89
Dewi Alexander 1, Gemini Alam 1, dan Willem Kondar 2
1
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria) terhadap kadar asam urat pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rimpang temu putih terhadap kadar asam urat kelinci jantan yang diinduksi dengan kalium bromat (KBrO3) dengan dosis 111 mg/1,5kgBB. Sebanyak 15 ekor kelinci jantan dibagi ke
dalam 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 ekor. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif diberi Natrium CMC 1%, kelompok 2, 3, dan 4 diberi ekstrak rimpang temu putih dengan dosis berturut-turut 0,9 g; 1,8 g; dan 3,6 g/1,5kgBB. Kelompok 5 sebagai kontrol positif diberi allopurinol 7mg/1,5 kgBB. Masing-masing kelompok diinduksi kalium bromat (KBrO3) 111 mg/kgBB dan dibiarkan selama 72 jam
kemudian dilakukan pengambilan darah setelah 1 jam dan 3 jam perlakuan. Hasil analisis statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) diperoleh bahwa pemberian ekstrak etanol rimpang temu putih secara signifikan berpengaruh dalam menurunkan kadar asam urat dengan dosis 3,6 g/1,5 kgBB memberikan efek yang sangat nyata..
Kata kunci : rimpang temu putih, kadar asam urat, kelinci
PENDAHULUAN
Asam urat merupakan produksi akhir dari metabolisme purin pada manusia. Asam urat di-hasilkan oleh setiap makhluk hidup sebagai hasil dari proses metabolisme sel yang berfungsi untuk memelihara kelangsungan hidup. Purin dapat ber-asal dari metabolisme dalam tubuh disebut faktor endogen (genetik) dan berasal dari luar tubuh disebut faktor eksogen (makanan). Pada mamalia asam urat dibentuk menjadi allantoin dan karbon-dioksida oleh enzim urikase. Allantoin adalah kom-ponen yang sangat mudah larut dan sangat mudah diekskresi melalui urin (1,2).
Kadar asam urat dalam serum merupakan hasil keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Ketika terjadi ketidakseimbangan kedua proses tersebut maka terjadi keadaan hiperurisemia yang menimbulkan hipersaturasi asam urat yaitu kelarut-an asam urat dalam serum ykelarut-ang telah melewati ambang batasnya yang merangsang penimbunan urat dalam bentuk garamnya terutama monoso-dium urat diberbagai jaringan (3,4).
Allopurinol merupakan salah satu pilihan obat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat darah. Allopurinol bekerja dengan cara menghambat enzim xantin oksidase untuk mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjut-nya menjadi asam urat. Efek samping yang sering terjadi yaitu reaksi alergi pada kulit, demam, dan lain-lain (5).
Mengingat banyak efek samping yang di-timbulkan dari obat-obat sintetik, maka muncul ke-cenderungan dari masyarakat untuk menggunakan tanaman obat tradisional. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar asam urat adalah defisiensi serta hambatan aktivitas enzim oxidase dalam pembentukan asam urat sehingga akan mengurangi kadar asam urat. Tanaman yang mengandung senyawa yang memi-liki aktivitas sebagai antioksidan dapat mengham-bat kerja enzim xantin oksidase sehingga asam urat tidak terbentuk (6).
Produk pertanian yang cukup banyak di Indonesia dan berkhasiat sebagai antioksidan adalah temu putih (Curcuma zedoaria). Tanaman ini banyak digunakan sebagai bahan obat dan merupakan tanaman pekarangan yang termasuk dalam salah satu tanaman apotik hidup yang mudah ditanam pada berbagai tempat (6,7).
Rimpang temu putih mengandung 1,0 - 2,5 % minyak atsiri yang terdiri dari monoterpen yang berkhasiat sebagai antineoplastik (antikanker) dan telah terbukti dapat menonaktifkan pertumbuhan sel kanker payudara dan seskuiterpen sebagai komponen utamanya. Minyak atsiri tersebut mengandung lebih dari 20 komponen, di antaranya kurzerenon (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar, kurkumin yang berkhasiat sebagai anti-radang dan antioksidan yang dapat mencegah kerusakan gen, epikurminol yang berkhasiat seba-gai antitumor, kurkuminol yang berkhasiat sebaseba-gai
hepatoprotektor (pelindung hati), dan zingiberen. Selain minyak atsiri, dalam temu putih juga terkandung zat pati, damar, mineral, lemak, sapo-nin, flavonoid, polifenol, dan triterpenoid (7,8).
