BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA
1) Pengertian Keluarga
Friedman tahun,(2010) mendefinisikan keluarga adalah dua orang
atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional
serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.
Keluarga Menrut Jhonson,(2009)memberi pandangan tentang
definisi keluarga berorientasi kepada tradisi, yaitu :
a. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, daerah, ikatan adopsi.
b. Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu
rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap
mengaggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dalam peran social keluarga seperti halnya peran sebagai suami – istri,
peran ayah sebagai ibu, peran anak laki - laki dan anak perempuan.
d. Keluarga bersama – sama menggunakan kultur yang sama yaitu kultur
yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
Friedman,(2010) mendefinisikan keluargasebagai sebuah sistemsosial
kecil yang terbuka yang terdiri dari atas sebuah rangkaian bagian yang
maupun lingkungan eksternal, yang memperngaruhi perspektif para ahli
pasca modernisme keluarga memandang bahwa individu dari tiap generasi
berikutnya akan mendefinisikan kembali keluarga, bahkan reproduksi
yang merupakan fungsi paling dasar dari keluargapun dipandang terpisah
dari keluarga, dengan pilihan menjadi konteks utama di lingkungan
keluarga pascamodern.
2) FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga menurut Friedman,(2010) adalah :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah hubungan sosial yang positif
berhubungan dengan hasil kesehatan yang lebih baik, umur
panjang, dan penurunan tingkat stres. Sebaliknya, kehidupan
keluarga juga dapat menimbulkan stres dan koping
disfungsional dengan akibat yang dapat menganggu kesehatan
fisik( misal tidur, tekanan darah tinggi, penurunan respon
imun).
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan atau perubahan
yang terjadi atau dialami seseorang sebagai hasil dari interaksi
dan pembelajaran peran sosial. Sosialisasi dimuali dari sejak
lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan hidup seluruh anggota keluarga yaitu sandang,
pangan, papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah.
2) Kemampuan keluarga mengetahui masalah.
3) Kemampuan keluarga mengambil keputusan dalam
mengatasi masalah.
4) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
5) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat
baik.
3) Tipe dan bentuk keluarga
Tipe dan bentuk keluarga menurut Friedman ( 2010 ) yaitu :
a. Keluarga inti
Keluarga yang terdiri dari ayah yang mencari nafkah, ibu sebagai
b. Keluarga dual – earner family
Keluarga yang terdiri dari dua orang tua yang keduanya memiliki
pekerjaan, mengatur mengoordinasi pengasuh anak sementara
orang tua bekerja.
c. Keluarga tanpa anak
Keluarga yangh terdiri dari ayah, ibu tanpa mempunyai anak.
d. Keluarga adopsi
Keluarga yang tidak dapat memiliki anak kandung sendiri, tetepi
tetap mempunyai keinginan untuk menjadi orang tua.
e. Keluarga asuh
Keluarga asuh adalah sebuah layanan kesejahteraan anak, yaitu
anak ditempatkan dirumah yang yang terpisah dengan orang tua
atau kedua orang tua kandung untuk menjamin keamanan dan
kesejahteraan fisik serta emosional.
f. Keluarga ekstended family
Keluarga ekstended family adalah keluarga dengan pasangan yang
berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan
dengan orang tua, kaka atau adik dan keluarga dekat lainnya.
g. Keluarga orang tua tunggal
Keluarga orang tua tungga adalah keluarga dengan ibu atau ayah
h. Keluarga orang tua tiri
Keluarga orang tua tiri adalah keluarga yang menikah lagi
dikarenakan pasangan nya meningga atau bercerai.
i. Keluarga binuklir
Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah
perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sisitem kelurga yang
terdiri dari dua rumah tangga inti, makaternal dan paternal dengan
beragam dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan
dalam setiap rumah tangga.
j. Keluarga cohabiting family
Keluarga cohabiting family adalah keluarga yang tinggal bersama
tanpa adanya ikatan pernikaha bulann, baik itu kaum muda, orang
tua, janda atau individu yang bercerai.
k. Keluarga homoseksual
Keluarga homo seksual adalah keluarga dua atau lebih yang
4) Tahap dan perkembangan keluarga
Tahap dan perkembangan keluarga menurut Jhonson R,(2010)yaitu
:
1. Tahap keluarga pasangan baru
Pada tahap ini dimulai dari pasangan yang baru menikah dan
membentuk satu keluarga inti. Pada tahap ini keluarga memilik
tugas yaitu :
a. Membentuk perkawinan yang memuaskan bagi kedua belah
pihak.
b. Berhubungan secra harmonis dengan jaringan kekerabatan.
c. Merncanakan sebuah keluarga.
