• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KELOMPOK PADA ANGGOTA KELOMPOK BOMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KELOMPOK PADA ANGGOTA KELOMPOK BOMBER"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KELOMPOK

PADA ANGGOTA KELOMPOK BOMBER

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Sebastianus Yudhy Pratama

03 9114 024

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Do the best, God will do the rest,

and even Gives you chances to do your best

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku, atas semuanya.

(5)
(6)

sedang menggambar pada tembok-tembok yang kita lewati. Pelakunya biasa disebut bomber. Walapun dihadapkan dengan aturan dan warga yang menentang aksi mereka, kelompok bomber tetap berani “ngebom” di berbagai tempat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh kelompok pada anggota kelompok bomber tersebut. Pengaruh kelompok meliputi Social Facilitation, Social Loafing, Deindividuasi, Group Polarization, dan Groupthink.

Penelitian ini mengambil 4 orang bomber sebagai subjek dengan 2 kelompok yang berbeda. Mereka dan kelompoknya telah membuat gambar dan graffiti di berbagai tembok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi deskriptif. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dan observasi partisipan.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kelompok bomber berpengaruh pada anggotanya. Pengaruhnya antara lain pada pemilihan tempat, waktu, karya yang dihasilkan, dan keberanian. Pengaruh kelompok terjadi pada kedua kelompok meskipun tidak sama pengaruhnya. Social Facilitation, Deindividuasi, dan Groupthink terjadi pada kedua kelompok, sedangkan Social Loafing dan Group Polarization hanya terlihat pada salah satu kelompok. Perbedaan tujuan kelompok dan tujuan anggota di antara kedua kelompok berpengaruh pada perbedaan tersebut.

Kata Kunci : Bomber, Pengaruh Kelompok, Social Facilitation, Social Loafing, Deindividuasi, GroupPolarization, Groupthink.

(7)

ABSTRACT

GROUP INFLUENCE TO BOMBER GROUP MEMBERS Sebastianus Yudhy Pratama

It’s no longer an unusual view when you see few people drawing on a wall. They were called bomber. Faced with rules and local people against what they do, they still dare to “bomb” at many places. This research’s goal is to obtain descriptions of group influence to the members of a bomber group. Those group influences are Social Facilitation, Social Loafing, Deindividuation, Group Polarization, and Groupthink.

This research brought out 4 bombers from 2 different groups as subject. They with their group have made drawings and graffiti on many walls. This research is a qualitative research with a descriptive study method. Interview an participative observation were used by the researcher to collect the data.

This research’s result infers that bomber group influenced their members. The influence is on choosing places, deciding time, the art work they made, and braveness. Group influences occur on both groups even not on the same things. Social Facilitation, Deindividuation, and Groupthink occur on both groups, but Social Loafing andGroup Polarization only shown by one group. That difference might cause by differences as group’s goal and member’s goal, between both groups.

Key Word: Bomber, Group Influence, Social Facilitation, Social Loafing, Deindividuation, Group Polarization, Groupthink.

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa yang maha kuasa, atas berkahnya peneliti diijinkan menyelesaian penelitian ini. Dia yang masih selalu menyertai dan menegur ditengah kelalaian peneliti. Senantiasa mengingatkan dan memberi semangat melalui orang-rang dan kejadian di sekitar peneliti.

Skripsi ini dikerjakan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam program kuliah Psikologi dengan judul Pengaruh Kelompok pada Anggota Kelompok Bomber. Proses yang tidak mudah dan melelahkan namun juga tidak sesulit yang dibayangkan.

Akhirnya, peneliti ingin mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam proses pengerjaan skripsi ini. 1. Allah Bapa yang maha kuasa, yang dengan cara-Nya yang sungguh misterius

dan rencana-Nya yang indah, memungkinkan dan memberi kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Terima kasih pada Yesus Kristus, Bunda Maria, SantoYosef, untuk segalanya. Semuanya ada di depan mata, terimakasih. 2. Bapak P. Eddy Suhartanto S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

3. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari S.Psi, M.Si, selaku Kaprodi Psikologi

4. Bapak Minta Istono, S.Psi, M.Si, atas segala waktunya untuk berdiskusi, kesabarannya, bimbingannya, pertanyaan-pertanyaan, dan koreksinya.

(10)

untuk berdiskusi.

7. Love Hate Love, Paws, Muck, Merf, terimakasih untuk waktu, bantuannya, dukungannya. Teman-teman Wijilan, terimakasih atas kesempatan untuk melakukan banyak hal bersama kalian. Tapi, Klambiku do gupak cet.

8. Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni, Mas Muji, atas segala bantuannya, telponnya, kesabarannya.

9. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

10.Keluarga Karanganyar, Iphom, Bapak, dek Tok, Eyang Kakung Putri. Aku tahu aku didoakan dari sana. Maaf aku jarang pulang.

11.Sheila Sitarani Savitri.

12.Keluarga Tegal kemuning, Bapak, Ibu, dek Pritha, Mak’e, Si O’o, semuanya. Atas segala dukungannya selama ini, semangatnya ketika aku jatuh.

13.Teman-teman yang sudah membantu meminjami buku, kalau ada yang belum aku kembalikan, tolong diingatkan, mungkin aku lupa.

14.Teman-teman Fakultas Psikologi dari semua angkatan yang aku kenal, Friends Community, Psynema, HMZ, bersamamu kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu.

15.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas segalanya.

(11)
(12)

xii

Halaman Pengesahan Penguji ... iii

Halaman Motto dan Persembahan ... iv

Halaman Pernyataan ... v

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Lembar Pernyataan Publikasi... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Lampiran... xvi

Bab I. Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

Bab II. Dasar Teori ... 8

A. Bomber... 8

B. Kelompok ... 9

1. Pengertian Kelompok... 9

2. Terbentuknya Kelompok ... 12

3. Ciri-ciri Kelompok... 13

C. Pengaruh Kelompok terhadap Individu... 14

1. Social Facilitation... 16

2. Social Loafing... 17

(13)

xiii

4. Group Polarization... 18

5. Groupthink... 19

D. Pengaruh Kelompok Bomber terhadap Individu Bomber... 20

Bab III. Metodologi Penelitian ... 23

A. Jenis Penelitian... 23

B. Subjek Penelitian... 23

C. Fokus Penelitian ... 24

D. Metode Pengambilan Data ... 26

1. Wawancara... 26

2. Observasi... 30

E. Proses Pengambilan Data ... 31

F. Analisis Data... 36

G. Kredibilitas Penelitian... 38

Bab IV. Hasil dan Pembahasan... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

1. Konteks Temuan ... 39

a. Gambaran Kelompok YORC ... 39

b. Gambaran Kelompok FSK... 41

2. Hasil Temuan Utama ... 44

a. Pengaruh Kelompok pada Anggota Kelompok YORC... 44

b. Pengaruh Kelompok pada Anggota Kelompok FSK ... 54

B. Pembahasan ... 60

1. Social Facilitation... 60

2. Social Loafing... 63

3. Deindividuasi ... 65

4. Group Polarization... 67

(14)

xiv

Daftar Pustaka ... 78

(15)

xv Daftar Tabel

Tabel 3.1. Guideline Wawancara... 29

(16)

xvi

Wawancara Muck ... 108

Wawancara Merf... 120

Observasi OBS0... 132

Observasi OBS1... 135

Observasi OBS2... 139

Observasi OBS3... 143

Observasi OBS4... 147

Observasi OBS5... 151

Observasi OBS6... 155

Observasi OBS7... 160

Observasi OBS8... 165

Observasi OBS9... 169

Observasi OBS10... 176

Observasi OBS11... 182

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan orang lain dapat berpengaruh pada perilaku seseorang. Perilakunya bisa berbeda, ketika sendirian, dengan adanya orang lain, atau dengan kelompok. Ketika berada dalam kelompok, seorang individu bisa mendapat pengaruh dari kelompok atau amggota kelompok yang lain. Hal demikian dapat pula terjadi pada sebuah kelompok bomber, kelompok yang anggotanya adalah bomber-bomber, orang yang membuat graffiti.

Sudah bukan pemandangan yang aneh lagi, ketika dinding-dinding di sepanjang jalan di daerah Taman Siswa, sebelah Galleria Mal, sekitar Mandala Krida, dan banyak tempat lain yang semula putih bersih atau kotor tak terawat, atau penuh corat-coret, menjadi berwarna-warni di keesokan harinya. Kita tentu akan tertarik untuk melihat, ketika pada malam hari ada beberapa orang menggambar bersama pada dinding di jalan-jalan yang kita lalui. Pemandangan ini membuat mata orang-orang yang lewat, tertarik untuk melihat atau sekadar melirik. Gambar yang mereka buat adalah sebuah seni jalanan, bisa mural atau graffiti, tulisan untuk mengekspresikan kebebasan.

Bomber dapat diartikan sebagai orang yang membuat graffiti. Istilah bomb digunakan untuk kegiatan menyemprotkan cat semprot

(18)

(http://en.wikipedia.org/wiki/Graffiti_terminology). Graffiti atau tag yang dibuat merupakan nama kelompok kecil pembuat graffiti atau juga kelompok besar dimana semua pembuat graffiti biasa berkumpul, bukan nama pembuatnya saja. Identitas pembuat graffiti tidak secara jelas tercantumkan pada graffitinya. Penggunaan nama alias, aka, dan atau nama kru, memang menutupi identitas asli dari pembuatnya.

