• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGKAPAN KAPAL OLEH KAPAL POLISI BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGKAPAN KAPAL OLEH KAPAL POLISI BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGKAPAN KAPAL OLEH KAPAL POLISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum

a. Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap upaya penegakan hukum selalu disertai atau dilakukan upaya penangkapan terhadap para pelaku Tindak Pidana tersebut, demikian pula terhadap Tindak Pidana yang terjadi di wilayah perairan juga dilakukan penangkapan namun bukan hanya terhadap manusia atau orang sebagaimana lazimnya terjadi di darat melainkan juga terhadap kapal atau alat angkut di laut.

b. Terhadap kapal yang diduga telah, sedang atau akan melakukan Tindak Pidana di wilayah perairan, dilakukan penindakan oleh Kapal Polisi yang melaksanakan tugas di wilayah tersebut.

c. Berbagai faktor dapat mempengaruhi jalannya suatu proses penangkapan kapal oleh Kapal Polisi mulai kondisi alam atau cuaca, ukuran kapal serta situasi dan kondisi tempat atau wilayah terjadinya penangkapan. Faktor – faktor tersebut berakibat pada timbulnya suatu keadaan yang membahayakan bagi awak Kapal Polisi yang bertugas.

d. Agar Kapal Polisi dapat melaksanakan tugas dengan baik dalam melakukan upaya penangkapan dengan tidak melupakan faktor – faktor yang dapat membahayakan bagi keselamatan awak Kapal Polisi tersebut, maka perlu disusun suatu Standart Operasional Prosedur sebagai pedoman dalam melaksanakan penangkapan kapal.

e. 5 (lima) Pilar utama sesuai yang sampaikan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia yaitu: 1 Kita harus membangun kembali budaya maritim dengan 17 (tujuh belas) ribu pulau, kita

harus mampu mengelola wilayah perairan untuk kesejahteraan dan

(2)

2

2 Kita jaga dan kelola sumber daya laut dengan fokus membangun keamanan laut/ perairan, melalui industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.

3 Memberi prioritas pada pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik , industri perkapalan dan pariwisata maritim 4 Melalui diplomasi maritim guna mengajak mitra-mitra indonesia bekerja sama dibidang

kelautan, dengan menghilangkan sumber konflik dilaut seperti pencurian ikan, perompakan, pencemaran laut dan sengketa wilayah

5 Sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudra, indonesia mempunyai kewajiban membangun kekuasaan maritim guna menciptakan keutuhan kedaulatan demi menjaga kekayaan maritim indonesia.

2. Dasar

a. Undang – Undang Nomor 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia c. Undang – Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI. d. Undang – Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran.

e. Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Kepolisian Daerah.

3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Standart Operasional Prosedur (SOP) ini disusun dengan maksud untuk memberikan kejelasan bagi para awak Kapal Polisi yang melaksanakan tugas patroli.

b. Tujuan

Agar dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas oleh para awak Kapal Polisi terutama dalam melakukan penangkapan terhadap kapal yang diduga telah dan akan melakukan Tindak Pidana di perairan.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup prosedur tetap ini terbatas pada pelaksanaan tugas penangkapan terhadap kapal yang diduga telah, sedang dan akan melakukan Tindak Pidana di perairan

(3)

3 5. Pengertian

a. Kapal Polisi

Kapal Polisi adalah kapal Negara dengan identitas tertentu yang digunakan Polri untuk melaksanakan patroli perairan guna mencegah terjadinya Tindak Pidana di perairan serta menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat perairan.

b. Kapal

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang dapat berpindah – pindah.

c. Penangkapan

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik pengekangan sementara waktu kebebasan kapal dan awaknya apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang – undang.

d. Awak Kapal

Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas diatas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku Sijil.

e. Patroli Perairan

Patroli Perairan adalah suatu bentuk kegiatan bergerak dari suatu tempat ke tempat tertentu yang dilakukan oleh anggota Polri dengan menggunakan kapal guna mencegah terjadinya suatu tindak kriminal, memberikan rasa aman, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat di wilayah perairan.

(4)

4

f. Bahaya

Bahaya adalah suatu situasi dan kondisi atau keadaan di suatu tempat atau lokasi yang dapat menimbulkan suatu akibat timbulnya kerugian baik itu berupa harta maupun jiwa.

g. SOP

Standart Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan Fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis. Administratif dan procedural sesuai dengan tata kerja dan system kerja pada unit kerja yang bersangkutan.

