• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - BAB II ZSA ZSA DESCALITA LUCIANA PBSI'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - BAB II ZSA ZSA DESCALITA LUCIANA PBSI'17"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi sudah pernah dilakukan oleh peneliti bahasa. Penelitian tersebut sebagai acuan penelitan yang akan dilakukan. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut tetap mempunyai perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan tentang penelitian terdahulu adalah sebagai berikut.

1. Penggunaan Konjungsi Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa SMP N 1 Cilacap Tahun Pelajaran 2010-2011

Penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2011) berjudul Penggunaan Konjungsi Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa SMPN 1 Cilacap Tahun Pelajaran 2010-2011. Penelitian ini membahas jenis-jenis konjungsi yang digunakan dan hubungan semantik yang ditunjukkan oleh konjungsi tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa karangan-karangan siswa SMP N 1 Sampang Cilacap tahun pelajaran 2010-2011. Perbedaan penelitan Indriani dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada sumber data. Sumber data untuk penelitian Indiriani berupa karangan-karangan siswa SMP N 1 Sampang Cilacap tahun pelajaran 2010-2011, sedangkan sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah koran Suara Merdeka.

2. Penggunaan Konjungsi Antarklausa pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII D SMP Negeri 3 Kalibagor Tahun Pelajaran 2014-2015

(2)

8

Kalibagor Tahun pelajaran 2014-2015. Penelitian ini telah membahas penggunaan

konjungsi koordinatif, subordinatif, dan korelatif yang terdapat pada karangan narasi siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Kalibagor. Peneliti mendeskripsikan kalimat-kalimat yang menggunakan konjungsi pada karangan narasi siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Kalibagor tahun ajaran 2014-2015. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh berupa (kata-kata, gambar, dan perilaku) tidak dituangkan ke dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk uraian yang memberikan penjelasan mengenai penggunaan konjungsi tersebut. Perbedaan penelitian Hidayah dengan penelitian ini adalah sumber data yang digunakan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu karangan narasi siswa sedangkan pada penelitian ini sumber data adalah koran. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai penggunaan konjungsi intrakalimat.

Berdasarkan paparan dari penelitian-penelitian di atas menunjukan bahwa penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini sangat relevan. Penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini sama, yaitu subjek kajiannya adalah konjungsi. Namun sumber data yang diteliti dengan penelitian-penelitian sebelumnya berbeda. Sumber data penelitian yang akan dilakukan ini adalah rubrik “Nasional dan Hukum” pada koran Suara Merdeka edisi September 2016. Rumusan masalah pada penelitian juga memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan agar dapat melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya.

B. Klausa

1. Pengertian Klausa

(3)

9

intonasi atau tanda baca tertentu. Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat menurut Cook; Ekson dan Pickett dalam ( Tarigan, 2009: 43). Menurut Ramlan dalam (Tarigan, 2009: 43) klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Artinya di dalam konstruksi itu ada komponen berupa frasa, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagainya (Chaer, 2009: 41)

2. Jenis-Jenis Klausa

Menurut Chaer (2009: 42) berdasarkan distribusinya, klausa dapat dibedakan atas klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas dalam kalimat majemuk subordinatif disebut klausa atas, dan klausa terikat disebut klausa bawahan (Chaer, 2009:161). Disebut klausa bebas jika unsur-unsur fungsinya lengkap dan jika diberi intonasi final dapat menjadi kalimat. Sedangkan klausa terikat unsur-unsur fungsinya tidak lengkap. Klausa bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak menjadi bagian yang terikat pada klausa yang lain.

C. Kalimat

1. Pengertian Kalimat

(4)

10

disela jeda, dan di akhiri dengan intonasi akhir yang diikuti kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi atau proses fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda baca titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).

2. Jenis-Jenis Kalimat

Menurut Putrayasa (2010: 26) kalimat bahasa Indonesia berdasarkan klausa dibagi menjadi dua yaitu kalimat tunggal dan dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sedangkan kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau bahkan lebih. Kalimat majemuk bisa bersifat setara, tidak setara, maupun campuran. Gagasan tunggal yang dinyatakan sebagai kalimat tunggal dan gagasan yang lebih dari satu dapat diungkapkan dengan kalimat majemuk. Berikut ini penjelasan lebih lanjut jenis-jenis kalimat.

a. Kalimat Tunggal

(5)

11

b. Kalimat Majemuk

Menururt Veerhar (1996: 275), kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Menurut Tarigan (1996: 14) kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas. Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih peristiwa dalam satu kalimat. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, dan kalimat majemuk bertingkat. Adapun penjelasan ketiga kelompok kalimat majemuk berikut:

1) Kalimat Majemuk Setara

Meurut Putrayasa (2010: 55) kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat yang unsur-unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dapat juga dikatakan bahwa antara unsur-unsur kalimat tunggal yang digabungkan kedudukannya setara. Kalimat majemuk setara diberi nama sesuai jenis hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat yang digabungkan. Secara garis besar, kalimat majemuk setara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kalimat majemuk setara sejalan, kalimat majemuk berlawanan, kalimat majemuk penunjukan. Kalimat majemuk sejalan adalah kalimat yang digabungkan itu menunjuk kepada makna pertentangan, dan kalimat majemuk penunjukan adalah bagian satu menunnjuk kembali pada bagian kalimat lain.

