• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS DAN FUNGSI GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN PUISI TERLEPAS KARYA MUHAMMAD ROIS RINALDI (KAJIAN STILISTIKA) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "JENIS DAN FUNGSI GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN PUISI TERLEPAS KARYA MUHAMMAD ROIS RINALDI (KAJIAN STILISTIKA) - repository perpustakaan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto diantaranya yaitu:

1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album ―Seperti Seharusnya‖ (Edi Yulianto, 2015)

Pada penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan jenis gaya Bahasa berdasarkan struktur kalimat pada lirik lagu grup band Noah dalam album ―Seperti Seharusnya‖. (b) mendeskripsikan jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna pada lirik lagu grup band Noah dalam album ―Seperti Seharusnya‖. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pencatatan terhadap kumpulan lirik lagu grup band Noah dalam album ―Seperti Seharusnya‖. Sumber data dalam penelitian ini adalah lirik lagu grup band Noah dalam album ―Seperti Seharusnya‖. Jenis penelitiannya deskriptif kualitatif. Teknik analisis data melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, sajian data, serta verifikasi dan simpulan.

(2)

9

dalam penelitian tersebut meliputi: gaya bahasa aliterasi, asonansi, inversi, apofasis, apostrof, asindeton, polisindeton, eufemisme, histeron proteron, pleonasme, hiperbola, paradox, personifikasi, metafora epitet, sinekdoke, antonomasia, ironi, sinisme, sarkasme dan satire.

2. Analisis Gaya Bahasa dalam Naskah Drama Monolog AUT Karya Putu Wijaya: Sebuah Kajian Stilistika (Lasmini Yuliyanti, 2016)

Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa yang digunakan dalam naskah drama monolog AUT dan fungsi gaya bahasa tersebut. Data dalam penelitian ini yaitu teks atau kalimat-kalimat dalam naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan stilistika.

(3)

10

Kemudian, dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya fungsi penggunaan gaya bahasa dalam naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya meliputi (a) fungsi emotif, (b) fungsi refensial dan (c) fungsi imajinatif.

B. Stilistika

Bahasa dalam karya sastra adalah bahasa yang khas sehingga berbeda dari bahasa dalam karya-karya nonsastra. Untuk itulah, analisis terhadap bahasa sastra pun membutuhkan analisis yang khusus. Dalam hal ini dibutuhkan stilistika sebagai teori yang secara khusus menganalisis bahasa teks sastra. Ratna (2013:3) menyatakan bahwa stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stil (style) secara umum adalah cara-cara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Menurut Ratna (2013:5) stilistika berkaitan dengan pengertian ilmu tentang gaya secara umum, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Stilistika dalam karya sastra merupakan bagian stilistika budaya itu sendiri. Meskipun demikian, dengan adanya intensitas penggunaan bahasa, maka dalam karya sastralah pemahaman stilistika paling banyak dilakukan.

(4)

11

adalah ilmu yang secara spesifik mengungkap penggunaan gaya bahasa yang khas dalam karya sastra.

C. Gaya Bahasa

1. Pengertian Gaya Bahasa

Menurut Aminuddin (1995:1) gaya merupakan perwujudan penggunaan bahasa oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan membuahkan efek tertentu bagi penanggapnya sebagaimana cara yang digunakannya. Menurut Ratna (2013:160) gaya adalah keseluruhan cara yang dilakukan dalam aktivitas kehidupan sehari- hari, baik kegiatan jasmaniah maupun rohaniah, baik lisan maupun tulisan. Menurut Keraf (2010:113) mengungkapkan bahwa gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Gaya bahasa adalah kemampuan seorang dalam mempergunakan ragam bahasa tertentu untuk menimbulkan efek keindahan tertentu yang dimunculkan secara kreatif oleh seorang penulis atau pemakai bahasa.

(5)

12

gaya bahasa itu. Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian gaya bahasa adalah cara pengarang mendayagunakan sumber-sumber kebahasaan yang dipilih dan diatur untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan pengalaman pengarang.

