• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan menganalisis dan mengevaluasi pada pelajaran IPA kelas V SD Kanisius, Wirobrajan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan menganalisis dan mengevaluasi pada pelajaran IPA kelas V SD Kanisius, Wirobrajan - USD Repository"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN

MIND MAP

TERHADAP

KEMAMPUAN MENGANALISIS DAN MENGEVALUASI PADA

PELAJARAN IPA KELAS V DI SD KANISIUS WIROBRAJAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

MARDIANI TITIK RAHAYU ANDAYANI

081134127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH PENGGUNAAN

MIND MAP

TERHADAP

KEMAMPUAN MENGANALISIS DAN MENGEVALUASI

PADA PELAJARAN IPA KELAS V DI SD KANISIUS

WIROBRAJAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

MARDIANI TITIK RAHAYU ANDAYANI

081134127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

(3)
(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

1.

Tuhan Yesus Kristus penopang dan pemberiku harapan.

2.

Almarhum ayah, yang selalu memberikan semangat

melalui mimpi-mimpiku.

3.

Ibuku tercinta yang telah mengajariku arti kehidupan,

dan senantiasa menyebutkan namaku disetiap doanya.

4.

Kakak-kakakku tersayang.

5.

Seseorang yang selalu membantu, mendukung dan

memberiku semangat.

(6)

v

MOTTO

“Kita semua adalah guru, atau seharusnya menjadi

guru. Siapapun yang mengisahkan pengalaman pada

orang lain adalah guru. Tidak menularkan pengalaman

A

nda berarti mengkhianatinya”.

~Elie Wiesel~

Chicken Soup for The Soul

“Sebab Tuhan menyelidiki segala hati, dan mengerti

segala niat dan cita-

cita”.

(1 Tawarik 28: 9b)

(7)
(8)

vii

(9)

viii

ABSTRAK

Nama: Mardiani Titik Rahayu Andayani NIM: 081134127

Tahun: 2012

PENGARUH PENGGUNAAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN

MENGANALISIS DAN MENGEVALUASI PADA PELAJARAN IPA KELAS V DI SD K WIROBRAJAN

Kata kunci : metode mind map, kemampuan kognitif menganalisis, kemampuan kognitif mengevaluasi, mata pelajaran IPA, peristiwa alam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mind map terhadap 1) kemampuan kognitif menganalisis siswa, dan 2) kemampuan kognitif mengevaluasi siswa kelas V SD K Wirobrajan Yogyakarta pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 pada matapelajaran IPA materi peristiwa alam yang pernah terjadi di Indonesia, baik peristiwa yang di darat, laut, maupun udara.

Desain penelitian ini adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent

control group design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD K Wirobrajan

yang terdiri dari kelas VA sebanyak 32 siswa sebagai kelompok eksperimen, dan kelas VB sebanyak 35 siswa sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian ini menggunakan 6 soal essai untuk mengukur kategori kognitif siswa. Instrumen tersebut telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas berdasarkan analisis statistik. Teknik pengumpulan datanya menggunakan pretest dan posttest pada kedua kelompok. Selanjutnya data ditabulasikan dalam excel, lalu dilakukan uji normalitas data, dilanjutkan uji perbedaan skor rata-rata pretest dan posttest, kemudian menguji perbedaan selisih rata-rata pada kelompok kontrol dan eksperimen.

(10)

ix

ABSTRACT

Name: Mardiani Titik Rahayu Andayani NIM : 081134127

Year : 2012

THE INFLUENCE OF USING MIND MAP TO THE ABILITY OF

ANALYZING AND EVALUATING SKILL ON SCIENCE SUBJECTS FOR FIFTH GRADE OF KANISIUS WIROBRAJAN ELEMENTARY SCHOOL

Keywords : Mind map method, analyzing cognitive ablity, evaluating cognitive ability, science subjects, nature insident.

The purpose of this research is to know the implementatiton of mind map method to 1). the cognitive ability of analyzing, and 2). the cognitive ability of evaluating of the fifth grade students at Kanisius Wirobrajan Elementary School in second semester 2011/2012 in science lesson with the matter about nature insident which have happened in Indonesia, whether in land, sea, or air.

The design of the research is quasi-experimental design with non-equivalent control group design type. The subject of this research are fifth grade students at Kanisius Wirobrajan Elementary School, which are 32 students in class A as experiment group, and 35 students in class B as control group. The

instruments of this reserach are 6 essay questions to measure student’s cognitive

category. Those instruments already completed the condition of validity and realibility based on the analyze of statistic. The technique of data gathering used pretest and posttest for thse groups of students. The data then was tabulated in excel, and the data normality was done. After that, the difference between pretest an posttest average score was tested. Then the last one, the difference of average dispute between control group and experiment group was tested.

The result showed that 1). there is an influence of mind map method

implementation to the student’s cognitive ability of analyzing. It was showed by

the price of Sig.(2-tailed), 0,000 (or < 0, 05), and 2). there is an influence of mind mapmethod implementation to the student’s cognitive ability of evaluating. It was showed by the price of Sig.(2-tailed), 0,000 (or < 0, 05).

(11)

x

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penyelenggara kehidupan yang telah menganugerahkan rahmat berlimpah

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Mind map terhadap Kemampuan Menganalisis dan Mengevaluasi pada Pelajaran IPA Kelas V di SD Kanisius Wirobrajan”. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat kelulusan program S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Kepala Program Studi PGSD USD sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang selalu meluangkan waktu pikiran dan tenaga, memberi perhatian serta berbagai kemudahan selama penyusunan skripsi ini.

3. Elga Andriana, S.Psi.,M.Ed, selaku Wakil Kepala Program Studi dan sebagai Pembimbing II yang memberikan bimbingan dan sumbang saran demi terwujudnya skripsi ini.

4. Hr. Klidiatmoko, Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan beserta staf yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan berbagai kemudahan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian.

5. Agustina Wahyu Utami, guru mitra yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga demi kelancaran kegiatan penelitian.

6. Seluruh dosen Program Studi PGSD yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis.

(12)

xi

8. Ibu tersayang Sri Widi Hartati yang senantiasa selalu memberikan dukungan spiritual, mental, dan finansial.

9. Kekasih hati, kakak-kakakku tersayang, sepupu-sepupu, dan teman-teman, yang selalu memberikan doa, semangat, perhatian, dan dukungan demi terselesainya skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Mengingat kemampuan penulis yang masih terbatas, dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

Judul Hal

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...3

1.3Tujuan Penelitian ...4

1.4Manfaat Penelitian ...4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 6

2.1.1 Metode Pembelajaran Mind map ... 6

2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif Anak ... 6

2.1.1.2 Alasan Penggunaan Mind map dalam Pembelajaran ... 9

2.1.1.3 Pengertian Mind map ... 11

2.1.2 Proses Kognitif Menganalisis dan Mengevaluasi Anak ... 14

2.1.2.1 Proses Kognitif Menganalisis ... 14

(14)

xiii

2.1.3 Mata Pelajaran IPA ... 16

2.1.3.1 Hakikat IPA ... 16

2.1.3.2 Pentingnya IPA di SD ... 17

2.1.3.3 Materi Ajar ... 18

2. 2 Penelitian-penelitian yang Relevan ... 20

2.2.1 Penelitian-penelitian Mind map ... 20

2.2.2 Penelitian-penelitian Proses Kognitif ... 22

2.2.3 Literatur Map ... 24

2.3 Kerangka Berpikir ... 25

2.4 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Populasi dan Sampel ... 28

3.3 Waktu Penelitian ... 29

3.4 Variabel Penelitian ... 30

3.5 Definisi Operasional ... 31

3.6 Instrumen Penelitian ... 32

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

3.8 Teknik Pengumpulan data ... 36

3.9 Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.1.1 Pengaruh Penggunaan Mind Map terhadap Kemampuan Menganalisis ... 41