6. Tata Urut

I. PENDAHULUAN II. KEADAAN BAHAYA III. CARA BERTINDAK

IV. PELAKSANAAN PATROLI

V. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB VI. PENUTUP

BAB II

KEADAAN BAHAYA

Yang dimaksud dengan keadaan bahaya dalam SOP ini adalah suatu situasi dan kondisi atau keadaan di suatu tempat atau lokasi yang dapat menimbulkan suatu akibat timbulnya kerugian baik itu berupa harta maupun jiwa yang dihadapi oleh awak Kapal Polisi yang sedang menjalankan tugas patroli dan melakukan upaya penangkapan terhadap kapal yang diduga telah dan akan melakukan Tindak Pidana di perairan. Adapun keadaan bahaya yang mungkin timbul dan dihadapi oleh awak Kapal Polisi adalah sebagai berikut :

(5)

5

1. Keadaan bahaya akibat alam atau cuaca

Keadaan bahaya akibat alam atau cuaca sangat sering dihadapi oleh awak Kapal Patroli Polisi dalam melaksanakan tugas patroli untuk mencegah terjadinya Tindak Pidana di perairan dan memelihara serta menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di perairan. Indonesia yang berada di posisi strategis yaitu di antara 2 benua dan 2 samudera adalah negara yang beriklim tropis dan memiliki 2 musim saja, musim panas atau kemarau dan musim hujan. Situasi atau cuaca yang berpengaruh terhadap perairan belakangan ini sangat sulit diprediksi, pengaruh global warming terhadap cuaca sangat besar sehingga sering sekali terjadi perubahan cuaca yang berakibat gelombang besar dan timbulnya badai yang mengganggu dunia pelayaran.

2. Keadaan bahaya akibat situasi dan kondisi di wilayah penangkapan

Keadaan bahaya yang diakibatkan oleh situasi dan kondisi di wilayah penangkapan bukanlah suatu keadaan bahaya yang sering dihadapi oleh awak Kapal Polisi sebagaimana keadaan bahaya yang diakibatkan cuaca. Biasanya situasi bahaya ini timbul dari adanya penolakan atau perlawanan yang diberikan oleh awak kapal yang akan ditangkap atau kelompok tertentu baik itu sesama kapal dan atau masyarakat di daerah atau wilayah penangkapan. Adapun bentuk – bentuk perlawanan tersebut antara lain :

a. Beradu argument. b. Tidak mau berhenti.

c. Berhenti tetapi tidak mau diperiksa dan memperlihatkan dokumen. d. Melakukan penembakan atau melempar bom molotov.

e. Mengepung dengan menggunakan kapal.

(6)

6

BAB III CARA BERTINDAK

Untuk menghadapi keadaan bahaya sebagaimana telah diuraikan diatas maka diperlukan suatu cara bertindak yang menjadi pegangan bagi para Komandan Kapal Polisi dalam melaksanakan tugas terutama dalam melakukan upaya penangkapan. Adapun cara bertindak tersebut sangat tergantung dengan keadaan bahaya yang dihadapi. Antara lain sebagai berikut :

1. Menghadapi keadaan bahaya akibat keadaan alam atau cuaca

a. Bila kapal berada di pangkalan atau pelabuhanKomandan Kapal Polisi bila mendapat perintah atau informasi tentang adanya kapal yang diduga telah atau akan melakukan Tindak Pidana di perairan namun cuaca buruk dan tidak memungkinkan melaut maka Komandan Kapal Polisi wajib melakukan :

1) Menganalisa situasi dapat atau tidaknya dilakukan upaya penangkapan.

2) Melaporkan kepada pimpinan bahwa keadaan tidak memungkinkan untuk melaut. 3) Membuat laporan tertulis tentang alasan tidak melaksanakan tugas atau melaut

akibat cuaca buruk.

4) Walaupun berada di pangkalan atau pelabuhan Komandan Kapal wajib memperhitungkan keamanan kapal dan segera memindahkannya ke tempat lain bila tidak aman.

b. Bila kapal dalam perjalanan

Komandan Kapal Polisi bila dalam pelaksanaan tugasnya di perjalanan mendapati keadaan bahaya akibat cuaca buruk sementara ada perintah atau informasi tentang adanya kapal yang diduga telah atau akan melakukan Tindak Pidana maka Komandan Kapal Polisi wajib :

1) Menganalisa situasi dapat atau tidaknya melanjutkan perjalanan dalam upaya penangkapan.

(7)

7

2) Melaporkan kepada pimpinan tentang situasi yang dihadapi dan memberikan alasan dan saran

3) Membuat laporan tertulis tentang alasan tidak melanjutkan perjalanan dalam rangka melaksanakan tugas akibat cuaca buruk.

4) Segera melakukan briefing dengan awak kapal lainnya untuk menetukan atau mengambil keputusan demi keselamatan kapal dan awaknya seperti berlindung di balik pulau , sandar di pelabuhan terdekat dll.

2 Menghadapi keadaan bahaya akibat situasi dan kondisi di wilayah penangkapan.

a. Negosiasi.

