• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL IMPLIKASINYA DALAM SIKAP KEDEWASAAN ANAK DI DUSUN SEMOYO, DESA SUGIHMAS, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL IMPLIKASINYA DALAM SIKAP KEDEWASAAN ANAK DI DUSUN SEMOYO, DESA SUGIHMAS, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA

PENDIDIKAN FORMAL IMPLIKASINYA DALAM SIKAP

KEDEWASAAN ANAK DI DUSUN SEMOYO,

DESA SUGIHMAS, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN

MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh

NUR ASLIKUDIN NIM 111 11 152

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

بسنبلا مّلعتب ملعلا

Ilmu itu didapat dengan belajar, tidak dengan nasab (keturunan).

(7)

vii PERSEMBAHAN

Skripsi ini Penulis Persembahkan Untuk:

1. Kepada kedua orang tua penulis, bapak Ashuri dan ibu Siyamah, yang selalu memberikan perhatian penuh serta pengorbanan dan doa yang sangat tulus sehingga dengan segala usahanya penulis dapat melanjutkan studi dengan lancar.

2. Kakak-kakak dan adikku, Nur Faizah, Nur Aslikah, Nur Laylatul Musyarofah beserta kakak ipar. Keponakan-keponakanku, Nur Ulyatun

Nafi‟ah, Isna Rosyidah, Arjunnaja al Adib, dan Nada Mustafida, yang

selalu memberikan dukungan, hiburan, serta motivasi kepada penulis 3. Dra. Ulfah Susilawati M. Si selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu membimbing dan memotivasi penulis dengan sabar dari bangku studi sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Drs. Abdul Syukur M. Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan sabar.

5. Seluruh dosen di IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Murobbi ruhi K.H Ikhsanudin Abdan wa ahli baitihi, Al Maghfurlah K.H Abdul Khaliq, Al Ustadz M. Imam Hanif, Al Ustadz Fauzi Al hidayat yang telah banyak memberikan pelajaran tentang makna kehidupan dalam diri pribadi penulis.

(8)

viii 8. Teman-teman karibku, Sodiq Tjokrodimulyo, Triyono, Ahmad Fatikhin,

dan Eri Ristiawan yang selalu menemani suka duka penulis.

9. Para sedulur Fk WaMa (Forum Komunikasi MahaANAK Magelang), khususnya penghuni camp, yang selalu memberi semangat kepada penulis. 10.Keluarga besar IKMAAL (Ikatan Alumni Ma‟had Awwal) yang menjadi tempat rujukan dan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi penulis dan juga menjadi tempat diskusi keagamaan bagi para alumni pondok pesantren Awwal Koripan, Dawung, Tegalrejo, Magelang.

11.

Teman, rekan, sahabat selama studi di IAIN Salatiga semua angkatan,

khususnya angkatan 2011 PAI D, dan semua yang rekan yang mendukung dan memberikan kontribusi yang berarti bagi proses studi penulis selama ini.

(9)

ix KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

هدعب ا ّما الله لوسر ىلع املاسو ةلاص لله دمحلا الله مسب

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa sebagai ungkapan rasa syukur yang telah melimpahkan hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Shalawat serta salam penulis sanjungkan ke pangkuan Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah melimpahkan syafaatnya min hadzihis sa’ah ila yaumil qiyamah.

Skripsi ini menyingkap sedikit tentang persepsi masyarakat terhadap pentingnya pendidikan formal yang dalam masa ini pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat diperhatikan berbagai kalangan, utamanya pemerintah. Adapun fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi objek penelitian ini yaitu kurangnya minat masyarakat terhadap pendidikan formal. Fenomena ini membuktikan bahwa pendidikan yang selama ini digencarkan oleh pemerintah belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat. Hal ini menjadi motivasi bagi pelaku pendidikan, dalam hal ini guru sekolah dasar di tempat tersebut, untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pendidikan formal.

(10)

x masyarakat terhadap pendidikan formal. Adapun tujuannya tidak lain adalah untuk mengetahui apa saja sebab-sebab “keterbelakangan pemikiran” yang ada dalam masyarakat tersebut, sehingga diharapkan dapat ditemukan solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan formal di lingkungan masyarakat tersebut.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih atas segala nasehat, bimbingan, dukungan, dan bantuannya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.

4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati M. Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran terbaiknya dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Abdul Syukur M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah membimbing penulis dengan sabar.

6. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan.

(11)

xi 8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan do‟a dan dukungan agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon do‟a semoga amal mereka

diterima oleh Allah SWT. Dan mendapat pahala yang lebih baik di dunia maupun di akhirat.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 10 Februari 2016

(12)

xii ABSTRAK

Aslikudin, Nur. 2016. 11111152. Persepsi Masyarakat tentang Pentingnya Pendidikan Formal Implikasinya dalam Sikap Kedewasaan Anak di Dusun Semoyo, Desa Sugihmas, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M. Si.

Kata kunci: Persepsi, Pendidikan Formal, dan Sikap Kedewasaan

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui persepsi masyarakat Dusun Semoyo, Desa Sugihmas, Kecamatan Grabag, kabupaten Magelang yangmana di dusun tersebut tingkat pendidikan formal anak masih sangat minim. Adapun pertanyaan yang ingin dijawab penulis adalah 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal implikasinya dengan sikap kedewasaan anak di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang, 2. Bagaimana persepsi anak dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang terhadap pentingnya pendidikan formal anak, 3. Apakah pendidikan formal berdampak terhadap sikap kedewasaan anak di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, mengingat bahwa obyek yang diteliti adalah keadaan alamiah tentang persepsi sebuah masyarakat, model penelitian ini merupakan metode paling baik guna memperoleh dan mengumpulkan data asli (original data) untuk mendeskripsikan keadaan populasi dan untuk mendapatkan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisis dengan reduksi data, penyusunan data dan mengambil kesimpulan.

Berdasarkan temuan lapangan, ditemukan tiga kesimpulan, yaitu:

1. Masyarakat dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang sadar akan pentingnya dunia pendidikan formal. Hanya saja, kepedulian masyarakat akan pendidikan formal masih kurang.

