• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi deskriptif tentang pengalaman kepemilikan hand phone pada mahasiswa di Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi deskriptif tentang pengalaman kepemilikan hand phone pada mahasiswa di Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Indayani Sitanggang

NIM: 059114105

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

untuk membentukku menjadi anakNya yang luar biasa. Aku percaya Tuhan selalu

menyertaiku, Ia tidak pernah meninggalkanku. Walaupun aku terjatuh, Ia tidak

akan membiarkanku jatuh sampai tergeletak tapi Ia akan mengangkatku ke

tempat yang lebih tinggi.

Aku tahu, di saat aku dihadapkan dalam masalah, pergumulan, beban,

aku sering mengeluh dan menggerutu. Aku tidak seharusnya seperti itu, aku

harus tegar dan belajar untuk bisa melewati setiap hal itu dengan sukacita dan

rasa syukur.

Aku bersyukur buat segala sesuatu yang Tuhan sudah sediakan buatku,

aku bersyukur buat orang-orang luar biasa pilihan Tuhan yang sudah Tuhan

siapkan buatku. Aku percaya lewat doa-doa orang luar biasa itu aku bisa berdiri

dan sampai pada tahap ini.

Tuhan terima kasih, aku bersyukur buat penyertaanmu sampai saat ini.

Aku tidak berarti tanpaMu. Aku mohon Tuhan yang selalu menyertai langkahku

dan selalu menegurku serta meluruskan jalanku di saat aku mulai berbelok. Aku

akan selalu berusaha untuk merendahkan hatiku & merendahkan diriku untuk

selalu belajar dari proses hidup yang aku jalani. Aku percaya semuanya akan

indah pada waktu-Nya, waktu yang telah Tuhan tentukan. Waktu itu sudah

terwujud, indah di saat aku bisa mempertanggungjawabkan skripsiku dan aku

bangga serta puas akan proses yang telah aku jalani. Aku tahu perjuanganku

belum berakhir, tapi aku percaya semuanya dapat aku lewati jika aku selalu

berpengharapan padaMu & aku selalu berusaha untuk melakukannya dengan

sukacita. Ya, aku akan lakukan bagianku dengan sungguh-sungguh, maka aku

(5)

v

perlindungan & anugerah yang terus-menerus kurasakan tanpa henti

Kedua orang tuaku:

Mama, wanita luar biasa, kuat dan teristimewa di dunia bagiku Bapak (alm) di surga yang hebat, pekerja keras & sangat penyayang

Kedua abangku yang bijaksana dan memperhatikanku Kakak iparku yang selalu memperhatikan & meyayangiku

Keponakanku “Aurelia” Dia yang mencintaiku

Sobat-sobatku yang selalu menemaniku dalam suka & duka

Saudara-saudaraku di PMK yang sudah menjadi bagian dari pertumbuhan imanku

(6)
(7)

vii ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan gambaran pengalaman tentang kepemilikan HP pada mahasiswa di Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif yang akan mendeskripsikan gambaran mengenai pengalaman mahasiswa dalam hal kepemilikan HP. Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia 18 sampai 24 tahun yang berjumlah 10 orang. Kesepuluh mahasiswa ini adalah pengguna HP yang telah menggunakan HP selama 4 tahun ke atas. Peneliti menentukan informan berdasarkan kecocokan konteks atau kriteria yang telah ditentukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sistem terbuka, dimana individu yang diwawancarai mengetahui dan menyadari bahwa mereka diwawancarai. Di samping itu, individu yang diwawancarai juga mengetahui apa maksud dan tujuan wawancara. Peneliti juga memilih untuk menggunakan wawancara yang bersifat semi terstruktur karena dalam wawancara ini peneliti membuat panduan wawancara yang akan diajukan kepada informan, tetapi tidak menutup kesempatan bagi informan untuk melakukan improvisasi saat wawancara berlangsung sesuai dengan kebutuhan proses wawancara. Langkah-langkah analisis data adalah dengan menulis transkrip wawancara, membaca transkrip wawancara dengan seksama, memberikan koding, membuat kategorisasi, membuat interpretasi dan pembahasan hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan HP pada mahasiswa merupakan kebutuhan untuk berkomunikasi, tuntutan perkembangan zaman yang mengarah ke gaya hidup dan HP menjadi objek lekat dimana terjadi respon secara emosional terhadap HP yang menunjukkan bahwa kepemilikan HP menjadi bagian dariself.Selain itu, HP juga menjadi sebuah benda yang lengkap, wajib, efisien, praktis, cepat dan penting bagi mahasiswa. Di samping itu, HP juga merupakan alat kecil yang dapat memenuhi semua kebutuhan manusia.

(8)

viii ABSTRACT

This research conducted to see the meaning of mobile phone on undergraduate students aged 18 until 24 years in Yogyakarta. The kind of this research was descriptive-qualitative research with phenomenological approach, which explained the phenomenon of the student experiences in using mobile phone. The informans in this study were the students aged 18 to 24 years with total ten persons. These ten persons mobile phone users who have the mobile phone for about four years and over. The researcher determines informants based on the suitability of the context or certain criteria which have been determined. Collecting data in this study using an open system so the individuals who were interviewed knew and realized that they were being interviewed. In addition, individuals who were interviewed also know the purpose and the objective of the interview. The researcher also choose to use interview which semi structured because it can be a guideline for the researcher in presenting to the subjects, but it did not close the opportunity for subject to improve during the interview in accordance to the needs of the interview process. The steps of data analysis were writing the transcript of interview, reading the transcript of the interview carefully, providing coding, making categorization, making interpretation, and discussing the research results. These result showed that the meaning of mobile phone on undergraduate students is the need to communicate, the demands of the times that lead to the lifestyle and mobile phone became the closer object which is occur emotional responses to the mobile phone that indicate the ownership part of self. In addition, mobile phone also meant as a complete object, compulsory, efficient, practical, rapid, and important. Furthermore, mobile phone also meant as a small tool that can satisfy all human needs.

(9)
(10)

x

menyertai saya & memberikan kekuatan, kesabaran serta ketekunan saat mengerjakan penulisan skripsi ini. Saya percaya bahwa Ia selalu menyertai saya dalam kondisi apapun. Dari awal kuliah sampai saat ini, sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi saya yang berjudul “Studi Deskriptif tentang Pengalaman Kepemilikan HP pada Mahasiswa di

Yogyakarta”

Dalam mengerjakan skripsi ini, saya sangat merasakan banyak dukungan, bimbingan, nasehat, bantuan dari orang-orang yang saya kasihi & berada di dekat saya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati saya ingin menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka.

1. Secara khusus saya berterima kasih kepada Ibu Siwi, selaku dosen pembimbing yang selalu antusias & semangat dalam membimbing saya. Saya merasakan totalitas yang ibu berikan saat membimbing saya. Terima kasih buat waktu yang telah ibu luangkan, kesabaran, koreksi, dukungan yang selama ini.

(11)

xi

kepada Ibu buat perhatian, dukungan, bimbingan serta bantuannya selama ini. Totalitas ibu sangat saya hargai dan syukuri. Tidak semua dosen bisa seperti Ibu. Bagi saya, Ibu bukan sekedar pembimbing akademik, tapi juga sosok Ibu yang sangat bijak & baik hati. Saya tetap mohon doa & dukungannya ya Bu. Semoga Tuhan memberkati Ibu dan keluarga.

4. Yoga, yang sudah setia untuk aku repotin, yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantuku. Makasih udah sering numpang nge-print ngabisin tinta printer-nya Yoga. Makasih buat perhatian, dukungan, waktu yang sudah Yoga berikan. Maaf karena selama ini sudah sangat merepotkan. he..tetap semangat!

5. Sahabat-sahabat terbaik-ku, walaupun kita saling berjauhan tapi kita tetap saling mendukung. Thanks 4 all…ana-ku, ani-ku, adek-ku. Buat bundo, nora, wenny, devi. Makasih buat kebersamaan & persahabatan yang udah kita bangun bersama. Semua proses yang kita lalui bersama, akan tetap ku kenang. Kalian orang-orang berharga dalam hidupku.

6. Kak Ocha dan temannya Kak Ocha (maaf lupa namanya), makasih ya kak udah bantuin foto di depan ruang USG rumah sakit itu.he..

(12)

xii

8. Saudara-saudaraku di PMK Apostolos, tempat-ku bertumbuh dalam iman & hidup. Kalian orang-orang luar biasa yang Tuhan siapkan untukku. Buat Bro’ Stenly (thanx buat advice-nya, aku selalu ingat kata-kata mu “In, semangat ngerjain skripsinya. Lakukan bagianmu dengan sungguh-sungguh maka Tuhan akan lakukan bagianNya”. Sungguh menguatkan bro, mungkin kita merasa apa yang kita kerjakan atau usahakan sepertinya sia-sia, Tuhan seakan-akan berdiam diri. Tetap percaya dalam iman Dia tidak pernah meninggalkan anakNya). Buat Mbak Ratih, aku juga selalu mengingat kata-kata Mbak, (“Kerjakan skripsi dengan sukacita, karena sukacita itu akan menjadi sumber kekuatan”). Buat Dhita (thanx ya bu buat dukungan & semangatnya).

