1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam dunia bisnis dan ekonomi, fungsi pasar modal mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Peran pasar modal semakin penting dan mekanisme pasar memiliki peran yang sangat menentukan. Untuk itu pasar modal diharap dapat berfungsi secara optimal dalam menarik investor dalam negeri maupun luar negeri.
Perkembangan pasar modal di Indonesia telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Dengan semakin berkembangnya pasar modal menunjukkan bahwa kepercayaan pemodal
akan
investasi di pasar modal Indonesia cukup baik. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi. Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal berfungsi sebagai salah satu sistem mobilitas dana jangka panjang yang efisien bagi pemerintah.Ada beberapa daya tarik dari pasar modal, yaitu: (1) diharap pasar modal akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan, (2) pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka, (3) pasar modal dapat mengumpulkan dana buk:an hanya dengan cara hutang, ak:an tetapi juga dengan
cara ikut serta dalam permodalan, sehingga rasio hutang terhadap modal dapat dibuat seefisien mungkin.
Keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) permintaan sekuritas, (2) penawaran sekuritas, (3) kondisi politik dan ekonomi, (4) masalah hukum dan peraturan, (5) keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien (Husnan, 2005:8).
Para investor sangat membutuhkan keputusan yang tepat, tidaklah mengherankan kalau kebutuhan informasi pasar modal terus berkembang pesat. Informasi yang diperoleh dari kondisi intern perusahaan (informasi fundamental) sangat dibutuhkan investor. Darmadji (20 11: 149) menyatakan bahwa analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi industri suatu perusahaan. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi ni1ai suatu saham. Informasi yang diperoleh dari kondisi intern perusahaan yang lazim digunakan adalah informasi laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tahunan adalah dokumen paling penting dan paling lengkap yang dilaporkan oleh perusahaan (Wira, 2014:67).
Publikasi laporan keuangan perusahaan (emit en) merupakan saat-saat yang ditunggu oleh para investor di pasar modal untuk dapat mengetahui perkembangan emiten serta dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk membeli atau menjual saham-saham yang dimiliki.
Berdasarkan penelitian terdahulu, rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk menjelaskan kekuatan
dan
kelemahan keuangan perusahaan serta mempunyai kekuatan untuk memprediksi harga ataureturn
saham di pasar modal. Wira (2014:82) mengelompokkan rasio keuangan tersebut ke dalam lima (5) jenis yaituprofitability ratio, liquidity ratio, activity/ efficiency ratio, debt/ leveraging
ratio, market ratio.
Semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari rasio-rasionya maka semakin tinggireturn
saham perusahaan.Reaksi pasar modal dapat diukur dengan menggunakan
return
sebagai nilai perubahan harga saham atau dengan menggunakanabnormal return
(Jogiyanto dalam Wahyuningsih, 2007). Terdapat dua faktor yang mempengaruhireturn
suatu investasi yaitu pertama, faktor internal perusahaan seperti kualitas
dan
reputasi manajemen, struktur permodalan, dan struktur hutang perusahaan, kedua adalah menyangkut faktor ekstemal, misalnya pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industri, dan faktor ekonomi misalnya inflasi dan suku bunga (Ang dalam Faried, 2008).Return
saham adalah merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2008:195).Return
saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Semakin tinggi risiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan(return)
yang diisyaratkan oleh investor. Dengan demikian jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham juga meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 2005:309).Dengan melihat betapa pentingnya mengkaji return saham dalam berinvestasi, maka penelitian ini bermaksud untuk melanjutkan penelitian mengenai faktor-faktor yang diduga mempengaruhi return saham, yaitu faktor fundamental perusahaan direfleksi dengan debt to equity ratio (DER), price to book value (PBV), return on assets (ROA), ukuran (size) perusahaan, ta.k.tor ekonomi makro yang direfleksi dengan inflasi dan suku bunga, serta faktor modal intelektual perusahaan.
Triayuningsih (2003) dalam penelitiannya membuktikan bahwa debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS), price to book value (PBV), total aset,
kurs,
inflasi,dan
suku bunga dapat digunakan untuk memprediksi return saham. Hasibuan (2009) menguji karateristik perusahaandan
ekonomi makro terhadap return saham LQ-45 dan hasil penelitian menlllliukkan bahwa price to book value (PBV), inflasi, kurs berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan ukuran perusahaan, earning per share, provitabilitas, leverage tidak berpengaruh terhadap return saham.Utami dan Rahayu (2003) melakukan penelitian dengan menggunakan variabel independen yaitu profitabilitas (ROA), suku bunga, inflasi, dan nilai tukar, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah return saham. Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi dan suku bunga mempunyai hubungan negatif terhadap harga saham, sedangkan ROA dan nilai tukar rupiah mempunyai hubungan yang positif terhadap return saham.
