• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika - PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN STRATEGI SFAE (STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING) UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA N 2 PURBALINGGA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika - PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN STRATEGI SFAE (STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING) UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA N 2 PURBALINGGA - repository perpustakaan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pembelajaran Matematika

Menurut Mulyasa (2004) pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perbedaan perilaku ke arah yang

lebih baik. Lie (2002: 5) berpendapat belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa.

Menurut Mulyono (2009) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi

manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung,

dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

merupakan suatu proses belajar mengajar terencana dan terprogram yang melibatkan guru matematika dengan menyusun suatu rancangan rencana pembelajaran, melaksanakan rancangan pembelajaran (activity), mengevaluasi

pembelajaran dan refleksi pembelajaran, dan melibatkan siswa berdasarkan kurikulum dengan segala interaksi dan proses komunikasi di dalamnya dengan

(2)

masalah serta mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan.

B. Komunikasi Matematika

1) Pengertian Komunikasi Matematis

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin comunication yang berarti sama dalam hal ini berarti sama makna. Komunikasi juga diartikan

sebagai suatu proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang, yang memiliki makna sebagai panduan pikiran serta perasaan berupa ide,

informasi, gagasan, harapan, imbauan, kepercayaan, baik secara tatap muka maupun secara tidak langsung (melalui media) dengan tujuan

mengubah sikap, pandanan dan perilaku (Effendi, 2006).

Komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterprestasi dan mengekspresikan

pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Bambang (2007) berpendapat bahwa komunikasi dalam

matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar mengajar dan meng-akses matematika. NCTM (2000) juga berpendapat tentang komunikasi

(3)

artinya komunikasi matematika merupakan kemampuan seseorang untuk

menggunakan kosakata, notasi, dan struktur matematika untuk menyatakan dan memahami ide-ide serta hubungan matematika.

NCTM (2000) menyatakan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika, bahwa program pembelajaran matematika sekolah harus memberi kesempatan kepada siswa untuk:

a. Menyusun dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi.

b. Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara logis dan jelas kepada teman-temannya, guru, dan orang lain.

c. Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai orang lain.

d. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide

matematika secara benar.

Menurut Satriawati (2006) keseluruhan indikator kemampuan komunikasi matematika tersebut terangkum dalam 3 aspek yang meliputi :

Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri memuat model situasi atau persoalan menggunakan model

matematika dalam bentuk: lisan, tulisan, kongkrit, grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah di

(4)

yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa

sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada

matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. Proses

komunikasi juga membantu membangun makna dan mempermanenkan ide dan proses komunikasi juga dapat mempublikasikan ide.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kemampuan komunikasi matematika merupakan suatu cara bagi siswa untuk

mengkomunikasikan ide-ide, strategi maupun solusi matematika baik secara lisan (berbicara) maupun tertulis serta merefleksikan pemahaman tentang matematika sehingga siswa mampu memahami dan menggunakan

tata bahasa matematika serta mendeskripsikan informasi-informasi penting dari suatu wacana matematika, mengetahui informasi-informasi kultural

atau sosial dalam konteks permasalahan matematika, dan dapat menguraikan sandi/kode dalam pesan-pesan matematika.

Berdasarkan kajian diatas, maka peneliti menggunakan 3 indikator

tentang komunikasi matematika, yaitu :

(5)

menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah di

pelajari, mendengarkan, mendiskusikan dan menulis tentang matematika.

2. Drawing, yaitu merefleksikan benda- benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide-ide matematika dan sebaliknya.

3. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

C. Model Discovery Learning

1. Discovery Learning

Menurut Suryosubroto (2009) Penemuan (discovery) merupakan

suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Model discovery learning mengacu kepada teori belajar yang

didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa

(6)

discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.

Dalam mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan

tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang

teacher oriented menjadi student oriented.

Dalam discovery learning, guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,

menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

2. Langkah-langkah model pembelajaran discovery learning

Menurut Suryosubroto (2009:184) langkah model pembelajaran

penemuan (discovery learning) adalah sebagai berikut:

1)Identifikasi kebutuhan siswa.

2)Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan

(7)

3)Seleksi bahan, dan problem/tugas-tugas.

4)Membantu memperjelas tugas yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa.

5)Mempersiapkan seting kelas dan alat-alat yang diperlukan.

6)Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.

7)Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan 8)Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.

9)Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

Adapun menurut Syah (2004 : 244) dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah

sebagai berikut:

1)Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

(8)

interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa

dalam mengeksplorasi bahan.

