• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak unsur-unsur cerita bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak unsur-unsur cerita bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK KETERAMPILAN MENYIMAK UNSUR-UNSUR CERITA BAHASA INDONESIA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

KRISTIN NATALIA NIM : 081134037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i HALAMAN JUDUL

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK KETERAMPILAN MENYIMAK UNSUR-UNSUR CERITA BAHASA INDONESIA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

KRISTIN NATALIA NIM : 081134037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi ABSTRAK

Natalia, Kristin. 2012. Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Keterampilan Menyimak Unsur-Unsur Cerita Bahasa Indonesia Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode penelitian pengembangan, multimedia interaktif, modul pembelajaran, keterampilan menyimak, paradigma pedagogi reflektif (PPR), bahasa Indonesia.

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk memaparkan prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak pada kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) bahasa Indonesia kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dan memaparkan kualitas pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak pada kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) bahasa Indonesia kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

Pengembangan ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk multimedia interaktif melalui empat tahapan yaitu (1) kajian standar kompetensi, kompetansi dasar dan materi pembelajaran, (2) analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (3) memproduksi multimedia interaktif pembelajaran menyimak, dan (4) validasi produk dan revisi produk. Validasi dilakukan oleh pakar pembelajaran bahasa, pakar media, dan guru Bahasa Indodesia. Selanjutnya, validasi lapangan sehingga dapat menghasilkan prototype produk. Subjek uji coba pengembangan yaitu 28 siswa kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

Hasil pengembangan multimedia interaktif berupa media dan modul pembelajaran divalidasi oleh pakar pembelajaran bahasa, pakar media, guru Bahasa Indonesia, dan siswa kelas V. Hasil validasi dari pakar pembelajaran bahasa menunjukkan skor rerata 4,55 dengan kategori “sangat baik”. Validasi dari pakar media menunjukkan skor rerata 4,15 dengan kategori “baik”. Validasi dari guru Bahasa Indonesia memperoleh skor rerata 4,85 dengan kategori “sangat baik”. Validasi lapangan memperoleh skor rata-rata keseluruhan 4,63 dengan kategori

“sangat baik”.

(8)

vii ABSTRACT

Natalia, Kristin. 2012. Developing Interactive Multimedia in Listening Skill of Indonesian Language Story Elements of Class V of SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. A Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keyword: the research methodology of development, interactive multimedia, learning module, listening skill, reflective pedagogical paradigm, Indonesian Language.

This research aimed at elaborating the procedure of developing interactive multimedia for listening skill at the basic competence and identifying elements of story (characterization, theme, setting, value) and elaborating the quality of multimedia interactive development for listening skill in the basic competence and identifying elements of story (characterization, theme, setting, value) of fifth grade of Indonesian Language class of SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

In order to accomplish the research, the writer employed research and development methodology. The result of the research was the product of interactive multimedia which was developed through 4 steps, namely (1) the study of standard competence, basic competence and learning materials (2) the need analysis of learning material development, (3) the production of interactive multimedia of listening material, (4) the product validation and revision. The validation was done by language learning expert, media expert, and Indonesian Language teacher. Afterwards, there would be field validation and it could result the product prototype. The subject of this research was 28 students of fifth grade of SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

The development of interactive multimedia was also validated by the students of Class V. Based on the finding, the average point of the assessment from language

expert was 4,55 which was considered “very good”. Based on the assessment from media expert, the average point was 4,15 which was considered “good”. The

validation of the Indonesian Language teacher also showed 4,85 which was

considered “very good”. The average point of the validation of field test showed 4,63

which was considered “very good”.

(9)

viii PRAKATA

Puji dan syukur kepada Bapa di surga atas limpahan kasih dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan

Multimedia Interaktif Untuk Keterampilan Menyimak Unsur-Unsur Cerita Bahasa Indonesia Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Elga Andriana, S. Psi., M.Ed, selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A, selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum, selaku dosen pembimbing II, yang dengan sabar tetap menunggu dan mengarahkan saya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. selaku pakar pembelajaran bahasa, terima kasih atas bimbingan dan saran yang diberikan untuk kualitas produk yang dikembangkan.

7. F. Chosa Kastuhandani, S.Pd., M.Hum. selaku pakar media, yang dengan sabar mendampingi dan mengarahkan saya untuk kualitas produk yang dikembangkan. 8. Lia Pratiwi A.Ma.Pd. selaku guru kelas V SD Kanisius Sorowajan yang telah

memberikan masukan dan saran sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.

(10)

ix 10.Para dosen PGSD, yang dengan sabar dan selalu mendampingi serta mendidik

penulis selama menempuh ilmu di PGSD.

11.Sekretariat PGSD, yang dengan sabar dan ramah telah memberikan kemudahan berbagai urusan sehingga penulis tidak menghadapi rintangan yang berarti.

12.Orangtuaku tercinta, Yulianus Adil Wahyudi dan Finsensia Anjar Frendiani Indah yang selalu memberikan semangat, penghiburan, dan pantang putus asa dalam menyelesaikan skripsi.

13. Mamaku tersayang, Lucia Astuti (Alm).

14.Katarina Heri Sri Kuswati, Cicilia Dwi Hartati, Yohanes Triatus Siswahyudi, dan Melania Desi Kristiani, yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Sahabat-sahabatku yang baik, Andrea Galuh Pusporini, Fransi Samartha, R. Artika Metalia, Putri Sulistyani, Erni Kurniasih, Eka Dwi Rahmawati, E. Niken Ayu Lestari, Farida Nur Azizah, Dwi Puspita Sari Putri, Meylan Dyah F, dan Theresia Tri Wulandari yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata yang paling indah selain kebersamaan kita selama ini.

16.Teman- teman kost Merak, Ika Fitri Purnamasari, S.Pd, Ni Made Dwi Handayani, S.H, Millatina Randu Gupita, S.Pd yang selalu memberikan keceriaan penulis selama menegrjakan skripsi dikost.

17.Kakak Wayan Agi Subagia, S.S, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

18.Tercinta, Adi Cahya Endra Putra, A.Md, yang sabar dan setia dalam menyelesaikan skripsi dalam suasana suka dan duka.

19. Teman-teman payung Bahasa Indonesia Yosephus Hesta. R, Hendrikus Yuli. J, Graciana Intan. A, Ani Yulita, Maria Aprita Kusuma, Yosephita Susiwi. D. R, Agustina Prima. S, Maria Widiana, yang berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi ini.