Penelitian lain yang terkait dengan pengaruh faktor fundamental terhadap return saham adalah penelitian yang dilakukan oleh Suwandi (2003) dan Subalno
(2009) yang menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return saham.
Octasari (2006), meneliti tentang pengaruh faktor fundamental dan faktor ekonomi makro terhadap return saham pada perusahaan properti pada tahun 2000-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja faktor fundamental yang diukur melalui PBV, DER, dan ROA signifikan digunakan oleh investor untuk memprediksi return saham perusahaan properti yang listing di BEJ pada periode penelitian tahun 2000-2004.
Hasil penelitian Utami dan Rahayu (2003), Ambrose (2009), dan Prihatini (2009) menunjukkan bahwa ROA mempunyai hubungan yang positif terhadap return saham. Chozaemah (2004) juga menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan Octasari (2006) dan Hasibuan (2009) membuktikan bahwa faktor price to book value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian Wahyudi (2003) juga menyatakan bahwa price to book Value (PBV) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat kembalian (return) pada pasca penawaran umum perdana. Kenaikan nilai PBV akan berpengaruh positif terhadap harga saham, sehingga return saham diharapkan juga dapat meningkat.
Penelitian ini juga memasukkan variabel ukuran perusahaaan (size) sebagai proksi untuk mengukur apakah perusahaan besar dianggap lebih mampu menghasilkan profit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Triayuningsih (2003), menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap
returnsaham.
Sementara itu, Samsul (2006) menyatakan pula bahwa faktor ekonomi
makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai
pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara
langsung maupun
tidak langsung. Perkembangan yang terjadi pada berbagai
variabel ekonomi suatu negara akan memberi pengaruh pada pasar modal.
Demikian pula halnya dengan inflasi, tingkat inflasi yang tinggi biasanya
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas
(overheated).Artinya,
kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas
penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang
(purchasing power of money).Disamping itu, inflasi yang tinggi juga dapat
mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.
Lestari (2005), meneliti tentang pengaruh variabel makro terhadap
returnsaham di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan pendekatan beberapa model.
V ariabel independen yang digunakan terdiri atas tingkat bunga, inflasi, dan kurs
dollar Amerika. Sedangkan variabel dependennya adalah
returnsaham. Data yang
digunakan untuk estimasi adalah data
time seriesbulanan dengan mengambil
sampel mulai tahun 1998-2003. Metode analisis menggunakan beberapa model
yaitu model linier klasik, model
autoregressive,dan model kausalitas Granger.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel makro berpengaruh cuk:up
signifikan terhadap fluktuasi harga saham, berarti penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa variabel makro mempengaruhi
return
saham.Selanjutnya, penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan
return
saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2004) menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat protitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi paratrader
di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut. Inflasi secara langsung mempengaruhi kinerja (menurunkan laba) perusahaan di sektor riil, karena meningkatkan biaya produksi, serta menurunkan daya beli masyarakat (Novis, 2003). Laju inflasi yang tinggi akan menjadi beban yang berat bagi perusahaan untuk menghasilkan timbal hasilreturn
saham bagi pemilik saham dan ini akan menyebabkanreturn
saham menurun(capital loss)
(Juliah, 2009).Salah satu variabel ekonomi yang selama ini juga dipercaya terkait secara cukup kuat terhadap kinerja pasar modal Indonesia adalah perubahan tingkat suku bunga. Suku bunga yang meningkat akan menyebabkan investor beralih menanamkan dananya pada deposito berjangka dan juga mengakibatkan konsumen menunda keputusan konsumsi atas barang kebutuhan sekunder, hal ini akan menyebabkan merosotnya nilai penjualan perusahaan, sehingga profit akan mengalami penurunan dan nilai sahamjuga akan menurun (Hartono, 2008).
Kaitan antara suku bunga dan
return
saham dikemukakan oleh Sunariyah (2011:23) yang menyatakan bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh beberapa thlctor, salah satunya adalah suku bunga. Hal tersebut didukung puladengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) yang menemukan secara empiris pengaruh suku bunga terhadap harga saham selama masa krisis di Indonesia.
