Joko tidak mudah untuk mendapatkan izin penyiaran atas radio komunitas yang ia kelola. Berkali-kali, Joko hanya mendapatkan jawaban segera tanpa ada kepastian.
Mulai tahun 2001 itu ya langsung usaha ngurus izinnya, Mas. Tapi ya memang tidak mudah. Kita bolak-balik datang ke Dinas Perhubungan dan KPID cuma dapat checklist tentang apa yang harus dipenuhi. Setelah dipenuhi kita dapat checklis baru lagi. Begitu terus sampai kita ini capek bolak-balik. Sedangkan sampean tahu sendiri kan posisi Citra ini dimana. Belum kalau harus ke KPID kan adanya di Surabaya. (Wawancara dengan Joko Sutrisno 12 April 2015)
Joko tidak berhenti berjuang untuk mendapatkan legalitas dari radio yang ia kelola. Hingga pada tahun 2004, setelah melalui proses yang panjang, keberadaan Radio Suara Citra diakui sebagai sebuah radio komunitas. Pada tahun 2005, setelah keluar Peraturan Pemerintah (PP) tentang pelaksanaan lembagai penyiaran komunitas di UU No. 32 Tahun 2002, Radio Suara Citra mendapatkan izin Rekomendasi Kelayakan untuk diakui sebagai LPK untuk kemudian meneruskan perizinan ke tahap selanjutnya.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang meningkatkan coverage area untuk tiap-tiap radio komunitas menghambat keinginan Citra FM.
II.2 Profil Radio Komunitas Citra FM
II.2.1 Visi dan Misi
Visi :
Menjadi media informasi, pemberdayaan, dan pelestarian kebudayaan
Banyuwangi sebagai salah satu keragaman Indonesia.
Misi :
Menyajikan informasi tentang budaya Banyuwangi dan Indonesia
Menghibur komunitas serta masyarakat pendengar
Menjadi media untuk menyalurkan hobi berkesenia Ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan Banyuwangi
Memberdayakan komunitas budaya Banyuwangi untuk menjaga agar
tetap lestari
II.2.2 Wilayah Layanan/Jangkauan Siaran
hanya pada jarak tersebut karena sebuah radio komunitas seyogianya dibentuk berdasarkan domisili dimana radio itu berdiri.
Dengan jangkauan siar sejauh itu, Rakom Citra FM hanya dapat menjangkau beberapa wilayah di sekitarnya. Rakom Citra FM sendiri bertempat di Dusun Truko, Desa Karangsari, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Rakom Citra FM saat ini bisa didengarkan di seputar Desa Karangsari, Desa Gendoh, Desa Sumber Arum, dan Desa Temuguruh yang merupakan wilayah di Kecamatan Sempu. Selain itu, Rakom Citra FM juga dapat didengarkan di Desa Parijatah Kulon dan Desa Parijatah Wetan di Kecamatan Srono, dan Dusun Kaliputih, Desa Genteng Wetan di wilayah Kecamatan Genteng.
II.2.3 Struktur Organisasi
Dewan Penyiaran Komunitas (DPK)
Ketua : Joko Sutrisno
Wakil Ketua : Wahyudi
Sekretaris : Suharnik
Anggota : Wijanarko
Rizal Mahfudz
Badan Penyelenggara Penyiaran Komunitas (BPPK)
Ketua : Rahmat Mulyono
Wakil Ketua : Samiran
Sekretaris : Budi Harsono
Wk. Sekretaris : Fatkur Ridho
Bendahara : Lely Nurhasanah
Wk Bendahara : Sumiyati
Koor. Siaran : Wiwit Rusmanto
Programmer : Heri Santoso
Humas/ILM : Ahmad Baidowi
Korlap Fans : Wahyu Hendrawan, Hariono, Suhartatik, Karmin
Teknisi : Abdullah Wahab
Koord. Liputan : Bambang Hadiwiyono
Reporter : Samsuri, Suci Ramadhani, Danang, Dimas Setiawan
II.3 Radio Komunitas Citra FM, JRKBB, dan Banyuwangi
II.3.1 Perkembangan Radio Komunitas di Banyuwangi
Berdasarkan keterangan yang dihimpun oleh peneliti, embrio radio komunitas mulai tumbuh di Banyuwangi medio 1990an. Saat itu, konsep radio komunitas atau lembaga penyiaran komunitas belum dikenal oleh masyarakat. Venus, penggagas Radio Komunitas Planet FM menjelaskan:
Sebelum Rakom Planet FM yang berdiri pada 1999, juga sebelumnya Rakom Citra FM pada tahun 1998, terdapat beberapa radio dengan model penyiaran komunitas sebelumnya. Namun informan tidak dapat merinci dengan jelas radio-radio tersebut.
Wacana tentang pemunculan lembaga penyiaran komunitas mulai merebak di masyarakat selepas reformasi 1998. Tuntutan perubahan UU No. 24 Tahun 1997 tentang penyiaran yang dianggap sebagai bentuk otiritarianisme terhadap penyiaran terus digaungkan oleh masyarakat. Runtuhnya pemerintahan orde baru membuat masyarakat menuntut kebebasan di segala bidang, termasuk penyiaran.
