• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi pengelolaan obat di Puskesmas Depok II Sleman periode Tahun 2007-2009 dengan metode ABC indeks kritis - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi pengelolaan obat di Puskesmas Depok II Sleman periode Tahun 2007-2009 dengan metode ABC indeks kritis - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Maria Murnian Lestari NIM : 068114159

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Maria Murnian Lestari NIM : 068114159

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

Karya ini kupersembahkan dengan penuh cinta untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Ayah dan Ibu tercinta sebagai ungkapan terima kasihku atas semua doa, cinta

kasih dan dukungannya selama menyelesaikan studi.

Kakakku Firman dan Bren serta Adikku Lila, terima kasih untuk doa,dukungan

dan semagatnya

(6)

vi

rahmat, berkat dan bimbingan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas Depok II Sleman Periode Tahun 2007-2009 dengan Metode ABC Indeks”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dukungan dan perhatian dari berbagai pihak yang telah membantu penulis hingga akhir penulisan laporan skripsi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan ilmunya sebagai sumber inspirasi dan memberikan kritik dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Djaman Ginting Manik, Apt., selaku dosen penguji yang telah

(7)

vii

6. Ayah, Ibu, Kakak-kakakku Firman dan Bren serta adikku Lila atas segala doa, kasih sayang, dorongan dan dukungannya yang diberikan.

7. Oma Maria Ondi dan Oma Neli serta semua keluarga besar Nalang dan Anggal atas semua dukungan dan doanya.

8. Rm Zakharias Juhadun(Alm), Pater Sevolus Isaac dan Rm Laurens Sopang. 9. Izz, Wei, Aldy, Kae Isen, Febri, Geri, Ira hadut, Anita, Astri terima kasih

buat dukungannya.

10. Sahabat-sahabatku, Chibi, Winda, Yemi, mba Rian, Encik, Egy, Mba Siska, An, Lia, Lian, atas kekompakkan, canda tawa dan dukungannya.

11. Teman-teman FKK 2006, khususnya Manik, Maya, Reni, Lita, Tanti, Citra Puspita, Fea, Fani, Regina Citra atas segala dukungan dan kebersamaan.

Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

(8)
(9)
(10)

ix

diinventariskan di puskesmas menyerap dana 30-40% dari anggaran pembangunan kesehatan di masing-masing Kabupaten/Kota. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengelolaan obat pada tahap perencanaan obat dengan menggunakan Metode ABC Indeks Kritis di Puskesmas Depok II Sleman.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian yang bersifat retrospektif. Data Kuantitatif berupa jumlah pemakaian dan harga satuan obat. Data Kualitatif (VEN) diperoleh dari wawancara dengan dokter dan pengelola ruang obat. Hasil analisis nilai pakai, nilai investasi dan VEN digabung sehingga diperoleh hasil analisis ABC indeks kritis.

Berdasarkan hasil analisis ABC Indeks Kritis periode tahun 2007-2009, sebanyak 14 item obat masuk kelompok A, 67 item masuk kelompok B, dan kelompok C sebanyak 60 item. obat-obat yang direkomendasikan untuk perencanaan berikutnya adalah obat-obat yang masuk dalam kelompok A dan B, kelompok C dioptimalkan pengadaannya.

(11)

x

development budget in each regency / city. This study aims to evaluate the drug management at the planning stage of the drug by using of ABC Critical Index method in Depok II Sleman Public Health Center.

This research is non-experimental research with retrospective research. Data number and unit price of drug usage. Quantitative data including usage value and investment value. Qualitative data (VEN) are obtain from interview with the doctor and drug manager. The result of usage value, investment value and VEN analysis were merged that ABC critical indices analysis result were obtained. Based on the results of ABC Critical Index analysis in the period of 2007-2009, a total of 14 drug items were categorozed into group A, the 67 items were categorozed into group B and 60 items were categorized into group C. drugs recommended for the next planning is a drug-drug in the group A and B, group C optimized procured.

(12)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. iii

HALAMAN PENGESAHAN………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... v

PRAKATA……… vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. viii

INTISARI………. ix

ABSTRACT……… x

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR TABEL……… xvii

DAFTAR GAMBAR……… xix

DAFTAR LAMPIRAN……… xxi

BAB I PENGANTAR…..……… 1

A. Latar Belakang……… 1

1. Permasalahan……….. 4

2. Keaslian penelitian………. 4

3. Manfaat penelitian……….. 5

B. Tujuan Penelitian………. 6

1. Tujuan umum……….. 6

(13)

xii

2. Fungsi puskesmas……… 7

3. Puskesmas Depok II Sleman……… 8

B. Obat ………. 1. Obat bebas………... 2. Obat bebas terbatas………. 3. Obat keras dan pskotropika……… 4. Obat narkotika……… 9 9 9 10 11 C. Manajemen Logistik……..……….. 11

D. Manajemen Pengelolaan Obat………. E. Manajemen Perencanaan Obat……… 12 13 F. Analisis ABC……….. 14

G. Analisis Statistika denganz score……….………… 17

H. Keterangan Empiris……….. 17

BAB III METODE PENELITIAN……… 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian……… 19

B. Definisi Operasional……… 20

C. Bahan Penelitian……… 20

(14)

xiii

1. Analisis ABC Nilai Pakai……… 21

2. Analisis ABC Nilai Investasi……… 22

3. Analisis VEN………...………. 22

4. Analisis ABC Nilai Indeks Kritis……… 5. Analisis tingkatan produk……… 6. Analisisz score……… 23 23 25 H. Kesulitan Penelitan……… 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 27

A. Profil Nilai Pakai, Nilai Investasi dan VEN………. 27

1. Analisis ABC Nilai Pakai………. a. Analisis ABC Nilai Pakai……….. b. Analisis z score dibandingkan dengan analisis Nilai Pakai……… 27 27 32 2. Analisis ABC Nilai Investasi……… 33

3. Analisis VEN………..……….. 40

B. Analisis ABC Indeks Kritis……….. 42

C. Rekomendasi Perencanaan untuk Tahun Berikutnya……… 46

(15)

xiv

DAFTAR PUSTAKA………. 52

(16)

xv

di Puskesmas Depok II Sleman……… 28 Tabel II. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Pakai Tahun

2008 di Puskesmas Depok II Sleman………. 29 Tabel III. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Pakai Tahun

2009 di Puskesmas Depok II Sleman………. 29 Tabel IV. Jumlah Item Obat Berdasarkan Nilai Pakai di Puskesmas Depok II

Sleman……….. 31

Tabel V. Jumlah Item Obat Berdasarkan Analisis z score terhadap Nilai Pakai di Puskesmas Depok II Sleman……… 32 Tabel VI.. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun

2007 di Puskesmas Depok II Sleman……….. 33 Tabel VII. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun

2008 di Puskesmas Depok II Sleman………. 34 Tabel VIII. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun

2009 di Puskesmas Depok II Sleman……… 34 Tabel IX. Jumlah Sediaan Berdasarkan Nilai Investasi di Puskesmas Depok II

Sleman Yogyakarta………. 39

Tabel X. Hasil Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis VEN di Puskesmas Depok II Sleman……….. 40 Tabel XI. Jumlah Kelompok Obat Dalam NIK di Puskesmas Depok II Sleman

(17)
(18)

xvii

Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas……….. 10

Gambar 3. Logo Obat Keras………. 10

Gambar 4. Logo Narkotika………... 11 Gambar 5. Diagram Batang Analisis Nilai Pakai selama Tiga periode

di Puskesmas Depok II Sleman………. 30 Gambar 6. Diagram Batang Persentase Analisis Nilai Investasi Selama

Tiga Periode Di Puskesmas Depok II Sleman……… 35 Gambar 7. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis Nilai

Investasi Tahun 2007 di Puskesmas Depok II Sleman…………. 37 Gambar 8.. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis Nilai

Investasi Tahun 2008 di Puskesmas Depok II Sleman…………. 38 Gambar 9. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis Nilai

Investasi Tahun 2009 di Puskesmas Depok II Sleman…………. 38 Gambar 10. Grafik Persentase Klasifikasi ABC Nilai VEN di Puskesmas Depok

II Sleman……… 41

Gambar 11. Diagram Batang Persentase Nilai Indeks Kritis Periode 2007-2009 di Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta……… 43 Gambar 12. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC

Indeks Kritis Tahun 2007 di Puskesmas Depok II Sleman………… 44 Gambar 13. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC

(19)

xviii

di Puskesmas Depok II Sleman……… 46 Gambar 16. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC

(20)

xix

Ruang Obat Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta …….. 55 Lampiran 2. Data Obat Berdasarkan Analisis Nilai Pakai Tahun 2008 di

Ruang Obat Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta …… 60 Lampiran 3. Data Obat Berdasarkan Analisis Nilai Pakai Tahun 2009 di

Ruang Obat Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta……… 66 Lampiran 4. Data Obat Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun 2007

di Ruang Obat Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta….. 72 Lampiran 5. Data Obat Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun 2008

di Ruang Obat Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta ….. 77 Lampiran 6. Data Obat Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun 2009

di Ruang Obat Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta ….. 82 Lampiran 7. Data Ven Seluruh Obat Dalam Tahun 2007-2009

di Ruang Obat Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta…... 87 Lampiran 8. Data Nilai Indeks Kritis Seluruh Obat Yang Ada dalam

Tahun 2007-2009 di Ruang Obat Puskesmas Depok II

Sleman Yogyakarta………. 91

(21)
(22)

1

A. Latar Belakang

Pengelolaan obat merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan di tingkat Puskesmas (Aziz, 2005). Puskesmas adalah salah satu organisasi pelayanan kesehatan yang pada dasarnya adalah organisasi jasa pelayanan umum. Pelayanan obat merupakan bagian integral pelayanan kesehatan sehingga pelayanan pengobatan tidak terlepas dari pelayanan obat. Pelayanan obat merupakan siklus pengobatan dan pelayanan obat tergantung pada ketersediaan obat di puskesmas.

