• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP TEKANAN UDARA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIII SMPK YOS SUDARSO BLITAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP TEKANAN UDARA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIII SMPK YOS SUDARSO BLITAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan "

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP TEKANAN UDARA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING PADA

SISWA KELAS VIII SMPK YOS SUDARSO BLITAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh : Fitri Astutik NIM: 031424014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010

(2)

 

ii 

(3)

  iii 

(4)

 

iv 

(5)

 

(6)

ABSTRAK

Fitri Astutik. “Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Tekanan Udara Menggunakan Metode Eksperimen Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII SMPK 3 Yos Sudarso Blitar”. Program Studi pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejauh manapemahaman siswa tentang tekanan udara sebelum dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing, (2) sejauh mana pemahaman siswa tentang tekanan udara sesudah dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing, (3) apakah ada peningkatan pemahaman siswa tentang tekanan udara dengan metode eksperimen terbimbing, (4) bagaimana sikap siswa terhadap metode eksperimen terbimbing yang digunakan oleh peneliti.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPK 3 Yos Sudarso Blitar pada tanggal 3 Mei sampai dengan 17 Mei 2010 dengan subyek partisipan 23 siswa kelas VIII A. Data-data yang dikumpulkan menggunakan hasil pretes, postes, dan kuesioner sikap siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa mengenai konsep tekanan udara mengalami peningkatan setelah dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing. Hasil kuesoner sikap siswa juga menunjukkan bahwa siswa senang dengan metode yang digunakan oleh peneliti yakni metode eksperimen terbimbing.

vi 

(7)

ABSTRACT

Fitri Astutik. “Increasing Students’ Understanding On Atmospheric Pressure Concept by using Guided Experiment Method for Students of Grade VIII SMPK 3 Yos Sudarso Blitar”. Physics Education Study Program. Department of Science and Mathematics Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University , Yogyakarta . 2010.

The purposes of the research are: (1) to know the students’ understanding on atmospheric pressure before they are explained by using Guided Experiment Method, (2) to know the students’ understanding on atmospheric pressure after they are explained by using Guided Experiment Method, (3) to know whether the students’ understanding on atmospheric pressure is increasing or not after they are explained by using Guided Experiment Method, and (4) to know the students’ responses on Guided Experiment Method used by the researcher.

The research was done on SMPK 3 Yos Sudarso Blitar, from May 3th 2010 up to May 17th 2010. It used 23 students of grade VIII A as the subject participants. The data are collected by using pre-test, post-test, and questionnaires of students’ responses.

The result of the research indicates that the students’ understanding on the atmospheric pressure concept is increasing after they are explained by using Guided Experiment Method. The questionnaires of the students’ responses also show that the students enjoy with the researcher’s method; that is Guided Experiment Method.

vii 

(8)

 

viii

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Tekanan Udara Menggunakan Metode Eksperimen Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII SMPK 3 Yos Sudarso Blitar” ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, yang telah berkenan membimbing, memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang besar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Domi Severinus, M. Si selaku Kaprodi Pendidikan Fisika dan juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing serta menyumbangkan ide dalam penulisan skripsi ini.

2. Segenap dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, khususnya dosen P.Fisika yang telah membagikan ilmunya selama penulis mengikuti kuliah, serta staff non akademik terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

3. Ibu Dra. Ignasia V. Sukatmi selaku Kepala Sekolah SMPK 3 Yos Sudarso yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMPK 3 Yos Sudarso Blitar.

(10)

4. Ibu Puji Anethasari, S.Pd selaku guru mata pelajaarn Fisika yang bersedia membantu dan memberikan masukan serta kesempatan untuk melaksanakan penelitian di kelas.

5. Seluruh siswa-siswi kelas VIII A SMPK 3 Yos Sudarso Blitar atas kerjasama dan partisipasinya dalam penelitian ini.

6. Ibuku tercinta Marsuti. Terima kasih atas semua cinta kasih tak terhingga, doa, kepercayaan, dukungan, dan keringat yang telah beliau berikan hingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Love u mom

7. Kakak-kakakku yang tersayang, Mbak Wahyu, Mbak Tatik, Mbak Dyah, Mas Wawan & keponakanku Echa serta semua keluarga besarku, senang akhirnya aku bisa selesai.

8. Yang terkasih Robertus Suban Kelen. Terimakasih sudah banyak membantu dalam menemani penelitian, memberikan cinta, perhatian, dan semangat untuk menyelesaikan kuliah. Love u bro

9. No Yasin yang udah jadi tempat curhatku. Makasih banyak ya no udah mau mendengar keluh kesahku selama ini.

10.Ryan “capoenk”. Trimakasih ya untuk dukungan, semangat, dan perhatian buat aku.

11.Kak Pepyto yang sering aku repotkan. Kapan-kapan ya kita bergadang bareng lagi di benteng.

12. Ade Putri yang selalu mendukungku cepat selesaikan skripsi & yang sudah menemaniku jalan-jalan.

(11)

xi

13.Teman-teman Komunitas Sant’Egidio spesial yang di Yogyakarta yang tidak bisa disebutin satu-satu, TQ atas persaudaraan dan dukungan yang luar biasa indah, SPIRIT ☺.

14.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima kasih untuk segala hal yang dapat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak yang ingin memajukan pendidikan di negara kita.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……..……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…..………... ii

HALAMAN PENGESAHAN .………..……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………..……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v

ABSTRAK ..………vi

ABSTRACT ..………...… vii

HALAMAN PUBLIKASI……… viii

KATA PENGANTAR ...……….ix

DAFTAR ISI ……..………...…xii

DAFTAR TABEL………. xv

DATAR LAMPIRAN .…..……….… xvi

BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah……….. 3

C. Tujuan Penelitian………... 4

D. Manfaat Penelitian………. 4

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kegiatan Belajar Mengajar………... 6

B. Pemahaman Konsep……….. 8

C. Metode Eksperimen ……… 10

(13)

1. Pengertian metode Eksperimen ..……….. 10

2. Kebaikan atau keuntungan metode ekdperimen……… 12

3. Kerugian atau kelemahan metode eksperimen……….. 13

D. Lembar Kegiatan Siswa .………. 13

E. Hasil Belajar Sisw ………... 14

F. Materi Pelajaran ..……….... 16

1. Pemuaian ..………. 17

2. Perubahan Wujud Zat ……..………. 19

3. Pengertian Tekanan………... 21

4. Tekanan Pada Zat Gas .……… 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .……….. 33

A. Jenis Penelitian………... 33

B. Waktu dan Tempat penelitian ..………... 33

C. Populasi dan Sampel ..………. 33

D. Instrument ..………. 33

E. Metode Analisis Data………... 36

BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN………... 43

A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian……… 43

B. Data ………. 45

C. Analisis Data……… 49

BAB V. PENUTUP ..……… 70

A. Kesimpulan……….. 70

(14)

xiv

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan Wujud ……….…………... 19

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretes dan postes ……….………... 35

Tabel 3.2 Frekuensi dan Porsentase Hasil Pretes maupun Postes .………... 37

Tabel 3.2 Variasi Jawaban Untuk Soal Pretes Maupun Postes……… 37

Tabel 3.3 Tabel Distribusi Penskoran ………. 38

Tabel 3.4 Perubahan Pemahaman Siswa ………. 39

Tabel 3.5 Peningkatan Pemahaman Siswa ……….. 39

Tabel 3.6 Skor untuk setiap butir kuesioner ……… 40

Tabel 3.7 Skor untuk no 2 pada soal kuesioner ……… 41

Tabel 3.8 Kriteria sikap siswa terhadap metode Eksperimen terbimbing .………... 41

Tabel 3.9 Sikap seluruh siswa terhadap metode Eksperimen terbimbing ………... 42

Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Siswa Kelas VIII A SMPK 3 Yos Sudarso Blitar ……….. 46

Tabel 4.2 Data Hasil Postes Siswa Kelas VIII A SMPK 3 Yos Sudarso Blitar ... 47

Tabel 4.3 Sikap siswa terhadap metode Eksperimen Terbimbing ………... 48

Tabel 4.4 Frekuensi dan Prosentase Hasil Pretes Siswa Kelas VIII A SMPK 3 Yos Sudarso Blitar ………... 49

Tabel 4.5 Variasi jawaban Pretes siswa kelas VIII A ……… 50 Tabel 4.6 Frekuensi dan Prosentase Hasil Postes Siswa Kelas VIII A

xv

(16)

xvi

 

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Program Pembelajaran (RPP)…..……..………. 76

Lampiran 2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)………. 82

Lampiran 3. Soal Pretes ……… 90

Lampiran 4. Soal Postes ……… 92

Lampiran 5. Soal Kuesioner ……….. 94

Lampiran 6. Surat permohonan ijin penelitian………….………..…… 96

Lampiran 7. Surat keterangan melaksanakan penelitian……… 97

Lampiran 8. Daftar nama siswa………. 98

Lampiran 9. Table two tailed test………..…. 99

xvii

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang sangat singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan dampak atau efek yang sesuai dengan proses yang telah dilalui.