Bila dalam pelaksanaan tugasnya Kapal Polisi menemukan kapal yang diduga telah, sedang melakukan dan atau akan melakukan Tindak Pidana serta harus dilakukan upaya penangkapan tetapi mendapatkan perlawanan atau penolakan maka cara bertindak pertama yang harus dilakukan adalah negosiasi. Dalam melakukan negosiasi harus diperhatikan :

1) Komandan Kapal Polisi harus segera menganalisa situasi dan kondisi perairan saat itu serta melakukan penilaian terhadap awak kapal yang akan ditangkap untuk mengetahui kemungkinan dapat dilakukan upaya negosiasi.

2) Komandan Kapal Polisi setelah menganalisa dan menilai serta memutuskan dilakukan upaya negosiasi selanjutnya mengambil tindakan untuk dapat melakukan komunikasi dengan nakhoda kapal yang ditangkap.

3) Tindakan ini dapat diawali dengan memberikan isyarat atau himbauan dengan pengeras suara agar kapal tersebut berhenti atau mendekat ke Kapal Polisi.

4) Dalam komunikasi dengan nakhoda kapal setiap Komandan Kapal Polisi wajib menyampaikan hal – hal terkait perundang – undangan atau peraturan yang telah dilanggar sebagai alasan atau dasar dilakukannya penangkapan. Dengan demikian diharapkan nakhoda dapat mengerti dan menerima dengan baik dan tidak melakukan penolakan atau perlawanan.

(8)

8

5) Dalam menyampaikan atau menjelaskan alasan atau dasar penangkapan Komandan Kapal Polisi harus memperhatikan bahasa yang digunakan tidak kasar dan menyinggung, tidak bersikap arogan, mampu mengontrol emosi dan memberikan opsi atau pilihan yang menguntungkan bagi kedua pihak.

6) Pelaksanaan negosiasi dapat menggunakan radio komunikasi, pengeras suara maupun secara langsung atau tatap muka.

b. Melarikan kapal tangkapan

Penolakan atau perlawanan terhadap upaya penangkapan yang dilakukan oleh Kapal Polisi bukan hanya dilakukan oleh kapal yang diduga telah, sedang dan atau akan melakukan Tindak Pidana tetapi dapat juga dilakukan oleh kapal – kapal lain atau masyarakat yang merasa dirugikan sehingga timbul keinginan menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. Dalam situasi yang demikian Komandan Kapal Polisi segera melakukan tindakan :

1) Negosiasi, tentunya dengan mengikuti tahap – tahap pelaksanaannya sebagaimana telah disampaikan diatas. Perbedaannya hanya pihak yang diajak bernegosiasi pada situasi ini bukan dari pihak kapal yang ditangkap melainkan dari pihak kapal atau masyarakat yang merasa dirugikan.

2) Sebelum memulai negosiasi Komandan Kapal Polisi menempatkan posisi kapal tangkapan pada posisi aman dan strategis dengan tujuan apabila terjadi sesuatu hal buruk dapat menyelamatkan diri. Sedangkan posisi Kapal Polisi juga mengatur posisi yang menguntungkan baik untuk melindungi kapal tangkapan maupun Kapal Polisi sendiri.

3) Apabila negosiasi yang dilakukan oleh Komandan Kapal Polisi dengan pihak kapal atau masyarakat yang merasa dirugikan berjalan alot dan mereka tetap memaksakan kehendak, maka Komandan Kapal Polisi harus segera melakukan antisipasi terhadap timbulnya atau terjadinya tindakan anarkis dengan memerintahkan awak Kapal Polisi segera bersiaga melakukan pengamanan terhadap kapal tangkapan dan Kapal Polisi.

(9)

9

4) Untuk pengamanan kapal tangkapan Komandan Kapal Polisi melakukan tindakan dengan menempatkan awak Kapal Polisi di kapal tangkapan dengan bersenjata lengkap dan amunisi sesuai kebutuhan, memerintahkan awak Kapal Polisi yang berada di kapal tangkapan segera menggerakan kapal untuk mulai menjauh dari lokasi penangkapan secara perlahan.

5) Untuk pengamanan Kapal Polisi maka Komandan Kapal Polisi segera memerintahkan awaknya bersiaga dengan segera menggunakan perlengkapan termasuk senjata dengan amunisinya dan menempatkan diri pada posisi untuk melindungi kapal apabila pihak kapal dan masyarakat yang merasa dirugikan mulai melakukan tindakan yang menjurus anarkis, maka Komandan Kapal Polisi segera memerintahkan awak Kapal Polisi yang berada di kapal tangkapan segera melarikan kapal tangkapan menuju pangkalan terdekat, sedangkan Kapal Polisi menjauhi lokasi sambil melindungi diri dan menghambat kapal yang akan berbuat anarkis.

