• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Pembelajaran Matematika SMP a. Belajar - PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Pembelajaran Matematika SMP a. Belajar - PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP - UMBY repository"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran Matematika SMP a. Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar merupakan suatu proses

memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan

tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau

menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya

(Sugihartono dkk, 2011: 74).

Muhibbin Syah (2015:68), yaitu belajar dapat dipahami

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang

relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Menurut Ahmad Susanto (dalam Zubaidah Amir dan

Risnawati, 2016:5) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan

seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh

suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga

memungkinkan seseorang mengalami terjadinya perubahan

perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun

(2)

9

Menurut Abdillah (Aunnurrahman, 2010:35) belajar adalah

suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan

tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk

memperoleh tujuan tertentu.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi individu, pengalaman dan lingkungannya menyangkut

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh suatu

konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru.

b. Pembelajaran

Menurut Zubaidah Amir & Risnawati (2016:5) secara

umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu

perubahan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan

dalam memenuhi kebutuhan hidup. Secara psikologis, pengertian

pembelajaran dapat dirumuskan suatu proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara

menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu dengan

lingkungannya. Mohammad Surya (Zubaidah Amir & Risnawati,

2016:5) dalam Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian

tersebut ialah: (1) pembelajaran sebagai usaha memperoleh

perubahan perilaku, (2) hasil pembelajaran ditandai dengan

(3)

10

merupakan suatu proses, (4) pembelajaran terjadi karena ada yang

mendorong dan ada tujuan yang ingin dicapai, (5) pembelajaran

merupakan bentuk pengalaman.

Menurut Sugihartono, dkk (2007:81) pembelajaran

merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh

pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi

dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode

sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan

efisien serta dengan hasil yang optimal

Menurut Gagne, Brigs, dan Wager (Udin S.Winataputra,

dkk; 2011:1.19) Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada

siswa.

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010:13) ada 4

ciri pembelajaran adalah sebagai berikut

1) Merupakan upaya sadar dan disengaja

2) Pembelajaran harus membuat siswa belajar

3) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses

dilaksanakan

4) Pelaksanannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun

hasilnya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa

(4)

11

untuk secara menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu

dengan lingkungannya bersifat permanen, pembelajaran sengaja

oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,

mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan

berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar

secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.

c. Matematika SMP

Menurut Hans Freudental (Zubaidah Amir & Risnawati,

2016:9), matematika merupakan aktivitas insani dan harus

dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, matematika

merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam

bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada

yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut. Pada hakikatnya,

matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Semua

masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat

dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada matematika.

Menurut Ibrahim dan Suparni (2012:2) matematika dapat

dibagi kedalam beberapa pandangan menurut para ahli yaitu

sebagai berikut:

1) Matematika sebagai ilmu deduktif

Matematika disebut ilmu deduktif sebab dalam matematika

(5)

12

eksperimen, coba-coba (induktif). Kebenaran generalisasi

matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.

2) Matematika sebagai Ilmu tentang Pola dan Hubungan

Matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan, sebab

dalam matematika sering dicari keseragaman seperti

keterurutan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan

konsep-konsep tertentu atau model-model yang merupakan

representasinya, sehingga dapat dibuat generalisasinya untuk

selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara deduktif.

3) Matematika sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan

sekumpulan simbol yang memiliki makna atau dikatakan

sebagai bahasa simbol. Bahasa simbolnya ini bahkan berlaku

secara universal dan sangat padat makna dari pernyataan yang

ingin disampaikan.

Menurut Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang

kerangka dasar dan struktur kurikulum SMP/MTs, matematika

masuk ke dalam kelompok mata pelajaran kelompok A yang

sifatnya wajib. Kelompok mata pelajaran wajib merupakan bagian

dari pendidikan umum yaitu pendidikan bagi semua warga negara

bertujuan memberikan pengetahuan tentang bangsa, sikap sebagai

bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan kehidupan

(6)

13

Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan

pendidikan SMP/MTs meliputi beberapa aspek-aspek sebagai

berikut:

1) Bilangan

2) Aljabar

3) Geometri dan Pengukurannya

4) Staistika dan Peluang

Kesimpulan yang diperoleh dari pengertian matematika

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pola dan

hubungan, sekumpulan simbol yang memiliki makna atau

dikatakan sebagai bahasa simbol dan cara berpikir logis yang

dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan

aturan-aturan yang telah ada.

2. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Robert E.Slavin (2009:4) Pembelajaran kooperatif

merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu

sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Jadi pembelajaran

kooperatif menekankan pada kerjasama siswa dalam kelompok. Siswa

diharapkan saling membantu, saling mendiskusikan dan

berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat

(7)

14

Menurut Thomson (Isjoni, 2010:17) pembelajaran kooperatif

turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di

dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.

Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan

kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah

terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal

ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja

dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Menurut Isjoni (2010:14) pembelajaran kooperatif merupakan

strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai kelompok anggota

kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan

tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika

salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran menekankan pada kerjasama siswa

dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama

lain dalam memahami pelajaran dan menyelesaikan tugas

kelompoknya. Kelompok-kelompok kecil ini terdiri dari 4-6 orang

dengan kemampuan heterogen, maksud kelompok heterogen adalah

(8)

15

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dikembangkan

oleh Frank Lyman kawan-kawannya dari Universitas Maryland.

Metode ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap metode tradisional

yang diterapkan di kelas, seperti metode ceramah, tanya jawab satu

arah, yaitu guru terhadap siswa merupakan suatu cara yang efektif

untuk mengganti suasana pola diskusi di kelas.

Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang menganut sistem kerjasama. Menurut

isjoni (2010:112) think pair share merupakan model pembelajaran

yang memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta

bekerja sama dengan orang lain. Menurut Nik Azlina (Vina Yulianti,

2012:9) menyatakan bahwa “This technique involves sharing with

enables students to assess new ideas and if necessary, clarify or

rearrange them before presenting them to larger group. It allows the

students think individually, interact with their pair and share the

information with all students and their teachers. It educates students to

be more active and participate during the learning process rather than

passive learners”. Teknik ini menyertakan kegiatan dengan seorang

partner yang memungkinkan siswa untuk menaksir ide-ide baru dan

jika perlu, menjelaskan atau menyusun ide-ide kembali sebelum

mempresentasikan ke kelompok yang lebih besar. Hal itu membuat

(9)

16

membagi semua informasi dengan semua siswa dan guru. Hal tersebut

mendidik siswa untuk menjadi lebih aktif dan berpartisipasi selama

proses belajar dari pada menjadi pelajar yang pasif.

Menurut Anita Lie (2008:57) model pembelajaran Think Pair

Share (TPS) memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta

bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada

setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka

kepada orang lain, selain itu model pembelajaran ini bisa digunakan

dalam semua pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik

Pola diskusi yang baik membutuhkan pengendalian kelas dan

prosedur yang tepat pula. Siswa bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil yang beranggotakan 2-6 orang yang bersifat heterogen.

Selain itu siswa diberi kesempatan lebih banyak waktu untuk berpikir,

merespon dan bekerja secara mandiri serta membantu teman lain

untuk menyelesaikan tugas.

Menurut Slavin (M. Thobroni:245) TPS adalah sebagai berikut,

This simple but very useful method was developed by Frank Lyman

of the university of Maryland. When the teachers presents a lesson to

the class. Student are instructed to think of an answer on their own,

then to pair with their partners to reach consensus on an answer.

Finally , the teacher ask satudent to share their agreed upon answer

(10)

17

TPS adalah sebuah metode yang sederhana, tetapi sangat

berguna yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas

Maryland. Ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas, siswa

duduk berpasangan dalam kelompoknya. Guru memberikan

pertanyaan di kelas. Lalu siswa diperintahkan untuk memikirkan

jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan masing-masing

pasangannya untuk mencari kesepakatan jawaban. Terakhir, guru

meminta siswa untuk membagi jawaban kepada seluruh siswa di kelas.

4. Motivasi Belajar

Menurut Uno (2008:3) istilah motivasi berasal dari kata motif

yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri

individu, yang menyebabkan individu tersebut bertidak dan berbuat.

Motif tidak diamati secara langsung, tetapi dapat dipresentasikan

dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit

tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Menurut Kompri (2015:4), motivasi adalah suatu dorongan dari

dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu

sesuai tujuan yang direncanakan. Motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar yang menimbulkan kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek

(11)

18

Menurut Mc. Donald (Oemar Hamalik, 2016:158) : motivation

is an energy change within the person characterized by affective

arousal and anticipatory goal reaction. Motivasi adalah perubahan

energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:80) Motivasi dipandang

sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan

perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi

terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,

menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.

Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (a) kebutuhan,

terjadi bila individu merasa tidak ada keseimbangan apa yang ia miliki

dan apa yang ia harapkan; (b) dorongan, merupakan kekuatan mental

untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi harapan, dorongan

merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan

harapan atau pencapaian tujuan, dorongan yang berorientasi pada

tujuan tersebut merupakan inti komunikasi; (c) tujuan, tujuan adalah

hal yang ingin dicapai oleh seorang individu, tujuan tersebut

mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.

Menurut Muhibbin Syah (2010:134) Motivasi dapat dibedakan

(12)

19

Motivasi intrinstik adalah hal dan keadaan yang berasal dari

dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tidakan

belajar. Hal-hal yang termasuk dalam motivasi intrinstik siswa adalah

perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi

tersebut, misalnya berguna untuk kehidupan masa depan siswa yang

bersangkutan.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang

datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk

melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib

sekolah, suri tauladan orang-tua , guru dan seterusnya merupakan

contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa

untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi , baik yang bersifat

internal maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya

siswa dalam melakukan proses belajar materi-materi pelajaran baik

disekolah maupun dirumah.

Motivasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar apalagi jika

motivasi tersebut timbul dari dalam diri siswa (intrinstik) tanpa adanya

paksaan atau dorongan dari orang lain maka hasil belajar juga akan

optimal.

Menurut Uno (2008:23) motivasi dan belajar merupakan dua

hal yang saling memenuhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku

(13)

20

praktik sebagai penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2008:23) adalah

dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar

untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan

beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai

peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator

motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 Adanya hasrat dan keinginan berhasil

 Adanya dorongan dan keinginan dalam belajar

 Adanya harapan dan cita-cita masa depan

 Adanya penghargaan dalam belajar

 Adanya keinginan yang menarik dalam belajar

 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

 Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Sardiman A.M (2007:83) berpendapat bahwa seseorang yang

termotivasi akan mempunyai ciri-ciri yaitu:

 Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam

waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai)

 Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

 Menunjukkkan minat terhadap berbagai masalah

(14)

21

 Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

 Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin ada sesuatu)

 Tidak mudah melepas hal yang diyakini

 Senang mencari dan menyelesaikan masalah soal-soal

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfah Cahyaningsih (2015) yang

berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi

Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Koperasi Yogyakarta Tahun Ajaran

2014/2015”. Dalam hasil penelitian disebutkan bahwa Penerapan

Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share,

berdasarkan angket yang didistribusikan kepada siswa dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan skor Motivasi Belajar

Akuntansi sebesar 8,68% dimana skor pada Siklus I sebesar 74,04%

meningkat menjadi 82,72% pada Siklus II. berdasarkan hasil

penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada guru untuk

menerapkan Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share pada

kompetensi dasar yang lain.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Vina Yulianti (2012) yang berjudul

“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

Biologi Kelas VIIE SMP Negeri 16 Surakarta”. Dalam hasil penelitian

(15)

22

Think Pair Share, berdasarkan hasil dari observasi dan angket yang

didistribusikan kepada siswa dapat disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan skor motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi

kelas VII E. Rata-rata persentase angket motivasi belajar biologi siswa

sebesar 4,26% dari pra siklus sebesar 70,57% menjadi 74,83% pada

akhir siklus I, sedangkan rata-rata persentase observasi motivasi

belajar biologi meningkat sebesar 18,75% dari pra siklus sebesar

51,10% menjadi 69,85% pada akhir siklus I.

Pada akhir siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan

motivasi belajar biologi siswa. Rata-rata persentase angket motivasi

belajar biologi meningkat sebesar 5,46% dari akhir siklus I sebesar

74,83% menjadi 80,29% pada akhir siklus II, sedangkan rata-rata

persentase observasi motivasi belajar biologi siswa meningkat sebesar

13,23% dari akhir siklus I sebesar 69,85% menjadi 83,08% pada akhir

siklus II.