Dalam proses pembelajaran ini melibatkan dua pihak yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Dengan demikian suatu kegiatan belajar dinamakan kegiatan belajar jika ada guru, siswa, dan interaksi antara keduanya. Untuk dapat mendukung kegiatan belajar siswa, maka guru perlu membangun lingkungan belajar. Seorang guru memang tidak dapat mengatur semua faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar. Akan tetapi guru dapat mengusahakan lingkungan belajar yang mereka bangun, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan belajar para muridnya.

Agar siswa dapat langsung merasakan keberhasilan belajarnya dan lebih memahami materi yang diberikan oleh guru secara langsung, maka diperlukan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar tersebut. Untuk itu guru harus dapat mengusahakan agar siswa benar-benar terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa bukan hanya wadah yang setiap saat harus diiisi, tetapi siswa juga harus dapat

 

1 

(19)

mengerti dan memahami bagaimana penemuan konsep, prinsip, dan hukum yang dipelajari itu terjadi. Dengan demikian dalam diri siswa tertanam sikap keilmuwan yaitu sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan dan menemukan hasil keilmuwannya.

Kompetensi guru sangat diperlukan untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan terutama dalam belajar fisika. Dengan demikian siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar sehingga dapat memahami dan menguasai dengan baik pelajaran yang dipelajari. Seorang guru juga harus bisa mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan baik.

Agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai maka guru harus cermat dan tepat dalam menggunakan metode pembelajaran yang akan digunakan. Metode pembelajaran sangat diperlukan oleh guru sebagai sebuah teknik pengajaran untuk meyampaikan pengetahuan agar dapat diterima siswa dengan baik sehingga keefektifan pembelajaran dan pemahaman siswa dapat dioptimalkan.

Metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk dapat melibatkan siswa secara aktif didalamnya adalah metode Eksperimen Terbimbing. Metode ini dirancang agar siswa terlibat aktif dalam proses mengembangkan pengetahuannya dan guru lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan eksperimen. Dalam proses pembelajaran ini siswa lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar dan guru berperan sebagai pembimbing. 

 

2 

(20)

Jika dalam percobaan siswa mengalami kesulitan, maka guru harus bisa memancing dan mengasuh pemikiran siswa agar siswa mampu mengatasi sendiri kesulitan yang dihadapi.

Dalam penelitian ini, penulis memilih materi Tekanan Udara. Pemilihan materi ini disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari siswa di sekolah tempat penulis melaksanakan penelitian. Hal ini dikarenakan materi yang akan dipelajari siswa di sekolah adalah materi tentang Tekanan Udara sehingga materinya bertepatan dengan yang penulis pilih.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berminat untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa mengenai Tekanan Udara serta peningkatan pemahaman yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode Eksperimen Terbimbing. Untuk itu penulis ingin meneliti “Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Tekanan Udara Mengunakan Metode Eksperimen Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII SMPK 3 Yos Sudarso Blitar”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis ingin merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman siswa tentang tekanan udara sebelum dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing?

2. Bagaimana pemahaman siswa tentang tekanan udara setelah dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing?

 

3 

(21)

3. Apakah ada peningkatan pemahaman siswa tentang tekanan udara setelah dijelaskan menggunakan metode eksperimen terbimbing?

4. Bagaimana sikap siswa terhadap metode eksperimen terbimbing yang digunakan oleh peneliti?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Tingkat pemahaman siswa tentang tekanan udara sebelum dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing.

b. Tingkat pemahaman siswa tentang tekanan udara sesudah dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing.

c. Apakah ada peningkatan pemahaman siswa tentang tekanan udara dengan metode eksperimen terbimbing.

d. Sikap siswa terhadap metode eksperimen terbimbing yang digunakan oleh peneliti.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat antara lain: a. Bagi guru dan calon guru Fisika

Guru memperoleh gambaran tentang salah satu model pembelajaran yang diharapkan bisa digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar Fisika sehingga hasil yang dicapai bisa lebih optimal.

 

4 

(22)

 

5 

 

b. Bagi siswa

Dengan mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing di kelas diharapkan siswa bisa lebih mudah dalam memahami konsep yang dipelajari.

c. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengajaran kelak pada saat peneliti menjadi pengajar, dan dijadikan sebagai pertimbangan dalam memilih metode mengajar yang sesuai.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan tahu terhadap pengetahuan dan pada akhirnya mampu untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2003). Suparno (1997) mengemukakan bahwa belajar adalah proses mengkontruksi struktur pengetahuan baru dan membentuk hubungan baru di antara struktur. Implikasi prinsip ini untuk pembelajaran adalah bahwa pemahaman harus dikonstruksi secara bertahap dari pengalaman dan komunikasi. Pengetahuan tidak dapat ditansfer langsung dari satu individu ke individu yang lain. Setiap struktur pengetahuan individual mencerminkan pengalaman uniknya. Juga tidak dapat, pengetahuan yang kaya dikonstruksi secara sekejap. Pemahaman harus dikembangkan secara bertahap melalui penyusunan langkah demi langkah struktur pengetahuan.

Sedangkan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubungannnya dengan peserta didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa .

(24)

Menurut kaum konstruktivis, seperti yang diungkapkan Betencourt (1989) dalam Suparno (1997: 65) mengajar bukan merupakan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi.

Berdasarkan pengertian di atas, seorang guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator dan fasilitator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang terdapat di dalam kelas maupun di luar kelas.

Agar peran dan tugas tersebut dapat berjalan secara optimal, diperlukan kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar (Suparno, 1997) :

1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.

2. Tujuan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat.

3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar di tengah pelajar.

4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

(25)

5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.

B. Pemahaman Konsep

Salah satu hal penting dalam proses belajar mengajar di sekolah bagi siswa adalah kemampuan untuk memahami yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dapat terjadi bahwa siswa bertambah mengerti dan konsep yang diketahui bertambah. Guru sebagai mediator dan fasilitator harus membimbing dan menekankan pada pemahaman tersebut.

Pemahaman dan pengembangan konsep merupakan bagian penting dalam mencapai tujuan belajar fisika. Dalam proses belajar mengajar diperlukan usaha agar siswa memahami konsep. Langkah awal pemahaman suatu konsep adalah memahami definisi konsep tersebut secara benar sesuai hakikat dan peruntukannya (Kartika Budi, 1991). Hal ini sangat penting, karena suatu konsep akan fungsional dapat dipakai untuk memecahkan berbagai macam masalah bila konsep tersebut telah didefinisikan dengan jelas dan benar.

Untuk dapat memutuskan apakah siswa memahami suatu konsep diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan pemahaman tersebut. Menurut Kartika Budi (1992: 114), kriteria atau indikator-indikator tersebut antara lain; 1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, 2) dapat menjelaskan makna dari konsep

(26)

bersangkutan kepada orang lain, 3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, 4) dapat menerapkan konsep untuk menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam, memcahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun praktis, dan memprediksi kemungkinan-kemungkina yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi, 5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan cepat, 6) dapat membedakan yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan.

Hasil belajar yang dicapai siswa dapat diketahui berdasarkan kriteria atau indikator di atas. Untuk mempermudahnya, Bloom (Iskandar, 1997:96) secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah (kawasan), yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif karena berkaitan dengan hasil belajar intelegensi. Hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep (Sudjana, 1989: 50). Untuk itu maka diperlukan hubungan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

Menurut Sudjana (1989, 51) pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu; pemahaman tingkat rendah, pemahaman tingkat dua, dan pemahaman tingkat tiga atau tingkat tinggi. Dengan semakin bertambahnya konsep yang diketahui dan dipahami sekaligus semakin tepat konsep fisika dimengerti siswa, maka siswa semakin benar-benar menguasai fisika.

(27)

C. Metode Eksperimen

1. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri suatu fakta yang diperlukannya atau yang ingin diketahuinya (Jusuf Djajadisastra, 1982:10, dalam Hira Prihandoko Rafael).