(13)

xiii tetap sukacita…

11.Teman-teman kos-ku sejak awal masuk tahun 2005 sampai sekarang, buat cicik-cicik (cik Emi, cik Desy, cik Julek, dkk..), buat Welly, Lisye, Linboy, Jean, Andien, Nita cute, Ella, Nuki, Tika, Bebe, Elsa..pokoknya semuanya..thanx sudah mengisi keseharianku di kos sehingga hari-hariku lebih menyenangkan. Aku bersyukur punya kakak, teman dan adik seperti kalian. Kalian semua orang-orang terbaik yang Tuhan kasih buatku sehingga aku bisa belajar proses hidup. Begitu pula dengan Bapak Sakijan & Ibu Sakijan selaku bapak dan ibu kos, saya mengucapkan terima kasih atas dukungan doanya.

12. Teman-temanasisten P2TKP (uci, sari, ita, mu2n, bety, iie, mb fany, mb ruri, mb indra, mb wulan, mb tinul, mas sumar, mas pache, tya, alma) + mbak Di + Pak Toni, terima kasih buat kebersamaan dan pengalaman berharga yang aku peroleh dari kalian. Tak lupa terima kasih buat Pak Priyo yang sudah mengijinkan saya untuk menjadi bagian dari P2TKP sehingga saya dapat memperoleh banyak ilmu serta pengalaman di dalamnya.

(14)

xiv

kepada saya untuk menjadi asisten sehingga saya bisa belajar banyak hal-hal terkait dengan Tes Inventori & Tes Proyektif: Grafis.

15.Bu Titikyang sudah mengizinkan saya untuk membantu ibu dalam proses pengambilan data tesis ibu. Sungguh pengalaman yang sangat bermanfaat. 16. Teman-teman seperjuangan khususnyatemen-temen bimbingan Bu Siwi

terutama Gita, Nurma, Wira, Mba nana, sungguh bersyukur bisa menikamti kebersamaan bersama kalian. Aku akan slalu mengenang perjuangan kita temanz..he..juga buat alma, arya, lilo, sinta, luky, tiwi, wida, kak bella, uci, rindy)..ouch…perjuangan kita tak akan pernah terlupakan & ini akan menjadi sejarah hidup kita yang berharga. Thanx ya buat kebersamaannya, sharing-sharing nya sangat menguatkan & mendukung. Kita sama-sama berjuang ya..keep contact!!

17. Semua dosen dan karyawan Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam pengurusan atau hal-hal yang terkait dengan prosedural akademis di sekretariat. Terima kasih sudah membantu saya dalam mengurus ijin serta surat-surat lainnya.

(15)

orang-xv

Yogyakarta, Januari 2010 Penulis,

(16)

xvi

Halaman Judul...i

Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing ...ii

Halaman Pengesahan Penguji ...iii

Halaman Motto...iv

Halaman Persembahan ...v

Halaman Pernyataan Keaslian Karya...vi

Abstrak ...vii

Abstract...viii

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis ...ix

Kata Pengantar ...x

Daftar Isi...xvi

Daftar Tabel ...xx

BAB 1. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

(17)

xvii

B. Kepemilikan ...11

1. Dualitasself menurut William James...12

2. Teori interaksionisme simbolik George Mead ...17

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan ...21

1. Faktor internal ...21

2. Faktor eksternal ...22

D. Teori Budaya Konsumen...25

E. Hand Phone...28

BAB III. METODE PENELITIAN...32

A. Jenis Penelitian...32

B. Definisi Operasional...32

C. Subyek Penelitian...33

D. Metode Pengumpulan Data ...34

E. Analisis Data ...36

F. Keabsahan Data atau Verifikasi Data ...37

(18)

xviii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...40

A. Proses Penelitian ...40

B. Pelaksanaan Penelitian ...41

C. Hasil Penelitian ...43

1. Deskripsi informan penelitian ...43

D. Hasil Analisis Data Penelitian...48

1. Apa yang dialami oleh mahasiswa yang menggunakan HP ...48

2. Bagaimana pengalaman kepemilikan HP tersebut dialami oleh mahasiswa? ...49

E. Hasil analisis data untuk informan yang berbeda...62

1.Apa makna HP pada mahasiswa...67

F. Pembahasan Penelitian ...68

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...71

(19)

xix

(20)

xx

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Wawancara...41

Tabel 3. Data Demografi Informan...43

Tabel 4. Data Sintesis Pengalaman ...49

Tabel 5. Ekspresi Perasaan jika lepas dari HP ...59

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan teknologi dan tuntutan kebutuhan masyarakat, produsen HP berlomba untuk mencari alternatif baru dalam teknologi seluler untuk menjaring pasar. Oleh karena itu, hanya dalam waktu yang singkat sudah ada pilihan baru yang disuguhkan kepada masyarakat. Pilihan yang ditawarkan mulai dari segi fungsi, kelengkapan dan kecanggihan fitur sampai dengan tampilan HP secara fisik. Jika dilihat dari fungsi HP, selain untuk menelepon dan menerima telepon, HP juga dapat digunakan untuk internet, penunjuk waktu, games, radio, MP3 (musik), voice dial (alat untuk memanggil perintah melalui suara untuk menelepon), voice note (perekam suara), SMS, luasbandwith(kekutaan jaringan sinyal), nada dering,stopwatch, warna layar, kalender, camera digital dan composer (nada dering sesuai keinginan pengguna).

Kini hampir seluruh lapisan masyarakat pada semua tingkatan umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan telah menggunakan HP. Kalangan muda, khususnya mahasiswa seringkali dikategorikan sebagai kelompok konsumen yang cenderung terbuka terhadap produk baru yang dimunculkan di pasaran. Kelompok ini juga diyakini selalu ingin mengikuti trend gaya hidup terkini, terlepas dari apakah sesungguhnya mereka benar-benar membutuhkan produk tersebut dan mendapat manfaat dari produk yang

(22)

dikonsumsinya (dalam Schiffman & Kanuk, 2003). Fokus dari produk HP selama ini juga tampak cenderung membidik segmen muda ini. Iklan produk yang sebagian besar menggunakan penyanyi ataupun pemusik idola anak muda saat ini adalah salah satu bukti dari kuatnya pemasaran HP pada segmen ini.

Mahasiswa pun menggunakan HP dengan pelbagai fungsi dan tujuan. HP tidak hanya sebagai alat komunikasi semata, tetapi karena kelengkapan dan kecanggihan fitur yang dimilikinya, HP sudah menjadi bagian dari gaya hidup pada mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rayini Dahesihsari yang berjudul “Perilaku Konsumsi Telepon Seluler di Kalangan Mahasiswa Unika Atma Jaya Jakarta” pada tahun 2007. Responden penelitian ini adalah mahasiswa S-1 berjumlah 70 orang yang diambil secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan penggantian HP pada mahasiswa sangat bervariasi, mulai dari rusak dan hilangnya HP, hingga kebutuhan serta keinginan untuk terus mengikuti perkembangan jaman dalam hal model dan fitur HP terkini. Alasan ini diungkapkan oleh 49% responden. Alasan lainnya adalah kebutuhan yang dipengaruhi lingkungan sosial yang dinyatakan oleh 61,80% responden. Kebutuhan tersebut antara lain supaya tidak dianggap “gaptek”, sebagai anak muda perlu tahu perkembangan terbaru, harus up to date, lebih modis dan supaya tampak modern (Manasa, Desember 2007, Volume 1, Nomor 2).

(23)

bernama Atik Triatnawati (2003) pada 17 mahasiswa yang berusia di bawah 25 tahun. Judul penelitiannya adalah “Aspek Simbolisme Telepon Genggam”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selain menekankan pada aspek fungsi, gengsi juga menjadi pertimbangan kepemilikan HP. Hal ini tidak terlepas dari sifat kelompok muda yang selalu ingin berbeda, mengikuti mode sehingga HP pun akan diberi hiasan atau aksesoris. Di samping itu, bentuk HP lebih menjadi pertimbangan pokok daripada fungsi HP. Berkaitan dengan gengsi, responden menunjukkan kelas sosialnya melalui dering lagu dan nomor-nomor favorit yang memiliki arti bahwa pemiliknya selalu ingin mengikuti mode dan ini memiliki konsekuensi pada biaya (Humaniora Volume XV, No 1/2003).

Penelitian sejenis lainnya pun pernah yang dilakukan oleh Denny Dharma Setianto dan Bertina Sjabadhyni dengan judul “Hubungan antara Harga Diri dan Kriteria Evaluasi HP pada Konsumen Dewasa usia 20-30 tahun”. Melalui penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian terbesar dari sampel penelitian menempatkan performa sebagai dimensi utama dalam menentukan karakteristik seluler yang sesuai dengan dirinya, kemudian diikuti dengan kualitas, estetika dan fasilitas (Psikologi ekonomi dan konsumen, Juli 2005).

(24)

hanya sekedar memandang HP dari segi fungsi dan manfaatnya saja. Akan tetapi, ada semacam kebutuhan tertentu yang mendorong mereka untuk mengkonsumsi HP. Hal ini sejalan dengan pandangan Baudrillard yang mengatakan bahwa nilai manfaat yang “hakiki” dari benda-benda hilang. Hal ini disebabkan oleh dominasi nilai tukar yang menyebabkan komoditas sebagai tanda sehingga konsumsi tidak lagi sebagai konsumsi nilai-manfaat suatu keperluan material tetapi menjadi konsumsi tanda atau nilai simbolik (dalam Featherstone, 2001).