2. Tahap childbearing family
Pada tahap ini adalah menantikan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan :
a. Mempersiapkan diri menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan keluarga.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan kedua belah
pihak.
3. Tahap keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan
a. Memenuhi kebutuhan anggota seperti kebutuhan tinggal,
privasi dan rasa nyaman.
b. Membantu bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun
diluar keluarga.
e. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
f. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
4. Tahap keluarga dengan ank sekolah
Tahap ini dimulai krtika anak pertama memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri dengan
ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun :
a. Menyosialisasikan anak pada saat sekolah.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
c. Meningkatkan komunikasi terbuka dan mendukung hubungan
pasangan.
5. Tahap keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun
berlangsung selama 6 sampai 7 tahun, anak akan meninggalkan
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab, mengikat remaja sudah bertambah dewa dan mengikuti
otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Tahap keluarga melepas anak dewasa muda
Tahap ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang
tua dan berakhir dengan kosongnya rumahsampai anak terakhir
juga telah meninggalkan rumah.
a. Membantu anak tertua untuk terjun dalam dunia luar.
b. Membantu anak yang terkecil agar mandiri.
c. Memasukan anggota keluarga baru dari pernikahan anak
pertama dan menerima gaya hidup dan nilai pasangan itu
sendiri.
7. Tahap orang tua paruh baya
Tahap ini adalah tahap pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika
anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Biasanya tahap ini dimulai
ketika orang tuan berusia 45 sampai 55 tahun.
b. Menemukan hubungan yang memuaskan dan bermakna dengan
anak pada saat anak dewasa dan dengan orang tua mereka yang
lansia.
c. Mempertahankan keakraban pasangan.
8. Tahap keluarga lansia dan pensiunan
Tahap ini dimulai pada saat pensiunnya salah satu atau kedua
pasangan, berlanjut sampaikehilangan salah satu pasangan, dan
berakhir dengan kematian pasangan yang lainnya.
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Mempertahankan kehidupan yang memuaskan.
c. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, kekuatan
fisik dan pendapatan.
d. Melakukan life review ( merenungkan kehidupan ).
5) Struktur keluarga
Struktur keluarga menurut Jhonson R, ( 2010 ) dibagi menjadi lima
yaitu :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sank
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
di susun memlalui jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
sedarah ibu.
d. Pariolokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan suami
istri.
6) Struktur dan peran keluarga
Peran formal terdapat dalam keluarga seperti mencari
nafkah, ibu rumah tangga, manajer, sopir, juru masak dan lain –
lain.
Sedangkan peran informal bersifat implist biasanya tidak
tampak di permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam
keluarga seperti : sebagai pendorong, pengharmonis pendamai,
penghalang, penyalah, pancari pengakuan, atau sahabat.
7) Proses dan koping keluarga
a. Stres yang dialami oleh keluarga yang kaitan nya dengan ekonomi
kekuatan dari stessor yang dialami oleh keluarga, apakah keluarga
mampu mengahadapi stressor tersebut dan ketegangan setiap hari.
b. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penelitian yang
objektif dan realisi terhadap situasi yang mendukung stress.
c. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stiuasai yang mendukung
strees, strategi koping bagaimana tindakan yang akan diambil oleh
keluarga, apakah setiap anggota keluarga mempunyai koping yang
berbeda – beda dalam cara menghadapi strees : kelompok
kepercayaan keluarga, penggunaan humoor, self evaluasi,
penggunaan ungkapan, pengontrolan keluarga terhadap masalah,
pemecahan masalah secra bersamam – sama. Strategi koping
internal adalah dengan mencari informasi, memeilhara hubungan
dengan berkomunikasi, mencari dukungan sosial.
B. Masalah kesehatan
1) Pengertian
Menurut Adrian J. Goldszmindt ( 2013 ) stroke iskemik
adalah serangan secara tiba – tiba yang menyerang sistem saraf
atau deficit neurologis fokal yamh diduga berasal dari pembuluh
darah, dengan tanda dan gejala kejang defisit neurologis postikal,
Menurut Smiltzer dan Bare ( 2000 ) stroke adalah
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh
suplai darah ke otak mengalami hambatan.
Menurut Hudak dan Galo ( 2000 ) stroke adalah cidera
serebrovaskuler atau stroke meliputi awitan tiba – tiba defict
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian otak.
Insufiesnsi suplai darah disebabkan thrombus biasanya sekunder
terhadap embolisme yang berasal dari tempat lain dalam tubuh.