Metode ini menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri, dicari, dan ditemukan sendiri data dan pemecahannya. Dalam metode ini siswa mencari dan menyelidiki sendiri kebenaran dari suatu obyek maupun proses. Siswa harus mengalami sendiri dan bukan hanya percaya atau mengandalkan keterangan guru. Prinsip yang mendukung metode ini adalah pendapat bahwa siswa harus dapat mencapai suatu definisi (batasan), mengetahui proses, memahami cara kerjanya, memahami hukum-hukum melalui percobaan (eksperimen) yang dapat dikontrol oleh siswa dan bukan hanya mengahafalkannya di luar kepala dari buku-buku atau catatan yang diberikan oleh guru.

Menurut Karo-karo (1984) seperti dikutip Hira Prihandoko (2006:8), secara umum metode pengajaran eksperimen dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut ini:

1)Langkah pertama

(28)

Guru menerangkan dan menjelaskan tujuan diadakannya eksperimen, misalnya agar pelajar mengetahui proses apa yang terjadi, cara bekerjanya alat tertentu, benar atau tidaknya hipotesa.

2)Langkah kedua

Guru atau murid, atau guru bersama murid menyediakan alat-alat yang digunakan. Dalam langkah ini guru menerangkan fungsi alat-alat tersebut atau menerangkan tentang pemakaian alat-alat tersebut.

3)Langkah ketiga

Dalam langkah ini guru menjelaskan urutan langkah-langkah dalam mempertunjukkan atau mencobakan sesuatu.

4)Langkah keempat

Pelaksanaan dari eksperimen. 5)Langkah kelima

Mencatat dan menyimpulkan hasil. 6)Langkah keenam

Dalam langkah ini diadakan penilaian atau membicarakan kebaikan-kebaikan dari apa yang telah dikerjakan atau membicarakan kekurangan-kekurangan dan cara menanggulanginya.

Dari uraian diatas pembelajaran dengan metode eksperimen terlihat tidak terlalu sukar untuk dilaksanakan tetapi harus diingat bahwa dalam pelaksanaannya memerlukan biaya dan tenaga yang besar sehingga sebagai guru fisika harus ahli dalam mendesain kegiatan eksperimen untuk siswanya.

(29)

Namun demikian, hendaknya hal tersebut tidak menjadi momok bagi guru dalam mempersiapkan penggunaannya di kelas, akan tetapi justru menjadi tantangan bagi guru untuk mempersiapkan eksperimen sebaik-baiknya agar pembelajaran fisika dapat efektif.

2. Kebaikan atau keuntungan metode eksperimen:

a) Siswa mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian. b) Karena mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, maka siswa menjadi

benar-benar yakin akan hasil atau akibat suatu proses.

c) Siswa menjadi lebih bersikap hati-hati, teliti, mampu berfikir analitis dan tidak begitu saja percaya pada “kata orang”.

d) Sesuai dengan perkembangan jiwa murid yang selalu tertarik pada realitas atau obyek-obyek yang nyata dari alam sekitarnya.

e) Sesuai dengan jiwa anak yang selalu mengadakan eksplorasi (penjelajahan) untuk menemukan hal-hal yang baru baginya.

f) Sesuai dengan prinsip didaktik modern, yaitu mengembangkan sikap inovatif (mencari sesuatu yang baru, hasrat menemukan sesuatu yang baru).

g) Memupuk dan mengembangkan sikap berfikir ilmiah. h) Membangkitkan hasrat ingin tahu pada anak.

i) Memperkaya pengalaman dan meningkatkan keterampilan.

(30)

3. Kerugian atau kelemahan metode eksperimen antara lain:

a) Tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan dengan metode ini. Tidak semua hal dapat dieksperimenkan. Hanya hal-hal yang kongkrit dapat dilakukan eksperimen. Itupun jika tidak membahayakan kesehatan maupun keselamatan jiwa dan jasmani yang bersangkutan.

b) Suatu eksperimen tidak selalu berhasil seperti yang diharapkan. Lebih-lebih jika kita bekerja dengan zat-zat kimia, dan baru untuk pertama kali melakukannya.

c) Mahalnya alat-alat praktikum di sekolah sering merupakan hambatan untuk melakukan eksperimen-eksperimen di laboratorium sekolah maupun di kelas. Eksperimen terpaksa dikerjakan berkelompok yang berarti bahwa tidak semua murid dapat mengalami sendiri suatu eksperimen.

D. Lembar kegiatan Siswa

Dikutip dari Rosiana Bumbungan (2009:17), dalam eksperimen yang akan dilakukan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) untuk menuntun siswa dalam melakukan eksperimen. Biasanya LKS disajikan sebagai media dalam bentuk lembaran yang berisi serangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. LKS yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik pelajaran yang disampaikan guru. Selain itu format LKS harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan penalaran siswa yang sedang melaksanakan proses belajar. Kesesuaian format LKS ini akan mempengaruhi motivasi dan minat siswa untuk mempelajari fisika.

(31)

Format LKS harus dengan urutan tertentu dan sesuai dengan penalaran siswa sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

Dengan LKS, siswa dapat dilatih berfikir secara sistematis, dan dengan memeriksa lembar kerja siswa, guru akan lebih mudah melihat keterlibatan siswa selama proses belajar berlangsung. Yang penting dalam LKS adalah serangkaian langkah-langkah, uraian, dan pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja siswa yang harus dilakukan, dicermati, dan dijawab oleh siswa. Jadi yang dimaksud dengan lembar kerja siswa (LKS) adalah media pembelajaran yang menggunakan lembar kerja yang harus diikuti oleh siswa yang belajar sebagai pelengkap dari kegiatan pembelajaran.

Selain dengan kelebihannya, LKS juga memiliki kelemahan yaitu, siswa terus menerus fokus mengikuti petunjuk dalam LKS. Misalnya saja dalam menjawab pertanyaan atau membaca uraian dalam LKS. Jika siswa tidak benar-benar memahami salah satu bagian dalam LKS maka akan sangat dimungkinkan siswa akan mengalami kebingungan pada langkah berikutnya hal ini disebabkan karena bagian-bagian dalam LKS saling berkaitan satu sama lain.

E. Hasil Belajar Siswa

Suparno (1997: 61) menyatakan bahwa hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Hasil belajar seseorang tidak dapat terlihat secara langsung tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui

(32)

belajar (Winkel, 1996 : 52). Hasil belajar yang baik menunjukkan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dikenal sebagai prestasi belajar. Pada umumnya prestasi belajar siswa diwujudkan dengan nilai sebagai simbol yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Siswa dikatakan memiliki prestasi belajar yang tinggi apabila banyak tujuan yang bisa dicapai dari pembelajaran. Indikator pencapaiannya dapat dilihat dari aspek pemahaman, ingatan, penerapan, dan analisis. Aspek pemahamaan ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa dapat memahami dan mengerti materi yang dipelajari. Aspek ingatan ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengingat materi pelajaran, mendefinisikan dan mampu mengungkap kembali konsep atau hukum yang telah dipelajari. Aspek penerapan ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep atau hukum dalam mengerjakan soal dan dalam memecahkan suatu permasalahan. Sedangkan aspek analisis ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menggunakan konsep atau hukum dengan tepat, misalnya dalam langkah penyelesaian soal (Winkel, 1996 : 188).

Agar hasil belajar yang dicapai siswa baik, maka guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, yang memungkinkan siswa tertarik untuk mengikutinya dengan sungguh-sungguh.

(33)

F. Materi Pelajaran

Materi yang akan diajarkan dengan metode PBM adalah tentang tekanan udara namun ada juga materi tentang pemuaian dan perubahan wujud benda yang digunakan sebagai prasyarat materi tekanan udara.

1. Pemuaian

Hampir setiap zat, baik zat padat, zat cair maupun gas, apabila suhunya dinaikkan akan memuai dan sebaliknya apabila suhunya diturunkan akan menyusut. Teori partikel zat menyatakan bahwa semua zat tersusun atas bagian yang sangat kecil dan tidak kasat mata (yang disebut partikel) yang selalu bergerak dan akan bergerak makin cepat jika suhunya dinaikkan. Perhatikan gambar di bawah ini. Pada gambar (a) dilukiskan susunan partikel-partikel zat teratur dan berdekatan ketika suhunya belum dinaikkan. Selanjutnya, pada gambar (b) jika suhu itu dinaikkan, susunan partikel-partikel zat tersebut berubah dan jarak antar partikel-partikel menjadi renggang sehingga volum zat bertambah besar. Dengan kata lain, zat telah mengalami pemuaian. Sebaliknya jika suhu zat itu turun, gerak partikel-partikelnya semakin lambat dan jarak antar partikel semakin dekat sehingga volum zat mengecil. Dengan kata lain, zat telah mengalami penyusutan. Gejala inilah yang dialami oleh berbagai zat, yaitu akan memuai apabila suhunya dinaikkan dan akan menyusut apabila suhunya diturunkan.