20. Teman-teman kelas C yang selalu memberikan semangat dan kegembiraan. 21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun telah banyk

(11)
(12)

xi

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 5

1.6 Definisi Operasional ... 5

4. Perangkat Pembelajaran Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 9

5. Competence, Conscience, Compassion (3C) dalam PPR... 12

2.1.1.2 Keterampilan Menyimak ... 12

(13)

xii

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

(14)
(15)

xiv DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus Peradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 11

Gambar 4.1 Tampilan Judul Produk Awal Media Pembelajaran ... 31

Gambar 4.2 Tampilan Judul Produk Awal Modul Pembelajaran ... 32

Gambar 4.3 Tampilan Salah Satu Petunjuk Produk Awal Media Pembelajaran 32 Gambar 4.4 Tampilan Pertemuan I Produk Awal Modul Pembelajaran ... 33

Gambar 4.5 Tampilan Salah Satu Materi Produk Awal Media Pembelajaran 33 Gambar 4.6 Tampilan Salah Satu Evaluasi Produk Awal Modul Pembelajaran 34 Gambar 4.7 Tampilan Indikator Sebelum Revisi ... 40

Gambar 4.8 Tampilan Indikator Sesudah Revisi ... 40

Gambar 4.9 Tampilan Petunjuk Sebelum Revisi ... 43

Gambar 4.10 Tampilan Petunjuk Sesudah Revisi ... 43

Gambar 4.11 Tampilan Materi Sebelum Revisi ... 46

(16)

xv DAFTAR BAGAN

(17)

xvi DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala 5 ... 24

Tabel 4.1 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 25

Tabel 4.2 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala 5 ... 34

Tabel 4.3 Konversi Skala 5 ... 37

Tabel 4.4 Komentar dan Revisi dari Pakar Pembelajaran Bahasa ... 39

Tabel 4.5 Komentar dan Revisi dari Pakar Media ... 42

Tabel 4.6 Komentar dan Revisi dari Guru Bahasa Indonesia ... 45

Tabel 4.7 Data Hasil Uji Coba Lapangan ... 47

(18)

xvii

Lampiran 15 Hasil Penilaian dari Validasi Tahap I oleh Pakar Pembelajaran Bahasa ... 141

Lampiran 16 Hasil Penilaian dari Validasi Tahap II oleh Pakar Pembelajaran Bahasa ... 142

Lampiran 17 Hasil Penilaian dari Validasi Tahap I oleh Pakar Media ... 143

Lampiran 18 Hasil Penilaian dari Validasi Tahap II oleh Pakar Media ... 144

Lampiran 19 Hasil Penilaian dari Validasi Tahap I oleh Guru Bahasa Indonesia ... 145

Lampiran 20 Hasil Penilaian dari Validasi Tahap II oleh Guru Bahasa Indonesia ... 146

Lampiran 21 Rekapitulasi Penilaian Pakar dan Guru Bahasa Indonesia ... 147

Lampiran 22 Validasi Tahap I oleh Pakar Pembelajaran Bahasa ... 148

Lampiran 23 Validasi Tahap II oleh Pakar Pembelajaran Bahasa ... 151

Lampiran 24 Validasi Tahap I oleh Pakar Media ... 154

Lampiran 25 Validasi Tahap II oleh Pakar Media ... 157

Lampiran 26 Validasi Tahap I oleh Guru Bahasa Indonesia ... 160

Lampiran 27 Validasi Tahap II oleh Guru Bahasa Indonesia ... 163

Lampiran 28 Data Hasil Uji Coba Lapangan ... 166

Lampiran 29 Aspek yang Dinilai dari Hasil Validasi Uji Coba Lapangan .... 167

(19)

xviii

Lampiran 31 Penilaian Uji Coba Lapangan oleh Siswa I ... 169

Lampiran 32 Penilaian Uji Coba Lapangan oleh Siswa II ... 171

Lampiran 33 Penilaian Uji Coba Lapangan oleh Siswa III... 173

Lampiran 34 Foto Validasi Uji Coba Lapangan ... 175

Lampiran 35 Surat Keterangan Penelitian dari Kampus ... 179

(20)

1 emosional peserta didik. Selain itu, bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan kompetensi kebahasaan peserta didik dan menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra (Departemen Pendidikan Nasional, 2003).

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting sehingga perlu diajarkan kepada siswa. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup aspek membaca, menulis, berbicara,dan menyimak. Keempat aspek tersebut mendapat porsi yang seimbang dan saling terkait sehingga dapat dilaksanakan dalam pembelajaran secara terpadu.

(21)

2

menjawab pertanyaan sehingga guru sebagai fasilitator dapat mendorong siswa untuk

mengemukakan pendapatnya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V pada tanggal 4 Januari 2012, pukul 09.00 WIB di SD Kanisius Sorowajan, diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi dasar untuk mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) terutama untuk menentukan tema dan amanat suatu cerita. Hal ini dikarenakan mereka belum bisa memahami alur cerita dari cerita yang yang disajikan oleh guru atau dari sumber lainnya seperti buku cerita atau buku paket.

Potret pembelajaran bahasa Indonesia kelas V di SD Kanisius Sorowajan memperlihatkan pembelajaran dinilai kurang penting, kurang menarik, dan tidak mengesankan oleh beberapa siswa kelas V semester genap. Potret situasi pembelajaran bahasa Indonesia tersebut memberikan tantangan tersendiri bagi guru bahasa Indonesia dalam merancang pembelajaran bahasa Indonesia agar menarik dan mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu langkahnya yaitu menggunakan berbagai media bervariasi dengan fasilitas pembelajaran yang sudah tersedia di SD Kanisius Sorowajan namun masih kurang maksimal dalam penggunaan medianya sehingga penghargaan yang pernah diterima sekolah sebagai model berbasis IT oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika melalui Dikpora Daerah Istinewa Yogyakarta dapat lebih ditingkatkan.

(22)

3

mencapai kompetensi dasar dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat).

Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti mencoba untuk mengembangkan multimedia interaktif mata pelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) melalui keterampilan menyimak kelas V semester genap untuk membantu siswa dalam menghadapi masalah tersebut. Materi tersebut dipilih karena disesuaikan dengan waktu penelitian yaitu semester genap. Produk yang dikembangkan menerapkan prinsip Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) karena SD tersebut menggunakan prinsip PPR. Dengan PPR, diharapkan terbentuk wujud nyata pribadi man for others, seorang pribadi yang memiliki kesadaran kemanusiaan dan kekuatan kehendak untuk melaksanakan kehidupan berdasarkan kesadaran kemanusiaan tersebut. Hal ini yang membedakan PPR dengan pola pendidikan yang selama ini terjadi, yang seolah-olah menganggap bahwa asal siswa diberitahu dan dinasihati, dia pasti akan mengubah prilakunya (Kanisius, 2008:60). Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk mengaplikasikan PPR dalam pengembangan multimedia interaktif tersebut. Peneliti memilih kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan karena belum ada yang mengembangkan multimedia interaktif mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) pada keterampilan menyimak untuk kelas V.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ini.

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak pada kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) bahasa Indonesia kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan?

(23)

4

1.3.1 Memaparkan prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk

keterampilan menyimak pada kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) bahasa Indonesia kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan.

1.3.2 Memaparkan kualitas pengembangan multimedia interaktif untuk

keterampilan menyimak pada kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) bahasa Indonesia kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut. 1.4.1 Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman baru sehingga memberikan motivasi untuk selalu mengembangkan media pembelajaran lain yang dapat mengaktifkan siswa.

1.4.2 Bagi guru

Penggunaan multimedia interaktif ini dapat digunakan guru sebagai salah satu media pembelajaran alternatif untuk digunakan dalam proses pembelajaran. 1.4.3 Bagi sekolah

(24)

5

1.4.4 Bagi siswa

Penggunaan multimedia interaktif dapat sebagai alternatif menumbuhkan semangat belajar siswa kelas V SD dalam pembelajaran bahasa khususnya keterampilan menyimak.

1.5Spesifikasi produk

Produk pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD semester genap memanfaatkan multimedia yang memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1.5.1 Pengoperasian multimedia pembelajaran yang dikembangkan ini

membutuhkan perangkat komputer yang memiliki spesifikasi sebagai berikut: (1) prosesor minimal Pentium IV atau sejenisnya, (2) RAM minimal 1GB, (3) kapasitas hardisk yang dibutuhkan sebesar 2 GB, (4) sistem operasi Windows 7/XP/Vista, (5) speaker aktif, (6) LCD proyektor.