(19)

3

kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, di Amerika Serikat, “ngebom” pun dilancarkan di kereta api bawah tanah. Graffiti modern kerap dikaitkan dengan musik hip-hop, baik musiknya sendiri maupun gaya hidupnya, cara berbicaranya, sampai pakaian yang digunakan.

Meskipun tagger dan gang jalanan sama-sama menggunakan graffiti sebagai bentuk illegal komunikasi, maksud mereka berbeda. Tagger melihat graffiti sebagai bentuk seni, permainan, ataupun friendly contest. Berbeda dengan tagger, geng-geng jalanan menggunakan graffiti untuk menandai area mereka dan mengumumkan ancaman kepada musuh mereka (http://www.slsheriff.org/html/org/metrogang/graffiti). Demikian pula di Yogyakarta, ada tagger dan gang yang menggunakan graffiti untuk menunjukan eksistensi mereka. Bomber yang satu menggunakan graffiti sebagai ekspresi seni dan yang lain untuk menandai wilayah dan keberadaan gengnya. Penelitian ini mengkhususkan pada bomber yang membuat graffiti sebagai seni, bukan pada pembuat graffiti geng.

(20)

lokasi di Jakarta (Bisnis Indonesia, edisi: 7 Mei 2006). Ada pula orang yang berpendapat, kalau graffiti di dinding-dinding jalan, tidak lebih buruk daripada dinding-dinding tersebut kotor, tidak terawat, dan penuh dengan tempelan flyers atau brosur-brosur yang tidak penting.

(21)

5

Bomber jarang terlihat sendirian dalam melakukan aksinya membuat graffiti. Dalam melakukan aksinya, pembuat graffiti ini selalu melakukannya dengan berkelompok. Meskipun dalam pengerjaannya hanya dua atau tiga orang saja yang menggambar, yang lain ikut menonton, mengawasi kendaraan yang lalu lalang, bahkan mendokumentasikan baik dengan kamera digital maupun kamera video. Bahkan kadang terlihat dua orang saja datang dengan sepeda motor dengan membawa kantong plastik besar mulai mengocok kaleng cat semprot dan lalu membuat gambar di tembok-tembok sekitar kita.

(22)

Meski merupakan kumpulan dari beberapa orang, jika dibandingkan dengan suporter olahraga sepak bola atau basket, atau juga geng motor, yang kehilangan kadang individualitasnya dan meleburkan identitasnya kepada crowd, kelompok bomber jumlahnya lebih kecil dan tidak menunjukan wildness, ataupun perilaku yang berbahaya. Tahun 2007 lalu hampir semua saluran televisi menyiarkan rekaman brutalnya kelompok geng motor, terlihat bagaimana mereka secara bersama-sama menghancurkan sebuah tempat perbelanjaan. Kerusuhan suporter sepak bola di awal tahun 2008 lalu menunjukan betapa kuatnya sebuah kelompok (atau biasa kita sebut crowd) dimana mereka menghancurkan fasilitas stadion dan lingkungan di sekitar stadion. Hanya dua orang dari suporter yang berani maju ke tengah lapangan untuk menunjukkan wujud protesnya pada wasit.

Kelompok kecil bomber yang kadang hanya beranggotakan dua orang, yang merupakan jumlah minimal untuk dikatakan kelompok, tampak memiliki keberanian untuk “menantang” peraturan, aparat, dan juga warga dimana mereka membuat gambarnya. Segala kekawatiran mengenai denda dari pemerintah, kurungan penjara, kejar-kejaran dengan aparat, sampai bentrokan dengan warga sekitar, menghilang bersama malam itu dan berganti dengan gambar yang bisa kita lihat keesokan harinya.

(23)

7

mereka terhadap kegiatannya, apa yang melatar-belakangi apa yang mereka lakukan, apa yang membuat mereka berani menghadapi resiko ditangkap oleh aparat, denda, kurungan penjara, sampai bentrok dengan warga, serta pengaruh kelompok pada kelompok bomber terhadap individu anggotanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh kelompok pada anggota kelompok bomber.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran lengkap mengenai pengaruh kelompok pada anggota kelompok bomber.

D. Manfaat

1. Memperkuat dan menambah kasanah psikologi, khususnya psikologi sosial, tentang pengaruh kelompok terhadap individu.

2. Pengetahuan tentang pengaruh kelompok bomber pada anggotanya dapat dipakai sebagai masukan secara umum bagaimana sebuah kelompok dapat mempengaruhi seorang individu di dalamnya.

(24)

8

BAB II

DASAR TEORI

A. Bomber

Graffiti dalam kamus Oxford diartikan sebagai gambar atau tulisan di sebuah tembok dan sebagainya, di sebuah ruang publik. Biasanya kasar, humoris, ataupun politis (Oxford). Graffiti sudah ada sejak jaman dahulu, misalnya saja di Yunani kuno dan Kerajaan Romawi. Graffiti bisa berupa apapun dari goresan sederhana sampai lukisan dinding yang rumit. Sejarahnya, istilah graffiti ditujukan pada prasasti, lukisan figur, dan sebagainya, yang ditemukan pada dinding makam atau reruntuhan kuno, seperti Catacombs of Rome (www.wikipedia.com).

Istilah yang kemudian berkembang adalah street art atau seni jalanan, seni yang berkembang di ruang publik seperti jalan. Termasuk di dalamnya adalah graffiti dan hasil seni jalanan yang lain seperti gambar tempel, poster, wheatpasting, proyeksi video, instalasi jalanan dan sebagainya. Istilah street art juga digunakan untuk membedakan karya seni dari graffiti sebuah geng. Pelakunya sreet art kemudian disebut street artist.

(25)

9

membuat graffiti pada sesuatu, dan bomber adalah seseorang yang nge-bomb. Bomber dapat diartikan sebagai orang yang menyemprotkan cat semprot, dengan kata lain membuat graffiti.

Graffiti yang ditulis mengatas-namakan sebuah kelompok atau kepentingan tertentu, misalnya di Yogyakarta banyak ditemui nama geng, inisial sekolah, ungkapan cinta, sampai umpatan kemarahan (Robee, 2003). Penelitian ini mengkhususkan pada pembuat graffiti yang berkumpul dalam sebuah kelompok, yang kemudian disebut kelompok bomber, kelompok yang anggotanya adalah bomber.

B. Kelompok

1. Pengertian kelompok

(26)

setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain. Dalam kebanyakan kelompok, anggota-anggotanya melakukan kontak tatap muka yang teratur (Sears, Freedman, dan Peplau, 2004). Bass mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan individu, yang mana keberadaannya sebagai kumpulan menguntungkan bagi individu (Bass, dalam Shaw, 1981).

Pengertian yang menekankan pada tujuan kelompok mendefinisikan kelompok sebagai unit yang tersusun dari dua atau lebih orang, yang membuat hubungan untuk sebuah tujuan, dan yang menganggap kontak atau hubungan itu berarti (Mills, dalam Shaw, 1981).

McDavid dan Harari (dalam Shaw, 1981) menjelaskan bahwa kelompok sosio-psikologis adalah sistem yang terorganisir dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan sehingga sistem bisa menjalankan fungsi-fungsi, mempunyai tatanan standar peran-peran hubungan antar anggotanya, dan mempunyai tatanan norma yang mengatur fungsi kelompok dan tiap anggotanya Pengertian ini memberi batasan pada properti struktural seperti status, peran, norma, meskipun memang banyak elemen struktural terlibat dalam struktur kelompok, seperti hubungan kekuasaan dan hubungan afektif.

(27)

11

berdasarkan saling ketergantungan dari anggota kelompok (atau sub bagian dari kelompok). Terlihat lebih penting untuk menekankan pada poin ini karena banyak pengertian kelompok menekankan kemiripan daripada dinamika, kesalingtergantungan sebagai faktor pokok. Fiedler (dalam Shaw, 1981) menyatakan bahwa dalam hal ini (kelompok) diartikan sebagai sebuah setting individu-individu yang berbagi common fate, yang mana saling tergantung, yang berarti satu anggota akan (kurang lebih) mempengaruhi yang lain.

Kelompok kecil didefinisikan sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi dengan yang lain, tatap muka, atau serangkaian pertemuan dimana setiap anggota menerima persepsi (yang cukup berbeda) dari tiap anggota, baik seketika maupun di pertemuan berikutnya, sehingga dia bisa bereaksi pada tiap orang sebagai seorang individu meski hanya untuk mengingat bahwa individu itu ada (Bales, 1950, dalam Shaw, 1981).

(28)

2. Terbentuknya Kelompok

Pada awalnya seorang bertemu yang lain dan kemudian bertambah satu orang lagi, dan bekembang terus sampai pada banyak orang. Ada yang membuat dua orang pertama itu bertemu dan berkumpul, ada pula yang membuat orang ketiga, keempat dan seterusnya mau bergabung dengan kedua orang tadi, dan kemudian berinteraksi, menjalin hubungan. Peristiwa dalam interaksi kelompok, terciptanya hubungan antara dua orang atau lebih, sering dianggap sebagai pembentukan kelompok, group formation (Shaw, 1981). Banyak sebab orang bergabung dengan kelompok, misalnya untuk memenuhi tujuan pribadinya atau untuk kepentingan bersosialisasi.