(25)

Peneliti pun mencoba mengakses informasi dari beberapa multiply dan blog di internet tentang penggunaan HP pada masyarakat umum. Banyak komentar atau pernyataan yang muncul dari masyarakat saat diminta untuk menjelaskan arti HP. Beberapa komentar yang disampaikan antara lain:

Seorang karyawati di Jakarta Timur yang berusia 30 tahun menyatakan bahwa ia sangat tidak bisa bertahan tanpa HP karena HP sudah seperti pacar keduanya. Karyawati ini pun menganggap jika ada yang menghubunginya lewat HP, tandanya masih ada yang menyayanginya. Pendapat lainnya dikemukakan oleh seorang perempuan (33 tahun, Jakarta). Perempuan ini mengatakan bahwa tidak akan bisa tahan satu hari tanpa HP dan sepertinya lebih baik ketinggalan dompet daripada HP. Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh seorang perempuan (28 tahun, Tangerang). Lebih baik tidak membawa uang daripada tidak membawa HP. Jika tidak membawa uang masih bisa menelepon suami untuk mentransfer uang (Femina, 10 Desember 2008).

Ada pula seorang wanita yang berpendapat bahwa dalam waktu sepuluh menit tanpa HP merasa seperti terkucil dari dunia luar. Lebih lanjut wanita ini mengungkapkan aktivitasnya sangat tergantung oleh HP sehingga tidak pernah dinonaktifkan kecuali saat ibadah (33 tahun, Jakarta). Hal serupa dirasakan oleh seorang perempuan (32 tahun, Jakarta). Perempuan ini mengemukakan bahwa tidak menjadi masalah jika dalam waktu satu atau dua hari tanpa HP, tetapi jika lebih dari itu pasti sudah seperti orang hilang di hutan rimba (Femina, 10 Desember 2008). Selain itu, seorang mahasiswa (20 tahun, Bali) memaknai HP sebagai teman yang selalu menemaninya dan alat yang serba bisa. Jika lupa membawa HP saat beraktivitas, yang dirasakan adalah bosan karena tidak ada yang bisa dikerjakan (Chika, komunikasi pribadi, 2009)

(26)

individu yang memiliki HP berpisah atau berada jauh dari HP-nya. Sebaliknya, apabila individu berada dekat dengan HP maka akan mengalami perasaan positif seperti aman, tenang, nyaman dan senang.

Fenomena ini menunjukkan bahwa pengaruh teknologi penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak dapat lari dari teknologi. Manusia pun tidak mungkin hidup dalam dunia yang tidak menggunakan teknologi apapun. Teknologi ada dimana-mana dan mempengaruhi hidup manusia hampir di semua bidang kehidupan (dalam Francis Lim, 2008). Namun, sejauh ini peneliti belum menemukan adanya penelitian yang mengkaji ke arah bagaimana gambaran pengalaman kepemilikan HP pada mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian-penelitian yang sebelumnya dilakukan lebih menunjukkan bahwa awalnya pada mahasiswa, fungsi HP lebih dipentingkan dari segi manfaatnya, tetapi dalam perjalanannya HP tidak hanya sebagai fungsi manfaat saja tetapi menjadi simbol status seseorang. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, peneliti akan mencoba mendeskripsikan bagaimana gambaran pengalaman kepemilikan HP pada mahasiswa. Penelitian ini penting dilakukan mengingat interaksi yang dimediasi oleh HP tampaknya semakin menggeser interaksi langsung atau komunikasi secara tatap muka langsung.

(27)

tempat tinggal orang yang bersangkutan untuk menanyakan suatu hal. Manusia lebih memilih untuk berkomunikasi melalui HP daripada berkomunikasi secara tatap muka langsung karena lebih cepat, mudah, lebih efisien dan efektif dari segi waktu dan tenaga. Contoh lainnya di saat sedang merayakan hari besar seperti lebaran atau natal, kebanyakan orang meminta maaf lewat SMS atau telepon. Orang merasa sudah cukup dengan komunikasi melalui SMS dan telepon, hanya dalam waktu beberapa detik saja pesan yang dikirim dapat langsung diterima. Padahal ketika HP belum ada, orang berbondong-bondong untuk bersilaturahmi ke keluarga masing-masing untuk saling bermaafan.

Dampak lain dari adanya HP adalah menjadi tidak dipedulikan atau diperhatikan saat berkomunikasi secara tatap muka langsung. Situasi seperti ini pernah dialami oleh seorang mahasiswi dimana ketika mahasiswi tersebut sedang berkumpul dengan beberapa orang teman yang memiliki ketergantungan pada HP, peneliti merasakan komunikasi pun menjadi tidak lancar karena masing-masing teman sibuk dengan HP nya sendiri-sendiri. Lain halnya ketika belum ada HP, komunikasi secara tatap muka langsung menjadi lebih menyenangkan dan ada keterlibatan secara emosional (Krisentia, komunikasi pribadi, 2009).

B. Rumusan Masalah

(28)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran tentang pengalaman kepemilikan HP pada mahasiswa di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan teori ilmu psikologi terutama dalam bidang psikologi sosial berkenaan dengan pengalaman mahasiswa khususnya dalam hal kepemilikan HP. Selain itu, peneliti juga mengharapkan penyajian fakta-fakta, wacana dan referensi dalam penelitian ini dapat mengembangkan ilmu di bidang sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi informan dan para mahasiswa lainnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi para informan sebagai pengguna HP itu sendiri dan juga bagi para mahasiswa lain untuk dapat memahami kepemilikan mereka terhadap HP sehingga lebih bersikap bijaksana dalam menggunakan dan memanfaatkan HP.

b. Bagi masyarakat pada umumnya

(29)

kepada kita sebagai pengguna teknologi tersebut untuk bisa bersikap bijaksana dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi tersebut.

c. Bagi peneliti

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini akan diuraikan teori-teori yang diharapkan bisa membantu peneliti menjelaskan gambaran tentang pengalaman kepemilikan HP pada mahasiswa di Yogyakarta. Pada awal bab ini akan diuraikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan pengalaman dalam penelitian ini. Selanjutnya, peneliti pun akan menjelaskan teori kepemilikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan. Di samping itu, peneliti pun akan menjelaskan mengenai HP secara umum berkenaan dengan sejarah singkat munculnya HP dan perkembangan HP. Kemudian, akan diuraikan pula tentang beberapa teori yang diharapkan dapat membantu menjelaskan gambaran tentang pengalaman kepemilikan HP bagi individu dan masyarakat. Ada tiga teori yang akan dijelaskan yaitu teori self (kepemilikan), teori interaksionisme simbolik dan teori budaya konsumen. Pada bagian ini juga akan diuraikan tentang konteks penelitian ini yaitu mahasiswa usia 18-24 tahun yang menggunakan HP di Yogyakarta.

Teori kepemilikan digunakan untuk menjelaskan pengalaman mahasiswa dalam hal kepemilikan HP. Teori interaksionisme simbolik adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk memahami makna di balik suatu benda, komunikasi dan interaksi sosial. Makna dan simbol suatu benda bisa dimaknai berbeda, tergantung pada siapa atau kelompok mana yang memaknai benda tersebut. Dalam hal ini, teori interaksionisme simbolik dipakai oleh peneliti untuk memahami bagaimana memaknai HP. Kemudian, teori budaya konsumen

(31)

adalah teori budaya yang dicirikan dengan perubahan fungsi sebuah benda, dimana benda itu bukan lagi digunakan karena fungsi dan manfaatnya tetapi lebih ke makna simbolik yang kemudian menjadi fungsi sosial sehingga terjadi pembentukan perbedaan-perbedaan status, simbol dan prestise sosial berdasarkan kepemilikan akan benda tersebut.

A. Pengalaman

Pengalaman adalah keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu sebagai anggota masyarakat tertentu yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengeksplorasi pengalaman-pengalaman pribadi yang bersifat subyektif dan mendalam dari seorang subyek penelitian. Melalui data pengalaman individu dapat diketahui data tentang motif, cita-cita dan pandangan hidup, kebiasaan-kebiasaan, perasaan, sikap individu terhadap sesuatu hal (dalam Kriyantono, 2006). Demikian halnya dengan pengalaman kepemilikan yang akan membantu kita dalam memahami suatu kepemilikan HP pada mahasiswa. Pengalaman yang dimaksudkan dalam penelitian ini mencakup apa yang dipikirkan, dirasakan dan dinilai oleh mahasiswa terhadap kepemilikan HP.

B. Kepemilikan

(32)

tentang teori interaksionisme simbolik sangat dipengaruhi oleh pemikiran William James tentang pembedan antara I dan ME dalam mendefinisikan tentangself.

1. Dualitas self menurut William James

William James adalah ahli psikologi pertama yang mengenalkan dualitas self yaitu self sebagai I dan ME. Aspek I adalah menunjuk aspek self yang secara aktif memahami, berpikir atau melihat. Aspek I terdiri dari semua proses psikologis dasar seperti persepsi, sensasi dan pikiran. I menunjuk pada kesadaran kita bahwa kita sedang berpikir atau kesadaran kita bahwa kita sedang memahami proses fisik atau psikis itu sendiri.