1.5.2 Komponen strategi pembelajaran yang terdiri dari:

Komponen pada CD interaktif yaitu: (1) menu utama meliputi petunjuk, kegiatan pembelajaran, referensi, penyusun, dan keluar, (2) petunjuk penggunaan berisi tentang cara penggunaan CD interaktif, (3) kegiatan pembelajaran terdiri dari pertemuan I dan pertemuan II.

1.5.3 Komponen pada modul pembelajaran yaitu: (1) pendahuluan meliputi standar kompentensi, kompetensi dasar, dan indikator, (2) konteks, (3) pengalaman, (4) evaluasi, (5) refleksi, (6) aksi.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Siswa kelas V SD adalah siswa kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan.

1.6.2 Pengembangan multimedia interaktif adalah pengembangan yang

(25)

6

1.6.3 Modul adalah suatu bahan ajar yang mempunyai komponen-komponen untuk

membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tentang

mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) kelas V semester genap.

1.6.4 Keterampilan menyimak adalah keterampilan proses dan perbuatan belajar menyimak dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) kelas V semester genap.

1.6.5 Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang membahas

keterampilan menyimak unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat).

1.6.6 Paradigma Pedagogi Reflektif adalah paradigma yang menerapkan

(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dibahas (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, (4) hipotesis, dan (5) pertanyaan penelitian.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Teori- Teori yang Relevan 2.1.1.1Multimedia Interaktif

1. Multimedia

Smaldino (dalam Anitah, 2010:56) mengatakan “multimedia diartikan sebagai penggunaan berbagai jenis media secara berurutan maupun simultan

untuk menyajikan informasi”. Multimedia juga dapat dikatakan sebagai

“presentasi materi menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar”. (Richard, 2009:3) mengatakan maksud dengan “kata” di sini adalah materinya disajikan dalam verbal form atau dalam bentuk verbal misalnya, menggunakan teks kata-kata yang terucapkan, istilah “gambar” dimaksudkan sebagai materi yang disajikan dalam pictorial form atau bentuk gambar misalnya menggunakan grafik statis (ilustrasi, grafik, foto, dan peta) dan menggunakan grafik dinamis (video dan animasi).

Menurut Sutjipto (2011:78), multimedia merupakan kombinasi dari berbagai media yaitu audio, video, grafis, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa multimedia adalah sarana yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi yang dilakukan secara berurutan sehingga dapat merangsang pikiran dan kemauan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Multimedia Interaktif

(27)

8

dioperasikan oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang

dikehendaki untuk proses selanjutnya”. Multimedia interaktif dalam konteks

pembelajaran adalah salah satu media yang dapat menjalankan fungsi guru sebagai sumber belajar sehingga cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar (Munadi 2010:152). Hal ini diperkuat dari pendapat Warsita (2006:36) bahwa multimedia interaktif merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri dari teks, grafis, foto, video, animasi, musik, narasi, dan interaktivitas yang diprogram berdasarkan teori dan prinsip-prinsip pembelajaran. Dari tiga pengertian multimedia interaktif dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif adalah alat pengontrol yang dapat digunakan untuk menyalurkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai sumber belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Pengertian Modul

Diknas (dalam Prastowo, 2011:104), modul dapat diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara

mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.” Pendapat tersebut diperkuat oleh

Suharman dalam Prastowo (2011:105) yang mengatakan bahwa “modul

adalah satuan program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara perseorangan (self instructional)”. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang dirancang secara sistematis untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. b. Fungsi Modul

Sebagai salah bentuk bahan ajar, Praswoto (2011:107-108) mengatakan modul memiliki fungsi sebagai berikut.

1) Bahan ajar mandiri, maksudnya penggunaan modul dalam proses

(28)

9

2) Pengganti fungsi pendidik, maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka. Sementara, fungsi penjelas sesuatu tersebut juga melekat pada pendidik. Karena itu, penggunaan modul juga bisa berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran fasilitator.

3) Sebagai alat evaluasi, maksudnya dengan modul, peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.

4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik, maksudnya modul mengandung

berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, modul juga berfungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

c. Tujuan Modul

Prastowo (2011:108-109) mengemukakan bahwa modul mempunyai tujuan sebagai berikut: (1) agar siswa dapat belajar mandiri, (2) agar peran guru tidak terlalu dominan dalam kegiatan pembelajaran, (3) agar melatih kejujuran siswa, (4) agar mengakomodasikan berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa, baik yang cepat belajar maupun yang lamban belajar, (5) agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajarinya.

4. Perangkat Pembelajaran Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) a. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Kanisius (2008:39), paradigma pedagogi reflektif (PPR)

merupakan pola [pikir] (paradigma = pola [pikir]) dalam

(29)

10

pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut.

b. Implementasi Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran /P3MP (2012:10), penerapan model pembelajaran dengan pendekatan atau paradigma. Rumusan unsur-unsur pokoknya yaitu.

1) Konteks (Context)

Pengenalan terhadap konteks akan membantu dalam menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman melalui pembelajaran agar dapat menarik makna dari pengalaman secara utuh selama belajar.

2) Pengalaman (Experience)

Melakukan setiap kegiatan yang memuat pemahaman kognitif bahan pelajaran yang disimak yang didalamnya juga memuat unsur psikomotorik dan afektif yang dihayati. Melalui pengalaman dalam proses belajar mengajar, pelajar mengalami suatu tantangan terhadap pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan fakta, ide, dan masukan baru baik dari pengajar maupun sesame teman pelajar lain.

3) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi pembelajaran, yang menjadi obyek penilaian adalah proses dan hasil belajar. Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evaluasi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan, dan minat serta cara belajar. Evaluasi hasil pembelajaran menggunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap pelajar

4) Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan suatu proses menuju perubahan pribadi yang dapat

mempengaruhi perubahan lingkup sekitarnya. Refleksi berarti

(30)

11

pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai hakiki yang dipelajari.

5) Tindakan/Aksi (Action)

Memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam praktik kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran di sini sudah mencapai tahap pengambilan sikap, posisi batin, atau niat untuk berbuat sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya. Pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak hanya teoritis, melainkan terarah ke kehidupan kongkret.

Berdasarkan unsur-unsur pokok tersebut, seorang pengajar dapat mendampingi para pelajar untuk memudahkan proses belajar dan berkembang dengan cara menatap kebenaran dan menggali arti manusiawinya. Berikut adalah siklus Paradigma Pedagogi Ignasian.

(31)

12

5. Competence, Conscience, dan Compassion (3C) dalam PPR

Pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan fokus pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi 3C (competence, conscience, dan compassion). Competence

adalah kemampuan kognitif, conscience adalah kemampuan afektif untuk menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral,

sedangkan compassion adalah kemampuan psikomotorik dan kemampuan untuk

mengembangkan bakat dan kemampuan sepanjang hidup disertai dengan motivasi untuk menggunakannya demi sesama (P3MP-LPM, 2012:46).

2.1.1.2Keterampilan Menyimak 1. Definisi Menyimak

Menurut Tarigan (2008:31), definisi menyimak adalah “suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang

pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. Definisi menyimak juga adalah keterampilan menyimak sebagai satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif (Iskandarwassid, 2009:227). Pendapat ini diperkuat dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008:1307) “menyimak adalah mendengarkan

(memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendengarkan dengan perhatian serta interpretasi untuk memperoleh informasi dalam menguasai bahasa.