2. Banyak persepsi anak dalam memandang dunia pendidikan. Untuk saat ini, kebanyakan anak masih ingin melanjutkan pendidikan minimal sampai SMP. Setelah SMP banyak dari mereka yang ingin ke pondok pesantren, ada juga yang ingin bekerja membantu orang tua mereka. Pemikiran anak-anak dusun Semoyo tentang pentingnya pendidikan formal sedikit banya dipengaruhi oleh pemikiran orang tua yang masih memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Bisa membaca, menulis, dan menghitung bagi masyarakat dusun Semoyo sudah dianggap cukup untuk bekal hidup dalam masyarakat. a. Dampak kedewasaan yang nyata bagi anak yang meneruskan pendidikan

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

LEMBAR BERLOGO ... ....ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ... v

MOTTO ... ... vi

PERSEMBAHAN ... ... vii

KATA PENGANTAR ... ... ix

ABSTRAK ... ... xii

DAFTAR ISI ... .. xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C.Tujuan Penelitian... 6

D.Manfaat Penelitian... 6

E. Definisi Operasional... 7

F. Metode Penelitian... 9

(14)

xiv BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Persepsi Masyarakat

1. Pengertian persepsi... 18

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi ... 19

3. Proses persepi ... 19

B. Pendidikan Formal 1. Pengertian pendidikan Formal ... 21

2. Komponen Pendidikan ... 23

3. Belajar, salah satu aplikasi dari pendidikan ... 27

4. Urgensi Pendidikan ... 33

C. Sikap Kedewasaan Anak 1. Sikap ... 44

2. Kedewasaan... 48

D. Implikasi Pendidikan terhadap Sikap Kedewasaan Seseorang ... 51

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran umum desa Semoyo ... 53

1. Letak Geografis ... 53

2. Kondisi Masyarakat ... 55

B. Temuan hasil Penelitian ... 57

1. Profil Responden ... 57

2. Hasil Wawancara ... 65

(15)

xv B. Persepsi Masyarakat terhadap Pentingnya Pendidikan Formal ... 91 C. Persepsi anak terhadap Pendidikan Formal... 93 D. Dampak Pendidikan terhadap Kedewasaan Anak... 98 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 104 B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seringkali masyarakat mendengar sebuah kata “pendidikan”. Akan

tetapi, banyak yang tidak mengetahui secara pasti definisi serta makna dari kata pendidikan tersebut meskipun masyarakat tahu dan sadar akan pentingnya pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendidikan, seseorang dapat lebih diakui keberadaannya. Melalui pendidikan juga seseorang dapat meningkatkan kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Masalah pendidikan sangat diperhatikan Allah melalui Al Qur‟an Q.S

Al Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :



(17)

2 Ayat diatas mengisyaratkan bahwa salah satu syarat seseorang mendapatkan hidup yang lebih baik diantaranya adalah dengan ilmu. Masalah ini juga dapat dikaitkan dengan hadits Nabi SAW yang berbunyi:

هيلعف امهدارا نمو ملعلاب هيلعف ةرخلأا دارا نمو ملعلاب هيلعف ايندلا دارا نم

ملعلاب

Artinya : “ barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia, maka dapat diperoleh dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan di akhirat, maka dapat diperoleh dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia dan akhitrat, maka dapat diperoleh dengan ilmu “ HR Turmudzi.

Oleh karena itu, jika seseorang ingin kehidupan yang layak, baik dari segi kehidupan dunia maupun akhirat, maka pendidikan menjadi hal yang wajib diperhatikan.

Adapun definisi pendidikan sebagaimana tertera dalam UU Sistem

Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003: “Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (UU sisdiknas no 20 th 2003:3).

(18)

3 yang layak, sudah seharusnya pendidikan diajarkan orang tuanya dimulai ketika anak masih kecil.

Jadi, secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai proses pembelajaran peserta didik dari yang tidak diketahui menjadi mengetahui yang nantinya diharapkan agar peserta didik mewujudkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya serta membentuk kepribadian yang sesuai.

Telah diketahui bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan Informal. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa:

a. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

b. Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. c. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

(UU Sisdiknas No 20 Th 2003: 4).

Melalui beberapa pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa :

(19)

4 Indonesia, pendidikan ini dimulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi. b. Pendidikan Non formal adalah pendidikan terstruktur dan berjenjang

yang ada diluar pendidikan formal. Pendidikan ini berfungsi sebagai penambah, pengganti, dan pelengkap pendidikan formal, misalnya Pondok Pesantren, Les Privat, Bimbingan Belajar, dan sebagainya. c. Pendidikan informal adalah pendidikan yang terjadi di dalam keluarga

dan lingkungan. Ini adalah pendidikan tingkat pertama yang sangat mendasar yang dialami oleh semua orang. Dimana dalam pendidikan informal ini karakter anak akan terbentuk. Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi baik buruknya sikap anak. Oleh karena itu, pendidikan informal seharusnya menjadi pendidikan yang sangat diperhatikan oleh orang tua.

(20)

5 tersebut. Ini menarik untuk diteliti, ada apa dibalik fenomena ini, apakah karena faktor pendidikan orang tua terdahulu yang hanya menanamkan pendidikan agama, atau pandangan masyarakat yang masih memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting, atau ada faktor lain yang

mempengaruhi pola pikir masyarakat yang cenderung “memandang

sebelah mata” dari pendidikan formal.

Berdasarkan latar belakang diatas itulah penulis melakukan sebuah penelitian dengan judul “PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL IMPLIKASINYA DALAM SIKAP KEDEWASAAN ANAK DI DUSUN SEMOYO, DESA

SUGIHMAS, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN

MAGELANG TAHUN 2015”

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal implikasinya dengan sikap kedewasaan anak di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang tahun 2015?

2. Bagaimana persepsi anak dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang terhadap pentingnya pendidikan formal tahun 2015?

(21)

6 C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persepsi masyarakat tentang pendidikan formal yang berimplikasi dengan sikap kedewasaan siswa di dusun Semoyo, desa Sugihmas, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang tahun 2015.

2. Mengetahui persepsi anak dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang terhadap pentingnya pendidikan formal tahun 2015.

3. Mengetahui dampak pendidikan formal terhadap sikap kedewasaan anak di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Bagi Instansi IAIN Salatiga, sebagai salah satu sumber kekayaan ilmiah yang bisa dijadikan rujukan pengembangan ilmu.

b. Bagi masyarakat dusun Semoyo, sebagai bahan pengetahuan agar lebih mengetahui pentingnya pendidikan formal.

c. Bagi penulis, untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat dusun Semoyo terhadap dunia pendidikan formal.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, meningkatkan kesadaran akan dunia pendidikan, sehingga lebih semangat dalam mengamalkan ilmu di sekolah. b. Bagi masyarakat dusun Semoyo, agar lebih mengetahui pentingya

(22)

7 terhadap anak agar dapat melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c. Bagi anak dusun Semoyo, untuk meningkatkan kesadaran akan pendidikan formal sehingga kedepan diharapkan akan membawa kemajuan bagi desa.

E. Definisi Opersional

Dalam penelitian ini, peneliti mengguankan beberapa istilah yang menjadi kunci, yaitu:

1. Persepsi Masyarakat

Persepsi merupakan tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu., serapan. Persepsi juga merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya (depdiknas, KBBI, 2007:863). Sedangkan persepsi yang dimaksud disini adalah pandangan masyarakat dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang tentang pendidikan formal.