4.1.2 Pengaruh Penggunaan Mind Map terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 48

4.1.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 55

4.2 Pembahasan ... 56

4.2.1 Pengaruh Penggunaan Mind Map terhadap Kemampuan Menganalisis ... 56

(15)

xiv

4.2.2 Pengaruh Penggunaan Mind Map terhadap

Kemampuan Mengevaluasi ... 57 4.3 Keterbatasan Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 60 5.2 Saran ... 60

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Judul Hal

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian ...29

Tabel 2. Matriks pengembangan instrumen ...33

Tabel 3. Hasil uji validitas 1 di SD K Sengkan ...34

Tabel 4. Hasil uji validitas 2 di SD K Sorowajan ...35

Tabel 5. Kriteria koefisien reliabilitas ...35

Tabel 6. Uji reliabilitas 1 dan 2 ...36

Tabel 7. Pengumpulan data dan instrumen ...36

Tabel 8.Uji normalitas kemampuan menganalis dengan Kolmogorov Smirnov ...42

Tabel 9.Perbandingan skor pretest pada kemampuan menganalisis ...44

Tabel 10.Perbandingan skor pretest ke posttest pada kemampuan menganalisis ...45

Tabel 11. Penghitungan skor selisih pada kemampuan menganalisis ...45

Tabel 12. Uji normalitas data selisih skor pada kemampuan menganalisis dengan Kolmogorov Smirnov ...46

Tabel 13. Uji perbedaan selisih skor antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan menganalisis ...47

Tabel 14. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov ...49

Tabel 15. Perbandingan skor pretest pada kemampuan mengevaluasi ...50

Tabel 16. Perbandingan skor pretest ke posttest pada mengevaluasi ...51

Tabel 17. Penghitungan skor selisih pada kemampuan mengevaluasi ...52

Tabel 18. Uji normalitas data selisih skor dengan Kolmogorov Smirnov ...53

Tabel 19. Uji perbedaan selisih skor antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen pada kemampuan mengevaluasi ...54

Tabel 20. Rangkuman uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov ...55

Tabel 21. Rangkuman skor pretest ...55

Tabel 22. Rangkuman perbandingan skor pretest ke posttest ...55

Tabel 23. Rangkuman perhitungan selisih ...55

Tabel 24. Rangkuman uji normalitas selisih ...55

Tabel 25. Rangkuman uji beda selisih ...56

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Judul Hal

Gambar 1. Piramida Taksonomi Bloom ... 7

Gambar 2. Contoh bentuk mind map ... 14

Gambar 3. Bencana gunung meletus, tsunami, banjir ... 18

Gambar 4. Bencana gempa bumi ... 19

Gambar 5. Bencana puting beliung ... 20

Gambar 6. Bencana tanah longsor ... 20

Gambar 7. Bentuk rangkaian literatur map ... 24

Gambar 8. Bentuk kerangka hipotesis ... 26

Gambar 9. Rangkaian variabel independen dan dependen ... 31

Gambar 10. Grafik perbandingan skor pretest-posttest kemampuan menganalisis ...47

Gambar 11. Grafik perbandingan selisih skor pretest-posttest kemampuan menganalisis ...47

Gambar 12. Grafik perbandingan skor pretest-posttest kemampuan mengevaluasi ...54

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Hal

Lampiran 1. Silabus kelompok kontrol ... 65

Lampiran 2. RPP Kelompok kontrol ... 67

Lampiran 3. Silabus kelompok eksperimen ... 74

Lampiran 4. RPP Kelompok eksperimen ... 83

Lampiran 5. Instrumen pengumpul data (soal pretest-posttest) ... 97

Lampiran 6. Kunci jawaban ... 100

Lampiran 7. Rubrik Penilaian ... 102

Lampiran 8. Uji Validitas pertama ... 104

Lampiran 9. Uji Validitas kedua ... 105

Lampiran 10. Uji Reliabilitas pertama ... 106

Lampiran 11. Uji Reliabilitas kedua ... 107

Lampiran 12. Tabulasi skor menganalisis kelompok kontrol ... 108

Lampiran 13. Tabulasi skor menganalisis kelompok eksperimen ... 109

Lampiran 14. Rangkuman tabulasi skor menganalisis ... 110

Lampiran 15. Tabulasi skor mengevaluasi kelompok kontrol ... 111

Lampiran 16. Tabulasi skor mengevaluasi kelompok eksperimen ... 112

Lampiran 17. Rangkuman tabulasi skor mengevaluasi... 113

Lampiran 18. Uji normalitas data menganalisis dengan Kolmogorov Smirnov ... 114

Lampiran 19.Uji perbandingan skor pretest pada kemampuan menganalisis ... 114

Lampiran 20.Uji perbandingan skor pretest ke posttest pada kemampuan menganalisis ... 115

Lampiran 21. Uji normalitas data selisih pada kemampuan menganalisis ... 116

Lampiran 22. Uji beda selisih pada kemampuan menganalisis ... 116

Lampiran 23. Uji normalitas data mengevaluasi dengan Kolmogorov Smirnov ... 117

Lampiran 24.Uji perbandingan skor pretest pada kemampuan mengevaluasi ... 117

(19)

xviii

Lampiran 25.Uji perbandingan skor pretest ke posttest pada

kemampuan mengevaluasi... 118

Lampiran 26. Uji normalitas data selisih pada kemampuan mengevaluasi ... 119

Lampiran 27. Uji beda selisih pada kemampuan mengevaluasi ... 119

Lampiran 28. Rekapitulasi hasil koreksi soal pretest kelompok kontrol kemampuan menganalisis ... 120

Lampiran 29.Rekapitulasi hasil koreksi soal posttest kelompok kontrol kemampuan menganalisis ... 120

Lampiran 30. Rekapitulasi hasil koreksi soal pretest kelompok eksperimen kemampuan menganalisis ... 121

Lampiran 31. Rekapitulasi hasil koreksi soal posttest kelompok eksperimen kemampuan menganalisis ... 121

Lampiran 32. Rekapitulasi hasil koreksi soal pretest kelompok kontrol kemampuan mengevaluasi... 122

Lampiran 33. Rekapitulasi hasil koreksi soal posttest kelompok kontrol kemampuan mengevaluasi ... 122

Lampiran 34. Rekapitulasi hasil koreksi soal pretest kelompok eksperimen kemampuan mengevaluasi ... 122

Lampiran 35. Rekapitulasi hasil koreksi soal posttest kelompok eksperimen kemampuan mengevaluasi ... 123

Lampiran 36. Mind map hasil karya siswa... 124

Lampiran 37. Foto-foto penelitian ... 133

Lampiran 38. Surat ijin penelitian dari FKIP ... 144

Lampiran 39. Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 145

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan empat bagian, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Keempat bagian tersebut akan diuraikan dalam subbab-subbab berikut.

1.1Latar Belakang

Seorang siswa didik mampu berkembang lebih baik dan semakin baik jika mendapatkan motivasi, baik itu dari keluarga, lingkungan sekitar, lingkungan sekolah, dan yang terpenting dari dirinya sendiri. Dalam hal ini, yang menjadi acuan penting adalah bentuk motivasi yang diberikan pihak sekolah terhadap siswanya. Yang dimaksudkan dengan pihak sekolah adalah bagaimana seorang guru memberikan pengajaran yang memacu perkembangan kognitif siswa didik. Oleh karenanya, sangat ditekankan bagi seorang guru untuk memberikan kelonggaran bagi siswanya untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya. Kelonggaran yang dimaksudkan tersebut dapat membuat suatu kegiatan belajar menjadi lebih nyaman, dan menuntut pengembangan kognitif siswa didik(mulai dari pengembangan kognitif yang paling sederhana hingga kompleks, yaitu dari kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta). Tahap per tahap pengembangan kognitif tersebut harus diperhatikan sejak dini, karena dengan cara seperti ini siswa menjadi terbiasa untuk berpikir dengan tingkatan komplektisitas yang semakin tinggi atau rumit.