2) Kalimat Majemuk Rapatan

(6)

12

ini terdiri atas empat macam yaitu kalimat majemuk rapatan sama subjek, kalimat majemuk rapatan sama predikat, kalimat majemuk rapatan sama objek, dan kalimat majemuk sama keterangan.

3) Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat terbentuk dari sebuah unsur kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah kalimat majemuk bertingkat (Putrayasa, 2010: 59). Kalimat majemuk bertingkat terbentuk dengan ketentuan (a) sisa kalimat sumber disebut dengan induk kalimat, (b) kalimat bentukan disebut anak kalimat, (c) anak kalimat diberi nama sesuai dengan unsur kalimat yang digantinya.

D. Pengertian Konjungsi

Menurut Chaer (2008: 98), banyak istilah yang dipakai untuk menyebut kata penghubung. Chaer menyebut kata penghubung dengan sebutan konjungsi. Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat. Alwi dkk, (2003: 296) menyebut kata penghubung adalah konjungtor. Konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Konjungsi ini menggabungkan klausa yang setara atau klausa bertingkat.

(7)

13

menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksinya. Artinya, konjungsi berperan sebagai peluas didalam sebuah kalimat. Biasanya konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran. Berikut ini adalah contoh konjungsi berperan sebagai kata penghubung.

(1) Hidup atau mati kita bergantung pada upaya kita sendiri

(2) Tim ahli Amerika dan utusann UNESCO berunding lebih dari seminggu (3) Bibi sedang memasak dan Sarah sedang bermain boneka

Dalam contoh (1) di atas kata atau menghubungkan dua kata yaitu hidup, mati. Pada contoh (2) kata dan menguhungkan frase tim ahli Amerika dengan frase utusan UNESCO. Pada contoh kalimat (3) konjungsi dan menghubungkan klausa Bibi

sedang memasak dengan klausa Sarah sedang bermain boneka.

E. Klasifikasi Konjungsi

Secara umum konjungsi terdiri atas konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Menurut Chaer (1990:53), konjungsi intrakalimat berfungsi menghubungkan satuan-satuan klausa dengan klausa yang berada di dalam sebuah kalimat. Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata penghubung merupakan kata yang berfungsi untuk menghubungkan klausa dan kalimat.

(8)

14

kalimat yang tidak sejajar, yakni induk kalimat dan yang lainnya anak kalimat. Konjungsi korelatif, yakni konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi antarkalimat, yakni konjungsi yang menghubungkan satuan kalimat dengan kalimat yang lain.

1. Konjungsi Intrakalimat

Kridalaksana (2005: 102) menjelaskan bahwa konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa. Konjungsi intrakalimat biasanya terletak di tengah-tengah kalimat. Dengan demikian konjungsi intrakalimat merupakan satuan kebahasaan yang menghubungkan antara klausa dengan klausa yang terletak di tengah-tengah kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksisnya konjungsi intrakalimat dibagi ke dalam tiga jenis kelompok yaitu, konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif. Namun, kelompok-kelompok di dalam konjungsi intrakalimat juga memiliki beberapa kelompok kecil yang mendukung penggunaannnya didalam kalimat. Adapun pengelompokan penggunaan konjungsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Konjungsi Koordinatif

(9)

15

koordinatif ini dibagi menjadi delapan kelompok kecil, yakni koordinatif menyatakan penambahan, koordinatif menyatakan pemilihan, koordinatif menyatakan pertentangan, koordinatif menyatakan penjelas, koordinatif menyatakan urutan kejadian, koordinatif menyatakan pembetulan, dan koordinatif menyatakaan pembatasan. Bagian kelompok kecil itulah yang menjadikan setiap konjungsi memiliki fungsi menghubungkan satu kata dengan kata yang lain, berikut ini anggota kelompok kecil dari konjungsi koordinatif yaitu:

1) Konjungsi Koordinatif Penambahan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan penambahan digunakan untuk menggabungkan dua bagian kalimat (klausa) dengan kedudukan yang sama atau sederajat. Anggota konjungsi ini adalah kata dan dan serta. Konjungsi dan yaitu konjungsi untuk menyatakan gabungan, biasanya digunakan di antaradua kata benda atau dua kata kerja dalam satu kalimat (Chaer, 1994: 141-169). Konjungsi dan menghubungkan dua unsur atau lebih yang memiliki status yang sama. Dua unsur tersebut dapat berupa kata, frasa, atau klausa. Biasanya kalimat yang menggunakan konjungsi dan dan serta yaitu kalimat yang memiliki jumlah variabel maknanya lebih dari satu. Berikut ini adalah contoh penggunaan konjungsi koordinatif penambahan.

(4) Ibu dan ayah pergi ke Bogor

(5) Mereka makan gorengan dan minum susu dikelas

(10)

16

mereka tidak hanya makan gorengan tetapi juga minum didalam kelas. Contoh-contoh tersebut menandakan bahwa konjungsi koordintaif dan menandakan hubungan penambahan di antara dua bagian kalimat atau lebih yang berkedudukan sama.

