ANALISIS PERBEDAAN HUMAN RESOURCE, MERCHANDISE,
HARGA, LOKASI DAN LAYOUT ANTARA INDOMARET DAN
ALFAMART BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN DI JALAN PRINGGODANI YOGYAKARTA
Studi pada Indomaret dan Alfamart yang berada di Jalan Pringgodani, Mrican Yogyakarta Periode Maret – Juni 2011
Skirpsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
Robertus Belarminus Gasa NIM: 072214050
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
ANALISIS PERBEDAAN HUMAN RESOURCE, MERCHANDISE,
HARGA, LOKASI DAN LAYOUT ANTARA INDOMARET DAN
ALFAMART BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN DI JALAN PRINGGODANI YOGYAKARTA
Studi pada Indomaret dan Alfamart yang berada di Jalan Pringgodani, Mrican Yogyakarta Periode Maret – Juni 2011
Skirpsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
Robertus Belarminus Gasa NIM: 072214050
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
Motto
“Hidup Adalah Petualangan dan Jangan Putus Asa Dalam Menjalani Hidup”
“Kegagalan Hanya Sebuah Kesuksesan yang Tertunda, Tetap Bejuang Untuk Menemukan Kesuksesan Yang Sebenarnya”
“Tuhan tidak meminta kita untuk sukses, Dia hanya meminta kita untuk mencoba, berusaha dan berdoa serta bersyukur kepadaNya”
“Menjalani Hidup Dengan Penuh Rasa Syukur, Dengan Bersyukur Kita Dapat Menginstropeksi Diri”
(Penulis)
Skripsi ini dipersembahkan kepada: TuhanYesus Kristus sebagai sumber doa dan
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwaSkripsi dengan judul:
ANALISIS PERBEDAAN HUMAN RESOURCE, MERCHANDISE,
HARGA, LOKASI DAN LAYOUT ANTARA INDOMARET DAN
ALFAMART BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN DI JALAN PRINGGODANI YOGYAKARTA
Studi pada Indomaret dan Alfamart yang berada di Jalan Pringgodani, Mrican Yogyakarta Periode Maret – Juni 2011
Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 23 November 2011 adalah hasil karya saya Dengan ini, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.
Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut maka saya bersedia menerima sanksi yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E.) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).
Yogyakarta, 30 November 2011 Yang membuat pernyataan,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang berkepentingan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Robertus Belarminus Gasa
Nomor Mahasiswa : 072214050
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS PERBEDAAN HUMAN RESOURCE, MERCHANDISE,
HARGA, LOKASI DAN LAYOUT ANTARA INDOMARET DAN
ALFAMART BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN DI JALAN PRINGGODANI YOGYAKARTA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 November 2011 Yang menyatakan
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepad Allah atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan Human Resource, Merchandise, Harga, Lokasi dan Layout Antara Indomaret dan Alfamart Berdasarkan persepsi Konsumen di Jalan Pringgodani Yogyakarta. Studi pada Indomaret dan Alfamart yang berada di Jalan Pringgodani, Mrican Yogyakarta Periode Maret – Juni 2011” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P.,S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Drs. YP. Supardiyono, M.Si.,Akt., Q.I.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Dra. Diah Utari BR., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.
5. Drs. A. Triwanggono, M,S, selaku dosen pembimbing II yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.
7. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan membantu dalam segala hal dalam perkuliahan di Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
8. Bapak, Ibu dan kedua adikkku tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, kasihsayang, semangat, doa dan telah menjadikanku orang yang kuat dan tegar dalam menghadapi hidup sehingga membuatku dewasa dalam menyikapi hidup.
9. Keluarga Besarku di Jogja yang telah banyak memberikan dukungan, kasih sayang, semangat dan doanya.
10. Teman-teman mahasiswa Program Studi Manajemen 2007 dan teman-teman Seperjuanganku. Terima kasih atas bantuan, doa dan dukungan kalian semua. 11. Teman-teman mahasiswa Universitas Sanata Dharma danWarga Pringgodani
yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapa tpenulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ... x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ...xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xii
HALAMAN ABSTRAK ... xiii
HALAMAN ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
B. Penelitian Sebelumnya ... 36
C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Jenis Penelitian ... 42
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 42
C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 43
D. Variabel Penelitian ... 43
E. Definisi Oprasional ... 43
F. Populasi dan Sampel ... 45
G. Teknik Pengambilan Sampel ... 47
H. Sumber Data ... 48
I. Teknik Pengumpulan Data ... 48
J. Teknik Pengujian Instrumen ... 49
K. Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 59
A. Gambaran Umum Indomaret ... 59
B. Gambaran Umum Alfamart ... 73
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 77
A. Pengujian Intrumen ... 78
B. Deskripsi Data ... 81
C. Analisis Perbedaan Dengan Uji t ... 97
D. Pengujian Regresi... 99
E. Pembahasan ... 106
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 111
A. Kesimpulan ... 111
B. Saran ...113
C. Keterbatasan ... 115
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
5.1 Uji Validitas ... 76
5.2 Uji Reliabilitas ... 80
5.3 Kategorisasi Respon BerdasarkanUmur ... 81
5.4 Kategorisasi Respon Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 82
5.5 Kategorisasi Respon Berdasarkan Jenis Kelamin ... 83
5.6 Kategorisasi Tanggapan Respon ... 84
5.4 Deskriptif Human Resource ... 85
5.5 KategorisasiTanggapan Respon Human Resource ... 86
5.6 Deskriptif Marchandise ... 87
5.7 KategorisasiTanggapan Respon Merchandise ... 88
5.8 Deskriptif Harga ... 90
5.9 KategorisasiTanggapan Respon Harga ... 91
5.10 Deskriptif Lokasi-Layout ... 92
5.11 KategorisasiTanggapan Respon Lokasi-Layout ... 93
5.12 Deskriptif Jumlah Pembelian ... 94
5.13 Kategorisasi Tanggapan Respon Jumlah Pembelian ... 95
5.14 Hasil Uji t ... 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
4.1 Struktur Organisasi PT Indomaret ... 61
4.2 Struktur Organisasi Alfamart... 76
5.1 Histogram Rata-rata Human Resource ... 85
5.2 Histogram Frekuensi Ketagori Human Resource ... 86
5.3 Histogram Rata-rata Merchandise ... 87
5.4 Histogram Frekuensi Ketagori Merchandise ... 89
5.5 Histogram Rata-rata Harga ... 90
5.6 Histogram Frekuensi Ketagori Harga ... 91
5.7 Histogram Rata-rata Lokasi-Layout ... 93
5.8 Histogram Frekuensi Kategori Lokasi-Layout ... 94
5.9 Histogram Rata-rata Jumlah Pembelian ... 95
5.10 Histogram Jumlah Pembelian ... 96
5.11 Signifikansi Koefesien Determinasi ... 100
5.12 Signifikansi Pengaruh Human Resource ... 102
5.13 Signifikansi Pengaruh Merchandise ... 103
5.14 Signifikansi Pengaruh Harga ... 104
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ... 119
Lampiran 2 Karakteristik Responden ... 123
Lampiran 3 Rata-rata Variabel Indomaret ... 125
Lampiran 4 Rata-rata Variabel Alfamart ... 127
Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Indomaret ... 129
Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas Alfamart ... 133
Lampiran 7 Uji T ... 137
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN HUMAN RESOURCE, MERCHANDISE,
HARGA, LOKASI DAN LAYOUT ANTARA INDOMARET DAN
ALFAMART BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN DI JALAN PRINGGODANI YOGYAKARTA
Studi pada Indomaret dan Alfamart yang berada di Jalan Pringgodani, Mrican Yogyakarta Periode Maret – Juni 2011
Robertus Belarminus Gasa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout antara Indomaret dan Alfamart berdasarkan persepsi konsumen di Pringgodani Yogyakarta dan apakah ada pengaruh persepsi konsumen tentang human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout terhadap jumlah pembelian.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen yang pernah berbelanja di Indomaret dan Alfamart. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan Convenience Sampling.