(23)

8 2. Pendidikan Formal

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU sisdiknas no 20 th 2003:3). Pendidikan juga bisa dikatakan sebagai proses belajar untuk mengetahui dari yang tidak tahu menjadi tahu, artinya, dalam pendidikan biasanya bertujuan untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dari guru kepada muridnya. Oleh sebab itu, maka pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam rangka perkembangan dan kemajuan dari suatu masyarakat tersebut. Dengan kata lain, bila dalam masyarakat tersebut banyak yang mempunyai pendidikan tinggi, bisa dikatakan bahwa pola pemikiran masyarakat sudah maju. Sedangkan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal inilah yang nantinya bisa dijadikan tolok ukur kemajuan sebuah masyarakat.

3. Sikap Kedewasaan Anak

(24)

9 sebuah kondisi diri dan sikap dapat menyelesaikan masalah dalam pergaulan dan kehidupan sosial. Sedangkan siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Wiji Suwarno, 2006 : 36). Antara sikap dan kedewasaan biasanya tidak bisa dipisahkan. Seseorang bisa disebut mempunyai sikap yang baik jika dia bisa dewasa dalam bertindak. Seseorang yang bersikap dewasa biasanya dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan bijaksana, mempunyai pemikiran yang bisa diterima oleh semua kalangan. Sikap yang menunjukkan dewasa juga bisa dilihat dengan adanya kestabilan seseorang dalam melakukan sebuah tindakan. F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yangmana Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian survei, dimana penelitian survei merupakan penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu dengan tiga tujuan penting, yaitu:

a. Mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu.

b. Mengidentifikasikan secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan.

(25)

10 Mengingat bahwa obyek yang diteliti adalah keadaan alamiah tentang persepsi sebuah masyarakat, model penelitian ini merupakan metode paling baik guna memperoleh dan mengumpulkan data asli (original data) untuk mendeskripsikan keadaan populasi, (Sukardi, 2009: 193). Model inilah yang nantinya akan digunakan peneliti dalam melakukan penelitian.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer, dimana peneliti melakukan survey langsung ke tempat lokasi dan meneliti keadaan masyarakat secara langsung. Sedangkan orang tua dan anak dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang menjadi subjek dalam penelitian ini. Subjek penelitian adalah sumber tempat tempat peneliti memperoleh keterangan atau data penelitian (Abdullah Idi, 2013: 54), dan persepsi serta sikap kedewasaan anak dari masyarakat tersebut menjadi objek dari penelitian ini.

3. Lokasi

(26)

11 4. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis memperoleh sumber data dengan cara sebagai berikut :

a. Buku referensi

Buku referensi digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini, sebagai bukti bahwa dalam penelitian, peneliti menggunakan kaidah penelitian, tanpa plagiat dari hasil karya orang lain.

b. Observasi

Observasi digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh kejelasan data tentang kondisi lapangan.

c. Wawancara

Wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang valid dari narasumber.

Adapun jenis data yang didapat merupakan merupakan data deskriptif dimana peneliti melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat, sehingga, model penelitian kualitatif dengan deskripsi dirasa lebih tepat untuk menggambarkan keadaan suat masyarakat atau daerah. 5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode :

a. Observasi non partisipan

(27)

12 independen. Peneliti mencatat, menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang obyek yang diteliti (Sugiyono, 2011: 145).

b. Wawancara

Metode wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data langsung dari informan. Adapun wawancara ditujukan kepada orang tua beserta anak di dusun Semoyo untuk mengetahui persepsi mereka terhadap pendidikan formal.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai metode pendukung dalam penelitian ini. Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto yang berkaitan dengan penelitian.

6. Analisis Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang tepat dan benar, maka diperlukan metode yang tepat untuk menganalisis data. Adapun analisis yang digunakan untuk menganalisa data kualitatif diperlukan langkah-langkah :

(28)

13 b. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2006: 277-278).

c. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan sejenisnya. Tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami (Sugiyono, 2006: 280). d. Kesimpulan dan Verifikasi

(29)

14 7. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini ada beberapa bentuk, meliputi:

a. Credibility

Pengujian ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun teknik yang digunakan yaitu memperpanjang masa observasi, menganalisis kasus yang belum ada, menggunakan bahan referensi, membicarakan dengan orang lain.

b. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian kepopulasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini bergantung pada pemakai hingga hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain (Sugiyono, 2006: 310).

c. Dependability

Dalam penelitian ini disebut juga reliabilitas, uji

(30)

15 d. Confirmability

Pengujian ini disebut juga dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan (Sugiyono, 2006: 310-311).

8. Tahap-tahap Penelitian

Ada beberapa tahap yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu:

a. Tahap penelitian pra lapangan

Ada beberapa kegiatan dalam tahap ini, yaitu: 1) Mengajukan judul.

2) Konsultasi dan revisi judul. 3) Menyusun proposal penelitian. 4) Konsultasi proposal ke pembimbing. b. Tahap kegiatan lapangan

Dalam kegiatan lapangan ini meliputi:

1) Persiapan diri dengan data yang diperlukan.

(31)

16 c. Tahap analisis data

Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang sudah diperoleh dalam pengumpulan data yang ada di lapangan.

d. Tahap penulisan

Dalam tahap ini ada tiga tahap penulisan, yaitu: 1) Penulisan hasil penelitian.

2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing. 3) Persiapan mengikuti ujian munaqosah.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah : BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka memuat tentang:

a. Persepsi masyarakat, dimana didalamnya memuat tentang pengertian, faktor yang mempengaruhi, proses persepsi, serta pemngertian dan jenis masyarakat. b. Pendidikan formal, yang didalamnya memuat tentang

(32)

17 sedikit tentang belajar sebagai aplikasi dari pendidikan, serta urgensi pendidikan formal.

c. Sikap kedewasaan, yang mencakup tentang sikap dan kedewasaan.

BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

Dalam bab ini memuat tentang gambaran umum dusun Semoyo serta penyajian data hasil dari penelitian.

BAB IV : Pembahasan

Dalam bab ini membahas hasil dari penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal.

BAB V : Penutup

(33)

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. PERSEPSI MASYARAKAT

1. Pengertian persepsi

Kata “persepsi” mungkin terasa asing bagi orang awam. Akan

tetapi, sebenarnya mereka dapat merasakan dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut beberapa sumber, pengertian persepsi adalah:

a. Persepsi adalah tanggapan langsung atas segala sesuatu. (Fajri dan Senja, 2001 : 470).

b. Persepsi merupakan sejenis aktivitas pengelolaan informasi yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. (Fattah Hanurawan, 2012 : 34).

c. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Jalaluddin Rakhmat, 2003 : 51).

(34)

19 2. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi. Menurut Abdurrahman Saleh (2004 : 119), faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain :

a.Perhatian yang selektif b.Ciri-ciri rangsang

c.Nilai dan kebutuhan individu d.Pengalaman dahulu.