2) Konjungsi Koordinatif Pemilihan

Konjungsi yang menyatakan „pemilihan‟ atau „alternatif‟ digunakan untuk

menghubungkan dua bagian kalimat (klausa) dengan kedudukan setara dan bermakna „pemilihan‟. Anggota konjungsi ini hanya ada sebuah, yaitu kata atau. Konjungsi atau

berfungsi untuk menyatakan pilihan di antara dua kata di dalam satu kalimat (Chaer, 1994: 141-169). Konjungsi atau bisa pula disebut konjungsi pemilihan, karena konjungsi ini digunakan untuk memilih salah satu kata dalam satu kalimat. Pernyataan pilihan yang menggunakan konjungsi atau ini dapat digunakan di antara kalimat-kalimat berikut ini:

(i) Konjungsi atau dapat digunakan di antara dua buah kata benda atau dua frase benda pada satu kalimat untuk memilih salah satu variabel. Berikut adalah contoh penggunaanya:

(6) Nama orang itu Adi atau Andi?

(7) Sarjana teknik atau sarjana sastra sama pentingnya dalam pembangunan Pada kalimat (6) penggunaan konjungsi atau menghubungkan dua buah kata benda Adi dengan Andi. Pada kalimat (7) konjungsi atau digunakan di antara dua buah frasa

yaitu sarjana teknik dengan sarjana sastra. Dengan demikian, konjungsi atau dapat digunakan di antara dua buah variabel dalam satu kalimat.

(11)

17

(8) Jangan menegur atau mengajak bicara anak-anak nakal itu (9) Najwa berangkat kerja mengendarai motor atau jalan kaki

Pada kalimat (8) konjungsi atau menghubungkan kata kerja menegur dan kata mengajak. Pada kalimat (9) konjungsi atau digunakan untuk menghubungkan antara dua kelompok kata kerja mengendarai motor dan jalan kaki.

(iii) Konjungsi atau dapat digunakan untuk memilih dua buah kata sifat yang berlawanan.

(10)Kaya atau miskin dihadapan Tuhan tidak ada bedanya

(11)Mahal atau murah ibuku akan membelikan buku yang aku inginkan

Pada kalimat (10) dan (11) penggunaan konjungsi atau digunakan untuk menghubungkan dua kata sifat yang memiliki makna berlawanan. Tetapi konjungsi atau tetap menyatakan makna pemilihan terhadap kedua kata sifat tersebut. Pada

kalimat (10) terdapat kata yang memiliki makna berlawanan yaitu kaya dan miskin. Pada kalimat (11) konjungsi atau digunakan untuk menghubungkan di antara dua kata sifat mahal dan murah yang memiliki makna berlawan.

(iv) Konjungsi atau digunakan pada kata kerja atau kata sifat dengan ingkarannya. Contohnya adalah sebagai berikut:

(12)Kamu mau datang atau tidak, itu adalah urusanmu (13)Sabrina mau olahraga atau tidak, tetap saja langsing

Contoh kalimat (12) dan (13) menggunakan konjungsi atau untuk memilih kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarannya. Pada kalimat (12) penggunaan konjungsi atau menghubungkan kata datang dengan tidak datang. Kata tersebut adalah kata kerja dan bentuk ingkarannya. Pada kalimat (13) konjugsi atau digunakan untuk menghubungkan kata olahraga dan tidak olahraga.

(12)

18

(14)Saya datang kerumahnya, atau kamu yang datang kerumahku?

Pada kalimat (14) penggunaan konjungsi atau untuk menghubungkan dua klausa dalam satu kalimat. Namun, yang perlu diketahui adalah bahwa jika yang dipilih dalam suatu kalimat lebih dari dua buah, maka konjungsi atau digunakan di antaraunsur yang terakhir. Contohnya adalah sebagai berikut ini.

(15)Teh, kopi atau air putih yang akan kamu minum.

Pada contoh kalimat (15) konjungsi atau digunakan pada unsur terakhir sebagai pemilih dari teh, kopi, dan air putih.

3) Konjungsi Koordinatif Pertentangan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan pertentangan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan kedudukan setara dan bermakna pertentangan. Anggota konjungsi ini adalah tetapi, sedangkan dan sebaliknya. Anggota konjungsi ini menyatakan gabungan mempertentangkan dalam sebuah kalimat. Konjungsi tetapi memiliki fungsi untuk menyatakan sesuatu yang bersifat menentang atau menyanggah (Chaer, 1988: 141-169). Kaidah penggunaan konjungsi ini sebagai berikut:

(i) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada suatu identitas yang sama, tetapi predikatnya berupa dua buah kata sifat yang berkontras. Berikut adalah contoh penggunaan konjungsi tetapi:

(16) Rumah itu besar dan indah tetapi halamannya sempit

(13)

19

(ii) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah kata sifat yang berkontras/sejajar. Contohnya adalah sebagai berikut:

(17)Dia memang bodoh tetapi rajin (18)Herlambang cerdas tetapi nakal

Pada kalimat (17) konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan kata bodoh dan rajin, konjungsi tetapi memiliki makna „perlawanan‟. Pada kalimat (18) penggunaan konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan kata cerdas dan nakal, konjungsi tetapi ini memiliki makna „pertentangan‟.

(iii) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah klausa, namun klausa pertama berisi pernyataan, dan klausa kedua berisi pengingkaran kata tidak, seperti pada contoh berikut.

(19)Di luar rumah sangat gelap sekali tetapi tidak memiliki penerangan (20)Zahra ingin melanjutkan SMP tetapi tidak memiliki biaya

Kalimat (19) dan (20) menggunakan konjungsi tetapi untuk menghubungkan dua klausa yang berisi pernyataan dan pengingkaran. Pada kalimat (19) konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan klausa 1, yaitu diluar rumah gelap sekali dan klausa ke-2 yang berisi pengingkaran, yaitu tidak memiliki penerangan. Pada kalimat (20) konjungsi tetapi menghubungkan klausa 1, yaitu Zahra ingin melanjutkan SMP dan klausa ke-2 yang berisi pengingkaran, yaitu tidak memiliki biaya.