ABSTRACT
ANALYSIS ON THE DIFFERENCE OF HUMAN RESOURCE, MERCHANDISE, PRICE, LOCATION AND LAYOUT BETWEEN INDOMARET AND ALFAMART BASED ON CONSUMER’S PERCEPTION IN
JALAN PRINGGODANI YOGYAKARTA
A study at Indomaret and Alfamart located in Jalan Pringgodani, Mrican Yogyakarta March – June 2011
Robertus Belarminus Gasa Sanata Dharma University
Yogyakarta 2011
The research aimed to find out the difference of human resource, merchandise, price, location and layout between Indomaret and Alfamart based on consumer’s perception in Pringgodani Yogyakarta and the influence consumer’s perception on human resource, merchandise, price, location, and layout to the amount of buying.
Population of the research was all the consumers who had ever been shopping in Indomaret and Alfamart. The sample was 100 respondents. Sample taking technique applied was Convenience sampling.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kebutuhan masyarakat dan perubahan gaya hidup,
terutama di kota-kota besar seperti Yogyakarta ini, mengakibatkan terjadinya
perubahan perilaku dalam berbelanja. Pada mulanya masyarakat berbelanja di
pasar atau toko tradisional, tetapi sekarang ini masyarakat lebih
mengutamakan kenyamanan, kepraktisan, kebersihan, produk-produk yang
bermutu, dan pelayanan yang menyenangkan dalam berbelanja. Oleh karena
itu masyarakat sekarang lebih senang berbelanja di toko-toko modern seperti
di minimarket, department store, pasar swalayan, dan supermarket daripada
di pasar atau di toko tradisional.
Perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja yang didukung daya
beli, telah menjadikan bisnis eceran memiliki potensi bisnis sangat menarik
bagi investor. Perkembangan kota Yogyakarta, sebagai salah satu kota pelajar
yang ada di Indonesia, pada beberapa tahun belakangan ini telah mengundang
banyak peritail modern untuk membuka outlet di Yogyakarta. Salah satu
retail modern yang hadir di Yogyakarta adalah department store, seperti
Matahari, Carrefour, Ramayana, Indogrosir serta mini market seperti
Di antara industri retail yang ikut meramaikan persaingan bisnis
adalah minimarket. Perkembangan minimarket ini sangat pesat sejak
pemerintah mengeluarkan kebijakan waralaba tahun 1997. Perkembangan
minimarket tersebut tidak terlepas dari konsep yang ditawarkan yang
berusaha mendekati konsumen. Terdapat dua minimarket yang berkibar dan
saling bersaing berebut pasar yaitu Indomaret dan Alfamart. Berdasarkan
data Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel di Indonesia) tahun 2009, Pada
kelompok Minimarket, hanya terdapat 2 pemain besar yaitu Indomaret dan
Alfamart. Indomaret merupakan pemain terbesar dengan pengumpulan omset
sebesar Rp 7,7 triliun atau sekitar 43,2% dari total omset Minimarket di
Indonesia. Sementara Alfamart membuntuti dengan pengumpulan omset
sebesar Rp 7,3 triliun atau sekitar 40,8% dari total omset Minimarket di
Indonesia. Indomaret juga mempunyai jaringan Minimarket dengan jumlah
gerai terbanyak, dibuntuti Alfamart. Pada 2008, jumlah gerai jaringan
Indomaret mencapai 3.116 unit atau 30,3% dari total jumlah gerai
Minimarket yang ada di Indonesia, sementara jumlah gerai jaringan Alfamart
mencapai 2.755 unit atau 26,8% dari total jumlah gerai Minimarket di
Indonesia.
Besarnya pasar minimarket menjadikan dua pemain utama, Indomaret
dan Alfamart semakin mengukluhkan bisnisnya di bidang retail. Indomaret
outlet-outlet di tempat-tempat yang dirasa potensial seperti perumahan,
pemukiman, dan sekitar kompleks perguruan tinggi. Persaingan antara kedua
minimarket ini sangat terasa ketika banyak dijumpai gerai Indomaret dan
Alfamart yang berdekatan. Lokasi yang sering berdekatan antara Indomaret
dan Alfamart ini disebabkan karena keduanya memiliki pasar sasaran yang
sama, yaitu kawasan perumahan, pemukiman dan sekitar kompleks
perguruan tinggi.
Dalam melayani konsumen, setiap minimarket pasti memiliki
beberapa konsep yang diterapkan. Demikian juga pada Alfamart, lebih
menekankan kepada bagaimana mengelola supply chain, sehingga memiliki keunggulan dalam bidang persedian produk. Hal ini merupakan kekuatan
Alfamart di masa yang mendatang. Alfamart tidak hanya menjadikan
gerai-gerainya sebagai tempat belanja melainkan juga menawarkan layanan,
kualitas produk dan harga yang terjangkau. Sebagi contoh Alfamart
menyediakan member card yang memungkinkan anggotanya mendapatkan harga khusus dan layanan personal separti hadiah ulang tahun, senyum sapa
karyawan serta belanja puas harga pas sebagai trade merk.
Demikian juga Indomaret melakukan hal-hal yang serupa dengan
Alfamart. Indomaret lebih kuat di outletnya dimana tampilan tokonya lebih
bagus, lebih terurus dan item produknya lebih diperhatikan. Selain itu
karyawan dalam melayani, penyediaan sarana belanja (keranjang) yang
memadai dan kesediaan karyawan dalam mencarikan barang.
Berdasarkan penjelasan di atas yang berkaitan dengan perbedaan
mengenai keunggulan yang diterapkan oleh Indomaret dan Alfamart, akan
berdampak pada persepsi konsumen tentang human resource, meechandise, harga, lokasi dan layout yang terdapat pada kedua minimarket tersebut. Dari hal ini peneliti berpendapat bahwa terdapat perbedaan persepsi konsumen
terhadap human resource, mechandise, harga, lokasi dan layout antara Indomaret dan Alfamart, yang kemudian akan dijadikan dasar penelitian oleh
peneliti dengan judul “Analisis Perbedaan Human Resource, Mechandise, Harga, Lokasi dan Layout antara Indomaret dan Alfamart Berdasarkan Persepsi Konsumen di Jalan Pringgodani Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fakta dan pembatasan masalah, maka masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
2. Apakah ada pengaruh persepsi konsumen tentang human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout terhadap jumlah pembelian Indomaret dan Alfamart di jalan Pringgodani Mrican Yogyakarta?