c. Melepaskan kapal tangkapan

Kapal Polisi dalam pelaksanaan tugasnya terkadang menjumpai kelompok kapal yang telah, sedang dan atau akan melakukan Tindak Pidana. Upaya penangkapan hanya dapat dilakukan terhadap salah satu kapal dari kelompok kapal tersebut. Sehingga seringkali mendapat penolakan dan perlawanan dari kapal – kapal yang tergabung dalam kelompok tersebut. Dalam menghadapi situasi yang demikian, maka Komandan Kapal Polisi mengambil tindakan :

1) Langkah pertama Komandan Kapal Polisi tetap diwajibkan melakukan upaya negosiasi dengan perwakilan dari kelompok kapal tersebut sebagai upaya awal, dengan tetap mengikuti tahap – tahap yang sudah ditentukan.

2) Apabila negosiasi tidak ditemukan titik temu, masing – masing pihak tetap mempertahankan pendapat dan kehendak sehingga tidak ada solusi maka Komandan Kapal Polisi menganalisa dan memutuskan apakah dapat meneruskan upaya penangkapan dengan cara melarikan kapal tangkapan.

(10)

10

3) Apabila cara melarikan kapal tangkapan mendapatkan reaksi yang diprediksi dapat menjadi anarkis dan menurut analisa serta penilaian dari Komandan Kapal Polisi membahayakan keselamatan Kapal Polisi dan awaknya, maka Komandan Kapal Polisi melakukan cara bertindak terakhir yang dapat dilakukan yaitu dengan melepaskan kapal tangkapan.

4) Keputusan dari Komandan Kapal Polisi untuk melakukan tindakan melepaskan kapal tangkapan adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap keselamatan Kapal Polisi dan awaknya, serta wajib membuat laporan tertulis secara lengkap setelah tindakan itu dilaksanakan.

5) Penyelesaian lebih lanjut dapat dilaksanakan di daratan melalui Sat Polair kewilayahan dan Polres setempat ataupun bersama Pemda, Instansi lain dan tokoh masyarakat setempat.

BAB IV

PELAKSANAAN PATROLI

1. Pengawasan Sasaran

a. Informasi dan Laporan

1. Informasi Intelijen dari Komando Atas, Komando Samping atau Instansi lain 2. Laporan dari masyarakat Nelayan / Pantai

3. Informasi Laporan dari kapal niaga

4. Informasi / Laporan dari Pesawat Udara pengintai / Patroli Udara

b. Deteksi

1. Radar

2. Pengawas Visual

2. Pengenal dan Penilaian Sasaran a. Sasaran yang di gunakan berupa :

1. Radio Komonikasi, Isyarat 2. Teropong

(11)

11 3. Radar

4. Peralatan lain

5. Data Intelijen yang sudah di siapkan dikapal khususnya menyangkut daerah di mana kontak sasaran terdeteksi.

b. Pengenalan

1. Pengenalan awal untuk memperkirakan apakah sasaran kapal perang Kapal Niaga, Kapal Ikan dengan cara menganalisa sasaran.

2. Mengenal dengan Radar untuk menentukan gerakan sasaran. 3. Mengenal Visual untuk mtukan :

a. Jenis Sasaran b. Bendera

c. Nomor Lambung

d. Tanda – tanda pengenal lainnya.

4. Pengenalan denganKomonikasi Radio atau Isyarat untuk menentukan :

a. Nama Kapal :

b. Nakoda :

c. Jenis Kapal :

d. Agen Perusahaan : e. Pelabuhan singga terakhir : f. Muatan Kapal :

g. Jumlah Abk :

c. Penilaian sasaran dilaksanakan dengan mengkoreksi data yang di dapat dari hasil pengenalan sasaran dengan datan atau informasi intelijen yang ada untuk mendapatkan konfermasi dan selanjudnya menentukan keputusan tindakan yang akan diambil berupa :

1. Diadakan penindakan pengejaran, penghentian dan pemeriksaan. 2. Sasaran di abaikan atau di tinggalkan apabila tidak ada kecurigaan.

3. Meneruskan hasil penilaian ke Komando Atas apabila hasil penilaian meragukan karna data Intelijen yang ada di kapal tidak cukup untuk menentukan tindakan terhadap sasaran.

(12)

12

3. Pengejaran

a.Dasar Pasal 111 UU No. 17 Tahun 1985, Pengejaran dilaksanakan bila kapal yang dicurigai mengabaiakan perintah berhenti dengan tanda yang dapat didengar atau dapat dilihat yang di berikan kapal Patroli.

b. Hak pengejaran seketika adalah Hak Mengejar dan Menahan Kapal Asing sampai dilaut lepas karena dicurigai melakukan pelanggaran hokum / Tindak Pidana di Perairan Pedalaman, Perairan Nusantara, Laut Teritorial, Zona Tambahan, ZEEI atau Landas Kontinen Indonesia, pengejaran itu harus dilakukan mulai dari tempat kejadian sampai dengan laut lepas secara terus menerus tanpa putus. Pengejran harus di hentikan apabila kapal asing itu telah memasuki laut Teritorial Negara Pihak Ketiga.

c.Hak Pengejaran Seketika dapat dilakukan oleh : 1) Kapal Perang / Pesawat Udara Militer.