Dewasa ini perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi intormasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang menyebabkan ban yak perusahaan juga mengubah cara menjalankan bisnis. Perekonomian global ditandai dengan munculnya industri-industri baru yang berbasis pengetahuan. Basis pertumbuhan perusahaan berubah dari bisnis yang berdasarkan tenaga keija (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business). Labor-(knowledge-based business memegang prinsip perusahaan padat karya, dalam artian semakin banyak karyawan yang dimiliki perusahaan maka akan meningkatkan produktivitas perusahaan sehingga perusahaan dapat berkembang. Sedangkan perusahaan yang menerapkan knowledge based business akan menciptakan suatu cara untuk mengelola pengetahuan (manajemen pengetahuan) sebagai sarana untuk memperoleh penghasilan perusahaan.
Agar dapat terus bertahan dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang berdasarkan labor based business (tenaga ketja) ke arah knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan) dan karakteristik utamanya adalah ilmu pengetahuan. Dengan penerapan knowledge based business, maka penciptaan nilai perusahaan akan berubah. Berkembangnya perusahaan akan bergantung pada bagaimana kemampuan manajemen untuk
mengolah swnber daya perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan sehingga ak.an memberi keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan.
Dengan kata lain terdapat fenomena pergeseran tipe masyarak.at dari masyarak.at industrialis dan jasa ke masyarak.at pengetahuan. Oleh karena itu dalam menciptakan nilai (value creation), fokus bergeser dari pemanfaatan aset-aset individual menjadi sekelompok aset-aset yang sebagian utamanya adalah ak.tiva tidak. berwujud, yaitu modal intelektual (intellectual capital) atau modal pengetahuan (knowledge capital) yang melekat dalam ketrampilan, pengetahuan, pengalaman, serta dalam sistem dan prosedur organisasional (Purnomosidhi, 2006). Masa depan dan prospek organisasi kemudian akan bergantung pada bagaimana kemampuan manajemen untuk mendayagunak.an the hidden value (nilai-nilai yang tidak tampak) dari aset tidak berwujud (Ikhsan dalam Astuti dan Sabeni, 2005).
Di Indonesia, fenomena modal intelektual atau Intellectual Capital (IC) mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang aset tak berwujud. Meskipun tidak dinyatak.an secara eksplisit sebagai Intellectual Capital, namun lebih kurang Intellectual Capital telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No. 19, aset tak berwuiud adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012).
Pengukuran Intellectual Capital (IC) dapat menggunak.an model yang dikembangkan oleh Pulic yaitu dengan menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coejjicient-VAIC™). Komponen utama dari VAIC™ dapat dilihat dari sumber
daya perusahaan, yaitu physical capital (V ACA-value added capital employed), human capital (V AHU-value added human capital), dan structural capital (STV A-structural capital value added).
Pentingnya informasi Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan oleh investor. Hal ini disebabkan informasi (V AIC™) dapat membantu investor untuk menilai kapabilitas perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa datang dengan lebih baik. Sinyal yang disampaikan oleh perusahaan melalui pengungkapan modal intelektual dapat mengurangi asimetri informasi. Semakin banyak item dalam indeks pengungkapan modal intelektual yang diungkapkan dalam prospektus perusahaan, maka akan semakin mempermudah calon investor untuk mengetahui prospek dan kinerja perusahaan secara keseluruhan, sehingga calon investor akan memberikan penilaian yang lebih tinggi pada perusahaan yang memperbanyak pengungkapan modal intelektual (Widarjo, 2011 ).
Abidin dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya produk-produk yang semakinfavourable di mata konsumen.
Di Indonesia, penelitian tentang (V AIC™) sudah banyak dilakukan, diantaranya telah dilakukan oleh Astuti dan Sabeni (2005) yang menguji hubungan (VAICTM) terhadap kinerja perusahaan di Jawa Tengah dengan menggunakan instrumen kuesioner yang dibangun oleh Bontis ( 1998a). Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa (1) human capital berhubungan positif dan signitikan dengan customer capital, (2) Human capital berhubungan positif dan signifikan dengan structural capital, (3) Customer capital berhubungan positif dan tidak signi:fikan dengan business performance, dan (4) Structural capital berhubungan positif dan signifikan dengan business performance. Penelitian ini merupakan replikasi terhadap penelitian Bontis et al. (2000) di Malaysia dengan modi:fikasi hubungan elemen-elemen Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) dan kinerja industri mengacu penelitian Bontis (1998b) di Kanada.