C. Batasan Penelitian
Agar dapat mencapai sasaran sesuai dengan tujuan penulis, maka
penulis membatasi sebagai berikut:
1. Elemen-elemen retail yang digunakan adalah dibatasi pada human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout.
2. Pemilihan variabel pemilihan variabel human resource didasarkan bahwa tidak ada penjualan produk yang terlepas dari pelayanan,
pemilihan variabel merchandise didasarkan bahwa merchandise seperti keanekaragamn jenis dan merk produk yang dijual, jumlah produk yang
tersedia dan lain-lain sangat diperhatikan konsumen dalam berbelanja,
konsumen akan kecewa jika produk yang dibutuhkan tidak ada,
pemilihan variabel harga didasarkan bahwa target pasar minimarket adalah kelas menengah bawah yang sangat memperhatikan harga,
sedangkan pemilihan variabel lokasi dan layout didasarkan dimana tempat usaha bisnis itu didirikan dan pada penataan ruangan dan
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout antara Indomaret dan Alfamart berdasarkan persepsi konsumen di jalan Pringgodani Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi konsumen tentang human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout terhadap jumlah pembelian Indomaret dan Alfamart di jalan Pringgodani Mrican Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Bila tujuan penelitian tercapai, maka manfaat yang dapat diperoleh
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Indomaret dan Alfamart
Memberikan informasi tentang kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing minimarket tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerjanya
dalam bidang harga, layout, macam produk dan pelayanan sesuai dengan
harapan konsumen.
2. Bagi Universitas
Sebagai perbendaharaan pustaka serta dapat dipakai sebagai acuan bagi
3. Bagi Penulis
Memperluas wawasan praktis serta analisis di dalam memahami perilaku
konsumen, mempertemukan teori-teori yang selama ini diperoleh dengan
kejadian sesungguhnya.
F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang landasan teori
yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian itu dan hipotesis.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini mengemukakan tentang jenis penelitian, subyek dan
obyek penelitian, waktu dan lokasi, variabel penelitian,
pengukuran variabel, populasi dan sampel, teknik
pengambilan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data,
BAB IV Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Bab ini berisi tentang uraian gambaran umum lokasi penelitian
dan perusahaan.
BAB V Analisis Data dan Pembahasan
Dalam bab ini dikemukakan tentang proses penganalisaan data
dengan menggunakan alat Analisis Perbedaan dengan Uji t
dan Pengujian Regresi Berganda.
BAB VI Kesimpulan Saran dan Keterbatasan
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisis data, saran yang
diusulkan penulis kepada perusahaan dan keterbatasan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Pemasaran
Kotler (2000:18) menyatakan sebagai berikut:
”The marketing concept holds that the key to achieving organizational
goals consists in determining the needs and wants of target markets and
delivering desired satisfaction more effectively and efficiently then
competitors”.
Hal ini berarti kunci untuk mencapai tujaun organisasi adalah pada
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan pada pemberian
kepuasan yang diinginkan dengan lebih efaktif dan afisien dari pada para
pesaing.
Berdasarkan pendapat Kotler tersebut jelas bahwa konsep pemasaran
menekankan pada kepuasan konsumen sebagai tujuan yang harus dicapai.
Untuk itu pemasar harus mengetahui faktor-faktor apa yang memperngaruhui
konsumen dalam memilih suatu produk/merek sebagai sarana untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Definisi konsep pemasaran menurut
Sebagai filsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan
kepuasan terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen, atau berorientasi pada
konsumen (consumer oriented). Kemudian perusahaan harus merumuskan dan menyusun suatu kombinasi dari kebijaksaaan produk, harga, promosi dan
distribusi setepat-tepatnya agar kebutuhan konsumernya dapat dipenuhi secara
memuaskan.
Swastha dan Handoko (2000:7-8), menyatakan bahwa tiga unsur
pokok konsep pemasaran adalah:
a. Orientasi Pada Konsumen
Perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen harus: • Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang
akan dilayani dan dipenuhi.
• Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran
penjualan.
• Menentukan produk dan program pemasarannya.
• Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur,
menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta perilku mereka. • Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah
menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau
b. Penyusunan Kegiatan Secara Integral (integrated marketing)
Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap orang dan setiap
bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang
terkoordinir untuk memberikan kepusan konsumen, sehingga tujuan
perusahaan dapat terealisir.
c. Kepuasan Konsumen (consumer satisfaction)
Faktor yang akan menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang
akan mendapatkan laba, ialah banyak sedikitnya kepuasan konsumen
yang dapat dipenuhi. Ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha
memaksimalkan kepuasan konsumen, tetapi perusahaan harus
mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen.
Konsep pemasaran menekankan pada kepuasan konsumen sebagai
tujuan yang harus dicapai. Untuk itu pemasar harus mengetahui faktor-faktor
apa yang mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk/merek
2. Retail
2.1. Pengertian Retail
Secara harafiah kata ritel atau retail berarti eceran atau pedagang
eceran, dan peritel/retailer diartikan sebagai pengecer atau pengusaha perdagangan eceran. Menurut kamus kata retail ditafsirkan sebagai ”selling of goods and organisasi services to the public, atau penjualan barang dan jasa kepada khalayak”. (Manser, 1995 dalam Sujana 2005:3).
Berman dan Evans (2001:3) mendefinisikan kata retail dalam
kaitan retail management sebagai ”consists of the business activities involved in selling goods and service the final consumer, organisasi household use”. Dalam hal ini retail merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang menyangkut penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir untuk
digunakan oleh mereka sendiri, keluarga atau rumah tangganya. Sedangkan
Davidson (1998) sebagaimana dikutip oleh Sujana (2005:12), memberikan
gambarankan bisnis retail sebagai ”business establishment that derives over 50% of its total sales volume to ultimate consumer whose motive of purchase is for personal or family use”. Retail menurut pendapat Davidson ini adalah suatu institusi atau kegiatan bisnis yang lebih dari 50% dari total
penjualannya merupakan penjualan kepada konsumen akhir yang motivasi
Kedua definisi retail yang patut digarisbawahi, antara lain :
a. Penjualan kepada konsumen akhir (end user).
b. Motivasi pembelian konsumen adalah untuk kepentingan sendiri
(termasuk keluarganya) dan tidak untuk dijual kembali, atau paling
tidak lebih dari separuh penjualannya adalah kepada konsumen
untuk kepentingannya sendiri seperti yang diungkapkan Davidson
diatas.
Perkembangan perusahaan-perusahaan retail di Indonesia sangat
pesat, baik perusahaan retail kecil, menengah dan besar. Hal ini dikarenakan
sektor ini merupakan peluang bisnis yang memiliki prospek cerah,
lebih-lebih di Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar dengan
kebutuhan yang sangat besar pula dengan daya beli yang semakin baik.