(iv) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada suatu identitas yang memiliki predikat yang berbeda, yang berupa dua buah kata sifat yang berlawanan, seperti pada contoh berikut.

(21)Dirumah pak Mukodir sangat panas tetapi dirumahku sangat dingin (22)Najlaa sangat rajin tetapi adiknya kurang rajin.

(14)

20

kata sifat yang berlawanan. Pada kalimat (21) konjungsi tetapi berfungsi menghubungkan klausa 1 dengan klausa 2, tetapi klausa 2 yang dihubungkan sangat kontras. Pada contoh kalimat (22) konjungsi tetapi berfungsi menghubungkan klausa 1 yaitu Najlaa sangat rajin dan kluasa 2, yaitu adiknya kurang rajin. Namun dalam penggunaan, perlu diperhatikan bahwa konjungsi tetapi juga dapat digunakan sebagai penghubung antarkalimat. Seperti pada contoh data berikut.

(23)Saya ingin melanjutkan bekerja di luar negeri. Tetapi orang tua saya tidak mengizinkan

Pada kalimat (23) konjungsi tetapi memiliki fungsi menghubungkan dua kalimat atau konjungsi tetapi sebagai konjungsi antarkalimat.

4) Konjungsi Koordinatif Penjelas

Konjungsi koordinatif penjelas digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat. Bagian kalimat yang satu merupakan penjelas untuk bagian kalimat sebelumnya. Anggota konjungsi ini adalah kata-kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni. Konjungsi adalah digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat di mana bagian pertama merupakan maujud yang sama dengan maujud bagian kedua. Konjungsi ialah secara terbatas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi adalah. Berikut ini adalah contoh penggunaan konjungsi koordinatif yang menyatakan

penjelas.

(24)Bis adalah kendaraan umum yang dapat mengangkut banyak penumpang (25)Yang kami butuhkan adalah kertas, gunting, perekat, dan cat

(26)Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Sukarno dimakamkan di Blitar

(15)

21

perincian. Pada kalimat (26) konjungsi yaitu digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang maujudnya sama.

5) Konjungsi Koordinatif Urutan Kejadian

Konjungsi yang menyatakan urutan waktu digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau lebih berdasarkan urutan mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian. Anggota konjungsi ini lalu, kemudian, dan selanjutnya. Anggota konjungsi tersebut berfungsi „menggabungkan-mengurutkan‟ dan digunakan di antara dua buah

klausa pada sebuah kalimat majemuk setara. Contoh penggunaan konjungsi tersebut sebagai berikut.

(27)Dipetiknya bunga itu, lalu diberikannya kepadaku.

(28)Mula-mula dia membukakan kami pintu, lalu menyilakan kami masuk, kemudian mengajak kami duduk, selanjutnya dia menanyakan apa maksud kedatangan kami.

Pada kalimat (27) konjungsi lalu digunakan di antara klausa dipetiknya bunga itu dengan diberikannya kepadaku berdasarkan urutan yang lebih dulu dan mana yang kemudian. Pada kalimat (28) dapat dilihat bahwa semua anggota konjungsi yang menyatakan urutan kejadian dapat muncul di dalam sebuah kalimat yang terdiri dari sejumlah klausa setara yang berisi urutan kejadian. Dengan begitu konjungsi lalu, kemudian, selanjutnya merupakan konjungsi yang berfungsi menggabungkan setelah itu dapat mengurutkan.

6) Konjungsi Koordinatif Pembetulan

(16)

22

klausa pertama. Anggota konjungsi ini adalah kata melainkan. Konjungsi melainkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama berisi pernyataan yang disertai adverbial bukan; klausa kedua berisi ralat atau pembetulan terhadap klausa pertama, seperti pada contoh berikut ini.

(29)Kami bukan mau menentang pemerintah, melainkan mau menuntut hak kami

(30)Rekening koruptor itu bukan 33 miliar, melainkan 340 miliar

Pada contoh kalimat (29) peggunaan konjungsi melainkan menghubungkan klausa ke- 1 yaitu kami bukan mau menentag pemerintah dan pada klausa ke-2 sebagai bentuk pembetulan dari klausa ke-1, yaitu mau menuntut hak kami. Kalimat (30) konjungsi melainkan menghubungkan klausa ke-1 yaitu rekening koruptor itu bukan 33 miliar dan klausa ke-2 sebagai pembetul dari klausa pertama yaitu 340 miliar.

7) Konjungsi Koordinatif Pembatasan

(17)

23

(31)Untuk pelebaran jalan itu semua orang sudah rela berkorban kecuali tuan Ali yang kaya raya itu.

(32)Soal-soal itu dapat kuselesaikan dengan baik hanya nomor tujuh yang kubuat asal jadi saja.