Dengan hal-hal tersebut di atas, tentu saja perkembangan kognitif siswa didik semakin berkembang, semakin mengerti apa yang mereka hadapi. Setiap tahapan kemampuan kognitif tersebut di atas, apabila mampu dicapai dengan maksimal, hasil yang diperoleh pun akan menjadi semakin maksimal. Dengan kemampuan kognitif yang semakin dan terus dikembangkan, siswa didik menjadi lebih mampu menerima hal-hal baru yang lebih kompleks. Misalnya dengan kemampuan menganalisis, siswa didik pasti menjadi lebih jeli dan teliti terhadap suatu hal, lebih mampu memerinci materi pelajaran, sehingga mudah untuk dipahami. Begitu pula dengan kemampuan mengevaluasi, apabila diasah, mampu

1

(21)

membuat siswa memilih prioritas yang terbaik dari berbagai pertimbangan yang ada yang harus dilihat secermat mungkin.

Hal tersebut di atas ternyata berbanding terbalik dengan realita yang terjadi. Misalnya saat siswa didik dituntut untuk tenang mendengarkan ceramah dari gurunya. Siswa didik tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas mereka. Guru kurang begitu memperhatikan ketercapaian level kognitif secara maksimal, karena guru hanya cenderung berhenti saat siswa telah mencapai level kognitif mengingat dan menghafal. Bloom (1982:310) mengungkapkan bahwa very few learning tasks provided in the schools require neurological or other capabilities which exceed that potentially avaiable to most humans. Dari apa yang telah diungkapkan Bloom tersebut nampak jelaslah, bahwa memang sangat memprihatinkan pembelajaran yang kurang memperhatikan perkembangan otak siswa, dalam hal ini adalah kemampuan kognitif siswa.

Dari apa yang dijelaskan di atas, nampak bahwa ketercapaian kognitif seorang siswa didik selain dipengaruhi oleh siswa didik itu sendiri, ternyata yang paling krusial adalah dari sisi guru pendidiknya. Seberapa mampu seorang guru memberikan peluang kepada siswa untuk bisa mengembangkan kognitif siswanya hingga taraf yang paling kompleks, yaitu mencipta. Hal yang dijelaskan seperti tersebut di atas apabila dibiarkan akan menimbulkan banyak dampak negatif terhadap kognitif siswa didik. Mengenai keseimbangan otak misalnya. Antara otak kanan dan kiri harus memiliki keseimbangan dan memiliki porsi yang seimbang dan proporsional, sehingga mampu berkembang dengan baik. Tetapi jika level kognitif anak hanya sampai pada level mengingat atau maksimal hanya mencapai level memahami, tentu keseimbangan otak tidak dapat tercapai dengan baik.

(22)

3

mind map ini, diduga kemampuan kognitif siswa dapat terwujud hingga jenjang kemampuan kognitif yang terkompleks. Dengan demikian, mind map, mampu memacu baik dari sisi siswa maupun guru untuk menuju pada ketercapaian kemampuan kognitif siswa di level tertinggi, karena mind map merupakan satu kesatuan kategori utuh yang harus diterapkan secara bersamaan antara otak kanan dan kiri siswa didik.

Bloom dalam Anderson (2010:44-45) mengemukakan bahwa terdapat 6 kategori pada dimensi proses kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Penelitian ini dibatasi untuk menganalisis dan mengamati tahapan kemampuan kognitif, yang sesuai dengan 6 aspek kemampuan kognitif yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu

yang meliputi kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Detail yang akan dibahas dari keenam aspek tahapan kemampuan kognitif yaitu kemampuan menganalisis dan mengevaluasi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

a. Apakah penggunaan metode mind mapberpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan kognitif menganalisis siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Tahun Ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA?

b. Apakah penggunaan metode mind map berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan kognitif mengevaluasi siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Tahun Ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA?

(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan dalam rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind mapterhadap kemampuan kognitif menganalisis siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Tahun Ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA.

b. Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan kognitif mengevaluasi siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Tahun Ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Guru

Memberikan gambaran yang jelas mengenai pembelajaran dengan metode mind map. Sehingga guru bisa mengusahakan agar kemampuan kognitif siswanya dapat tercapai secara maksimal dengan menggunakan metode mind map ini.

b. Siswa

Memahami metode mind map, dan timbul ketertarikan untuk selalu membuat mind map untuk memudahkan hidupnya, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya.

c. Sekolah

Tuntunan langkah memajukan prestasi peserta didiknya dengan kemampuan kognitif maksimal melalui metode mind map.

d. Peneliti

Melalui karya tulis ini penulis menjadi dapat lebih memahami intisari penelitian ini (cara penulisan, maksud penelitian, dan isinya), sehingga dapat dipraktekan dengan benar sesuai dengan prosedur.

e. Mahasiswa

(24)

5

bagaimana bentuk pembelajaran yang mampu mengaktifkan koordinasi otak kanan dan kiri serta kemampuan kognitif siswa didik hingga level tertinggi. f. Universitas Sanata Dharma

Dapat memberikan tambahan referensi bacaan mengenai pendidikan yang inovatif.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II landasan teori ini berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka memuat teori-teori yang relevan, dan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang memberikan penguatan. Hal ini selanjutnya dirumuskan pada kerangka berpikir, dan hipotesis yang berisi dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.

2.1.Kajian Pustaka

2.1.1.Metode Pembelajaran Mind map

Banyak hal yang akan mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pembelajaran, di antaranya adalah metode yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan metode mind map. Metode mind map ini sudah disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak.

2.1.1.1. Teori Perkembangan Kognitif Anak

Perkembangan anak menjadi acuan penting dalam pembelajaran. Karena itu, mind map merupakan pilihan yang telah disesuaikan dengan pertimbangan kognitif seorang anak, dalam hal ini adalah peserta didik. Sehingga metode yang akan digunakan merupakan metode yang tepat yang dapat digunakan untuk mempelajari suatu materi yang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.

Model taksonomi Bloom memetakan proses kognitif yang terjadi dalam pembelajaran ke dalam 6 level kategori dari yang paling kurang kompleks (remember, mengingat, menghafal) ke yang paling kompleks (create, mencipta) (Anderson, 2010: 100-102 ). Level tersebut meliputi level mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Level-level kognitif dalam taksonomi Bloom selalu menunjukan peningkatan kognitif siswa didik, sehingga mampu memacu siswa untuk dapat menyelesaikan masalah dengan berpikir kritis. Penggunaan mind map tentu saja juga sejalan dengan pernyataan tersebut, karena banyak sekali keuntungan yang

(26)

7

dapat dipetik oleh anak atau peserta didik. Mind map dapat dibuat sesuai dengan perkembangan otak/kognitif anak, bahkan perubahan model dengan menggunakan mind map ini dapat memacu perkembangan kognitif anak mulai dari level paling sederhana hingga level kognitif yang paling rumit.

Berikut ini adalah penjelasan dari apa yang telah disinggung di atas mengenai keenam level dalam model Taksonomi Bloom.

Gambar 1. Piramida Taksonomi Bloom

Perkembangan kognitif sengaja digambarkan dalam sebuah piramid, yang semakin lama semakin meruncing menuju puncak tertinggi. Piramida

tersebut menampakkan bahwa semakin mengalami peningkatan dan

pengerucutan, yakni tahap mencipta (create) yang merupakan tataran paling tinggi atau kompleks. That cognitive entry characteristics can be altered to a large degree at many stages in the learning careers of individuals if appropriate learning conditions are provided (Bloom, 1982:43). Dengan menggunakan piramida tersebut, diharapkan rancangan pembelajaran menjadi semakin terarah yang selalu mengacu pada pengembangan intelektual dan kognitif siswa yang semakin kompleks. Seperti yang diungkapkan oleh Anderson (2010:158) bahwa taksonomi pendidikan dirancang dengan sebaik-baiknya sebagai kerangka pikir untuk merencanakan pembelajaran.

Mirip dengan apa yang telah diungkapkan oleh Bloom, Peter A. Facione (1990)juga mengatakan bahwa ada enam kecakapan dalam berpikir kritis dimensi

kognitif sebagai berikut: ”The experts find CT to include cognitive skills in (1) interpretation, (2) analysis, (3) evaluation, (4) inference, (5) explanation and (6) self-regulation” (Facione, 1990: 4). Dari apa yang diungkapkan oleh Facione dan Bloom, dapat ditarik suatu kenyataan bahwa kemampuan menganalisis dan

(27)

mengevaluasi dalam tahap pengembangan kognitif mempunyai andil yang sangat besar.