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan retail, maka persaingan
di bidang pemasaran eceran semakin ketat. Bagi bisnis eceran yang tidak
siap mengantisipasi masuknya pendatang baru dengan penampilan yang
lebih menarik, teknologi yang modern serta manajemen yang lebih baik
maka kemungkinan besr akan kalah bersaing. Pengelolaan bisnis eceran
tidak hanya sekedar membuka retail dan mempersiapkan barang-barang
yang lengkap, tetapi lebih dari itu. Pengelolaan bisnis eceran harus melihat
dan mengikuti perkembangan teknologi pemasaran agar dapat berhasil dan
2.2. Ruang Lingkup Bisnis Retail
Dari definisi diatas terlihat bahwa aktivitas bisnis retail tidak
hanya merupakan penjualan barang dalam arti secara fisik. Namun pada
hakekatnya juga meliputi penjualan jasa. Penjualan tersebut juga merupakan
penjualan real services. Selain itu, jasa-jasa yang menyertai penjualan
barang (complementary services) juga termasuk didalamnya yakni layanan pesan antar (delivery services) jaminan (guarantee/warranty) dan fasilitas kredit (penggunaan kartu kredit).
Berkaitan dengan tempat dilakukannya aktivitas penjualan,
pengertian retail mencakup tidak hanya digunakan sebuah retail
(shop/store), tetapi juga mencakup aktivitas serupa yang tidak menggunakan tempat khusus dalam proses jual beli. Contohnya, antara lain
mail order (layanan pesan barang via surat/telepon) dan direct selling (penjualan dari rumah ke rumah atau berdasarkan keanggotaan multilevel marketing). Berdasarkan pengertian bisnis retail di atas, mereka juga merupakan bagian bentuk lain dari entitas bisnis retail.
Selanjutnya penjualan partai besar (grosir atau wholesaler dan bahkan pabrikan (manufacture) dapat pula berlaku sebagai retailer, jika mereka juga melakukan penjualan barang dan jasanya kepada konsumen
2.3. Karakteristik Bisnis Retail
Berikut ini adalah beberapa karakteristik suatu bisnis retail yang
membedakannya dengan entitas bisnis lainnya, sebagaimana yang diadopsi
dari Berman dan Evans (2001) yaitu:
a. Penjualan barang dan jasa dalam small enough quantity (partai kecil, dalam jumlah secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam periode waktu
tertentu). Meskipun retailer mendapatkan barang dari supplier dalam bentuk kartonan (cases) namun retailer mendisplay dan menjualnya dalam bentuk pecahan per unit (piece).
b. Impulse buying adalah kondisi yang tercipta dari ketersedian barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya
pilihan dalam proses belanja konsumen. Konsumen dalam proses
belanjanya, keputusan yang diambil untuk membeli suatu barang adalah
yang sebelumnya tidak tercantum dalam belanja barang (out of purchase list). Keputusan ini muncul begitu saja terstimulasi oleh variasi bauran produk (assortment) dan tingkat harga barang yang ditawarkan.
c. Store condition (kondisi lingkungan dan interior dalam retail) yang menurut Berman dan Evans (2001) dipengaruhi oleh lokasi retail,
d. Aspek-aspek internal bisnis retail yang terdiri atas human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout.
2.4. Berbagai Tipe Bisnis Retail
Menurut Sujana (2005:16), tipe bisnis retail dapat diklasifikasikan
berdasarkan: ”ownership (kepemilikan bisnis), merchandise category (kategori barang dagang), luasan sales area (area penjualan), dan non-store retailer (retailer tanpa toko). Berbagai tipe retail tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Tipe bisnis retail atas kepemilikan (ownership) • Single-store retailer
Single-store retailer merupakan tipe bisnis retail yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya di bawah 100 m . Mulai dari
kios atau toko dipasar tradisional sampai dengan minimarket modern; dengan kepemilikan secara individual.
• Rantai toko retail
Rantai toko retail adalah toko retail dengan banyak (lebih dari satu)
cabang dan biasanya dimiliki oleh sesuatu institusi bisnis bukan
• Toko waralaba (franchise stores)
Toko waralaba (franchase stores) adalah toko retail yang dibangun berdasarkn kontrak kerja waralaba (bagi hasil) antara waralaba
(franchise) yakni pengusaha investor perseorangan (independent busniss person) dengan pewaralaba (franchisor) yang merupakan pemegang lisensi bendera (nama toko, sponsor, dan pengelola usaha).
Bentuknya sangat beragam mulai dari fast food restorant, bengkel, toko sampai supermarket.
b. Tipe bisnis retail berdasarkan merchandise category • Specialty store (Toko Khas)
Specialty store (Toko Khas) merupakan toko retail yang menjual satu jenis barang atau suatu rentang kategori barang (merchandise category) yang retail sempit/sedikit. Contohnya, apotik (toko obat), optic-store, gallery/art-shop ( pasar seni), jewelry store (toko perhiasan), toko buku dan sebagainya.
• Grocery store (toko serba ada, toserba)
Grocery store (toko serba ada, toserba) merupakan toko retail yang menjual sebagian besar kategori barangnya adalah barang grocerias
(kebutuhan sehari-hari). Umumnya toko retail yang sudah mapan
kebutuhan pokok (basic needs) harian pribadi, keluarga atau rumah tangga.
• Department store
Sebagian besar assortment yang dijual adalah non-basic items (bukan kebutuhan pokok), fashionables, dan branded items (bermerek) dengan lebih dari 80% pola consignment (konsinyasi). Item-item grocery, kalaupun dijual, hanya sebagai pelengkap (complementary).
• Hyperstore
Hyperstore menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas. Menjual hampir semua jenis barang kebutuhan setiap
lapisan konsumen, mulai dari barang grocery, household, textile, appliance, optical, dan lainnya dengan konsep one-stop-shopping (everything-in-one-roof), bahkan ganti oli dan ganti ban mobil dapat di layani di dalam toko retail sejenis ini. Paling tidak dibutuhkan
sedikitnya 10.000 meter persegi luas sales area. Toko-toko di Indonesia tampaknya belum ada yang dapat di kategorikan dalam tipe hyperstore, bahkan Carrefour sekalipun. Meskipun di negaranya Carrefour
c. Tipe bisnis retail berdasarkan luas sales area • Small Store/kios
Sebuah toko kecil (kios) yang umumnya merupakan toko retail
tradisional, dioprasikan sebagi usaha kecil dengan sales are kurang dari
100 m . • Minimarket
Minimarket dioprasikan dengan luasan sales area antara 100 sampai dengan 1.000 .
• Supermarket
Supermarket dioprasikan dengan luasan sales area antara 1.000 sampai dengan 5.000 .
• Hypermarket
Hypermarket dioprasikan dengan luasan sales area lebih dari 5.000 . d. Non-Store Retailer
• Multi-Level Marketing (MLM)
Multi-Level Marketing (MLM) adalah suatu model penjualan barang secara langsung (direct selling) dengan komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines (jalur atau peringkat distribusi). Dalam model distribusi MLM ini terdapat 3 (tiga)
pemasaran/distributor perorangan dengan pola hubungan keanggotaan
jaringan upline-downline atau sponsorship. Komponen kedua adalah marchandise user, penggunan atau komponen yang terdiri dari dua macam, member dan non-member, di mana member sudah tentu mempunyai hak barang atas harga distributor (bukan harga retail/end user) sebagai benefit keanggotaannya, kerena sebagai member yang bersangkutan sekaligus merupakan direct distribusitor.
• Mail & Phone Order Retailer
Bentuk lain dari non-store retail adalah Mail & Phone Order Retailer atau bisa disebut sebagai “toko pesan antar”, yakni perusahaan yang
melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat dan atau
telepon. Pada prinsipnya perusahaan ini mengkompensasikan overhead cost pengoprasian sebuah toko (dalam arti sebenarnya; secara fisik) dengan pengoprasian delivery services.