2. Menyimak Kreatif

(32)

13

rekonstruksi imajinatif penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya Andreson (dalam Tarigan, 2008:50), mengemukakan secara lebih terperinci lagi bahwa dalam menyimak kreatif tercakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. menghubungkan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak

b. membangun imaji-imaji visual dengan baik

c. menyesuaikan dengan imajinatif untuk menciptakan karya baru

d. pemecahan masalah sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil

penyelesaian tersebut.

Dalam penelitian ini produk yang dikembangkan dibatasi pada menyimak intensif khususnya menyimak kreatif. Menyimak intensif dipilih karena ragam menyimak ini lebih banyak digunakan dalam pembelajaran di sekolah dengan pengawasan langsung dari guru. Penentuan menyimak kreatif sebagai materi yang dikembangkan dikarenakan ragam tersebut merupakan bagian dari ragam menyimak intensif.

3. Pengembangan Materi Menyimak

Pengembangan materi yang akan dibahas adalah mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar dan amanat) pada keterampilan menyimak dalam film “Legenda Selat Bali” dan “Legenda Cindelaras”. Pengembangan materi yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran dengan berpedoman pada Paradigma Pedagogik Reflektif (PPR).

4. Menyimak Cerita Legenda

Menurut Rusyana, dkk (2000: 39), “legenda merupakan cerita tradisional karena cerita itu sudah dimiliki masyarakat Indonesia sejak dahulu. Orang yang menuturkan cerita itu menerima cerita dari generasi orang tuanya atau generasi

(33)

14

hubungannya dengan peristiwa”. Cerita legenda yang digunakan adalah cerita

“Legenda Selat Bali” dan “Legenda Cindelaras”. Kedua legenda memiliki kesamaan yaitu bertemakan tentang keluarga. Cerita legenda tersebut disajikan dalam dua pertemuan. Pertemuan I menyimak “Legenda Selat Bali” dan pertemuan II menyimak “Legenda Cindelaras”.

2.2 Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya

Berikut ini akan dijabarkan penelitian tentang pengembanagan multimedia interaktif dan penelitian tentang keterampilan menyimak bahasa Indonesia.

2.2.1 Hasil-Hasil Penelitian tentang Media

Leny (2004) melakukan penelitian untuk mengetahui tentang

pengembangan materi pembelajaran menulis cerita dengan media gambar untuk siswa kelas III SD Kanisius Kota Baru II Yogyakarta. Penelitian pengembangan ini diawali dengan analisis kebutuhan untuk memperoleh gambaran pengajaran materi menulis cerita dengan media gambar yang sesuai dengan minat siswa. Penelitian ini menghasilkan empat kriteria pengembangan yaitu menyajikan dan memilih bahan disesuaikan dengan tingkat budaya siswa, mengembangkan materi pembelajaran membutuhkan bahan yang menarik dan sesuai minat mereka, menyampaikan materi pembelajaran secara menarik dan variatif, latihan-latihan disajikan semenarik mungkin, dan lebih banyak melibatkan siswa. Produk akhir dari pengembangan ini adalah empat silabus dan empat materi pembelajaran menulis cerita dengan media gambar.

(34)

15

berdasarkan komunikatif, pendekatan terpadu, pendekatan konstruktivisme yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi. Hasil penilaian silabus guru bahasa Indonesia dan para ahli perancangan silabus dan materi adalah 4,39 dan materi pembelajaran menulis menggunakan media gambar 4,40 . Kriteria penilaian dengan rentang nilai tertinggi 5, kualifikasinya sangat baik.

Septiantoko (2011) melakukan penelitian untuk mengembangkan

multimedia interaktif pada mata pelajaran IPS pokok bahasan keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia di kelas V SDN Tukangan. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan subjek penelitian siswa kelas V SDN Tukangan yang berjumlah 27 orang dan instrumen yang digunakan adalah angket. Penelitian ini menghasilkan multimedia interaktif pada mata pelajaran IPS pokok bahasan keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia yang dapat memotivasi siswa dalam belajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli media, ahli materi, dan pengguna terhadap aspek-aspek dalam multimedia interaktif dalam kriteria baik.

2.2.2 Hasil-Hasil Penelitian tentang Keterampilan Menyimak

Eka (2010) melakukan penelitian untuk mengembangkan analisis unsur intrinsik film “Laskar Pelangi” dan implementasinya dalam pengembangan silabus dan RPP untuk pembelajaran menyimak di Sekolah Dasar kelas V. Analisis data dilakukan melalui observasi yang terdiri dari identifikasi, dan klasifikasi unsur intrinsik dari film Laskar Pelangi. Hasil klasifikasi dan indentifikasi dicatat pada kertas data. Selanjutnya, hasil analisis akan digunakan peneliti untuk menyusun silabus dan RPP. Peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat mengoptimalkan penelitian ini. Pertama, penelitian ini dapat dilakukan dengan penambahan variabel penelitian seperti alur dan gaya bahasa. Kedua, penelitian pada unsur ekstrinsik film

(35)

16

siswa diberi latihan dengan film yang berdurasi lebih pendek agar siswa dapat memahami dengan baik dan tertatih.

Nanie (2006) melakukan penelitian untuk mengembangkan silabus dan materi pembelajaran menyimak dengan media audio visual untuk siswa kelas III SD Kanisius Demangan Baru. Pengembangan silabus dan materi pembelajaran keterampilan menyimak dengan media audio visual menggunakan model pembelajaran berdasarkan satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh yang diadopsi dari kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi. Uji kualitas produk berupa silabus dan materi pembelajaran itu, dilakukan berdasarkan teori yang digunakan. Produk pengembangan silabus dan materi baru dinilaikan pada ahli perancangan silabus dan pengembangan materi pembelajaran dan belum diujicobakan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Regina (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kemampuan menyimak siswa kelas II SDK Wirobrajan dalam menyimak cerita anak melalui media audio visual. Penelitian ini menggunakan tes semi objektif pada katagori tes jawaban singkat. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kemampuan menyimak siswa melalui media audio visul berkategori baik sekali dengan skor rata-rata 54,1 atau 85,8%. Dari hasil penelitian ini, manfaat yang dapat diambil adalah pembelajaran menyimak dapat menggunakan media audio visual yang efektif fan efesien bagi guru dan siswa itu sendiri seperti contoh video.

Dalam penelitian-penelitian di atas belum ada satu pun yang meneliti untuk mengembangkan multimedia interaktif dan keterampilan menyimak legenda. Berikut ini literatur map dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dilihat pada (lampiran 1, hal 57).

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian ini memilih siswa kelas V sebagai subjek penelitian. Peneliti memilih kelas V karena kemampuan berbahasa lisan yakni salah satunya adalah menyimak masih terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi termasuk kelas V

(36)

17

mengajar khususnya keterampilan menyimak adalah kurangnya persiapan guru dalam mengelola materi menyimak intensif khususnya menyimak kreatif yang terdapat dalam kurikulum. Kenyataannya, di dalam kelas guru masih cenderung mempelajari keterampilan menulis, membaca, atau berbicara dibandingkan keterampilan menyimak pada pelajaran bahasa Indonesia sehingga berakibat beberapa siswa yang kurang aktif, misalnya tidak mendengarkan penjelasan guru karena bosan, melamun, berbicara dengan teman sebangku, dan sebagainya. Guru juga belum memaksimalkan penggunaan multimedia interaktif pembelajaran untuk keterampilan menyimak dikarenakan alasan persiapan materi membutuhkan waktu yang lama. Padahal penggunaan multimedia interaktif mempunyai banyak keuntungan menurut Muhadi (2010:152) yaitu memberikan iklim yang bersifat afektif secara individual baik bagi yang cepat maupun lamban dalam menerima pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar, dan memberi umpan baik (respon). Karena itu, peneliti ingin mengembangkan multimedia interaktif berupa

media dan modul pembelajaran yang dikemas secara menarik. Multimedia interaktif yang dikembangkan diharapkan dapat membantu siswa dalam pemahaman keterampilan menyimak kreatif khususnya menyimak cerita legenda. Jika guru dapat menggunakan multimedia interaktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas V semester genap pada kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) maka keterampilan menyimak belajar siswa dapat ditingkatkan.