(33)

Hal terpenting dari perspektifnya William James adalah aspek Me yang disebut juga sebagai empirical self . Hal ini mengarah kepada segala macam ide orang dalam berpikir tentang dirinya sendiri yang memiliki komponen material. Komponen material dari Me ini merupakan perluasan selfke lingkungan yang mengarah pada obyek, orang dan tempat nyata yang menandakan kepemilikan.

“The empirical self of each of us is all that he is tempted to call by the name of me. But it is clear that between what a man calls me and what he simply calls mine the line is difficult to draw. We feel and act about certain things that are ours very much as we feel and act about ourselves. Our fame, our children, the work of our hands, may be as dear to us as our bodies are, and arouse the same feelings and the same acts of reprisal if attacked. And our bodies themselves, are they simply ours, or are they us?” (dalam James, 1980)

Dua bagian dari komponen material adalah tubuh dan segala macam bentuk kepemilikan. Kepemilikian mencakup kepemilikan akan seseorang, tempat dan benda sejauh segala sesuatu tersebut secara psikologis menjadi bagian dari siapa dirinya. Misalnya, seseorang berbicara tentang kakiku atau lenganku. Entitas tersebut jelas bagian yang intim yang dimiliki seseorang. Akan tetapi, perasaan dia tentang self tidak hanya dibatasi pada tubuhnya tetapi bisa pula meluas mencakup orang lain (anak-anakku), binatang kesayangan (anjingku), kepemilikan (mobil), tempat (rumah tinggalku), dan produk-produk lain (lukisanku).

(34)

mengatakan hal-hal yang berkenaan dengan kesadaran tentang keadaan tubuhnya. Contoh, ‘my arms feel heavy’. Ini merupakan aspek self.Akan tetapi, James memperluas studi self mencakup aspek non fisik dari seseorang. Dia percaya bahwa self bersifatfluid dan mencakup lebih dari fisik tubuh kita. James percaya bahwa kita dapat membuat determinasi tentang self dan non self melalui pemeriksaan investasi emosi kita atas entitas tersebut. Jika kita merespon dalam cara emosional ketika entitas dipuji atau diserang, maka entitas tersebut cenderung menjadi bagian dari self.

“in its widest possible sense, ….. a man’s Self is the sum total of all that he CAN call his, not only his body and his psychic powers, but his clothes and his house, his wife and children, his ancestors and friends, his reputation and works, his lands and horses, and yacht and bank account. All these things give him the same emotions. If they wax and prosper, he feels triumphant; if they dwindle and die away, he feels cast down – not necessarily in the same degree for each thing, but in much the same way for all.” (James, 1890 dalam Murty, 2005)

Cara yang lain untuk menentukan apakah sesuatu bagian dari perluasan self adalah dengan melihat bagaimana kita bertindak terhadapnya. Jika kita memberi perhatian yang berlebih-lebihan terhadap entitas dan usaha untuk meningkatkan atau mempertahankannya, kita dapat memasukkan entitas tersebut sebagai bagian dariself.

(35)

berbagai macam barang. Koleksi tersebut bukan secara sederhana dihargai untuk nilai materialnya (yang sering sepele atau tidak berarti), justru mereka merepresentasikan aspek penting dari self. Kecenderungan untuk memperlakukan kepemilikan sebagai bagian dari self berlanjut sepanjang kehidupan kita, hal ini mungkin menjelaskan mengapa orang mengalami kesulitan untuk membuang pakaian tuanya atau kepemilikan lain yang mungkin sudah tidak berguna. Ada beberapa alasan tentang kecenderungan ini, antara lain:

a. Kepemilikan memberikan fungsi simbolik

Benda-benda kepemilikan membantu orang mendefinisikan dirinya sendiri. Pakaian yang kita kenakan, mobil yang kita kemudikan, dan cara kita mendadani rumah dan kantor memberi tanda untuk diri kita sendiri dan orang lain tentang siapa diri kita atau ingin dikenal seperti apa diri kita. Kepemilikan seperti pakaian, mobil, rumah, dan dekorasi kantor membantu individu mendefinisikan dirinya sendiri (Wicklund & Gollwitzer, l982, dalam Handayani, 2006). Fungsi-fungsi tersebut mendukung pendapat Sartre (l958, dalam Handayani, 2006) tentang klaimnya bahwa orang mengakumulasikan kepemilikan untuk memperluas perasaanselfnya.

b. Kepemilikan juga memperluasself

(36)

untuk menjamin surat-suratnya, foto-foto, kepemilikan dan tanda mata dengan memberikannya pada orang lain saat dia meninggal. Hal ini misalnya tampak dalam kecenderungan orang untuk mencari kekekalan melalui pewarisan kepemilikannya kepada generasi berikutnya.

c. Respon emosional orang terhadap kepemilikannya juga

menegaskan kepentingannya atasself

Orang yang kehilangan dompetnya akan merasa lebih sedih daripada kehilangan fotonya atau uangnya. Beberapa orang bereaksi ekstrim ketika mobilnya dalam bahaya karena diserempet, dan lain-lain. Akhirnya, beberapa orang yang kehilangan kepemilikannya secara alami akan mengalaminya sebagai bencana mirip ketika ia kehilangan seseorang yang dia cintai (McLeod, l984, dalam Handayani, 2006).

(37)

menyenangkan atau berarti buatnya daripada obyek yang tidak dipilih dimana obyek tersebut memberikan perasaan positif dariself-worth.

Kecenderungan untuk menilai obyek yang relevan untuk self juga dapat terekpresi ketika orang diminta menilai tingkat menyenangkannya sebuah surat. Individu cenderung menghubungkan surat yang menyenangkan adalah surat yang memuat inisial mereka. Efek nama surat ini menyediakan dukungan selanjutnya terhadap pendapat James bahwa perasaan kita tentang perluasan self melampaui keadaan fisik kita mencakup obyek dan entitas yang kita sebut sebagaiours.

2. Teori interaksionisme simbolik George Mead

Menurut Mead, ‘selfadalah sesuatu yang berkembang; tidak ada sejak lahir, tetapi muncul dalam proses aktivitas dan pengalaman sosial yang berkembang dalam diri individu sebagai hasil hubungannya dengan dunia lingkungannya.Selfmuncul ketika individu mampu mengambil sikap dari kelompok, kemudian kembali ke dirinya sendiri, menstimulasi dirinya sebagaimana dia menstimulasi orang lain, berbicara kepada dirinya sendiri dalam istilah komunitas. Menurut Mead, kita memilikiselfsejauh kita dapat dan mengambil sikap orang lain terhadap diri kita sendiri dan merespon sikap itu (Pfuetze, dalam Feathersone, 2001).

(38)

dirinya sendiri. Menurut Mead, individu masuk ke dalam kesadaran dirinya sendiri hanya sebagai objek, bukan sebagai subjek, dan dia masuk sebagai subjek hanya dalam basis relasi sosial dan interaksi. Dengan kata lain individu mampu masuk ke dalam kesadaran dirinya hanya dalam pengalaman transaksi dengan individu yang lain dalam lingkungan sosial. Selanjutnya, dia mengatakan kesadaran self adalah hasil proses dimana individu mengambil sikap orang lain terhadap dirinya sendiri. Mead mengatakan bahwa pentingnyareflectivity hanya mungkin melalui interaksi simbolik, dimana menurut definisi Mead adalah interaksi sosial yang mengambil tempat melalui simbol yang di-sharing-kan.

Bahasa adalah simbol penting yang di-sharing-kan. Menurut Mead bahasa adalah prinsip organisasi sosial, yang memungkinkan terjadinya pembedaan masyarakat. Selain itu, bahasa penting dalam perkembanganselfdan fungsi mental yang lebih tinggi. Tanpa bahasa tidak mungkin terbentuk pikiran rasional, yang melibatkan abstraksi, generalisasi dan refleksi. Selain bahasa, play dan game juga bentuk interaksi simbolik yang penting dalam perkembanganself.

(39)

secara sosial sekaligus kesatuan self yang hanya dapat dicapai melalui proses sosial. Self berkembang secara penuh melalui interaksi sosial dan pengadopsian sikap orang lain yang terorganisir. Struktur self mengekspresikan pola perilaku kelompok sosial secara umum tetapi hanya akan terjadi sejauh mereka bersama-sama dengan individu tertentu.

George Herbert Mead yang mengajar psikologi sosial pada departemen filsafat Universitas Chicago percaya bahwa keanggotaan kita dalam suatu kelompok sosial menghasilkan perilaku bersama yang kita kenal dengan nama budaya. Dalam waktu yang bersamaan, dia juga mengakui bahwa individu-individu yang memegang posisi berbeda dalam suatu kelompok, mempunyai peran yang berbeda pula, sehingga memunculkan perilaku yang juga berbeda. Namun dia juga menentang pandangan bahwa perilaku kita melulu dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau struktur sosial. Sebaliknya Mead percaya bahwa kita sebagai bagian dari lingkungan sosial tersebut juga telah membantu menciptakan lingkungan tersebut. Lebih jauh lagi, dia memberi catatan bahwa walau kita sadar akan adanya sikap bersama dalam suatu kelompok atau masyarakat, namun hal tersebut tidaklah berarti bahwa kita senantiasa berkompromi dengannya.