2) Kapal atau Pesawat Udara lainnya yang diberi tanda.

3) Pengejaran dengan pesawat udara militer disesuaikan dengan kebutuhan dan hasilnya dikoordinasikan dengan unsure kamla.

d. Pengejaran Lintas Perbatasan Perairan antar Kedua Negara Tetangga diatur sesuai dengan Perjanjian Bilateral yang berlaku.

4. Penghentian Kapal

a. Dasar Hukum yang di gunakan.

1. Pasal 27 ayat (2) Jo 110 UU No. 17 Tahun 1985 2. Pasal 7 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1981

3. Pasal 31 UU No. 9 Tahun 1985 b. Syarat – syarat Penghentian Kapal

1. Prosedur Penghentian Kapal.

Prosedur penghentian Kapal untuk keperluan pemeriksaan dilaut di awali dengan menyebutkan identitas kapal sendiri dengan menggunakan tanda atau Isyarat :

a. Dimulai dengan perintah berhenti dengan tanda yang dapat di dengar atau dapat di lihat meliputi :

1. Bendera K 2. Optis Lampu 3. Semaphore

(13)

13

4. Megaphone

5. Menembakan Peluru Api.

b. Jika perintah di atas menurut cara – cara diatas tidak di indahkan oleh kapal tersangka maka kapal tersebut di beri peringatan dengan tembakan Peluru hampa.

c. Jika peringatan ini juga tidak di indahkan supaya di lepaskan tembakan dengan peluru tajam dengan sasaran tembakan air laut di haluan dan di haluan air laut di belakang buritan yang dapat di lihat dengan jelas dari kapalyang di curigai.

d. Hal – hal Khusus :

1. Jika keadaan mendesak supaya jangan ragu – ragu untuk mengambil tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan itu harus seimbang dengan keadaan yang sesunggunya, macam kapal dan kepentingan yang harus dilindungi. Pada umumnya dalam menjalankan tindakan kekerasan dimulai dengan senjata yang paling.

2. Pada waktu menembak dengan peluru tajam tembakan harus diarahkan sedemikian rupa supaya sedapat mungkin tidak menimbulkan korban jiwa, jadi permulaan melalui / melewati, kemudian di badan kapal dibagian yang tidak memuat penumpang dan diusahakan sedapat mungkin jangan membahayakan keadaan kapal / perahu yang akan di periksa.

3. Bagaimanapun juga supaya di usahakan menolong orang – orang yang tenggelam.

4. Bagaimanapun juga supaya diusahakan menolong orang – orang yang tenggelam.

5. Pemeriksaan Kapal

a. Dasar Hukum :

1) Pasal 7 UU No. 8 Tahun 1981

2) Pasal 27 ayat (2) Jo 110 UU No. 17 Tahun 1985

(14)

14

b. Etika dalam Pemeriksaan Kapal

1) Harus Etis 2) Berbaju Dinas

3) Tahu tugas / wewenang / apa yang tidak akan diperiksa 4) Perhatikan keselamatan

5) Tahu barang – barang berbahaya 6) Tidak menyalahgunakan wewenang 7) Tugas periksa adalah mewakili Negara 8) Tahu aturan – aturan hukumnya 9) Gunakan Ceklist

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam Menghentikan dan Memeriksa Kapal :

Dalam hal melakukan tindakan kekerasan yang harus dilakukan yaitu harus seimbang dengan keadaan sesungguhnya, macam kapal, kepentingan yang harus dilindungi.

1) Keadaan Mendesak / Necessary

Suatu keadaan yang dapat membahayakan kapal petugas dan ABK, perlu diadakan / dilakukan tindakan pembelaan diri. Misal :

Kapal diminta berhenti, tapi malah kapal tersebut dengan sengaja menabrakkan kapalnya ke kapal petugas. Ini dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dilancarkan berupa suatu ancaman / perlawanan yang membahayakan, sehingga harus dihadap dengan tindakan kekerasan sebagai tindakan bela diri.

2) Tindakan Kekerasan harus dilakukan secara berimbang untuk menghadapi ancaman tubrukan yang sengaja dilancarkan terhadap kapal petugas, maka tindakan bela diri yang dianggap seimbang adalah menembakan kapal penabrak dihaluan dengan tujuan membocorkan kapal tersebut, sehingga tindakan / niat penabrak dapat digagalkan. Dan untuk mencegah kapal petugas harus diarahkan pada lambung kapal yang di periksa.