2)Problem statement (Pernyataan/identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,

kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

3)Data collection (Pengumpulan data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis,

dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara

sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

4)Data Processing (Pengolah data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan

(9)

Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,

semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat

kepercayaan tertentu.

5)Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu

konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

6)Generalization (Menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari

(10)

3. Kelebihan dan kelemahan model discovery learning

Kelebihan model discovery learning menurut Suryosubroto (2009 : 185)

1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan

dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. 2) Siswa memperoleh pengetahuan baru.

3) Dapat membangkitkan gairah pada siswa.

4) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

5) Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar pada suatu

proyek penemuan khusus.

6) Dapat membantu memperkuat pribadi siswa.

7) Memberi kesempatan kepada siswa dan guru berpartisipasi sebagai

sesama dalam mengecek ide. 8) Membantu perkembangan siswa.

Adapun kelemahan dari model discovery learning menurut Suryosubroto (2009:186) adalah:

1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara

belajar ini.

(11)

3) Mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan

perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

4) Terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang

memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.

D. Strategi SFAE (Student facilitator and explaining)

1) Student Facilitator And Explaining

Perasaan bersahabat merupakan ciri-ciri dan sifat interaksi remaja dalam kelompok sebayanya. Mereka sadar bahwa dirinya dituntut untuk

dapat menyesuaikan dirinya dengan teman lain dalam kelompok, meskipun beberapa saat tertentu mereka kurang dapat memenuhi tuntutan

kelompok tersebut.

Teman sejawat merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan pada masa-masa remaja. Diantara para remaja terdapat jalinan

perasaan yang sangat kuat. Pada kelompok teman sejawat itu untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan

bekerjasama. Dalam jalinan yang kuat itu terbentuk norma, nilai-nilai dan simbol-simbol tersendiri yang lain dibandingkan apa yang ada di rumah mereka masing-masing. Terkadang pertentangan nilai dan norma yang

sering terjadi antara norma dan nilai kelompok pada satu pihak dengan nilai dan norma keluarga pada lain pihak, sering kali timbul pada masa

(12)

berusaha untuk tidak melanggar peraturan rumah tangga, sementara ia juga

merasa takut dikucilkan teman sebaya sekelompok mereka.

Sejalan dengan hal itu Monks dan Rahayu (1998:183) mengatakan:

Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah hingga akhir sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga, ia makin mendekatkan diri pada

orang-orang lain disamping aggota keluarga. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar

pengawasan orang tua. Ia bergaul dengan teman-teman, ia mempunyai guru-guru yang mempunyai pengaruh yang sangat besar.

Penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sejawat, umumnya terjadi dalam kelompok yang heterogen, minat, sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam kelompok besar semacan itu, remaja

menyesuaikan diri dengan cara lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Tetapi yang sesungguhnya terjadi

adalah karena remaja itu sendiri merasa takut atau menghindari keterkucilan dari kelompok. Dengan kata lain bahwa dalam hal-hal yang tidak membuat remaja yang bersangkutan terlalu dirugikan, remaja

cenderung mengikuti kemauan kelompok. Akan tetapi bila pertentangan yang terjadi menyangkut hal prinsip bagi seorang remaja, maka seorang

(13)

Teman sejawat biasanya berpengaruh terhadap sikap remaja pada

sikap dan perilaku remaja tergantung pada sikap dan aktivitas yang ada di dalam kelompok serta kebutuhan individu. Jika unsur prestasi atau hasil

belajar yang lebih diutamakan oleh kelompok umumnya anggota kelompok menunjukanprestasi atau hasil belajarnya. Jika yang menjadi pilihan kekerasan dan kenakalan maka pilihan itu segera diterjemahkan ke

dalam sikap dan perilaku individu. Kelompok teman sebaya baik yang terjadi di masyarakat maupun di sekolah terdiri kelompok-kelompok sosial

yang beranggotakan beberapa orang. Dalam kelompok ini sering terjadi tukar-menukar pengalaman, berbagai pengalaman, kerja sama,

tolong-menolong, tenggang masa dalam kelompok sebaya adalah tinggi.