Berdasarkan pemanfaatan dan kandungan senyawa kimia dari rimpang temu putih, maka dalam penelitian ini dilakukan uji pengaruh ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria) terhadap kadar asam urat kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang sebelumnya diinduksi dengan kalium bromat (KBrO3) dengan dosis 111 mg/1,5 kg bobot badan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek me-nurunkan kadar asam urat dari pemberian rimpang temu putih (Curcuma zedoaria).
METODE PENELITIAN
Pengambilan dan Penyiapan Sampel
Sampel rimpang temu putih diperoleh dari Kecamatan Panaikang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Rimpang temu putih dibersihkan dengan air mengalir, kemudian dipotong kecil-kecil, lalu dikeringkan pada udara terbuka dan ter-lindung dari sinar matahari secara langsung. Sam-pel yang kering diserbukkan dengan derajat halus 4/18 atau setara dengan ukuran 0,14 – 0,64 cm.
Determinasi Tumbuhan
Tanaman temu putih yang masih segar di-amati bentuk daun, batang, dan rimpangnya kemu-dian disesuaikan dengan kunci determinasi pada Buku Flora of Java (9). Determinasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Penyiapan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih
Sampel sebanyak 600 g dimasukkan ke dalam bejana maserasi dan direndam dengan etanol 70% sebanyak 300 ml selama 5 hari sambil sesekali diaduk. Wadah maserasi ditutup rapat, di-simpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Ekstrak yang di-peroleh selanjutnya diuapkan sehingga didi-peroleh ekstrak kental.
Penyiapan Larutan Koloidal Natrium CMC 1 %
Natrium CMC sebanyak 1 g dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam air suling panas (70C) sambil diaduk dengan pengaduk elektrik hingga terbentuk larutan koloidal dan volumenya dicukupkan hingga 100 ml dengan air suling dalam gelas piala.
Penyiapan Suspensi Allopurinol
Sebanyak 20 tablet allopurinol ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya, kemudian tablet digerus hingga menjadi serbuk. Sebanyak 255,2
mg serbuk tablet (setara dengan 58 mg allopurinol) dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian ditam-bah larutan koloidal Natrium CMC 1% b/v sedikit demi sedikit dan digerus sampai homogen, lalu di-masukkan ke labu tentukur 100 ml dan volumenya dicukupkan dengan Natrium CMC 1% b/v.
Pembuatan Suspensi Ekstrak
Ekstrak rimpang temu putih akan diberikan dalam 3 variasi dosis yaitu 0,9 g; 1,8 g; dan 3,6 g per 1,5 kg bobot badan. Dosis dibuat dalam 3 se-diaan suspensi masing-masing dengan konsentra-si 7,5%, 15%, dan 30%. Untuk membuat suspenkonsentra-si ekstrak dengan konsentrasi 7,5%, sebanyak 1,5 g ekstrak digerus dalam lumpang, ditambah larutan koloidal natrium CMC 1% sedikit demi sedikit sam-bil digerus hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur dan volumenya dicukupkan hingga 20 ml. Untuk membuat suspensi ekstrak dengan konsentrasi 15%, dan 30%, diperlukan ekstrak masing-masing 3 g dan 6 g untuk 20 ml.
Pemilihan dan Penyediaan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah kelinci (Oryctolagus cuniculus) jantan yang sehat, bobot badan 1,5 – 2,5 kg. Kelinci yang digunakan seba-nyak 15 ekor dan dibagi ke dalam 5 kelompok per-lakuan, dengan tiap kelompok terdiri atas 3 ekor. Hewan diadaptasikan dengan lingkungan sekitar selama 2 minggu, lalu ditimbang untuk mengetahui bobot badannya.
Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Hewan dikelompokkan secara acak, dan dipuasakan selama 8 jam, kemudian bobot badan-nya ditimbang dan kadar asam urat darah awal di-ukur. Kenaikan kadar asam urat diinduksi dengan pemberian KBrO3 seperti yang dilakukan oleh
Watanabe, dkk (10), dengan dosis per oral 111 mg/1,5 kg bobot badan, lalu dibiarkan selama 72 jam, kemudian darahnya diambil melalui pembuluh vena marginalis untuk mengukur kadar asam urat terinduksi. Selanjutnya hewan diberi sediaan uji berdasarkan kelompoknya. Kelompok 1 (kontrol negatif) diberi natrium CMC 1%, kelompok 2 diberi ekstrak temu putih 1,5 g, kelompok 3 diberi ekstrak temu putih 3 g, dan kelompok 4 diberi ekstrak temu putih 6 g, serta kelompok 5 diberi suspensi allo-purinol 7 mg/1,5 kg bobot badan. Masing-masing sediaan uji diberikan dengan volume pemberian 20 ml/2,5 kg bobot badan.
Pengukuran Kadar Asam Urat
Pengambilan darah dilakukan dari masing-masing kelinci pada tiap kelompok. Pengambilan darah pertama kali dilakukan sebelum semua kelinci diberi perlakuan. Pengambilan darah yang kedua dilakukan setelah semua kelinci diinduksi dengan KBrO3. Pengambilan darah yang ketiga
dilakukan setelah pemberian sediaan uji. Cuplikan darah yang diperoleh disentrifus selama 30 menit, dan diperoleh larutan supernatan yang kemudian diukur kadar asam uratnya dengan humalyzer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 600 g sampel kering rimpang temu putih yang diekstraksi dengan etanol, diperoleh 41 gram ekstrak kental, sehingga diperoleh rendemen sebagai berikut : Rendemen = 6,8 %
Sedangkan hasil pengamatan kadar asam urat akibat pemberian ekstrak rimpang temu putih dibandingkan dengan kontrol natrium CMC dan alopurinol (7 mg/kgBB) pada kelinci, disajikan pada tabel 1 dan gambar 1.
Tabel 1. Data Perubahan Kadar Asam Urat Pada Kelinci Yang Diberi Perlakuan Dengan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria) dibandingkan dengan kontrol
Perlakuan / Dosis
Ulang-an
Kadar asam urat (mg/dl) Penurun-an kadar setelah 3 jam Awal Ter-induksi Setelah 3 jam Kontrol Negatif (Natrium CMC 1%) 1 0,7 2,3 1,9 0,4 2 0,9 2,1 1,6 0,5 3 0,8 2,2 1,9 0,3 Rata-2 0,8 2,2 1,8 0,4 Ekstrak 0,9 g/1,5 kg BB 1 0,8 2,0 1,1 0,9 2 0,5 1,4 0,9 0,5 3 0,6 1,9 0,8 1,1 Rata-2 0,6 1,7 0,9 0,8 Ekstrak 1,8 g/1,5 kg BB 1 0,6 1,8 0,6 1,2 2 0,4 1,7 0,6 1,1 3 0,6 1,5 0,4 1,1 Rata-2 0,5 1,6 0,5 1,1 Ekstrak 3,6 g/1,5 kg BB 1 0,2 2,0 0,4 1,6 2 0,5 1,6 0,5 1,1 3 0,7 2,2 0,8 1,4 Rata-2 0,4 1,9 0,6 1,4 Kontrol Positif (Allopurinol) 1 0,5 1,9 0,9 1,0 2 0,7 2,0 0,8 1,2 3 0,9 2,2 1,1 1,0 Rata-2 0,7 2,0 0,9 1,1
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek menurunkan kadar asam urat dari pemberian rimpang temu putih (Curcuma zedoaria). Penelitian dilakukan pada kelinci dengan kadar asam urat
darah sebelumnya diinduksi dengan kalium bromat dengan dosis 111 mg/1,5 kg bobot badan. Dosis yang diujikan dalam penelitian ini adalah 0,9 g, 1,8 g, 3,6 g/1,5 bobot badan kelinci yang mengacu pada penelitian sebelumnya (10) dan berdasarkan orientasi prapenelitian.
Gambar 1. Diagram perbandingan penurunan rata-rata kadar asam urat kelinci yang diberi perlakuan dengan ekstrak etanol rimpang temu putih, dibandingkan dengan kontrol.