Sedangkan Piaget dalam Husdarta, (2010:166-168), menjelaskan proses-proses penting perkembangan jiwa, yaitu fungsi, struktur dan konten. Terdapat dua fungsi kognitif yaitu organisasi dan adaptasi. Yang dimaksud dengan organisasi yaitu pensistematisasian berbagai informasi yang didapat dan menempatkan informasi tersebut dalam suatu keteraturan. Pengorganisasian ini juga sangat membantu siswa dalam menganalisis suatu hal atau pengalaman atau ilmu pengetahuan yang diterimanya, karena pengklasifikasiannya pun menjadi semakin jelas. Sedangkan yang dimaksud dengan adaptasi yaitu merupakan proses mencari keseimbangan antara pengetahuan yang saat ini diketahui dengan pengalaman ataupun masalah yang akan dihadapi. Karena dalam mencari keseimbangan seperti itulah anak ataupun peserta didik sedang belajar untuk

mengevaluasi dan mengolaborasikan pengetahuan-pengetahuan yang

diketahuinya, yang negatif tentu saja dijadikan acuan agar dihindari, dan yang positif tentu saja akan terus dikembangkan dan dipadukan dengan pengetahuan-pengetahuan baru berikutnya.

Husdarta (2010:167) menjelaskan bahwa Piaget mengungkapkan adaptasi meliputi dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu merupakan suatu proses pembauran dan penyesuaian antara informasi yang baru didapatkan ke dalam struktur kognitif yang sudah ada. Sedangkan akomodasi, yaitu proses pembaharuan atau modifikasi informasi maupun struktur kognitif yang telah ada menjadi bentuk lain yang bisa jadi dalam bentuk persepsi, pengalaman, dan ide-ide yang lebih kompleks. Penstrukturan unit-unit pengetahuan atau informasi menurut Piaget ini sangat jelas adanya, unit skema-skema yang ada terkandung pada sebuah skema-skemata yang sangat terstruktur.

Nur dalam Trianto (2010:70), menjelaskan bahwa Piaget

(28)

9

a. Sensorimotor (0-2 tahun)

Pemahaman diperoleh melalui pengalaman sensoris yang disertai dengan aksi motorik (tindakan fisik) sehingga tindakkannya bersifat refleksif dan instingtif.

b. Pra-Operasional (2-7 tahun)

Pemahaman didapat dari gambar, kata, coretan. Dalam tahapan ini anak masih bersifat egosentrisme dan sentralisme.

c. Operasional-Konkret (7-11 tahun)

Dalam Safitri (2012), Piaget mengungkapkan bahwa pada sekitar usia 7-11 tahun, anak mampu melakukan tindakan operatif, dan nalar logis menggantikan nalar intuitif sepanjang nalar tersebut bisa diterapkan pada contoh spesifik dan konkret. Anak mampu memahami suatu percakapan, dan berpikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, mengklasifikasikan, serta mampu mengurutkan suatu objek berdasarkan skala prioritas. Di dalam tahapan usia ini merupakan saat-saat seorang anak dalam tingkatan Sekolah Dasar, sangat nampak kemampuan kognitifnya untuk menganalisis yaitu dengan mengklasifikasikan, dan tingkatan kemampuan untuk mengevaluasi juga sangat ditonjolkan dalam fase ini karena anak mampu mengurutkan berdasarkan skala prioritas.

d. Operasional-Formal ( >11 tahun)

Dalam tahapan ini anak mampu berpikir berdasarkan pengalaman konkret , idealis, dan lebih abstrak logis.

Berdasarkan perkembangan-perkembangan kognitif tersebut, yang akan menjadi landasan bagaimanakah bentuk pembelajaran yang seharusnya dilakukan, agar seluruh aspek kogitif anak mampu tercapai dengan maksimal.

2.1.1.2. Alasan Penggunaan Mind map dalam Pembelajaran

Bloom (1982: 33) mengungkapkan bahwa where there is great variation in the possession of prior requisite learning, there is likely to be great variation in

(29)

the level of achievement of the new task or in the time required to reach the criteria of achievment. Terdapat variasi model pembelajaran yang mencakup aspek kognitif secara kompleks dan juga yang berkaitan dengan seni. Aspek kognitif seperti yang telah dijelaskan di atas (baik menurut Bloom, Piaget maupun Facione). Model pembelajaran yang dimaksudkan adalah model pembelajaran Mind map. Penggunaan model pembelajaran mind map seperti inilah yang membuat keseluruhan aspek diri peserta didik mampu dibangun dengan baik. Karena dalam model pembelajaran ini peserta didik mampu memahami materi yang dipelajarinya, dan mengembangkan keenam tahapan kognitif (mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta), yaitu dengan cara menggambar peta konsep atau yang lebih dikenal dengan mind map. Hal ini secara langsung terlihat antara keselarasan perkembangan antara otak kanan dan otak kiri dengan baik.

Metode pembelajaran mind map seperti inilah yang seharusnya dikembangkan, selain agar peserta didik memahami materi yang dipelajari, serta menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, metode mind map ini juga sangat sesuai untuk mengukur perkembangan tingkat kognitif para peserta didik. Padji (1992:31) menjelaskan perbedaan prinsip kerja antara otak kanan dan otak kiri manusia. Yang termasuk dalam kerja otak kiri antara lain menjelaskan dengan kata-kata, mengingat dengan bahasa, berpikir secara bertahap, bekerja dengan fakta, menganalisis, berpikir logis, tugas praktis, kegiatan terpola, organisasi. Sedangkan yang termasuk kerja otak kanan antara lain yaitu menjelaskan dengan gambar, mengingat dan bekerja dengan gambaran/bayangan, berpikir secara global, membuat sintesis/perpaduan, improvisasi.

(30)

11

hal ini adalah metode mind map-lah, yang mampu menstabilkan dan menyeimbangkan kinerja kedua otak.

Hal tersebut memperkuat penggunaan mind map sebagai metode pembelajaran. Bentuk pembelajaran dengan menggunakan mind map ini sangat efektif dan fleksibel untuk bisa diterapkan pada macam-macam mata pelajaran, tidak hanya Ilmu Pengetahuan Alam saja. Mind map mempermudah siswa untuk mengerti materi pembelajaranuntuk jangka panjang. Siswa dapat menganalisis dan mengevaluasi apa yang sebenarnya mereka tangkap dari materi yang dipelajarinya, hingga pada kesimpulan yang dapat diperoleh. Dengan seperti ini, semua bagian otak akan berkembang secara seimbang, yang akan berdampak pada perkembangan kognitif yang menjadi semakin pesat.

2.1.1.3. Pengertian Mind map

Pada dasarnya mind map merupakan model pembelajaran dengan menggunakan gambar bercabang yang merupakan perkembangan dari suatu materi tertentu.

Mind map memiliki fungsi ganda, yaitu selain dapat membantu suatu perencanaan, membantu pengingatan terhadap suatu hal (dalam hal ini adalah materi pelajaran), membantu pemecahan masalah, juga mampu mengembangkan kekuatan berpikir peserta didik.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa keseimbangan otak sangatlah diperlukan untuk bisa mengembangkan tingkat kognitif menjadi lebih baik, menuju tingkatan level yang semakin tinggi. Hal tersebut berarti mind map bersifat sangat fleksibel dan cukup mengambil peran dalam hal perkembangan otak. Semakin banyak jumlah mind map yang dibuat, semakin aktif dan berkembang pula otak, karena dilatih untuk terus membuat mind map, yang secara tidak langsung selalu mengaktifkan kedua belah otak, yaitu otak kanan dan otak kiri.