2) Anatomi dan fiologis
Otak manusia tersusun dari belahan otak besar ( hemisfer
serebri ) batang otak dan otak kecil.
1. Otak besar ( serebrum )
Pusat dari segala pengontolan aktifitas pergerakan tubuh oleh
otak besar terbagi menjadi dua yaitu :
a. Hemisfer serebri kiri
Adalah bagian otak besar yang berfungsi mengontrol atau
mengendalikan pergerakan tubuh bagian kiri, fungsinya
meliputi :
- Mengendalikan gerak tubuh sebelah kanan.
- Menginterpresentasikan pengelihatan dari paruh kanan
b. Hemisfer serebri kanan
Adalah bagian otak besar yang berfungsi untuk mengontrol
dan mengendalikan tubuh bagian kiri, fungsinya meliputi :
- Mengendalikan gerak tubuh sebelah kiri.
- Mengendalikan fungsi bicara kurang lebih 44% orang
kidal hanya 1% pada orang yang tidak kidal.
Gambar otak
2. Batang otak
a. Diesennfalon
Merupakan bagian atas batang otak. Fungsinya untuk
pusat penghitungan, membangkittkan respon emosional
dan mengendalikan suhu.
b. Pous varoli
Merupakan bagian atas tengah batang otak, berfungsi
untuk irama jantung ( pneumotastik ) tempat keluarnya
syaraf cranial.
c. Otak tengah
Berfungsi untuk pergerakan otot, relay dari impus,
reflek pendengaran.
d. Otak kecil ( serebellum )
Berfungsi sebagai koordinasi serta keseimbangan kita
dalam bergerak yang diperintah oleh hemisfer serebri.
3. Etiologi
a. Infark otak ( 80% )
b. Pendarahan subarakoid ( 5% )
c. Penyebab lain yang dapat menimbulkan infark yaitu :
1. Trombosis sindroma.
3. Vasikulitis sistem saraf pusat.
4. Migren.
5. Kondisi hiperkoagulasi.
6. Penyalahgunaan obat.
7. Penyakit hipertensi.
8. Mikosa atrium.
(Smeltzer, Suzanne. 2005 ).
4. Patofisiologi
Berdasarkan intracranial sering terjadi karena daerah
peredaran darah suatu arteri atau kurang mendapatkan aliran darah
ke otak, sehingga mengakibatkan jaringan disekitarnya menjadi
tergeser dan tertekan. Daerah ini sangat mengiritasi jaringan otak
sehingga mengakibatkan vasoplasma pada arteri disekitar tempat
bekuan darah yang seharusnya lunak dan menyerupai sel darah
merah akibatnya terlaurut dan menjadi semakin mengecil, otak
yang tertekan disekitar daerah yang membeku akan mengakibatkan
pembekakan dan mengalami nekrosis karena kerja ensim akan
menjadi proses pencaira sehingga terbentuk rongga, akibat dari
perdarahan intra serebri akan menyebabkan edema pada otak.
Peningkatan tekanan intra kranial.
Suplai darah ke otak yang dilakukan oleh pembuluh darah
karotis akan mendukung metabolisme serebral. Jika otak tidak
kerusakan jaringan yang akan mengakibatkan iskemi yang dapat
menyebabkan stroke dapat disebabkan oleh penyempitan atau
tertutupnya pembuluh darah ke otak disebabkan oleh :
a. Trombosis serebral
Yaitu disebabkan adanya arteriokrolosis pada
umunyamenyerang seseorang yang berusia lanjut.
Hal itu terjadi karena penurunan aktifitas simpati
sehingga menyebabkan pemenuhan darah sehingga
dapat menyebabkan iskemik serebral.
b. Emboli serebral
Penyumbatan darah ke otak oleh bekuan darah,
lemak atau udara, dan jika terjadi hemiparasis atau
hiperlikemia pada sisi kanan, maka akan terjadi
kelainan bidang pandang kanan dapat juga terjadi
apashia. Jika kerusakan hemisfer kanan maka akan
terjadi hemipresis dan hemipagia pada sebelah kiri.
c. Perdaran darah intra srebral
terjadi akibat pembuluh darah ke otak tertekan dan
tekanan yang tinggi atau amuerisma yang pecah.
Pecahnya pembuluh darah di otak menyebabkan
pembesaran ke daerah parency otak, rongga
subcharoid ventrikel dan dapat menyebabkan
yang terdekat. Akibatnya jaringan otak internal
tertekan sehingga menyebabkan infark pada otak,
edema dan mungkin terjadi heriasi otak yang
menyebabkan kematian.