2.4Hipotesis

Hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

2.4.1 Multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak Bahasa Indonesia kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dikembangkan melalui

(37)

18

2.4.2 Multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak Bahasa Indonesia kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dikembangkan dengan kualitas “sangat baik” berdasarkan validasi dari pakar pembelajaran bahasa, pakar media, guru bahasa Indonesia, dan siswa kelas V.

2.5Pertanyaan Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat lima pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut.

2.5.1 Bagaimana prosedur penelitian pengembangan multimedia interaktif dalam keterampilan menyimak mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat)?

2.5.2 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan menyimak mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) menurut pakar pembelajaran bahasa?

2.5.3 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan menyimak mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) menurut pakar media?

2.5.4 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan menyimak mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) menurut guru Bahasa Indonesia SD Kanisius Sorowajan?

(38)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas (1) jenis penelitian, (2) seting penelitian, (3) prosedur pengembangan, (4) uji coba produk, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Penelitian Research and

Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu (Sugiyono, 2011:297). Penelitian ini mengembangkan multimedia interaktif untuk keterampilan menyimak mengidentifikasi unsur-unsur cerita bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Sorowajan. Produk yang akan dihasilkan terdiri dari beberapa komponen yaitu kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, memproduksi multimedia interaktif pembelajaran menyimak, validasi produk, dan revisi produk. Dalam penelitian ini langkah-langkah pengembangan hanya dibatasi dengan prototype produk.

3.1Setting Penelitian 3.1.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para siswa kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Sorowajan yang beralamat di Jl.Sorowajan No.111, Banguntapan 55198, Bantul, Yogyakarta.

3.1.3 Waktu Penelitian

(39)

20

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan multimedia interaktif ini terdiri dari empat tahapan yang dimodifikasi dari Sugiyono (2011:298-302), yaitu (1) kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, (2) analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (3) memproduksi multimedia interaktif pembelajaran menyimak, (4) validasi produk dan revisi produk. Pertama, peneliti mengkaji standar kompetensi untuk menentukan kompetensi dasar serta pemilihan materi yang akan dikembangkan. Peneliti menggunakan materi keterampilan menyimak bahasa Indonesia kelas V semester genap kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat).

Kedua, dilakukan dengan analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan. Analisis kebutuhan ini bertujuan agar peneliti mengetahui kebutuhan apa yang diinginkan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran bahasa Indonesia semester genap pada keterampilan menyimak.

Ketiga, peneliti memproduksi multimedia interaktif pembelajaran menyimak. Langkah dimulai dengan konsep pembuatan story board dan kerangka modul pembelajaran. Selajutnya, pengumpulan bahan-bahan untuk dibuat sesuai dengan konsep desain yang telah direncanakan. Kemudian, pembuatan modul

pembelajaran dan pemograman untuk media dengan menggunakan Microsoft

PowerPoint 2007.

(40)

21

Selanjutnya, prototype pengembangan produk multimedia interaktif menjadi salah satu media pembelajaran yang sudah layak digunakan. Berikut ini adalah bagan pengembangan produk yaitu.

(41)

22

3.4 Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan untuk mengumpulkan data dalam menentukan kualitas multimedia interaktif. Data yang diperoleh dari validasi produk pakar pembelajaran bahasa, pakar media, dan guru Bahasa Indonesia digunakan untuk memperbaiki dan penyempurnaan produk multimedia interaktif. Setelah divalidasi, produk diujicobakan kepada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan semester genap. Uji coba produk tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan kualitas produk yang telah dikembangkan peneliti.

3.4.1 Desain Uji Coba

(42)

23

3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Jenis Data Hasil Uji Coba

Hasil uji coba pengembangan multimedia interaktif berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didapat dari komentar dan saran dari penilaian pakar pembelajaran bahasa, pakar media pembelajaran, guru bahasa Indonesia, dan siswa. Data kuantitatif didapat dari persentase analisis kebutuhan dan penilaian pakar pembelajaran bahasa Indonesia, pakar media pembelajaran, guru bahasa Indonesia, dan siswa.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan empat instrumen penelitian berupa kuesioner untuk pakar pembelajaran bahasa, pakar media, guru bahasa Indonesia, dan siswa. Kuesioner tersebut digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan produk yang akan dikembangkan. Indikator penilaian pada kuesioner untuk pakar pembelajaran bahasa, pakar media, guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran 2, lampiran 3 dan lampiran 4, (hal 58-60). Nilai akhir pada penilaian kuesioner dari pakar pembelajaran bahasa, pakar media, guru, dan siswa akan digunakan sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan media dan modul pembelajaran yang dikembangkan. Dari penggunaan instrumen ini diharapkan dapat diperoleh data yang mendukung pengembangan kualitas produk tersebut sehingga dapat diketahui kelayakan produk media keterampilan menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia yang dikembangkan peneliti.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

(43)

24

pengembangan multimedia interaktif berupa CD interaktif dan modul pembelajaran setelah uji coba lapangan dilakukan.

3.7Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. 1.4.5 Data Kualitatif

Data kualitatif berupa komentar yang dikemukakan oleh pakar pembelajaran bahasa Indonesia, pakar media, guru, dan siswa. Data dianalisis sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.

1.4.6 Data Kuantitatif

(44)

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan (1) analisis kebutuhan, (2) deskripsi produk awal, (3) data uji coba dan revisi produk, (4) data validasai lapangan, dan (5) kajian produk akhir.

4.1 Analisis Kebutuhan

4.1.1 Data Analisis Kebutuhan Siswa

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui kenyataan penggunaan media dalam pembelajaran menyimak yang selama ini terjadi di kelas. Selain itu, analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh data yang menunjukkan bahwa pengembangan multimedia interaktif perlu dikembangkan dalam peningkatan keterampilan menyimak. Analisis kebutuhan dilakukan oleh siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan yang berjumlah 56 siswa. Analisis kebutuhan tersebut dilaksanakan pada tanggal 22 November 2011. Dalam analisis kebutuhan ini, siswa diharapkan untuk menjawab delapan pertanyaan sesuai minatnya. Hasil analisis kebutuhan tersebut digunakan sebagai acuan dalam pengembangan media dan modul pembelajaran bagi siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan. Data hasil analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

Tabel 4.1 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan

No Butir Pertanyaan Jumlah

Responden Persentase

1

Apakah Gurumu memakai alat pembelajaran saat mengajar Bahasa Indonesia?

a. memakai alat pelajaran 50 89,29%

b. tidak memakai alat pelajaran 6 10,71%

2

Alat pembelajaran apa yang sering dipergunakan gurumu saat mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia?

