• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY E MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA NY E MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “E” MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT

PUSKESMAS DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO

NANI SETYOWATI 1415401031

Subject : Asuhan Kebidanan, Kehamilan, persalinan, Neonatus, Nifas, KB DESCRIPTION

Angka kematian ibu dan anak merupakan dua indicator keberhasilan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan, hal tersebut merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam penyelanggaraan upaya kesehatan. Salah satu upaya mengatasi faktor – faktor yang berhubungan dengan kematian ibu dan bayi, harus dilakukan dengan berfokus dalam meningkatkan akses terhadap pelayanan yaitu Pelayanan Komprehensif. Pelayanan ini bertujuan meminimalisir munculnya komplikasipadaibudanbayi.

Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang dilakukan secara lengkap dan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dankeluargaberencana serta neonatus.Pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian SOAP.Asuhan kebidanan ini dilakukanpadaNy “E” di UPT PuskesmasDlanggupada tanggal 13 Februari – 5 Mei 2017.

Hasil asuhan kebidanan komprehensif pada Ny “E” didapatkan keluhan yang masih fisiologis dan telah dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien masa hamil dankeluargaberencana. Saat kehamilan ibu mengalamikekurangan energy kronis dan mengalami anemia ringan. Penatalaksanaan yang di lakukan yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang kekurangan energy kronis dan anemia pada ibu hamil dan memotivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisnya. Setelah dilakukan motivasi ibu memahami dan bersedia melakukan saran yang telah di berikan.

Asuhan kebidanan komprehensif ini sangat membantu Ny “E” dalam melewati masa hamil dankeluargaberencana. Diharapkan asuhan kebidanan komprehensif dapat diterima oleh pasien sehingga mengurangi rasa khawatir akan masalah yang muncul, serta dapat diterapkan dan dilakukan dengan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat oleh petugas kesehatan.

ABSTRACT

Maternal and infent mortality rates are two indicators of the success of the quality of health-care facilities, these are two family members who need to be given priority in healthcare programs. One effort to address the factors related to maternal and infant mortality, should be done by focusing on improving access to services that is Comprehensive Services. This service aimed to minimize the emergence of complications in the mother and baby.

Comprehensive service was a complete and continuous service to pregnant women, parturition, neonatal and family planning.Midwifery management approach and SOAP documentation. Midwifery care was performed on Miss "E" at UPT PuskesmasDlanggu on 13 February - 5 May 2017.

Comprehensive midwifery care results in Miss "E" obtained complaintsthatwere stillinphysiological and has been done in accordance with the conditions and needs of patients during pregnancy until family planning. During pregnancy the mother experienced chronic energy deficiency and had mild anemia. Management that was done wereprovide healtheducation about chronic energy deficiency and anemia in pregnant

(2)

mother and motivate mothers to meet their nutritional needs. After do motivation motherwasunderstood and willing to do suggestions that have been given.

Comprehensive midwifery care is very helpful forMiss "E" in passing pregnancy untilfamily planning. It is expected that comprehensive midwifery care can be accepted by patients so as to reduce the fear of problems that arise, and can be applied and done by providing appropriate communication, information and education by health workers. Keywords: Pregnancy, Parturition, Post Partum, Neonatal, Family Planning Contributor : Sari Priyanti, S.SiT, SKM, M.Kes

: Agustin Dwi Syalfina, S.ST, SKM, M.Kes

Date : 17 Juli 2017

Type Material : Laporan Tugas Akhir

URL :

Right : Open Document

Sumary :

LATAR BELAKANG

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan karena Ibu dan Anak merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Hal tersebut disebabkan angka kematian ibu dan anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Sasaran Pembangunan Milenium (MDGS) ke-4 tentang Penguatan Pelayanan Kesehatan Neonatal dan Ibu yaitu, dukungan untuk menerapkan strategi kelangsungan hidup untuk bayi baru lahir dan anak-anak dengan menekankan pelayanan kehamilan dan persalinan, pelayanan dasar bagi semua bayi yang baru lahir, deteksi dan pengobatan infeksi, serta perawatan khusus bagi bayi yang baru lahir dengan berat badan di bawah normal (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010). Pemerintah sudah mendekatkan pelayanan kesehatan ke sektor paling dasar, tetapi angka kematian ibu dan bayi masih belum bisa ditekan.