3. Proses persepsi

Darwis Hude menuturkan, bahwa persepsi merupakan tindak lanjut dari sensasi. Tahap awal dalam proses penerimaan informasi adalah sensasi. Jika alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls

syaraf dengan “bahasa” yang dipahami oleh “komputer” otak, maka

terjadilah proses sensasi. “Apa saja yang menyentuh alat-alat indera

disebut stimulus (stimuli, jika banyak). Stimuli ini oleh alat indera akan diubah menjadi energi syaraf lalu ditransmigrasikan ke otak untuk dianalisis lebih lanjut. Tidak ada persepsi tanpa sensasi, karena persepsi sebenarnya hanyalah pemberian makna pada stimulan yang ditangkap oleh alat-alat indera. Persepsi seperti halnya sensasi, amat tergantung pada faktor personal dan situasional (faktor fungsional dan struktural). (Darwis Hude, 2006:120).

(35)

20 rangkaian peristiwa yang saling terkait. Mata rantai itu dimulai dari objek eksternal yang ditangkap oleh organ-organ indera, selanjutnya dikirim dan diproses didalam otak untuk mendapat kopian arsip yang telah tersimpan (Darwis Hude, 2006 : 121).

Jadi, dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan sederhana, bahwa persepsi merupakan pandangan seseorang dalam menafsirkan suatu keadaan atau aktifitas yang dialami di lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu perhatian, faktor fungsional, dan faktor struktural. Adapun proses persepsi terjadi jika alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf

dengan “bahasa” yang dipahami oleh “komputer” otak yang selanjutnya

akan ditransmigrasikan ke otak untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil dari analisis otak manusia inilah yang sering disebut dengan persepsi. Oleh sebab itu, wajar jika persepsi antar individu antara manusia yang satu dengan yang lain sering bahkan selalu berbeda.

4. Pengertian Masyarakat

(36)

21 5. Jenis Masyarakat

Dalam masyarakat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok masyarakat tradisional dan kelompok masyarakat modern. Masyarakat tradisional lebih dikenal dengan masyarakat yang tinggal dipedesaaan, sedangkan masyarakat modern mengacu pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.

Adapun masyarakat tradisional mempunyai ciri-ciri homogenitas sosial, hubungan primer, kontrol sosial yang ketat dan bergotong royong. Sedangkan dalam masyarakat modern mempunyai ciri-ciri heterogenitas, individualistis, kontrol sosial yang tidak begitu ketat, serta dinamika sosial yang cepat (Fatchurrohman, 2012 : 33-35).

B. PENDIDIKAN FORMAL

1. Pengertian Pendidikan Formal

Seringkali masyarakat mendengar istilah pendidikan. Bahkan, masyarakat yang tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali pun mengetahui kata pendidikan. Bagi masyarakat awam, pendidikan diidentikkan dengan sekolah. Akan tetapi, sebenarnya pendidikan tidak hanya terbatas pada sekolah saja. Mengacu pada UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 (UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 : 3), pendidikan sendiri

dapat dikatakan sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

(37)

22 serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara”.

Telah diketahui bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal, dan Pendidikan Informal. Tiga macam pendidikan ini mencakup semua sektor bidang pendidikan. Pendidikan formal dalam perspektif masyarakat biasanya sering disebut dengan pendidikan yang ada di sekolah, pendidikan non formal meliputi pendidikan di pondok pesantren, dan pendidikan informal mencakup pendidikan dalam keluarga. Semua persepsi masyarakat tentang pendidikan tidak sepenuhnya salah, karena jika melihat pada UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas No 20 Th 2003 : 4) telah disebutkan bahwa:

a. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

b. Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. c. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan.

(38)

23 Pondok-pondok pesantren juga bisa dikategorikan sebagai tempat berlangsungya pendidikan. Akan tetapi dalam skripsi ini yang lebih dibahas khususnya adalah pendidikan formal yang berarti jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Komponen Pendidikan

Dalam pendidikan, baik formal, non formal, maupun informal mempunyai komponen pendidikan. Adapun komponen pendidikan dalam pendidikan formal meliputi:

a. Kurikulum

Kurikulum merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul pengembangan kurikulum.

b. Belajar

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut peserta didik. Teori yang dikembangan meliputi karakteristik peserta didik, jenis belajar, cara belajar, hirarki, jenis, dan kondisi belajar.

c. Mendidik dan mengajar

(39)

24 ditinjau dari sudut pndang pendidik. Teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi karakteristik pendidik, karakteristik kegiatan pendidikan dan mengajar, metode dan teknik mengajar, sistem pengelolaan kelas.

d. Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan berkenaan dengan situasi ketika interaksi belajar mengajar berlangsung, teori ini meliputi perencanaan pendidikan, manajemen pendidikan, bimbingan konseling, kebijakan pendidikan, dan ekonomi pendidikan.

e. Evaluasi pendidikan

Evaluasi berkenaan dengan prinsip, mental, teknik, dan prosedur dengan cara-cara bagaimana pencapaian tujuan pendidikan. Teori yang dikembangkan dalam komponen ini adalah model-model penilaian, metode, teknik, instrumen penilaian (Mulyono, 2010 : 51-52).

(40)

25 a. Subjek yang dibimbing (Peserta didik)

Unsur ini merupakan unsur yang sangat vital dalam dunia pendidikan. Peserta didik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dunia pendidikan. Kualitas dari pribadi peserta didik ini yang akan menjadi tolok ukur pendidikan. Pendidikan dianggap gagal jika apa yang dilakukan peserta didik tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lembaga pendidikan.

b. Orang yang membimbing (Pendidik)

Pendidik juga mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Keberhasilan peserta didik tergantung bagaimana cara mendidik yang dilakukan oleh pendidik. Kepribadian seorang pendidik juga tak lepas dari perhatian agar peserta didik mencapai keberhasilan sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu pantaslah bahwa pendidik harus mempunyai syarat-syarat seperti kompetensi paedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian.

(41)

26 d. Ke arah mana bimbingan ditujukan (Tujuan Pendidik)

Setiap individu maupun organisasi pasti mempunyai tujuan tertentu. Begitu juga dengan dunia pendidikan. Pendidik harus mempunyai tujuan yang jelas dalam mendidik peserta didik. Mendidik dengan tanpa tujuan bisa diibaratkan orang dengan berjalan ditengah hutan yangmana orang tersebut tidak mengetahui arah mata angin. Jika pendidik tidak mempunyai tujuan yang jelas, maka hampir bisa dipastikan bahwa apa yang diajarkan pendidik kepada peserta didik tidak akan pernah membekas di dalam diri peserta didik.

e. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (Materi Pendidikan) Materi pendidikan menyumbang peran yang besar terhadap keberhasilan pendidikan. Jika pendidik tidak mempunyai ataupun menguasai materi yang akan diberikan kepada peserta didik, maka tujuan dari pendidikan tidak akan tercapai dalam kegiatan tersebut. f. Cara yang digunakan dalam bimbingan (Alat dan Metode)

(42)

27 g. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (Lingkungan

Pendidikan)

Lingkungan pendidikan sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Jika lingkungan mendukung pendidikan, maka kualitas peserta didik akan lebih baik. Tingkat pendidikan peserta didik juga lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Apalagi jika membahas tentang kepribadian individu. Lingkungan akan sangat mempengaruhi kepribadian dari individu tersebut. Semakin masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan, maka biasanya kualitas lingkungan semakin baik. Pemikiran masyarakat juga semakin beragam. Selain itu, keterbukaan serta toleransi masyarakat juga akan semakin besar.