Pada kalimat (31) konjungsi kecuali digunakan di antara dua buah klausa, klausa pertama untuk pelebaran jalan itu semua orang sudah rela berkorban dan klausa kedua Tuan Ali yang kaya raya itu. Konjungsi kecuali membatasi klausa pertama. Pada kalimat (32) konjungsi hanya digunakan di antara dua buah klausa yaitu klausa pertama soal-soal itu dapat kuselesaikan dengan baik dengan klausa kedua nomor tujuh yang kubuat asal jadi saja. Pada kalimat tersebut konjungsi hanya berfungsi sebagai pembatas klausa pertama.

b. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordiantif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan induk, sedangkan yang lainnya anak kalimat. Induk kalimat dapat berdiri sendiri, sedangkan anak kalimat harus disandingkan dengan induk kalimat karena tidak dapat berdiri sendiri. Jika dilihat dari makna hubungan ini, konjungsi subordinatif dapat dibedakan atas kelompok kecil yang menyatakan hubungan sebab, syarat, tujuan, kesewaktuan, penyungguhan, perbandingan, batas akhir, dan pengandaian.

1) Konjungsi Subordinatif Sebab

(18)

24

(Chaer, 2011: 104). Konjungsi subordinatif sebab menyatakan semua hal yang menimbulkan terjadinya sesuatu. Konjungsi subordinatif sebab ini dapat memberikan keterangan mengenai sebab terjadinya sesuatu dalam suatu kalimat. Penggunaan konjungsi subordinatif sebab ini dapat menjadi penguat bagi keterangan mengenai sesuatu yang terjadi. Anggota konjungsi subordinatif yang menyatakan sebab adalah karena, sebab, dan lantaran. Berikut contoh penggunaan konjungsi subordinatif yang

menyatakan sebab.

(33)Kemenangan itu harus dibayar mahal karena juru tembaknya terkena kartu merah.

(34)Jenggotnya panjang tak karuan sebab tak dicukur selama 2 bulan.

Pada contoh kalimat (33) konjungsi karena berfungsi menyatakan sebab dari suatu hal, yakni kemenangan itu harus dibayar mahal, sebab juru tembaknya terkena kartu merah. Pada contoh kalimat (34) digunakan konjungsi sebab yang memiliki makna

penyebab. Konjungsi sebab dapat menggantikan konjungsi karena. Namun, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan konjungsi sebab ini, yaitu konjungsi sebab tidak ditempatkan pada awal kalimat. Kata sebab yang berkategori konjungsi

berhomonim dengan kata sebab yang berkategori nomina, sehingga dalam bahasa Indonesia ada data aktual menyebabkan dan disebabkan (yang bentuk dasarnya nomina sebab), tetapi tidak ada bentuk mengkarenakan atau dikarenakan karena tidak ada kata karena yang berkategori nomina.

2) Konjungsi Subordinatif Syarat

(19)

25

akan terjadi apabila salah satu klausa menyatakan syarat agar peristiwa, tindakan, atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa lain dapat dilaksanakan. Anggota konjungsi subordinatif syarat seperti kata jika, jikalau, kalau, asal (kan), bila, manakala. Adapun beberapa contoh kalimat yang menyatakan suatu syarat atau ketetntuan sebagai berikut:

(35)Semua logam akan meleleh jika dipanaskan

(36)Ini hanya dilakukan dalam keadaaan darurat kalau memang mendesak. (37)Pak Toyo akan membelikan Kaswin baju baru asalkan dia bekerja dengan

giat

Pada contoh kalimat (35) konjungsi jika menandai makna syarat bagi peristiwa logam meleleh, syaratnya adalah dipanaskan. Konjungsi kala pada kalimat (36) menyatakan

makna syarat bagi dilakukannya tindakan, syaratnya adalah keadaan mendesak. Begitu juga pada kalimat (37) konjungsi asalkan menyatakan syarat, yaitu Kaswin bekerja dengan giat, bagi tindakan pak Toyo membelikan Kaswin baju baru.

3) Konjungsi Subordinatif Tujuan

Konjungsi subordinatif tujuan yaitu konjugsi yang digunakan untuk menggabungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan tujuan perbuatan atau tindakan yang dinyatakan didalam induk kalimat (Chaer, 2011:106). Subordinatif yang bermakna tujuan digunakan apabila klausa yang satu menyatakan maksud bagi klausa lainnya. Anggota konjungsi subordinatif tujuan adalah kata agar, supaya, biar. Contoh kalimat yang menggunakan konjungsi subordinatif tujuan adalah

sebagai berikut.

(38)Desti sengaja tinggal di kota kecil agar dapat mengetahui kehidupan di sana.

(20)

26

Contoh kalimat (38) penggunaan konjungsi agar menyatakan maksud memberitahukan atau menyampaikan tujuan bahwa Desti mencoba untuk tinggal di kota kecil. Tujuannya, yaitu agar dia dapat mengetahui kehidupan disana. Kedua klausa tersebut dihubungkan dengan konjungsi agar yang menyatakan hubungan tujuan. Pada kalimat (39) konjungsi supaya menyatakan tujuan Amrul selalu mencoba resep masakan baru, yakni dapat lebih mahir memasak. Pada contoh kalimat (38) dan (39) konjungsi subordinatif ini memiliki makna memberi maksud atau tujuan yang akan disampaikan kepada pembaca.

4) Konjungsi Subordinatif Waktu

Konjungsi subordinatif waktu yaitu konjungsi yang menyatakan “kesewaktuan”. Menurut Chaer, (2011: 109) konjungsi subordinatif waktu yaitu

konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang menyatakan bahwa perbuatan pada klausa yang satu akan terjadi dalam waktu yang disebutkan oleh klausa kedua. Konjungsi subordinatif waktu ini lebih berfokus pada suatu peristiwa atau kejadian. Anggota konjungsi subordinatif waktu seperti kata sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu seraya, selama,

sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seuasai, hingga sampai.