(23)

Dari data Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan obat (LPLPO) Sub unit Ruang Obat Puskesmas Depok II tahun 2008 diperoleh data obat yang kedaluwarsa yaitu tablet Isosirbid dinitrat 5 mg, Kloramfenikol tetes telinga 3%, klorokuin, Aspar K, dan Primakuin. Sedangkan obat yang rusak adalah aminofilin, diazepam tablet 2 mg dan fenobarbital tablet 30 mg.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah RI No.38 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah RI No.41 Tahun 2007, maka diperlukan suatu upaya restrukturisasi yang menyeluruh dalam hal pengelolaan obat. Ketersediaan obat mutlak dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu, obat harus dikelola dengan benar.

Dalam PP No.51 tahun 2009, Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Menurut Anonim (1995), pengelolaan dan pelayanan obat di puskesmas merupakan suatu hal yang perlu dilakukan karena obat yang diinvestasikan di puskesmas menyerap dana yang cukup besar yaitu lebih kurang 30-40% dari anggaran pembangunan kesehatan di masing-masing Kabupaten/Kota.

(24)

contoh pengelolaan obat yang bermanfaat untuk mengendalikan tingkatan stok, perencanaan distribusi, perencanaan kebutuhan obat dan memantau penggunaan obat (Anonim, 1995).

Proses perencanaan dan pengelolaan merupakan salah satu fungsi yang penting dalam manajemen logistik. Manajemen logistik disini yang dimaksud adalah manajemen dalam bidang kefarmasian (Suciati, 2006). Manajemen logistik menawarkan banyak cara untuk menjalankan pengelolaan itu, sehingga dapat efisien dan efektif. Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari Puskesmas. Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara efisien, dengan demikian manajemen obat dapat dipakai sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional secara efektif dan efesien di puskesmas.

(25)

1. Permasalahan

Beberapa masalah yang mucul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Seperti apakah profil nilai pakai, nilai investasi, nilai VEN dan nilai

indeks kritis obat pada puskesmas Depok Sleman tahun 2007, 2008, dan 2009?

b. Seperti apakah Pengelolaan Obat di Puskesmas Depok II Sleman?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan penulis, penelitian tentang evaluasi pengelolaan obat berdasarkan Metode ABC indeks kritis di Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta tahun 2007 sampai 2009 belum pernah dilakukan. Akan tetapi penelitian serupa dengan obyek penelitian di rumah sakit pernah dilakukan oleh :

a. Trisilakaryani (2009) dengan judul “Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat di Bagian Rawat Jalan berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Baktiningsih Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Provinsi DIY tahun 2006-2008”

b. Awaludin (2010) dengan judul “Analisis Sediaan Farmasi Berdasarkan Metode ABC Indeks Kritis Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo Periode Tahun 2006-2008”

(26)

d. Satibi dan Arvianti (2008) dengan judul “Analisis Perencanaan berdasarkan ABC Indeks Kritis serta Evaluasi Pengadaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Wates tahun 2004-2006”

e. Suciati dan Adisasmito (2006) dengan judul “Analisis Perencanaan Obat berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karya Husada, Cikampek, Jawa Barat”

Penelitian dengan obyek penelitian di Apotek pernah dilakukan oleh Rony (2009) dengan judul “Analisis dan Evaluasi Perencanaan Obat berdasarkan ABC Indeks Kritis di Apotek Sanata Dharma tahun 2006-2008”

Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak pada lokasi penelitian dan waktu penelitian.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang evaluasi pengelolaan obat agar pengadaan obat dapat efisien dan pemakaian yang efektif di suatu Puskesmas dengan menggunakan ABC Indeks Kritis.

b. Manfaat praktis

(27)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengelolaan obat di Puskesmas berdasarkan analisis ABC Indeks Kritis sehingga pengadaan obat menjadi efektif dan efisien.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui profil nilai pakai, nilai investasi, dan VEN serta profil nilai indeks kritis selama periode 2007-2009, berdasarkan analisis ABC Indeks Kritis.

(28)

7 1. Definisi

Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan dengan misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang tugasnya melaksanakan pembinaan, pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di suatu wilayah tertentu. Pelayanan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Anonim, 2002).

2. Fungsi

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya (Effendy,1998).

3. Puskesmas Depok II Sleman

(29)

kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Depok II Sleman meliputi pelayananan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan lingkungan, perbaikan gizi, Imunisasi, promosi kesehatan, pencegahan pemberantasan penyakit menular, pelayanan obat dan farmasi, pemeriksaan gigi dan laboratorium, serta pengobatan dasar. Puskesmas ini juga memiliki pelayanan klinis dengan menerapkan standar ISO 9002:2000. Puskesmas ini juga mempunyai visi : “Menjadikan puskesmas sebagai mitra sehat masyarakat yang berkharisma dan bertanggungjawab”.

Puskesmas ini juga memiliki misi yaitu:

a. Memberikan pelayanan medik dasar yang bermutu secara berkesinambungan dan terarah.

b. Memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dengan lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

c. Memelihara dan selalu meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu secara bertanggung jawab.

d. Senantiasa meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan sesuai dengan perkembangan zaman.

e. Menjalin kerjasama dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan dan pembangunan kesehatan.

f. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

(30)

B. Obat

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993, yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetik.

Dalam Undang-undang No.36 tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

Menurut Tjay dan Rahardja (2003), obat merupakan semua zat kimiawi, hewani maupun nabati dalam dosis yang layak menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit dan gejalanya. Dalam PerMenKes No.917/MenKes/Per/X/1993, disebutkan bahwa golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

1. Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam(Anonim, 2006a).

Gambar 1. Logo Obat Bebas (Anonim, 2006a)

(31)

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2006a).

Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas (Anonim, 2006a)

Tanda peringatan yang terdapat pada obat bebas terbatas yaitu : P. No.1 : Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

P. No.2 : Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. P. No.3 : Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

P. No.4 : Awas! Tidak boleh ditelan.

P. No.5 : Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan (Anief, 2007).

3. Obat keras dan psikotropika

Obat keras memiliki tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter. (Anonim, 2006).

Gambar 3. Logo Obat Keras (Anonim, 2006a)

(32)

indikasi medis, bukan untuk tujuan lain. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada altivitas mental dan perilaku.

4. Obat narkotika

Dalam Undang-undang No.35 tahun 2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Narkotika Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter.

Gambar 4. Logo Narkotika (Anonim, 2006a)

C. Manajemen Logistik

(33)

bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan dan dengan total biaya yang terendah (Aditama, 2007).

Pelaksanaan manajemen logistik sebagai salah satu pilar penyangga pelaksanaan fungsi puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan kuratif, promotif, preventif, dan rehabilitatif. Tujuan Manajemen Logistik Obat di Puskesmas ialah terlaksananya pelayanan obat kepada masyarakat secara rasional dan menyeluruh (Massiri,2004).

D. Manajemen Pengelolaan Obat

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan di berbagai tingkat unit kerja (Anonim, 2001).

Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis di unit-unit pelayanan kesehatan melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan salah satu contoh pengelolaan obat yang bermanfaat untuk mengendalikan tingkatan stok, perencanaan distribusi, perencanaan kebutuhan obat dan memantau penggunaan obat (Anonim, 1995).

(34)

1. Terlaksananya peresepan yang rasional.

2. Pengembangan dan peningkatan pelayanan obat yang dapat menjamin: a. Penyerahan obat yang benar kepada pasien.

b. Dosis dan jumlah yang tepat.

c. Wadah obat yang baik yang dapat menjamin mutu obat. d. Informasi yang jelas dan benar kepada pasien.