2. Jenis-Jenis Gaya Bahasa

Keraf (2010:113) menyatakan bahwa gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu untuk menghadapi hierarki kebahasaan, pilihan kata secara individu, frasa, klausa, dan kalimat bahkan mencankup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandangan. Oleh sebab itu sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak. Menurut Keraf (2010:115) pandangan atau pendapat tentang gaya bahasa sejauh ini sekurang-kurangnya dapat dibedakan, pertama dapat dilihat dari segi non bahasa, dan kedua dilihat dari segi bahasanya sendiri.

(6)

13

tempat: lokasi atau geografis, (6) hadirin, (7) tujuan: dimana pengarang ingin mencurahkan gejala emotifnya. Dari segi bahasa, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu berdasarkan (a) pilihan kata yaitu, bahasa resmi dan tidak resmi dan percakapan, (b) nada dikenal dengan adanya gaya sederhana, (c) struktur kalimat, bersifat mundur, periodik dan seimbang, (d) langsung tidaknya makna, dikenal dengan adanya kalimat polos dan kalimat yang memiliki gaya (retoris dan kiasan). Menurut Tarigan (2013:6) menyebutkan ada sekitar enam puluh gaya bahasa yang termasuk ke dalam empat kelompok. Empat kelompok gaya bahasa tersebut adalah (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan.

Namun halnya, perbedaan tersebut hanya terletak di dalam penyebutan istilahnya saja, tetapi dari keempat gaya bahasa yang disebutkan dengan istilah yang berbeda tersebut ternyata mempunyai pemaknaan serupa. Dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan penelitian pada gaya bahasa perbandingan, maka hanya gaya bahasa perbandinganlah yang akan dibahas lebih lanjut.

3. Gaya Bahasa Perbandingan

(7)

14

perbandingan yang lain. Gaya bahasa perbandingan memiliki jenis meliputi:

a. Perumpamaan

Menururt Keraf (2010:138) perumpamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Sedangkan menurut Tarigan (2013:9) perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja di anggap sama. Perbandingan secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti dan sejenisnya.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa perumpamaan atau simile yaitu salah satu jenis dari gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal atau lebih secara langsung dan biasanya di tandai dengan penggunaan kata bak, seumpama, seperti, laksana, ibarat, serupa dan sebagai. Contoh: Seperti air dengan minyak. Ungkapan tersebut menggunakan gaya bahasa perumpamaan yang ditandai dengan penggunaan kata seperti.

b. Metafora

(8)

15

melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Sedangkan menurut Tarigan (2013:15) metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek; dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi.

Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang biasanya membandingkan suatu hal secara singkat dan tidak menggunakan kata penghubung seperti yang biasanya terdapat pada perbandingan. Gaya bahasa metafora biasanya membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat yang sama akan tetapi secara singkat dan tanpa adanya kata penghubung. Contoh: Pemuda adalah bunga bangsa. Dua hal yang di bandingkan adalah kata pemuda dan bunga bangsa. Bunga bangsa memiliki arti seseorang yang telah wafat dan masih dikenang hingga saat ini.

c. Personifikasi

(9)

16

adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.

Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa sehingga benda tersebut mempunyai sifat kemanusiaan. Contoh: Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami. Dalam kalimat tersebut, angin dapat meraung layaknya manusia sehingga seolah-olah mempunyai sifat kemanusiaan.

d. Depersonifikasi

Menurut Tarigan (2013:21) depersonifikasi atau pembendaan, adalah kebalikan dari gaya bahasa personifikasi atau penginsanan. Apabila personifikasi menginsankan atau memanusiakan benda-benda, maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insan. Gaya bahasa depersonifikasi terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara eksplisit memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai penjelas gagasan atau harapan. Contoh: Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah.

e. Alegori

(10)

17

menurut Tarigan (2013:24) alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat, atau wadah objek-objek atau gagasan yang diperlambangkan.

Fable dan parabel merupakan alegori-alegori singkat. Fabel adalah sejenis alegori, yang di dalamnya binatang-binatang berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Sedangkan parabel merupakan cerita yang berkaitan dengan Kitab Suci yang mengandung pengajaran mengenai moral dan kebenaran.

Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa alegori adalah cerita yang mengandung kiasan atau cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat, atau wadah objek-objek atau gagasan yang diperlambangkan. Nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, dan tujuannya selalu jelas tersurat. Contoh: Kancil dan Buaya (fabel), Adam dan Hawa (parabel).

f. Antitesis

(11)

18

g. Pleonasme

Menurut Keraf (2010:133) pleonasme adalah acuan yang mempergunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan sama pikiran atau gagasan. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh. Sedangkan menurut Tarigan (2013:29) pleonasme adalah acuan yang menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk menyatakan gagasan atau pikiran.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang lebih banyak untuk mendeskripsikan sesuatu secara berulang yang mana makna dari kata tersebut telah terdeskripsikan secara jelas pada kata pertama. Contoh: Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri. Ungkapan tersebut merupakan pleonasme karena semua acuan itu tetap utuh dengan makna yang sama, walaupun dihilangkan kata dengan telinga saya.

h. Perifrasis

(12)

19

kata-kata lebih banyak daripada yang di butuhkan. Walaupun begitu terdapat perbedaan yang penting antara keduanya. Pada gaya bahasa perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme. Keduanya menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang di butuhkan. Kata-kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan satu Kata-kata saja. Contoh: Ia telah beristirahat dengan damai (mati atau meninggal).

i. Antisipasi atau Prolepsis

Menurut Keraf (2010:134) antisipasi atau prolepsis adalah semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Sedangkan menurut Tarigan (2013:33) kata antisipasi berasal dari bahasa Latin anticipation yang berarti ‗mendahului‘ atau ‗penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang

masih akan dikerjakan atau akan terjadi‘.

(13)

20

j. Koreksi atau Epanortosis

Menurut Keraf (2010:135) koreksi atau epanortosis adalah suatu gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Sedangkan menurut Tarigan (2013:34) koreksi atau epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin merasakan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya dan memperbaiki yang salah.

Dari kedua pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa koreksi atau epartosis adalah suatu gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Contoh: Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. 4. Fungsi Gaya Bahasa

(14)

21

Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta sastra itu terjadi karena sastra bagaimanapun lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk memahaminya juga membutuhkan pemilihan daya kontemplasi pembacanya. Opini merupakan pendapat umum mengenai peristiwa yang dianggap bom-bastis dan menjadi pembicaraan umum. Dalam merumuskan fungsi gaya bahasa dapat di lihat apakah kata atau kalimat memiliki makna konotasi, dan bagaimana nuansa makna maupun keindahan yang dihasilkan kata atau kalimat tersebut. Berangkat dari hal tersebut, maka fungsi gaya bahasa adalah untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca (Tarigan, 2013:4). Makna dalam bahasa dibedakan menjadi dua yaitu makna kognitif dan makna nonkognitif. Makna kognitif terdapat pada wacana-wacana ilmiah. Sifat dari karangan ilmiah setiap kalimat harus mengandung fungsi informasi yang berarti kalimat tersebut memberi informasi pada pembaca. Adapun macam-macam fungsi gaya bahasa menurut Keraf (2010:129), meliputi: fungsi informasi, fungsi untuk menjelaskan, fungsi untuk menghidupkan objek mati, fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan, fungsi untuk penekanan atau memperkuat.

a. Fungsi Informasi

(15)

22

b. Fungsi untuk Menjelaskan

Gaya bahasa berfungsi sebagai sarana untuk menjelaskan maksudnya adalah bahwa gaya bahasa dapat juga berfungsi sebagai sarana untuk menjelaskan atau memberi rincian akan suatu hal, kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

c. Fungsi untuk Menghidupkan Objek Mati

Gaya bahasa sebagai sarana untuk menghidupkan objek mati adalah bahwa gaya bahasa dapat juga sebagai media untuk menghidupkan objek mati sehingga seolah-olah benda itu memiliki sifat kemanusian.

d. Fungsi untuk Menimbulkan Gelak Tawa atau untuk Hiasan

Fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan maksudnya adalah gaya bahasa dapat juga dijadikan sarana untuk menimbulkan gelak tawa atau candaan bagi pembacanya.

e. Fungsi untuk Penekanan atau Memperkuat.