Widrujo (2011) men~ji pengaruh modal intelektual dan pengungkapan modal intelektual terhadap nilai perusahaan yang menunjukkan indikasi bahwa modal intelektual belum dianggap sebagai sumber daya yang utama dalam penciptaan nilai oleh perusahaan. Dari
hasil
penelitian ini, diharap perusahaan lebih memanfaatkan modal intelektual yang dimiliki dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan dan mempertimbangkan kualitas serta kuantitas pengungkapan modal intelektual dalam prospektus perusahaan sehingga dapat mengurangi asimetri informasi dan meningkatkan nilai perusahaan.Penelitian yang dilakukan oleh Asyik (20 11) menunjukkan bahwa variabel Value Added Intellectual Coefficient (V AIC™) (terdiri atas Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) mempunyai pengaruh yang signitikan terhadap kinerja keuangan (Return On Assets) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dari hasil penelitian-penelitian tersebut memberi indikasi adanya manfaat penting melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh thlctor fundamental oerusahaan. ekonomi makro. dan modal intelektual terhadap
.
~ ' return saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Triayuningsih (2003) dan Widarjo (2011) adalah terletak pada moditikasi variabel, lokasi penelitian, dan waktu penelitian. Sehingga berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental perusahaan (yang direfleksi oleh variabel debt to equity ratio (DER), price to book value (PBV), return on assets (ROA), size perusahaan), faktor ekonomi makro (yang direfleksi oleh variabel inflasi dan suku bunga), serta faktor modal intelektual (direfleksi oleh variabel Value Added Intellectual Coefficient (V AIC™)) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.1.2 Rumusan masalah
Penelitian yang akan dilakukan ini merujuk pada saran-saran peneliti sebelumnya yaitu, menambah sejumlah variabel independen, mengambil obyek yang berbeda, dan menambah rentang periode waktu penelitian, sehingga pertanyaan penelitian yang dirumuskan adalah:
a. Apakah faktor fundamental perusahaan (terdiri atas Debt to equity ratio, price to book value, return on assets, size perusahaan) mempengaruhi return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
b. Apakah ekonomi makro (terdiri atas inflasi dan suku bunga) mempengaruhi return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Etek Indonesia?
c. Apakah modal intelektual (Value Added Intellectual Coefficient (V AIC™)) mempengaruhi return saham pada perusahaan manutaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Men~ii pengaruh faktor fundamental perusahaan (terdiri atas Debt to equity
ratio, price to book value, return on assets, size perusahaan) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Menguji pengaruh ekonomi makro (terdiri atas inflasi dan suku bunga)
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c. Menguji pengaruh modal intelektual (Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoretis serta praktis antara lain:
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharap dapat memberi bukti empiris mengenai pengaruh faktor fundamental perusahaan, ekonomi makro, dan modal intelektual terhadap
return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut diharap dapat mendukung teori atau hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang sama di bidang pasar modal ataupun memberi pandangan dan wawasan baru yang akan mendukung keberadaan dan perkembangan teori mengenai pasar modal. b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat
digunakan
oleh (1) emiten, untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinetja keuangan perusahaan, (2) investor, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam menginvestasikan dananya pada sekuritas yang menghasilkan return saham yang optimal. Dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham diharap investor mampu menilai kinerja saham suatu perusahaan dan memprediksi return saham, (3) penulis, untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham, (4) pembaca dan peneliti lain, dapat digunakan sebagai referensi serta informasi mengenai return saham.1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mendapatkan return yang terbaik, maka seorang investor seharusnya memilih saham yang berfundamental baik, untuk mendapatkan saham berfundamental baik maka seorang investor disarankan untuk melakukan analisis fundamental, ekonomi makro, dan intellectual capital perusahaan. Analisis fundamental dapat dilihat melalui rasio dalam laporan keuangan perusahaan.
Rasio keuangan dapat dikelompokkan dalam lima ( 5) jenis yaitu: profitability ratio, liquidity ratio, activity/ efficiency ratio, debt/ leveraging ratio, market ratio. (Wira, 2014:82). Sedangkan untuk mengetahui kondisi ekonomi makro Indonesia, terdapat beberapa indikator penting yang perlu diketahui, yaitu antara lain Gross Domestic Product (GDP), inflasi, dan suku bunga.
Beragamnya rasio keuangan dan indikator dalam ekonomi makro, maka dalam penelitian ini, variabel penelitian yang dipilih adalah debt to equity ratio (DER), price to book value (PBV), return on assets (ROA), size perusahaan, inflasi, dan suku bunga.
Dewasa ini perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang menyebabkan banyak perusahaan juga mengubah cara menjalankan bisnis. Oleh karena itu penelitian ini juga memasukkan variabel value added intellectual coefficient
(V AIC™) sebagai indikator untuk mengukur intellectual capital perusahaan. Sehingga ruang lingkup dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis debt to equity ratio (DER), price to book value (PBV), return on assets (ROA), ukuran perusahaan, inflasi, suku bunga, dan value added intellectual coe.[(lcient
(V AIC™) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.