Hubungan waktu itu dapat dibedakan lagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok yang membedakan hubungan waktu tersebut yaitu, waktu batas permulaan, konjungsi yang digunakan yaitu sejak dan sedari. Waktu bersamaan, konjungsi yang dipakaiantara lain: (se) waktu, ketika, seraya, sambil, sementara, selagi, tatkala, dan selama. Waktu berurutan, konjungsi yang bisa dipakai adalah

sebelum, sesudah, setelah, sesuai, begitu dan sehabis. Waktu batas akhir, konjungsi

(21)

27

(40)Peri selalu tertarik pada roda yang berputar sejak ia mulai belajar merangkak.

(41)Beberapa orang beriring-iringan melewati depan rumah kami sementara hujan turun lebat dimalam hari yang sepi dan pekat itu.

(42)Gotong royong itu berjalan dengan lancer sampai kami menyelesaikan sekolah

Kalimat (40), (41), dan (42) merupakan kalimat yang menggunakan konjungsi subordinatif waktu yang menggunakan konjungsi sejak, sementara, dan sampai. Konjungsi-konjungsi tersebut termasuk konjungsi subordinatif yang menyatakan waktu, karena menyatakan makna kewaktuan atau berkaitan dengan waktu. Pada contoh kalimat (40) klausa ia mulai belajar merangkak merupakan batas awal permulaan peri tertarik pada roda yang berputar. Kedua klausa dihubungkan dengan konjungsi sejak untuk menyatakan hubungan waktu batas permulaan. Pada kalimat (41) klausa hujan turun lebat dimalah hari yang sepi dan pekat terjadi pada waktu yang bersamaan dengan peristiwa yang dinyatakan klausa pertama, yakni beberapa orang beriringan melewati depan rumah kami. Kedua klausa dihubungkan untuk

menyatakan waktu bersamaan. Pada contoh kalimat (40) kluasa kami menyelesaikan sekolah merupakan klausa yang dihubungkan dengan konjungsi sampai yang

menyatakan waktu batas akhir. Klausa tersebut menyatakan kewaktuan karena memiliki konjungsi yang bermakna waktu.

5) Konjungsi Subordinatif Penyungguhan

(22)

28

pada suatu kalimat. Kebalikan atau perlawanan ini digunakan untuk membersihkan suatu alasan mengenai keadaan atau kondisi. Anggota konjungsi ini adalah meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun. Berikut adalah contoh penggunaan

konjungsi subordinatif yang bermakna penyungguhan.

(43)Hatinya sangat hancur meskipun dia tidak pernah menangis di hadapanku (44)Dia akan pergi sekalipun kami mencoba menahannya.

Pada contoh kalimat (43) konjungsi meskipun digunakan untuk suatu alasan mengenai keadaan atau kondisi yang dilakukan oleh kluasa ke-1, yaitu hatinya sangat hancur dan klausa ke-2, yaitu dia tidak pernah menangis di hadapanku dan klausa tersebut saling bertentangan. Pada contoh (44) konjungsi sekalipun menyatakan alasan mengenai keaadan atau kondisi pada konjungsi ke-1, yaitu dia akan pergi, konjungsi sekalipun dapat digunakan menggantikan konjungsi meskipun tanpa perbedaan

semantik.

6) Konjungsi Subordinatif Perbandingan

Konjungsi subordinatif perbandingan ini digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan bahwa perbuatan, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa pertama sama atau mirip dengan peristiwa yang dinyatakan pada klausa kedua (Chaer, 2011: 112). Konjungsi subordinatif perbandingan ini memiliki maksud yaitu membandingkan persamaan di antara dua klausa. Anggota konjungsi ini adalah seperti, sebagai, bagai, laksana dan seumpama. Berikut adalah contoh penerapan konjungsi yang bermakna perbandingan.

(45)Dimakannya nasi itu dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan (46)Gaduhnya dan ramainya mereke bukan kepalang bagai anak ayam

(23)

29

Pada contoh kalimat (45) konjungsi seperti digunakan menghubungkan dua bagian kalinat yang menyatakan perbuatan, yaitu dimakanannya nasi itu dengan lahap sedangkan peristiwa pertama, yaitu layaknya orang tiga hari belum makan. Dalam contoh kalimat (46) konjungsi bagai bermakna perbandingan membandingkan persamaan antara klausa pertama, yaitu gaduhnya dan ramainya mereka bukan kepalang dengan kalusa kedua, yaitu anak ayam kehilangan induk, pada klausa pertama dan kedua terjadi peristiwa yang mirip.

7) Konjungsi Subordinatif Pengandaian

Konjungsi subordinatif pengandaian merupakan konjungsi yang menghubungkan dua bagian kalimat untuk menyatakan suatu peristiwa, hal, bahkan tindakan yang dinyatakan kalimat klausa utama (induk kalimat) akan terjadi apabila peristiwa, hal, atau tindakan pada klausa bawahan (anak kalimat) terjadi (Chaer, 2011:114). Konjungsi subordinatif pengandaian ini berfungsi sebagai pernyataan yang berisi suatu keinginan atau angan-angan. Anggota konjungsi ini adalah andaikata, seandainya, dan andaikan. Adapun contoh pengguanaan kalimat berkonjungsi subordinatif pengandaian, sebagai berikut:

(47)Saya akan membelikan kamu sebuah mobil baru andaikata saya mendapat lotere 100 juta