(15)

15

3) Jika diantara penumpang ada yang melakukan perlawanan bersenjata supaya tanpa ragu – ragu lagi diambil tindakan yang menggunakan senpi terhadap mereka. Macam senpi yang dipergunakan tergantung pada keadaan.

4) Anggota regu pemeriksaan yang datang diatas kapal yang diperiksa harus jelas identitasnya sebagai anggota Pol Air, dengan perkataan lain mereka harus berseragam. 5) Komandan / Ketua Regu Pemeriksaan harus senantiasa menjaga pelaksanaan tugas

pemeriksaan berjalan yang lancer dan tertib.

c. Tindakan Pemeriksaan

1) Pemeriksaan dilaksanakan setelah kapal berhasil dihentikan, pemeriksaan diawali dengan peran pemeriksaan dengan tujuan untuk mencari bukti yang cukup bahwa yang diperiksa melakukan Tindak Pidana di laut. Tindakan yang dilaksanakan selama mengadakan pemeriksaan :

a) Komandan / Nahkoda Kapal

1) Melengkapi team pemeriksa dengan Surat Pemeriksaan. 2) Selalu memperhatikan keamanan personel dan material. b) Tim Pemeriksa

1) Mengumpulkan ABK kapal yang diperiksa pada suatu tempat. 2) Ketua team pemeriksa menunjukkan Surat Pemeriksa.

3) Memeriksa kelengkapan dokumen kapal.

4) Mengecek atau memeriksa secara fisik tentang muatan, crew, penumpang dab lain – lain yang di anggap mencurigai.

5) Selalu berkomunikasi dengan Komandan Kapal Pemeriksa. 2) Macam bentuk formulir pemeriksaan dokumen kapal (Lihat Lampiran)

(16)

16

d. Pedoman tentang Pelaksanaan Pemeriksaan di Laut adalah sebagai berikut : 1. Catat Posisi, tanggal dan waktu pemeriksaan dilakukan.

2. Sebelum pemeriksaan dilakukan, Nahkoda kapal yang diperiksa dimuka Perwira Pemeriksa diyakinkan bahwa keadaan muatan sesuai / tidak sesuai dengan daftar muatan. Hal ini dilakukan secara tertulis.

3. Pemeriksaan harus disaksikan oleh Nahkoda atau ABK Kapal yang diperiksa.

4. Semua Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti dan tidak memakan waktulama serta tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.

5. Setelah selesai pemeriksaan, hal – hal yang harus dilakukan :

a. Minta Surat Pernyataan tertulis dari Nahkoda Kapal yang diperiksa yang menerangkan bahwa pemeriksaan berjalan dengan tertib, tidak terjadi kerusakan atau kehilangan.

b. Minta Surat Pernyataan tertulis dari Nahkoda Kapal yang diperiksa yang menerangkan hasil pemeriksaan Surat – surat.

c. Mencatat dalam buku journal kapal yang diperiksa atau memberikan surat yang meliputi :

1. Bilamana dan dimana kapal diperiksa.

2. Pendapat tentang hasil pemeriksaan secara garis besar. 3. Perintah yang diberikan.

d. Ijin yang diberikan dengan tanggal dan jam berangkat, Pelabuhan / tempat yang dituju, route yang ditempuh.

e. Tanda tangan Perwira Pemeriksa dengan menyebutkan nama terang dan selanjutnya menyebutkan nama kapal dan membubuhkan cap kapal.

e. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Kapal

1. Apabila tidak terdapat bukti atau petunjuk yang kuat ada Tindak Pidana. a. Kapal segera dibebaskan

b. Dalam Buku Journal Pelayaran Kapal dicatat tentang telah diadakan pemeriksaan dengan menyebutkan posisi dan waktu di lakukan pemeriksaan.

c. Minta Surat pernyataan tertulis dari Nahkoda tentang keadaan muatan dan hasil muat.

(17)

17

2. Apabila dari hasil pemeriksaan diatas kapal terdapat bukti atau petunjuk yang kuat telah terjadi suatu Tindak Pidana sesuai ketentuan Hukum yang berlaku, mak :

a. Perwira Pemeriksa setelah mendapat pengarahan dari Komandan Kapal menyatakan kepada Nahkoda Kapal yang di periksa bahwa Nahkoda, ABK, bersama kapalnya tidak diijinkan untuk melanjutkan pelayaran dan selanjutnya akan di bawa ke pelabuhan madna (dijelaskan namanya) serta di uraikan secar singkat tentang jenis pelanggaran Hukum yang dilakukan.

b. Meminta pengesahan kepada Nahkoda pada gambar Ploting Posisi atau Gambar Situas Pengejaran yang telah ditanda tangani oleh nahkoda. (GSPP)

c. Komandan / Nahkoda menerbitkan Surat Perintah kepada Kapal yang diperiksa untuk membawa kapal dan orang ke pelabuhan RI yang ditentukan.