(34)

Gambar 1(a) : Susunan partikel zat sebelum Gambar 1(b): Susunan partikel zat sesudah

suhunya dinaikkan suhunya dinaikkan

Ada tiga jenis pemuaian, yaitu : pemuaian pada zat padat, pemuaian pada zat cair dan pemuaian pada zat udara/gas. Pemuaian yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya dibatasi pada pemuaian pada zat cair dan udara saja.

1.1 Pemuaian pada zat cair

Zat cair akan mengalami pemuaian jika suhunya dinaikkan, tetapi karena bentuk zat cair tidak tetap, maka ketika zat cair dipanaskan pemuaian yang terjadi bukanlah muai panjang melainkan muai volum. Selain itu, pemuaian zat cair lebih besar jika dibandingkan pemuaian pada zat padat. Hal ini dapat dibuktikan dengan memanaskan minyak kelapa.

Ketika minyak dipanaskan di dalam bejana kaca, minyak dan bejana sama-sama memuai, tetapi karena pemuaian zat cair (minyak) lebih besar daripada bejana, maka jika pemanasan dilanjutkan sebagian zat cair dalam bejana akan meluap. Menurut pengalaman sehari-hari, pemuaian berbagai jenis zat cair juga berbeda-beda.

(35)

1.2 Pemuaian pada udara/gas

Seperti halnya zat padat dan zat cair, gas juga akan memuai bila dipanaskan. Untuk menunjukkan adanya pemuaian pada gas, ikuti penjelasan berikut ini.

Gambar 2: Proses pemuaian udara dari bejana kaca berisi udara yang ujungnya tercelup air pada bejana yang besar dipanaskan

Gambar di atas memperlihatkan sebuah bejana yang dilengkapi pipa kaca yang ujungnya dicelupkan ke dalam bejana lain yang berisi air. Selanjutnya, bejana kaca berisi udara dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus. Ternyata setelah beberapa lama pemanasan berlangsung, dari ujung pipa kaca yang dicelupkan ke dalam bejana berisi air timbul gelembung-gelembung udara. Hal itu terjadi akibat adanya pemuaian udara (gas) di dalam bejana tersebut ketika suhunya dinaikkan. Apabila pemanasan dihentikan, suhu udara di dalam bejana akan turun. Akibatnya,

(36)

volume udara di dalam bejana tersebut menyusut disertai dengan masuknya air melalui pipa kaca ke dalam bejana.

2. Perubahan Wujud Zat

Wujud zat bersifat tidak tetap, artinya bisa berubah-ubah tergantung pada suhu zat tersebut, seperti yang telah disebutkan dalam teori kinetik, semakin tinggi suhu zat, semakin cepat pergerakan partikel zat. Pada suatu saat, ketika suhunya mencapai nilai tertentu, partikel-paryikel zat mulai mampu mengatasi gaya tarik menarik antar partikel zat, dan zat pun mulai berubah wujud. Jadi, secara umum bisa disebutkan bahwa wujud zat berubah ketika zat dipanaskan atau didinginkan.

Tabel di bawah ini menunjukkan perubahan wujud yang terjadi pada zat ketika dipanaskan atau pun didinginkan beserta contohnya.

Tabel 2.1 Perubahan Wujud

Perubahan Nama

perubahan

Contoh

Dari wujud Menjadi wujud

Padat Cair Melebur Coklat yang tidak diletakkan di kulkas atau dipanaskan

Cair Padat Membeku Air yang dimasukkan ke kulkas berubah menjadi batu es

Cair Gas Menguap Air yang direbus terus-menerus, laa-lama habis karena air berubah menjadi uap air Gas Cair Mengembun Uap air di udara menjadi titik-titik

air di gelas

Padat Gas Menyublim Kapur barus berubah menjadi gas Gas Padat Menyublim Proses pemurnian yodium

(37)

Perubahan wujud yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi gas, yaitu menguap dan mengembun.

Sebelum membahas tentang proses penguapan dan pengembunan perlu diketahui pengertian mendidih dan menguap terlebih dahulu.

2.1 Mendidih

Jika air yang terdapat di dalam panci terbuka dipanaskan, pada suhu tertentu terlihat gelembung-gelembung uap air. Gelembung-gelembung uap ini tidak hanya terdapat di permukaan zat cair melainkan di seluruh zat cair. Jadi zat cair dikatakan mendidih jika gelembung-gelembung uap terjadi di dalam seluruh zat cair dan dapat meninggalkan zat cair tersebut.

2.2 Menguap

Pada saat air yang dipanaskan sudah mendidih, maka gelembung-gelembung uap air ini akan keluar dari permukaan air. Gelembung-gelembung ini akan hilang ke permukaan udara. Jadi zat cair dikatakan menguap jika ada pergerakan dari gelembung-gelembung uap air meninggalkan permukaan zat cair setelah terjadi proses mendidih.

2.3 Mengembun

Pengembunan adalah proses kebalikan dari penguapan, yaitu perubahan wujud dari gas ke cair. Jika uap air yang terjadi karena penguapan air(laut, sungai dan sebagainya) memasuki udara dingin, uap air ini dapat kembali ke wujud air sebagai tetesan air murni. Sebagai

(38)

contohnya adalah awan yang ada di langit. Awan disusun oleh berjuta-juta tetes air yang menggantung di udara. Peristiwa pengembunan yang lain dapat diamati jika uap air yang keluar dari ketel (tempat masak air) mengenai kaca. Tampak bahwa kaca yang semula kering dipenuhi oleh tetes-tetes air yang berasal dari pengembunan uap air.

3. Pengertian Tekanan

Dalam pengertian sehari-hari, kata tekanan sering dicampuradukkan dengan pengertian gaya. Dalam sains, kata tekanan adalah besarnya suatu gaya yang bekerja gaya persatuan luas. Dengan demikian, jika gaya tersebut bekerja pada daerah yang sempit, maka kekuatan gaya tersebut menjadi terpusat. Itu berarti tekanannya besar. Namun jika gaya yang bekerja pada daerah yang luas, maka gaya tersebar ke semua bagian permukaan. Karena itu tekanannya kecil. Dengan demikian tekanan adalah gaya persatuan luas. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Dimana, P : tekanan (N/m2) F : gaya (N)

A : Luas Penampang (m2)

Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa tekanan adalah gaya persatuan luas. Tekanan dinyatakan dalam satuan N/m, atau disebut pascal (Pa), sesuai dengan nama seseorang ilmuwan Perancis Blaise Pascal

(1623-A F p=

(39)

1662). Satu pascal setara dengan gaya 1 Newton yang bekerja pada suatu permukaaan luas 1 meter persegi.

Tekanan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, tekanan oleh benda padat, tekanan pada fluida dan tekanan udara (tekanan atmosfer). Namun materi tekanan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tekanan udara (atmosfer).

4. Tekanan Pada Zat Gas (Tekanan Udara) 4.1Atmosfer

Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelubungi bumi. Pada lapisan inilah manusia dapat hidup. Selain zat cair, atmosfer pun mengadakan tekanan terhadap sekitarnya. Tekanan ini sebagai akibat adanya gaya gravitasi yang bekerja pada setiap bagian atmosfer.

Massa jenis udara ini sangat kecil dibandingkan dengan massa jenis zat padat atau zat cair. Massa jenis udara berkurang pada ketinggian yang berbeda. Oleh karena itu persamaan tekanan P = ρ g h tidak berlaku pada tekanan atmosfer atau tekanan pada gas.

Tekanan atmosfer pertama kali diukur oleh seorang ahli fisika Italia bernama Torricelli. Menurut Torricelli, tekanan yang menahan raksa dalam tabung kaca setinggi 76 cm atau tekanan udara luar (atmosfer) sama dengan 76 cmHg.