(48)Saya akan berjuang menurunkan harga sembako seandainya saya terpilih menjadi anggota legislatif

(24)

30

c. Konjungsi Korelatif

Menurut Chaer (2011: 124-126) konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, dua buah frase, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama. Konjungsi yang bersifat korelatif maksudnya konjungsi-konjungsi tersebut harus hadir berpasangan atau berkolerasi dengan kata yang menjadi pasangannya. Dua bagian dalam konjungsi itu tidak dapat dipisahkan agar membentuk satu kesatuan makna yang utuh, misalnya konjungsi baik selalu disandingkan dengan maupun. Bentuk-bentuk korelatif yang berpasangan tersebut cenderung bersifat standar, baku, dan idiomatis. Maka, bentuk pasangan korelatif sama sekali tidak dapat diubah atau dimodifikasi. Chaer (124-126) menjelaskan bahwa anggota konjungsi korelatif ini terdiri atas antara … dan; baik … maupun; entah … entah; jangankan … pun; tidak hanya … tetapi juga; bukan hanya … melainkan juga; demikian …sehingga, dan

sedemikian rupa … sehingga. Berikut contoh penggunaan konjungsi korelatif.

(49)Tidak hanya pedagang tetapi juga pejabat memang ada kerjasama dalam mengeruk keuntungan pribadi

(50)Baik pejabat eksekutif maupun pejabat legislative dan judikatif banyak yang terlibat dalam tidak pidana korupsi

Kalimat (49) dan (50) merupakan kalimat yang menggunakan konjungsi korelatif yang lebih dari satu kata dalam kalimat. Pada kalimat (49) bagian kalimat yang dihubungkan adalah pedagang dan pejabat, konjungsi peghubungnya adalah kata tidak hanya dan kata tetapi juga yang digunakan secara bersamaan. Begitu juga pada

contoh kalimat (50) konjungsi korelatif baik dan maupun menghubungkan frasa pejabat eksekutif dengan pejabat legistaltive dan judikatif yang digunakan dalam satu

(25)

31

2. Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat, bukan klausa dengan klausa (Chaer, 2011: 126). Chaer menegaskan bahwa konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf. Oleh karena itu, konjungsi semacam itu selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Dilihat dari makna penghubungnya, konjungsi antarkalimat ini dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok kecil yaitu konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan, konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan, konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan, konjungsi antarkalimat yang menyatakan urutan, dan konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan.

a. Konjungsi Antarkalimat Kesimpulan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan ini menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan tindakan atau kejadian, dan kalimat kedua menyatakan kesimpulan dari kalimat-kalimat sebelumnya (Chaer, 2011:126). Anggota konjungsi ini adalah jadi, maka itu, kalau begitu, oleh karena itulah, begitu, dengan demikian, dan itulah sebabnya. Berikut ini adalah contoh konjungsi antarkalimat yang

menyatakan kesimpulan.

(51)Dua bulan lalu Anda meminjami uang saya RP 10.000;-; tiga minggu lalu Anda meminjami lagi Rp 20.000,-; dan kini Anda mau meminjam lagi Rp 15.000,-. Jadi, utang anda semua berjumlah Rp 45.000,-

(52)Ahmad, teman kami sekalas, memang sangat nakal. Selain sering bolos, dia juga membuat kegaduhan di kelas, sering mengejek dengan kata-kata kasar. Oleh karena itu, dia sering dimarahi guru.

(26)

32

itu menghubungkan kalimat kesimpulan dengan kalimat sebelumnya. Konjungsi

antarkalimat yang menyatakan kesimpulan dapat pula ditafsirkan sebagai kesimpulan sebab, kesimpulan akibat, kesimpulan jumlah, dan kesimpulan lain.

b. Konjungsi Antarkalimat Pertentangan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat yang pertama menyatakan suatu keadaan, suatu peristiwa, atau suatu tindakan; dan kalimat yang kedua menyatakan kebalikan atau pertentangan dari kalimat pertama. (Chaer, 2011: 127). Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan hampir sama dengan konjungsi koordinatif pertentangan. Perbedaaanya adalah konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan ini merupakan konjungsi yang menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, sedangkan konjungsi koordinatif pertentangan intrakalimat digunakan untuk menghubungkan bagian kalimat dengan bagian kalimat yang lainnya, dan bagian-bagian kalimatnya itu terdapat dalam satu kalimat. Anggota konjungsi ini adalah namun, namun demikian, namun begitu, akan tetapi, sebaliknya, meskipun demikian, meskipun begittu, walaupun demikian, walaupun begitu, dan biarpun

begitu. Berikut ini adalah contoh penggunaan konjungsi antarkalimat yang

menyatakan pertentangan.

(53)Sebuah metro mini, diikuti sebuah mikrolet dan sebuah bajaj menyeronot masuk jalur khusus busway. Namun, petugas lalu lintas yang berada di sana tidak berbuat apa-apa.

(54)Dengan galak dan bersuara keras seorang polantas memarahi beberapa pengendara sepeda motor yang memasuki jalur busway. Akan tetapi, dia diam saja ketika seorang prajurit TNI melaju dengan sepeda motornya di jalur busway itu.