Mind map harus dilakukan mulai sejak dini, dalam hal ini adalah tingkatan Sekolah Dasar. Karena proses pembentukan pada diri peserta didik

(31)

menjadi lebih mudah untuk membiasakan menggunakan mind map untuk pemecahan masalah sehari-hari maupun untuk mempermudah pemahaman terhadap materi ajar yang dipelajarinya. Karena pada dasarnya, konsep tidak hanya tersebar secara independen, tetapi harus dihubungkan dan diatur (Boerce, 2009:85). Hal tersebutlah yang membuat mind map mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari karena dalam mind map mengandung unsur mengkaitkan dan mengatur yang dibantu dengan gambar dalam pemetaan memori.

Mind map adalah bentuk istimewa pencatatan dan perencanaan yang bekerja selaras dengan otak untuk memudahkan mengingat (Buzan, 2007:20). Mind map merupakan alat otak yang sangat luar biasa. Karena secara langsung maupun tidak, peserta didik diajak untuk berpikir lurus dan memencar, dan tentu saja ini merupakan kerja otak yang luar biasa, terlebih saat otak mampu membahasakan gambar maupun materi tertentu, dan menggambarkannya dalam suatu kata kunci yang akan dituangkannya pada mind map yang dibuatnya. Peserta didik menjadi lebih pandai untuk mencari kata kunci, dan meningkatkan memori fotografis mereka melalui gambar yang akan dicantumkannya pada mind map.

Buzan (2006:60-61) mengungkapkan bahwa mind map adalah alat otak yang luar biasa, karena melibatkan kedua sisi otak, yaitu menggunakan gambar, warna, dan imajinasi (wilayah otak kanan), dan menggunakan kata, angka, dan logika (wilayah otak kiri).Menganalisis dapat menciptakan banyak ide dari setiap pemikiran yang akan dituangkan dalam mind map dan menggunakan imajinasi yang besar.

(32)

13

Buzan (2006:15-16) menjelaskan tujuh langkah dalam membuat mind map sebagai berikut.

1. Mulai dari bagian tengah

Siapkan kertas putih polos (jangan yang bergaris, karena dapat menghentikan aliran ide). Tuliskan inti atau tema dari mind map di bagian tengah, jangan di tepi, agar bisa leluasa mencari celah analisis cabang. 2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral

Pilih gambar yang mencakup keseluruhan isi mind map, karena gambar memiliki peran yang sangat penting untuk membantu terfokusnya suatu konsentrasi untuk mengaktifkan otak, juga untuk memacu detail analisis peserta didik yang akan membuat mind map.

3. Gunakan warna

Warna sama halnya dengan gambar, dengan menggunakan warna mind map menjadi lebih hidup dan menambah energi kreatif menyenangkan. Gunakan warna yang berbeda untuk membedakan klasifikasi analisis bagian.

4. Hubungkan cabang-cabang utama

Kaitkan antara cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu, dan seterusnya. Karena otak bekerja dengan mengasosiasikan antar cabang yang berhubungan.

5. Buatlah garis hubung yang melengkung

Pergunakan garis yang melengkung, jangan garis lurus, karena garis lurus membosankan otak.

6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis

Tuliskanlah satu kata kunci di setiap garis lengkung penghubung, untuk membantu mengingat. Karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas.

7. Gunakan gambar

Sedapat mungkin pergunakan gambar, karena gambar menyimpan seribu makna dan seribu kata. Sehingga mind map yang disertai gambar akan menjadi lebih efektif.

(33)

Berikut ini adalah contoh mind map.

Gambar 2. Contoh bentuk mind map

Sumber:http://www.google.com/imgres?q=mind+map&hl=en&biw=1024&bih=630&gbv=2 &tbm=isch&tbnid=_RMLxr4cQUwIhM:&imgrefurl=http://learningfundamentals.

2.1.2. Proses Kognitif Menganalisis dan Mengevaluasi Anak

2.1.2.1. Proses Kognitif Menganalisis

Organizing involves identifying the elements of a communication or situation and recognizing how they fit together into a coherent structure (Anderson, 2010:81). Menganalisis berarti memecahkan suatu isi komunikasi jadi elemen-elemen atau bagian penyusunnya sehingga hierarki ide-idenya menjadi jelas dan atau hubungan antaridenya menjadi eksplisit dan lebih jelas.Kemampuan proses kognitif menganalisis meliputi kecakapan yang bisa dikembangkan melalui:

1. Membedakan (menyendirikan, memilah-milah, memilih, memfokuskan)

Misalnya, peserta didik menilah-milah penyebab terjadinya bencana alam berdasarkan subjeknya.

2. Mengorganisasi (menemukan koherensi, mengintegrasikan, membuat garis besar, mendeskripsikan, membuat struktur).

(34)

15

3. Mengatribusikan (mendekonstruksi)

Peserta didik belajar untuk memecah-mecah bagian per bagian untuk melihat tingkatan klasifikasi maupun prioritas sesuatu hal.

2.1.2.2. Proses Kognitif Mengevaluasi

“Evaluate is defined as making judgments based on criteria and standards” (Anderson, 2010:83). Saat siswa mengevaluasi sesuatu hal, siswa tersebut sedang berusaha menilai hal tersebut berdasarkan kriteria kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensinya, dan kemudian berusaha mengambil keputusan berdasar pertimbangan-pertimbangan tersebut. Proses kognitif mengevaluasi ini meliputi beberapa kecakapan yang dapat dikembangkan melalui:

1. Memeriksa dengan teliti (mengoordinasikan, menyerasikan, menyelaraskan, mendeteksi, memonitor, menguji)

Memeriksa kesesuaian antara kesimpulan dengan data-data atau materi yang sedang dipelajari.

Misalnya: siswa mampu mendeteksi ketepatan sisi positif dan negatif dari tiap metode yang telah dijabarkan, yang akan dijadikan acuan dalammembuat kesimpulan (metode manakah yang paling efektif untuk menanggulangi bencana tanah longsor di area pegunungan).

2. Mengkritik (menilai secara kritis bobot dari suatu pilihan)

Tahapan penyelesaian masalah, di mana siswa diminta untuk menentukan satu metode terbaik dari dua atau lebih metode. Kecakapan berpikir kritis dalam hal ini tentu saja sangat dibutuhkan. Terutama dalam pelajaran sains, mengkritik merupakan suatu tahapan sebagai tolak ukur keberhasilan atau kesesuaian hipotesis dengan premis-premisnya.

Misalnya, setelah mempelajari materi pembelajaran mengenai peristiwa alam, siswa diminta untuk memilih metode manakah yang merupakan metode terbaik dan yang paling efektif dari sekian metode

(35)

yang ada, untuk menanggulangi masalah bencana tanah longsor di area pegunungan, berdasarkan sisi positif dan negatif dari tiap metode penanggulangan.

2.1.3.Mata Pelajaran IPA

2.1.3.1. Hakikat IPA

IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi di alam.

Purnell‟s dalam Iskandar (1997:2) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam adalah

pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis. Jadi, Ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dan gejalanya, dengan mengumpulkan data melalui kegiatan ilmiah maupun observasi yang dilakukan oleh para ahli untuk memperoleh pengetahuan mengenai suatu fenomena yang terjadi di alam. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebagai produk ilmiah, sebagai proses ilmiah, dan sikap ilmiah.

(36)

17

2.1.3.2. Pentingnya IPA di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak SD harus dimodifikasi agar anak atau peserta didik mudah untuk mempelajari dan memahami materi.

Menurut Hendro dalam Ika (2008:4), memaparkan bahwa IPA memiliki peranan penting, karena dengan diajarkannya IPA di SD diharapkan siswa dapat: 1). memahami alam sekitar mereka (baik berupa benda-benda alam dan buatan manusia, maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam, 2). mempunyai keterampilan untuk mendapatkan ilmu, 3). mengakui kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, 4). mempunyai bekal pengetahuan dasar yang berguna untuk menempuh jenjang pendidikan yang selanjutnya.