Status kesehatan masyarakat di Indonesia pada khususnya bagian kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari data nasional tahun 2013 bahwa, cakupan K1 pada ibu hamil pada tahun 2015 yaitu 95,75%. Cakupan K4 mencapai 87,48%. Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN) mencapai 88,55%. Cakupan akseptor Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 10,8%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) lengkap mencapai 77,31% (Dinkes Indonesia, 2015).

Kesehatan maternal dan neonatal akan saling berhubungan. Karena bayi yang sehat lahir dari seseorang ibu yang sehat yang kehamilannya, persalinannya sehat (Erliana, 2013). Deteksi dini terhadap pendarahan dan komplikasi pada saat hamil akan mempengaruhi janin yang dikandungnya, akan terjadi komplikasi pada saat ibu nifas sehingga mengganggu ibu dan janin. Kehamilan, persalinan, neonatus, dan nifas yang sehat berawal dari pemeriksaaan kehamilan yang rutin dan efektif serta pelayan secara komprehensif dari tenaga kesehatan.

Pemerintah sejak lama telah melakukan upaya strategis dalam menekan AKI daengan pendekatan safe motherhood yaitu memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya. Di Indonesia, Safe Motherhood Intiative ditindaklanjuti dengan peluncuran program Gerakan Sayang Ibu. Pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetric. Salah satu upaya yang mendasar dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia yaitu melalui Program Perencanaan Persalinan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan focus totalitas

(3)

monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari resiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) (Kemenkes RI, 2014).

Selain itu pemecahan kesehatan ibu dan bayi perlu pendekatan upaya kesehatan berlanjutan upaya bidan adalah meningkatkan kualitas keselamatan ibu dan bayi terutama dengan melaksanakan pelayanan antenatal care, pertolongan persalinan, kunjungan nifas, kunjungan neonatus, dan pelayanan KB yang baik yaitu asuhan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB yang bertujuan untuk memonitor, mendeteksi kesehatan ibu dan janin selama kehamilan sesuai dengan Manajemen Asuhan Kebidanan. Seorang bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan mulai dari continuity of care, kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan penggunaan KB, dimana akan membantu mengetahui kesehatan ibu dan bayi, sehingga apabila terjadi komplikasi dapat segera di beri pengobatan (Purnomo, 2012).

METODOLOGI

Sasaran penelitian ini adalah memberikan Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB. Proses manajemen kebidanan didokumentasikan dengan SOAP. Responden studi kasus adalah Ny “E” usia 22 tahun. Ny “E” melakukan ANC dengan teratur, yakni 2 kali pada trimester 1, 4 kali pada trimester 2 dan 3 kali pada trimester 3. Pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan wawancara.Penelitian dilakukan di BPM Listy Astuti, S.ST. Desa Jrambe Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto pada tanggal 13 Februari – 05 Mei 2017. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dilakukan sebanyak 3 kali, asuhan kebidanan pada ibu bersalin dilakukan mulai dari persalinan kala I - kala IV, asuhan kebidanan pada ibu nifas dilakukan sebanyak 4 kali, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dilakukan sebanyak 3 kali dan asuhan kebidanan pada keluarga berencana dilakukan sebanyak 1 kali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada trimester III Ny “E” mengeluh sering buang air kecil, serta nyeri pinggang setiap beraktivitas. Menurut Hutahaean, 2013 sering buang air kecil diakibatkan karena janin yang semakin besar akan menekan kandung kemih ibu, sehingga kapasitas kandung kemih ibu terbatas dan sering buang air kecil (BAK). Danmenurut fraser and cooper, (2009) nyeri pinggang dapat disebabkan oleh perubahan uterus yang menyebabkan perubahan postur tubuh, dan juga akibat pengaruh hormone releksin terhadap ligamen. Dari uraian keluhan sering buang air kecil dikarenakan kandung kemih tertekan oleh pertumbuhan janin yang semakin besar, dan nyeri pada bagian punggung di karenakan uterus yang semakin membesar sehingga terjadi perubahan postur tubuh pada saat hamil, dan selama hamil ibu bekerja, dalam hal ini keluhan yang dirasakan ibu termasuk fisiologis karena menurut teori yang ada sering buang air kecil dan nyeri pinggang terjadi karena perubahan pada ibu hamil.