• Internet/online store (e-Commerce)
Perkembangan teknologi informasi berkembangnya “toko retail” di
dunia maya. Adopsi teknologi internet kedalam bentuk online retailing (e-tailing, e-commerce) begitu memukau sehingga banyak yang gagal
2.5. Variabel Retail
2.5.1. Human Resource
Human Resource merupakan aspek sumberdaya manusia yang merupakan intangible asset yang penting bagi retailer kerena mereka yang memungkinkan sebuah retail dioprasikan dengan baik (Sujana, 2005:27).
Memiliki sumber daya manusia yang andal bagi retailer atau bidang bisnis apapun merupakan kunci untuk meraih kemenangan dalam persaingan bisnis.
Dalam penelitian ini human resource di ukur berdasarkan penilaian konsumen pada kemampuan sumber daya manusia retail dalam melayani
konsumen, yaitu pelayanan retail kepada konsumen.
Layanan mengandung arti penting seperti ungkapan bahwa pembeli
adalah raja, berarti pemasar harus memperlakukan pembeli seolah-olah
seperti raja, karena konsumen berkuasa untuk membeli atau tidak. Ungkapan
klasik ini nampaknya masih cukup relevan untuk diterapkan di pasar pada
iklim persaingan yang semakin menguat. Layanan menurut Tjiptono
(2002:59), adalah “pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta
ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan konsumen”. Dengan
Dalam bisnis retail, biasanya produk-produk yang dipasarkan menyajikan beberapa jasa pelayanan untuk dapat memenuhi harapan
konsumen. Komponen pelayanan ini bisa merupakan sebagian kecil atau
sebagian besar dari keseluruhan yang ditawarkan. Sebuah tawaran bisa saja
berupa suatu pelayanan utama disertai dengan beberapa jasa tambahan
dan/atau barang pendukung. Pelayanan berupa konsumen membeli barang
yang ditawarkan, mereka mendapatkan sesuatu yang berwujud sebagai ganti
dari pengeluaran mereka. Pelayanan tambahan berupa proses untuk
mendapatkan barang yang mereka beli, disertai dengan beberapa layanan
yang dimulai dengan mendapatkan barang yang diinginkan, pengambilan
barang di gudang sampai layanan oleh kasir pada proses pembayaran.
Pelayanan yang memuaskan akan memberikan gambaran yang baik
terhadap perusahaan yang dalam hai ini adalah minimarket, sebaliknya bila pelayanan mengecewakan maka kesan yang tercipta akan buruk jadinya.
Apabila pelayanan yang dilkukan kepada konsumen dilakukan dengan baik,
2.5.2. Merchandise
Merchandise merupakan suatu rentang bauran produk (assortment) yang disediakan untuk memenuhi kebutuhn konsumen, merupakan komponen investasi terbesar (single largest store investment) dan karenannya bisa disebut sebagai urat nadi bisnis retail (Sujana, 2005).
Secara singkat merchandising dapat diartikan sebagai upaya dan
penanganan barang. Davidson (1998) mendefinisikan merchandising sebagai upaya-upaya penyediaan barang yang tepat, pada tingkat harga yang tepat,
dalam jumlah yang tepat/cukup, ditempat yang tepat dan pada saat yang tepat
pula (the ways in prociding the right merchandise, at the right time). Definisi ini kemudian dikenal sebagai the five right of merchandising. Selanjutnya Davidson (1998) menyebutkan bahwa terminology:
a. Right merchandise berarti jenis, merek, warna, ukuran dan lainnya yang ingin dibeli oleh konsumen.
b. Right plece merujuk bukan pada lokasi retail, melainkan barang apa yang selayaknya ada disuatu retail dan tempat pemajangan di dalam retail itu
sendiri.
c. Right time berarti bahwa keberadaan barang diretail pada saat mana konsumen membutuhkannya.
e. Right prices adalah tingkat harga barang yang pantas dan bersaing pada tingkat mana masih memberikan keuntungan bagi retailer.
Kemudian Berman dan Evans (2001) menyebutkan bahwa the merchandising consist of the activities involved in acquiring particular goods and/organisasi services and making them available at the places, time and prices, and in the quantity that will enable the retailer to reach its goals. Dengan kata lain, menurutnya merchandising terdiri atas aktivitas-aktivitas
yang mencakup pengadaan barang/jasa tertentu dan membuatnya tersedia
pada tempat, waktu, harga, dan dalam jumlah tertentu sesuai dengan yang
diharapkan oleh konsumen.
Kedua definisi tersebut di atas relatif sama, yakni (1) merujuk
pada proses pengadaan dan penanganan barang dalam internal retailer, dan (2) merujuk pada kondisi-kondisi jenis, harga, jumlah/kuantitas, waktu dan
tempat merchandise yang disediakan untuk memenuhi kebutuhn konsumen,
(3) secara implisit menunjukan bahwa konteks pemenuhan kebutuhan
konsumen merupakan kepentingan retailer sebagai pusat penyedia kebutuhan.
Kenyataannya dengan perkembangan pemikiran dan
konsep-konsep tentang keseluruhan rantai pendistribusian barang (logistic concepts) yang makin modern, retailer tidaklah berdiri sendiri dalam upaya pemenuhan
kebutuhan konsumen. Peranan bisnis retail haruslah dipandang sebagai suatu
2.5.3. Harga
Menurut Kotler (1994:474), “price is what the sellers feels it is worth, in terms of money to the buyer”. Dimana pengertiannya adalah harga bagi penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkn pada pembeli.
Kesimpulan dari pengertian di atas bahwa harga yang dibayar oleh pembeli
sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual, serta penjual juga
menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut.
Harga produk menyumbangkan image dengan dua cara. Pertama, tingkat harga mempengaruhi persepsi konsumen. Kedua, cara harga
dipamerkan adalah bagian yang penting dari retail. Retail yang bergengsi
memiliki sedikit petunjuk harga atau label harga tidak ditunjukan. Sedangkan
retail diskon akan menonjolkan petunjuk harga dalam jumlah yang banyak.
Tujuan penetapan harga menurut Tjiptono (2002:152) adalah
“tujuan berorientasi pada laba, tujuan berorientasi pada volume, tujuan
berorientasi pada citra, tujuan stabilisasi harga, dan tujuan-tujuan lainnya”.
Perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba, yaitu tingkat laba
yang sesuai atau yang diharapkan sebagai sasaran laba. Dalam kondisi
persaingan global yang kondisinya sangat kompleks dan banyak variabel
yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan, maksimalisasi laba
sangat sulit dicapai, karena sulit memperkirakan secara akurat jumlah
Perusahaan yang mentapkan harga berdasarkan tujuan yang
berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah
volume princing objectives, harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan atau pangsa pasar. Tujuan
ini banyak diterapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan dan
lain-lain. Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melaluli strategi penetapan
harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk dan
mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan
untuk membentuk citra nilai tertentu, misalnya dengan memberikan jaminan
bahwa harga yang ditetapkn merupakan harga yang terendah di suatu wilayah
tertentu. Pada hakekatnya, baik penetepan harga tinggi maupun rendah
bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan
bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga,
bila suatu perusahaan menurunkan harga, maka para pesaing harus
menurunkan harga juga. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya
tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu yang produknya
sangat terstandarisasi. Tujuan stabilisasi dengan jalan menetapkan harga
untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan
Tujuan penetapan harga dapat ditentukan bedasarkan
tujuan-tujuan lainnya seperti mencegah masuknya pesaing, mempertahankan
loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur
tangan pemerintah. Berdasarkan urian tersebut, penetapan harga jual pada
suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam penetapan harga akan
berakibat fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha.