Karakteristik teman sejawat cenderung saling tolong menolong, tenggang rasa. Apabila tolong-menolong tersebut dalam hal yang positif

maka tentu terjadi pergaulan yang baik. Contohnya antar teman sejawat tersebut membuat kelompok belajar, maka prestasi mereka akan naik di

bidang akademik di sekolahnya. Tetapi apabila tolong-menolong tersebut dalam hal yang negatif, maka dapat dipastikan terjadi pergaulan yang jelek yang dapat merembet kearah kenakalan remaja. Sikap remaja akan

cenderung berubah bila mereka masuk ke suatu kelompok yang baru. Sikap dan perilakunya disesuaikan dengan nilai-nilai dan norma-norma

(14)

melakukan peniruan yaitu bahwa anak adalah peniru sikap-sikap yang

mereka tangkap sebagaimana mereka mempelajarinya.

Metode SFAE (Student Facilitator And Explaining) ini merupakan

salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif. Isjoni (2011) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok 4 - 6 orang siswa

secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan menyimpulkan materi

yang telah dipelajari. Menurut Agus (2009:71) Metode Student Facilitator And Explaining merupakan suatu metode di mana siswa belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya, dapat menerangkan dengan bagan atau peta konsep. Metode pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan

atau pendapatnya sendiri. Perbedaan metode Student Facilitator And Explaining dengan metode diskusi terletak pada cara pertukaran pikiran antar siswa.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode Student Facilitator And Explaining menjadikan siswa sebagai fasilitator di mana siswa belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya dan di ajak berpikir secara kreatif sehingga

(15)

2) Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran SFAE (Student Facilitator And Explaining)

Setiap metode yang sudah ada selama ini pasti mempunyai

kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan metode Student Facilitator And Explaining memiliki kedua hal tersebut. Menurut Agus (2009) Adapun kelebihan dan kekurangan metode Student Facilitator And Explaining sebagai berikut:

Kelebihan Metode Student Facilitator And Explaining

1) Seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dalam bekerja sama hingga berhasil.

2) Dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa.

3) Dapat mendorong tumbuh kembangnya potensi berfikir kritis siswa

secara optimal.

4) Melatih siswa aktif, kreatif dan menghadapi setiap permasalahan.

5) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.

6) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar

pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan suatu kebenaran dalam kerjasama suatu kelompok.

(16)

8) Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam setiap menghadapi

masalah.

9) Melatih kepemimpinan siswa.

Kelemahan Metode Student Facilitator And Explaining

1) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.

2) Pengelolaan kelas yang masih sulit.

3) Memerlukan persiapan parsiapan agak rumit di banding di banding

metode lain misalnya metode ceramah.

Kelemahan dari metode SFAE (Student Facilitator And Explaining) yang sudah dipaparkan di atas tersebut bukanlah hal yang membuat peneliti menjadi patah harapan, dengan mengetahui kekurangan tersebut peneliti akan meminimkan terjadinya kekurangan ketika

melakukan penelitian. Dengan menyusun langkah-langkah pembelajaran penerapan metode SFAE (Student Facilitator And Explaining).

3) Langkah-langkah Pembelajaran Metode SFAE (Student Facilitator And Explaining)

Menurut Agus (2009) langkah-langkah yang digunakan dalam

proses pembelajaran menggunakan metode Teman Sejawat atau SFAE (Student Facilitator And Explaining) adalah sebagai berikut :

(17)

3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa

lainnya misalnya melalui bagan atau peta konsep. 4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.

5) Guru menerangkan semua materi yang di sajikan saat itu.

E. Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Strategi SFAE (Student Facilitator And Explaining)

1) Pembelajaran

Model pembelajaran discovery learning dengan strategi SFAE (Student Facilitator And Explaining) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seperangkat pelaksanaan pembelajaran yang meliputi langkah-langkah: pemberian LKK yang berupa soal isay dalam kelompok,

pemahaman materi atau permasalahan yang disajikan dalam LKK, interaksi siswa dalam kelompoknya dan membuat kesimpulan.

2) Langkah-langkah model pembelajaran discovery learning dengan strategi

SFAE (Student Facilitator And Explaining) untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan :

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai.

2. Guru melakukan apersepsi dengan mereviu materi yang pernah di pelajari.

(18)

5. Siswa mempelajari materi dan menemukan konsep Materi yang

dipelajari.

6. Memberikan Permasalahan berupa LKK.

7. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.

8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan/mempresentasikan hasil temuan atau hasil diskusi kepada

siswa lainnya melalui bagan atau peta konsep.

9. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru

membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya serta proses-proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan. F. Materi

Materi yang akan digunakan peneliti untuk penelitian adalah

Persamaan dan Fungsi Kuadrat.