(40)

dipelajari. Walau Mead menyarankan agar aspek internal juga dikaji untuk bisa memahami perilaku sosial, namun hal tersebut bukanlah merupakan minat khususnya. Justru dia lebih tertarik pada interaksi, di mana hubungan di antara gerak-isyarat (gesture) tertentu dan maknanya, mempengaruhi pikiran pihak-pihak yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi Mead, gerak-isyarat yang maknanya diberi bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam interaksi adalah merupakan “satu bentuk simbol yang mempunyai arti penting” (a significant symbol”). Kata-kata dan suara-lainnya, gerakan-gerakan fisik, bahasa tubuh (body langguage), baju, status, kesemuanya merupakan simbol yang bermakna.

Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, di mana dua atau lebih individu berpotensi mengeluarkan simbol yang bermakna. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang dikeluarkan orang lain, demikian pula perilaku orang lain tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, kita mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan orang lain, kita menangkap pikiran, perasaan orang lain tersebut. Teori ini mirip dengan teori pertukaran sosial. Interaksi di antara beberapa pihak tersebut akan tetap berjalan lancar tanpa gangguan apapun manakala simbol yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak dimaknai bersama sehingga semua pihak mampu mengartikannya dengan baik.

(41)

telah berhasil memecahkan perbedaan makna di antara mereka. Namun tidak selamanya interaksi berjalan mulus. Ada pihak-pihak tertentu yang menggunakan simbol yang tidak signifikan-simbol yang tidak bermakna bagi pihak lain. Akibatnya orang-orang tersebut harus secara terus menerus mencocokan makna dan merencanakan cara tindakan mereka. Banyak kualitas perilaku manusia yang belum pasti dan senantiasa berkembang: orang-orang membuat peta, menguji, merencanakan, menunda, dan memperbaiki tindakan mereka, dalam upaya menanggapi tindakan-tindakan pihak lain. Sesuai dengan pandangan ini, individu-individu menegosiasikan perilakunya agar cocok dengan perilaku orang lain.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kepemilikan HP, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor internal

(42)

observasi sebagai alat untuk mengumpulkan data. Melalui hasil analisis yang telah dilakukan, terlihat bahwa kelompok tua lebih menitikberatkan HP berdasarkan fungsinya bukan status dan gengsinya. Lain halnya dengan kelompok muda, selain menekankan pada aspek fungsi juga gengsi menjadi pertimbangan kepemilikan tersebut. Hal ini tidak terlepas dari sifat kelompok muda yang biasanya selalu ingin berbeda mengikuti mode sehingga HP pun akan diberi hiasan atau aksesoris menurut selera pemiliknya yang berjiwa muda. Akan tetapi, pada kelompok tua umumnya HP itu tidak berwarna mencolok, bentuk sederhana dan aksesoris tidak begitu ditonjolkan.

Apabila dilihat dari segi pekerjaan, tampak bahwa pada kelompok profesional (bidan, dokter, konsultan, peragawan), kepemilikan HP lebih ditekankan pada fungsinya yang vital atau tersedianya fitur-fitur yang lebih lengkap yang sangat mereka butuhkan dalam bekerja. Namun, pada kelompok pelajar dan mahasiswa bentuk menjadi pertimbangan pokok daripada fungsi.

2. Faktor eksternal

a. Media, iklan HP di media cetak dan media elektronik yang pernah dilihat oleh individu dan majalah khusus tentang HP

(43)

(Handphone) merek Nokia”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 terhadap 100 orang masyarakat Desa Condongcatur yang menggunakan produk HP merek Nokia. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis persentase dan analisis regresi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh kekuatan persuasi iklan televisi terhadap minat beli ulang konsumen pada produk HP merek Nokia adalah positif. Iklan Nokia yang diiklankan di televisi memperlihatkan keunggulan-keunggulan dari Nokia di antaranya para aktor dan aktris serta setting dalam iklan tersebut sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, isi iklan menarik dan mudah diingat dan slogan iklan Nokia yaitu “teknologi yang mengerti anda” menunjukkan bahwa Nokia terkenal dengan produk HP nya yang user friendly. Bahkan untuk orang yang sebelumnya awam dengan HP pun akan mudah dan segera bisa mengoperasikan HP buatan Nokia.

(44)

mengetahui informasi mengenai merek, tampilan fisik (model), serta keunggulan baru yang ditawarkan oleh HP.

Hasil penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Patricia Gonie menunjukkan bahwa melalui majalah khusus tentang HP, konsumen dapat mengetahui informasi tentang fungsi-fungsi yang ditawarkan oleh HP secara lebih mendetail beserta perbandingan antara satu merek dengan merek yang lain. Oleh karena itu, majalah khusus tentang HP pun menjadi salah satu sumber informasi yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian HP.

b. Keluarga, meliputi orang tua, saudara kandung dan anggota keluarga lainnya

Hasil penelitian lainnya yang dapat disimpulkan dalam penelitian yang Patricia Gonie adalah keluarga merupakan sumber informasi yang mendorong lebih kuat bagi konsumen untuk melakukan pembelian HP merek tertentu. Melalui keluarga, konsumen dapat mengetahui informasi mengenai harga berbagai merek HP dalam berbagai tipe dan pengalaman mereka dalam menggunakan HP.

(45)

bahwa keluarga mempengaruhi dorongan dalam diri sendiri atau minat individu dalam memiliki HP, dimana keluarga memberi ide, pendapat, saran dan informasi yang dapat mempengaruhi individu sehingga dengan sendirinya terbentuk pola perilaku individu yang diekspresikan dalam kegiatan, minat dan opini individu itu sendiri dalam mengambil suatu keputusan pembelian.

c. Teman, mencakup teman sekolah atau kuliah, teman kerja dan teman bermain

Dalam penelitan yang sama yaitu penelitan yang dilakukan oleh Valerianus Dawing ditemukan pula hasil bahwa lingkungan pergaulan individu yaitu teman juga mempengaruhi keputusan pembelian terhadap produk HP, dimana individu mudah terpengaruh oleh pendapat dan opini orang lain yang mengatakan bahwa produk HP memiliki kelebihan-kelebihan tertentu.

D. Teori Budaya Konsumen

(46)

adalah benda-benda material seperti pakaian, mobil dan jam. Sedangkan benda budaya meliputi penyediaan, permintaan, penumpukan modal, persaingan serta monopolisasi dalam gaya hidup, benda-benda dan komoditas budaya (dalam Featherstone, 2001). Tokoh lainnya yaitu Baudrillard pun mengatakan bahwa nilai manfaat yang “hakiki” dari benda-benda hilang. Hal ini disebabkan karena dominasi nilai tukar yang menyebabkan komoditas sebagai tanda sehingga konsumsi tidak lagi sebagai konsumsi nilai-manfaat suatu keperluan material tetapi menjadi konsumsi tanda. Dalam hal ini, Jameson mengatakan bahwa budaya menjadi unsur yang paling penting dalam masyarakat konsumen. Misalnya iklan yang menggunakan logika komoditas tanda mengatakan bahwa benda-benda konsumen yang bersifat keduniaan dan dibutuhkan sehari-hari kemudian diasosiasikan dengan kemewahan, eksotika dimana kegunaan asli dan fungsional semakin sulit untuk diuraikan (dalam Featherson, 2001).

(47)

dan manfaatnya, tetapi juga mengkomunikasikan makna-makna tertentu. Seperti dikemukakan oleh John Sturrock dimana objek yang kita gunakan mengkomunikasikan atau merepresetasikan pesan (dalam Piliang, 1999). Contohnya: di saat kita menggunakan perhiasan mahal untuk menandai kekayaan dan status sosial. Bourdieu mengemukakan bahwa selera terhadap objek atau benda budaya merupakan tanda kelas sosial (dalam Featherstone, 2001).

Dalam penelitian ini, terkait dengan kepemilikan individu terhadap suatu objek dimana objek yang dimaksud di sini adalah HP. Ketika seorang individu mengkonsumsi HP, maka individu tersebut tidak hanya menggunakan HP sesuai dengan nilai guna dan manfaatnya saja, tetapi juga mengkomunikasikan makna-makna tertentu di balik HP tersebut. Demikian halnya dengan HP, awalnya fungsi utama HP hanya sebagai alat untuk berkomunikasi. Akan tetapi, tuntutan akan perkembangan zaman membuat kita menjadi menjadi merasa butuh untuk mengkonsumsi fitur-fitur yang ada di dalamnya, seperti kamera, internet dan MP3. Artinya HP tidak lagi digunakan sesuai dengan fungsinya tapi HP lebih dicitrakan pada simbol status atau kelas sosial yang terkait dengan gaya hidup.

(48)

Meyer Schapiro mendefinisikan gaya sebagai “bentuk yang konstan dan kadangkala unsur-unsur, kualitas-kualitas dan ekspresi yang konstan dari perseorangan maupun kelompok”. Definisi ini mencakup juga gaya hidup dan gaya peradaban. Tetapi definisi yang cukup jelas adalah sebagaimana dikemukakan oleh Alvin Toffler, yaitu “alat yang dipakai oleh individu untuk menunjukkan identifikasi mereka dengan subkultur-subkultur tertentu” (dalam Chaney, 1996).

Pendekatan yang lebih konkret mengenai analisa tentang gaya hidup dapat dipelajari dalam Distinction (1984) karya Bourdieu. Dalam karyanya ini, Bourdieu mencoba untuk menggambarkan bidang sosial dari selera yang berbeda dalam praktik budaya “tinggi” yang disahkan dan juga selera pada gaya hidup serta pilihan konsumsi (termasuk makanan, minuman, mobil, busana, HP) (dalam Featherstone, 2001).