Iskandar (1997:16-18)menjelaskan bahwa pembelajaran ilmu

pengetahuan alam di Sekolah Dasar sangatlah penting karena:

1. IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kehidupan atau pekerjaan anak dikemudian hari.

2. IPA memberikan kesempatan latihan berpikir kritis.

3. IPA banyak membantu memecahkan masalah di lingkungan alam sekitar. 4. IPA merupakan bagian kebudayaan bangsa.

2.1.3.3. Materi Ajar

Berdasarkan buku panduan KTSP (Depdikbud:2007) kompetensi IPA kelas V yang digunakan untuk penelitian ini adalah standar kompetensi 7 tentang

“memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunakan sumber daya alam” pada kompetensi dasar 7.6 “mengidentifikasi

peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan

lingkungan”.

Wismono (2008:189) menyebutkan banyak dampak negatif dari suatu bencana alam akibat ulah atau kegiatan manusia, antaralain berupa, banjir, kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan, pencemaran air sungai, meluasnya

(37)

hama tanaman, punahnya beberapa jenis hewan dan tumbuhan, dan rusaknya lingkungan hidup.

Sulistyanto (2008:176) menjelaskan bahwa beberapa kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi perubahan permukaan bumi adalah pertambangan,

pembuatan areal persawahan, penggundulan hutan dan pembangunan perumahan.

Gambar 3. Bencana gunung meletus, tsunami, banjir

Sumber:

meletus antara lain Gunung Kelud, Gunung Galunggung, Gunung Agung,

Gunung Merapi, dan lain-lain.

2. Tsunami

Gempa bumi yang terjadi di daerah dekat atau dasar laut maka

dapat mengakibatkan gelombang tsunami. Gelombang tsunami adalah

gelombang besar yang terbentuk dari dasar laut akibat adanya gempa.

3. Banjir

(38)

19

4. Gempa bumi

Gambar 4. Bencana gempa bumi

Sumber: http://www.google.com/imgres?q=gempa+bumi&num=

Asmiwayati (2008:154) menyebutkan terdapat 3 macam gempa bumi, gempa vulkanik (yang timbul karena letusan gunung berapi), gempa runtuhan (gempa lokal yang terjadi karena goa atau lorong tambang yang longsor atau runtuh sehingga menimbulkan goncangan), gempa tektonik (terjadi karena gesekan lempeng bumi). Dampak dari gempa antara lain tanah terbelah, pohon tumbang, bangunan runtuh, manusia dan hewan jadi korban.

5. Puting beliung

Gambar 5. Bencana puting beliung

Sumber: http://www.google.com/imgres?q=puting+beliung&num=

Puting beliung merupakan gerakan angin yang sangat kencang dan memutar. Kecepatan angin ini bisa mencapai 175km/jam, dan biasanya terjadi bersamaan saat hujan deras.

6. Tanah longsor

Gambar 6. Bencana tanah longsor

Sumber: http://www.google.com/imgres?q=tanah+longsor&num=

(39)

Azmiwayati (2008:157), menjelaskan bahwa tanah longsor biasanya disebabkan oleh hujan yang deras. Hal ini karena tanah tidak sanggup menahan terjangan air hujan akibat adanya penggundulan hutan. Tanah longsor dapat meruntuhkan semua benda di atasnya. Selain itu, tanah longsor dapat menimbun rumah-rumah penduduk yang ada di bawahnya.

2.2.Penelitian-Penelitian Yang Relevan

a. Penelitian-Penelitian Mind map

Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya tentang metode mind map atau peta konsep:

1. Farrand, Hussain, & Hennessy (2002) meneliti tentang efektivitas mind map sebagai teknik belajar untuk meningkatkan daya ingat dari informasi tertulis. Populasi dan sampel adalah 50 mahasiswa kedokteran tahun kedua dan ketiga di University of London. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kelompok eksperimen dengan treatment mind map lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulannya adalah mind map merupakan suatu teknik studi yang efektif untuk materi tertulis.

2. Goodnough& Long (2002) meneliti mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode mind map. Populasi dan sampel yang digunakan adalah 16 siswa kelas VI SD. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mind map merupakan pendekatan yang menyenangkan sehingga mampu meningkatkan pemahaman dan motivasi siswa.“Students perceived mind map as an entertaining and interesting approach and thought that mind map enhanced their learning”.

(40)

21

ketertarikan dan motivasi untuk menerima informasi lebih lagi yang akan dituangkan dalam mind map.

4. Holland dan Davies (2003/2004) penelitian ini dilakukan di dunia pendidikan dan manajerial, dimana dalam penelitian ini mampu membuktikan bahwa mind map sangat memiliki peran penting dalam pengajaran dan pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan analisis. Mind map juga sangat mempengaruhi antusias siswa dalam

pembelajaran. “By analyzing a series of mind maps one is able to refine and integrate work across readings and articles into one coherent set of ideas, which are easily manageable and understood”.

5. Kusnadi (2009) meneliti pengaruh penerapan tes essai dengan menggunakan pemetaan konsep dalam pembelajaaran IPA di Sekolah Dasar di Lampung. Populasi dan sampel yang digunakan adalah siswa SD di Lampung yang berjumlah 124 siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tes yang menggunakan pemetaan konsep menghasilkan skor yang lebih tinggi dibandingkan model tes objektif dengan pilihan ganda.

6. Paykoc & Yildrim (2004) melalui penelitiannya telah dibuktikan bahwa terutama di Seolah Dasar mind map sangatlah berguna dalam memperjelas suatu informasi yang diterima, mind map juga dapat lebih mengaktif-kreatifkan siswa. Sangat praktis untuk membantu ingatan, layaknya brain storming.

7. Toi, H (2009) membuktikan melalui penelitiannya bahwa mind map mampu meningkatkan memori siswa sebesar 32% dibanding penggunaan daftar untuk mengingat kata-kata.

(41)

b. Penelitian-Penelitian Proses Kognitif

Berikut ini beberapa penelitian-penelitian sebelumnya tentang proses kognitif :

1. Astuti (2004) meneliti tingkat pencapaian tujuan pembelajaran fisika berdasarkan taksonomi Bloom pada materi pokok listrik statik dan kapasitor. Populasi dan sampel siswa kelas XI SMU N 1 Pakem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian tujuan berdasarkan taksonomi Bloom untuk kategori analisis-sintesis tingkat pencapaiannya rendah, karena pada umumnya kesalahan pada aspek ini adalah siswa tidak menuliskan langkah-langkah.

2. Kusnadi (2009) meneliti pengaruh penerapan tes essai terhadap gaya kognitif dalam pembelajaaran IPA di Sekolah Dasar di Lampung. Populasi dan sampel yang digunakan adalah siswa SD di Lampung yang berjumlah 124 siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa skor tes untuk gaya berpikir kognitif konvergen lebih tinggi dibandingkan dengan gaya kognitif divergen.

3. Aryani (2011) meneliti pengaruh metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA. Populasi dan sampel siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan. Hasil penelitiannya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis pada kategori kognitif, yang ditunjukkan harga sig.(2-tailed)sebesar 0,000 (atau lebih kecil dari 0,05). Selain itu, ada perbedaan yang signifikan antarrata-rata kenaikan skor kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada masing-masing aspek kognitif.

(42)

23

kritis pada kategori kognitif ditunjukan sig. (2-tailed) < 0,000 atau 0,000 < 0,05. Aspek yang mengalami kenaikan tertinggi yaitu aspek analisis.

(43)

2.2.2 Literatur Map

Gambar 7. Bentuk rangkaian literatur map Penggunaan Mind map

(Peta Konsep) Kategori Kognitif

Farrand (2002)

Efektivitas mind map terhadap daya ingat pada informasi tertulis

Holland & Davies (2003/2004)

Mind map-analyze dan antusias siswa Goodnough & Woods (2002)

Mind map-penerimaan informasi Goodnough & Long (2002)

Pembelajaran dengan mind map

Toi, H. (2009)

Mind map dan peningkatan memori Paykoc&Yildrim (2004)

Teknik mind mapping, brain storming Kusnadi (2009)

Tes esei dengan pemetaan konsep

Yang perlu diteliti :

Metode mind map, kategori kognitif (menganalisis-mengevaluasi)

Lestari (2011)

Berpikir kritis kategori kognitif Aryani (2011)

(44)

25

2.3.Kerangka Berpikir

Menjadikan anak cerdas tidak bisa dengan cara yang sangat instan. Anak harus mampu menyeimbangkan pengetahuan yang sudah didapatkan sebelumnya dengan pengetahuan atau informasi baru yang didapatnya. Perkembangan kognitif siswa juga harus diperhatikan karena hal ini merupakan sesuatu yang sangat krusial. Seorang pendidik harus peka terhadap keadaan seperti ini, oleh karena itu seorang pendidik harus mampu memberikan bentuk pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Penyeimbangan otak kiri dan kanan pun menjadi hal yang harus diperhatikan pula.