3. Belajar, salah satu aplikasi dari pendidikan. a. Perwujudan perilaku belajar

Dalam proses pembelajaran baik dari pembelajaran dalam pendidikan formal, in formal, maupun non formal mempunyai manifestasi atau perwujudan perilaku belajar yang biasanya lebih sering tampak dala perubahan-perubahan sebagai berikut :

1) Kebiasaan

(43)

28 muncul suatu pola tingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Sebagai contoh, siswa yang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa menggunakan bahasa secara baik dan benar. Jadi, berbahasa dengan baik dan benar itulah perwujudan dari belajar.

2) Keterampilan

Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun, keterampilan ini memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik, melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas, sehingga sampai pada mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain. Artinya, orang yang mempu mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap orang yang terampil.

3) Pengamatan

(44)

29 seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar, seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar-benar obyektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula. Sebagai contoh, seorang anak yang baru pertama kali mendengarkan radio akan mengira bahwa penyiar benar-benar berada dalam kotak bersuara itu. Namun, melalui proses belajar, lambat laun akan diketahuinya bahwa yang ada dalam radio tersebut hanya suaranya sedangkan penyiarnya berada jauh di studio pemancar.

4) Berpikir asosiatif dan daya ingat

(45)

30 Selain itu, daya ingat pun perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditamdai dengan bertambahnya simpanan materi (penggetahuan dan pengertian) dalam memori, serta meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulasi yang sedang ia hadapi.

5) Berpikir rasional dan kritis

Berpikir rasional dan kritis merupakan perwujudan perilaku belajar, terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya, siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam

menjawab “bagaimana” dan “mengapa”. Dalam berpikir

rasional, siswa dituntut menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum dan ramalan-ramalan. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.

6) Sikap

(46)

31 Islamudin (2011 : 167), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, sikap itu dapat dianggap sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah terhadap objek, tata nilai, dan sebagainya.

7) Inhibisi

Dalam hal belajar, inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainny yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi umumnya diperoleh melalui proses belajar. Oleh sebab itu, makna dan perwujudan perilaku belajar seorang siswa akan tampak pula dalam kemampuannya melakukan inhibisi ini.

8) Apresiasi

(47)

32 9) Tingkah laku Afektif

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, kecewa, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perilaku belajar. (Haryu Islamudin, 2012 : 164-168)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam:

1) Faktor Internal (faktor dari siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani siswa.

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis

a) Faktor fisiologis

(48)

33 digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Haryu Islamudin, 2011 : 181).

4. Urgensi Pendidikan Formal a. Bagi pribadi manusia

Gambaran manusia perspektif Islam yang sesuai dengan alquran adalah manusia sebagai makhluk ciptaannya yang utama atau sebagai khalifatullah fil ard. Ini ditegaskan dalam Al Qur‟an surah

Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi:

Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para

(49)

34 Ayat diatas mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna, dimana manusia bertugas menjaga keseimbangan dunia. Oleh sebab itu, manusia yang ditugasi menjadi pemimpin di dunia diberikan kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain, yaitu akal. Dengan akal, manusia dapat menciptakan kedamaian dunia. Dengan akal pula manusia akan merusak dunia sebagaimana firman Allah diatas. Oleh karena itu, agar dapat melaksanakn tugasnya, manusia berkewajiban untuk mengembangkan potensinya, salah satunya melalui pendidikan. Mengutip pendapat H.A.R. Tilaar (2012 : 187), pendidikan diasumsikan dapat mengembangkan potensi-potensi yang tak terbatas didalam pembentukan watak dan derajat manusia. Karena manusia dikaruniai kecerdasan dan pengetahuan yang merupakan karunia Tuhan yang terbesar itulah, maka manusia harus mempertahankan seluruh perbuatannya kepada sang pencipta, antara lain dengan mendayagunakan kecerdasan dan pengetahuannya itu.

(50)

35 adanya kebebasan atau keterbukaan berpikir (H.A.R. Tilaar, 2006 : 93).

Keterbukaan dalam berpikir inilah yang akan menentukan keluasan serta tingkat pendidikan manusia. Apabila manusia mau membuka pikirannya, maka tidak menutup kemungkinan, bahwa manusia yang dipandang sangat miskin sekalipun oleh masyarakatnya dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa orang yang dianggap sangat bodoh sekalipun oleh orang lain bisa juga lebih pandai daripada orang lain. Inilah esensi dari Al

Qur‟an surah Al Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:

pengetahuan beberapa derajat”. (Q. S Al Mujadilah: 11)

Selain itu, banyak juga hadits yang menyiratkan pentingnya ilmu untuk mencari kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, diantaranya terdapat hadits:

ةرخلاا دارا نمو ملعلاب هيلعف ايندلا دارا نم

امهدارا نمو ملعلاب هيلعف

هيلعف

ملعلاب

Artinya: “ barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia, maka dapat diperoleh dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan di akhirat, maka dapat diperoleh dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia dan akhitrat, maka dapat diperoleh

(51)

36 Selain manusia diberi akal untuk bertugas sebagai khalifah fil ard dan memanfaatkan akal untuk mencari ilmu agar pandai secara intelektual, manusia juga diberi akal agar memiliki kepribadian yang baik. Inilah yang membedakan manusia dengan

makhluk lain. Dalam Al Qur‟an Surah At Tin ayat 4 yang

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya”.(Q. S At Tin: 4)

Akan tetapi manusia juga harus memiliki konsekuensi jika manusia lebih condong pada kepribadian yang tidak baik, maka kedudukan manusia tidak lebih baik daripada makhluk yang lain, sebagaimana firman Allah surah At Tin ayat 5:

serendah-rendahnya (neraka)”. (Q. S At Tin: 5)

Oleh karena itu, jika manusia tidak ingin tersesat di tempat yang sangat rendah disisi Allah, maka pendidikan sangat mutlak harus dilakukan pada semua manusia, tidak memandang dari kedudukan serta harta kekayaan yang ia miliki.