a. papan tulis 47 83,93%

b. komputer/multimedia 11 19,64%

c. buku/LKS 39 69,64%

d. gambar 4 7,14%

e. lain-lain………. 1 1,79%

3

Pernahkah gurumu mempergunakan alat pelajaran yang mempergunakan LKS dan multimedia dalam satu kali pertemuan mata pelajaran Bahasa Indonesia?

a. pernah 48 85,71%

(45)

26

Berdasarkan data analisis diperoleh informasi yaitu 89,29% guru memakai alat pembelajaran dan 10,71% tidak memakai alat pembelajaran. Alat pembelajaran yang sering digunakan guru saat mengajar bahasa Indonesia yaitu papan tulis 83,93%, komputer atau multimedia 19,64%, buku atau modul 69,64%, gambar 7,14%, dan lain lain 1,79%. Guru pernah menggunakan alat pembelajaran yang menggunakan modul dan multimedia sebanyak 85,71%. Siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan membutuhkan alat pembelajaran yang memakai LKS dan multimedia atau komputer secara bersamaan dengan persentase 82,14%. Apabila alat pelajaran yang menggabungkan modul dan multimedia untuk mata pelajaran bahasa Indonesia

4

Menurut kamu, perlu atau tidak alat pelajaran yang memakai LKS dan multimedia/komputer secara bersama-sama untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia?

a. perlu 46 82,14%

b. tidak perlu 10 17,86%

5

Apabila alat pelajaran yang memadukan LKS dan multimrdia untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan, tema-tema apa yang kamu sukai?

a. alam 16 28,57%

Apabila alat pelajaran yang menggabungkan LKS dan multimedia untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan, unsur tampilan apa yang sebaiknya ada di dalamnya?

Apabila alat pelajaran yang menggabungkan LKS dan multimedia untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan, tema apa yang sebaiknya ada di dalamnya?

Apabila alat pelajaran yang menggabungkan LKS dan multimedia untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan, sebaiknya dipergunakan untuk mempelajari keterampilan berbahasa apa?

a. berbicara 14 25,00%

b. membaca 12 21,43%

c. menulis 8 14,29%

d. mendengarkan/menyimak 24 42,86%

(46)

27

dikembangkan, unsur tampilan yang sebaiknya ada yaitu gambar 50,00%, teks 44,64%, video 55,36%, animasi 21,43%, musik atau narasi 30,36%, dan lain-lain 7,14%. Alat pelajaran yang menggabungkan LKS dan multimedia untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan, sebaiknya dipergunakan untuk mempelajari keterampilan mendengarkan atau menyimak terbukti dari persentase 42,86%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan menginginkan pembelajaran yang mengkombinasikan LKS dan multimedia untuk keterampilan menyimak supaya lebih memahami pelajaran yang diberikan guru (lampiran 6 dan lampiran 7, hal 64-70).

4.1.2 Data Analisis Kebutuhan dari Guru

(47)

28

Komentar yang diberikan guru yaitu dalam pembuatan media yang terpenting adalah mudah dipahami siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai (lampiran 8, hal 70-76). Jadi, dapat disimpulkan dari pendapat guru bahwa gabungan multimedia dan modul sangat diperlukan supaya siswa dapat memahami materi yang disampaikan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil analisis kebutuhan siswa dan guru menunjukkan bahwa siswa dan guru membutuhkan media pembelajaran yang dapat memadukan multimedia dan modul pembelajaran bahasa Indonesia kelas V khususnya keterampilan menyimak legenda pada kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat).

4.2 Deskripsi Produk Awal

Setelah analisis kebutuhan dilakukan, pengembangan multimedia interaktif dilakukan sesuai dengan prosedur pengembangan yang terdiri dari empat tahapan dari dimodifikasi Sugiyono (2011:298-302). Pertama, mengkaji standar kompetensi untuk menentukan kompetensi dasar serta pemilihan materi yang akan dikembangkan. Peneliti menggunakan materi keterampilan menyimak bahasa Indonesia kelas V semester genap kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat). Peneliti juga merancang pembuatan silabus dan RPP yang berpedoman pada PPR (lampiran 9-lampiran 11, hal 77-96).

Kedua, dilakukan dengan analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan. Analisis kebutuhan ini bertujuan agar peneliti mengetahui kebutuhan apa yang diinginkan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran bahasa Indonesia semester genap pada keterampilan menyimak khususnya mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat).

(48)

29

pembelajaran. Selajutnya, pengumpulan bahan-bahan seperti foto, video, audio, animasi, hyperlink, dan sebagainya agar dibuat sesuai dengan konsep desain yang telah direncanakan. Kemudian, pembuatan media pembelajaran (lampiran 13, hal 121-136) dan modul pembelajaran (lampiran 14, hal 137-140) dengan menggunakan

Microsoft PowerPoint 2007 yang memiliki keunggulan yaitu mampu mengintegrasikan teks, gambar, suara, animasi, grafis, video sehingga diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas.

Keempat, dilakukan validasi dan revisi produk. Validasi tahap I dilaksanakan oleh pakar pembelajaran bahasa Indonesia, pakar media, dan guru Bahasa Indonesia. Produk dianalisis tahap I lalu dilakukan revisi tahap I. Validasi tahap II oleh pakar pembelajaran bahasa Indonesia, pakar media, dan guru Bahasa Indonesia. Produk dianalisis tahap II lalu dilakukan revisi tahap II. Validasi lapangan dilakukan pada siswa kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan. Data hasil validasi lapangan dianalisis tahap III kemudian dilalukan revisi produk tahap III.

Selanjutnya, prototype pengembangan produk multimedia interaktif menjadi salah satu media pembelajaran yang sudah layak digunakan. Setelah produk awal selesai dibuat, dilakukan pengetesan secara keseluruhan dengan dosen pembimbing. Adapun garis besar pembuatan produk awal multimedia interaktif yaitu.

4.2.1 Komponen Multimedia

Komponen multimedia menu utama yang terdiri dari: 4.2.1.1 Petunjuk berisi tentang cara penggunaan CD interaktif.

(49)

30

yang bersifat interaktif sehingga dapat diulang-ulang sesuai kebutuhan siswa, (6) refleksi untuk mengetahui proses pembelajaran yang dialami siswa dan aksi untuk mengetahui rencana yang dibuat siswa sebagai tindak lanjut, dan (7) pemutaran lagu digunakan untuk selalu memberi semangat siswa.

4.2.1.3 Referensi meliputi sumber-sumber yang dijadikan referensi dalam pembuatan CD interaktif.

4.2.1.4 Penyusun berisi foto dan uraian biodata peneliti.

4.2.2 Komponen Modul Pembelajaran

Komponen pada modul pembelajaran terdiri dari:

4.2.2.1 Pendahuluan meliputi: (1) standar kompentensi yang digunakan adalah memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan, (2) kompetensi dasar yang digunakan adalah mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat) dan (3) indikator dalam media meliputi mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan dan tema) dari film “Legenda Selat Bali” dan “Legenda

Cindelaras”, menceritakan kembali isi cerita secara runtut dari film

“Legenda Selat Bali”, menyimpulkan isi cerita dari film “Legenda Selat Bali”, membandingkan sifat positif Mpu Beku dan Malik Angkara yang patut diteladani dari film “Legenda Selat Bali”, membandingkan sifat

positif Cindelaras dengan Raden Putera yang patut diteladani dari film

“Legenda Cindelaras”, merancang contoh penerapan dari sifat-sifat Mpu Beku yang dapat kamu teladani dalam kehidupan sehari-hari, dan merancang contoh penerapan dari sifat-sifat Cindelaras yang dapat kamu teladani dalam kehidupan sehari-hari.