Proses pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut lima fungsi pokok yaitu perencanaan obat, pengadaan, pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan lain

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

E. Manajemen Perencanaan Obat

Dalam siklus pengelolaan obat, tahap perencanaan selalu dibahas paling awal, karena perencanaan dianggap awal mula dari kegiatan pada umumnya. Walaupun demikian, dalam pengelolaan obat yang baik, perencanaan idealnya dilakukan dengan berdasarkan data yang diperloleh dari tahap terakhir pengelolaan, yaitu penggunaan periode lalu. Gambaran penggunaan obat dapat dipeoleh berdasarkan data riil konsumsi obat, atau berdasarkan data riil pola penyakit (Anonim, 1996).

(35)

dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan. Perencanaan kebutuhan obat berpengaruh terhadap pengadaan, pendistribusian, dan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan (Anonim, 2001).

F. Analisis ABC(Always, Better, Control)

Prinsip ABC ini bisa digunakan dalam pengelolaan pembelian,penjualan, dan sebagainya. Prinsip ini juga dikenal dengan nama Analisis ABC (ABC analysis), dan dibuat berdasarkan sebuah konsep yang dikenal dengan nama

Hukum Pareto (Pareto’s Law), dari nama ekonom Itali, Vilfredo Pareto. Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Sebagai contoh, 20% dari total barang biasanya bernilai 80% dari total nilai inventori (Anonim, 2006b).

Tingkat kecukupan biaya obat pada masing-masing kategori (mengacu pada standar WHO) yaitu kategori A, menyangkut 10-20% item obat dengan kontribusi pengeluaran dana 75-80%; kategori B, menyangkut 10-20% item obat dengan kontribusi pengeluaran dana 15-20%; dan kategori C menyangkut 60-80% item obat dengan kontribusi pengeluaran dana 5- 10%, (Quick, Hume, Rankin, O’Connor, 1997).

(36)

Klasifikasi sistem ABC merupakan petunjuk bagi manajemen dalam memberikan prioritas pengawasan persediaan (Yamit, 2002).

Obat yang termasuk pada kategori A adalah kelompok obat-obatan penyelamat hidup, dibutuhkan dalam jumlah banyak pada pelayanan kesehatan dasar untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar, serta membutuhkan konsentrasi anggaran yang tinggi untuk pengadaannya. Obat yang termasuk pada kategori B adalah obat-obatan yang bekerja pada sumber penyebab penyakit, tetapi tidak secara vital untuk pelayanan kesehatan dasar, pengadaannyapun tidak membutuhkan dana yang terlalu besar. Obat yang tergolong kategori C adalah obat yang merupakan obat-obatan penunjang, biasa dipergunakan untuk memberikan kenyamanan atau mengatasi rasa sakit, efikasinya masih dipertanyakan atau memiliki harga yang lebih tinggi bila dibandingkan tambahan manfaat terapi yang diperoleh (Quick,et al.,1997).

Analisis ABC adalah metode yang sangat berguna untuk melakukan pemilihan, penyediaan, manajemen distribusi, dan promosi penggunaan obat yang rasional. Selain itu analisis ABC juga membantu untuk mengidentifikasi biaya yang dihabiskan untuk setiap item obat yang tidak terdapat dalam daftar obat esensial atau jarang digunakan (Quicket al, 1997). Analisis ABC dapat diterapkan pada suatu periode tahunan atau periode yang lebih singkat. Langkah-langkah analisis ABC yaitu :

1. mendata semua item yang dibeli atau dikonsumsi dan memasukkannya kedalam unit biaya

(37)

3. menghitung nilai konsumsi

4. menghitung persentase nilai total setiap item

5. menyusun kembali daftar berurutan dari nilai total yang paling tinggi 6. menghitung persentase kumulatif nilai total untuk setiap item

7. memilih poin cut-off atau batasan (range persentase) untuk obat kelompok A,B,dan C

8. menyajikan data dalam bentuk grafik (Quicket al,1997).

Menurut Suciati dan Adisasmito (2006), Analisis ABC Indeks Kritis digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana dengan pengelompokkan obat atau perbekalan farmasi, terutama untuk obat-obatan yang digunakan berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan. Dengan analisis ini maka akan lebih efektif karena tidak hanya dilihat dari sisi penggunaan dana saja, tetapi juga dilihat dari sisi penggunaan persediaan. University of Michigan Hospital telah mengembangkan suatu analisis ABC Indeks kritis yang mencakup karakteristik persediaan, yaitu banyaknya barang, biaya investasi, dan kritisnya terhadap pelayanan pasien di suatu nomor indeks yang digunakan untuk menetapkan persediaan dengan kategori ABC, sehingga proses monitoring dan kontrol dapat lebih terjamin.

Dalam menentukan nilai indeks kritis (NIK) obat dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

NIK = Nilai Pakai + Nilai Investasi + (2 x VEN)

(38)

dengan NIK 4 - 6,4. Kelompok A dengan NIK tertinggi 12 ini, mempunyai arti bahwa obat tersebut adalah obat dalam kategori kritis bagi sebagian besar pemakaiannya, atau bagi satu atau dua pemakai, tetapi juga mempunyai nilai investasi dantum overyang tinggi (Suciati dan Adisasmito,2006).

G. Analisis Statistik denganz score

Perhitungan analisis statistik dengan z-score menggunakan tabel luas kurve normal yang sudah tersedia, yaitu tabel z. Tabel z ini menunjukkan luas bagian-bagian kurve normal yang mempunyai mean (μ) = 0 dan deviasi standar (σ) = 1. Kurve normal (distribusi normal) ini dikenal dengan nama distribusi normal standar, (Soejuti, 1986).

Kegunaan z score antara lain adalah dapat digunakan untuk menghitung persentase item yang berada di atas atau di bawah skor tertentu. Adapun sebaran data diasumsikan normal, hal ini dikarenakan bentuk ini merupakan yang paling mudah dijadikan acuan, karena variasinya tidak banyak sehingga tidak perlu dihitung kasus perkasus (Anonim, 2009).

Apabila dipunyai suatu kurve normal dengan mean μ (yang tidak sama dengan nol) dan deviasi standar σ (yang tidak sama dengan satu), dan apabila hendak menghitung luas bagian-bagiannya dengan menggunakan tabel z, maka skala kurve normal ini X, haruslah diubah menjadi skala z dengan menggunakan rumus: a = luas daerah yang dicari (antaraμdan z)

μ= mean

σ= standar deviasi (Supranto,2009).

a

(39)

H. Keterangan Empiris

(40)

19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang Evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas Depok II Sleman Periode 2007-2009 dengan metode ABC Indeks Kritis merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian yang bersifat retrospektif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pengelolaan obat di Puskesmas Depok II Sleman.

B. Definisi Operasional

1. Nilai Pakai adalah nilai yang diperoleh dari jumlah pemakaian obat-obatan dalam periode tahun tahun 2007-2009.

2. Nilai Investasi adalah nilai yang diperoleh dari jumlah pemakaian item obat dikalikan dengan harga dari masing-masing item obat tersebut dalam periode tahun tahun 2007-2009.

(41)

4. Kriteria inklusi : seluruh obat yang digunakan di Instalasi Farmasi Puskesmas Depok II Sleman pada tahun 2007-2009, Air raksa dental use, Glass Ionomer Cement ART, Ringer laktat larutan infuse steril, Aqua pro injeksi, Thiamine injeksi, Etanol 70%, Eugenol cairan,Yodium prividon larutan 30 ml, Na Klorida larutan infuse, Glukosa larutan infuse 5%, Etil Klorida Spray, Lidokain non ephinefrin injeksi, Devitalisasi Pasta.

5. Kriteria eksklusi : Sediaan farmasi berupa alat kesehatan dan obat-obat yang tidak diketahui harga satuannya.

6. Periode 2007 sampai 2009 di mulai dari Bulan Januari 2007 sampai Bulan Desember 2009.

7. Wawancara dilakukan dengan dokter dan pengelola ruang obat untuk mewakilkan kekuatan obat selama tiga tahun (2007-2009).

8. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

C. Bahan Penelitian

(42)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar seluruh obat selama tiga tahun ( 2007, 2008, dan 2009) untuk menentukan Vital, Esensial dan Non Esensial.

E. Tempat Penelitian

Penelitian tentang evaluasi pengelolaan obat berdasarkan metode ABC Indeks Kritis di Puskesmas Depok II tahun 2007,2008 dan 2009 dilakukan di bagian Ruang obat Puskesmas Depok II Sleman, jalan Leli III Condong Catur Yogyakarta.