E. Hand Phone

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa HP adalah telepon mandiri yang menggunakan baterai, tanpa kabel dan menerima suara melalui sinyal. Sedangkan, menurut Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, Direktorat Standardisasi Pos dan Telekomunikasi, HP merupakan alat dan perangkat telekomunikasi yang tidak menggunakan frekuensi radio.

(49)

Bell pada tahun 1876, sedangkan komunikasi tanpa kabel(wireless)ditemukan oleh Nikolai Tesla pada tahun 1880 dan diperkenalkan oleh Guglielmo Marconi. Akar dari perkembangan digital wireless dan seluler dimulai sejak saat teknologi telepon mobil secara komersial diperkenalkan. Apabila dibandingkan dengan perkembangan sekarang yang begitu pesat, sebenarnya teknologi ini mengalami hambatan dalam perkembangan kurang lebih selama 60 tahun. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi yang murah seperti transistor atau semi konduktor belum dikembangkan dengan baik. Setelah ditemukannya transistor, maka dimungkinkan perkembangan teknologi menjadi lebih pesat.

Apabila dilihat dari fungsi utamanya, HP merupakan teknologi komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehingga semua urusan menjadi lancar, nyaman, efisien dan mudah. Lewat komunikasi dengan HP, jarak, tempat dan waktu menjadi tanpa batas sehingga dikatakan bahwa HP mampu menghilangkan atau memperpendek jarak.

Media iklan memiliki peran dalam hal mempromosikan produk ini, dimana saat ini banyak iklan yang menawarkan slogan-slogan tertentu agar produk mereka mampu bersaing di pasaran. Seperti slogan yang ditampilkan oleh beberapa merek HP seperti Sonny Ericsson, Siemens dan Nokia. Siemens memiliki slogan“Keep people in touch, wordwide and the concept of “pocket mobility” gave our designers a great idea”. Demikian halnya dengan slogan

(50)

memberikan slogan “Connecting people dan nikmati kemudahan berkomunikasi bersama Nokia”.

Ada banyak keuntungan yang ditawarkan ketika kita mengkonsumsi HP, antara lain kita menjadi lebih cepat, mandiri dan dinamis. Selain itu, kita dapat dihubungi dimana dan kapan saja karena sifatnya yang handy dan mobile. Dengan adanya HP pun urusan dan masalah pribadi tidak selalu dapat didengar dan diawasi orang tua atau pihak lainnya. Ketika kita memiliki HP, dapat dikatakan bahwa kita tidak ketinggalan zaman karena kita telah mengikuti tuntutan perkembangan teknologi komunikasi saat ini. Oleh karena itu, HP digunakan untuk membangun dan menjagaimageseseorang.

Sedangkan kerugian ketika kita memiliki dan menggunakan HP adalah kita menjadi merasa lebih tahu, tidak sabar dan suka memberi perintah. Di sisi lain, kita pun menjadi kurang berminat untuk melakukan percakapan secara langsung dan kurang berminat membaca buku. Jika dilihat dari fungsi HP saat ini, HP juga berfungsi untuk mendengarkan musik seperti slogan yang ditampilkan oleh Nokia yaitu “Getarannya bikin yang lain ikut nge-dance”. Di samping itu, HP juga berfungsi untuk merekam video yang tampak pula dalam slogan yang ditawarkan oleh Nokia. Slogan tersebut berbunyi “Rekaman video 1 jam untuk segala hal yang tak cukup diabadikan dalam sekejap”. Demikian halnya dengan sloganSonny Ericssonyang berbunyi “catch the moment”.

(51)
(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode kualitatif sendiri adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa ucapan atau tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari individu yang menjadi subyek penelitian (Moleong, 2007). Dengan metode kualitatif, kita dapat mengenal subyek penelitian secara pribadi serta dapat melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri mengenai dunia sekitar mereka.

Penelitian ini memberi perhatian pada deskripsi pengalaman mengenai kepemilikan HP yang diungkapkan oleh mahasiswa serta melakukan analisa terhadap hasil wawancara yang diperoleh dalam penelitian ini, sehingga didapatkan sebuah pemahaman tentang pengalaman kepemilikan HP pada informan dalam penelitian ini.

B. Definisi Operasional

Pengalaman tentang kepemilikan HP adalah pengalaman-pengalaman tentang kepemilikan HP yang dialami oleh mahasiswa, baik apa yang dipikirkan, dirasakan, dinilai dan dilakukan tentang HP. Sedangkan kepemilikan yang dimaksud adalah kepemilikan terhadap HP pada mahasiswa.

(53)

C. Subyek Penelitian

Pemilihan subyek didasarkan pada teoritis, subyek dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi sebelumnya atau sesuai tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar subyek sungguh-sungguh mewakili (bersifat representatif) terhadap fenomena yang dipelajari.

Dalam penelitian ini, informan yang diambil adalah mahasiswa yang berusia 18-24 tahun. Karakteristik subyek yang digunakan untuk wawancara yaitu mahasiswa yang memiliki HP dan menjadi pengguna HP. Lamanya para informan menggunakan HP disamakan yaitu sekitar 4 tahun ke atas. Informan terdiri dari 10 orang dimana jenis kelamin juga diseimbangkan (5 laki-laki dan 5 perempuan). Prosedur penentuan sumber data menggunakan jenis pengambilan sampel dengan kriteria tertentu.

(54)

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti dalam mengumpulkan atau memperoleh data akan menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu wawancara dan catatan lapangan.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Poerwandari (2005) mengemukakan bahwa wawancara kualitatif dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti. Selain itu, wawancara kualitatif juga bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain. Apabila dilihat berdasarkan sasaran penjawabnya, peneliti memilih untuk menggunakan wawancara perorangan, dimana proses tanya-jawab tatap muka berlangsung secara langsung antara pewawancara dengan seorang-seorang yang diwawancarai. Alasan peneliti menggunakan jenis wawancara ini adalah agar mendapatkan data yang lebih intensif.

(55)

semi terstruktur karena dalam wawancara ini peneliti membuat panduan wawancara yang akan diajukan kepada subyek, tetapi tidak menutup kesempatan bagi subyek untuk melakukan improvisasi saat wawancara berlangsung sesuai dengan kebutuhan proses wawancara. Penyusunan panduan wawancara tentunya dilakukan sebelum wawancara dilakukan. Pokok-pokok pertanyaan yang telah dirumuskan tidak harus ditanyakan secara berurutan, karena peneliti menggunakan jenis wawancara yang sifatnya semi terstruktur.

Tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam proses wawancara adalah sebagai berikut:

a. Tanya-jawab yang berdasarkan tujuan penelitian. Wawancara yang dilakukan terhadap informan sesuai dengan panduan wawanacara yang telah dirumuskan, untuk menggali informasi yang dibutuhkan. Panduan ini juga membantu peneliti untuk mencakup seluruh data yang diperlukan

b. Menggunakan alat rekam suara(audio-recorder)

c. Membuat transkrip wawancara, yaitu salinan hasil wawancara dari hasil rekaman ke dalam bentuk tulisan di atas kertas.

(56)

2. Catatan lapangan

Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (dalam Moleong, 2007). Catatan lapangan berisi deskripsi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang oleh peneliti dianggap penting. Catatan lapangan mutlak dibuat secara lengkap, dengan keterangan tanggal dan waktu yang juga lengkap. Dalam membuat catatan lapangan, peneliti menuliskannya secara langsung di lapangan berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaran atau pengamatan. Catatan ini barulah diubah ke dalam catatan yang lengkap dan setelah peneliti tiba di rumah. Proses ini dilakukan setiap kali peneliti selesai mengadakan pengamatan atau wawancara, karena bagi peneliti hal ini tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas.

E. Analisis Data

(57)

Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membuat transkrip hasil rekaman wawancara 2. Membuat tema

3. Menentukan coding

4. Menentukan interpretasi data 5. Menentukan kategorisasi

F. Keabsahan Data atau Verifikasi Data

1. Kredibilitas

Kredibilitas merupakan istilah yang paling banyak dipilih untuk mengganti konsep validitas, yang dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.

(58)

2. Triangulasi

Hal penting lainnya yang dapat meningkatkan generabilitas dan kredibilitas penelitian adalah melakukan triangulasi. Triangulasi mengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang berbeda, dengan cara berbeda, untuk memperoleh kejelasan mengenai suatu hal tertentu. Data dari berbagai sumber berbeda dapat digunakan untuk mengelaborasi dan memperkaya penelitian, dan dengan memperoleh data dari sumber berbeda, dengan teknik pengumpulan yang berbeda, kita akan menguatkan derajat manfaat studi pada setting-setting berbeda pula. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi metode, dimana peneliti menggunakan metode wawancara dan catatan lapangan untuk meneliti suatu hal yang sama.

Tabel 1. Panduan Pertanyaan Wawancara

Hal yang diungkap Bentuk pertanyaan

A. Pengetahuan tentang HP  Saat mendengar kata HP, apa yang anda pikirkan atau apa yang pertama kali terlintas dalam pikiran anda?

 Apa manfaat HP menurut anda?  Menurut anda, HP itu apa?