(50)

31

4.2.2.3 Pengalaman pembelajaran yang digunakan difokuskan pada tiga soal yang berhubungan dengan pemutaran video

4.2.2.4 Evaluasi pembelajaran difokuskan pada lima soal tentang

mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat). 4.2.2.5 Refleksi dan aksi digunakan untuk mengulas pembelajaran yang sudah

diberikan serta rencana tindakan yang dilakukan setelah pembelajaran berakhir.

4.2.2.6 Halaman terakhir pada modul berisi sumber belajar untuk mengetahui referensi pembuatan modul.

Langkah selanjutnya yaitu pengemasan produk untuk divalidasikan kepada pakar pembelajaran bahasa, pakar media dan guru Bahasa Indonesia. Pengemasan produk ini terdiri dari (1) Produk software media dikemas dalam bentuk Compact Disk (CD) melalui proses burning, dan (2) modul pembelajaran dikemas dalam bentuk buku melalui proses cetak. Berikut ini beberapa contoh tampilan produk awal untuk media pembelajaran dan modul pembelajaran.

(51)

32

Gambar 4.2 Tampilan judul produk awal modul pembelajaran

Petunjuk Pembelajaran

1. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi dua pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua 2. Referensi untuk pertemuan pertama

dan pertemuan kedua

3. Setiap pertemuan meliputi enam komponen yaitu indikator pembelajaran, video,materi pembelajaran, permainan, lagu, evaluasi

4. Gunakanlah media pembelajaran ini dengan memperhatikan komponen yang ada.

5. Selamat mencoba!

Menu utama

(52)

33

Gambar 4.4 Tampilan pertemuan I produl awal modul pembelajaran

Mengidentifikasi Unsur- Unsur Cerita

Tahukah kamu cerita legenda telaga warna (dari jawa barat), dan legenda batu menangis (Kalimantan Barat)? Dalam pelajaran ini, kamu akan belajar tentang legenda. Legenda adalah dongeng yang menceritakan tentang asal mula

terjadinya suatu tempat, gunung, dan sebagainya

(53)

34 Gambar 4.6 Tampilan salah satu evaluasi produk awal modul pembelajaran

4.3Data Validasi dan Revisi Produk

(54)

35

Berdasarkan rumus konversi di atas perhitungan data-data kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi tersebut. Adapun penentuan rumus kualitatif pengembangan ini diterapkan dengan konversi sebagai berikut.

(55)

36

5. Kategori sangat kurang baik

= ≤ – 1,80SBi

= X ≤ 3 - (1,80. 0,67) = X ≤ 3 - (1,21) = X ≤ 1,79

(56)

37

4.3.1. Deskripsi Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa

Pakar pembelajaran bahasa adalah Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. Pakar pembelajaran bahasa memfokuskan pada penilaian aspek kualitas materi dalam multimedia pembelajaran dan modul pembelajaran. Aspek yang dinilai terdiri dari aspek pembelajaran, kesesuaian isi, komentar atau saran umum, dan kesimpulan layak atau tidaknya multimedia interaktif tersebut dapat digunakan.

4.3.1.1Data Validasi Tahap I dari Pakar Pembelajaran Bahasa

Validasi tahap I dari pakar pembelajaran bahasa (lampiran 22, hal 148-150) dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2012. Aspek yang dinilai dari media dan modul pembelajaran adalah kelengkapan komponen, pemilihan materi, ketepatan bahasa, dan keterkaitan materi dengan kompetensi dasar. Berdasarkan data hasil validasi dari pakar pembelajaran bahasa, diperoleh data bahwa kualitas media pembelajaran pada aspek pemilihan materi mendapat skor 5 dengan kategori

(57)

38

dengan kategori “sangat baik” karena komponen pembelajaran sudah lengkap, pemilihan materi sudah tepat, ketepatan bahasa dan keterkaitan materi dengan kompetensi dasar. Oleh karena itu, peneliti akan tetap berusaha untuk lebih memperbaiki aspek pada kualitas media dan modul sesuai dengan saran pakar pembelajaran bahasa supaya hasilnya lebih baik sehingga produk yang dihasilkan sangat layak untuk digunakan. Data perhitungan validasi mengacu pada tabel 4.3 konversi skala lima dan rinciaannya terdapat pada lampiran 15, hal 141.

4.3.1.2 Data Validasi Tahap II dari Pakar Pembelajaran Bahasa

(58)

39

4.3.1.2 Revisi Produk dari Pakar Pembelajaran Bahasa

Pada revisi produk dari pakar pembelajaran bahasa tahap I, peneliti melakukan revisi pada bagian yang disarankan yaitu petunjuk yang terlalu banyak dengan audio, indikator compassion, pertanyaan refleksi, kunci jawaban soal, penulisan kata yang tidak tepat perlu ditambahkan dan diperbaiki. Pada revisi produk dari pakar pembelajaran bahasa tahap II, peneliti tidak melakukan revisi tentang alur yang belum disinggung dan materi modul tidak disajikan teks cerita karena kedua hal tersebut tidak tercantum dalam kompetensi dasar serta keterampilan yang digunakan dalam penelitian ini. Komentar dan revisi dari pakar pembelajaran bahasa akan dijabarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Komentar dan Revisi dari Pakar Pembelajaran Bahasa

No Tahap Komentar Pakar Bahasa Revisi

Kualitas Multimedia Pembelajaran 1. Tahap 1 Terlalu banyak petunjuk yang

berupa audio di sekolah maupun di rumah”

Memperbaiki indikator hikmah apa yang bisa diambil

Memperbaiki pertanyaan

2. Tahap 1 Tidak ada kunci jawaban soal Melengkapi instrument dengan mencantumkan kunci jawaban soal Penulisan kata depan tidak tepat

karena disatukan dengan kata dasar, misalnya di atas

Memperbaiki tulisan kata depan yang tepat

Kualitas Modul Pembelajaran 3. Tahap 2 Dalam membicarakan

unsur-unsur cerita, alur belum disinggung

Kompetensi dasar yang diambil adalah

(59)
(60)

41

4.3.2 Deskripsi Data Validasi Pakar Media

Pakar media adalah F. Chosa Kastuhandani, S.Pd., M.Hum. Pakar media memfokuskan pada penilaian aspek kualitas multimedia pembelajaran dan modul pembelajaran. Validasi oleh pakar media bertujuan untuk meningkatkan kualitas media yang terdiri dari tampilan pemrograman dan isi atau pembelajaran.

4.3.2.1 Data Validasi I dari Pakar Media

(61)

42

4.3.2.2 Data Validasi II dari Pakar Media

Validasi tahap II dari pakar media (lampiran 25, hal 157-159) dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2012. Data validasi tahap II dari kualitas media pada aspek ketepatan pemilihan audio dan visual, desaian media dan penyajian materi mendapat skor 5 dengan kategori “sangat baik” karena menunjukkan bahwa kualitas media pada aspek kejelasan dan kecepatan narasi sangat sesuai, pemilihan gambar atau foto sudah sesuai, dan teks dalam media mudah untuk dibaca. Kualitas modul pada semua aspek mendapat skor 4 dengan kategori “baik” karena sudah memenuhi kelengkapan komponen, ketepatan petunjuk, kesesuaian tampilan dan penyajian materi. Jadi, dapat disimpulkan rata-rata penilaian kualitas media 4,3 kategori

“sangat baik” dan kualitas modul 4,0 kategori “baik” karena semua komponen dalam aspek media dan modul tersebut sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak (rincian perhitungan pada lampiran 18, hal 144).