F. Jalan Penelitian

Penelitian diawali dengan penentuan lokasi penelitian, selanjutnya dilakukan observasi awal terkait perijinan dan penelusuran literatur serta perumusan masalah. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berupa data pemakaian serta harga obat dari tahun 2007,2008, dan 2009. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan dengan dokter dan penanggung jawab instalasi farmasi dengan membagi kuesioner yang berisi daftar obat yang digunakan dalam 3 tahun(2007-2009). Data-data tersebut selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis ABC Indeks Kritis dan analisisz score

G. Analisis Data

1. Analisis Nilai Pakai (NP)

(43)

CNP berdasarkan persentase kumulatif 80%, 15%, dan 5%. Obat yang sudah dikelompokkan kemudian diberi nilai, jika obat masuk dalam ANP maka diberi nilai 3, jika masuk dalam kelompok BNP diberi nilai 2, dan jika masuk dalam kelompok CNPdiberi nilai 1.

Cara perhitungannya:

%

Keterangan: y = % pemakaian

x = jumlah pemakaian obat

Σx =jumlah seluruh pemakaian obat dalam periode tertentu.

2. Analisis Nilai Investasi (NI)

Analisis dilakukan pertahun dengan cara mengidentifikasi obat dalam urutan pemakaian biaya terbesar kemudian obat dikelompokkan menjadi klasifikasi ANI, BNI, CNI. Penetapan klasifikasi obat berdasarkan persentase kumulatif 80%, 15%, dan 5%. Obat yang telah dikelompokkan lalu diberi skor, masing-masing bernilai 3 jika masuk dalam kelas ANI, nilai 2 untuk obat kelas BNI, dan nilai 1 untuk obat kelas CNI.

Cara perhitungannya:

Keterangan: x = jumlah investasi dari obat n = jumlah pemakaian obat

hp = harga satuan + ppn

%

Keterangan: y = % investasi

x = jumlah investasi dari obat

(44)

3. Analisis VEN

Analisis ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada dokter dan pengelola ruang obat dengan maksud untuk menetapkan obat-obat yang masuk dalam kategori vital, esensial dan nonesensial Selanjutnya dapat diberikan skor pada setiap item obat. Untuk obat yang masuk dalam kelompok vital yaitu obat yang harus tersedia dan tidak bisa ditunda penggunaannya diberi nilai 3, untuk obat yang masuk dalam kelompok esensial diberi nilai 2 yaitu obat yang wajib ada dan harus tersedia tidak lebih dari 24 jam, sedangkan kelompok non esensial yaitu obat yang penggunaannya bisa ditunda dan pengadaannya bisa lebih dari 48 jam diberi skor 1.

Informan (dokter dan pengelola ruang obat) yang berbeda dapat menyebabkan obat yang sama menjadi kelompok yang berbeda, apabila terjadi demikian maka dilakukan penggabungan skor dari masing-masing obat yang sama dengan kelompok yang berbeda tersebut. Setelah dilakukan penggabungan skor selanjutnya diambil rata-rata skor obat tersebut dan dimasukkan kembali dalam kelas VEN dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk obat-obat dengan skor 2,33≤V < 3 masuk dalam kelas V (vital), b. untuk obat dengan skor antara 1,67≤E < 2,33 masuk dalam kelas E (esensial), c. untuk obat dengan skor 1≤N < 1,67 masuk dalam kelas N (non esensial).

4. Analisis ABC Nilai Indeks Kritis

(45)

kelompoknya yang sebelumnya sudah diklasifikasi ABC berdasarkan NP, NI dan VEN ke dalam rumus NIK (Nilai Indeks Kritis).

NIK = nilai pakai + nilai investasi + (2 x VEN)

Skor nilai pakai, nilai investasi, dan nilai kritis berkisar antara 1 sampai 3.

Dalam analisis ABC Indeks Kritis ini, data obat yang sudah dianalisis dalam analisis ABCNP, ABCNI dan analisis VEN. Selanjutnya dilakukan kombinasi dari ketiganya dengan memasukkan skor-skor tersebut dalam rumus NIK. Hasil yang didapat dari perhitungan NIK tersebut selanjutnya dimasukkan dalam kelompok ABC Indeks Kritis dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk NIK 9,34 ≤ANIK< 12 masuk dalam kelompok AIK b. Untuk NIK 6,67≤BNIK< 9,34 masuk dalam kelompok BIK c. Untuk NIK 4≤CNIK< 6,67 masuk dalam kelompok CIK

5. Analisis Tingkat Produk

Data analisis ABC nilai indeks kritis per tahun selama tiga periode dapat digunakan untuk menentukan tingkatan suatu produk dalam tiga periode (Rony, 2009), sehingga menjadi tujuh tingkatan. Pengelompokkan tingkatan produk tersebut berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

Aa = merupakan kategori kelompok A yang mampu bertahan dalam tiga periode (AAA)

(46)

A dalam satu periode dan selama dua periode lain berada dlam kelompok B (ABB)

Ac = merupakan kategori kelompok A yang bertahan dalam satu periode (A--), sedangkan dua periode masuk kelompok lain(ACC; ABC; AB-) Ba = merupakan kategori kelompok B yang mampu bertahan dalam tiga

periode (BBB)

Bb = merupakan kategori kelompok B yang mampu bertahan dalam dua periode atau sediaan tersebut merupakan kelompok B dalam dua periode dan satu periode yang lain masuk kelompok lain (BB-; BBC) Bc = merupakan kategori kelompok B yang bertahan dalam satu periode, atau

sediaan kelompok B dalam satu periode sedangkan periode yang lain masuk kelompok C (BC-, BCC)

C = merupakan kelompok C yang bertahan dalam tiga periode (CCC), atau sediaan tersebut bertahan dalam dua periode saja (CC-), atau hanya berada dalam satu periode saja (C--).

6. Analisisz score

(47)

Rumus yang digunakan dalam pencarian z score adalah:

a = batas minimal dari luas daerah yang dicari μ= mean

σ= standar deviasi z =z-score

Rumus ini dapat membantu dalam menentukan batas minimal nilai pakai suatu item obat, sehingga dapat ditentukan bahwa obat masuk dalam kelompok tertentu (kelompok A, B atau C), maka luas daerah di bawah kurva (yang merupakan kapasitas kelompok A,B atau C) untuk menampung item obat yang mempunyai batas minimal dari jumlah pemakaian dan nilai rupiah (a), adapun nilai tersebut diperoleh dengan perhitunganz score.

H. Kesulitan Penelitian

Pada saat pengambilan data di puskesmas, peneliti mengalami kesulitan karena harus mencatat secara manual semua daftar pemakaian obat, selain itu pendataan pemakaian alat-alat kesehatan kurang lengkap, sehingga data yang digunakan hanya data pemakaian obat. Selain itu penulis mengalami kesulitan karena harus mencatat secara manual daftar seluruh obat dan pemakaiannya, walaupun di puskesmas tersebut sudah memiliki sistem komputerisasi dalam pencatatannya.

a

(48)

27

Penelitian Evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas Depok II Slema Periode Tahun 2007-2009 dengan Metode ABC Indeks Kritis menggunakan data pemakaian obat-obat selama periode tahun 2007-2009 yang terdapat di Ruang Obat Puskesmas Depok II kemudian dilakukan evaluasi ABC Indeks Kritis. ABC Indeks Kritis menggabungkan antara analisis ABC Nilai Pakai, Nilai Investasi dan VEN berdasarkan hasil wawancara dengan dokter dan pengelola ruang obat puskesmas dengan cara mengisi kuesioner yang berisi daftar seluruh obat dalam tiga periode tahun untuk memberi nilai kepada semua obat dengan mengklasifikasikan obat-obat tersebut ke dalam kriteria VEN (Vital, Esensial dan Non Esensial).

A. Profil Nilai Pakai, Nilai Investasi dan Nilai VEN

1. Analisis Nilai Pakai

a. Analisis ABC Nilai Pakai

(49)

merupakan nilai tertinggi dan diberikan pada obat yang mempunyai persen tertinggi yang masuk pemakaian 80% dari seluruh obat, kelompok B diberi skor 2 dan masuk dalam pemakaian 15% dari seluruh obat, dan sisanya 5% diberi skor 1 yang termasuk dalam kelompok C.

Tabel I, II dan III merupakan hasil dari analisis ABC nilai pakai, hasil ini merupakan pengklasifikasian obat yang meliputi jumlah item obat beserta persentase setiap kelompok, selain itu dapat dilihat jumlah rupiah beserta persentasenya dalam masing-masing kelompok.