(29)

13

perasaan bahwa mereka superior dibanding orang lain) dan yang mencari self-trancendence (keinginan untuk membantu orang lain, tidak mempedulikan status mereka, dan untuk mencari tujuan tertentu).

3. Ciri-ciri Kelompok

Sheriff (dalam Santosa, 2006) memaparkan empat ciri kelompok sosial sebagai berikut:

a. Adanya motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi sosial tertuju dalam mencapai tujuan bersama.

b. Memiliki reaksi dan kecakapan yang berlainan antar anggota kelompok akibat terjadinya interaksi sosial.

c. Ada pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam rangka mencapai tujuan bersama.

d. Adanya penegasan norma-norma kelompok

(30)

C. Pengaruh Kelompok terhadap Individu

Bagaimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh keberadaan orang lain banyak diterangkan dalam psikologi sosial, juga tentang bagaimana perilaku sosial seorang individu melebur dalam perilaku kelompok. Walgito (2001) menyatakan, jika jumlah individu itu banyak, maka individu merasa dirinya cukup kuat untuk menghadapi atau menentang norma-norma yang dianggapnya menjadi penghalang itu. Dengan mereka menjadi satu, orang yang semula takut, ketakutan itu menjadi berkurang atau bahkan hilang, orang yang semula ragu-ragu menjadi tidak ragu-ragu lagi dan akhirnya penghalang tersebut dilanggar, sensor tidak lagi mampu bekerja dengan baik, dan individu merasa bebas.

(31)

15

individu dalam crowd berbeda dan heterogen, tidak ada kesatuan mental, namun mereka menyesuaikan norma yang sesuai dengan situasi tertentu saat itu. Ketika berada di dalam kelompok anggota akan conform dan ikut norma yang berlaku. Penjelasan ke-empat adalah Deindividuasi, yaitu sebuah satus psikologis yang berkarakteristik berkurangnya self-awareness dan meningkatnya identitas sosial, dibawa oleh keadaan eksternal seperti menjadi anggota anonymus dari crowd yang besar.

Menurut Santosa (2006), kelompok sosial dapat berpengaruh terhadap kehidupan pribadi secara umum berpengaruh pada persepsi individu, sikap sosialnya, dan tingkah laku individu.

1. Pengaruh terhadap persepsi meliputi organisasi informasi, pemberian ciri-ciri, pemahaman atas sikap, dan bagaimana merespon.

2. Pengaruhnya terhadap sikap meliputi pembentukan dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan itu dapat terjadi karena interaksi sosial, faktor intern seperti minat, berada pada situasi tertentu, penambahan informasi, dan penekanan atau paksaan.

3. Pengaruh terhadap tingkah laku meliputi perubahan dalam arti psikologis, juga termasuk interaksi yang tampak antara individu dan lingkungannya.

(32)

kelima pengaruh diatas menjadi Perilaku Individu dan Kelompok yang didalamnya adalah social facilitation, social loafing, deindividuation; dan Keputusan kelompok yang didalamnya ada penjelasan mengenai group polarization, dan groupthink.

1. SocialFacilitation

(33)

17

2. SocialLoafing

Berlawanan dengan meningkatnya performa ketika ada kehadiran orang lain, ada kecenderungan seseorang untuk mengurangi usahanya, yaitu ketika seseorang itu mengerahkan usahanya untuk tujuan bersama dimana seseorang tidak diperhitungkan secara individu (Myers, 1983). Myers menyatakan bahwa tidak-diperhatikannya mereka secara individu menyebabkan seseorang untuk cenderung mengendur ketika tidak diawasi dan di beri reward secara individu.

3. Deindividuasi

(34)

Menurut Marvin E. Shaw (1981), fenomena deindividuasi adalah hasil dari beberapa proses yang berhubungan dalam kelompok, termasuk anonimitas, pembauran tanggung jawab, social facilitation, dan pergeseran norma. Kamus Oxford mengartikan Anonymity sebagai keadaan tidak dikenal untuk kebanyakan orang lain, sedangkan anonymous adalah orang dengan nama yang tidak diketahui atau tidak dipublikasikan. Menjadi anggota anonymus dari crowd dapat membawa pada deindividuasi. Ketika ada hasil negatif dari apa yang kelompok lakukan, mereka percaya bahwa tanggung jawab akan didistribusikan atau dibagi antar anggota kelompok, sehingga terjadi pembauran tanggung jawab.

Ketika kita menjadi bagian dari crowd yang besar, tampaknya kita lebih mematuhi norma kelompok itu dan tidak bertindak atas kepatuhan pada norma lain. Kadang norma dari kelompok tertentu berkonflik dengan norma dari kelompok lain atau sebuah masyarakat luas, dan seseorang akan cencerung bertindak menurut norma kelompoknya daripada norma lain (Postmes & Spears, 1998 dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006).

4. GroupPolarization

(35)

19

Johnson, 2003). Aronson, Wilson, dan Akert (2005) menjelaskannya sebagai kecenderungan kelompok untuk membuat keputusan yang lebih ekstrim daripada keinginan sebenarnya dari anggotanya secara pribadi.

5. Groupthink

Aronson, Wilson, dan Akert (2005) menjelaskannya sebagai sebuah pemikiran dimana mempertahankan kohesivitas dan solidaritas kelompok lebih penting daripada mempertimbangkan kenyataan atau faktanya. Ada beberapa symptoms menurut Myers (1983) yang mengindikasikan terjadinya groupthink. Ilusi kekebalan, rasionalisasi, kepercayaan kuat terhadap moral kelompok, cara pandang stereotip terhadap lawan, tekanan konformitas, self-cencorship, ilusi kebulatan suara, dan mind guards.

(36)

karena individu menganggap diskusi adalah sebuah konsensus dari orang-orang cerdas. Mind guards adalah ketika mereka mengabaikan informasi yang dapat mengganggu keefektifan atau moralitas diskusi.

D. Pengaruh Kelompok Bomber terhadap Individu Bomber

Perilaku seorang anggota kelompok bomber juga dipengaruhi oleh keberadaan orang lain yang berada dekat dengannya dan anggota kelompok yang lain. Jumlah individu yang dapat membuat individu merasa dirinya cukup kuat untuk menghadapi atau menentang norma-norma yang dianggapnya menjadi penghalang apa yang akan dilakukannya. Ketakutannya dapat berkurang atau hilang, begitu pula keraguannya.

Performansi seorang bomber dapat menjadi lebih baik saat bomber bekerja dalam kehadiran orang lain atau anggota kelompoknya, seorang bomber menjadi merasa didukung, dikuatkan, terlebih perilakunya tidak berbeda dari anggota kelompok yang lain dan tidak ada yang dikhususkan. Meskipun demikian ada kecenderungan untuk mengurangi usahanya ketika individu bomber itu mengerahkan usahanya untuk tujuan bersama dimana seseorang tidak diperhitungkan secara individu

(37)

21

bomber. Ketika bomber menjadi anggota anonymus, hal itu dapat membawanya pada deindividuasi, dan membuat seorang bomber merasa kurang bertanggung jawab atau kurang diperhitungkan atas tindakan mereka, dan hal ini menguatkan keliaran dan tindakan antisosial.

Ketika ada hasil negatif dari apa yang kelompok bomber lakukan, mereka percaya bahwa tanggung jawab akan didistribusikan atau dibagi antar anggota kelompoknya.

Menjadi bagian dari kelompok bomber dapat membuat anggotanya lebih mematuhi norma kelompok itu dan tidak bertindak atas kepatuhan pada norma lain. Meskipun akhirnya norma dari kelompok bomber itu berkonflik dengan norma dari kelompok lain atau sebuah masyarakat luas.

Dalam pengambilan keputusam, ada kecenderungan pada kelompok bomber untuk membuat keputusan yang lebih ekstrim daripada keinginan sebenarnya dari anggotanya secara pribadi.

(38)
(39)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah proses pemahaman berdasar metode inquiry tertentu yang mengulas masalah manusia atau sosial. Peneliti membangun gambaran lengkap dan menyeluruh, kata-kata analisa, laporan pandangan peneliti, dan melakukan penelitian dengan tatanan alami (Creswell, 2007). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat pencandraan atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabrata, 2006). Metode yang digunakan dalam penelitian ini bermaksud mengungkap dan mendeskripsikan pengaruh kelompok bomber pada anggota kelompoknya.

B. Subjek Penelitian

(40)

C. Fokus Penelitian

Peneliti mencoba mendefinisikan bagian yang ingin digali dalam penelitian ini. Bomber adalah orang yang membuat gambar dan atau grafiti dengan menggunakan cat semprot, dalam perkembangannya digunakan juga cat tembok dan kuas. Beberapa bomber berangkat dari mural dan beberapa hanya membuat grafiti dengan cat semprot.

Kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang yang memiliki satu atau lebih kesamaan, di dalamnya ada proses saling mempengaruhi, interaksi antar anggota, dan komunikasi. Seseorang yang berada di dalam kelompok dapat terpengaruh oleh anggota kelompok yang lain, baik dalam cara pandang maupun sikap, dan perilakunya.

(41)

25

Social Facilitation menekankan pada pengaruh keberadaan orang lain pada perilaku seorang individu dimana performansi lebih baik saat seseorang bekerja dalam kehadiran orang lain daripada saat mereka sendiri. Orang lain menyebabkan individu menjadi merasa didukung, dikuatkan, terlebih jika perilaku seorang tidak berbeda dari yang lain dan individu tidak dikhususkan.

Social Loafing adalah kecenderungan seseorang untuk mengurangi usahanya, yaitu ketika seseorang itu mengerahkan usahanya untuk tujuan bersama dimana seseorang tidak diperhitungkan secara individu. Myers (1983) menyatakan bahwa tidak diperhatikannya mereka secara individu menyebabkan seseorang untuk cenderung mengendur ketika tidak diawasi dan di beri reward secara individu.

(42)

Group Polarization adalah keadaan dimana mengkutubnya keputusan dengan membuat kelompok mengadopsi sebuah posisi lebih ekstrim daripada posisi yang dipegang individu anggota kelompok sebelumya (Johnson & Johnson, 2003). Aronson, Wilson, dan Akert (2005) menjelaskannya sebagai kecenderungan kelompok untuk membuat keputusan yang lebih ekstrim daripada keinginan sebenarnya dari anggotanya secara pribadi.

Groupthink adalah sebagai sebuah pemikiran dimana mempertahankan kohesivitas dan solidaritas kelompok lebih penting daripada mempertimbangkan kenyataan atau faktanya (Aronson, Wilson, dan Akert, 2005). Ada beberapa symptoms menurut Myers (1983) yang mengindikasikan terjadinya groupthink. Ilusi kekebalan, rasionalisasi, kepercayaan kuat terhadap moral kelompok, cara pandang stereotip terhadap lawan, tekanan konformitas, self-cencorship, ilusi kebulatan suara, dan mind guards.

D. Metode Pengambilan Data

1. Wawancara

(43)

27

eksplorasi terhadap isu tersebut (Banister dkk, 1994, dalam Poerwandari, 1998, hal. 72-73) sehingga dalam wawancara, peneliti harus menerima segala informasi yang diberikan oleh informan tanpa membantah, mengecam, menyetujui atau tidak menyetujuinya.

(44)

Tabel 3.1. Guideline Wawancara

Contoh Pertanyaan

Bomber

1. Sejarah menjadi bomber, meliputi kapan alasan dan tujuan.

2. Apa sajakah kegiatan yang dilakukan kelompok 3. Bagaimana anda memandang kegiatan kelompok

1. Apa tujuan kelompok

2. Sejauh mana anggota mengerti tujuan kelompok 3. Apakah tujuan kelompok dengan tujuan subjek

dalam berkelompok sejalan ? Dalam bentuk apa? Bagaimanakah pembagian peran antara anggota kelompok

Adakah perbedaan sebelum anda bergabung dengan kelompok dengan sekarang (saling mempengaruhi). 1. Apa yang menyebabkan anda bergabung dengan

kelompok, mengapa tidak kelompok lain (Tujuan individu)

2. Apakah keuntungan bergabung dengan kelompok

3. Selama Anda bergabung dengan kelompok, Anda memandang diri anda ini sebagai apa ( Self-knowledge)

4. Setelah anda bergabung dengan kelompok, bagaimana orang lain memandang anda. Pengaruh

Kelompok pada

Individu

1. Bagaimana anda memandang kegiatan kelompok 2. Adakah perbedaan cara pandang anda dengan

(45)

29

3. Pernahkah terjadi perbedaan pendapat (group polarization, groupthink), dan bagaimana penyelesaiannya.

4. Bagaimana saat berhadapan dengan peraturan dan atau pihak lain yang menentang (groupthink, deindividuasi)

5. Adakah diskusi ketika pengambilan keputusan, bagaimana prosesnya, Bagaimana

dipertimbangkan keadaan di luar kelompok (group polarization, groupthink).

6. Pernahkah terjadi perbedaan pendapat (group polarization, groupthink), dan bagaimana penyelesaiannya.

7. Adakah perbedaan saat anda menggambar

bersama kelompok dengan saat anda sendiri. Apa yang dirasakan, performansinya (menggambar), keberaniannya (social facilitation,

deindividuasi).

8. Bagaimana hasil karya anda diperhitungkan sebagai hasil karya anda sendiri (social loafing, deindividuasi).

9. Apakah anda berusaha untuk tidak dikenali, bagaimana jika ada orang lain di luar kelompok yang mengenali anda saat menggambar

(46)

2. Observasi

Menurut Poerwandari (2005), observasi merupakan kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Sedangkan menurut Patton (dalam Poerwandari, 2005), tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.

(47)

31

Beberapa hal yang akan diobservasi pada subjek adalah: 1. Perilaku subjek saat bersama kelompok

2. Interaksi subjek dengan anggota kelompok yang lain.

Beberapa hal yang akan diobservasi pada kegiatan kelompok meliputi: 1. Proses pemilihan tempat yang akan digambar.

2. Apa yang dikerjakan masing-masing anggota kelompok saat sedang membuat gambar.

3. Pengambilan peran anggota kelompok saat menggambar. 4. Interaksi antar anggota kelompok.

E. Proses Pengambilan Data

(48)

Rapport tidak mengalami kesulitan karena sebelumnya peneliti pernah melakukan penelitian untuk sebuah mata kuliah. Kesulitan hanya pada penentuan waktu wawancara yang sering tidak sesuai dan beberapa kali harus ditunda karena kegiatan subjek. Peneliti menghubungi subjek melalui friendster Love Hate Love di internet. Subjek menanggapinya dengan mengajak untuk datang ke tempat anggota YORC biasa berkumpul, di wijilan. Setelah membuat janji dengan Love Hate Love, Sabtu malam peneliti mendatangi tempat mereka biasa berkumpul. Sudah ada empat orang di sana. Mereka sedang membahas perpecahan yang sedang terjadi di kelompok itu dan penyebabnya. Selain itu Love Hate Love bermaksud meminta pertolongan peneliti untuk mendokumentasikan kegiatan mereka. Peneliti bermaksud memanfaatkan hal itu untuk mengobservasi kegiatan mereka. Malam itu peneliti juga mendapat informasi mengenai rencana kegiatan mereka. Peneliti meninggalkan lokasi sekitar pukul 1 dini hari.

(49)

33

mereka membuat gambar dengan membuat dokumentasinya. Beberapa kali peneliti diajak untuk turut serta membuat gambar bersama mereka.

(50)

Tabel 3.2. Proses Pengambilan Data

Tanggal Kegiatan Keterangan

13 Januari

Membuat graffiti di jembatan kewek.

Painting di jalan kusuma negara Menempel poster di beberapa lokasi Membuat graffiti di acara honda Membuat graffiti di acara honda Menggambar karakter di Galeria Membuat graffiti di LIP dilanjutkan ke Galeria

Love Hate Love tampil di acara Poetry Battle 2

Anggota YORC tampil di acara Djarum Black Urban Art Wawancara Love Hate Love Proyek dari FKY di utara Tugu Proyek dari FKY di Galeria

Proyek dari FKY di jalan Munggur Proyek dari FKY di Pojok Beteng Kulon

Proyek dari FKY di jalan Taman Siswa, dua tempat.

Proyek dari FKY di permpatan Gondomanan

Proyek dari FKY di Pojok Beteng Wetan

Grup musik hiphop Love hate Love,

(51)

35

6 Juni 7 Juni 7 Juni

8 Juni 21 Juni 23 Juni 29 Juni 9 Juli

10 Juli

Merf, dan Paws tampil di Kaliurang Wawancara Love Hate Love lanjut painting di Abu Bakar Ali

Grup musik hiphop tampil di Amry Yahya

Wawancara Paws

Grup musik hiphop tampil di LIP Grup musik hiphop tampil di kinoki Grup musik hiphop tampil di kinoki Melihat grup hiphop rekaman dan Wawancara Muck

Wawancara Merf

Wawancara

Wawancara

Wawancara

(52)

F. Analisis Data

Data yang didapat dalam penelitian kualitatif ini berupa data deskripsi dari hasil observasi dan wawancara. Deskripsi digunakan untuk analisis datanya, yaitu berupa menghadirkan informasi dalam susunan kronologi. Peneliti mendeskripsikan kegiatan kelompok bomber. Mempelajari kelompok dalam interaksi seseuai dengan kerangka penelitian dan menunjukannya melalui sudut pandang peneliti. Hasil wawancara dikodekan untuk mendapatkan data mengenai kehidupan sehari-hari bomber dan kegiatan kelompoknya.

Poerwandari (2005) menyebutkan langkah-langkah dalam analisis data kualitatif meliputi organisasi data dan koding dan analisis.

1. Organisasi Data

Data yang diperoleh disusun secara rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Organisasi data dilakukan untuk memperoleh data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan, menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penyelesaian penelitian (Poerwandari, 2005).