Ketika manusia telah mencapai derajatnya masing-masing

dihadapan sang Khaliq, pada hakikatnya tujuan Allah “membuat

(52)

37

supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Q. S Adz Dzariyat: 56)

Dari pemaparan urgensi pendidikan bagi manusia ini, setidaknya ada tiga poin penting yang dapat diambil kesimpulannya, yaitu:

1) Manusia diciptakan oleh Allah sebagai Khalifah fil ard, sehingga untuk menjaga amanat tersebut mutlaklah bagi manusia untuk mencari ilmu agar tidak menyimpang dari

“skenario” Allah tersebut. Adapun ilmu hanya didapat oleh

manusia melalui pendidikan baik secara formal, informal, maupun non formal.

2) Jika manusia ingin memperoleh derajat yang tinggi disisi Allah, maka manusia harus mencapainya dengan perantara ilmu. Ini agar manusia menjadi Insan Kamil sebagaimana

firman Allah dalam Qur‟an surah At Tin ayat 4.

(53)

38 b. Bagi lingkungan keluarga

Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi manusia ketika masih anak-anak. Orang tua, terutama seorang kepala keluarga, mempunyai kewajiban dalam menjaga keturunannya agar apa yang dilakukan keturunan tersebut sesuai yag diinginkan. Adapun kewajiban orang tua untuk menjaga keturunannya

diantaranya terdapat dalam qur‟an surah At Tahrim ayat 6 yang

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka”. (Q. S At tahrim: 6)

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa orang tua mempunyai kewajiban yang sangat besar terhadap keturunannya. Ini tersirat dari perintah Allah untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka, jelaslah, untuk menjaga keluarga dari neraka memerlukan sebuah pendidikan agar diri dan keluarganya bisa mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.

(54)

39 menjamin kesejahteraan angggota keluarganya berupa papan, sandang, dan pangan yang memadai. Dari segi pendidikan, orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak baik dari pendidikan formal, non formal, maupun informal. Pendidikan ini tentunya bertujuan agar keluarga, terutama anak mempuyai kemampuan secara intelektual sesuai yang diinginkan orang tua yangmana hasil dari pendidikan ini kelak diharapkan akan berkontribusi ketika sang anak terjun langsung menjadi anggota masyarakat.

(55)

40 mereka terhadap anak sebaliknya sikap anak terhadap mereka dan perilaku meraka. Jika orang tua tidak terlalu memperhatikan pendidikan anak, maka biasanya anak juga kurang punya minat dalam menerima pelajaran di sekolah, ini berimplikasi pada sikap anak terhadap kehidupan sehari-harinya.

Dari paparan diatas, diketahui bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan hal yang penting, ini dikarenakan bahwa manusia sebagai orang tua mempunyai kewajiban terhadap anggota keluarga setidaknya dalam hal :

a. Menjaga diri dan keluarga dari hal-hal buruk yang menimpa keluarga.

b. Mendidik anak dari segi intelektual untuk menunjang masa depan anak.

c. Mendidik anak dengan pendidikan akhlak, agar tercipta keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

(56)

41 menjaganya, maka pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan setiap orang.

c. Bagi lingkungan Masyarakat

Kelanjutan hidup dari manusia adalah bermasyarakat. Dalam bermasyarakat diperlukan pemikiran yang matang untuk membangun kemajuan masyarakatnya. Selain itu, diperlukan keluasan berpikir serta toleransi yang tinggi agar tercipta masyarakat yang aman, damai, serta bersatu membangun masyarakat. Untuk itu, diperlukan upaya agar kesatuan masyarakat tetap terjalin. Pentingnya persatuan masyarakat ini juga diperhatikan Allah lewat Al Qur‟an Surah Ali Imran ayat 103 yang berbunyi :



. . .

(57)

42 Yang tak kalah pentingnya, kehidupan masyarakat adalah sebagai salah satu penopang roda kehidupan bangsa. Suatu masyarakat sangat diharapkan perannya dalam mewujudkan cita-cita bangsa, dimana, dalam masyarakat sangat diharapkan partisipasinya sebagai anggota dari bangsa untuk mewujudkan bangsa dan negara yang aman.

Dari materi pendidikan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar yang bertujuan untuk membentuk kecerdasan serta kepribadian dari peserta didik. Adapun pendidikan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

b. Pendidikan non formal

Pendidikan non formal adalah pendidikan diluar pendidikan formal yang berjenjang dan berstruktur. Contohnya adalah kursus.

c. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang ada di dalam keluarga dan lingkungannya.

(58)

43 kurikulum, belajar, mendidik dan mengajar, lingkungan pendidikan, dan evaluasi pendidikan.

Dalam hal belajar, ada aplikasi dari hal tersebut yang harus diperhatikan baik oleh pendidik maupun peserta didik, yaitu kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif. Adapun faktor yang mempengaruhi belajar secara umum terdiri atas faktor internal, faktor eksternal, serta faktor pendekatan belajar.

Pendidikan tentunya juga mempunyai makna tersendiri, adapun makna (urgensi) pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu :

a. Bagi pribadi manusia

1) Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah fil ard, sebagai pemimpin bumi, pendidikan mutlak harus didapat pada manusia agar dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

2) Manusia memerlukan pendidikan untuk mencapai tujuannya sebagai

insan kamil.

3) Manusia memerlukan pendidikan agar menjadi sarana mendekatkan diri kepada sang Khaliq.

b. Bagi lingkungan keluarga

Pendidikan juga sangat penting di dalam keluarga. Adapun pendidikan dalam keluarga diperlukan untuk :

1) Menjaga anggota keluarga dari hal-hal buruk

(59)

44 3) Mendidik anak dari segi akhlak untuk menciptakan moralitas anak c. Bagi lingkungan masyarakat

Pendidikan mempunyai makna yang sangat besar dalam lingkungan masyarakat. Manusia sebagai anggota masyarakat berperan penting dalam menciptakan kedamaian dalam masyarakat. Untuk itu, pendidikan mutlak diperlukan dalam masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.

C. SIKAP KEDEWASAAN ANAK 1. Sikap

a. Pengertian sikap

Sikap merupakan emosi atau afek yang diarahkan pada seseorang kepada orang lain. (Fattah Hanurawan, 2012 : 64). Sikap melibatkan seseorang untuk memiliki kecenderungan puas atau tidak puas, positif atau negatif, suka atau tidak suka terhadap suatu objek. b. Ciri-ciri sikap

a) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu pada suatu objek. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. b) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

(60)

45 tertentu akan menimbulkan sikap tertentu pula pada individu terhadap objek tersebut

c) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek.

Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada orang lain, ia akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif pula pada kelompok dimana seseorang tersebut tergabung didalamnya.

d) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

Jika sikap itu telah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang, maka biasanya relatif sulit berubah. Sebaliknya, jika sikap itu belum begitu mendalam dalam diri seseorang, maka sikap tersebut relatif mudah berubah.

e) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi

Sikap seseorang terhadap objek tertentu akan selalu diikuti perasaan baik perasaan yang negatif maupun positif. Disamping itu, sikap juga mendorong seseorang untuk berperilaku yang sesuai untuk beradaptasi dengan objek yang ada dihadapannya. c. Komponen sikap

Ada tiga komponen yang terdapat dalam sikap, yaitu: 1) Komponen respon evaluatif kognitif

(61)

46 Komponen ini adalah pikiran, keyakinan, atau ide seseorang tentang suatu objek. Dalam bentuk yang paling sederhana, komponen kognitif adalah kategori-kategori yang digunakan dalam berpikir. Misalnya,tukang tambal ban adalah kategori pekerjaan laki-laki, sedangkan menjahit adalah kategori pekerjaan wanita.