Tabel I. Pengelompokan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Pakai Tahun 2007 di Puskesmas Depok II Sleman

Kelompok Jumlah item obat

Persentase item obat(%)

Jumlah pemakaian (Rp)

Persentase jumlah pemakaian

(%)

ANP 13 9,49 17.383.870 36,27

BNP 19 13,87 5.317.687 11,09

CNP 105 76,64 25.226.187 52,64

Total 137 100 47.927.744 100

(50)

Tabel II. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Pakai Tahun 2008 di Puskesmas Depok II Sleman

Kelompok Jumlah item obat

Persentase item obat(%)

Jumlah pemakaian

(Rp)

Persentase jumlah pemakaian(%)

ANP 16 11,43 24.041.521 45,54

BNP 21 15 5.305.274 10,05

CNP 103 73,57 23.444.128 44,41

Total 140 100 52.790.923 100

Selanjutnya pada tahun 2008 item obat yang termasuk dalam kelompok ANPberjumlah 16 item atau 11,43% dari total item obat dengan jumlah pemakaian Rp 24.041.521 atau 45,54% dari jumlah pemakaian seluruhnya, kelompok BNP berjumlah 21 item atau 15% dari total item obat dengan jumlah pemakaian Rp 5.305.274 atau 10,05% dari jumlah pemakaian seluruhnya, sedangkan kelompok CNP berjumlah 103 item atau 73,57% dari total item obat dengan jumlah pemakaian Rp 23.444.128 atau sebesar 44,41%dari jumlah pemakaian seluruhnya.

Tabel III. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Pakai Tahun 2009 di Puskesmas Depok II Sleman

Kelompok Jumlah item obat

Persentase item obat(%)

Jumlah pemakaian

(Rp)

Persentase jumlah pemakaian(%)

ANP 16 11,11 29.492.262 47,65

BNP 19 13,19 5.282.798 8,54

CNP 109 75,69 27.119.478 43,82

Total 144 100 61.894.538 100

(51)

CNP berjumlah 109 item atau 75,69 % dari total item obat dengan jumlah pemakaian Rp 27.119.478 atau sebesar 43,82% dari jumlah pemakaian seluruhnya. Gambaran profil nilai pakai selama tiga tahun dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 5. Diagram Batang Analisis Nilai Pakai selama Tiga periode di Puskesmas Depok II Sleman

(52)

Adanya peningkatan pemakaian obat dalam suatu periode tahun dapat terjadi karena adanya kasus penyakit tertentu yang tinggi sehingga membutuhkan obat dalam jumlah yang tidak sedikit pula dalam penanggulangannya. Akan tetapi terdapat pula obat yang tidak terpakai sama sekali selama kurun waktu tertentu yang sebaiknya perlu dikelola agar dapat memperoleh nilai ekonomis yang lebih besar. Untuk klasifikasi ABC berdasarkan nilai pakai, jumlah item setiap kelompoknya dapat dicermati pada tabel berikut:

Tabel IV. Jumlah Item Obat Berdasarkan Nilai Pakai di Puskesmas Depok II Sleman

Obat-obat yang masuk dalam klasifikasi A berjumlah 13 item (tahun 2007), 16 item (tahun 2008) dan 16 item (tahun 2009). Obat yang masuk dalam klasifikasi B berjumlah 19 item (tahun 2007), 21 item (tahun 2008) dan19 item (tahun 2009) sedangkan untuk yang masuk dalam klasifikasi C berjumlah 105 item (tahun 2006), 103 item (tahun 2007) dan 109 item (tahun 2008).

Data nilai pakai yang diperoleh digunakan dalam penentuan nilai indeks kritis. Masing-masing item sesuai dengan klasifikasinya diberi skor, obat yang masuk kelompok A diberi skor 3, kelompok B diberi skor 2 dan kelompok C diberi skor 1 untuk perhitungan nilai indeks kritis selanjutnya.

Kelompok klasifikasi Tahun Jumlah Sediaan

Farmasi A B C

2007 137 item Rp 47.927.744

13 item Rp 17.383.870

19 item Rp 5.317.687

105 item Rp 25.226.187 2008 140 item

Rp 52.790.923

16 item Rp 24.041.521

21 item Rp 5.305.274

103 item Rp 23.444.128 2009 144 item

Rp 61.894.538

16 item Rp 29.492.262

19item Rp 5.282.798

(53)

b. Analisisz scoredibandingkan dengan analisis Nilai Pakai

Analsisiz scoredilakukan dengan perhitungan secara matematika terhadap nilai pakai atau berdasar jumlah pemakaiannya.

Tabel V. Jumlah Item Obat Berdasarkan Analisisz score terhadapNilai Pakai di Puskesmas Depok II Sleman

Pada tahun 2007 berdasarkan analisis ABC Nilai Pakai, yang masuk kelompok A ada 13 item, kelompok B 19 item, dan berdasarkan z score diperoleh 16 item untuk kelompok A dan B. Pada tahun 2008 berdasarkan analisis Nilai Pakai, yang masuk kelompok A ada 16 item dan kelompok B sebanyak 21 item, berdasarkanz scoredidapatkan jumlah sebesar 19 item kelompok A dan 17 item kelompok B. Untuk tahun 2009 berdasarkan analisis Nilai Pakai yang masuk kelompok A sebesar 16 item dan 19 item kelompok B, berdasarkan z score diperoleh 21 item.kelompok A dan 19 item kelompok B. Secara keseluruhan terdapat sedikit perbedaan hasil analisis Nilai Pakai denganz score.

Dari hasil analisis z score diperoleh kelompok C memiliki jumlah item yang paling banyak jika dibandingkan dengan kelompok A dan B. Item obat yang masuk dalam kelompok A dan B direkomendasikan untuk perencanaan periode berikutnya. Untuk obat-obat yang masuk dalam kelompok C dan tidak terdapat jumlah pemakaian sama sekali perlu dioptimalkan dalam hal pengadaannya.

Klasifikasi Tahun Jumlah item obat

A B C

2007 137 item 16 item 16 item 105 item

2008 140 item 19 item 17 item 104 item

(54)

2. Analisis Nilai Investasi

Dalam Analisis Nilai Investasi (NI) diperlukan data jumlah pemakaian dan harga satuan dari tiap obat. Jumlah investasi diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah pemakaian obat dengan harga satuan. Analisis berdasarkan nilai investasi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi obat-obat dengan urutan biaya pembelian (harga beli+ppn), mulai dari yang terbesar hingga terendah bahkan sampai kepada obat yang tidak menghasilkan pendapatan karena obat tersebut tidak ada pengeluarannya. Pengambilan data dilakukan terhadap besarnya jumlah suatu obat yang keluar dari Puskesmas per satu bulan yang kemudiaan digabungkan dalam satu tahun lalu dikalikan dengan harga satuan (harga beli+ppn). Setelah itu, baru dapat dipersenkan untuk tiap obat dan diberi nilai berdasarkan persentase tiap obat dengan sistem 80%-15%-5%.

Tabel VI. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun 2007 di Puskesmas Depok II Sleman

Kelompok Jumlah item Obat

Persentase item Obat(%)

Jumlah Investasi

(Rp)

Persentase Investasi(%)

ANI 19 13,87 37.865.178 79

BNI 30 21,90 7.642.337 15,95

CNI 88 64,23 2.420.229 5,05

Total 137 100 47.927.744 100

(55)

dari total item dengan nilai investasi sebesar Rp 2.420.229 atau 5,05% dari nilai investasi seluruhnya.

Tabel VII. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun 2008 di Puskesmas Depok II Sleman

Kelompok Jumlah item Obat

Persentase item Obat(%)

Jumlah Investasi

(Rp)

Persentase Investasi(%

ANI 28 20 41.879.489 79,33

BNI 33 25,37 8.190.824 15,52

CNI 79 56,43 2.720.610 5,15

Total 140 100 52.790.923 100

Pengelompokkan obat berdasarkan nilai investasi dalam Analisis ABC di Puskesmas Depok II Sleman pada tahun 2008 diperoleh kelompok ANIberjumlah 28 item atau 20% dari total item dengan nilai investasi Rp 41.879.489 atau 79,33% dari nilai investasi seluruhnya, kelompok BNI berjumlah 33 item atau 25,37 % dari total item dengan nilai investasi sebesar Rp 8.190.824 atau 15,52% dari nilai investasi seluruhnya dan kelompok CNIberjumlah 79 item atau 56,43% dari total item dengan nilai investasi sebesar Rp 2.720.610 atau 5,15% dari nilai investasi seluruhnya.

Tabel VIII. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun 2009 di Puskesmas Depok II Sleman

Kelompok Jumlah item Obat

Persentase item Obat(%)

Jumlah Investasi

(Rp)

Persentase Investasi(%)

ANI 24 16,67 4.085.684 79,31

BNI 34 23,61 9.689.393 15,65

CNI 86 59,72 3.119.461 5,04

Total 144 100 61.894.538 100

(56)

79,31% dari nilai investasi seluruhnya, kelompok BNI berjumlah 34 item atau 23,61% dari total item dengan nilai investasi sebesar Rp 9.689.393 atau 15,65% dari nilai investasi seluruhnya dan kelompok CNIberjumlah 86 item atau 59,72% dari total item dengan nilai investasi sebesar Rp 3.119.461 atau 5,04 % dari nilai investasi seluruhnya.