Aguk Wahyudi, koordinator Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) Jawa Timur wilayah Banyuwangi dalam pertemuan rutin JRKBB, 19 April mengatakan:
Pembentukan LPK yang didalamnya ada radio komunitas seperti sebuah keterpaksaan. Pada akhirnya, kita, para penggiat LPK sangat dibatasi pergerakannya. Frekeunsi hanya boleh segitu, namun dituntut untuk dapat membentuk karakter bangsa dan sebagainya. Lihat saja pasal dalam UU Penyiaran tentang LPK
Aguk adalah pendiri Radio Komunitas Bung Tomo FM di Banyuwangi. Selain itu, Aguk juga aktivis penyiaran komunitas yang ikut memberdayakan beberapa komunitas di Banyuwangi. Bung Tomo FM sendiri merupakan radio yang cukup penting dalam perkembangan radio komunitas di Banyuwangi. Bersama Citra FM, Planet FM, Brit FM, dan Ijen FM sama-sama menggagas berdirinya Jaringan Radio Komunitas Blambangan Banyuwangi (JRKBB) sebagai wadah untuk berkumpul, advokasi, hingga pemberdayaan radio-radio komunitas yang ada di Banyuwangi.
Dalam artian, setiap radio komunitas yang berdiri harus berjarak minimal 2,5 km dari radio komunitas lainnya.
Coverage area ini mengalami permasalah ketika berusaha diterapkan di Banyuwangi. Dengan banyaknya rakom yang berdiri, pemerintah melalui Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi; KPID; dan Balai Monitoring Spektrum dan Frekuensi kesulitan dalam mematuhi amanat UU tentang coverage area radio komunitas.
Dalam sebuah pertemuan dengan stakeholder penyiaran komunitas akhirnya disepakati coverage area untuk rakom di Banyuwangi ditingkatkan menjadi 5 km. Balai Monitoring Spektrum dan Frekuensi Jawa Timur bahkan sempat meminta untuk memakai coverage area 7,5 km, namun hal itu ditentang oleh semua pihak. Peningkatan coverage area ini dimaksudkan untuk menjaga frekuensi agar tidak saling tumpang tindih. Karena menurut PP No. 51 Tahun 2005 frekuensi yang dapat digunakan oleh radio komunitas adalah pada 107,7; 107,8; dan 107,9 FM. (wawancara dengan Navi, Kasi Komunikasi Dishubkominfo Banyuwangi, 19 April 2015)
pergerakan radio komunitas dan mendukung radio swasta komersil sebagai bagian dari kapitalisme.
Frekuensi 106,5 hingga 107,9 itu kan kosong. Namun kita hanya disediakan di 107,7 sampai 107,9. Dengan frekuensi segitu, jangkauan dengar radio komunitas hanya 2,5 hingga 5 km. Sebenarnya kita minta frekuensi kita dibawah 88 sampai 90. Di frekeuensi itu jangakaun dengar bisa sampai 10 km. Kalau sudah begini kan namanya pergerakan radio komunitas dibatasi sekali. (wawancara dengan Aguk Wahyudi, 19 April 2015)
Namun penggiat rakom di Banyuwangi tidak patah arang. Semenjak PP No. 51 Tahun 2005 berlaku, rakom berbondong-bondong mengurus izin siaran. Citra FM, Planet FM, Brit FM, Ijen FM, dan Bung Tomo FM adalah gelombang pertama radio yang mendapatkan izin dari KPID Jawa Timur. Izin tersebut masih berupa Rekomendasi Kelayakan untuk kemudian diteruskan menjadi Izin Pelaksanaan Penyiaran (IPP).
radio. Namun tahun 2012, telah terdapat lebih dari 100 radio yang mengudara di Banyuwangi. Sebagian besar diantaranya tidak berizin dan menggunakan frekuensi radio swasta. (wawancara dengan Joko Sutrisno 15 April 2015)
Jumlah itu terus bertambah hingga awal tahun 2015 ketika penelitian ini dilakukan. Meski bukan data yang valid karena rakom di Banyuwangi terus mati dan tumbuh dalam tempo yang cepat. JRKBB memperkirakan jumlah rakom hingga awal 2015 sekitar 250. Menurut Sutrisno, di Kecamatan Sempu saja terdapat 10 radio komunitas yang terlacak, 3 diantaranya telah resmi berizin. (wawancara dengan Joko Sutrisno 29 Maret 2015)
II.3.2 Jaringan Radio Komunitas Blambangan Banyuwangi
Pertumbuhan radio komunitas yang cukup pesat di Kabupaten Banyuwangi menuntut setiap rakom menggunakan berbagai cara untuk tetap bertahan dan didengarkan. Salah satunya adalah berjejaring dengan berbagai radio lainnya. Salah satu jaringan radio komunitas di Banyuwangi adalah Jaringan Radio Komunitas Blambangan Banyuwangi (JRKBB). Hingga 2015, JRKBB memiliki 24 anggota aktif. 18 diantaranya telah memiliki izin mulai dari Rekomendasi Kelayakan (RK) hingga IPP Prinsip. Rakom di Banyuwangi belum ada yang memiliki IPP Tetap sebagai syarat utama sebuah lembaga penyiaran untuk mengudara.