Berdasarkan pada penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pembelajaran Kooperatif

Think Pair Share untuk meningkatkan motivasi belajar matematika. Jelas

sekali terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian di atas dengan

penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini terdapat kesamaan

dalam menggunakan metode pembelajaran dan tujuan penelitian, tetapi

(16)

23 C. Kerangka Berpikir

Motivasi belajar matematika adalah salah satu faktor yang berperan

penting dalam proses pembelajaran matematika. Salah satu hal yang dapat

meningkatkan motivasi belajar matematika siswa adalah dengan adanya

proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Proses

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat siswa

tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dan akan meningkatkan

motivasi belajar bagi siswa. Proses pembelajaran yang menarik dapat

diciptakan oleh guru pada saat kegiatan belajar. Salah satu cara untuk

menciptakan kegiatan belajar yang menarik untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat

dan inovatif serta menyenangkan, sehingga siswa akan termotivasi untuk

belajar. Oleh karena itu, seorang guru diharapkan dapat memahami dan

menerapkan berbagai model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas khususnya pada mata pelajaran matematika.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam

model pembelajaran kooperatif ini, siswa mempunyai kesempatan untuk

dapat berinteraksi dan bekerja sama satu sama lain dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas.

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yaitu tipe think pair

share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)

(17)

24

berpikir (think) siswa akan berusaha untuk memecahkan persoalan yang

diberikan oleh guru. Siswa dituntut untuk belajar lebih banyak agar dapat

menyelesaikan persoalan hingga tuntas sehingga akan memberikan

kontribusi pada kelompoknya. Siswa dituntut untuk dapat memiliki

jawabannya sendiri sebelum bergabung bersama kelompoknya. Hal

tersebut sesuai dengan salah satu indikator yang dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa yaitu tekun dalam menghadapi tugas dimana siswa

akan berusaha belajar lebih banyak untuk dapat menjawab persoalan yang

diberikan oleh guru.

Pada tahap berpasangan (pair) siswa akan berpasangan untuk

mendiskusikan hasil pemikirannya masing-masing. Dalam tahap ini siswa

akan terdorong untuk memecahkan persoalan yang sebelumnya tidak dapat

diselesaikan sendiri. Saat tahap diskusi ini dapat terjadi ketergantungan

positif antara siswa, siswa yang memiliki kemampuan lebih akan

membantu pasangannya dalam memecahkan persoalan dan juga siswa

yang kemampuannya lebih rendah akan termotivasi untuk belajar lebih

giat lagi. Dalam tahap ini siswa akan memiliki minat terhadap pelajaran

karena siswa akan merasa lebih nyaman saat bertukar pikiran bersama

pasangannya sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Tahap terakhir yaitu berbagi (share) siswa akan diberikan

kesempatan untuk membagi hasil pemikirannya atas pemecahan persoalan

yang diberikan bersama pasangannya. Pada tahap ini siswa diharapkan

(18)

25

pasangan dituntut untuk belajar lebih giat. Setiap pasangan diharapkan

dapat mempertahankan apa yang telah didiskusikan bersama. Pada tahap

ini siswa akan bertukar hasil pemikiran dengan pasangan lainnya sehingga

siswa akan berusaha untuk mempertahankan pemikiran atas jawaban

persoalan bersama pasangannya. Setiap kelompok atau pasangan

diharapkan dapat menyampaikan dan mempertahankan pendapatnya atas

apa yang telah didiskusikan bersama. Indikator peningkatan motivasi

siswa pada tahap ini dapat ditunjukkan oleh bagaimana siswa dapat

mempertahankan pendapatnya. Berdasarkan hal tersebut, penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), diharapkan dapat

meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VIII D SMP

Negeri 2 Godean.

Kerangka berpikir secara ringkas dapat diringkas dalam skema berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Keadaan Awal Tindakan Hasil Setelah

Tindakan

Motivasi Belajar Rendah

Siklus

(19)

26 D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Penerapan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

Think Pair Share yang terdiri dari: Thinking (berfikir), Pair

(berpasangan), Share (berbagi) dapat meningkatkan motivasi

belajar matematika siswa di kelas VIII D SMP Negeri 2 Godean.

b. Penerapan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

Think Pair Share dapat meningkatkan motivasi belajar matematika

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Regresi Linier Berganda. Uji

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

[r]

Dalam penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut: 1) Lembar observasi, yaitu untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan proses pembelajaran matematika melalui

Di dalam form menu utama terdapat menu kelola arsip yang berfungsi untuk mengelola data pegawai dan data surat, pencarian berfungsi dalam pencarian arsip, dan

Berdasar pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 125/ULP-Pokja-II- JK/APBD/2015 tanggal 11 Mei 2015 Pekerjaan Ded Dataran Irigasi Ataran Sungai Nibung

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa jenis mineral magnetik yang dominan pada sampel guano Gua Solek dan Gua Rantai melalui analisa dengan kurva saturasi IRM