Dasar penangkapan :

1. Pasal 16 yo 17 KUHAP

2. Pasal 27 (2) yo pasal 105 UU No. 17 Tahun 1985

3. Membawa kapal tangkapan kepelabuhan terdekat atau yang ditentukan untuk pemeriksaan / penyidikan lebih lanjut dapat ditempuh beberapa alternative sebagai berikut :

a. Di Ad Hock

1) Komandan Kapal Pemeriksa menerbitkan Surat Ad Hock kepada Nahkoda / tersangka supaya membawa kapalnya sendiri kepelabuhan sesuai yang di perintahkan.

2) Alat bukti surat / dokumen dan benda-benda yang mudah dipindahkan telah diamankan oleh kapal pemeriksa.

3) Dapat ditempatkan petugas atau tanpa petugas.

4) Cara membawa kapal tangkapan dengan meng Ad Hock hanya terhadap kapal berbendera Indonesia.

5) Surat Ad Hock dibuat rangkap 3 (tiga), 1 (satu) untuk tersangka, 1 (satu) untuk instansi yang dituju, 1 (satu) untuk arsip kapal.

(18)

18 b. Pengawalan

1. Kapal tangkapan beserta tersangka/Nahkoda dan ABKnya dibawa kepelabuhan yang ditentukan.

2. Kapal Petugas / Pengawal mengawal dari samping pada jarak aman.

3. Dapat ditempatkan Perwira dan Pasukan pengawal diatas kapal tangkapan.

4. Barang bukti dalam kapal harus berada dalam pengawasan petugas.

5. Sebagian ABK kapal tangkapan dapat dipindahkan. c. Digandeng / Diseret / Ditunda

1. Kapal tangkapan yang tidak bisa jalan sendiri dibawa oleh kapal petugas dengan cara digandeng / diseret / ditunda.

2. Sebagian ABK Kapal tangkapan dapat dipindahkan ke kapal petugas dan mendapatkan pengawalan diatas kapal tangkapan.

d. Pemindahan atau sebagian seluruh tersangka dari kapal tangkapan. 1. Kapal di bawah oleh petugas di pelabuhan yang di tuju.

2. Para tersangka atau sebagian tersangka ditempatkan diatas kapal petugas e. Hal – hal Khusus

1. Dalam hal kapal tangkapan rusak berat dan dapat menimbulkan bahaya bagi tersangka serta cuaca tidak memungkinkan untuk diseret, maka dapat ditenggelamkan.

2. Tindakan membawa kapal / Ad Hock Dokumen yang harus dibuat:

a. Surat Perintah dan Berita Acara tentang tindakan membawa kapal atau Ad Hock kepelabuhan terdekat.

b. Berita Acara Serah Terima dengan pangkalan untuk diteruskan kepada Penyidik yang berwenang.

f. Dalam hal menyita muatan / kapal / perahu, harus dilakukan sebagai berikut 1. Setiap pelanggaran dilaut yang bersifat pelanggaran / kejahatan, selain

dibuatkan BAP penyitaan yang di serahkan kepada Nahkoda / tersangka. 2. Dalam rangka PAM barang bukti tersebut dilakukan dua cara :

(19)

19

a. Barang bukti dipindahkan ke kapal pemeriksa dan ditempatkan / disimpan sedemikian rupa sebagai keamanan barang bukti tersebut terjamin.

b. Barang bukti tetap diatas kapal yang bersangkutan dengan mengadakan penyegelan.

6. Penggeledahan Kapal

1) Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari / menemukan Barang Bukti Kejahatan. 2) Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penggeledahan kapal :

a) Pusatkan perhatian pada ruang - ruang tersembunyi.

b) Mengikutkan minimal dua orang awak kapal yang diperiksa, hal mana diperlukan sebagai saksi bahwa Penyelidikan tidak merugikan pihak kapal yang diperiksa.

c) Jaga jarak antara tim pemeriksa dan awak kapal untuk menjaga keamanan dari ancaman mendadak.

d) Perhatikan lubang – lubang, pintu – pintu, benda – benda di sekitar tempat yang dilalui / diperiksa yang setiap saat dapat menjadi bahaya yang mengancam anggota tim pemeriksa.

e) Mengatur posisi tubuh sehubung dengan tempat dan senjata sehingga setiap saat dapat menjaga kewaspadaan dari segala kemungkinan ancaman bahaya.