Sebanyak 15 ekor kelinci dibagi ke dalam 5 kelompok. Mula-mula kadar asam urat awal di-ukur, lalu diinduksi untuk menaikkan kadar asam urat dengan kalium bromat (KBrO3) dosis 111 mg/
1,5 kg bobot badan. Adapun mekanisme dari ka-lium bromat dalam menaikkan asam urat yaitu de-ngan mempercepat metabolisme purin dede-ngan me-ningkatkan aktifitas xantin oksidase. Setelah di-induksi dengan kalium bromat selama 72 jam, ke-mudian diukur kadar asam urat setelah induksi.
Setelah pengambilan darah untuk kadar terinduksi, dilanjutkan dengan pemberian perlaku-an untuk setiap kelompok. Penelitiperlaku-an ini meng-gunakan allopurinol sebagai pembanding karena allopurinol merupakan obat pilihan untuk pengo-batan gout. Allopurinol merupakan inhibitor xantin oksidase yang mempengaruhi perubahan hipo-xantin menjadi hipo-xantin dan hipo-xantin menjadi asam urat. Allopurinol merupakan obat pilihan untuk pa-sien dengan gangguan fungsi ginjal. Pengukuran kadar asam urat selanjutnya dilakukan 3 jam setelah pemberian ekstrak temu putih untuk setiap perlakuan pada masing-masing kelompok.
Metode pengukuran kadar asam urat yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
en-0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 Ra ta -r ata p en u ru n an ka d ar a sa m u ra t (m g/ d l) Perlakuan
zimatik dengan menggunakan alat humalyzer. Me-kanisme yang terjadi adalah asam urat dioksidasi oleh enzim urikase dengan bantuan H2O dan O2
menjadi allantoin, karbondioksida dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan bereaksi dengan suatu reagen asam urat menghasilkan kuinonimin yang berwarna merah violet yang reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim peroksidase (POD). Besarnya intensitas warna yang dihasilkan oleh kuinonimin tersebut ekuivalen dengan kadar asam urat dalam darah.
Berdasarkan penurunan kadar asam urat dari data pengamatan terlihat bahwa ekstrak etan-ol dengan dosis 3,6 g/1,5 kgBB mampu memberi-kan efek penurunan terbesar. Berdasarmemberi-kan hasil analisa secara statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada perlakuan setelah 3 jam menunjukkan bahwa perbedaan do-sis pemberian menghasilkan efek yang sangat ber-beda dalam menurunkan kadar asam urat kelinci. Dosis 0,9 - 3,6 g/1,5 kgBB memberikan efek menu-runkan kadar asam urat yang sangat nyata dengan kontrol negatif. Dosis 3,6g/1,5 kgBB memiliki efek yang lebih besar daripada kontrol positif, sehingga perlu dipertimbangkan kemungkinan toksisitasnya.
Mekanisme penurunan kadar asam urat pada penelitian ini belum diketahui secara pasti. Efek menurunkan kadar asam urat dari ekstrak rimpang temu putih diduga disebabkan oleh ada-nya penghambatan aktivitas enzim xantin oksidase oleh senyawa flavonoid seperti yang telah dilaku-kan pada beberapa penelitian terdahulu, atau da-pat disebabkan oleh adanya peningkatan ekskresi urin ataupun kombinasi keduanya yaitu antara penghambatan aktivitas xantin oksidase dan pe-ningkatan ekskresi urin. Oleh karena itu perlu di-lakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanis-me penurunan kadar asam urat dengan pemberian ekstrak temu putih.