(40)

4.2 Satuan tekanan udara

Tekanan udara biasa dinyatakan dalm satuan atmosfer (disingkat atm). Namun demikian, tekanan udara dapat juga dinyatakan dengan satuan lain, yaitu pascal (Pa) dan bar. Hubungan antara ketiga satuan tersebut adalah sebagai berikut :

1 atm = 101300 Pa 1 bar = 100 000 Pa 1 atm = 1,013 bar

4.3 Alat untuk mengukur tekanan udara 4.3.1 Tekanan udara luar

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara luar disebut dengan barometer. Barometer ada dua macam yaitu barometer air raksa dan barometer logam.

a. Barometer air raksa

Cara mengukur tekanan atmosfer menggunakan cairan raksa ini ditemukan oleh Evangelista Torricelli (1608-1647). Ia membuat barometer sederhana dengan cara mengisikan air raksa ke dalam tabung kecil yang tebal dan panjangnya 1 meter dengan satu ujungnya terbuka dan ujung lainnya tertutup. Setelah hampir semua penuh, ujung terbuka tabung tersebut disumbat. Pipa lalu dibalikkan dan ujung terbuka yang disumbat tersebut dicelupkan ke dalam suatu wadah yang berisi cairan raksa pula. Sumbat

(41)

dilepaskan, dan begitu cairan raksa dari pipa bertemu dan bercampur dengan cairan raksa dalam wadah, maka ketinggian kolom atau permukaan cairan raksa di dalam pipa akan turun sampai setara dengan tekanan atmosfer yang menekan permukaan permukaan cairan raksa dalam wadah tersebut. Ternyata, kolom tersebut turun, hingga berjarak 760 mm dari permukaan cairan raksa dalam wadah. Nilai 760 inilah yang kemudian menjadi acuan besar tekanan atmosfer di permukaan Bumi yang sejajar dengan permukaan laut. Besar tekanan atmosfer itu dinyatakan dengan 760 mmHg.

Bagian tabung di atas kolom cairan raksa tersebut menjadi hampa karena sebelumnya diisi cairan raksa tersebut. Ruang hampa tersebut memungkinkan kolom cairan raksa untuk naik lagi jikalu besar tekanan atmosfer juga meningkat. Semakin tinggi tekanan atmosfer, semakin tinggi kolom air raksanya. Di permukaan laut, tekanan atmosfer yang standar adalah 760 mmHg. Tetapi, seperti disebutkan sebelumnya bahwa tekanan atmosfer juga dipengaruhi cuaca. Karena itu, tekanan atmosfer bisa bervariasi dari 730 sampa 770 mmHg.

Besar tekanan atmosfer dalam satuan Pascal dapat dihitung dengan persamaan p = ρgh. Kita tinggal menghitung

(42)

berat air raksa dalam tabung dibagi dengan luas daerah yang ditekan oleh berat air raksa, yaitu sama dengan luas penampang lingkaran bagian dalam tabung. Jadi data yang dibutuhkan adalah ketinggian kolom yaitu 760 mm atau 0,76 m, massa jenis air raksa 13600 kg/m3, dan nilai percepatan gravitasi 9,8 m/s2atau 9,8 N/kg, Jadi, persamaan

1 atm = h x ρ x g (pascal)

= 0,76 m x 13600 kg/m3x 9,8 N/kg = 101300 N/m2

= 1,013 x 105 Pa

Barometer air raksa tidak praktis karena memerlukan tempat yang cukup besar dan melibatkan zat cair yang perlu penanganan khusus dan paling tidak memerlukan pipa yang panjangnya 1 m. Disamping itu, cairan raksa berbahaya bagi kulit manusia dan juga mengahasilkan uap raksa yang beracun. Oleh karena itu, para ilmuwan berusaha mencari cara yang lebih aman dan mudah untuk mengukur tekanan atmosfer.

b. Barometer logam (barometer aneroid)

Barometer aneroid lebih praktis, mudah dan lebih aman digunakan dibandingkan dengan barometer air raksa, karena barometer aneroid tidak menggunakan cairan raksa.

(43)

Gambar 3: Barometer Aneroid

Bagian utama barometer aneroid adalah sebuah kantung yang berisi udara dengan tekanan rendah. Kantung ini dibuat dari bahan membran/selaput yang sangat tipis. Karena tipisnya, setiap perubahan tekanan atmosfer dapat menyebabkan kantung tersebut bergerak mengembang dan menyusut. Gerakan kantung ini diteruskan dengan sebuah lengan dan rantai yang terhubung ke sebuah jarum penunjuk. Daerah gerakan jarum tersebut diberi skala melengkung. Skala tersebut tentu saja telah disesuaikan dengan tekanan yang ditunjukkan oleh jarum.

Barometer aneroid digunakan sebagai pengukur tekanan dan pengukur ketinggian (altimeter) pada pesawat terbang. Mengapa demikian? Karena tekanan atmosfer berkurang jika ketinggian bertambah.

(44)

4.3.2 Tekanan udara dalam ruang tertutup

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara dalam ruang tertutup disebut dengan manometer. Manometer ada dua macam yaitu manometer raksa dan manometer logam.

a. Manometer raksa

Manometer raksa dibagi menjadi dua, yaitu: 1)Manometer raksa terbuka

Manometer raksa terbuka adalah sebuah tabung U yang kedua ujungnya terbuka. Salah satu kaki dibiarkan terbuka berhubungan dengan udara luar sedangkan kaki lainnya dihubungkan ke ruang yang akan diukur dengan tekanan gasnya.

2)Manometer raksa tertutup

Manometer raksa tertutp adalah sebuah tabung U yang salah satu ujungnya tertutup.

b. Manometer Logam

Manometer logam biasa digunakan untuk mengukur tekann udara yang besar dalam ruang tertutup. Salah satu contoh manometer logam adalah manometer Bourdon. Inti dari manometer ini adalah sebuah pipa logam berongga yang dilekukkan dan dihubungkan ke jarum skala sehingga dapat menggerakkan jarum. Tekanan gas yang diukur cenderung

(45)

meluruskan pipa logam. Akibatnya pipa memutar jarum skala. Makin besar tekanan maka makin lurus bentuk pipa sehingga makin besar putaran jarum. Dengan membuat skala yang sesuai, maka tekanan gas tersebut dapat segera dibaca.

4.4 Hubungan tekanan udara dengan ketinggian suatu tempat

Tekanan atmosfer berubah terhadap ketinggian. Semakin dekat dengan permukaan bumi maka tekanan udara semakin besar dan semakin jauh dari permukaan bumi maka tekanan udara semakin kecil. Tekanan udara di permukaan laut = 76 cmHg atau 1 atm. Setiap ketinggian bertambah 100 m tekanan udara berkurang 1 cmHg. Hal tersebut dapat dirasakan jika kita pergi ke tempat tinggi. Misalkan seorang pendaki akan semakin sulit mendaki gunung yang sangat tinggi. Selain udara yang dingin, di ketinggian tekanannya pun sangat rendah. Paad tempat yang tekanannya rendah partikel udaranya pun rendah sehingga pendaki gunung ptidak dapat bernapas tanpa bantuan tabung oksigen.

4.5 Gas dalam ruang tertutup

Sebuah balon ditiup dan diikat sehingga bentuk balon yang kempis berubah menjadi bulat. Demikian pula jika balon yang bulat ditekan maka balon yang ditekan akan kempis dan bagian balon yang lainnya akan mengembung dan membesar. Selain itu, kita juga akan merasakan adanya tekanan udara dari dalam balon tersebut.

(46)

Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengatakan bahwa udara di dalam balon itu menekan ke segala arah. Udara dalam ruang tertutup mengadakan tekanan pada dinding ruang itu. Untuk mengukur tekanan gas dalam ruang tertutup kita dapat menggunakan manometer.

4.6 Hukum Boyle

Hubungan antara tekanan gas dalam ruang tertutup dan volume pertama kali ditemukan oleh Robert Boyle. Menurut Boyle, semakin besar tekanan maka volume udara semakin kecil. Hasil kali tekanan dan volume selalu tetap. Beberapa alat yang digunakan Boyle adalah pompa air dan pompa sepeda. Sehingga persamaannya:

P x V = C atau P1 x V1 = P2 x V2 Keterangan :

P1 = tekanan gas mula-mula (N/m2)

P2 = tekanan gas akhir (N/m2)

V1 = volume gas mula-mula (m)

V2 = volume gas akhir (m)

4.7Konsep tekanan udara dalam kehidupan sehari-hari

4.7.1 Angin

Angin adalah udara yang bergerak dari suatu tempat bertekanan yang tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Jika udara mmepunyai suatu tekanan yang rendah maka udara di sekelilingnya akan mengitari daerah tersebut sehingga membentuk

(47)

pusaran angin. Kekuatan angi ini bisa sangat besar dan bsa menerbangkan benda-benda yang dilaluinya.

4.7.2 Di daerah yang berdataran tinggi

Sewaktu berpergian ke tempat-tempat di ketinggian, mungkin kita akan merasakan telinga kita seperti tersumbat. Kita tahu bahwa semakin tinggi suatu tempat dibumi ini, tekanan udara semakin rendah. Padahal, dalam tubuh kita selalu terdapat udara yang bertekanan normal. Di tempat yang tinggi itu, tekanan udara luar biasa rendah daripada tekanan udara dalam tubuh kita. Karena itu udara yang terdapat dalam tubuh kita mendesak keluar, salah satunya melalui lubang telinga.