Model pembelajaran mind map mampu menjawab permasalahan di atas. Dengan menggunakan mind map, kemampuan otak kanan dan otak kiri menjadi seimbang, kemampuan-kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dalam berseni, mengingat, berlogika, dan berkata-kata. Begitu pula dengan perkembangan kognitif peserta didik dalam hal menganalisis dan mengevaluasi. Melalui mind map, siswa secara langsung menganalisis setiap bagian materi dengan bahasa dan gambar yang mudah mereka pahami. Memecah-mecahkan bagian per bagian hingga terbentuk suatu mind map untuk memudahkan dalam hal mengingat. Begitu pula dengan keterampilan mengevaluasi, akan nampak pada bentuk mind mapdan pemilihan hal-hal yang bersifat efisien dan efektif. Cukup jelas, bahwa mind map adalah cara tepat untuk membantu memahami materi, mengingat, menganalisis, dan mengevaluasi suatu hal, permasalahan, maupun materi pelajaran. Dalam aktivitas itu peserta didik akan lebih mudah menilai apakah masing-masing klasifikasi yang dibuat konsisten satu sama lain sehingga terdapat keselarasan antara satu gagasan dengan gagasan lain (evaluate). Dengan mampu memecah gagasan-gagasan utama ke gagasan-gagasan yang lebih kecil sampai pada detail, peserta didik bukan hanya mampu melihat suatu permasalahan secara keseluruhan yang holistik tetapi juga mampu memeriksanya dalam bagian-bagian yang lebih detail (analyze).

(45)

2.4.Hipotesis

Landasan teori dalam bab II dapat digambarkan dalam sebuah piramida terbalik dengan mengikuti pola berpikir deduktif.

Gambar 8. Bentuk kerangka hipotesis

a. Penerapan metode Mind map berpengaruh secara signifikan terhadap proses kognitif menganalisis siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), untuk Kompetensi Dasar 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungannya, di semester genap Tahun Ajaran 2011/2012.

b. Penerapan metode Mind map berpengaruh secara signifikan terhadap proses kognitif mengevaluasi siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), untuk Kompetensi Dasar 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungannya,semester genap Tahun Ajaran 2011/2012.

Variabel mind map (menganalisis, mengevaluasi) Variabel kategori kognitif

Kerangka Berpikir

Hipotesis

Penelitian terdahulu

(46)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Akan dibahas jenis penelitian yang digunakan, populasi dan sampel penelitian, waktu penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan uji reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1.Jenis Penelitian

Suatu pelaksanaan penelitian pasti menggunakan suatu metode tertentu. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimental. Sugiyono (2011:107) mengungkapkan bahwa metode penelitian eksperimental merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Pada dasarnya, penelitian eksperimental merupakan bagian dari metode kuantitatif.

Sugiyono memaparkan terdapat beberapa bentuk desain

eksperimen(2011:109-116), dan salah satu diantaranya yang digunakan dalampenelitian kali ini adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Desain ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimental. Semua data yang diobservasi adalah data yang diambil dari variabel dependent dengan pre-test dan post-test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan data dari variabel independent tidak dianalisis.Kedua kelompok diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal. Sugiyono (2011:113) menerangkan bahwa hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan hal yang membedakan antara kedua kelompok tersebut adalah treatment atau perlakuan, karena di dalam kelompok eksperimen menggunakan perlakuan tertentu dalam hal ini adalah penggunaan mind map, sedangkan pada kelompok kontroldiajar dengan menggunakan metode tradisional atau metode biasa. Kemudian dilakukan posttest pada kedua kelompok tersebut. Skor pretest dibandingkan dengan skor posttest pada kelompok eksperimen untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

27

(47)

kemampuan sebelum dan sesudah pembelajaran. Selanjutnya, baik mean ( rata-rata) maupun selisih kenaikan kedua kelompok akan dibandingkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Keterangan:

X = perlakuan (mind map)

O1 = rerata skor pretest kelompok eksperimen

O2 = rerata skorposttest kelompok eksperimen

O3 = rerata skorpretest kelompok kontrol

O4 = rerata skorposttest kelompok kontrol

3.2.Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2011:117) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam hal ini populasi yang dipilih adalah siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan yang beralamat di Jln. Hos Cokroaminoto No.8, Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta. Tempat penelitian ini dipilih berdasarkan tempat program pengalaman lapangan (PPL) peneliti di sekolah tersebut.

Bagi Sugiyono (2011:118) yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada penelitian ini, seluruh populasi diambil sebagai sampel. Sampel yang digunakan terdiri dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas VA SD Kanisius Wirobrajan yang berjumlah 32 siswa. Sedangkan kelompok kontrol yaitu siswa-siswi kelas VB SD Kanisius

O1 X O2

(48)

29

Wirobrajan yang berjumlah 35 siswa. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut tidak dilakukan secara random. Kegiatan pengamatan dan dokumentasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilaksanakan oleh peneliti. Kegiatan mengajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilaksanakan oleh satu guru mitra agar tidak ada faktor lain yang mempengaruhi, sehingga penelitian pun tidak menjadi bias dan fokus hanya pada variabel yang bersangkutan.

3.3.Jadwal Pengambilan Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 27 Februari sampai dengan 6 Maret 2012. Berikut ini jadwal pelaksanaan penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol:

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian

Penelitian

Eksperimen  Mengerjakan Pretest

 Pengenalan Mind map Kontrol  Mengerjakan soal Pretest

2

Eksperimen Macam bencana alam

Sebab akibat bencana

Membuat Mind map Kontrol Macam bencana alam

Sebab bencana alam

3 Kamis, 1

Maret 2012

3 x 35menit (3jp)

Eksperimen Pencegahan dan penanganan bencana alam

Desain rumah yang akan dibuat miniatur

Membuat Mind map Kontrol Akibat bencana alam

Pencegahan bencana alam

4 Sabtu, 3

Maret 2012

3 x 35menit (3jp)

Eksperimen Praktek membuat miniatur rumahselesai

Kontrol Penanganan bencana alam

Aneka rumah tahan gempa

5 Selasa, 6

Maret 2012

3 x 35menit (3jp)

Eksperimen Membuat Mind map keseluruhan dari awal

Mengerjakan Posttest Kontrol Mengerjakan soal Posttest

(49)

3.4.Variabel Penelitian

Variabel didefinisikan sebagai „variable is simply symbol or a concept that can assume anyone of a set of values‟(Davis dalam Sarwono, 2010:37). Kaum awam mendeskripsikan bahwa variabel merupakan sesuatu yang memiliki nilai dengan variasi tertentu yang dapat dilakukan pengukuran atau memungkinkan untuk diteliti. Hal ini lebih jelas diungkapkan oleh Sugiyono (2011:61) bahwa variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi terentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan Yulius (2010:16) juga mengungkapkan secara singkat, bahwa variabel adalah nama dari sebuah sampel.

Penelitian eksperimental kali ini melibatkan dua variabel, yaitu yang disebut dengan variabel bebas dan variabel tergantung. Berikut ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan variabel-variabel tersebut.

3.4.1 Variabel bebas (independent variable)

Menurut Sandjaja (2011:84), variabel independen adalah variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain (variabel tergantung). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah penggunaan mind map.