Berdasarkan hasil pemeriksaan penambahan BB Pada Ny “E”, di akhir kehamilan tepatnya pada usia kehamilan 40 minggu BB adalah 52 kg sedangkan pada saat sebelum hamil 42 kg. Hal tersebut dalam IMT dapat di hitung dengan cara IMT =

=

= 18,6

Nilai IMT Ny “E” adalah 18,6, menurut Sukarni dan Margareth, 2013 perhitungan peningkatan berat badan dalam kehamilan dengan menggunakan IMT yaitu “berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter” dengan kategori Kurus (IMT<18,5) Total kenaikan berat badan yang disarankan adalah 12,7-18,1 kg dan selama trimester 2 dan 3 adalah 0,5 kg/minggu, Normal (IMT 18,5-22,9) berat badan yang disarankan adalah 11,3-15,9 kg dan selama trimester 2 dan 3 adalah 0,4 kg/minggu, Overweight (IMT23-29,9) berat badan yang disarankan adalah 6,8-11,3 kg dan selama trimester 2 dan 3 adalah 0,3 kg/minggu. Menurut fraser & copper, 2009 berat badan ibu yang rendah sebelum konsepsi berhubungan dengan peningkatan resiko berat badan lahir rendah. Berdasarkan teori yang didapat berat badan ibu yang rendah dapat beresiko melahirkan bayi dengan

(4)

berat badan rendah, hal ini tidak terjadi pada Ny “E” meskipun kenaikan berat badan Ny”E” adalah 10 kg namun bayi lahir spontan dengan berat 3800 gram, hal ini di karenakan nutrisi yang di dapat ibu langsung tersalurkan kepada janin. Dari penjelasan fakta dan teori tersebut terjadi ketidak sesuaian antara penambahan berat badan yang seharusnya dengan kondisi ibu saat hamil dan perbedaan teori yang mengatakan dapat meningkatkan resiko berat badan lahir rendah dengan fakta yang didapat.

Pada pengkajian di trimester III Tafsiran berat janin (TBJ) pada Ny “E” adalah 2945 gram, dengan tinggi fundus uteri 30 cm ( Pertengahan PX dan Pusat) pada usia kehamilan 39 minggu. Menurut Yasi Anggasari, 2014 UK 12 minggu : 1-2 jari di atas simfisis, UK 16 minggu : antara simfisis dan pusat, UK 20 minggu : 3 jari di bawah pusat, UK 24 minggu : teraba tepat di pusat, UK 28 minggu : 3 jari di atas pusat, UK 32 minggu : pertengahan antara prosesus xifoideus dan pusat, UK 36 minggu : 3 jari di bawah prosus xifoideus, UK 40 minggu : pertengahan antara prosesus xifoideus dan pusat. Dari pengkajian yang didapat TFU Ny “E” pada usia kehamilan 35 minggu adalah 26 cm (3 jari di bawah prosesus xifoideus), dan menurut teori Yasi anggasari, 2014 hal ini sudah sesuai antara tinggi fundus dengan usia kehamilan, dan tafsiran berat janinnya adalah 2325 gram dan hasil fakta yang didapat adalah bayi lair dengan berat badan 3800 gram, namun menurut sondakh hal ini masih dalam nilai normal ukuran bayi lahir yaitu 2500-4000 gram.

Pada Ny “E” proses persalinan terjadi pada usia kehamilan 40 minggu. Menurut Sukarni and margareth, 2013 Persalinan dan kelahiran normal terjadi saat janin yang cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala atau ubun-ubun kecil tanpa terjadi komplikasi dari ibu maupun janin.

HPHT Ny ”E” adalah 26-06-2016 dan tafsiran persalinannya tanggal 30-03-2017, melahirkan pada tanggal 03- 04 -2017 menunjukkan usia kehamilan pada saat persalinan adalah 40 minggu. Pada Ny “E” usia kehamilan saat persalinan adalah 40 minggu hal ini menunjukkan bahwa janin sudah cukup bulan dan hanya kemungkinan kecil terjadinya komplikasi pada ibu dan janin.