Dari ketiga tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok ANI menyerap biaya investasi sebesar hampir 80% dari total investasi keseluruhan sehingga memerlukan perhatian khusus dalam persediaannya agar selalu dapat terkontrol. Pendistribusian persediaan ABC menurut nilai investasi mengikuti prinsip hukum pareto yaitu 20% barang memberikan dampak atau pengaruh terhadap 80% dari keseluruhan jumlah rupiah yang ada.

Berikut gambaran profil dari analisis ABC nilai investasi selama tahun 2007-2009 yaitu sebagai berikut

(57)

Dari gambar 6 terlihat bahwa perolehan hasil usaha selama tiga periode mengalami fluktuasi. Nilai Investasi untuk golongan A dan B mengalami peningkatan pada tahun 2008 (dibandingkan dengan tahun 2007) dan mengalami penurunan lagi pada tahun 2009. Untuk golongan C terjadi penurunan pada tahun 2008 (dibandingkan dengan tahun 2007) tetapi pada tahun 2009 terjadi sedikit peningkatan. Perubahan nilai investasi untuk tiap tahunnnya sama seperti nilai pakai yaitu tak mengalami perubahan, dimana golongan C selalu diurutan pertama diikuti kelompok B dan A.

Keterangan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa besarnya dampak yang ditimbulkan dari 20 % sediaan yang ada, tergantung dari jumlah pemakaian obat tersebut. Meskipun, harga satuan tinggi tetapi apabila tidak terjadi pengeluaran maka obat yang dimaksudkan tidak akan mempunyai dampak terhadap suatu usaha, akan tetapi dapat terjadi meskipun pemakaian sedikit tetapi karena harga per item yang cukup tinggi, ini berpengaruh terhadap peningkatan Nilai Investasi.

(58)

Gambar 7. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun 2007 di Puskesmas Depok II Sleman

(59)

Gambar 8. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis Nilai Investasi Tahun 2008 di Puskesmas Depok II Sleman

Dari grafik diatas dapat dilihat 20% dari sediaan termasuk kelompok A telah memberikan dampak atau pengaruh sebesar 80% dari nilai total investasi, hasil tersebut meningkat dari tahun 2007. Pada titik 45,37% sediaan termasuk kelompok B memberikan dampak 15% dari nilai total investasi. sedangkan sisanya dari titik 45,37% hingga 100% yang merupakan kelompok C memberikan dampak sebesar 5% dari nilai total investasi.

(60)

Dari grafik diatas dapat dilihat 16,67% dari sediaan termasuk kelompok A telah memberikan dampak atau pengaruh sebesar 80% dari nilai total investasi, hasil tersebut mengalami penurunan jika diandingkan tahun 2008. Pada titik 40,28% sediaan termasuk kelompok B memberikan dampak 15% dari nilai total investasi. sedangkan sisanya dari titik 40,28% hingga 100% yang merupakan kelompok C memberikan dampak sebesar 5% dari nilai total investasi. Di bawah ini merupakan rincian dari jumlah item obat dan jumlah rupiahnya pada tiap kelompok tahun 2007-2009

Tabel IX. Jumlah Sediaan Berdasarkan Nilai Investasi di Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta

Dari tabel IX diketahui bahwa jumlah item obat yang digunakan pada tahun 2008 mengalami peningkatan pemakaian item obat dari 137 item (tahun 2007) menjadi 140 item, terjadi penambahan 3 item dan nilai ekonomis meningkat sebesar 4,83 % dari keseluruhan jumlah rupiah. Sedangkan ditahun 2009 bila dibandingkan dengan tahun 2008, jumlah itemnya mengalami peningkatan dan jumlah investasi meningkat sebesar 7,94%. Peningkatan jumlah investasi bisa terjadi karena pengaruh harga satuan obat dalam suatu periode, hal ini terjadi pada obat-obat yang mengalami kenaikan harga dalam periode tertentu.

Kelompok klasifikasi Tahun Jumlah item obat

A B C

2007 137 item (Rp 47.927.744)

19 item (Rp 37.865.178)

30 item (Rp 7,642,337)

88 item (Rp 2,420,229) 2008 140 item

(Rp 52,790,923)

28 item (Rp 41,879,489)

33 item (Rp 8,190,824)

79 item (Rp 2,720,610) 2009

144 item

(Rp 61,894,538) 24 item (Rp 49,085,684)

34 item (Rp 9,689,393)

(61)

3. Analisis VEN

Analisis VEN (Vital, Esensial, dan Non Esensial) diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan dokter dan pengelola ruang obat puskesmas, dan data ini bersifat fleksibel tergantung dari pendapat dan pengamatan masing-masing terhadap semua item obat yang ada di puskesmas selama tahun 2007-2009. Analisis VEN ini digunakan dalam menetapkan nilai kritis suatu obat dengan mengklasifikasikannya ke dalam kelompok obat vital, esensial dan non esensial. Untuk obat yang masuk dalam kelompok vital yaitu obat yang harus tersedia dan tidak bisa ditunda penggunaannya diberi nilai 3, untuk obat yang masuk dalam kelompok esensial diberi nilai 2 yaitu obat yang wajib ada dan harus tersedia tidak lebih dari 24 jam, sedangkan kelompok non esensial yaitu obat yang penggunaannya bisa ditunda dan pengadaannya bisa lebih dari 48 jam diberi skor 1.

Informan (dokter dan pengelola ruang obat) yang berbeda dapat menyebabkan obat yang sama menjadi kelompok yang berbeda, apabila terjadi demikian maka dilakukan penggabungan skor dari masing-masing obat yang sama dengan kelompok yang berbeda tersebut. Setelah dilakukan penggabungan skor selanjutnya diambil rata-rata skor obat tersebut dan dimasukkan kembali dalam kelas VEN dengan ketentuan sebagai berikut:

(62)

Tabel X. Hasil Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis VEN di Puskesmas Depok II Sleman

Kelompok Jumlah Item Obat Persentase(%)

Vital 35 item 23,18

Esensial 90 item 59,60

Non Esensial 26 item 17,22

Total 151 item 100

Secara umum profil dari VEN dari seluruh item obat yang ada dalam tiga periode dapat dilihat dari gambar 11.

Gambar 10. Grafik Persentase Klasifikasi ABC Nilai VEN di Puskesmas Depok II Sleman

Dari hasil wawancara diperoleh hasil bahwa 23,18 % obat-obat masuk dalam kelompok obat vital dengan jumlah 35 item; 59,60% masuk dalam kelompok obat esensial dengan 90 item obat, sedangkan yang masuk dalam kelompok non esensial adalah 17,22% dengan jumlah 26 item.

(63)

kritis suatu obat berdasarkan kebutuhan akan obat tersebut, tentunya sangat tergantung pengisi kuesioner yaitu dokter dan pengelola ruang obat yang melakukan pengelompokkan obat sehingga apabila informannya berbeda dimungkinkan untuk item obatyang sama maka penilaian kelompok obatnya menjadi berbeda.. Hasil analisis VEN ini selanjutnya digunakan dalam analisis ABC Indeks Kritis.

B. Analisis ABC Indeks Kritis

Perhitungan untuk ABC Indeks Kritis menggunakan data berupa Nilai Pakai, Nilai Investasi, dan Nilai VEN. Selanjutnya untuk mendapatkan ABC indeks kritis dilakukan penggabungan dari ketiga data tersebut dalam tiap tahun. dengan menggunakan rumus yaitu :

Nilai Indeks Kritis = Nilai Pakai + Nilai Investasi + (2 x VEN). Masing-masing komponen tersebut berkontribusi sebesar 25% untuk NI, 25% untuk NP, dan 50% untuk VEN sehingga didapatkan nilai total untuk NIK adalah 100%. Jumlah obat pada tiap kelompok dijelaskan pada Tabel X.

Tabel XI. Jumlah Kelompok Obat Dalam NIK di Puskesmas Depok II Sleman dalam tiga periode (2007-2009)

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa obat-obat yang masuk pada kelompok C mengalami penurunan tahun 2008 dan 2009 jika dibandingkan dengan tahun 2007. Untuk obat-obat dari kelompok B mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tabel di atas terlihat obat-obat yang masuk dalam

Kelompok Tahun

Jumlah Item Obat

A B C

2007 137 item 14 item 59 item 64 item

2008 140 item 15 item 66 item 59 item

(64)

golongan A jumlahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan golongan lain. Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih dalam merencanakan persediaan obat yang akan datang. Kelompok C dinilai dari segi pemakaiannya tidak terlalu mendesak, penggunaan jarang, dan memiliki nilai investasi yang kecil maka untuk pengadaannya dapat dikurangi jumlahnya. Namun dalam pengurangan setiap item obat harus mempertimbangkan nilai pakai, nilai investasi dan nilai VEN dari suatu obat karena dari pertimbangan ketiga hal tersebut dapat dilihat keberadaan suatu obat selama tiga periode.