4.7.3 Alat suntik

Alat suntik terdiri atas sebuah pengisap kecil yang ada dalam sebuah tabung plastik silinder. Bagaimanakah cairan obat dimasukkan ke dalam tabung alat suntik? Coba perhatikan gambar di bawah ini! Mula-mula mulut suntik dimasukkan ke dalam cairan obat, kemudian pengisap ditarik ke atas sehingga tekanan udara di bawah pengisap berkurang. Tekanan udara luar pada permukaan cairan obat yang lebih besar daripada tekanan udara di bawah pengisap memaksa cairan obat ke atas memasuki tabung silider.

(48)

Gambar 4: Memasukkan cairan ke alat suntik 4.7.4 Pipet plastik (sedotan untuk minum)

Minum dengan menggunakan sedotan merupakan salah satu kegiatan yang sering kali kita lakukan, dalam kegiatan ini kita telah menggunakan prinsip Fisika yakni “perbedaan tekanan udara menyebabkan udara mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah”. Ketika menghisap sedotan, paru-paru anda mengembang sehingga anda memindahkan sebagian udara dari dalam sedotan. Hal ini menyebabkan tekanan udara di dalam sedotan berkurang (lihat gambar di bawah), tekanan udara luar di dalam minuman sekarang menjadi lebih besar dari pada tekanan udara di dalam sedotan. Perbedaan tekanan udara ini memaksa air pada permukaan gelas naik melalui sedotan ke mulut anda.

(49)

Gambar 5: Menghisap air dengan sedotan

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen kuantitatif kualitiatif. Dikatakan eksperimen karena pada penelitian ini ada perlakuan pada partisipan penelitian dan dikatakan kuantitatif karena dalam menganalisis peningkatan pemahaman siswa melalui data nilai siswa berupa angka dan dianalisis dengan menggunakan statistik. Sedangkan dikatakan kualitatif karena hasil analisis penelitian ini berupa data kualiatif yaitu memberikan penjelasan dan mendeskripsikan pemahaman siswa mengenai konsep tekanan udara dan peningkatan pemahaman yang terjadi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian : 3 Mei – 17 Mei 2010 Tempat penelitian : SMPK 3 Yos Sudarso Blitar

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian : Siswa/i SMPK 3 Yos Sudarso Blitar Kelas VIII Sampel penelitian : Kelas VIII A

D. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua yaitu:

(51)

1.Instrument pembelajaran

1.1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah 1) identifikasi yang meliputi mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas dan semester, metode pembelajaran, dan alokasi waktu, 2) kompetensi dasar, 3) indikator hasil belajar 4) materi pembelajaran, 5) langkah-langkah kegiatan, 6) sumber pembelajaran, dan 7) penilaian.

Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Lampiran).

1.2Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Dalam menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), perlu diperhatikan komponen–komponen penting yang terdapat dalam LKS yaitu: 1) Petunjuk materi, 2) Materi pokok, dan 3) Kegiatan belajar. (Lampiran)

2.Instrument pengambilan data 2.2Soal pretest

Pretest ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan awal siswa tentang tekanan udara. Pretest ini berisi soal-soal uraian yang diberikan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Soal pretes terdiri dari 6 soal berbentuk uraian.

(52)

2.1Soal Postest

Postest digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Postest ini juga berisi soal-soal uraian namun diberikan setelah proses pembelajaran. Soal postes terdiri dari 6 soal berbentuk uraian. Kisi-kisi untuk soal pretes dan postes dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretes dan postes

Indikator hasil belajar Jumlah

soal

Aspek yang dikur

Ingatan Pemahaman Penerapan Sintetis Analitis Evaluasi

Dapat mendefisinikan tekanan

udara 1 1 (1)

Dapat menjelaskan hubungan antara ketinggian tempat dengan tekanan udara

1 1 (4)

Dapat menyebutkan alat-alat untuk mengukur tekanan udara

1 1(3)

Dapat menyebutkan contoh-contoh peristiwa yang berhubungan dengan konsep tekanan udara

1 1 (2)

Dapat menjelaskan mengapa tubuh manusia tidak merasakan tekanan udara dari luar

1 1 (5)

Dapat melakukan percobaan yang menggunakan konsep tekanan udara

1 1 (6)

5 2 1 1 2

(53)

2.2Kuesioner

Instrument pengukuran sikap siswa disusun berdasarkan pengertian dan komponen sebagai indikator sikap, yaitu pertanyaan senang atau tidak senang. Butir-butir soal pengukuran sikap terlampir.

E.Metode Analisis Data

Data hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan dua cara yakni:

1. Secara Kualitatif

1.1 Analisis Pemahaman Awal dan Pemahaman Akhir Siswa Mengenai Tekanan Udara

Hasil jawaban siswa untuk pretes dan postes dianalisis dengan acuan konsep ideal yang harus dipahami oleh setiap siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Analisis data dalam penelitian ini melewati tiga tahap, yakni:

1.1.1 Mengelompokkan siswa dalam tabel Frekuensi dan Prosentase baik untuk pretes maupun postes

Pada analisis ini, peneliti mengelompokkan siswa dalam tabel frekuensi dan porsentase dengan kualifikasi sangat tinggi, tinggi, cukup, kurang, sangat kurang. Tabel tersebut adalah sebagai berikut:

(54)

Tabel 3.2 Frekuensi dan Porsentase Hasil Pretes maupun Postes

Interval Skor

(% skor) Kualifikasi Frekuensi

Prosentase

1.1.2 Mengelompokkan variasi jawaban siswa tiap soal

Variasi jawaban untuk soal pretes maupun postes dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Variasi Jawaban Untk Soal Pretes Maupun Postes

No soal Jawaban Variasi

1.1.3 Menganalisis jawaban siswa yang mengacu pada variasi jawaban siswa baik pretes maupun postes

Pada tahap ini, peneliti menganalisis jawaban siswa tersebut dengan cara mendeskripsikannya ke dalam bentuk kalimat.

(55)

2. Secara Kuantitatif

Prestasi belajar pada soal pretes dan postes dinyatakan dengan nilai. Sistem yang digunakan yaitu dengan menggunakan skor yang diperoleh siswa ketika tes. Penentuan skor untuk tiap soal berdasarkan tingkat kesulitan soal tersebut. Skor untuk setiap soal tertera di tabel bawah ini:

Tabel 3.3 Tabel Distribusi Penskoran

No Soal

Setelah memberikan skor pada hasil pretest dan postest, kemudian peneliti menggunakan analisa statistik, yaitu dengan Test-t. Test ini digunakan untuk menguji dua kelompok yang dependen dan atau satu kelompok yang dites dua kali yaitu pretest dan postest (Suparno, 2002).

(56)

Df : N-1

Setelah diperoleh nilai treal, kemudian |treal| dibandingkan dengan |tobs| dalam tabel korelasi dengan level 0,05. Jika |treal| > |tobs| maka signifikan, artinya ada perubahan yang signifikan dan terjadi peningkatan pengetahuan. Jika sebaliknya |treal| < |tcritical| maka tidak signifikan, artinya pemberian treatment tidak berpengaruh apapun atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan.

3. Analisis perubahan dan peningkatan pemahaman konsep siswa

Untuk menganalisis perubahan dan tingkat pemahaman siswa dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah hasil dari pretes dan postes. Data ini didistribusikan dalam tabel perubahan pemahaman siswa dan tabel peningkatan pemahaman siswa. Tabel-tabel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Perubahan Pemahaman Siswa

Konsep No Soal

Tabel 3.5 Peningkatan Pemahaman Siswa

(57)

Data-data dari tabel 3.4 dan 3.5 kemudian dianalisis dengan cara mendeskripsikannya.

4. Sikap siswa terhadap metode eksperimen terbimbing

Untuk mengetahui apakah siswa senang dengan metode eksperimen terbimbing yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian digunakan angket atau kuesioner pengukuran sikap. Dari jumlah skor total yang diperoleh siswa dapat diketahui apakah siswa senang atau tidak. Pemberian skor untuk soal no 1, 3 sampai dengan no 9 sesuai pada tabel 3.6 sedangkan untuk soal no 2 sesuai dengan tabel 3.7. Hal ini dikarenakan untuk soal no 2 bersifat negatif sehingga pemberian skor merupakan kebalikan dari skor untuk soal lainnya.

