8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran Matematika SMP a. Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar merupakan suatu proses
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan
tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau
menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya
(Sugihartono dkk, 2011: 74).
Muhibbin Syah (2015:68), yaitu belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Menurut Ahmad Susanto (dalam Zubaidah Amir dan
Risnawati, 2016:5) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan
seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang mengalami terjadinya perubahan
perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun
9
Menurut Abdillah (Aunnurrahman, 2010:35) belajar adalah
suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu, pengalaman dan lingkungannya menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh suatu
konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru.
b. Pembelajaran
Menurut Zubaidah Amir & Risnawati (2016:5) secara
umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu
perubahan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Secara psikologis, pengertian
pembelajaran dapat dirumuskan suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara
menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu dengan
lingkungannya. Mohammad Surya (Zubaidah Amir & Risnawati,
2016:5) dalam Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian
tersebut ialah: (1) pembelajaran sebagai usaha memperoleh
perubahan perilaku, (2) hasil pembelajaran ditandai dengan
10
merupakan suatu proses, (4) pembelajaran terjadi karena ada yang
mendorong dan ada tujuan yang ingin dicapai, (5) pembelajaran
merupakan bentuk pengalaman.
Menurut Sugihartono, dkk (2007:81) pembelajaran
merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi
dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan
efisien serta dengan hasil yang optimal
Menurut Gagne, Brigs, dan Wager (Udin S.Winataputra,
dkk; 2011:1.19) Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa.
Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010:13) ada 4
ciri pembelajaran adalah sebagai berikut
1) Merupakan upaya sadar dan disengaja
2) Pembelajaran harus membuat siswa belajar
3) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses
dilaksanakan
4) Pelaksanannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun
hasilnya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa
11
untuk secara menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu
dengan lingkungannya bersifat permanen, pembelajaran sengaja
oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan
berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar
secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.
c. Matematika SMP
Menurut Hans Freudental (Zubaidah Amir & Risnawati,
2016:9), matematika merupakan aktivitas insani dan harus
dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, matematika
merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam
bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada
yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut. Pada hakikatnya,
matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Semua
masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat
dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada matematika.
Menurut Ibrahim dan Suparni (2012:2) matematika dapat
dibagi kedalam beberapa pandangan menurut para ahli yaitu
sebagai berikut:
1) Matematika sebagai ilmu deduktif
Matematika disebut ilmu deduktif sebab dalam matematika
12
eksperimen, coba-coba (induktif). Kebenaran generalisasi
matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.
2) Matematika sebagai Ilmu tentang Pola dan Hubungan
Matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan, sebab
dalam matematika sering dicari keseragaman seperti
keterurutan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan
konsep-konsep tertentu atau model-model yang merupakan
representasinya, sehingga dapat dibuat generalisasinya untuk
selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara deduktif.
3) Matematika sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan
sekumpulan simbol yang memiliki makna atau dikatakan
sebagai bahasa simbol. Bahasa simbolnya ini bahkan berlaku
secara universal dan sangat padat makna dari pernyataan yang
ingin disampaikan.
Menurut Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang
kerangka dasar dan struktur kurikulum SMP/MTs, matematika
masuk ke dalam kelompok mata pelajaran kelompok A yang
sifatnya wajib. Kelompok mata pelajaran wajib merupakan bagian
dari pendidikan umum yaitu pendidikan bagi semua warga negara
bertujuan memberikan pengetahuan tentang bangsa, sikap sebagai
bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan kehidupan
13
Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan
pendidikan SMP/MTs meliputi beberapa aspek-aspek sebagai
berikut:
1) Bilangan
2) Aljabar
3) Geometri dan Pengukurannya
4) Staistika dan Peluang
Kesimpulan yang diperoleh dari pengertian matematika
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pola dan
hubungan, sekumpulan simbol yang memiliki makna atau
dikatakan sebagai bahasa simbol dan cara berpikir logis yang
dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan
aturan-aturan yang telah ada.
2. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Robert E.Slavin (2009:4) Pembelajaran kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Jadi pembelajaran
kooperatif menekankan pada kerjasama siswa dalam kelompok. Siswa
diharapkan saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat
14
Menurut Thomson (Isjoni, 2010:17) pembelajaran kooperatif
turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di
dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.
Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan
kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah
terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal
ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja
dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Menurut Isjoni (2010:14) pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai kelompok anggota
kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran menekankan pada kerjasama siswa
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
lain dalam memahami pelajaran dan menyelesaikan tugas
kelompoknya. Kelompok-kelompok kecil ini terdiri dari 4-6 orang
dengan kemampuan heterogen, maksud kelompok heterogen adalah
15
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dikembangkan
oleh Frank Lyman kawan-kawannya dari Universitas Maryland.
Metode ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap metode tradisional
yang diterapkan di kelas, seperti metode ceramah, tanya jawab satu
arah, yaitu guru terhadap siswa merupakan suatu cara yang efektif
untuk mengganti suasana pola diskusi di kelas.
Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang menganut sistem kerjasama. Menurut
isjoni (2010:112) think pair share merupakan model pembelajaran
yang memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Menurut Nik Azlina (Vina Yulianti,
2012:9) menyatakan bahwa “This technique involves sharing with
enables students to assess new ideas and if necessary, clarify or
rearrange them before presenting them to larger group. It allows the
students think individually, interact with their pair and share the
information with all students and their teachers. It educates students to
be more active and participate during the learning process rather than
passive learners”. Teknik ini menyertakan kegiatan dengan seorang
partner yang memungkinkan siswa untuk menaksir ide-ide baru dan
jika perlu, menjelaskan atau menyusun ide-ide kembali sebelum
mempresentasikan ke kelompok yang lebih besar. Hal itu membuat
16
membagi semua informasi dengan semua siswa dan guru. Hal tersebut
mendidik siswa untuk menjadi lebih aktif dan berpartisipasi selama
proses belajar dari pada menjadi pelajar yang pasif.
Menurut Anita Lie (2008:57) model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada
setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka
kepada orang lain, selain itu model pembelajaran ini bisa digunakan
dalam semua pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik
Pola diskusi yang baik membutuhkan pengendalian kelas dan
prosedur yang tepat pula. Siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil yang beranggotakan 2-6 orang yang bersifat heterogen.
Selain itu siswa diberi kesempatan lebih banyak waktu untuk berpikir,
merespon dan bekerja secara mandiri serta membantu teman lain
untuk menyelesaikan tugas.
Menurut Slavin (M. Thobroni:245) TPS adalah sebagai berikut,
“ This simple but very useful method was developed by Frank Lyman
of the university of Maryland. When the teachers presents a lesson to
the class. Student are instructed to think of an answer on their own,
then to pair with their partners to reach consensus on an answer.
Finally , the teacher ask satudent to share their agreed upon answer
17
TPS adalah sebuah metode yang sederhana, tetapi sangat
berguna yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas
Maryland. Ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas, siswa
duduk berpasangan dalam kelompoknya. Guru memberikan
pertanyaan di kelas. Lalu siswa diperintahkan untuk memikirkan
jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan masing-masing
pasangannya untuk mencari kesepakatan jawaban. Terakhir, guru
meminta siswa untuk membagi jawaban kepada seluruh siswa di kelas.
4. Motivasi Belajar
Menurut Uno (2008:3) istilah motivasi berasal dari kata motif
yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
individu, yang menyebabkan individu tersebut bertidak dan berbuat.