 Mengapa anda tertarik menggunakan HP?  Sebelum memiliki HP, anda berkomunikasi

dengan orang lain melalui media apa? B. Perasaan dan penilaian

tentang HP

 Setelah memiliki HP, apa yang dirasakan dengan komunikasi via HP?

(59)

rasakan?)

 Kalau anda diminta untuk memilih, anda lebih memilih menggunakan HP atau tidak

menggunakan HP? (kalau memilih menggunakan HP, alasannya apa. Kalau memilih untuk tidak menggunakan HP, alasannya apa?)

 Sebelum anda memiliki HP, apa yang anda rasakan dengan komunikasi melalui media tersebut?

 Misalnya anda sama sekali tidak memiliki HP, apa yang kamu pikirkan dan rasakan dan apa yang akan anda alami?

 Menurut anda apa kelebihan dan kekurangan yang anda rasakan ketika anda sama sekali tidak memiliki HP?

C. Penggunaan HP dalam keseharian

 Seringnya atau sukanya anda menggunakan HP buat apa? (Sms, telepon, games, internet, foto, video)

 Frekuensi (sms, telepon, video, foto, games, internet) dalam satu hari bisa berapa kali?  Sekarang setelah memiliki HP, kalo sering

menggunakan buat (sms, telepon, video, foto, games, internet), sukanya digunakan untuk apa? ex: suka menggunakan buat smsan, biasanya suka smsan dengan siapa?  Ketika tidur, biasanya HP anda letakkan

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penelitian

Langkah-langkah yang diambil oleh peneliti selama proses penelitian adalah sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan wawancara menggunakan panduan wawancara yang telah ditetapkan. Panduan ini digunakan oleh peneliti sebagai pedoman atau acuan mengenai hal-hal apa saja yang akan ditanyakan saat wawancara. Selain itu, panduan ini digunakan untuk menghindari kemungkinan peneliti melupakan hal-hal yang relevan dan penting untuk ditanyakan saat wawancara berlangsung

2. Peneliti mengatur kesepakatan untuk bertemu dengan setiap informan, mulai dari kapan, dimana dan jam berapa bisa melakukan pertemuan untuk wawancara

3. Setelah sepakat, peneliti pun melakukan wawancara dengan informan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Wawancara dilakukan di kamar kos, perpustakaan dan gedung hall kampus III, Sanata Dharma, Paingan.

4. Setelah melakukan wawancara, peneliti menuliskan verbatim atau transkrip wawancara. Kemudian, peneliti menentukan tema untuk setiap jawabannya. Setelah itu, peneliti menentukan coding serta membuat kategori untuk keseluruhan informan

(61)

5. Setelah melakukan wawancara, peneliti melakukan konfirmasi data kepada informan, untuk memastikan apakah data yang telah diperoleh oleh peneliti sudah benar-benar sesuai dengan keadaan informan. Peneliti menggunakan cara ini untuk mencapai validitas komunikatif, karena validitas komunikatif dapat tercapai dengan mengkonfirmasikan kembali data dan analisisnya kepada informan penelitian.

6. Setelah menentukan tema, coding dan kategori, maka peneliti melakukan interpretasi data dan membuat kesimpulan untuk masing-masing informan.

B. Pelaksanaan Penelitian

Berikut ini adalah jadwal wawancara yang dilakukan kepada kesepuluh informan:

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Wawancara Nama

informan

Hari/ tanggal Lokasi Waktu

Senin, 16 Februari 2009 Kamar kos peneliti

21:30-21:44 WIB Sabtu, 16 Mei 2009 Kamar kos

informan

15:00-16:00 WIB Be

Rabu, 2 September Kos informan 20:34-20:39 WIB Selasa, 17 Februari 2009 Kamar kos

informan

14:30-14:42 WIB Kamis,14 Mei 2009 Kamar kos

informan

14:00-14:35 WIB Lr

Rabu, 2 September 2009 Kamar kos informan

20:51-20:55 WIB Rabu, 18 Februari 2009 Perpustakaan,

Paingan, USD

11:00-11:15 WIB Nt

(62)

informan Rabu, 18 Februari 2009 Kamar kos

peneliti

14:30-14:44 WIB Kamis, 14 Mei 2009 Kamar kos

informan

13:15-13:45 WIB Ea

Rabu, 2 September 2009 Kamar kos informan

17:00-17:15 WIB Rabu, 18 Februari 2009 Kamar kos

Informan

17:00-17:12 WIB Ag

Minggu, 17 Mei 2009 Warnet El diva Rabu, 18 Februari 2009 Gedung hall

utara kampus USD, Paingan

20:30-20:42 WIB

Selasa, 12 Mei 2009 Ruang Baca, Fakultas Psikologi,USD

09:00-10:00 WIB Yo

Rabu, 2 September 2009 Warung makan “Rika”

19:36-19:42 WIB Kamis, 19 Februari 2009 Halaman

gedung hall selatan, USD

08:00-08:15 WIB Jo

Sabtu, 16 Mei 2009 Hall kampus USD

11:00-11:45 WIB Jumat, 20 Februari 2009 Perpustakaan,

Kampus III USD

08:00-08:18 WIB By

Sabtu, 16 Mei 2009 Warung makan di Mozes

21:00-21:45 WIB

Jumat, 27 Februari 2009 Perpustakaan, Kampus III, USD

11.00-11.18 WIB Te

Selasa, 19 Mei 2009 Kos peneliti 14:00-14:30 WIB Minggu, 10 Mei 2009 Hall selatan,

Kampus III, USD

12:30-12:53 WIB Ndu

Jumat, 22 Mei 2009 Depan ruang baca, fakultas Psikologi, USD

(63)

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi informan penelitian

Melalui hasil wawancara terhadap 10 orang informan, diperoleh beberapa tema(theme)yang mengarah pada pertanyaan penelitian ini, yaitu apa makna HP pada mahasiswa yang berusia 18-24 tahun di Yogyakarta. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut proses analisis yang dilakukan adalah mengetahui apa yang dialami oleh mahasiswa yang berusia 18-24 tahun dan bagaimana hal-hal tersebut dialami oleh mahasiswa tersebut, serta membuat sintesis dari data pengalaman informan tadi. Sebelum masuk ke proses analisis, berikut ini akan dijelaskan mengenai deskripsi singkat dari masing-masing informan.

Tabel 3. Data Demografi Informan

Yo Te Jo By Ndu Ea Be Ag Lr Nt

Jenis kelamin L L L L L P P P P P

Usia (tahun) 20 22 21 23 24 18 19 19 18 20

Lamamenggunakan 6 HP (tahun

8 4 5 4 6 7 6 6 8

a. Yo

(64)

yaitu GSM, Nokia 6600. Namun, Hp-nya mengalami gangguan untuk mengirim sms (fitur lainnya masih dapat digunakan). Oleh karena itu, Yo meminta orang tuanya untuk membelikannya HP lagi dengan jenis GSM, Nokia N70 saat informan kuliah semester 2 (tahun 2007). Akhirnya, hingga saat ini informan menggunakan 2 Hp & mengaktifkan 2 kartu (As & 3). Dalam 1 bulan, informan mengisi pulsa Rp 80.000 untuk kedua kartu tersebut. Rp 50.000 untuk kartu As dan Rp 30.000 untuk kartu 3.

b. Te

Te adalah mahasiswa Teknik Elektro semester XI. Te pertama kali menggunakan HP saat kelas 3 SMA sebagai hadiah ulang tahun dari orang tua. Bertepatan pula saat itu Te akan lulus SMA dan melanjutkan kuliah. Sebelumnya, saat kelas 1 SMA, Te hanya meminjam HP ibunya untuk menghubungi teman jika ingin menanyakan tugas sekolah. Akhirnya, ibu Te memberikan HP-nya kepada Te. Setelah HP itu rusak, Te diberikan HP bekas lagi dari kakaknya. Jadi, Te telah menggunakan HP bekas sebanyak dua kali. Lama-kelamaan Te berkeinginan untuk memiliki HP baru, bukan HP bekas. Saat ini Te menggunakan dua HP, yaitu Sonny EricsonK800, Nokia 3530. Te pun mengaktifkan 2provideryaitu IM3 dan 3. Pulsa yang biasanya ia habiskan untuk keduaprovidertersebut adalah Rp 45.000 dalam sebulan.

c. Jo

(65)

Nokia 1110 dan Sonny Ericson J230 I. Jo mengaktifkan 2 provider, yaitu Simpati dan 3. Dalam waktu 1 bulan, biasanya informan menghabiskan pulsa sebesar Rp 50.000. Dalam kesehariannya, kartu simpati digunakan oleh Jo untuk menelepon keluarganya, sedangkan kartu 3 untuk menelpon dan meng-sms teman dan pacar (karena fasilitas meng-sms gratis).

d. By

By adalah mahasiswa Teknik Elektro semester XI. Pertama kali By memiliki HP sejak tahun 2004. Saat itu By meminta agar orang tuanya membelikannya HP karena By akan melanjutkan kuliah ke Yogyakarta. Sampai saat ini, By telah mengganti HP sebanyak tiga kali. Sejak awal sampai saat ini HP yang digunakan oleh By adalah N 3310, N 7510, SE J200, SET 610 i.Jadi sekarang By menggunakan HP jenis GSM merek SET 610 I dan By menggunakan provider simpati. Pulsa yang biasanya dihabiskan oleh By sebesar Rp 40.000 dalam sebulan.