Tabel 3.6 Skor untuk setiap butir kuesioner

Jawaban siswa Skor

SS 5 S 4 KS 3 TS 2 STS 1

(58)

Tabel 3.7 Skor untuk soal no 2

Jawaban siswa Skor

SS 1

S 2

KS 3

TS 4

STS 5

Sikap siswa terhadap metode eksperimen terbimbing dikelompokkan menjadi sangat senang, senang, kurang senang, tidak senang, dan sangat tidak senang. Kriteria yang dipakai untuk menyimpulkan sikap masing-masing siswa berdasarkan kriteria skor secara keseluruhan yaitu nilai yang mungkin dicapai siswa dinyatakan dalam porsentase paling tinggi yaitu 100% dan terendah 0%). Untuk memperoleh porsentase siswa dihitung dengan cara sebagai berikut:

Skor yang mungkin dicapai siswa adalah 45. Kemudian dengan kriteria sikap siswa terhadap metode eksepimen terbimbing seperti tabel 3.8

(59)

42

Tabel 3.8 Kriteria sikap siswa terhadap metode Eksperimen terbimbing

Skor (%) Kualifikasi Sikap

81-100 Sangat senang 61-80 Senang 41-60 Kurang senang 21-40 Tidak senang

≤ 20 Sangat tidak senang

Kriteria sikap seluruh siswa teradap metode eksperimen terbimbing seperti pada tabel 3.9

Tabel 3.9 Sikap seluruh siswa terhadap metode Eksperimen terbimbing

Kualifikasi Jumlah siswa

Jumlah siswa (%)

Sangat tidak senang Tidak senang

Kurang senang Senang

(60)

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPK 3 Yos Sudarso Blitar pada tanggal 3 Mei dan berakhir pada tanggal 17 Mei 2010. Penelitian ini dilakukan pada saat jam pelajaran Fisika berlangsung yang dibagi menjadi 3 kali pertemuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman siswa melalui metode eksperimen terbimbing menggunakan LKS. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan data yang menunjukkan bagaimana pemahaman siswa sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung. Pokok bahasan yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tekanan udara. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen terbimbing nenggunakan LKS. LKS berisi tentang langkah-langkah proses eksperimen yang akan dilaksanakan oleh siswa dan juga pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa dalam membuat kesimpulan dari eksperimen yang telah dilakukan.

Penelitian ini dimulai pada tanggal 3 Mei 2010 di kelas VIII A. Pada pertemuan pertama ini peneliti menjelaskan dahulu tentang pelaksanaan kegiatan. Setelah selesai memberi penjelasan, peneliti membagikan soal-soal Pretes kepada seluruh siswa. Setelah siswa selesai menjawab soal-soal pretes, peneliti melakukan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah dipersiapkan yaitu membagi siswa dalam 5 kelompok. Proses penelitian ini berlangsung selama tiga kali pertemuan. Selama proses pembelajaran, siswa melakukan 5 eksperimen.

43 

(61)

Dalam kegiatan eksperimen tersebut siswa diminta untuk mengamati, mengumpulkan data, menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam LKS, dan juga membuat kesimpulan berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan. Dalam proses kegiatan ini yang dilakukan peneliti adalah memberikan penjelasan kepada siswa tentang pelaksanaan kegiatan eksperimen antara lain memberi pengantar kegunaan alat, cara memperoleh data, dan cara menganalisis data. Selain itu, peneliti juga membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung, menjaga kedisplinan kelas, melihat, memperhatikan, dan menjawab pertanyaan siswa jika ada yang bertanya atau mengalami kesulitan.

Setelah proses pembelajaran selesai pada pertemuan ke tiga maka dilakukan postes kepada seluruh siswa.

Secara rinci, proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pada penelitian ini, proses pembelajaran dilakukan di kelas. Pembelajaran dimulai dengan pemberian informasi dari peneliti mengenai tujuan pembelajaran dan kompetensi apa yang hendak dicapai. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah melakukan kegiatan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Pada setiap akhir kegiatan eksperimen, peneliti meminta setiap kelompok untuk membacakan kesimpulan hasil eksperimen mereka.

Selama proses pembelajaran siswa melakukan 5 eksperimen yang dilaksanakan pada tanggal 3, 10, dan 17 Mei 2010. Pada tanggal 3 Mei 2010, eksperimen yang dilakukan ada dua yaitu: eksperimen untuk mengetahui pengaruh tekanan udara dan mengamati pengaruh tekanan udara pada dinding ruang tertutup. Eksperimen selanjutnya

44 

(62)

dilakukan pada tanggal 10 Mei 2010 yaitu tentang pengaruh tekanan udara luar dan mengukur tekanan udara menggunakan kolom udara (pipa U yang terbuat dari pipa kecil transparan).

Pada pertemuan terakhir kegiatan yang dilakukan adalah melakukan eksperimen, membagikan soal-soal postes, dan memberikan soal kuesioner. Eksperimen yang dilakukan pada pertemuan ini adalah tentang hubungan antara tekanan dan volume udara dalam ruang tertutp (untuk menunjukkan Hukum Boyle). Kegiatan selanjutnya adalah peneliti membagikan soal postes dan kuesioner kepada seluruh siswa.

Dalam kegiatan eksperimen, siswa terlihat aktif dalam melakukan pengamatan dan menganalisis data. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada peneliti. Pertanyaan-pertanyaan ini masih sekitar teknik melakukan eksperimen dan pengisian tabel hasil pengamatan. Selain itu siswa juga terlihat aktif dalam menjawab pertanyaan di dalam LKS, Nampak juga beberapa siswa yang hanya sekedar mengutip jawaban siswa lain sehingga dimungkinkan siswa tersebut benar-benar tidak mengerti dan memahami konsep atau karena mereka tidak memperhatikan penjelasan peneliti. Kerjasama dalam kelompok juga terlihat, namun kerjasama ini masih terbatas pada kerjasama dalam melakukan eksperimen. Ada beberapa siswa juga bekerjasama dalam menyelesaikan masalah dan membuat kesimpulan hasil eksperimen.

B. Data

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh data-data yang meliputi hasil pretes, postes, dan kuesioner sikap siswa. Secara keseluruhan jumlah siswa sebanyak 25, akan tetapi 2 siswa dinyatakan tidak masuk dalam sampel penelitian karena siswa

45 

(63)

tersebut tidak mengikuti proses penelitian secara keseluruhan dan hanya mengikuti proses penelitian pada pertemuan pertama sehingga data yang diperoleh hanya data Pre-Test. Dari penjelasan tersebut maka jumlah sampel keseluruhan adalah 23 siswa. Data hasil penelitian sebagai berikut:

1. Hasil Pretes

Tabel 4. 1 Data Hasil Pretes Siswa Kelas VII A SMPK 3 Yos Sudarso Blitar

No Soal

No Siswa

1 2 3 4 5 6

Total

(64)

21. 4 0 3 2 2 2 13 26

22. 0 8 6 5 0 2 21 42

23. 4 4 3 10 0 2 23 46

∑ = 46 ∑ = 122 ∑ = 96 ∑ = 78 ∑ = 18 ∑ = 40

2. Hasil Postes

Tabel 4.2 Data Hasil Postes Siswa Kelas VII A SMPK 3 Yos Sudarso Blitar

No Soal

No Siswa

1 2 3 4 5 6

Total

(65)

21. 2 8 6 10 5 10 41 82

22. 4 8 6 10 0 7 35 70

23. 4 8 6 10 0 7 35 70

∑ = 85 ∑ = 168 ∑ = 72 ∑ = 99 ∑ = 74 ∑ = 202

3. Sikap siswa terhadap metode Eksperimen Terbimbing

(66)

20. 4 4 5 4 3 4 4 4 4 36 80 Senang 21. 4 4 4 3 4 4 5 4 3 35 77.7 Senang 22. 4 4 5 3 3 4 4 4 3 34 75.5 Senang 23. 4 4 3 4 4 5 4 4 4 36 80 Senang

C. Analisis Data

1. Secara Kualitatif

1.1Pemahaman awal siswa mengenai tekanan udara

Pada penelitian ini, pemahaman awal siswa diukur menggunakan soal Pretes. Berdasarkan skor pretes dapat dihitung berapa banyak siswa yang dinyatakan memiliki kualifikasi sangat tinggi, tinggi, cukup, kurang, dan sangat kurang Berikut frekuensi dan prosentase hasil pretes siswa kelas VIII A.