Motif tidak diamati secara langsung, tetapi dapat dipresentasikan
dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit
tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Menurut Kompri (2015:4), motivasi adalah suatu dorongan dari
dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu
sesuai tujuan yang direncanakan. Motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar yang menimbulkan kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
18
Menurut Mc. Donald (Oemar Hamalik, 2016:158) : motivation
is an energy change within the person characterized by affective
arousal and anticipatory goal reaction. Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:80) Motivasi dipandang
sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (a) kebutuhan,
terjadi bila individu merasa tidak ada keseimbangan apa yang ia miliki
dan apa yang ia harapkan; (b) dorongan, merupakan kekuatan mental
untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi harapan, dorongan
merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan, dorongan yang berorientasi pada
tujuan tersebut merupakan inti komunikasi; (c) tujuan, tujuan adalah
hal yang ingin dicapai oleh seorang individu, tujuan tersebut
mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.
Menurut Muhibbin Syah (2010:134) Motivasi dapat dibedakan
19
Motivasi intrinstik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tidakan
belajar. Hal-hal yang termasuk dalam motivasi intrinstik siswa adalah
perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi
tersebut, misalnya berguna untuk kehidupan masa depan siswa yang
bersangkutan.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib
sekolah, suri tauladan orang-tua , guru dan seterusnya merupakan
contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa
untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi , baik yang bersifat
internal maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya
siswa dalam melakukan proses belajar materi-materi pelajaran baik
disekolah maupun dirumah.
Motivasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar apalagi jika
motivasi tersebut timbul dari dalam diri siswa (intrinstik) tanpa adanya
paksaan atau dorongan dari orang lain maka hasil belajar juga akan
optimal.
Menurut Uno (2008:23) motivasi dan belajar merupakan dua
hal yang saling memenuhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku
20
praktik sebagai penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2008:23) adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai
peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Adanya dorongan dan keinginan dalam belajar
Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Adanya penghargaan dalam belajar
Adanya keinginan yang menarik dalam belajar
Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Sardiman A.M (2007:83) berpendapat bahwa seseorang yang
termotivasi akan mempunyai ciri-ciri yaitu:
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam
waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai)
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
Menunjukkkan minat terhadap berbagai masalah
21
Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin ada sesuatu)
Tidak mudah melepas hal yang diyakini
Senang mencari dan menyelesaikan masalah soal-soal
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfah Cahyaningsih (2015) yang
berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi
Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Koperasi Yogyakarta Tahun Ajaran
2014/2015”. Dalam hasil penelitian disebutkan bahwa Penerapan
Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share,
berdasarkan angket yang didistribusikan kepada siswa dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan skor Motivasi Belajar
Akuntansi sebesar 8,68% dimana skor pada Siklus I sebesar 74,04%
meningkat menjadi 82,72% pada Siklus II. berdasarkan hasil
penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada guru untuk
menerapkan Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share pada
kompetensi dasar yang lain.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Vina Yulianti (2012) yang berjudul
“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran
Biologi Kelas VIIE SMP Negeri 16 Surakarta”. Dalam hasil penelitian
22
Think Pair Share, berdasarkan hasil dari observasi dan angket yang
didistribusikan kepada siswa dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan skor motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi
kelas VII E. Rata-rata persentase angket motivasi belajar biologi siswa
sebesar 4,26% dari pra siklus sebesar 70,57% menjadi 74,83% pada
akhir siklus I, sedangkan rata-rata persentase observasi motivasi
belajar biologi meningkat sebesar 18,75% dari pra siklus sebesar
51,10% menjadi 69,85% pada akhir siklus I.
Pada akhir siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan
motivasi belajar biologi siswa. Rata-rata persentase angket motivasi
belajar biologi meningkat sebesar 5,46% dari akhir siklus I sebesar
74,83% menjadi 80,29% pada akhir siklus II, sedangkan rata-rata
persentase observasi motivasi belajar biologi siswa meningkat sebesar
13,23% dari akhir siklus I sebesar 69,85% menjadi 83,08% pada akhir
siklus II.