Kala I di awali dengan adanya kenceng-kenceng mulai dini hari tapi masih bisa ditahan. Lalu ibu ke BPM pada jam 06.00 WIB dan hasil pemeriksaan menunjukkan His : 4x 40" dalam 10', VT : Ø1 cm, eff 25 % ket U, presentasi kepala, UUK, H-I, 4/5 bagian, tidak ada yg menumbung . Jam20.00 hasil pemeriksaan menunjukkan VT: Ø4 cm, eff 50 % ket U, presentasi kepala, UUK, H-III, 2/5, tidak ada yg menumbung. Dan pada pukul 02.10 ibu ingin meneran lalu dilakukan pemeriksaan dengan hasil, VT Ø 10 cm, eff 100%, ketuban jernih, presentasi kepala, denominator UUK, Hodge IV, penurunan kepala 0/5 bagian, tidak ada bagian menumbung.

Menurut teori Lailiyana, 2011 kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks mencapai pembukaan lengkap (10cm).Lamanya kala I pada primigravida 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. Pada Ny “E” kala I ± 20 jam, hal ini masih normal walaupun tidak sesuai dengan teori diatas karena pada primigravida pematangan dan perlunakan serviks pada fase laten memerlukan waktu yang lebih lama.

Saat pembukaan lengkap Ny “E” ingin meneran dan ditandai dengan pecahnya ketuban dan His yang semakin kuat. Kala II berlangsung selama 15 menit (02.10-02.25 WIB). Menurut Lailiyana, 2011 kala II dimulai dari pembukaan 10cm sampai dengan lahirnya bayi, gejala kala II meliputi his semakin kuat, pecahnya ketuban ditandai pengeluaran cairan yang mendadak menjelang akhir kala I, pada saat pembukaan mendekati lengkap ketuban pecah dan diikuti dengan keinginan untuk mengejan, kekuatan his dan mengejan dapat mendorong kepala bayi sehingga vagina terbuka dan tampak ubun-ubun kecil, Pada primigravidarum lamanya 50 menit dan multigravidarum 30 menit. Kala II pada primigravidarum lamanya 50 menit dan pada Ny”E” berlangsung selama 15 menit, hal ini di hitung dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, kala II berlangsung selama 15 menit dikarenakan pecahnya ketuban dan diikuti dengan keinginan untuk mengejan, dan his yang semakin kuat. Kekuatan his yang semakin kuat

(5)

dan mengejan dapat mendorong kepala bayi sehingga vagina terbuka dan tampak ubun-ubun kecil, sehingga segera dilakukan pertolongan dengan 60 langkah APN.

Kala III pada Ny “E” berlangsung selama ±10 menit plasenta lahir lengkap dan tidak terjadi komplikasi pada kala III. Menurut Sondakh, 2013 kala III dimulai segera bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda pelepasan plasenta meliputi: uterus yang bundar, uterus terdorong keatas, tali pusat bertambah panjang dan semburan darah tiba-tiba. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan pada Ny “E” kala III berlangsung selama ±10 menit dimulai dari bayi baru lahir sampai dengan lahirnya plasenta, pada Ny “E” pelepasan plasenta berlangsung ± 10 menit dikarenakan pada saat itu sudah muncul tanda-tanda uterus yang bundar, dan ketika dilakukan peregangan plasenta tali pusat bertambah panjang dan adanya semburan darah tiba-tiba, dan karena adanya tanda-tanda tersebut maka plasenta segera dilahirkandan.

Pada Ny “E” kala IV dilakukan observasi pada 2 jam pertama post partum yaitu, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, suhu 37 ºC dan pernafasan 20 x/menit. Kontraksi uterus keras, fluxus ± 50cc. Menurut teori Lailiyana, 2011 Kala IV dilakukan observasi 2 jam pertama post partum yang meliputi : kesadaran pasien, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan. Kala IV pada Ny “E” dilakukan observasi selama 2 jam, dan yang dinilai adalah keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, kontraksi uterus, pengeluaran darah. Kondisi ibu pada observasi 2 jam post partum berada dalam keadaan normal dan tidak terjadi komplikasi pada saat 2 jam post partum.