2. Pengkodean (Koding)

(53)

37

2005). Langkah-langkah koding yang dapat dilakukan meliputi menyusun transkip verbatim atau catatan lapangan, penomoran secara urut pada baris-baris transkip verbatim dan catatan lapangan tersebut; dan pemberian nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu yang dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut.

Analisis data yang dilakukan akan berupa analisis isi, dimana berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Analisis isi dalam penelitian kualitatif menekankan pada bagaimana peneliti dapat melihat keajekan isi komunikasi dan memaknakan komunikasi, membaca symbol dan memaknakan isi interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi (Bungin, 2007). Beberapa tahapan untuk melakukan analisis isi, yaitu :

1) Peneliti harus dapat merumuskan apa yang ingin diteliti dan melandaskan tindakan pada tujuan penelitian

2) Memilih unit analisis yang alan dikaji dan menentukan objek penelitian

(54)

G. Kredibilitas Penelitian

(55)

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

HASIL PENELITIAN

1. Konteks Temuan

a. Gambaran Kelompok YORC

Yogyakarta Art Crime, atau YORC, sebuah kelompok besar bomber di Yogyakarta. Kelompok ini dibentuk atas kesepakatan bersama bomber-bomber di Yogyakarta. Berawal dari sebuah acara menggambar bersama di tembok sekitar stasiun lempuyangan, kelompok besar ini terbentuk untuk menjadi wadah bagi para bomber. Kegiatan kelompok ini berlanjut dengan ngebom di gerbong kereta api. Mereka biasa berkumpul di daerah wijilan setelah larut malam sekitar akhir pekan, untuk sekedar bercengkrama atau berlanjut dengan menggambar bersama di suatu tempat. Selain mewadahi bomber-bomber, kelompok ini juga berisikan beberapa crew, kelompok kecil beranggotakan dua sampai lima orang. YKILC dan Psycho adalah dua dari beberapa crew di dalam kelompok besar YORC. Salah satu anggota dari YKILC adalah Love Hate Love, dan Paws adalah anggota cari crew Psycho.

(56)

menggambar bersama, kelompok ini dapat memenuhi sebagian tembok jalan layang janti dalam semalam. Ketika itu setiap jumat malam, emperan sebuah warung gudeg ramai dengan anak muda yang membawa spidol, kertas, kuas dan cat. Menggambar pada bangku yang ada di sana, kertas, tembok, sampai gulungan kertas yang biasa digunakan untuk mesin kasir. Karena perbedaan pendapat, kelompok besar ini pecah menjadi dua kubu, kubu utara yang mengangkat nama baru, dan kubu selatan yang masih membawa nama YORC dan berkumpul di wijilan. Saat ini tinggal beberapa orang saja termasuk Love Hate Love dan Paws yang masih berkumpul bersama di wijilan. Meskipun demikian, nama YORC kadang masih digunakan oleh bomber-bomber yang sudah tidak sering berkumpul di wijilan.

Keberadaan dan nama YORC sudah cukup sering terdengar dan dapat banyak dilihat karya-karyanya. Beberapa kali anggota YORC diminta oleh pihak lain untuk membuat gambar di jalan. Hasil yang didapat dari situ dapat membuat mereka tetap bertahan berkarya di jalan.

(57)

41

nama Love Hate Love. Mereka tetap bersama-sama tiap kali membuat gambar, meskipun masing-masing membuat gambar sendiri dan tidak membawa nama kelompok ataupun crew.

Pembagian peran lebih sering dalam kelompok kecil atau crew tersebut, dan lebih pada hal teknis pengerjaan gambar. Ada yang membuat sketsa, mengisi warna, dan memberi garis atau out line. Ketika tidak lagi membawa nama crew, mereka menyebutnya dengan kolaborasi, yaitu ketika mereka bekerja sama untuk membuat satu gambar dengan tema tertentu, seperti ketika mendapat pesanan dari pihak tertentu untuk membuat gambar dengan tema tertentu pula. Sebuah kolaborasi membuat anggota tidak menonjol secara individu karena tema gambar yang sudah ditentukan. Berbeda dengan ketika mereka membawa nama individu, membawa nama sendiri mereka dapat menampilkan karya mereka masing-masing.

b. Gambaran Kelompok FSK

(58)

Nama YORC yang sudah mulai terpublikasi dan banyaknya bomber di dalamnya, membuat mereka enggan menggunakan nama itu di tempat yang ilegal. Atas dasar pemikiran Muck dan Merf, mereka mengajak tiga anggota yang lain untuk membentuk sebuah klan atau kelompok yang lebih “cadas” di jalan dan ilegal, merusak fasilitas-fasilitas kota, dengan nama Five Sperm Klan.

King, tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok ini. Sebuah istilah untuk bomber atau kelompok bomber yang telah membuat graffiti di banyak tempat termasuk tempat-tempat yang berbahaya seperti gedung tinggi, rolling door sebuah toko, sampai gerbong kereta api. Selain ingin mencapai tujuan itu, FSK ingin memacu graffiti illegal di Yogyakarta karena menurut anggotanya, Yogyakarta kurang akan graffiti yang illegal. Sampai saat ini sudah banyak rolling door, gerbong kereta api, tembok, halte, dan fasilitas kota yang lain sampai pagar rumah yang telah bertuliskan FSK.

(59)

43

nama crew membuat kemampuan dan ciri khas individu tidak menonjol, yang muncul adalah ciri khas kelompok FSK.

Menurut anggotanya, kegiatan kelompok ini seperti maling dan mengotori, namun menurut mereka memang ini jalan kelompok FSK. FSK merupakan pelampiasan untuk ketidakpuasan anggotanya, menyalurkan keinginan anggotanya untuk merusak fasilitas. Mereka kadang bertentangan dengan kelompok-kelompok baru yang mereka anggap hanya ikut-ikutan. Kegiatan mereka bahkan membawa nama FSK sampai ke telinga aparat. Anggotanya mengaku jika nama nama FSK berikut nama alias anggotanya secara perseorangan telah tercantum di daftar sebagai perusak dan pelaku aksi vandalisme.

Ketika berhadapan dengan pihak lain yang menghalangi, mereka dapat melakukan hal-hal yang diluar aturan, seperti meracuni anjing penjaga sampai berkelahi dengan aparat yang memergoki mereka menggambar. Meskipun kadang juga berdiskusi dengan aparat untuk mencari jalan keluar.

(60)

2. Hasil Temuan Utama

a. Pengaruh Kelompok pada Anggota Kelompok YORC

Kedua subjek yang adalah anggota kelompok ini untuk turun ke jalan dipengaruhi oleh keberadaan orang lain yang berada dekat dengannya. Love Hate Love yang sebelumnya membuat gambar sebatas di tembok sekolahnya, atas ajakan seorang teman untuk membuat gambar di tembok sekolahnya dan kemudian mereka membentuk sebuah kelompok atau kru. Bersama mereka berdua mulai membuat graffiti di banyak tembok di Yogyakarta dan kemudian membentuk YORC dengan jumlah lebih besar. Paws, yang awalnya turun ke jalan untuk meluapkan perasaan, menjadi lebih percaya diri setelah mengenal dan bergabung dengan kelompok.

i. Social Facilitation (meningkatnya performansi saat bekerja dalam kehadiran orang lain.)

Anggota kelompok ini merasa lebih percaya diri dan berada dengan orang lain dalam kelompok ketika menggambar memungkinkan anggotanya untuk membuat gambar lebih baik.

“… opo yo kan nek wis melbu kelompok ki luwih PD nik nggambar, aku mbiyen yo kenalan karo mereka tapi luwih PD nek nggambar,…”(Paws, 9)

(61)

45

ketika ada yang menemani Love Hate Love mengaku dapat menghasilkan sebuah karya, yang diistilahkannya “piece”. Lokasi dan situasi juga berpengaruh. Untuk membuat graffiti di tempat yang memiliki resiko lebih besar seperti di kereta, yang harus ada yang menemaninya. Meski kelompok hanya terdiri dari dua sampai tiga orang.

“Alasannya kalo dewean karena aku dewe yo wis istilahe ketika aku pas dewe aku nggarap aku ribet ngowo barang sing okeh, neng kono aku ubek dewe ngono males. Aku luwih seneng nek, aku dewe yo opo sing aku lakukan opo sing ra paling ribet untuk aku ngono wae.” (Love Hate Love, 218)

“Yo ndak no ono dua atau tida orang , bareng-bareng sebelum ketangkep kae selalu bareng-bareng” (Love Hate Love, 344)

Adanya teman ketika menggambar diakuinya dapat membuat pekerjaannya menjadi lebih maksimal, dengan adanya respon oleh teman lain pada gambar yang dibuat, dan komunikasi saat membuat gambar itu.

(62)

ngono lo luwih ngomongke deke dewe dan ora iso lebih maksimal.” (Love Hate Love, 255)

ii. Social Loafing (kecenderungan untuk mengurangi usaha ketika seseorang mengerahkan usahanya untuk tujuan bersama)

Pembiasan tanggung jawab pada anggota kelompok terjadi ketika mengerjakan sebuah gambar bersama dan peranannya dalam kelompok sudah dilaksanakan.