Profil nilai indeks kritis dalam setiap tahunnya dapat dilihat pada diagram batang di gambar 12.

Gambar 11. Diagram Batang Persentase Nilai Indeks Kritis Periode 2007-2009 di Puskesmas Depok II Sleman Yogyakarta

(65)

1,68%. Secara grafik, alur distribusi kelompok ABC pada setiap tahunnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 12. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis Tahun 2007 di Puskesmas Depok II Sleman

(66)

Gambar 13. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis Tahun 2008 di Puskesmas Depok II Sleman

Berdasarkan gambar 14, dapat terlihat 10,17% (golongan A) atau sebanyak 15 item obat memberikan kontribusi terhadap 80% dari nilai total pendapatan, 57,85% (golongan B) atau sebanyak 66 item obat memberikan kontribusi terhadap 15% dari nilai total. Pada nilai 57,85% sampai 100% obat memberikan dampak 5% dari total nilai pendapatan dan termasuk golongan C.

(67)

Berdasarkan gambar 15, dapat terlihat 9,03% (golongan A) atau sebanyak 13 item obat memberikan kontribusi terhadap 80% dari nilai total pendapatan, 61,11% (golongan B) atau sebanyak 75 item obat memberikan kontribusi terhadap 15% dari nilai total. Pada nilai 61,11% sampai 100% obat memberikan dampak 5% dari total nilai pendapatan dan termasuk golongan C.

C. Rekomendasi Perencanaan untuk Tahun Berikutnya

Perencanaan untuk periode berikutnya dapat diperoleh dengan menggabungkan dari nilai indeks kritis dari tiga periode tahun 2007-2009 dan diperoleh hasil evaluasi terhadap pengadaan obat untuk merencanakan pengadaan obat pada periode berikutnya.

Gambar 15. Persentase Nilai Indeks Kritis Selama Tahun 2007-2009 di Puskesmas Depok II Sleman

(68)

terhadap perputaran investasi dari tahun 2007 sampai tahun 2009 terhadap ruang obat dan tidak boleh mengalami kekosongan dalam persediaannya.

Untuk obat-obat yang masuk dalam kelompok B berada pada tingkatan 52,32% sebanyak 78 item dari 151 total item yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap total nilai investasi dari tahun 2007 sampai tahun 2009 sebesar 15% dari total investasi. Sedangkan kelompok C mempunyai 28,47% bagian dari 151 item yang tersedia atau terdapat 43 item dari 151 total, yang memberikan kontribusi terhadap total nilai investasi dari tahun 2007 sampai tahun 2008 sebesar 5% dari total investasi. Obat-obat yang termasuk dalam kelompok C disarankan untuk dioptimalkan penggunaannya.

Gambar 16. Grafik Distribusi Persediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis Tahun 2007-2009 di Puskesmas Depok II Sleman

(69)

diberikan dari nilai total persediaan yang ada. Dari gambar 17, terlihat grafik persentase persediaan ABC yang merupakan penggabungan tiga periode (2007-2009), dari hasil ini dilakukan evaluasi terhadap pengadaan obat sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan untuk pengadaan obat pada periode berikutnya.

Obat-obat yang masuk dalam kelompok A dapat memberikan kontribusi sebesar 80% dari total pendapatan sehingga perlu dilakukan pemantauan sehingga dapat mencegah terjadinya kekosongan obat karena obat dalam kelompok ini merupakan kelompok obat yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan dan tidak bisa ditunda dalam hal penggunaannya. Kelompok B dilakukan dalam kurun waktu tertentu atau saat terjadi kekurangan persediaan, sedangkan untuk kelompok C dapat memberikan kontribusi sebesar 5% dari total pendapatan, dan tidak perlu untuk selalu dilakukan pembelian.

Tabel XII. Jumlah Sediaan Farmasi Tiap Tingkatan Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis Tahun 2007-2009 di Puskesmas Depok II Sleman

Jumlah Sediaan

Farmasi Kelompok A Kelompok B Kelompok C Aa Ab Ac Ba Bb Bc

151

3 17 9 25 29 25 43

(70)
(71)

50

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan dari hasil analisis ABC selama tiga periode (2007-2009), diperoleh profil nilai pakai, nilai investasi, dan VEN yaitu :

a. Analisis ABC Nilai Pakai mempunyai rata-rata jumlah sediaan yang termasuk kelompok A sebanyak 15 item, kelompok B sebanyak 20 item, dan kelompok C sebanyak 106 item.

b. Analisis ABC Nilai Investasi mempunyai rata-rata jumlah sediaan yang termasuk kelompok A sebanyak 24 item, kelompok B sebanyak 23 item, dan kelompok C sebanyak 84 item

c. Analisis VEN terdapat 35 item sediaan (23,18%) yang masuk ke dalam kelompok vital, 90 item sediaan (59,60%) masuk kelompok esensial, sedangkan kelompok non esensial sebanyak 26 item sediaan (17,22%). 2. Profil rata-rata nilai indeks kritis tahun 2007-2009 yaitu kelompok A

sebanyak 14 item , kelompok B sebanyak 67 item dan kelompok C sebanyak 60 item.

(72)

B. Saran

Dari hasil penelitian penulis menyarankan:

1. Perlu adanya koordinasi yang lebih dalam pembukuan antara gudang farmasi dan ruang obat puskesmas, agar administrasi pencatatan nama dan jumlah obat yang digunakan oleh pasien lebih lengkap dalam perencanaan dan pengadaan periode berikutnya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan lebih dari satu puskesmas yang ada di kabupaten Sleman sehingga dapat dibandingkan pengelolaannya dengan metode yang direkomendasikan adalah metode ABC Indeks Kritis.

(73)

52

Anief, M, 2007, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, 131-137, UGM Press University, Yogyakarta

Anonim,1995, Pengelolaan Obat di Tingkat Puskesmas, Depkes RI. Jakarta, 1995.Dirjen POM

Anonim, 1996, Efisiensi Pengelolaan Obat di Rumah Sakit, Program Pendidikan Pasca Sarjana Magister Manajemen Rumah sakit, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anonim, 1997, Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

Anonim, 2001, Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta

Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas peraturan menteri kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian ijn apotik,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2002. Daftar Tilik Jaminan Mutu (Quality Assurance) Pelayanan kefarmasian di Pelayanan Kesehatan Dasar. DepKes. RI, Jakarta Anonim,2004,.Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di

Puskesmas, Departeman Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2005,Kebijakan Obat Nasional, Departeman Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2006a, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas,

www.binfar.depkes.go.id diakses tanggal 27 Oktober 2009

Anonim, 2006b, www.desentralisasi-kesehatan.net diakses tanggal 15 Januari 2010

Anonim, 2008, Profil Puskesmas Depok 2, http://www.puskesmas-depok2.com, diaskes tanggal 15 Januari 2010

(74)

Anonim, 2009, Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Anonim, 2009, Undang-undang Republik Indonesia No.35 tahun 2009 tentang Narkotika

Anonim, 2010, Puskesmas di Kabupaten Sleman,

http://www..dinkes.jogjaprov.go.id, diakses 14 Juni 2010

Aziz,S., 2005, Kemampuan Petugas Menggunakan Pedoman Evaluasi Pengelolaan dan Pembiayaan Obat, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.II,No.2, 62-73

Departemen Kesehatan RI, 2002, Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas di Era Desentralisasi, Jakarta

Dwiningsih, N., 2009, Manajemen Persediaan, www.stekpi.ac.id diakses tanggal 2 November 2009 2009

Effendy, N., 1998, Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, JakartaErnawaty, 2003, Model Puskesmas Berdasarkan Abalisis Kebutuhan dan Harapan Masyarkat Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi : Kajian di Puskesmas kota Surabaya,

http://www.adln.lib.unair.ac.id, diakses tanggal 2 November 2009

Massiri, 2004, Upaya Perbaikan Perencanaan dan Distribusi Obat Puskesmas Melalui Monitoring-Training-Planning di Kabupaten Kolaka, JPMK Vol.07/No.03/September/2004

Prawitasari,D., Dwiprahasto,I., Danu,S.S. (2002), Pengaruh Ketersediaan Obat terhadap Pola Penggunaan Obat pada Terapi Lima Penyakit di Puskesmas Kota Palangkaraya, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta

Quick, J.D., Hume, M.L., Rankin, J. R., O’Connor, R.W., 1997,Managing Drug Supply, Management Sciences for Health, 7th printing, Boston, Massachussets.