3.4.2 Variabel tergantung (dependent variable)

(50)

31

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 9. Rangkaian variabel dependen dan independen

3.5.Definisi Operasional

a. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari keadaan alam sekitar dan gejolak alam yang terjadi, yang mencakup bagaimana manusia mengahadapi dan berusaha berintegrasi atau menyatukan diri dengan alam.

b. Mind map(peta konsep) adalah suatu rangkaian gambar berpola, yang mempunyai cabang-cabang bagian yang saling berkaitan, dan setiap cabang tersebut berupa garis lengkung yang ditulis dengan kata kunci, serta terdapat gambar yang menjelaskan cabang bagian tersebut.

c. Metode Mind map adalah suatu metode yang membantu untuk mempermudah mempelajari suatu hal dengan menggunakan mind map, yaitu selalu mempergunakan mind map setiap menerima materi, sehingga saat belajar pun akan menjadi lebih menyenangkan dan mudah untuk mempelajari ulang meskipun itu merupakan materi lampau.

d. Proses Kognitif adalah suatu proses kemampuan otak untuk menyerap suatu materi yang termuat dalam suatu tingkatan level mulai dari tingkatan terendah hingga tingkatan tertinggi yang paling kompleks, yaitu dari mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta sesuai dengan taksonomi Bloom.

Penggunaan Mind map

Kemampuan Kognitif Menganalisis (Analyze)

Kemampuan Kognitif Mengevaluasi (Evaluate)

(51)

e. Kemampuan analisis adalah kemampuan untuk memecah-mecahkan atau mengklasifikasikan bagian per bagian, sehingga apa yang dipelajari menjadi terlihat lebih kompleks dan lengkap adanya.

f. Kemampuan evaluasi adalah kemampuan untuk membandingkan antara apa yang sudah diteliti sebelumya, untuk dinilai lebih seksama lagi dan menemukan yang terbaik yang sesuai dengan kriteria yang dimaksudkan.

3.6.Instrumen Penelitian

(52)

33

Tabel 2. Matriks pengembangan instrumen

Rubrik penilaian terdapat dalam lampiran. Rubrik tersebut diatas merupakan rubrik terbaru setelah melalui proses diskusioleh dosen pembimbing. Rubrik sengaja disempurnakan lagi dengan lebih mendiversifikasikan aspek yang termuat, sehingga lebih detail dan baik dan lebih lengkap. Perubahan rubrik ini, tidak mempengaruhi validitas soal, karena rubrik yang dibuat ini lebih kompleks.

3.7.Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas konstrak meliputi 3 hal, yaitu expert judgment, uji coba instrumen, dan analisis hasil uji coba instrumen (Sugiyono, 2011: 177). Langkah pertama yang dilakukan adalah expert judgment, dan dalam hal ini yang

dimaksudkan adalah denganmengkonsultasikan instrumen pada dosen

pembimbing. Kemudian langkah kedua adalah mengujicobakan keenam soal essai. Uji coba soal dilakukan di dua SD yang berbeda, yang pertama yaitu di SD Kanisius Sengkan dan SD Kanisius Sorowajan. Jumlah siswa SD Kanisius

Variabel Aspek Indikator

No.

Soal

Menganalisis Membedakan Memilah

Mampu membedakan berbagai jenis bencana (darat, laut, udara).

Mampu memilah macam bencana berdasarkan unsur penyebabnya.

Mampu memfokuskan pada bencana yang pernah terjadi di Indonesia.

Mampu menyusun/ mengorganisasikan bencana-bencana ke dalam tabel dengan tepat.

Mampu menemukan koherensi antara bencana yang terjadi dengan penyebab terjadinya.

Mampu mengatribusikan maksud dari soal tersebut. 4

Mengevaluasi Memeriksa

Mendeteksi Mengkritik Menilai

Mampu menemukan hal-hal yang berkaitan mengenai masing-masing dari berbagai bentuk pencegahan tanah longsor di pegunungan.

Mampu mendeteksi efektivitas dari suatu pencegahan tanah longsor.

(53)

Sengkan yaitu 48 siswa, sedangkan SD Kanisius Sorowajan berjumlah 56 siswa). Dan langkah terakhir adalah analisis hasil uji coba instrumen dengan menggunakan bantuan program komputer PASW 18. Dalam PASW 18, signifikansi ditulis secara default sebagai 0,05 (5%), dengan kata lain jika tingkat kepercayaan sebesar 95%, maka 95 dari 100 sampel akan mempunyi nilai populasi yang sebenarnya dalam jangkauan ketepatan (Sarwono, 2010: 47). Soal yang valid digunakan sebagai pre-test dan post-test. Pada tahapan analisis hasil ini, tiap mahasiswa hanya menganalisis 2 soal essai yang telah menjadi bagian dari penelitian. Dalam hal ini, yang diteliti adalah soal nomor 4 (kemampuan menganalisis), dan soal nomor 5 (kemampuan mengevaluasi).

3.7.1 Penentuan Validitas

Pada dasarnya validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihansuatu instrumen (Riduwan, 2011:194). Dilengkapi pula dengan pendapat Azwar (1992:5) yang mengatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan sutu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Penghitungan uji validitas menggunakan program SPSS 18 (akan tetapi sejak tahun 2009 diubah namanya menjadi Predictive Analytics SoftWare, atau yang sekarang disebut dengan PASW 18 for Windows). Penggunaan PASW 18 for Windows ditujukan untuk mempermudah dalam proses penghitungan validitas.

Tabel 3. Hasil Uji Validitas 1 di SD K Sengkan

Kemampuan

Sig. (2-tailed) Keputusan

Mengingat 1 0, 042 0, 779 Tidak valid

** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)

(54)

35

Tabel 4. Hasil Uji Validitas 2 di SD K Sorowajan

Kemampuan

Sig. (2-tailed) Keputusan

Mengingat 1 0, 323* 0, 019 Valid

** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)

* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)

3.7.2 Penentuan Reliabilitas

Instrumen dalam hal ini adalah enam soal tersebut, dapat dikatakan reliabel jika terdapat keajegan jawaban dari seseorang terhadap soal instrumen tersebut. Azwar (1992:4) mengemukakan bahwa walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Di bawah ini tabel acuan koefisien korelasi menurut Masidjo (2006:42):

Tabel 5. Kriteria koefisien reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Kualifikasi

0, 91 – 1, 00 Sangat tinggi

0, 71 – 0, 90 Tinggi

0, 41 – 0, 70 Cukup

0, 21 – 0, 40 Rendah

Negatif – 0, 20 Sangat rendah

“Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika harga Cronbach‟s Alpha >0,60” (Nunnaly dalam Ghozali, 2009:46). Berikut ini perhitungan

Gambar

Gambar 1.  Piramida Taksonomi Bloom
gambar memiliki peran yang sangat penting untuk membantu terfokusnya
Gambar 2. Contoh bentuk mind map
Gambar 3. Bencana gunung meletus, tsunami, banjir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Area Malang sudah sangat baik yang berdampak pada motivasi kerja,

Pelayanan sirkulasi adalah suatu layanan di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna untuk melakukan proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka dalam waktu

Perbedaan yang terlihat pada menu sarana &amp; prasarana pertama dari letak menu dimana pada aplikasi versi 13.01 tersembunyi di menu rincian sekolah, sedangkan pada aplikasi

Pola pengelolaan hutan, lahan dan air dalam Pengelolaan DAS Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, harus dipenuhi untuk suatu kegiatan dan usaha

Elwood (2006), mengatakan bahwa potential demand merupakan suatu kekuatan yang besar menentukan suatu permintaan dan mempunyai hal yang sangat penting

Pada TWR, Traffic management akan lebih berguna untuk penataan traffic yang lebih rapi, terutama jika tidak terdapat DEL dan GND, maka akan dibutuhkan pemikiran dua kali lipat

Hal Ini menyebabkan bertambahnya para pelaku rantai pasok seperti adanya manufaktur yang mengolah produk pertanian sehingga memiliki nilai tambah, pasar swalayan yang

Substitusi amtabis pada level 2% dan 4% diperoleh nilai B/C ratio lebih kecil dari satu, sehingga ransum tersebut tidak layak digunakan dalam usaha ayam broiler.. Sedangkan