2.5.4. Lokasi dan Layout
Masalah lokasi merupakan masalah yang penting yang harus
dipertimbangkan oleh pengecer. Menurut Thoyib (1998:30), “masalah lokasi
tersebut antara lain meliputi masalah banyaknya lokasi, strategi pengecer
dalam memilih lokasi dan penetapan lokasi yang strategis sesuai dengan
produk yang dijual”.
Lebih lanjut Thoyib (1998:37), menyatakan bahwa “tiga tingkat
keputusan mengenai lokasi yang dihadapi oleh para ahli strategi pemasaran
adalah seleksi pasar, analisis area dan evaluasi tempat”. Para pengecer
memerlukan pengertian yang luas dan jelas tentang platform nilai dari
perusahaan, yaitu cara dimana perusahaan membedakan dirinya dengan para
pesaingnya didalam benak konsumen yang ingin dilayani sehingga
memungkinkannya untuk mencapai keuntungan diferensial yang dapat
Pendekatan strategi menghubungkan isu lokasi dengan
keseluruhan rencana pemasaran perusahaan. Management horizons, divisi dari price waterhouse, menanalisis proses ini dan merumuskan kriteria berikut untuk keputusan mengenai lokasi:
1. Berbasis luas, yaitu memadukan penjajakan pasar baru, penetrasi pasar
yang sudah ada, dan isu pertumbuhan jangka panjang yang lain
2. Proaktif yaitu membantu memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan
3. Terus menurus, terjadi pada semua tingkat proses perencanaan strategis
dari pengembangan sasaran perusahaan hingga pemonitoran kinerja lokasi
toko.
4. Berorientasi pada konsumen, berdasarkan pengetahuan mengenai populasi
pasar sasaran, termasuk keinginan mereka akan kemudahan dalam waktu
dan tempat.
5. Pasar yang lengkap, memaksimumkan cakupan pasar didalam suatu pasar.
6. Terpadu secara fungsional, memberikan masukan untuk seni dagang
komunikasi pelanggan dan manjemen bagian pasar secara khusus.
Tata letak juga perlu dipikirkan sebagai tempat melakukan
kegiatan usaha. Tata letak ini dikenal dengan nama layout. Layout yang tepat memberikan keindahan, kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang
kerja. Di samping itu, pelanggan atau konsumen pun betah berbelanja atau
berurusan dengan usaha tersebut.
Layout atau tata letak merupakan satu keputusan yang
menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Banyak dampak
strategis yang terjadi dari hasil keputusan tentang layout, diantaranya
kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas lingkungan kerja, kontak
konsumen dan citra perusahaan. Layout yang efektif membantu perusahaan
mencapai sebuah strategi yang menunjang strategi bisnis yang telah
ditetapkan diantara diferensiasi, biaya rendah maupun respon cepat. Dalam
semua kasus yang terjadi, layout seharusnya mempertimbangkan bagaimana
cara mencapai:
• Pemanfaatan lebih tinggi atas ruang, fasilitas dan tenaga kerja.
• Perbaikan aliran informasi, barang atau tenaga kerja.
• Meningkatkan moral kerja dan kondisi keamanan yang lebih baik
• Meningkatkan interaksi perusahaan dengan konsumen.
3. Perbedaan Persepsi Terhadap Retail
Dalam menentukan perbedaan dua badan usaha (retail) dapat
dilihat dari sudut pandang konsumen yaitu dengan melihat persepsi
konsumen terhadap retail. Persepsi konsumen terhadap obyek bisa berbeda
antara satu dengan lainnya, hal ini disebabkan adanya proses seleksi dari
begitu banyak stimulus yang ada.
Menurut Zeithaml et, al. (1990:10) :
“Excellent service differentiates otherwise similar competitors in a way that is important to customers, where competing service firm often look the important to customers, where competing service firm often the some with similar facilities, equipment, and menus of services, those firms do not feel the same to customer”.
Setiap konsumen akan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap
badan usaha sejenis yang terlihat sama dengan fasilitas, perlengkapan dan
layanan yang diberikan, akan membedakannya dengan badan usaha pesaing
yang sejenis. Dengan demikian, human resources, merchandise, harga, lokasi dan layout yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan persepsi konsumen yang berbeda antara badan usaha yang satu dengan badan usaha
Ditambahkan oleh Kotler dan Armstrong (2000:132-134), “People can emerge with different perceptions of the same objects because of three perceptual process : selective exposure, selective distortion and selective retention”.
1. Selective exposure, seseorang setiap hari dihadapkan pada sejumlah stimulus, dimana tidak mungkin untuk mengingat semuanya, sehingga
sebagian besar stimulus itu akan tersaring keluar.
2. Selective distortion, setiap orang akan memasukan informasi yang diterima ke dalam pikiran mereka. Dalam proses ini menjelaskan
kecendrungan orang untuk mengolah informasi menjadi sebuah
pengertian pribadi.
3. Selective retention, seorang individu akan cendrung mempertahankan informasi yang mendukung pendirian dan kepercayaannya. Mereka hanya
mengingat segi-segi baik dari informasi yang mendukung pendirian dan
kepercayannya. Setiap orang dapat mempunyai persepsi yang
berbeda-beda terhadap rangsangan atau stimulus yang sama. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya proses seleksi, organisasi dan interpretasi
terhadap stimulus tersebut. Setelah seseorang menerima stimulus, maka ia
akan melakukan pemilihan terhadap sejumlah rangsangan yang telah
diterimanya, kemudian mengelompokkan kedalam suatu kelompok yang
Dengan demikian elemen-elemen retail yang ada pada suatu badan
usaha akan membentuk persepsi seseorang terhadap badan usaha tersebut.
Bila elemen-elemen suatu retail berbeda dengan elemen-elemen retail usaha
lain, maka persepsi konsumen terhadap kedua retail tersebut berbeda. Dalam
menunjukkan adanya perbedaan retail, suatu badan usaha harus dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, dan secara terus menerus
memberikan kepuasan bagi konsumen.
4. Persepsi Konsumen
Defenisi menurut Schiffman dan Kanuk (1995:146): “perception is defined at the process by which individual selects, organizes, and interprets stimuli into a meaning full and coherent picture of the world”. Persepsi adalah seseorang memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan
rangsangan/stimulus yang diterima panca inderanya ke dalam suatu gambaran
yang utuh dan berarti tentang obyek rangsangan tersebut/tentang dunia yang
bersangkutan. Seseorang benar-benar bertindak sering dipengaruhi oleh
situasi tertentu. Orang-orang akan memandang situasi yang sama dengan cara
berbeda. Kenyataanya adalah bahwa seseorang memandang suatu obyek
stimuli melalui ke lima indera : mata, telinga, hidung, kulit dan lidah. Namun
demikian, setiap orang mengikuti, mengatur dan menginterpretasikan data
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1. Faktor stimulus, yang merupakan sifat fisik suatu obyek seperti ukuran,
warna, berat dan sebagainya.