“Love Hate Love yang sudah selesai dengan karakternya sendiri banyak duduk di seberang jalan sambil melihat kerja teman yang lain, Muck bergabung dengan Love Hate Love. Beberapa saat kemudian mereka berdua meninggalkan lokasi...” (Kelompok, Obs 23 Mei)

“Merf, Love Hate Love, dan Paws tidak banyak menggambar. Setelah menyelesaikan gambarnya mereka tidak membuat gambar lagi. Mereka hanya duduk-duduk dan ngobrol.” (Kelompok, Obs 26 Mei)

“Merf terlihat banyak duduk-duduk, dia sudah menyelesaikan tulisannya. Paws pamit meninggalkan lokasi. Muck yang sudah selesai membuat grafitinya, becanda dengan Pof…”(Kelompok, Obs 27 Mei)

(63)

47

mereka sibuk dengan karya mereka sendiri-sendiri dan dapat menunjukan ciri khas gambarnya.

“Muck, Merf, dan Chalk membuat graffiti nama mereka, yang pada gambar sebelumnya Merf dan Chalk tidak daptat membuat graffiti karena sudah ditentukan pembagian tugasnya. Pof dan Love Hate Love membuat gambar karakternya sendiri dengan cat dan kuas berbeda dengan gambar sebelumnya yang hanya menampilkan karakter tema antasena. Mereka tampak siduk dengan gambar mereka sendiri-sendiri.” (Kelompok, Obs 27 Mei)

iii. Deindividuasi (berkurangnya self-awareness dan meningkatnya identitas sosial.)

Anggota kelompok ini tidak semuanya berusaha untuk menutupi identitasnya. Love Hate Love menutupi identitasnya dari publik ketika awal membuat graffiti, tahun 2003 sampai 2006. Alasanya karena menghargai landasan illegal kelompoknya. Subjek tidak menggunakan nama aslinya untuk di bubuhkan dalam setiap karyanya, melainkan menggunakan nama Love Hate Love. Nama kru lebih diutamakan sampai 2006, hal ini karena tujuan utama saat itu lebih pada sosialisasi nama kru dan semangat untuk berkelompok, semangat untuk mengangkat dan menyatakan diri sebagai individu belum ada.

(64)

“Perjalanane ykilc kui yo mung nggede ake jeneng kru dan intine yo ming wong loro aku karo gedek.” (Love Hate Love, 310)

“Yang dilakukan kelompok iki lebih ken gon sosialisasi, filosofine ngono tetepan, nilain kebenarane sosialisasi ke kru. Yang terjadi pada tahun-tahun jamane 2005 2006 lebih ke sosialisasi kru, sosialisasi kru ke ruang publik ngono lo. Karena semangate luwih neng nggon kelompok untuk menyatakan individu belum ono, kemampuan mereka waktu itu.”(Love Hate Love, 146)

Tanpa kelompok atau orang lain, subjek tidak menggambar sendiri di tempat yang berbahaya. Berbahaya dari aparat keamanan, warga sekitar, dan kru lain yang menjadikan tembok tertentu sebagai tempat “pertempuran”, dimana bomber bersaing untuk menunjukan gambar yang terbaik.

“Karena kan untuk sing terjadi neng kene dewe nek nggambar dewe yo, nggambar-tempat tempat safety ngono kae. Nggambar sing istilahe lokasine lebih lokasi-lokasi sing ora terlalu tegang… Tegang dalam arti aman, gampangane ngono. Istilahe ora ajang pertempuran. Koyo neng galeria kae nggambar dewe yo sekirane tetep iso dilakukan no lo. .” (Love Hate Love, 227)

(65)

49

Rasa takut menghilang dan berganti dengan keberanian yang muncul karena kebersamaan dalam kelompok dan karena memiliki label tertentu seperti nama kelompok YORC.

“Ora ora masalahe piye yo kene spontan wae, wis nggarap kono. Ming modele cah-cah i ming semangat nggambar karo semangat lewat mungkin yo semangat ono luwih luwih ono keberanian karena mereka bareng-bareng.”(Love Hate Love, 483)

“Yen masalah lokalitas warga kui, di nomor duakan, lebih diabaikan kan cah-cah lebih neg nggon siprite deweke sik, spirit nggambare dan untuk hal yang terjadi nanti karo warga ki di nomerke duake, nanti.” (Love Hate Love, 167)

“Kae ki atas dasar cah2 dewe wis kebacut… . nyekel jeneng Yogyakarta Art Crime i lho. Mungkin crime e lewat sing ilegal kui tapi yo emang sak tenane ming ono rasa inisiatf untuk nggawe apik wae. Istilahe walaupun wong ra seneng yo tetep ngomong , no le negur no lo yo omong wae nek kui yo untuk …”(Love Hate Love, 478)

“Sebenere i nganu o yo an nak dari kita masing-masing i muk modal nekat soale karena mengko yang terjadi ki bisa didiskusikan” (Love Hate Love, 470)

(66)

“Opo yo nek nggambar bareng2 ki luwih aman, yo seneng wae koncone akeh.” (Paws, 134)

Saat ini kedua subjek lebih membesarkan namanya sendiri, kru dinomor-duakan. Subjek lebih mengutamakan nama Love Hate Love dan Paws sendiri, dan tidak lagi menutupi identitasnya. Baginya tidak menjadi masalah jika ada yang mengenalinya. Menjadi masalah hanya jika ditangkap oleh aparat. Paws menjadikan apa yang dilakukannya di jalan sebagai salah satu media publikasi atas nama dan karyanya. Ketika publik mengenalinya dan hasil karyanya berarti usahanya telah berhasil.

“Untuk saat ini lebih ke inisial masing-masing, yen aku ndelok cah-cah saat ini lebih ke, mereka luwih membesarkan nama mereka sendiri individu sendiri, dan kru di sebagaikan nomor dua.” (Love Hate Love, 151)

“Nek aku sendiri yo tetep mlaku ra dadi masalah. Yen dadi masalah penting ming nek kecekel kui dadi masalah penting, karena karyaku sudah banyak dan yo nek dipikir-pikir ana satu sisi sing ra seneng dari pihak hukume wae.” (Love Hate Love, 284)

(67)

51

“Di saat koyo opo yo nggambar ki ternyata yo fungsi.. koyo.. aku nggambar ranjau, ranjauku wis ngenani uwong, dadi uwong ki wis ngerti.” (Paws, 160)

iv. Group Polarizaiton (mengkutubnya keputusan yang membuat kelompok mengadopsi sebuah posisi lebih ekstrim.)

Pada kelompok ini, YORC, mengkutubnya pendapat terjadi ketika ada perbedaan pendapat dalam penentuan lokasi menggambar. Terjadi perpisahan untuk membuat gambar di tempat-tempat yang masing-masing kubu pertahankan. Pada kelompok YORC juga pernah terjadi adanya perbedaan pendapat yang akhirnya memecah kelompok itu menjadi kubu selatan dan utara.

“Perbedaan, perbedaan dalam arahan wae, arahan sing disepakati. Yo mungkin kubu, dadi istilahe njuk kubu-kubu an ngono, ono sing beberapa pongin mlaku neng nggon space iki tapi iki mlaku ning space iki.” (Love Hate Love, 201)

(68)

v. Groupthink (pemikiran dimana mempertahankan kohesivitas dan solidaritas kelompok lebih penting daripada mempertimbangkan kenyataan atau fakta.)

Ilusi akan kekebalan dapat membutakan kelompok terhadap peringatan bahaya. Dalam proses diskusinya, mereka tetap mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut jalannya mereka dalam membuat graffiti. Pandangan warga sekitar tempat mereka membuat gambar terkadang diabaikan, meskipun dalam diskusinya, kelompok tetap membahas masalah warga sekitar lokasi.

“Ada juga sih..lokasi menyangkut keamanan, tempat aman ga, warga sekitar penak ra.” (Paws, 104)

“Yo misale pinggir dalan, lalu lintas aman ga parkir motor piye, wargane cuek po reseh kan ono uwong nggambar di piye-piye, kadang-kadang ono sing ngono kuwi sih.” (Paws, 106)

Pada akhirnya dalam pelaksanaanya di jalan, anggota kelompok YORC ini tidak mejadikan pandangan masyarakat terhadap graffiti sebagai penghalang mereka membuat graffiti.

(69)

53

“Yen masalah lokalitas warga kui, di nomor duakan lebih diabaikan, kan cah-cah lebih neg nggon siprite deweke sik, spirit nggambare dan untuk hal yang terjadi nanti karo warga ki di nomerke duake, nanti.” (Love Hate Love, 167)

“… dan tanggapane i ternyata masyarakat sih memandang kuwi kreatif, apik, ono sing mandang sisi eleke karena menggunakan cat semprot kui lho, pilox kuwi. Dadi istilahe latar belakange mesti geng-gengan ngono lho, mengotori. Tapi aku dan Gedhek tidak merasa menjadikan sebuah halangan koyo ngono kui…”(Love Hate Love, 316)

Meskipun keadaan warga diabaikan, dalam diskusinya kelompok tetap mempertimbangkan keadaan-keadaan di luar kelompok. Tetap diadakan survei untuk melihat keadaan lokasi yang akan digambari. Faktor di luar kelompok yang dipertimbangkan dalam diskusi termasuk pembagian tempat atau space, dan keamanan tempat itu dalam arti keselamatan jiwa, seperti jika harus menggambar di ketinggian. Kualitas gambar juga dipertimbangkan, mengingat mereka juga membawa nama kelompok besar YORC, sehingga kualitas gambar mereka berpengaruh pada nama YORC.