2) Komponen respon evaluatif afektif

Yaitu perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Perasaan meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu, atau suka. Misalanya, orang tua biasanya lebih cemas jika anak perempuan keluar sampai larut malam daripada anak laki-laki yang keluar malam.

3) Komponen respon evaluatif perilaku

Merupakan tenndensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku dan bukan pada perilaku secara terbuka (Fattah Hanurawan, 2012 : 65).

d. Fungsi sikap

Sikap mempunyai empat fungsi, yaitu : 1) Fungsi penyesuaian diri

(62)

47 sering di pondok pesantren akan lebih nyaman memakai sarung daripada celana.

2) Fungsi pertahanan diri

Fungsi pertahanan diri mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Contohnya, seseorang yang banyak bicara cenderung akan menilai bahwa orang yang hanya diam saja berarti dia tidak banyak memiliki ide kreatif.

3) Fungsi ekspresi nilai

Fungsi ekspresi nilai berarti bahwa sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi diri. Contoh: seseorang yang menyukai alam akan cenderung menyukai tantangan yang berasal dari alam, misalnya naik gunung.

4) Fungsi pengetahuan

Fungsi pengetahuan berarti bahwa sikap membantu seseorang dalam menetapkan standar evaluasi terhadap suatu hal. Standar ini menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas kerangka acu pribadi seseorang dalam menghadapi objek atau peristiwa di sekelilingnya (Hanurawan, 2012 : 66).

(63)

48 dihilangkan. Perilaku yang tidak menguntungkan atau tidak menyenangkan cenderung akan dihilangkan atau dikurangi kemunculannya oleh si objek. (Edi Purwanta, 2012 : 67). Jadi, dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan (Bimo Walgito, 2002 : 105).

2. Kedewasaan

Segala peristiwa yang yang akan datang pasti akan menimbulkan kesulitan manusia dalam menjalani kehidupannya. Dan orang dewasa pasti akan menganggap kesulitan-kesulitan yang menghadang kehidupan manusia bukanlah demi menghancurkan kehidupan itu, tetapi demi mengokohkan akar kehidupannya. Kesulitan hidup akan selalu ada dalam kehidupan manusia untuk mendidiknya dan mengajarkan kebijaksanaan. Itulah yang dinamakan kedewasaan. Kedewasaan tidak mutlak dipengaruhi oleh umur. Banyak orang yang sudah berumur masih belum dianggap dewasa, tapi tidak sedikit juga anak-anak yang secara umur umumnya masih kanak-kanak sudah dianggap dewasa. Ini tidak lepas dari pandangan masyarakat yang memandang tentang arti dari kedewasaan. kedewasaan dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

(64)

49 b. Kedewasaan Intelektual, yaitu orang yang mampu menampilkan cara berpikir objektif, logis, dan reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

c. Kedewasaan Sosial, yaitu orang yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan bersama dan konstruktif dala bekerja sama.

d. Kedewasaan emosional, yaitu orang yang mampu mengendalikan gejolak emosi liar dan menyatakannya dalam bentuk atau cara yang beradab, serta dapat menghargai orang lain dengan cara arif dan bijaksana.

e. Kedewasaan Kerja, yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk dapat menampilkan amal dan karya terbaik yang dapat dikerjakan pada saat itu.

(65)

50 Dari materi sikap dapat diambil kesimpulan bahwa sikap merupakan keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif statis, yang disertai adanya perasaan tertentu yang menjadi tanda dari keadaan dalam menerima atau menolak objek atau keadaan tersebut. Adapun ciri-ciri sikap yaitu :

a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

b. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap tersebut

c. Sikap dapat tertuju pada satu objek, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek

d. Sikap dapat berlangsung lama maupun sebentar e. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi

Sikap mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi pengetahuan. Sikap juga mempunyai komponen. Adapun komponen sikap meliputi komponen respon evaluatif kognitif, komponen respon evaluatif afektif, dan komponen respon evaluatif perilaku.

Kedewasaan merupakan keadaan dimana sudah ada ciri-ciri psikologik tertentu pada diri seseorang. Kedewasaan tidak mutlak dipengaruhi umur. Akan tetapi, ciri orang yang dewasa menurut G. W. Alport adalah:

a. Pemekaran diri sendiri yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang lain sebagai bagian dari dirinya juga.

(66)

51 c. Memiliki falsafah hidup tertentu tanpa perlu perumusan dan pengucapan

dengan kata-kata.

D. IMPLIKASI PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP KEDEWASAAN ANAK

Tingkat pendidikan juga mempunyai dampak yang sangat berarti bagi kedewasaan anak dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi pendidikan, semakin dewasalah anak dalam berpikir dan bertindak. Hal ini disebabkan semakin terbukanya pemikiran yang ada dalam diri orang tersebut. Dampak yang sangat kelihatan dari tingkat pendidikan seseorang adalah:

1. Pengetahuan secara Intelektual

Secara umum, tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat intelektual manusia dalam masing-masing bidang yang dipelajarinya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan, maka semakin dalam pula materi yang disampaikan. Misalnya, lulusan SMA dengan lulusan SMP tentunya akan berbeda dalam menguasai pelajaran dengan materi yang sama.

2. Moral secara Umum

(67)

52 3. Kedewasaan dalam menghadapi masalah

(68)

53 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Semoyo

1. Letak Geografis

Dusun Semoyo terletak di ujung timur dan paling selatan dari kecamatan Grabag. Dusun ini masuk ke wilayah desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang. Sebelah timur dusun ini adalah dusun Banaran dan Dukuh yang juga masih dalam wilayah desa Sugihmas. Adapun sebelah utara dusun Semoyo adalah dusun Pelas yang sudah masuk wilayah desa Muneng, kecamatan Pakis, kabupaten Magelang.

(69)

54 Adapun rute dari arah Senden ini lebih sulit dijangkau. Hal ini dikarenakan sebagian jalan masih berupa tanah yang jika dimusin kemarau jalan sangat berdebu, dan jika dimusin hujan jalan sangat licin.