2. Faktor individual, merupakan sifat-sifat individu yang tidak hanya
meliputi proses sensorik saja, tetapi juga pengalaman di waktu lampau
pada hal yang sama.
Penilaian konsumen pada human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout akan menimbulkan persepsi pada suatu perusahaan, sehingga konsumen mampu membedakan antara suatu perusahaan yang satu
dengan yang lain. Apabila dimensi human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout tersebut tidak sesuai dengan keinginannya maka akan timbul kesan bahwa human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout tersebut kurang baik.
Menurut Durianto dkk (2001:105),
“Penentuan atribut-atribut produk atau jasa disesuaikan dengan posisi yang
diinginkan oleh perusahaan terhadap produk atau jasa di pasar, segmentasi
pasar, sasaran pasar dan penempatan produk atau jasa”.
Hal ini yang mendasari perlunya uji reliabilitas dimensi atau suatu
produk atau jasa, sehingga pengukuran persepsi pada kualitas berkaitan
Dalam mengukur persepsi pada human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout, pertanyaan yang muncul adalah siapa yang menjadi responden untuk pengukuran dan bagaimana teknik pengukurannya. Menurut
Durianto dkk (2001:105) :
“Subyek pengukuran adalah pelanggan (pemakai) dari produk atau jasa
tersebut dan pengukuran dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi konsumen sekitar atribut produk atau dimensi
jasa”.
5. Pembelian Ulang (Repeat Purchase)
Pengertian pembelian ulang (repeat purchase) menurut Peter/Olsen (2002) adalah : “Kegiatan pembelian yang dilakukan lebih dari satu kali atau
beberapa kali”(p.111).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi Pembelian ulang
terdiri dari 2 kata yaitu, pembelian dan ulang diman pengertian pembelian
adalah proses atau perbuatan membeli, sedangkan definisi ulang adalah
beberapa kali melakukan perbuatan yang sama.
Tugas para pengecer tidak berhenti begitu penjualan terjadi,
karena konsumen akan mengevaluasi alternatif sesudah pembelian seperti
halnya sebelum pembelian. Konsumen dapat memberikan dampak yang
dapat memberikan dampak yang negatif dengan arti konsumen tidak puas
dengan transaksi yang dilakukan. Kepuasan yang diperoleh seorang
konsumen, dapat mendorong ia melakukan pembelian ulang (repeat purchase), menjadi loyal terhadap produk tersebut ataupun loyal terhadap toko tempat dia membeli barang tersebut, sehingga konsumen dapat
mencerikan hal-hal yang baik kepada orang lain.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) perilaku pembelian ulang itu
sangat berhubungan dengan konsep dari brand loyalty, dimana kebanyakan perusahaan mendukung karena hal ini memiliki kontribusi yang besar untuk
kestabilan yang baik di dalam marketplace.
Pembelian ulang yang sering terjadi pada konsumen juga akan
dapat menyebabkan secara kumulatif jumlah pembelian bulanan menjadi
lebih besar dari pada jumlah pembelian konsumen yang tidak pernah
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya berjudul “Analisa perbandingan human resource, merchandise, dan harga antara Alfamart dan Indomaret berdasarkan persepsi konsumen di Surabaya” yang ditulis oleh Rosaliana Setiawati dan Linda Phieter dari Universitas Petra Surabaya. Adapun tujuan
dari penelitian “Analisa perbandingan human resource, merchandise, dan harga antara Alfamart dan Indomaret berdasarkan persepsi konsumen di Surabaya” ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan human resource, merchandise, dan harga antara Alfamart dan Indomaret berdasarkan
persepsi konsumen di Surabaya. Penelitian dilakukan pada 15 gerai Alfamart
dan 15 gerai Indomaret diSurabaya dengan jumlah sampel sebesar 350
responden.
Analisis dilakukan dengan menggunakan uji t beda untuk data
berpasangan (Paired-Samples t Test). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Alfamart
dan Indomaret. Pada dimensi human resource menunjukkan bahwa Alfamart
dipersepsikan lebih baik daripada Indomaret dengan perbedaan yang
signifikan, sedangkan pada dimensi merchandise Indomaret dipersepsikan
lebih baik daripada Alfamart dengan perbedaan yang signifikan. Pada dimensi
berarti harga produk pada kedua minimarket tersebut dipersepsikan oleh
pelanggan hampir sama.
C. Kerangka Konseptual Penelitian
1. Hubungan Antar Konsep
Kunci untuk mencapai tujuan organisasi adalah pada penentuan
kebutuhan dan keinginan dari pasar sasaran dan pada pemberian kepuasan
yang diinginkan dengtan lebih efektif dan efisien dari pada para pesaing yang
disebut dengan konsep pemasaran. Dengan demikian konsep pemasaran
menekankan pada kepuasan konsumen.
Konsumen dalam berbelanja akan memperhatikan kualitas produk
yang baik, harga yang besaing, merchandise yang sesuai harapan konsumen, dan layanan yang memuaskan. Produk yang berkualitas, harga pantas,
merchandise yang sesuai harapan konsumen, kualitas pelayanan merupakan variabel yang tidak dapat dipisahkan. Suatu usaha akan sukses kalau didukung
dengan kualitas layanan yang baik, produk yang berkualitas, harga yang
pantas, merchandise yang sesuai harapan konsumen. Variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Konsumen akan
Secara teoritis dikatakan bahwa suatu minimarket sangat menentukan persepsi konsumen pada minimarket tersebut. Apabila minimarket tersebut sesuai dengan harapan konsumen, maka minimarket tersebut dipersepsikan baik. Bedasarkan hal ini, maka dalam menentukan perbedaaan
minimarket dapat dilihat dari sudut pandang konsumen yaitu melihat persepsi konsumen terhadap minimarket. Masing-masing minimarket bersifat heterogen, karena masing-masing minimarket tersebut memiliki konsep tersendiri dalam medekati konsumen, maka terdapat perbedaan antara minimarket yang satu dengan yang lain.
Setiap konsumen akan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap
minimarket sejenis yang terlihat sama, karena masing-masing minimarket memiliki human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout yang berbeda. Konsep pemasaran yang berbeda antar dua minimarket, menyebabkan adanya perbedaan human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout tersebut berdasarkan penilaian lain konsumen. Dengan demikian
resource, merchandise, harga, lokasi dan layout suatu minimarket harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, dan secara terus menerus
memberikan layanan yang berkualitas, produk yang bekualitas dan harga yang
2. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan segi awal adanya kecenderungan perbedaan human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout anataraIndomaret dan Alfamart berdasarkan persepsi konsumen di
jalan Pringgodani Yogyakarta
Argumentasi Teoritis Mengenai Perbedaan Human Resource, Merchandise, Harga, Lokasi dan Layout.
Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout antara Indomaret dan Alfamart berdasarkan persepsi konsumen di jalan Pringgodani Yogyakarta?
2. Apakah ada pengaruh antara persepsi konsumen tentang human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout terhadap jumlah pembelian Indomaret dan Alfamart di jalan Pringgodani Mrican Yogyakarta?