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala seseorang terkena stroke beragam dan
berbeda antarasatu individu dan individu yang lain. Perbedaan
ini dikarenakan setiap orang memiliki otak yang sangat
kompleks. Setiap daerah otak mempunyai fungsi yang berbeda
– beda. Ada yang mengatur prgerakan, pancaindra, perasa,
kognitif dan lain lain. Tanda dan gejala dari stroke tergantung
dari daerah mana yang mengalami kerusakan di otak dan juga
tergantung apakah karena stroke perdarahan atau karena stroke
iskemi.
Namun secara umum tanda dan gejala stroke diantaranya :
Munculnya kelemahan mendadak dari salah satu sisi bagian tubuh.
Munculnya rasa hilang sensasi mendadak disatu sisi tubu ( mati rasa ).
Hilangnya fungsi pengelihatan yang secara tiba – tiba
Gangguan menelan ( disfagia ).
Hilangnya keseimbangan tubuh.
Kesulitan dalam berbicara atau bicara menjadi tidak jelas atau pelo.
Munculnya gangguan kognitif sepeti pikun, tidak dapat berhitung dan membaca.
6. Penatalaksaan
Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mencegah
terjadinya stroke diantaranya :
a. Tidak merokok dan minum – minuman yang mengandung
alkohol.
b. Perbanyak aktifitas fisik dan berolahraga secara teratur.
c. Sebisa mungkin menghindari stres baik fisik maupun
mental.
d. Makan – makan yang rendah kalori, rendah lemak dan
rendah garam.
e. Memperbanyak makan buah dan sayur – sayuran
disarankan untuk mengkonsumsi sekitar 5 porsi buah dan
Makanan Merokok Hipertensi Lanjut Usia
Aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah)
Aliran darah ke otak tersumbat
Aliran darah
terganggu
Hipertensi/hipotensi Pembuluh darah
tersumbat
Hemisfer kiri Shock (koaps
sirkulasi vaskuler)
Oklusi pembluh darah
Penurunan fungsi
motorik
Kenaikan TIK Pecah/bekuan darah
Gangguan
Lobus parietalis Lobus temporalis Lobus frontalis
Sulit menyusun
7. Fokus intervensi
A. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan masalah stroke.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal anggota keluarga
dengan maslah stroke.
3. Gangguan kebersihan diri berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan maslah stroke.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan maslah stroke.
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan maslah stroke.
B. Fokus intervensi
1. DX 1 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan masalah stroke.
Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 3 kali tatap
dimimalkan dengan kriteria hasil : keluarga dan
penderita mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah stroke.
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
stroke.
Menjelaskan pada keluarga mengenai stroke.
Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab stroke.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.
Beri reinforcment positif pada keluarga atas jawaban yang benar.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
dengan masalah stroke
Diskusikan dengan keluarga dalam
mengambil keputusan dengan tindakan
masalah stroke.
Motivasi keluarga untuk mengambil
keputusan mengenai masalah stroke.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan masalah stroke.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
Beri reinfofcement jika jawaban benar. d) Ketidakmampuankeluarga memodifikasilingkungan
untuk anggota keluarga dengan masalah stroke
Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman bagi penderita
stroke.
Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita stroke.
Motivasi kembali agar keluarga
menerangkan kembali penjelasan yang telah
disampaikan.
e) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas
kesehatan.
Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat pelayanan kesehatan yang ada.
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehtan serta menyarankan
supaya datang ke pelayanan kesehatan yang
Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat fasilitas
kesehatan.
Beri renfoctment positif jika jawaban benar 2. DX 2 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal anggota keluarga
dengan masalah stroke.
Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 3 kali tatap
muka diharapkan masalah perubahan perfusi jaringan
dapat dimimalkan dengan kriteria hasil : keluarga dan
penderita mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah stroke.
a). Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
stroke ( perubahan perfusi jaringan ).
Menjelaskan pada keluarga mengenai
hipertensi.
Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab hipertensi.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.
b). Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan dengan masalah stroke( perubahan
perfusi jaringan ).
Diskusikan dengan keluarga dalam
mengambil keputusan dengan tindakan
masalah stroke( perubahan perfusi jaringan).
Motivasi keluarga untuk mengambil
keputusan mengai masalah stroke
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah stroke( perubahan
perfusi jaringan ).
Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan masalah stroke
( perubahan perfusi jaringan ).
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan untuk anggota keluarga dengan
masalah stroke ( perubahan perfusi jaringan ).
Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman bagi penderita
stroke.
Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita stroke.
Motivasi kembali agar keluarga
menerangkan kembali penjelasan yang telah
disampaikan.
Beri reinforcment positif jika jawaban benar. e) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas
kesehatan.
Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat pelayanan kesehatan yang ada.
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehtan serta menyarankan
supaya datang ke pelayanan kesehatan yang
ada.
Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat fasilitas
3. DX. 3 Gangguan kebersihan diri berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah stroke.
Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 3 kali tatap
muka diharapkan masalah gangguan kebersihan diri
dapat dimimalkan dengan kriteria hasil : keluarga
dan penderita mampu merawat anggota keluarga
dengan masalah stroke.
a). Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kebersihan diri kurang berhubungan dengan
stroke.
Menjelaskan pada keluarga mengenai
kebersihan diri kurang.
Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab kebersihan diri kurang.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.
Beri reinforcment positif pada keluarga atas jawaban yang benar.
b). Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan dengan masalah kebersihan diri
Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dengan tindakan
masalah kebersihan diri kurang.
Motivasi keluarga untuk mengambil
keputusan mengai masalah kebersihan diri
kurang.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah kebersihan diri kurang
Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan masalah
kebersihan diri kurang.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan
Beri reinfofcement jika jawaban benar.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan untuk anggota keluarga dengan
masalah kebersihan diri kurang.
Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman bagi penderita
Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita stroke.
Motivasi kembali agar keluarga
menerangkan kembali penjelasan yang telah
disampaikan.
Beri reinforcment positif jika jawaban benar. e) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas
kesehatan.
Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat pelayanan kesehatan yang ada.
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehtan serta menyarankan
supaya datang ke pelayanan kesehatan yang
ada.
Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat fasilitas
kesehatan.
Beri renfoctment positif jika jawaban benar 4. DX. 4 Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan maslah stroke.
Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 3 kali tatap
dapat dimimalkan dengan kriteria hasil : keluarga
dan penderita mampu merawat anggota keluarga
dengan masalah kerusintegritas kulit.
a). Ketidakmampuan keluargamengenal masalah
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
stroke.
Menjelaskan pada keluarga mengenai kerusakan integritas kulit.
Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab kerusakan integritas kulit.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.
Beri reinforcment positif pada keluarga atas jawaban yang benar.
b). Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan dengan masalah kerusakan
intgritas kulit.
Diskusikan dengan keluarga dalam
mengambil keputusan dengan tindakan
masalah kerusakan integritas kulit.
Motivasi keluarga untuk mengambil
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah kerusakan integritas
kulit
Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan kerusakan
integritas kulit.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
Beri reinfofcement jika jawaban benar.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan untuk anggota keluarga dengan
masalah kerusakan integritas kulit.
Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman bagi penderita
stroke.
Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita stroke.
Motivasi kembali agar keluarga
menerangkan kembali penjelasan yang telah
disampaikan
e) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas
kesehatan.
Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat pelayanan kesehatan yang ada.
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehtan serta menyarankan
supaya datang ke pelayanan kesehatan yang
ada.
Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat fasilitas
kesehatan.
Beri renfoctment positif jika jawaban benar. 5. DX. 5 Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan maslah stroke.
Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 3 kali tatap
muka diharapkan masalah gangguan komunikasi
verbal dapat dimimalkan dengan kriteria hasil :
keluarga dan penderita mampu merawat anggota
keluarga dengan masalah gangguan komunikasi
a). Ketidakmampuan keluargamengenal masalah
kerusakan gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan stroke.
Menjelaskan pada keluarga mengenai
gangguan komunikasi verbal.
Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebabgangguan komunikasi verbal.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.
Beri reinforcment positif pada keluarga atas jawaban yang benar.
b). Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan dengan masalah gangguan
komunikasi verbal.
Diskusikan dengan keluarga dalam
mengambil keputusan dengan tindakan
masalah gangguan komunikasi verbal
Motivasi keluarga untuk mengambil
keputusan mengai masalah gangguan
komunikasi verbal.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah gangguan komunikasi
verbal.
Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengangangguan
komunikasi verbal.
Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
Beri reinfofcement jika jawaban benar.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan untuk anggota keluarga dengan
masalah gangguan komunikasi verbal.
Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman bagi penderita
stroke.
Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita stroke.
Motivasi kembali agar keluarga
menerangkan kembali penjelasan yang telah
disampaikan.
e) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas
kesehatan.
Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat pelayanan kesehatan yang ada.
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehtan serta menyarankan
supaya datang ke pelayanan kesehatan yang
ada.
Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat fasilitas
kesehatan.