Gaya bahasa dalam sebuah karya sastra dapat juga digunakan untuk memberikan penguatan atau penekanan terhadap suatu hal atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

(16)

23

mempengaruhi penyimak dan pembaca. Jadi, gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau pendengar. Gaya bahasa juga berkaitan dengan situasi dan suasana karangan. Artinya, gaya bahasa menciptakan suasana hati tertentu, misalnya, kesan baik atau buruk, senang, tidak enak, yang diterima karena pelukisan tempat, peristiwa, dan kedaaan tertentu (Ahmadi (Ed.), 1990: 169).

Dengan demikian, dalam hal ini peneliti merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Keraf, dapat dikemukakan bahwa fungsi gaya bahasa dalam karya sastra adalah sebagai alat untuk:

1. fungsi informasi

2. fungsi untuk menjelaskan,

3. fungsi untuk menghidupkan objek mati

4. fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan 5. fungsi untuk penekanan atau memperkuat.

D. Pengertian Karya Sastra

(17)

24

Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan melihat kehidupan lingkungan sekitarnya. Banyak bentuk karya sastra yang muncul seperti puisi, fiksi, dan drama. Salah satu bentuk karya sastra yang melukiskan imajinasi seorang pengarang adalah puisi. Perkembangan puisi saat ini sangat pesat, sehingga munculnya penyair-penyair muda berbakat seperti Muhammad Rois Rinaldi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata akan tetapi karya sastra tetap mengacu pada realitas dunia nyata. Karya sastra merupakan pencerminan akan tetapi bukan berarti bahwa karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan tetapi merupakan pendapat pengarang tentang keseluruhan kehidupannya.

E. Hubungan Gaya Bahasa dengan Karya Sastra

(18)

25

Bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra tentunya bukanlah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari –hari kita, adakalanya untuk menambah nilai estetika dari karya sastra itu sendiri, penulis menyisipkan penggunaan gaya bahasa di dalam karya sastra itu sendiri. Tujuan dari penggunaan gaya bahasa itu sendiri berfungsi sebagai suatu daya tarik bagi pembaca agar tidak merasa bosan dalam membaca sebuah karya sastra disamping untuk menambah nilai kesenangan imajinatif, menghasilkan makna tambahan dan agar dapat menambah intensitas dan nilai konkrit sikap dan perasaan penyair dan juga agar makna yang diungkapkan lebih padat (Djojosuroto 2006:17).

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan jika hubungan antara gaya bahasa dengan karya sastra adalah bahwa penggunaan gaya bahasa dapat memberikan nilai tambah terhadap kualitas karya sastra yang dihasilkan, penggunaan gaya bahasa juga dapat menggambarkan sejauh mana kreativitas imajinatif pengarang itu sendiri disamping untuk menambah nilai estetika dari karya sastra yang dihasilkan.

F. Pengertian Puisi

Menulis puisi merupakan suatu kegiatan seorang ―intelektual‖, yakni

(19)

26

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Perumpamaan sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu merupakan bentuk gaya bahasa persamaan (simile) yang

Gaya kata (diksi) yang terdapat dalam kumpulan puisi Golf Untuk Rakyat adalah (a) kata konotatif, (b) kata konkret, (c) kata serapan dari bahasa asing, (d) kata sapaan khas atau

Penutur: seoang anak Perumpamaan laki-laki bernama Ikal Keterangan: Tujuan tuturan: penutur Termasuk gaya bahasa ingin mempertegas perumpamaan karena tentang kedatangan menggunakan

Penelitian ini menemukan gaya bahasa perbandingan perumpamaan, metafora, personifikasi, alegori, antitesis, pleonasme dan tautologi, perifasis, antisipasi atau prolepsis, gaya

Kalimat di atas merupakan salah satu gaya bahasa perbandingan sebagai perumpamaan karena menggunakan kata bagai sebagai penghubungnya. Jika dilihat dari segi fungsinya,

Kalimat tersebut merupakan gaya bahasa simile karena membandingkan dua hal secara eksplisit atau menyatakan sesuatu sama dengan hal lain dengan menggunakan kata

Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (2009) simile atau persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandingan eksplisit ialah menyatakan sesuatu sama dengan hal

1 data perbandingan gaya bahasa dalam novel Bidadari Berbisik karya Asma Nadia berasal dari 25 sub judul, sebanyak 61 gaya bahasa, dan terdiri dari 13 gaya bahasa perbandingan, yaitu