Rony, A., 2009, Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Apotek Sanata Dharma Tahun 2006-2008, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

(75)

Siregar, C.J.P., dan Amalia, L., 2004,Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, hal. 4, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta

Soejoeti, Z., 1986,Materi Pokok Metode Statistika I;6-9; STAT 4110/3 SKS, 2-9, Universitas Terbuka Depdikbud, Jakarta

Suciati, S. dan Wiku B.B. Adisasmito, 2006, Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi, http://www.jmpk-online.net/files/03-suci.pdf, diakses tanggal 27 Oktober 2009

Supranto, M.A., 2009,Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta

Tjay. H.T dan Rahardja, Kirana. 2003, Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta

Trisilakaryani, B., 2009,Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat di Bagian Rawat Jalan Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Baktiningsih Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Provinsi DIY Tahun 2006-2008, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

(76)
(77)

55

JUMLAH NO NAMA OBAT PEMAKAIAN

PERSEN NILAI PAKAI(%)

PERSEN

KUMULATIF KELOMPOK

1 Amoksisilin Kaplet 500 mg 35,213 13.914992 13.134299 A 2 Parasetamol tab. 500 mg 32773 12.950786 24.178356 A

3 Gliseril guaiacolat tab.100 mg 23,352 9.227924 33.026563 A

4 Hidroklorotiazid tab 25 mg 15,029 5.9389547 39.463244 A 5 Kalsium laktat tab.500 mg 14,028 5.5433932 44.940869 A

6 Piridoksin tab 10 mg 12,144 4.7988999 49.764265 A

7 Parasetamol tab. 100 mg 12,034 4.7554316 54.353469 A

8 Glibenklamid tab.5 mg 10324 4.0796971 58.725968 A

9 Asam mefenamat 500 mg 10,021 3.9599617 62.922566 A

10 Asam askorbat 9,875 3.9022675 66.872628 A

11

Captopril tablet 25 mg

8,953 3.5379241 70.252468 A

12

Vit.B Komplek tab.

7498 2.9629571 72.30602 A

13

Kotrimoksasol DOEN I (dewasa)

6468 2.5559358 74.326655 A

14 Ibuprofen tab 400 mg 5664 2.2382221 76.054807 B

15

Klorafeniramin maleat tab.4 mg

4823 1.9058872 77.731183 B

16

Rifampisin kaps.300 mg

3516 1.3894048 79.329381 B

17 Na diklofenak 3080 1.2171123 80.623438 B

18 Antasida Doen tablet 3,068 1.2123703 81.891435 B

19

Garam oralit 200 ml.Air

2465 0.974085 83.138516 B

20 Allopurinol 100 mg 2,457 0.9709237 84.33005 B

21 Isoniazida tab.300 mg 2448 0.9673672 85.464664 B

22

Deksametason tab 0.5 mg

2210 0.8733176 86.428863 B

23

Dimenhidrinat tab. 50 mg

2210 0.8733176 87.220933 B

24

Digoksin tab. 0.25 mg

2143 0.8468414 88.010945 B

25 Efedrin Hcl tab.25 mg 1643 0.6492583 88.788271 B

26

Pirazinamida tab.500 mg

1,260 0.4979096 89.401696 B

27

Thiamine HCl tab. 50 mg

1,203 0.4753851 90.012378 B

28 Piroksikam tablet 20 mg 1170 0.4623446 90.611402 B 29 Kloramfenikol kap.250 mg 1094 0.432312 91.209741 B

30

Antalgin tablet 500 mg

1,089 0.4303361 91.783391 B

31 Salbutamol tab. 2 mg 1056 0.4172956 92.311095 B

32

Metronidazol tab.250 mg

978 0.3864727 92.833655 C

33 Simvastatin 785 0.3102056 93.270151 C

34 Methformin 500 mg 753 0.2975602 93.686759 C

35

Metil ergometrin Maleat. tab salut 0,125

(78)

37 Prednison tab.5mg 520 0.2054865 94.861834 C

38

Reserpin tab. 0,25 mg

476 0.1880992 95.201978 C

39

Griseofulvin tab.125 mg micronized

420 0.1659699 95.541436 C

40 Siprofloksasin 500 mg 409 0.161623 95.842834 C

41 Hidrokortison krim 2.5% 408 0.1612279 96.142518 C

42

Triheksifenidil HCl tab.2mg

408 0.1612279 96.368138 C

43 Nifedipine 362 0.1430502 96.580728 C

44 Asiklovir tablet 400 mg 345 0.1363324 96.782345 C 45 Ranitidin tablet 150 mg 324 0.1280339 96.975048 C 46 Sianokobalamin inj.500 mcg/ml 276 0.1090659 97.156778 C

47 Obat Batuk hitam cairan 200 ml 272 0.1074852 97.309706 C

48 Salisil bedak 2% 272 0.1074852 97.458862 C

49 Aminofilin 200 mg 268 0.1059046 97.582302 C

50 Rifampisin kaplet 600 256 0.1011626 97.695797 C

51

Isosorbid dinitrat tab.sub 5 mg

240 0.0948399 97.805521 C

52

Serum ATS injeksi 1.500 IU/amp

213 0.0841704 97.913874 C

53

Antibakteri Doen salep.Komb.

210 0.0829849 98.008168 C

54

Antihemoroid Doen Komb.

201 0.0794284 98.101776 C

55 Propanolol HCl tab. 40 mg 156 0.0616459 98.190584 C

56

Gentian violet lar.1%

136 0.0537426 98.276305 C

57 Aspar K tablet 127 0.0501861 98.355512 C

58 Amoksisilin sirup kering 125 0.0493958 98.433005 C

59 Haloperidol tab 1.5 mg 110 0.0434683 98.502611 C

60

Parasetamol sirup 120 mg/5ml

109 0.0430731 98.572217 C

61 Karbamazepin tab.250 mg 98 0.0387263 98.63428 C

62 Albendazol 97 0.0383311 98.693942 C

63

Asiklovir krim 5% 5 gr

93 0.0367505 98.753262 C

64

Etakridin lan 0.1% 300 ml

91 0.0359601 98.81121 C

65 Diazepam tab. 2mg 89 0.0351698 98.8671 C

66

Polikregulen(albutil larutan)

87 0.0343795 98.919905 C

67 Streptomisin serbuk inj.1.500 IU 86 0.0339843 98.971681 C

68 Dulcolax tablet 79 0.0312181 99.022085 C

69

Salep 2-4 kombinasi(asam salisilat

2%+belerang endap 78 0.030823 99.069061 C

70

Fitomedanion tab.salut 10 mg

72 0.028452 99.115694 C

71

Amitriptilin HCl tab salut 25 mg

68 0.0268713 99.161641 C

72 Fenolgliserol TT 10% 65 0.0256858 99.20553 C

73

Furosemida tablet 40 mg

65 0.0256858 99.246677 C

74 Salbutamol 4 mg 65 0.0256858 99.287137 C

75 Ko

Gambar

Tabel I. Pengelompokan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Pakai Tahun 2007 di
Tabel III. Pengelompokkan Obat Berdasarkan Analisis Nilai Pakai Tahun 2009 di
gambar berikut:
Tabel IV. Jumlah Item Obat Berdasarkan Nilai Pakai di Puskesmas Depok IISleman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Budaya etnokonservasi yang ada, keterikatan batin penduduk dengan hewan peliharaan, serta aneka produk olahan khas dari tanah marjinal seperti tiwul dan gethuk menjadi

Perhitungan biaya persediaan bahan baku berdasarkan metode POQ periode September 2014 sampai September 2015 secara rinci terdapat pada lampiran 5, sedangkan total

[4.2] Menimbang bahwa para Teradu membantah dalil aduan Pengadu. Para Teradu dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya selalu berpegang dan menjunjung asas-asas

Dari hasil eksperimen diperoleh debit konstan minimal 20m 3 /mnt pada penggunaan diameter pipa hisap 3/8’ hingga 1/2’, ini karena ekspansi saluran dari pipa hisap

Jadi jika muncul pemikiran di dalam diri, kenapa saya bisa lahir sebagai anak dia, bukan yang lain, dengan tubuh ini, bukan dengan tubuh seperti itu, itu semua tergantung

Tindakan yang diberikan untuk meningkatkan kehadiran siswa di Kelas Pintar Rumah Hebat Indonesia menggunakan teknik token ekonomi.. Siswa diberikan stempel pada

Seperti yang telah dikemukakan di latar belakang masalah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa masih relatif rendah, berdasarkan hasil wawancara dengan guru

Data yang tidak lengkap dan akurat dapat berpengaruh pada proses pengambilan keputusan, seperti yang dikatakan oleh Bagja (2010) dalam penelitiannya tentang