(27)

33

Konjungsi namun adalah konjungsi antarkalimat. Jadi, jangan digunakan sebagai konjungsi intrakalimat. Untuk konjungsi intrakalimat yang mempertentangkan haruslah digunakan kata tetapi.

c. Konjungsi Antarkalimat Penambahan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan suatu keadaan, peristiwa, atau tindakan; dan kalimat kedua “menambahkan” isi kalimat pertama

(Chaer, 2011: 128). Jadi konjungsi ini menyatakan adanya hal lain dari yang telah disampaikan sebelumnya. Anggota konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan ini adalah tambahan pula, tambahan lagi, demikian pula, begitu pula, selain itu, selain dari itu, malahan, tetapi juga, dan kecuali. Berikut ini adalah

beberapa contoh penggunaan konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan. (55)Sungguhpun nasib para korban ledakan tabung gas 3 kg; rumah hancur;

seluruh tubuh luka terbakar. Tambahan pula perhatian dari pemerintah hamper tidak ada

(56)PLN menaikan Tarif Dasar Listrik (TDI) dan jasa marga menaikan tariff jalan Tol. Begitu pula yang dilakukan para pedagang di pasar.

(28)

34

d. Konjungsi Antarkalimat Penegasan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan adanya suatu keadaan atau tindakan; dan kalimat kedua menyatakan penegasan terhadap keadaan atau tindakan yang ada pada kalimat pertama (Chaer, 2011: 130). Anggota konjungsi ini adalah kata-kata lagipula, apalagi, dan bahkan. Berikut ini adalah beberapa contoh konjungsi yang menyatakan penegasan.

(58)Kita tidak perlu tergesa-gesa ke kampus hari masih pagi. Lagipula, bukankah jam perta hari ini tidak ada kuliah?

(59)Buka puasa dengan semangkuk kolak pisang rasnaya nikmat sekali. Apalagi, kalau disantap dengan secangkir kopi pahit

(60)Bang jali terkenal sebagai orang yang paling kikir di daerah itu. Bahkan untuk makan pun dia selalu mencari masakan yang paling murah.

Pada contoh (58), (59), dan (60) berisi kalimat-kalimat yang menyatakan penegasan. Pada contoh (58) kalimat pertama menyatakan kita tidak perlu tergesa-gesa ke kampus hari masih pagi. ditegaskan dengan kalimat kedua, yaitu bukankah jam perta

hari ini tidak ada kuliah. Pada contoh (59) konjungsi apalagi digunakan untuk

menghubungkan dua buah kalimat yang menegaskan kalimat pertama yaitu, kalau disantap dengan secangkir kopi pahit. Contoh kalimat (60) konjungsi bahkan

digunakan untuk menegaskan pernyataan bang jali terkenal sebagai orang yang paling kikir di daerah itu.

e. Konjungsi Antarkalimat Urutan

(29)

35

yang dinyatakan kalimat pertama (Chaer, 2011: 129). Anggota konjungsi ini adalah setelah itu, sesudah itu, sebelum itu, selanjutnya, kemudian daripada itu, dan dalam waktu yang bersamaan. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan konjungsi yang

menyatakan urutan kejadian.

(61)Para saksi diminta maju ke muka. Setelah itu satu per satu ditanya nama dan identitas masing-masing

(62)Kobaran api membumbung tinggi di tempat kejadian. Sebelum itu terdengar beberapa kali suara ledakan keras.

(63)Dari rumah mula-mula kami berjalan kaki ke jalan raya. Lalu, kami menumpang angkot ke terminal bus Damri ke Bandara Sukarno Hatta Pada contoh (61), (62), dan (63) berisi kalimat-kalimat yang menyatakan kelanjutan peristiwa dan dihubungkan oleh konjungsi yang menyatakan kelanjutan. Pada contoh (61) kalimat pertama menyatakan saksi diminta maju ke muka. Peristiwa selanjutnya dalam urutan tertentu dinyatakan pada kalimat kedua, satu persatu ditanyanama dan idendtitas masing-masing. Kedua kalimat dihubungkan dengan konjungsi setelah itu.

Pada contoh (62) konjungsi sebelum itu digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat yang menjelaskan urutan atau mengurutkan kejadian kebakaran. Contoh kalimat (63) konjungsi lalu digunakan untuk mengurutkan penjelasan mengenai peristiwa perjalanan.

E. Kerangka Berpikir

(30)

36

akan membahas bagaimana penggunaan konjungsi intrakalimat dan antarkalimat yang terdapat dalam rubrik “Nasional dan Hukum” pada koran Suara Merdeka edisi September 2016. Selain itu peneliti juga akan membahas menganai hubungan makna yang ada pada konjungsi yang dibawanya.

Referensi

Dokumen terkait

Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar

(Maslihah, 2011) Peran siswa sebagai konselor sebaya dalam menangani masalah teman sebaya. Tugasnya sebagai konselor sebaya meliputi bagaimana mereka mendapatkan kasus dan

Pada pendekatan ini model proses pemotongan batang dibuat berdasarkan analisis geometri bidang (dua dimensi) dan distribusi panjang potongan dihitung sebagai fungsi tinggi batang

Kami menyadari bahan ini dimungkinkan masih terdapat kekurangan baik isi maupun bentuk sajiannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran untuk kesempurnaan

Unit penampil berbasis PC ( Personal Computer ) pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik mampu menampilkan grafik frekuensi harmonisa dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (2) tidak ada

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan apabila dikaitkan dengan teori, dalam penerapan petunjuk teknis kegiatan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas

Sejalan dengan hal tersebut realisasi yang dilakukan oleh perpustakaan Telkom University adalah memaksimalkan fasilitas perpustakaan sebagai pintu untuk mengakses