Jika digambarkan secara umum, maka lokasi dusun Semoyo sebagai berikut :

a. Batas Wilayah:

Sebelah Utara : Sawah, dusun Gumiwang Sebelah Selatan : Dusun Pelas

Sebalah Barat : Sawah, dusun Senden, dusun Geru Sebalah Timur : dusun Banaran.

b. Topografi: kaki gunung Merbabu c. Suhu udara rata-rata: ± 20º C d. Jarak ke Pemerintahan:

1) Jarak ke Pemerintah Desa : ± 1 KM 2) Jarak ke Pemerintah Kecamatan : ± 10 KM 3) Jarak ke pemerintah Kabupaten : ± 25 KM e. Demografi

1) Jumlah Penduduk Dusun:

(70)

55 2. Kondisi Masyarakat

a. Bidang Pendidikan Pendidikan Formal

Dalam bidang pendidikan, masyarakat dusun Semoyo kebanyakan masih dalam taraf rendah, ini dibuktikan dengan jumlah anak yang masuk sekolah dari kategori tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang belum berimbang. Berikut tabel tingkat pendidikan anak pada tahun 2015 di dusun Semoyo:

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. TK / PAUD -

2. Sekolah Dasar 32

3. Sekolah Menengah Pertama 21

4. Sekolah Menengah Atas 5

5. Perguruan Tinggi -

Pendidikan Non formal

No Nama Kegiatan Jumlah

1 TPA / MADIN 45

2 Pesantren 15

3 Kursus -

(71)

56 b. Bidang Sosial

1) Jumlah penduduk menurut Agama: 428 jiwa 2) Perangkat dusun

Kepala dusun : Pak Samhari Ketua RW : Pak Samsuri Ketua RT : a) Pak Asmuni

b) Pak Sulaiman c) Pak Suyitno d) Pak Giyanto e) Pak Suroso f) Pak Rohim g) Pak Slamet c. Bidang Ekonomi

(72)

57 B. Temuan Hasil Penelitian

Dalam hasil penelitian ditemukan bahwa didalam masyarakat dusun Semoyo masih banyak ditemukan yang tidak mengetahui tentang pendidikan.

1. Profil Responden Masyarakat

Profil Masyarakat yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah:

a. Nama : Pak S

Jabatan : Kepala Dusun

Tanggal Wawancara : 03 November 2015 jam 18:13 WIB Tempat : Rumah Pak S

(73)

58 Pak S adalah orang tua yang selalu berpikir ke depan agar bagaimana anak-anankya lebih maju dari orng tuanya. Oleh karena itu, beliau cenderung lebih maju akan dunia pendidikan formal. Meskipun begitu, beliau juga tidak memaksakan anaknya harus sekolah. Jika anaknya ingin ke pondok pesantren atau kerja, beliau tidak pernah melarangnya. a. Pak Ar

Nama : Ar

Jabatan : Kepala Keluarga

Tanggal Wawancara : 05 November 2015 jam 17:33 WIB Tempat : Rumah Pak Ar

(74)

59 b. Ibu Zr

Nama : Zr

Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Wawancara : 05 November 2015 jam 17:08 WIB Tempat : Rumah Ibu Zr

(75)

60 c. Ibu Rn

Nama : Rn

Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Wawancara : 08 November 2015 jam 17:16 WIB Tempat : Rumah Ibu Rn

Ibu Rn adalah seorang ibu muda yang pekerjaannya adalah sebagai petani. Ibu Rn setiap hari bekerja ke sawah membantu suaminya. Ibu Rn merupakan lulusan SMP dan sudah termasuk orang yang berpendidikan tinggi di dusun Semoyo pada waktu itu. Kehidupan beliau tergolong sejahtera. Dalam hal pendidikan, ibu Rn sudah peduli kegiatan pendidikan. Beliau memperhatikan dengan pola belajar anak dan menyeimbangkannya dengan mengajarkan anak agar rajin membantu ke sawah. Meskipun sepulang sekkolah anaknya disuruh ke sawah, tapi dalam hal pembiayaan anak, semacam buku, alat tulis, uang saku, diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga, selain anak terbiasa bekerja tapi mempunyai waktu yang cukup untuk belajar.

d. Ibu SM

Nama : SM

Jabatan : Ibu Rumah Tangga

(76)

61 Ibu SM adalah warga dusun yang berprofesi sebagai petani. Beliiau hidup dengan kondisi yang cukup. Beliau tidak begitu paham akan pandidikan. Yang beliau tahu hanyalah beliau menyekolahkan anaknya agar besok ketika anaknya sudah besar bisa lebih baik dari ibunya.

Anak dusun Semoyo

Dalam melakukan penelitian pada anak, peneliti hanya mengambil objek dari anak yang sudah kelas 6 saja. Ini dikarenakan kelas 6 sudah mampu menjawab pertanyaan sesuai logika berpikir mereka. Mereka juga sudah mulai mempunyai pandangan kedepan sehingga segala pertanyaan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti sudah bisa masuk dalam logika berpikir mereka. Adapun nama-nama anak tersebut adalah : a. AR

(77)

62 tugas-tugasnya. Adapun Waktu Wawancara pada tanggal 07 November 2015 jam 16:45 WIB.

b. P

P adalah murid SD N Sugihmas klas 6. Dia anak laki-laki yang agak pendiam, meski dalam pelajaran juga tergolong sedang, tapi dia punya kelebihan dalam menggambar dan melukis, dia lebih menonjol pada bidang seni lukis dan kaligrafi. P juga termasuk anak yang rajin. Setiap tugas yang diberikan gurunya selalu dikerjakan. Dalam mengerjakan tugas sekolah, dia tidak pernah disuruh orang tuanya, tapi dia mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar di rumahnya. Wawancara dengan P yaitu tanggal 09 November 2015 jam 17:03 WIB.

c. Af

Referensi

Dokumen terkait

Tubuh UUD NRI Tahun 1945 dan Ketetapan MPR berbeda akan tetapi keduanya dibentuk oleh lembaga yang sama yaitu MPR. Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 sebagai aturan

Tämän tutkimuksen perusteella Taysissa neoadjuvanttihoidettujen potilaiden leikkaustulokset olivat parempia kuin ensisijaisesti operoitujen potilaiden, ja neoadjuvantilla

ada pada kelompok untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada tahap analisis yang telah ada indikator pencapaiannya dengan menggunakan lembar observasi

Penilitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Karya Maju, yang berada di sebelah timur kabubaten Blitar Kec. Selopuro Desa Mandesan. Adapun waktu penelitian ini

a) Produk tarbiah berbeda dengan produk simpanan pada umumnya karena merupakan kombinasi dari produk tabungan dan arisan. Belum banyak lembaga keuangan lain yang

Seorang tenaga kerja yang produktif adalah tenaga kerja yang cekatan dan menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan mutu yang ditetapkan dengan waktu yang lebih singkat atau

Bekerja sama dengan orang tua murid dan anggota masyarakat, menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat.Kepala sekolah

NO NAMA PERUSAHAAN ALAMAT PERUSAHAAN TELP. Sarana Jaya Jl. Budi Kemulyaan No. Gatot Soebroto No. Jend Gatot Subroto Kav. Jend Gatot Subroto Kav. Margonda Raya No.. 15 Bank MEGA