Tabel 4.4 Frekuensi dan Prosentase Hasil Pretes Siswa Kelas VIII A SMPK 3 Yos Sudarso Blitar

Interval Skor

(% skor) Kualifikasi Frekuensi

Prosentase (%) 81-100 Sangat tinggi 0 0

66-80 Tinggi 1 4.34 56-65 Cukup 1 4.34 46-55 Kurang 2 8.69

≤ 45 Sangat kurang 19 82.6

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan eksperimen terbimbing masuk dalam kualifikasi sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang masih

49 

(67)

banyak memiliki nilai yang kurang. Berikut variasi jawaban soal pretes siswa-siswa tersebut.

Tabel 4.5 Variasi jawaban Pretes siswa kelas VIII A

No soal

Jawaban Variasi jawaban Jumlah

Siswa

Jumlah Siswa

(%)

Kualifikasi

1. Tekanan udara adalah tekanan yang dipengaruhi oleh partikel-partikel udara di sekitar amosfer bumi

• Tekanan udara adalah dorongan gaya yang diberikan oleh udara dalam satuan luas permukaan bidang tekan

2 8.69 Tidak paham

• Tekanan udara adalah tekanan yang disebabkan oleh gaya dorong

10 43.47 Tidak paham

• Tekanan udara adalah tekanan yang dipengaruhi oleh ketinggian

6 26.08 Tidak paham

• Tekanan udara adalah tekanan yang dipengaruhi partikel-partikel udara di atmosfer bumis

1 4.35 Paham

• Kosong 4 17.39

23 100

2. Contoh penerapan konsep tekanan udara dalam kehidupan sehari-hari

- Angin - pompa sepeda - pompa air - alat suntik

- sedotan (pipet untuk minum)

- prakiraan cuaca

- balon udara yang meletus karena tekanan dari udara saat

• Tabung oksigen dan layang-layang yang dapat terbang tinggi karena ditiup oleh angin

7 30.43 Kurang lengkap

• Angin dan alat suntik 6 26.08 Paham

• Daun yang bergoyang karena

ditiup angin dan layang-layang 11 47.82 Kurang lengkap

• Kosong 1 4.35

23 100

50 

(68)

mencapai ketinggian tertentu.

3. •Untuk mengukur tekanan udara dalam (manometer):

Manometer aneroid, manometer raksa terbuka, manometer raksa tertutup

• Untuk mengukur tekanan udara luar :

Barometer aneroid, barometer raksa, barometer fortin

• Barometer aneroid, barometer raksa, barometer fortin, manometer raksa tertutup

5 21.73 Paham

• Barometer aneroid dan

barometer raksa 16 69.56 Kurang lengkap • Barometer aneroid, barometer

raksa, manometer raksa, manometer aneroid

4 17.39 Paham

23 100

4. Tekanan udara di tempat yang tinggi lebih kecil dibandingkan tekanan udara di tempat yang lebih rendah karena jumlah pertikel udara di tempat yang tinggi lebih kecil dibandingkan jumlah partikel udara di tempat yang rendah yang mengakibatkan gaya garvitasi partikel juga kecil sehingga tekanan udaranya pun juga kecil

• Karena jumlah partikel udara di tempat yang lebih tinggi lebih kecil daripada jumlah partikel udara di tempat yang rendah

4 17.39 Paham

• Karena dipengaruhi oleh ketinggian

4 17.39 Tidak paham

• Karena semakin dekat dengan permukaan lapisan

4 17.39 Kurang lengkap

• Karena dipengaruhi oleh ketinggian. Setiap naik 100 m tekanan udaranya berkurang 1 cmHg dan sebaliknya setiap turun 100 m maka tekanan udaranya akan naik 1 cmHg

6 26.08 Tidak paham

• Kosong 7 30.43

23 100

5. Karena tekanan udara yang mengenai tubuh kita diimbangi oleh tekanan darah yang berasal dari dalam tubuh kita dan bahkan tekanan darah dari tubuh kita sedikit lebih besar daripada tekanan yang diberikan oleh udara

• Karena setiap orang

mengalami gaya gravitasi 7 30.43 Tidak paham • Karena pengaruh gaya

(69)

6. Karton tidak akan jatuh. Karena ada tekanan udara dari luar yang menekan karton ke atas dan jumlah tekanan dari luar ini lebih besar daripada tekanan yang diberikan oleh air terhadap karton

• Tidak. Karena udara di dalam ruangan menarik partikel di bawahnya sehingga air dan karton tidak akan jatuh

2 8.69 Kurang lengkap

• Tidak. Karena hampa udara di dalam ruangan (di dalam gelas)

1 4.35 Kurang lengkap

• Tidak. Karena udara di dalam gelas mengadakan tekanan pada dinding karton itu sehingga karton tidak akan jatuh

1 4.35 Kurang lengkap

• Jatuh. Karena air melakukan tekanan terhadap karton

2 8.69 Tidak paham

• Jatuh 1 4.35 Tidak paham

• Jatuh. Karena karton didorong oleh air

11 47.83 Tidak paham

• Kosong 7 30.43

23 100

Berikut merupakan analisis jawaban siswa yang mengacu pada variasi jawaban siswa.

1. Siswa menjelaskan pengertian tekanan udara

Konsep awal yang dimiliki siswa mengenai tekanan udara adalah tekanan adalah gaya per satuan luas dan dipengaruhi oleh ketinggian. Sebanyak 78.24 % siswa yang menjawab hal tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa siswa belum mengerti apa pengertian tekanan udara. Sebanyak 4.35 % siswa menjawab dengan benar yaitu bahwa tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh partikel-partikel udara di atmosfer bumi. Siswa yang tidak menjawab sebanyak 17.39 %.

52 

(70)

2. Siswa menyebutkan contoh-contoh kejadian sehari-hari yang ada hubungannya dengan konsep tekanan udara.

Sebanyak 26.08 % siswa menjawab benar yaitu alat suntik dan angin. Sebanyak 78.25 % siswa masuk dalam kualifikasi kurang lengkap karena menjawab hampir benar yaitu sudah dapat menyebutkan bahwa laying-layang dapat terbang dan daun bergoyang karena tertiup oleh angin namun salah karena siswa tersebut menjawab tabung oksigen dan laying-layang saja. Hanya 4.35 % siswa saja yang tidak menjawab dan masuk dalam kulifikasi tidak paham.

3. Siswa menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara baik untuk mengukur tekanan udara luara maupun dalam

Sebanyak 39.12 % siswa memberikan jawaban yang benar yaitu siswa dapat menyebutkan alat apa saja yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan udara baik luar maupun dalam. Sedangkan 60.76 % siswa masuk dalam kualifikasi kurang lengkap karena mereka hanya menyebutkan alat untuk mengukur tekanan udara luar saja atau untuk mengukur tekanan udara dalam saja.

4. Siswa menyebutkan alasan mengapa di tempat tinggi tekanan udaranya lebih kecil dibandingkan di tempat yang rendah.

Sebanyak 17.39% siswa menjawab dengan benar yaitu siswa dapat menjelaskan kenapa tekanan udara di tempat yang tinggi lebih kecil daripada di tempat yang rendah. Sebanyak 17.39 % siswa masuk dalam

53 

Gambar

Tabel 4.8   Analisis hasil belajar untuk Pretes dan Postes kelas VIII A ……….… 62
Gambar 1(a) : Susunan partikel zat sebelum
Gambar  2: Proses pemuaian udara dari bejana kaca berisi udara  yang ujungnya
Tabel di bawah ini menunjukkan perubahan wujud yang terjadi pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan dan hasil analisis karakteristik penumpang dan kinerja angkutan diketahui angkutan yang memberikan pelayanan yang lebih baik adalah kereta api

ini terlihat dari kurangnya siswa yang memerlukan bimbingan dalam menyelesaikan LKS. Kemampuan siswa dalam merangkum materi pelajaran sudah mengalami

Penulis menggunakan metode deskriptif dalam penelitian untuk mendeskripsikan data yang telah terkumpul mengenai Pengetahuan Guru Sekolah Dasar tentang Pedoman Umum

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa yang memperoleh pembelajaran

jenis electrotherapy yang sering dipergunakan untuk pengobatan adalah transcutaneous electro nerve stimulation (TENS). TENS mempergunakan listrik bertegangan rendah yang

Setelah memperhatikan beberapa ketentuan yang diatur dalam UU No. 22/2009 yang dimaksudkan untuk merinci aturan-aturan menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan, ternyata peraturan

Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan (Aunurrahman, 2012). Dengan demikian, dapat

Demikian juga pada bagian keuangan, untuk proses yang berhubungan dengan pengelolaan data penggajian karyawan, belum memiliki dukungan sistem informasi yang baik,