JRKBB saat ini diketuai oleh Joko Sutrisno, pengelola Rakom Citra FM. Joko menjadi ketua JRKBB sejak 2011 hingga saat ini. Selama kepengurusannya, Joko berfokus pada pengurusan izin siaran sebuah radio. Ia bersama kawan-kawan anggota JRKBB lainnya terus berusaha mengajak rakom lain untuk turut mengurus izin siaran. Pada awal kepengurusannya, hanya 6 radio yang telah berizin, kini telah 18 radio yang turut dibantu JRKBB untuk mengurus izin siaran. Meski belum ada satupun yang memenuhi syarat mendapatkan IPP Tetap.
harus memutar otak cari biaya pengelolaan. (Joko Sutrisno, 17 April 2015)
Untuk membantu proses perizinan, JRKBB membebankan biaya sebesar 6 juta rupiah kepada rakom yang akan bergabung ke dalam jaringan. Biaya itu digunakan untuk pembinaan pengelola rakom hingga mendapatkan izin yang dikehendaki.
Target kami ya membantu hingga dapat RK, Mas. Karena sebelum rakom itu dapat RK kan ada yang namanya Tinjau Lapangan (TL), Pra Evaluasi Dengar Pendapat (EDP), EDP, baru bisa turun RK. La selama proses itu kan pengelola rakom yang ngurus izin kita dampingi. Kita beri pembelajaran, ya maksudnya mendatangkan ahli. Bukan saya yang ngajari. Saya juga masih belajar soalnya. Untuk mendatangkan narasumber itu kan ya butuh biaya. Semua itu diambil dari iuran yang kita tarik di awal. Selain itu biayanya ya digunakan untuk cetak proposal rangkap 3 untuk diajukan ketika sidang EDP. Proposalnya itu bisa sampai 500 lembar jumlahnya. (Joko Sutrisno, 17 April 2014)
Keberadaan JRKBB memang dinilai membantu ketika sebuah rakom akan mengurus izin siaran. Sebuah jaringan diyakini lebih dipercaya oleh pemangku kebijakan saat hendak mengeluarkan sebuah izin siaran. Hal itu dibuktikan dengan jumlah radio yang mendapatkan RK berjumlah lebih banyak daripada yang mengurus perizinan secara pribadi.
Sutrisno, dia mengubah namanya menjadi Jaringan Radio Komunitas Blambangan Banyuwangi.
Perubahan nama itu saya lakukan untuk lebih meluaskan jangkauan anggota. Kalau namanya Jaringan Radio Komunitas Budaya Banyuwangi kan berarti yang bisa masuk hanya radio budaya. Sedangkan di Banyuwangi in ya ada radio pertanian, radio pendidikan, radio wisata, hingga radio umkm. Dari situ kan nama jaringan radio budaya sudah tidak relevan. Maka dari itu nama budaya saya ganti menjadi Blambangan. Karena Blambangan itu kan nama lain dari Banyuwangi yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. (wawancara dengan Joko Sutrisno17 Mei 2015)
Untuk menjaga kekompakan dan membahas isu-isu terkait tentang permasalahan radio komunitas, JRKBB melakukan pertemuan rutin setiap bulan. Pertemuan itu digelar bergantian di studio tiap-tiap anggota. Dalam setiap agenda pertemuan, selalu ada isu utama yang akan dibahas oleh semua anggota. Selain itu, beberapa kali pertemuan dilakukan dengan mengadakan pelatihan untuk anggota JRKBB. Mulai dari pemograman acara, reportase, hingga penyiaran.
JRKBB mengadakan diskusi dengan perwakilan pemerintah tersebut atas permasalahan yang sedang dihadapi mengaenai proses perizinan dan banyaknya radio illegal di Banyuwangi.
Setiap pertemuan anggota JRKBB selalu diusahakan ada agenda yang dibahas dan bermanfaat buat anggota. Contohnya hari ini kita mendatangkan Pak Navi dari Dishub. Tujuannya kan baik untuk mempertemukan pemerintah dan kami para pengelola radio. Kalau ada yang masu disampaikan tentang izin atau masalah lain seputar rakom kan enak kalau ketemu langsung gini. (Wawancara dengan Joko Sutrisno, 19 April 2015)
Selain diskusi dengan pihak Dishubkominfo, karena bersamaan dengan Ulang Tahun Planet FM, acara pertemuan pada hari itu juga diisi dengan pengajian, santunan yatim/piatu/ serta khataman Al-Quran.
Acara-acara seperti ini kami lakukan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa radio komunitas itu isinya juga banyak yang positif. Kalau sampean lihat diluar kan pandangan masyarakat tentang rakom ini kan jelek,. Banyak yang bilang Cuma dibuat karaoke, minum-minuman keras, perselingkuhan, dll. tapi lihat di planet apa yang kami lakukan. Semuanya positif. Jadi ya jangan disama-ratakan. (Wawancara dengan Venus Hadi, 19 April 2015)