HB pada Ny”E” adalah 9,8 gr% pada kehamilan TM II. Menurut Sarwono P, 2002anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin <11 gr% pada TM I dan III atau kadar <10,5 gr% pada TM II, karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada TM II.Hb 11 gr% tidak anemia, Hb 9-10 gr% Anemia Ringan, Hb 7-8 gr% Anemia Sedang, Hb <7 gr% Anemia Berat, jika seorang ibu hamil memiliki Hb rendah, maka ia rentan terhadap abortus, kelahiran prematur, inersian uteri, atonia uteri, syok, infeksi saat persalinan atau infeksipascabersalin.. Berdasarkan teori di atas menunjukkan bahwa Ny “E” tergolong dalam Anemia ringan karena Hb nya 9,8 gr%.

Jumlah darah NY “E” saat persalinan ± 250 cc. Menurut Margareth ZH, 2013 atonia uteri adalah suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan. Dan yang terjadi pada Ny “E” tidak demikian karena jumlah perdarahan pada persalinan ± 250 cc.

Dari pengkajian yang diperoleh dari Ny”E” pada tanggal 03 April 2017 jam ke 6 post partum, keluhan yang dirasakan ibu adalah perutnya mulas. Menurut Vivian, 2014 keluhan - keluhan yang biasanya dirasakan pada ibu nifas yaitu :mules karena proses involusi, nyeri pada luka jahitan perineum, payudara terasa penuh, konstipasi. Dalam hal ini membuktikan bahwa keluhan yang dirasakan adalah mules pada perut, hal ini termasuk dalam hal yang fisiologis karena proses involusi dalam waktu 6 jam post partum.

Tinggi fundus uteri Ny “E” pada 6 jam post partum menunjukkan 2 jari dibawah pusat. Pada 6 hari post partum yaitu pada pertengahan pusat dan simpisis. Pada 2 minggu post partum TFU kembali seperti sebelum hamil. Munurut Bahiyatun, 2013 yang mengatakan bahwa tinggi fundus uteri pada 1 hari post partum : setinggi pusat. Pada 6 hari post partum : pertengahan pusat dan simpisis. Pada 12 hari post partum : sudah kembali seperti semula. Dari uraian teori dan fakta diatas tinggi fundus uteri Ny “E” selama 6 jam post partum adalah 2 jari dibawah pusat, hal ini bertentangan dengan teori bahiyatun yang mengatakan tinggi fundus uteri pada 1 hari post partum : setinggi pusat, pada kasus Ny “E” tinggi fundus uteri berada 2 jari di bawah pusat di karenakan kontraksi uterus berjalan baik dan keras. Pada 6 hari post partum TFU Ny “E” sesuai dengan teori bahiyatun, 2013, namun pada kunjungan 2 minggu post partum di temukan fakta bahwa tinggi fundus uteri ibu sudah kembali seperti belum hamil, hal ini berbeda dengan teori

(6)

bahiyatun, 2013 yang mengatakan bahwa tinggi fundus uteri sudah kembali seperti semula pada 12 hari post partum, tinggi fundus uteri Ny “E” pada 12 hari post partum belum kembali seperti semula bisa dikarenakan pengeluaran lochea yang tidak lancar/ tidak sesuai.