4.3.2.3 Revisi Produk dari Pakar Media

Produk yang sudah divalidasi oleh pakar media kemudian direvisi sesuai komentar. Berdasarkan komentar dari pakar media, peneliti melakukan revisi tahap I tentang alur pada media yang dibuat dengan Microsoft PowerPoint 2007

kurang jelas supaya alur lebih jelas dan mudah dipahami dalam penggunaan media tersebut. Pada validasi tahap II, peneliti tidak melakukan revisi dari pakar media karena beliau tidak memberikan komentar atau saran.

Tabel 4.5 Komentar dan Revisi dari Pakar Media

No Tahap Komentar Pakar Media Revisi

Kualitas Multimedia Pembelajaran

1. Tahap 1 Alur PPT kurang jelas Memperbaiki alur PPT supaya alurnya lebih jelas

(62)

43 Petunjuk Pembelajaran

1. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi dua pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua 2. Referensi untuk pertemuan pertama

dan pertemuan kedua 3. Setiap pertemuan meliputi enam

komponen yaitu indikator pembelajaran, video,materi pembelajaran, permainan, lagu, evaluasi

4. Gunakanlah media pembelajaran ini dengan memperhatikan komponen yang

Klik tombol ini jika kamu ingin kembali ke menu sebelumnya.

Klik tombol ini jika kamu ingin kembali ke menu utama.

Klik tombol ini jika kamu ingin keluar

x

Gambar 4.9 Tampilan petunjuk sebelum revisi Gambar 4.10 Tampilan petunjuk sesudah revisi

4.3.3 Deskripsi Data Validasi Guru Bahasa Indonesia

Validasi guru pembelajaran bahasa adalah Lia Pratiwi A.Ma.Pd. Validasi dilaksanakan pada tanggal 4 Februari sampai 16 Februari 2012. Guru Bahasa Indonesia memfokuskan pada penilaian aspek kualitas multimedia pembelajaran dan modul pembelajaran. Validasi guru Bahasa Indonesia diperoleh dari memberikan silabus, RPP, media berupa CD interaktif dan modul pembelajaran.

4.3.3.1 Data Validasi I dari Guru Bahasa Indonesia

(63)

44

lengkap dan kurang dipahami, sedangkan keterkaitan materi dengan kompetensi dasar mendapat skor 5 kategori “sangat baik” karena perangkat pembelajaran dan materi yang digunakan sudah dikembangkan sesuai untuk siswa kelas V SD. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil data validasi pertama oleh pakar bahasa pada kualitas media mendapat rata-rata sebesar 3,6 dengan kategori “baik” dan kualitas modul mendapat rata-rata 4,0 dengan kategori “sangat baik” karena komponen pembelajaran sudah lengkap, pemilihan materi sudah tepat, ketepatan bahasa dan keterkaitan materi dengan kompetensi dasar. Oleh karena itu, peneliti akan tetap berusaha untuk lebih memperbaiki aspek pada kualitas media dan modul sesuai dengan saran guru Bahasa Indonesia supaya hasilnya lebih baik sehingga produk yang dihasilkan layak untuk digunakan. Data perhitungan validasi mengacu pada tabel 4.3 tentang konversi skala lima dan rinciannya terdapat pada lampiran 19, hal 145.

4.3.3.2 Data Validasi II dari Guru Bahasa Indonesia

(64)

45

dan modul sudah lengkap dan sesuai. Dengan demikian, media dan modul dapat digunakan pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V semester genap khususnya aspek menyimak mengidentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan, tema, latar, amanat), rincian perhitungan pada lampiran 20, hal 146.

4.3.3.3 Revisi Produk Dari Guru Bahasa Indonesia

Revisi produk dari guru Bahasa Indonesia sudah disesuaikan dengan komentar atau saran dari pakar pembelajaran bahasa dan pakar media. Berdasarkan komentar dari guru Bahasa Indonesia, peneliti melakukan revisi tahap I tentang beberapa indikator yang perlu diganti supaya lebih sesuai dengan karakteristik dan mudah dipahami oleh siswa. Peneliti juga melakukan revisi tentang penggunaan ejaan serta kata yang tepat dalam pembuatan kalimat. Peneliti tidak melakukan revisi tahap II karena memang tidak ada revisi dari guru Bahasa Indonesia. Berikut ini adalah revisi dari guru Bahasa Indonesia yaitu.

Tabel 4.6 Komentar dan Revisi dari Guru Bahasa Indonesia

No Tahap Komentar Guru Bahasa Revisi

Kualitas Modul Pembelajaran 1. Tahap 1 Beberapa indikator perlu diganti

(65)

46

Gambar 4.11 Tampilan materi sebelum revisi Gambar 4.12 Tampilan konteks sesudah revisi

4.4 Data Validasi Lapangan

4.4.1 Deskripsi Data Validasi Lapangan

Data validasi lapangan dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2012 pada pukul 7.15-8.35 WIB dengan jumlah subjek penelitian 28 siswa kelas V semester genap SD Kanisius Sorowajan. Perlengkapan yang dipersiapkan sebelum uji lapangan adalah laptop, LCD projector, speaker, dan camera. Uji lapangan tersebut dilaksanakan oleh guru Bahasa Indonesia kelas V yaitu Lia Pratiwi A.Ma.Pd. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, siswa sudah dibagikan modul pembelajaran. Siswa-siswa sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut karena beberapa siswa ada yang berkomentar senang jika belajar menggunakan media

PowerPoint. Kemudian, salah satu siswa ditunjuk untuk memimpin doa, selanjutnya guru memberikan penjelasan singkat tentang materi mengindentifikasi unsur-unsur cerita (penokohan dan tema). Setelah itu, siswa diajak guru untuk melihat film

Gambar

Tabel 4.2  Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala 5 ..........................
Tabel 4.1 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan
Gambar 4.3 Tampilan salah satu  petunjuk  produl awal media pembelajaran
Gambar 4.7 Tampilan indikator sebelum  revisi              Gambar 4.8 Tampilan  indikator sesudah revisi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatnya peran agama dan masyarakat dalam pembangunan KELURAHAN TUGU

Berdasarkan Hasil penelitian ketidaktepatan kode diagnosa utama maka upaya yang dapat dilakukan yaitu diharapkan petugas rekam medis sebagai pemberi kode diagnosa lebih

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh persepsi yang ditujukan oleh pelaku bisnis di pasar Ngunut terhadap perbankan syariah. Serta Sikap dan Perilaku pelaku bisnis

Kawasan Ekonomi Khusus di Pulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun.. Komite Privatisasi Perusahaan

Jika itu terjadi maka produsen akan istirahat ( sleep ), tetapi jika nilai count tidak sama dengan N, produsen akan terus menambahkan barang dan menaikkan nilai count. Sekarang

: Sejauh diketahui tidak ada peraturan nasional atau kedaerahan spesifik yang berlaku untuk produk ini (termasuk bahan-bahan produk

Selain antioksidan juga ditemukan dalam putih telur enzim penghambat tekanan darah yang dikenal dengan angiotensin –converting enzim inhibitor.. (ACE- Inhibitor ) atau

Data yang diperoleh dengan cara tersebut adalah data pengaruh antara produk, harga, promosi terhadap keputusan konsumen untuk membeli produk hijab..