Human Resource
Merchandise Harga
Jumlah Pembelian
Hipotesis :
1. Diduga terdapat perbedaan human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout antara Indomaret dan Alfamart berdasarkan persepsi
konsumen di jalan Pringgodani Yogyakarta.
2. Diduga ada pengaruh antara persepsi konsumen tentang human resource, Lokasi dan
D. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, serta landasan teori, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga terdapat perbedaan human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout antara Indomaret dan Alfamart berdasarkan persepsi konsumen di jalan Pringgodani Yogyakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparasi. Menurut Aswarni
Sudjud (dalam Arikunto, 2002:236), penelitian komparasi merupakan penelitian
yang dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang
benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik
terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Dapat juga
membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan
orang, kelompok, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap
ide-ide.
Secara spesifik penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout antar Indomaret dan Alfamart berdasarkan persepsi konsumen di Pringgodani, Yogyakarta.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian yang akan diamati adalah konsumen, karena
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2011, Lokasi
penelitian yaitu di daerah Pringgodani, Yogyakarta dimana terdapat Indomaret
dan Alfamart yang akan di teliti.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout antara Indomaret dan Alfamart, serta sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi nilai tertentu yang
diputuskan peneliti untuk diteliti atau dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Sugiono, 2008 : 59).
E. Definisi Oprasional
Untuk memberi batasan pengukuran agar tidak terjadi salah tafsir, maka
variabel-variabel yang dianalisi perlu didefinisi oprasionalkan. Definisi
oprasional masing-masing dimensi human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout adalah sebagai berikut:
1) Human Resource adalah persepsi konsumen terhadap kemampuan sumber daya retail dalam melayani konsumen, yaitu pelayanan retail kepada
konsumen. Indikator pengukuran variabel ini meliputi: kemenarikan
melayani/menangani keluhan konsumen, karyawan memberi pelayanan
yang ramah kepada konsumen yang berbelanja, karyawan menawarkan
trolly/keranjang kepada konsumen yang berbelanja, dan karyawan
mengantarkan dan membantu mencari barang yang dibutuhkan
konsumen.
2) Merchandise adalah persepsi konsumen terhadap rentan bauran produk (assortment) yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Indikator pengukuran variabel ini meliputi: keanekaragaman jenis barang
yang dijual, merek barang yang dijual bervarisi, barang yang ditawar
ukurannya lengkap, jumlah barang yang tersedia banyak dan barang yang
ditaruh di rak terlihat teratur dan sesuai kategori.
3) Harga adalah persepsi konsumen terhadap kesesuaian harga produk yang dijual. Indikator pengukuran variabel ini meliputi: harga barang sesuai
dengan daya beli konsumen, harga barang sesuai dengan kualitasnya,
harga kompetitif bila dibandingkan dengan harga produk di minimarket
lain, harga produk sesuai dengan harga barang di pasaran, dan
penempatan label harga terlihat jelas.
4) Lokasi dan Layout adalah persepsi konsumen terhadap lokasi dari minimarket yang mudah terjangkau dan tempat usaha yang terlihat besar,
rapih dan teratur. Indikator pengukuran variabel ini meliputi: lokasi
dan tempat nongkrong tersedia, sistem penataan barang memudahkan
anda untuk menemukan barang yang anda butuhkan, dan sistem penataan
barang memudahkan anda berpindah dari lorong/tempat yang satu
ketempat yang lain.
5) Persepsi, menurut Davidoff Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu
sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang
terintegrasi dalam diri individu (Walgito, 2002:69).
6) Jumlah Pembelian, frekuensi pembelian yang dilakukan konsumen dan nilai rupiah yang dibelanjakannya. Indikator variabelnya adalah berapa
kali konsumen melakukan pembelian ulang dalam sebulan dan rata-rata
jumlah rupiah yang dibelanjakan konsumen setiap bulan baik di
Indomaret maupun di Alfamart.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Kuncoro (dalam Samuel, 2006 : 57-58) populasi adalah
kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, obyek,
transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau
demikian jumlah populasi bersifat tak terhingga atau tak diketahui
jumlahnya adalah populasi yang keberadaan dan jumlah anggotanya tidak
diketahui secara pasti, tidak jelas keberadaan dan jumlahnya dari Konsumen
yang pernah berbelanja di Indomaret dan Alfamart yang berada di
Pringgodani, Mrican, Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi
populasi yang akan diteliti yaitu usia dan pendidikan minimal SLTA.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Dalam penelitian ini,
populasinya tidak diketahui, maka untuk mengetahui jumlah sampel
responden, peneliti menggunakan rumus Infinite dengan populasi (N) tidak
diketahui atau (N-n)/(N-1) =1 sebagai berikut :
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
= derajat kepercayaan
p = proporsi
q = 1-p (1-proporsi)
Dalam penelitian ini ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau
1 /2 = 1,96 , proporsi (p) = 0,5, sedangkan d sebesar 10% (0,1), maka
dapat dihitung sampel responden untuk penelitian :
, . . .
.
,
Oleh karena itu, dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 100
orang responden dari konsumen Indomaret dan Alfamart yang diwakili 50
responden dari masing-masing minimarket.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Convenience sampling. Convenience sampling adalah prosedur untuk mendapatkan unit sampel sesuai keinginan peneliti. Pada umumnya, peneliti menggunkan metode
ini untuk memperoleh daftar pertanyaan dalam jumlah yang besar secara
lengkap dan hemat, (Kuncoro, 2003, p.119), kemudian dengan patokan jumlah
tersebut peneliti mengambil sampel sebesar 100 orang konsumen yang pernah
berbelanja di Indomaret dan Alfamart yang berada di Pringgodani, Mrican,
H. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau
organisasi secara langsung melalui obyeknya. Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini berupa data hasil kuesioner yang diperoleh melalui
penyebaran kuesioner.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
berupa publikasi. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara
lain data yang diperoleh dari jurnal, skripsi atau penelitian sebelumnya dan
gambaran umum tentang minimarket Indomaret dan Alfamart.
I.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpilan data dalam penelitian ini adalah melakukan
observasi dan penyebaran kuisioner.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan
data/fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Observasi
adalah pengamatan langsung terhadap lingkungan fisik perusahaan dan
2. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008 : 199). Penyebaran kuesioner
ini untuk memperoleh data tentang persepsi konsumen pada human resource, merchandise, harga, lokasi dan layout antara Indomaret dan Alfamart. Dalam penelitian ini, kuesioner akan diberikan kepada 100
orang responden yaitu konsumen yang pernah berbelanja di Indomaret
dan Alfamart yang terletak di Pringgodani Yogyakarta. Masing-masing
minimarket yaitu Indomaret dan Alfamart akan diwakili oleh 50 orang
responden.
J. Teknik Pengujian Instrumen
Salah satu masalah dalam penelitian adalah cara memperoleh data
yang akurat dan obyektif. Hal ini menjadi sangat penting sebab kesimpulan yang
diambil hanya akan dapat dipercaya bila didasarkan pada data yang akurat.
Untuk itu dalam penelitian ini perlu diketahui seberapa tinggi reliabilitas dan
validitas alat ukur (instrumen) yang digunakan.
Menurut Sumarsono (2002:32), “Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana alat pengukur (kuesioner) mengukur apa yang