Pada 6 jam post partum lochea Ny “E” masih dalam lochea rubra warna merah dan pada 6 hari keluar lochea serosa warnanya kuning kecoklatan, sedangkan pada 2 minggu post partum lochea Ny”E” masih lochea serosa. Menurut Vivian nanny, 2014 yang menyebutkan bahwa lokia rubra/merah: muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masapostpartum. Warnanya merah becampur darah.Lokia serosa: muncul pada hari ke 6– 9 postpartum. Warnanya biasanya kenuningan atau kecoklatan. Lochea yang muncul pada hari ke 10 adalah lochea alba. Menurut Margareth, 2013 Kalau lochea tetep berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau involusi nyang kurang sempurna yang sering disebut retroflexio uteri. Menurut Sidabutar, 2014 Beberapa faktor predisposisi terjadinya infeksi masa nifas yaitu kurang gizi atau malnutrisi, anemia, higiene, kelelahan, proses persalinan bermasalah seperti: partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan. Faktor-faktor yang dapat juga berpengaruh pada penyembuhan luka yaitu karakteristik ibu (umur, pendidikan, paritas), faktor penyakit, budaya , nutrisi,personal hygiene, dan lingkungan. Dari uraian tersebut, pengeluaran lochea pada 6 jam post patum dalam keadaan normal karena mengeluarkan lochea rubra, pada 6 hari post partum lochea juga di kategorikan normal yaitu mengeluarkan lochea serosa, dan pada 14 hari post partum loche juga di kategorikan normal yaitu lochea alba.

Ibu sudah sarapan 1 kali dengan porsi sedang 1 piring nasi dengan lauk sayur dan 1 gelas teh hangat dan meminum obat yang diberikan bidan. Menurut Bahiyatun, 2009Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan untuk memulai proses laktasi. Asupan kalori yang dibutuhkan per-hari 500 kalori dan dapat ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan per-hari ditingkatkan sampai 3000 ml dengan asupan susu 1000 ml. Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran. Gizi ibu nifas dibutuhkan untuk memproduksi ASI dan memulihkan kesehatan ibu. Dari uraian tersebut pemenuhan nutrisi ibu sudah dikatakan tercukupi meskipun ibu tidak minum susu.

Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya, ibu mengatakan ingin merawat bayinya sendiri. Menurut Priyanti, 2013 ibu nifas akan mengalami beberapa perubahan diantaranya perubahan psikologis, jika ibu nifas tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut maka akan mengalami postpartum blues. Pendapat Kasdu, 2003, bahwa dari beberapa penelitian didapat sekitar 50% ibu yang setelah melahirkan mengalmi depresi post partum dan lebih dari 50% hingga 80% ibu akan mengalami perasaan sedih setelah melahirkan atau sering disebut dengan postpartum blues. Dari uraian tersebut membuktikan bahwa tidak semua ibu setelah melahirkan normal mengalami post partum blues.

Pekerjaan merupakan bentuk usaha untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan.Ibu yang bekerja mempunyai lingkungan yang lebih luas dan informasi yang di dapatpun lebih banyak sehingga dapat merubah perilaku-perilaku positif Notoatmodjo, 2010. Syalfina, 2016 tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan lama penyembuhan luka perineum yang lambat dan normal pada responden yang bekerja memiliki proporsi yang sama dan tidak ada perbedaan penyembuhan luka perineum yang bekerja dan tidak bekerja.

Pada saat pemeriksaan suhu By Ny “E” suhu tubuhnya antara 36,7-37 ˚C . Pada Denyut jantung antara 140-150 x/menit dan pernafasan bayi antara 30-50 x/menit. Menurut Sondakh, 2013 Ukuran normal suhu 36,5 sampai 37,5 ˚C. Denyut jantung baru lahir normal antara 100-160x/menit. Pernapasan BBL normal 30-60x/menit.Hal tersebut membuktikan bahwa suhu bayi dalam keadaan normal, karena pada setiap kunjungan

(7)

suhu tubuh bayi berkisar antara 36,7-37 ˚C, denyut jantung bayi juga dikategorikan normal, karena pada setiap kunjungan denyut jantung bayi berkisar antara 140-144 x/menit dengan batasan normalnya adalah 100-160 x/menit, sehingga suhu tubuh dan denyut jantung bayi selama kunjungan pertama sampai ketiga dalam keadaan normal dan tidak muncul adanya komplikasi.

Pada saat selesai persalinan bayi langsung di IMD pada ibu, bayi bisa menemukan putting susu ibu. Menurut Manuaba, 2010 pemberian ASI segera dan selama dua tahun dapat meningkatkan kesehatan dan tumbuh kembang bayi maupun perkembangan kejiwaan ibu dan bayi. Bayi Ny “E” menyusu kuat dan hanya menyusu ASI saja tanpa tambahan susu formula, bayi lebih tenang saat berada di dekat ibu tidak rewel hal ini menunjukkan bahwa teori dan fakta yang di dapat benar bahwa pemberian ASI segera dapat meningkatkan perkembangan kejiwaan antara ibu dan bayi.