(70)

“Safetyne lebih neng nggon kiro-kiro iso di janggkau pora kui ketika digambar, kan ra memungknkan banget ketika kita nggambar neng ketinggian ra nganggo ondo. Ngono barang to, dan kui nggambare neng pinggir jurang . tep dipikirke to.” (Love Hate Love, 165)

“...kadang nggambar kan membawa nama YORC yo kan mempengaruhi YORC juga nama YORC, yo kadang-kadang sharing juga si apike piye warnane piye..njuk keamanane” (Paws, 117)

b. Pengaruh Kelompok pada Anggota Kelompok FSK

Merf mengaku lebih senang dan bahagia, dan pengalaman bersama FSK membuat Merf menjadi jauh lebih berani dari sebelumnya. Anggota lainnya, Muck, menyatakan yang mereka lakukan adalah untuk bersenang-senang. FSK membawanya menjadi orang yang dicari oleh aparat.

i. Social Facilitation (meningkatnya performansi saat bekerja dalam kehadiran orang lain.)

(71)

55

berbahaya. Perbedaan juga terjadi pada hasil gambar yang hanya tagging jika Merf berjalan sendiri.

“… dan kreasi FSK sama saya sendiri lebih baik FSK, soalnya lebih wild dan lebih kaya akan graffiti sendiri, dari segi cat semprot sama cat-cat yang lain. Main cat semprot semua. Kalau saya sendiri mungkin cuma asal cat dan spray aja yang penting graffiti”(Merf, 226)

“Pemilihan tempat di FSK itu jauh lebih besar dan lebih gila ya, kalo bagi saya sendiri.”(Merf, 243)

“Tagging, lebih banyak tagging. Kalau sekarang-sekarang ini ya mas, soalnya kalo bikin saya sendiri, bikin graffiti, memungkinkan untuk pihak polisi untuk menemui saya, terus meminta itu. Jadi, saya cepat tagging aja.”(Merf, 249)

Muck merasa ada yang dapat membantu dan mengoreksi apa yang salah jika berjalan bersama kelompok. Waktu pengerjaan juga memilih ketika masih terang. Meskipun demikian, Muck merasa lebih puas ketika dapat mengerjakan graffiti sendirian.

“Ya kalo sama, kalo bareng-bareng ya ada, ada yang bantu, ngambilin apa, bisa koreksi apa yang salah.” (Muck, 282)

(72)

mungkin aman, yang mungkin di situ nggak ada masalah lah sama tempat itu.” (Muck, 272)

“Mungkin kalo sendiri lebih, lebih puas lah, puasnya lebih lebih puas. Tapi kalo sama teman ya puas, gitu.” (Muck, 247)

ii. Deindividuasi (berkurangnya self-awareness dan meningkatnya identitas sosial.)

Ketika ada hasil negatif dari apa yang kelompok bomber lakukan, mereka percaya bahwa tanggung jawab akan didistribusikan atau dibagi antar anggota kelompoknya.

“Ya mungkin kalo sama teman gitu mungkin lebih bisa, lebih mungkin bisa dikerjain. Malem, yo seenaknya waktu lah, dan tempat mungkin bisa, bisa di tanggung bareng dan berani di tempat yang agak rame.” (Muck, 273)

Menjadi bagian dari kelompok membuat anggotanya tidak bertindak atas kepatuhan pada norma lain dalam melakukan kegiatannya. Meskipun akhirnya kelompok berkonflik dengan norma dari kelompok lain atau sebuah masyarakat luas.

(73)

57

ya udah, di habisin sekalian. Ya udah biar, asal selamat lah. Asal ngga ada tanggungan lain, mending seperti itu, yah, berkelahi. Fight.” (Muck, 221)

Tidak dikenalnya mereka menjadi sebuah keuntungan yang membuat mereka tetap dapat melakukan kegiatannya. Penggunaan nama inisial daripada nama asli membuat mereka tidak dikenal oleh orang lain tapi tetap dikenali oleh bomber-bomber lain.

“Sifat keamanan aja ya mas mungkin, sifat keamanan dan sifat biar orang itu nggak tahu saya sendiri. Soalnya saya coba sembunyikan dari mereka semua kalo saya punya inisial seperti itu dan saya merusak fasilitas yang ada.” (Merf, 260)

“…karena kita disitu belum line, belum nge-line dan belum tahu inisial apa di situ yang mau di torehin. Tapi kita di situ cuma baru ngeblok, untuk grafiti ngeblok, tinggal line, tapi kita belum line, terus kita ketahuan. Untungnya di situ, untunge pas kui lho mas.” (Muck, 234)

iii. Groupthink (Pemikiran dimana mempertahankan kohesivitas dan solidaritas kelompok lebih penting daripada mempertimbangkan kenyataan atau fakta)

(74)

Mungkin yang dipertimbangkan di situ adalah situasi, keamanan, situasi keamanan dan mungkin spot, spot yang mungkin, visualisasinya bagus apa enggak, dan mungkin sejauh tempat yang yang apa lah, yang mungkin jarak jauh atau dekat dari jangkauan orang mungkin. Dan mungkin warna, ya warna graffiti ya mungkin itu masuk diskusi. (Muck, 193)

Keamanan yo seperti mungkin di situ banyak orang kampung, ya mungkin di situ sering ada patroli, mungkin di situ ada anjing penjaga atau apa lah. (Muck, 197)

O itu sering mas, sering berembug dahulu terus kita patungan itu sering, dalam sebuah grup ya, itu kita sering membuat random jadwal pelaksaaan bombing di suatu tempat kita bertemu sering berbicara ini, efeknya-efeknya, yang ini nggak, yang ini enggak. (Merf, 166)

Ilusi akan kekebalan dapat membutakan kelompok bomber terhadap peringatan bahaya, juga dalam pengambilan sebuah keputusan. Kelompok mereka akan merasionalisasi keputusan yang diambil kelompok.

(75)

59

Efek yang lebih saya sendiri juga takut, itu efeknya dipukuli preman terus diangkut polisi karena nulis itu karena mengotori. (Merf, 170)

Itu juga sering kita bahas ya mas, tapi kita juga bulatkan tekat kalau kita sendiri lebih kuat daripada mereka, terus kita sendiri lebih berani dan tidak memikirkan semua itu, tidak memikirkan hal negatif semua itu, kita coba berpikir positif terus aja. (Merf, 191)

Perbedaan pendapat dalam kelompok diselesaikan dengan mengingatkan anggota kelompok pada tujuan awal kelompok. Pada akhirnya dalam pelaksanaanya di jalan, mereka tidak mejadikan pandangan masyarakat terhadap graffiti sebagai penghalang mereka membuat graffiti.

Ya namanya manusia, manusia sendiri setiap masalah itu mesti ada, pertentangan, pro dan kontra ya mas. Tapi kita coba satukan visi dan misi aja. Bahwa fsk itu sendiri coba berjalan di denah yang peteng, dalam kegelapan graffiti gitu. (Merf, 215)

(76)

B.

PEMBAHASAN

Kedua kelompok memiliki latar belakang yang berbeda, keduanya tidak berangkat dari hal yang sama. Beberapa anggota YORC sudah mengenal mural dan membuat gambar menggunakan cat tembok dan kuas sebelum graffiti dan cat semprot. Sebelum turun ke jalan dengan graffiti beberapa anggotanya sudah membuat mural di jalan. Berbeda dengan FSK yang anggotanya langsung mengenal graffiti dan menggunakan cat semprot sejak mereka pertama turun ke jalan, membuat graffiti atau untuk sekedar corat-coret di jalan.

Tujuan masing-masing kelompok juga berbeda. Anggota YORC membuat gambar di jalan sebagai ekspresi seni mereka, tidak dibatasi dengan media yang biasa melainkan pada tembok-tembok. Mereka bermaksud menjadikan karyaya lebih dapat diapresiasi oleh orang banyak. Berbeda dengan FSK yang mempunyai tujuan khusus yaitu menjadi “king”. Mereka tetap membuat graffiti di jalan karena memang sejak awal mereka bertujuan membuat graffiti yang cenderung merusak dan di tempat-tempat yang cenderung berbahaya bagi mereka sendiri.

1. SocialFacilitation

(77)

61

pada kelompok bomber antara lain dalam hal kualitas gambar serta pemilihan tempat dan waktu.