Beberapa tanaman yang telah diuji dapat menurunkan kadar asam urat pada penelitian ter-dahulu di antaranya akar tempuyung (Sonchus
arvensis), daun dewa (Gynura pseudochina (L)
DC), herba meniran (Phyllanthus niruri L.) dan daun salam (Eugenia polyantha Wight). Daun dewa (Gynura pseudochina (L) DC) dosis 53,33 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat se-rum darah ayam leghorn yang telah diinduksi de-ngan pemberian jus hati ayam mentah. Kandung-an flavonoid dalam daun dewa dapat menurunkKandung-an kadar asam urat karena aktivitasnya sebagai anti-oksidan yang dapat menghambat kerja xantin oksi-dase sehingga asam urat tidak terbentuk. Demi-kian juga infusa daun salam (Eugenia polyantha
Wight) 1,25 g/kgBB; 2,5 g/kgBB dan 5,0 g/kgBB
mampu menurunkan kadar asam urat darah men-cit yang diinduksi potasium oksonat dosis 300 mg/KgBB. Pada herba meniran (Phyllanthus niruri
L.), senyawa yang bertanggung jawab dalam me-nurunkan kadar asam urat adalah lignan (phyllan-tin, hypophyllan(phyllan-tin, dan phyltetralin), dan phyllantin
yang paling berpotensi dalam menurunkan kadar asam urat (11,12,13).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, analisa sta-tistik dan pembahasan dapat disimpulkan :
1. Perbedaan dosis perlakuan memberikan efek yang sangat berbeda terhadap penurunan ka-dar asam urat kelinci.
2. Dosis antara 0,9 – 3,6 g/1,5 kgBB memberikan efek menurunkan kadar asam urat yang sangat nyata dibandingkan kontrol negatif.
3. Dosis 3,6 g/1,5 kgBB memiliki efek yang jauh lebih besar daripada kontrol positif sehingga perlu dipertimbangkan kemungkinan toksisitas-nya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mellado, V.J., Hernandes, A.E., & Vargas, B.R., 2004. Primary Prevention in Rheumato-logy: The Importance of Hyperuricemia. Best Practise & Research Clinical Rheumatology.
Vol 18, No.2. pp.111-124.
2. Sarawek, S., 2007. Xanthine Oxidase Inhi-bition and Antioxidant Activity Of An Artichoke Leaf Extract (Cynara scolymus L.) And its Compounds. A Dissertation Presented To The Graduate School Of The University Of Florida In Partial Fulfillment Of The Requirements For
The Degree Of Doctor Of Philosohy. University
Of Florida. pp. 25
3. Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., & Rodwell, V.W., 2003. Biokimia Harper. Ed. 24. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.378-393.
4. Schuind, A.F., Remmelink, M., & Pasteels, L.J., 2003. Co-Existent Gout and Septic Arth-ritis at The Wrist: A Case Report. Department of Orthopedics and Traumatology, and Histolo-gy Cliniques Universitaires de Bruxelles, Uni-versite Libre de Bruxelles Erasme University Hospital, Brussels, Belgium. Hand Surgery, Vol 8, No 1. pp. 107-109.
5. Ganiswarna, S.G., 1995. Farmakologi dan Te-rapi. ed.4. Bagian Farmakologi, Fakultas Ke-dokteran, Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 243.
6. Lelyana, R., 2008. Pengaruh Kopi Terhadap Kadar Asam Urat Darah. Studi Eksperimen Pada Tikus Rattus Norwegicus Galur Wistar.
Program Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik
Universitas Diponegoro.Semarang.
7. Yamrewaf, H.P., Hardjono,A., Wahyuni., 2004. Ekstraksi Kurkumin Dari Temu. Prosiding Se-minar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses,
Jurusan Teknik Kimia, Sekolah Tinggi Tekno-logi Nasional Yogyakarta.
8. Rita, S.W., 2010. Isolasi, Identifikasi, dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan Triter-penoid Pada Rimpang Temu Putih (Curcuma
zedoaria (Berg.) Roscoe). Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. hal 20-26.
9. Backer, C.A., van den Brink, R.C.B., 1963.
Flora of Java. Vol. 3. Groningen – The
Netherlands: N.V.P Noorhof.
10. Gunawan, D., Sudarsono., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Purnomo., 2001, Tumbuhan Obat 2 : Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan
Peng-gunaan. Unversitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
11. Retnowati, K., 2009. Pengaruh Infusa Akar Tempuyung (Sonchus arvensis) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi. Fakultas Kedok-teran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
12. Astari, E.Y., 2008. Pengaruh Pemberian Decocta Daun Dewa (Gynura pseudochina (L) DC ). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
13. Kurniastuti, A., 2008. Pengaruh Pemberian Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol 70% Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Tehadap Penu-runan Kadar Asam Urat Mencit Putih Jantan Galur BALB-C Hiperuricemia. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Sura-karta.