Pada saat hamil Ny “E” melakukan ANC ± 9 kali teratur di bidan. Menurut Syalfina, 2015 Kualitas antenatal care dilihat dari frekuensi dan keteraturan kunjungan pemeriksaan kehamilan responden yang melahirkan bayi asfiksia lebih rendah dibandingkan ibu yang melahirkan bayi non asfiksia. Hal ini dikarenakan pemeriksaan antenatal care responden yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas kunjungan antenatal care yang dilakukan teratur dengan frekuensi 4-8 kali selama kehamilan, sedangkan pemeriksaan antenatal care dari responden yang melahirkan bayi non asfiksia mayoritas kunjungan antenatal care teratur dengan frekuensi lebih dari 8 kali selama kehamilan. Dari uraian tersebut membuktikan bahwa benar frekuensi ANC yang lebih dari 8 kali pada kehamilan tidak melahirkan bayi dengan asfiksia .

Dari data pengkajian pada Ny “E”, ibu memilih untuk menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan. Menurut Saifuddin, 2006 yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi : Hamil atau di duga hamil, Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan, Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, Usia > 35 tahun yang merokok. Suntik progestin mempunyai Keuntungan : Tidak berpengaruh terhadap ASI, Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse. Yang boleh menggunakan Implant:Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi,Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi. Yang dapat menggunakan AKDR: Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi Yang dapat menjalani tubektomi : Usia > 26, Paritas > 2, Yakin telah mempunyai keluarga besar yang sesuai dengan kehendaknya. Dalam kasus ini Ny “E” usia 22 tahun masih menyusui dan KB yang sangat disarankan adalah Suntikan progestin (suntik 3 bulan) karena tidak berpengaruh pada ASI.

Ny “E” mengatakan ingin menggukan KB Suntik 3 bulan. Menurut Priyanti, 2013 Adanya suatu pengaruh lama pemakaian dan kejdian melasma pada akseptor KB ini dipengaruhi oleh beberapa factor salah satunya adalah usia, dimana semakin tua usia maka kompensasi hormone pada tubuh juga berkurang, Pemakaian alat kontrasepsi yang lama ini juga mempengaruhi sirkulasi hormone di dalam tubuh, karena penumpukan hormone ini akan mempengaruhi kerja dari hormone melanosit. Jacoeb,1994 Melasma disebabkan oleh adanya peningkatan kadar DMPA pada serum yaitu kenaikan konsentrasi progesterone sehingga merangsang pembentukan melanosit, melanososn mengandung biokroma coklat yang disebut melamin, jumlah melamin menentukan warna kulit dan ditunjang oleh sinar matahari yang meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin. Dari urian tersebut tidak ada masalah karena Ny “E” masih baru menggunakan KB Suntik 3 bulan dan Ny “E” sudah tau efek samping penggunaan KB Suntik 3 bulan jika di gunakan jangka panjang dan akan menggunakan KB yang lain jika sudah dirasa cukup waktu penggunaan KB Suntik 3 bulan.

SIMPULAN

1. Asuhan secara continuity of care pada Ny “E” di wilayah kerja Puskesmas Dlanggu, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa masa kehamilan Ny “E” berjalan

(8)

normal. Meskipun terdapat keluhan nyeri pinggang dan sering kencing, akan tetapi dapat diatasi oleh ibu setelah berkonsultasi dengan bidan.

2. Asuhan persalinan pada Ny”E” P10001 usia kehamilan 40 minggu, proses persalinan berlangsung normal, kala I para primigravida normalnya terjadi selama ± 12 jam, kala I pada Ny “E” terjadi selama ± 6 jam, terhitung dari pembukaan 4-10cm, pemantauan kala II, III, dan IV dilakuan sesuai dengan partograf dan APN 60 langkah. Tidak ada penyulit-penyulit yang terjadi pada proses persalinan.

3. Asuhan masa nifas pada Ny “E” P10001sesuai dengan yang diharapkan yaitu1 berlangsung normal. Keluhan ibu hanya dirasakan setelah melahirkan, yaitu after pain, yang merupakan hal fisiologis pada ibu pasca melahirkan.