e. Ndu

(66)

f. El

El merupakan seorang mahasiswi Psikologi semester III. El menggunakan HP sejak kelas 2 SMP. El meminta agar orang tuanya membelikannya HP karena saat itu El akan mengikuti study tourke Bandung. El adalah orang pertama di keluarganya yang memiliki HP. Awalnya, El menggunakan GSM, merk Nokia 3530. Namun, karena HP itu hilang, El mengganti HP-nya dengan Nokia 3660. Hanya dalam waktu satu minggu, HP tersebut hilang lagi. Kemudian, El menggantinya dengan Nokia 6600. Tidak sampai 1 tahun HP itu sudah rusak. Sampai akhirnya, hingga saat ini informan menggunakan Sonny Ericsson tipe W880i. El menggunakan provider IM3 dan selama satu bulan biasanya menghabiskan pulsa sebesar Rp 300.000.

g. Nt

Nt adalah mahasiswi Psikologi semester VII. Nt menggunakan HP sejak kelas 2 SMP, saat itu orang tua El membelikan HP sebagai hadiah ulang tahun. Awalnya El menggunakan HP jenis GSM, Nokia 3120 classic dan Nokia 3610. Namun, kedua HP tersebut dicuri oleh maling sehingga saat ini informan menggunakan Hp jenis GSM, merk Nokia 6600 slide. Nt menggunakan provider Simpati dan menghabiskan pulsa sebesar Rp 75.000 dalam waktu 1 bulan.

h. Be

(67)

sebagai fasilitas. Awalnya hanya ada satu HP yang digunakan bersama di rumah, tetapi karena Be yang lebih sering menggunakannya maka HP tersebut diberikan kepada Be untuk digunakan sendiri. Sebelumnya Be menggunakan HP Nokia 3315, Nokia 3100 dan saat ini HP yang dimiliki oleh Be adalah Nokia N-Gage, Motorola C 118. Be biasanya menghabiskan pulsa sebesar Rp

50.000 untuk keduaprovider(Simpati dan As) yang ia gunakan. i. Ag

Ag adalah mahasiswi Farmasi semester V. Ag telah menggunakan HP sejak kelas 3 SMP. Saat itu Ag menggunakan HP karena melihat banyak teman di sekolahnya yang telah memiliki HP. Jadi, Ag meminta agar orang tuanya membelikannya HP. HP yang digunakan oleh Ag adalah Sony Ericson W 200i denganprovider IM3. Pulsa yang biasanya dihabiskan oleh Ag selama sebulan sebesar Rp 50.000.

j. Lr

(68)

D. Hasil Analisis Data Penelitian

1. Apa yang dialami oleh mahasiswa yang menggunakan HP?

Dari wawancara secara keseluruhan, dapat terungkap bagaimana pengalaman subyektif terhadap HP pada mahasiswa berusia 18 sampai 24 tahun. Pengalaman ini dapat terungkap melalui alasan mahasiswa memiliki HP yaitu, karena dibelikan oleh orang tua sebagai fasilitas untuk berkomunikasi dan meminta agar orang tua membelikan HP karena akan ke luar kota dan karena sudah banyak teman di sekolah yang memiliki HP. Selain itu, pengalaman subyektif terhadap HP juga dapat terlihat dari motivasi mereka untuk memiliki HP, dimana terdapat dua motivasi para mahasiswa ini menggunakan HP, yaitu karena dengan adanya HP maka komunikasi pun menjadi lebih praktis. Kepraktisan di sini artinya kepraktisan dalam hal dihubungi oleh orang lain dan menanyakan sesuatu yang sifatnya sepele. HP juga dapat digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh dengan orang tua dan teman-teman. Selain itu, para mahasiswa memiliki HP dengan dua alasan, yaitu karena diberikan orang tua sebagai fasilitas dan meminta agar orang tua membelikan HP karena mengikuti kegiatan ke luar kota dan sudah banyak teman di sekolah yang memiliki HP.

(69)

misalnya dengan keluarga dan teman-teman organisasi. Komunikasi yang terjalin kepada lebih dari satu orang dan mendapatkan komunikasi dari seseorang juga.

Melalui perasaan dan penilaian terhadap HP pun kita dapat mengungkap bagaimana pengalaman subyektif para mahasiswa terhadap penggunaan HP. Dengan memiliki HP berarti sudah mengikuti perkembangan zaman, menunjukkan gaya dan tidak ketinggalan zaman. Informan pun menjadi tergantung dan dan sudah terbiasa menggunakan HP. Hal ini tampak dari perilaku dimana HP selalu dibawa kemanapun, ekspresi perasaan negatif yang dirasakan jika lepas dari HP dan ekspresi perasaan positif jika berada dekat dengan HP.

2. Bagaimana pengalaman menggunakan HP tersebut dialami oleh

mahasiswa?

Ada beberapa macam pengalaman yang mencerminkan bagaimana proses menggunakan HP tersebut dialami oleh para mahasiswa.

Tabel 4. Data Sintesis Pengalaman

Deskripsi Tekstural (Apa yang dialami)

Deskripsi Struktural (Bagaimana mengalaminya?)

Makna HP pada mahasiswa 1. Alasan memiliki HP Alasan mahasiswa memiliki HP,

karena:

Minta dibelikan ortu, dengan alasan:

(70)

- Mau kuliah ke Yogyakarta - Maustudy tourke Bandung - Mau ke Malang ada acara

gereja

- Karena di sekolah sudah banyak teman yang pakai HP

Dikasih ortu, sebagai: - Fasilitas

- Hadiah ulang tahun

Motivasi mahasiswa memiliki HP, karena:

 komunikasi jadi lebih enak  keperluan komunikasi karena

jauh dari ortu & teman-teman  lebih mudah dihubungi  praktis

 tidak repot untuk menanyakan sesuatu yang sepele

 butuh untuk komunikasi

 ingin beli barang yang berguna, bisa dibawa kemana-mana  jaman sekarang sudahmobile

Kebutuhan komunikasi 2. Motivasi memiliki HP

 sekarang sudah zaman

globalisasi, sudah banyak fitur-fiturnya mulai dari buat

merekam video, suara dan internetan

 supaya gaya, ga katrok  untuk kemajuan jaman

 sudah jamannya orang pake HP  di sekolah, sudah banyak teman

yang menggunakan HP

Tuntutan zaman (supaya modern)

3. Penggunaan HP dalam keseharian

Dalam keseharian, HP digunakan untuk:

 Manfaat utama untuk sms &

(71)

telepon

 Alat komunikasi untuk

berkomunikasi dengan banyak orang

 Berkomunikasi kepada lebih dari satu orang dan untuk mendapatkan komunikasi dari seseorang juga

 Untuk menghubungi keluarga dan kegiatan organisasi  Alat yang digunakan manusia

untuk berinteraksi dengan manusia lainnya dengan jarak yang cukup jauh

 Telepon yangportable,bisa dibawa kemana-mana

- cepat - efisien - lengkap - wajib

 “ Kemanapun dibawa”  Tidak bisa lepas dari HP

 Ekspresi perasaan lepas dari HP (kehilangan, takut, cemas, khawatir, sedih, bingung)  Ekspresi perasaan dekat dengan

HP (senang, aman, nyaman, aman)

 Ketagihan

 Tergantung pada HP  Sudah terbiasa pakai HP  Pengganti figur orang lain  Dapat menghadirkan orang lain

Sangat lekat Sangat tergantung 4. Perasaan dan penilaian

terhadap HP

 Ya asik sih karena apa, gaya bo! Ya kan hari gini orang-orang pake Hp, jadi kalo aku pake Hp kan ya sudah sesuai dengan tuntutan zaman tuntutan penampilan

 Tuntutan orang akan teknologi semakin tinggi jadi aku lebih milih pake Hp

 Kayaknya zaman kayak gini ga punya handphone kayaknya tu rasanya gimana gitu kemana-mana udahmobile. biar ga katrok, biar di paingan tapi ga bolehndeso

Ndeso tenan..ketinggalan zaman

Gambar

Tabel 1. Panduan Pertanyaan Wawancara
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Wawancara
Tabel 4. Data Sintesis Pengalaman
Tabel 5. “Ekspresi Perasaan jika lepas dari HP”
+2

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Elektron valensi logam tidak erat terikat (energi ionisasi rendah).Logam alkali hanya mempunyai satu elektron valensi, sedangkan logam transisi dapat menggunakan lebih

(Togashi:2006) pada contoh (1), senshuu tabeta karee wo omoidashite merupakan kalimat dengan konteks yang bersifat lampau yaitu mengingat kare yang dimakan minggu lalu,

A DENGAN POST OP LAPORAN PENDAHULUAN

URL laman penyelenggara, URL media sosial panitia penyelenggara, atau URL berita pada surat kabar yang merilis informasi proses pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan dan/atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relevansi antara materi pokok yang terdapat pada buku tematik guru dan siswa kelas III kurikulum 2013 revisi 2018 dengan ruang lingkup

Grafik gambar juga menunjukkan pengaruh besarnya ujung permukaan elektroda yaitu untuk elektroda jarum dengan ukuran 0.2 ; 0.4; 0.6 mm dan 5 mm untuk elektroda rod

Perancangan mobile application dengan menggunakan android untuk dapat mengatur sistem pendingin ruangan dan menampilkan pemakaian energi listrik melalui KWH M eter.. 1.3 Tujuan