Rasa percaya diri anggota YORC meningkat ketika mereka sudah masuk dalam kelompok. Memiliki kelompok membuat anggotanya lebih percaya diri dalam menggambar di jalan. Bersama kelompok juga memungkinkan mereka membuat gambar yang lebih baik dan bukan sekedar tagging. Pada anggota kelompok FSK, kelompok berpengaruh pada gambar yang dibuat dan pemilihan tempatnya. Ketika bersama kelompok gambar yang dihasilkan dapat lebih baik dan lebih kaya akan warna dan juga tidak sekedar tagging. Tempat yang dipilih ketika dalam kelompok dapat lebih berbahaya. Sedangkan jika sendiri, anggotanya lebih memilih untuk mengerjakan di tempat yang relatif aman dengan waktu yang menyesuaikan dengan keadaan tempat itu.

(78)

pernah lebih dari lima orang anggotanya ketika menggambar. Tempat yang berbahaya dan kemungkinan tertangkap membuat mereka bekerja cepat. Pengaruh orang lain yaitu penonton cenderung tidak terjadi pada FSK

Keberadaan orang lain juga membantu kelancaran dalam menggambar. Ketika menggambar bersama-sama, gambar yang dibuat dapat lebih maksimal. Lebih banyak gambar berbeda yang dapat dibuat. Adanya orang lain ketika menggambar dapat berperan dalam mengoreksi jika ada bagian gambar yang salah. Orang lain juga dapat membantu untuk urusan teknis seperti mambantu membawakan peralatan, sehingga tidak kerepotan ketika sedang menggambar. Hal tersebut diatas terjadi pada kedua kelompok.

Meskipun demilikian, membuat gambar bersama kelompok tidak selalu memberi kepuasan yang lebih daripada ketika menggambar sendiri. Kadang mereka dapat merasa lebih puas ketika dapat membuat sebuah gambar karya mereka sendiri.

(79)

63

merasa didukung, dikuatkan, terlebih jika perilaku seorang tidak berbeda dari yang lain dan individu tidak dikhususkan (Dashiel, Pesin, & Husband, dalam Myers, 1983).

2. SocialLoafing

Social Loafing adalah adanya kecenderungan pada seseorang untuk mengurangi usahanya ketika dia mengerahkan usahanya untuk tujuan bersama dimana seseorang tidak diperhitungkan secara individu (Myers, 1983). Ketika anggota YORC tidak dibatasi tema sehingga mereka lebih bebas dalam berkreasi, mereka cenderung membuat karya yang lebih maksimal. Mereka dapat menampilkan karya yang tidak dapat mereka buat ketika berkolaborasi dalam satu tema. Tiap anggota mempunyai karakter dan ciri gambar masing-masing. Ketika tidak terikat tema, mereka hanya mengerjakan karya mereka masing-masing saja, meskipun tetap bersama-sama.

(80)

tidak menambah gambar lagi pada gambar tematik yang sedang dikerjakan. Kadang mereka malah membuat gambar karakter mereka sendiri pada bagian lain dari tembok di situ.

Kelompok YORC kini tidak banyak membuat gambar di tempat terlarang, karya yang mereka buat juga tidak selalu graffiti yang identik dengan vandalisme. Tidak jarang mereka mendapat permintaan dari pihak lain untuk dibuatkan gambar. Hal itu memungkinkan mereka untuk membuat alasan ketika ditanyai oleh aparat. Berbeda dengan FSK yang memilih untuk menggambar di tempat yang dilarang sehingga mereka dicari oleh aparat karena gambar yang mereka buat.

(81)

65

3. Deindividuasi

Deindividuasi adalah sebuah status psikologis yang ditandai dengan berkurangnya self-awareness dan meningkatnya identitas sosial, dibawa oleh keadaan eksternal seperti menjadi anggota anonymus dari crowd yang besar (Zimbardo, 1976 dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006).

Keadaan kedua kelompok yang menjadi subjek dari kelompok ini tidak selalu bergerak dalam jumlah yang besar. Sebelum terpecah, kelompok YORC pernah menggambar bersama banyak anggotanya. Saat ini mereka bergerak dalam jumlah yang lebih kecil, sekitar tiga sampai tujuh orang. FSK hanya beranggotakan lima orang dan tidak jarang hanya dua orang yang pergi membuat graffiti. Jumlah mereka ketika menggambar tidak dapat dikatakan sebagai sebuah crowd yang besar.

(82)

Keadaan YORC sekarang cukup berbeda dengan dahulu dimana anggotanya kini tidak mempermasalahkan ketika dikenali oleh publik. Anggotanya tidak lagi membuat graffiti atas nama crew. Mereka kini berkarya atas nama mereka sendiri dan apa yang dibuat di jalan mereka anggap juga sebagai publikasi atas karya mereka.

Menurut Marvin E. Shaw (1981), fenomena deindividuasi adalah hasil dari beberapa proses yang berhubungan dalam kelompok, termasuk anonimitas, pembauran tanggung jawab, social facilitation, dan pergeseran norma. Menggambar bersama kelompoknya, bagi anggota FSK, membuat semuanya dapat ditanggung bersama, hal ini menunjukan terjadinya pembauran tanggung jawab ketika mereka bersama-sama. Bersama kelompok memungkinkan mereka untuk membuat di tempat yang cenderung ramai. Anonimitas merupakan hal yang dipertahankan kelompok ini. Penggunaan nama inisial dan menggambar di tempat sepi dilakukan untuk menjaga identitas asli anggotanya. Penggunaan nama inisial membantu mereka tetap dapat terus membuat graffiti di jalan. Nama inisial mereka telah tercatat di kepolisian, namun karena bukan nama sebenarnya, mereka tetap dapat terus turun ke jalan.

(83)

67

melarikan diri dari aparat ketika keadaan cenderung berbahaya untuk mereka. Hal itu mungkin karena tidak dikenalinya mereka oleh aparat ketika itu. Menjadi sebuah anggota tak dikenal dari sebuah crowd membuat orang merasa kurang bertanggung jawab atau kurang diperhitungkan atas tindakan mereka dan ini menguatkan keliaran, tindakan antisosial (Zimbardo, 1976 dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006). Meskipun demikian kelompok ini hanya berjumlah lima orang dalam melakukan aktivitasnya membuat graffiti, meskipun anggotanya tetap tidak dikenal.

Pemilihan tempat yang akan digambari pada FSK memang tempat yang mungkin akan berbeturan dengan peraturan dan norma. Ketika mereka berbenturan dengan norma lain memang mereka cenderung tidak memperhatikannya. Kelompok hanya memperhatikan kelancaran mereka dalam membuat graffiti. Kadang norma dari kelompok berkonflik dengan norma dari kelompok lain atau sebuah masyarakat luas, dan seseorang akan cencerung bertindak menurut norma kelompoknya daripada norma lain. (Postmes & Spears, 1998 dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006).

4. GroupPolarization

(84)

Kelompok YORC sempat memiliki banyak anggota, di antara kelompok-kelompok kecil atau crew di dalamnya sering terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan tempat menggambar. Crew-crew itu pada akhirnya memutuskan untuk tidak menggambar bersama di satu tempat bersama-sama, tetapi menggambar di tempat yang berbeda-beda menurut keinginan masing-masing kelompok kecil atau crew.

Kelompok besar ini juga sempat mengalami perpecahan karena perbedaan pendapat. Pada sebuah diskusi yang dilakukan kelompok besar YORC, mereka mengalami perbedaan pendapat dalam hal kelanjutan kelompok mereka, yang kemudian memecah mereka menjadi dua pihak yang berbeda pendapat. Pada akhirnya perbedaan pendapat itu memecah kelompok ini menjadi dua kubu. Sebuah diskusi kelompok bisa mengkutubkan keputusan dengan membuat kelompok mengadopsi sebuah posisi lebih ekstrim daripada posisi yang dipegang individu anggota kelompok sebelumya (Johnson & Johnson, 2003).

5. Groupthink

Gambar

Tabel 3.1. Guideline Wawancara
Tabel 3.2. Proses Pengambilan Data
gambar sendiri
gambar di jalan terus saya merasa ikut coba cari tau lebih lanjut ke dalam graffiti sendiri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti mendukung hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “ Ada pengaruh dari metode menggambar bebas terhadap kecerdasan visual spasial pada anak kelompok B

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) kelompok teman sebaya berpengaruh terhadap pemilihan penjurusan pada siswa SMK Negeri 2 Slawi, yang ditunjukan oleh

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan kelompok teman sebaya terhadap perilaku seks remaja pada Karang Taruna Desa

T-statistiknya adalah positif, artinya terjadi hubungan positif antara LKM-Agribisnis (X) dengan Peningkatkan Pendapatan Anggota Gapoktan (Y) di Desa Barebbo Kecamatan

Karena dalam kelompok teman sebaya memiliki pengaruh dan hubungan yang kuat dalam melakukan proses pengambilan keputusan pembelian, maka perusahaan seluler perlu

Kemudian menunjuk anak untuk mencari gambar yang dimaksudkan oleh guru dengan menyebutkan jawaban sambil memperlihatkan gambar yang ditemukan.. Penggunaan Media Kolam Cerita

Untuk itu maka fungsi kelompok tani sebagai wahana belajar, unit produksi, usahatani, usaha bisnis dan wahana kerjasama perlu ditingkatkan kedinamisannya dan

Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh gaya hidup dan kelompok referensi (teman sebaya) terhadap perilaku keuangan pada fenomena pembelian sepeda di masa pandemi covid-19 warga