Berdasarkan pada penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share untuk meningkatkan motivasi belajar matematika. Jelas
sekali terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian di atas dengan
penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini terdapat kesamaan
dalam menggunakan metode pembelajaran dan tujuan penelitian, tetapi
23 C. Kerangka Berpikir
Motivasi belajar matematika adalah salah satu faktor yang berperan
penting dalam proses pembelajaran matematika. Salah satu hal yang dapat
meningkatkan motivasi belajar matematika siswa adalah dengan adanya
proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Proses
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat siswa
tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dan akan meningkatkan
motivasi belajar bagi siswa. Proses pembelajaran yang menarik dapat
diciptakan oleh guru pada saat kegiatan belajar. Salah satu cara untuk
menciptakan kegiatan belajar yang menarik untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat
dan inovatif serta menyenangkan, sehingga siswa akan termotivasi untuk
belajar. Oleh karena itu, seorang guru diharapkan dapat memahami dan
menerapkan berbagai model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas khususnya pada mata pelajaran matematika.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam
model pembelajaran kooperatif ini, siswa mempunyai kesempatan untuk
dapat berinteraksi dan bekerja sama satu sama lain dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yaitu tipe think pair
share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
24
berpikir (think) siswa akan berusaha untuk memecahkan persoalan yang
diberikan oleh guru. Siswa dituntut untuk belajar lebih banyak agar dapat
menyelesaikan persoalan hingga tuntas sehingga akan memberikan
kontribusi pada kelompoknya. Siswa dituntut untuk dapat memiliki
jawabannya sendiri sebelum bergabung bersama kelompoknya. Hal
tersebut sesuai dengan salah satu indikator yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa yaitu tekun dalam menghadapi tugas dimana siswa
akan berusaha belajar lebih banyak untuk dapat menjawab persoalan yang
diberikan oleh guru.
Pada tahap berpasangan (pair) siswa akan berpasangan untuk
mendiskusikan hasil pemikirannya masing-masing. Dalam tahap ini siswa
akan terdorong untuk memecahkan persoalan yang sebelumnya tidak dapat
diselesaikan sendiri. Saat tahap diskusi ini dapat terjadi ketergantungan
positif antara siswa, siswa yang memiliki kemampuan lebih akan
membantu pasangannya dalam memecahkan persoalan dan juga siswa
yang kemampuannya lebih rendah akan termotivasi untuk belajar lebih
giat lagi. Dalam tahap ini siswa akan memiliki minat terhadap pelajaran
karena siswa akan merasa lebih nyaman saat bertukar pikiran bersama
pasangannya sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Tahap terakhir yaitu berbagi (share) siswa akan diberikan
kesempatan untuk membagi hasil pemikirannya atas pemecahan persoalan
yang diberikan bersama pasangannya. Pada tahap ini siswa diharapkan
25
pasangan dituntut untuk belajar lebih giat. Setiap pasangan diharapkan
dapat mempertahankan apa yang telah didiskusikan bersama. Pada tahap
ini siswa akan bertukar hasil pemikiran dengan pasangan lainnya sehingga
siswa akan berusaha untuk mempertahankan pemikiran atas jawaban
persoalan bersama pasangannya. Setiap kelompok atau pasangan
diharapkan dapat menyampaikan dan mempertahankan pendapatnya atas
apa yang telah didiskusikan bersama. Indikator peningkatan motivasi
siswa pada tahap ini dapat ditunjukkan oleh bagaimana siswa dapat
mempertahankan pendapatnya. Berdasarkan hal tersebut, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VIII D SMP
Negeri 2 Godean.
Kerangka berpikir secara ringkas dapat diringkas dalam skema berikut :
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Keadaan Awal Tindakan Hasil Setelah
Tindakan
Motivasi Belajar Rendah
Siklus
26 D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Penerapan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
Think Pair Share yang terdiri dari: Thinking (berfikir), Pair
(berpasangan), Share (berbagi) dapat meningkatkan motivasi
belajar matematika siswa di kelas VIII D SMP Negeri 2 Godean.
b. Penerapan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
Think Pair Share dapat meningkatkan motivasi belajar matematika