Sesuai dengan Kurikulum 2013 Persamaan dan Fungsi Kuadrat.

merupakan salah satu pokok bahasan matematika di SMA. Pokok bahasan ini diajarkan pada kelas X semester II. Kompetensi dasar yang akan dipelajari

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kompetensi Inti (KI)

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

(19)

pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3: Memahami, menerapkan,dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasaingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang di pelajarinya di sekolah secara

mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD)

KD 1.Mendeskripsikan berbagai bentuk ekspresi yang dapat diubah menjadi persamaan kuadrat.

(20)

KD 3. Menganalisis fungsi dan persamaan kuadrat dalam berbagai bentuk

penyajian masalah kontekstual.

KD 4. Menganalisis grafik fungsi dari data terkait masalah nyata dan

menentukan model matematika berupa fungsi kuadrat.

Indikator kompetensi

1. Menjelaskan pengertian konsep persamaan kuadrat satu peubah. 2. Menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan pemfaktoran.

3. Menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan rumus abc.

4. Menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan melengkapkan kuadrat

sempurna.

5. Menentukan jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat. 6. Menjelaskan dan menggambar pengertian fungsi.

G. Kerangka berfikir

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas X IPA 3 SMA N 2 Purbalingga dan mengamati proses pembelajaran diperoleh beberapa temuan,

1. Kurang melaksanakan rencana.

2. kegiatan pembelajaran matematika masih banyak didominasi oleh aktivitas guru.

3. kondisi guru pada saat pembelajaran juga belum menggunakan pembelajaran yang bervariasi.

4. Siswa cenderung pasif ketika pembelajaran berlangsung

5. Kurangnya siswa dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika, kemudian tidak melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.

(21)

Berdasarkan permaslahan rendahnya kemampuan komunikasi

matematika siswa kelas X IPA 3, maka diperlukan solusi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika. Salah satu pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematika adalah model Discovery Learning dengan strategi Student Facilitator And Explaining (SFAE). Meningkatkan komunikasi matematika pada diri siswa terutama pada mata pelajaran matematika akan memperbaiki sistem penggerak, siswa perlu diberikan strategi pembelajaran baru, sehingga terdapat suasana yang selalu berbeda setiap kesempatan pembelajaran. Jika

komunikasi siswa mengalami peningkatan, maka kecenderungan untuk Indikator komunikasi matematika

1. Penjelasan konsep, ide atau situasi gambar yang diberikan dalam bentuk kalimat,

2. Melukiskan diagram, gambar, atau table

3. Membentuk persamaan aljabar atau model matematika,

SOLUSI

(22)

meningkatkan hasil belajar siswa akan jauh lebih mudah dengan

menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan strategi SFAE (Student facilitator and explaining). Model pembelajaran discovery learning ini menuntut keaktifan, dan efektif untuk melatih siswa berbicara atau menyampaikan pendapat ke siswa lain dan peranan siswa dalam kegiatan belajar. Menggunakan strategi SFAE pembelajaran ini dapat meningkatkan komunikasi matematika, dengan meningkatnya komunikasi matematika siswa tentunya akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

H. Hipotesis

Berdasarakan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Model pembelajaran

discovery learning dengan strategi SFAE (Student Facilitator And Explaining) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa Kelas X IPA

Referensi

Dokumen terkait

Kebiasaan olahraga dengan intensitas dan frekuensi yang sesuai dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menekan kadar kolesterol LDL sehingga kolesterol atau

Mengakhiri pembahasan artikel sederhana ini maka penulis perlu menegaskan bahwa pada realitasnya masyarakat beragama dalam menjalankan keberagamaannya selalu berpegang pada

Dalam e- commerce dikenal adanya B2B dan B2C yang bisa digunakan para pelanggan untuk turun langsung apabila ingin melakukan transaksi pembelian pada e-commerce atau

Kebebasan individu sebagai warga negara merupakan hak mutlak dan serentak merupakan tuntutan kewajiban untuk bertangungjawab terhadap diri sendiri dan jaminan hak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.#. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

PENGARUH PERLAKUAN ZPT 2,4 D DAN AIR KELAPA TERHADAP MULTIPLIKASI KALUS TANAMAN KENCUR (Kaempferia galanga L.).. ANISA KUSUMA WARDANI

Sedangkan yang pada saat, kuliah tidak melakukan prokrastinasi menjadi

Tetapi jika kita perhatikan nilai kalor jenis akan berbeda dari tiap benda karena memiliki kalor jens yang berbeda. Satuan kalor jenis : J/kg K atau J/kg