4. Pada kunjungan neonatus by Ny “E” tidak mengalami keluhan apapun bayi menyusu kuat tidak kuning karena setiap pagi bayi dijemur sekitar jam 07.00 – 08.00 pagi.

5. Asuhan kontrasepsi pada Ny “E” P10001 ibu tidak ingin menggunakan KB IUD, Implant, Suntik 1 bulan, dan lebih memilih untuk menggunakan KB suntik 3 bulan setelah masa nifas selesai (sebelum melakukan hubungan seksual).

REKOMENDASI 1. Saran untuk institusi

Asuhan kebidanan ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, serta bahan penerapan asuhan kebidanan dalam continuity of care terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi, serta dapat digunakam sebagai bahan reverensi dan perbandingan untuk laporan tugas akhir selanjutnya. 2. Saran untuk tempat penelitian

Dengan ini para bidan dapat meningkatkan kualitas pelayana KIA, khususnya dalam memberikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis serta asuhan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi dalam batasan continuity of care.

3. Bagi Penulis

Lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan praktik dalam melakukan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien

4. Bagi Klien

Lebih mendapat pengetahuan dalam merawat bayinya sehingga status kesehatan nya dapat lebih baik lagi.

Alamat Coresponden : Dsn. Genitri Lor Ds. Kaliboto Lor Kec. Jatiroto Kab. Lumajang Email : nanisetyowati05@gmail.com

No telp : 081280047553 DAFTAR PUSTAKA

Erliana, L. K. 2013. Medical Journal of Lampung Unervisity . Fraser, d., & copper, 2009. buku ajar bidan edisi 14. jakarta: EGC. Hutahaean. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI 2014.

Lochart Anita, S. L. 2014. Buku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC. Manuaba, I. 2010. Ilmu Kebidanan Penyulit pada Neonatus. Jakarta: EGC.

Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Setyo, M. P. 2012. Pemerataan determinan Angka Kematian Bayi Di Jawa Timur. Jakarta.

(9)

Vivian Nanny Lia D, T. s. 2014. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Yasi Anggasari, N. K. 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Margareth ZH, I. S. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas dilengkapi dengan patologi. Jl. Sadewa No 1 Sorowajan Baru, Yogyakarta: Nuha Medika.

Lailiyana dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Bahiyatun. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal . Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Sondakh, J. J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Malang: Penerbit Erlangga.

Priyanti, S. (2016). Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Terhadap Kejadian Melasma Di Desa Karangjeruk Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. HOSPITAL MAJAPAHIT VOL 8 NO. 2 NOPEMBER 2016 , Vol 8 No. 2.

Priyanti, S. (2013). Pengaruh Cara Persalinan Terhadap Terjadinya Pospartum Blues Di RSUD RA. BASOENI Kabupaten Mojokerto. Thesis S2 IKM UNAIR.

Syalfina, A. D. (2016). Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas. PROSDING IAKMI JABAR ISBN: 978-602-19582-7-8. Syalfina, A. D. (2015). Analisis Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Asfiksia Neonatorium. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol 3, No. 3 September 2015: 265-276 .

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Pada tahun 2016, Total Assets Turnover Ratio tahun 2012 yang diperoleh perusahaan sebesar 1,00 kali menunjukkan bahwa manajemen mampu memutar aset perusahaan sebanyak 1,00

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Desain dalam pembelajaran sejarah Indonesia di SMK Bakti Karya

Modul yang dijelaskan diatas merupakan salah satu koneksi SAP r/3 menggunakan bahasa pemrograman lain, masih banyak sekali bahasa pemrograman lainnya yang dapat berhubungan dengan

Cara ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Penentuan Harga Pokok Penjualan yang akan penulis

Semakin banyak perusahaan melakukan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan tentunya dengan memilih risiko yang terkecil, hal ini akan bertujuan untuk

Kata Sandang (di depan huruf syamsiah dan qamariah) Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا namun dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan

Sedangkan triangulasi metode akan dilakukan dengan mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari berbagai teknik pengumpulan data yang digunakan