3) Pada pemeriksaan alat – alat penyeberang agar diperhatikan kemungkinan adanya pengakuan yang tidak benar missal : ABK mengaku sebagai juragan atau sebaliknya oleh karena itu tindakan Pemeriksa adalah :

a) Pemeriksaan dilaksanakan setelah kapal berhasil dihentikan. Pemeriksaan diawali dengan peran pemeriksaan dengan tujuan untuk mencari bukti yang cukup bahwa yang di periksa melakukan tindak pidana di laut.

b) Tindakan yang dilaksanakan oleh Komandan kapal adalah Melengkapi tim pemeriksa dengan Surat Perintah selalu mengutamakan keselamatan dan keamanan personil serta materil.

c) Tim pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan urutan sebagai berikut : 1) Mengumpulkan ABK kapal yang dicurigai pada suatu tempat.

2) Menunjukan Surat Perintah tim pemeriksa.

(20)

20

3) Pemeriksaan dokumen kapal dan kelengkapannya.

4) Mengecek / memeriksa serta fisik tentang muatan, crew, penumpang dan hal-hal lain yang dianggap mencurigakan dan patut diduga melakukan tindak pidana di wilayah perairan.

5) Selalu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Komandan / Nahkoda kapal pemeriksa.

4) Cara Penyegelan :

1. Bila barang bukti tersebut sudah berada didalam palka maka palka ditutup dan disegel sedemikian rupa sehingga bila ada perubahan akan merusak segel.

2. Bila barang bukti tersebut berada diatas dek / diruang kapal lainnya dapat dilakukan : a. Barang – barang tersebut dimasukan dalam palka selanjutnya disegel.

b. Meminta pada Nahkoda untuk menyediakan ruangan guna pengamanan barang bukti tersebut dan menyegel pintu – pintu / jendela ruangan tersebut.

BAB V

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. Tugas

Dalam hal Kapal Polisi melakukan upaya penangkapan terhadap kapal yang diduga telah, sedang dan atau akan melakukan Tindak Pidana di perairan dalam keadaan bahaya maka pada saat itu juga bagi seluruh awak Kapal Polisi wajib melaksanakan tugas yang bertujuan demi keselamatan Kapal Polisi dan dirinya.

Diluar peran masing-masing diatas kapal. Pembagian tugas tersebut sebagai berikut:

a. Komandan Kapal Patroli dan Perwira lainnya.

1) Menganalisa dan menilai situasi daerah atau lokasi penangkapan kapal. 2) Menganalisa dan menilai kekuatan yang dihadapi.

3) Melakukan negosiasi dengan pihak yang melakukan Tindak Pidana.

(21)

21

4) Mengambil keputusan guna melakukan suatu tindakan dalam upaya penangkapan. 5) Mengawasi pelaksanaan tugas awak Kapal Polisi.

6) Membuat laporan pelaksanaan tugas.

b. Awak Kapal Polisi.

1) Mengamankan Kapal Polisi. 2) Mengamankan kapal tangkapan.

3) Menjaga dan mengawal kapal tangkapan.

4) Menyiapkan peralatan dan senjata serta amunisi yang dibutuhkan dan diperlukan dalam penangkapan, pengamanan serta pengawalan.

2. Tanggung Jawab

Dalam hal keselamatan Kapal Polisi beserta awaknya ketika dalam keadaan bahaya hendak melakukan upaya penangkapan terhadap kapal yang diduga telah, sedang dan atau akan melakukan Tindak Pidana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Komandan Kapal Polisi tersebut.

BAB VI PENUTUP

1. Demikian Standart Operasional Prosedur (SOP) penangkapan kapal oleh Kapal Polisi dalam keadaan bahaya ini dibuat untuk digunakan dan dipedomani dalam pelaksanaan tugas Kapal Polisi. 2. Standart operasional prosedur ini berlaku terhitung mulai tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di : Lembar

pada tanggal : Agustus 2016 DIREKTUR KEPOLISIAN PERAIRAN POLDA NTB

EDWIN RACHMAT ADIKUSUMO KOMBES POL NRP 62110800

(22)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

Tentang

PATROLI DAN PENANGKAPAN KAPAL OLEH KAPAL POLISI

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini menunjukkan bahwa senyawa pada fraksi metanol V 2.1 * hasil KVC II lebih murni dibandingkan dengan data penelitian yang dilaporkan oleh panjaitan

Lead atau pelaksanaan adalah saat yang dinantikan terlaksananya kegiatan memiliki rasa was-was atau percaya diri sebagai momentum awal team fasilitator di Kampoeng

Berdasarkan penelitian sebelumnya di plot Watusipat, pada musim berbunga yang cukup berlimpah, nyamplung memiliki pembungaan yang serempak dan jenis agen

Padahal selama dalam upaya pencarian banyak warga yang sudah memeriksa rumah kosong tersebut berulang kali namun tidak menemukan Irani berada di tempat itu.. Irani bersama

Pada bulan Agustus 2010, Indomie Keriting hadir dengan tiga rasa baru yaitu Goreng Rasa Ayam Cabe Rawit, Goreng Rasa Kornet dan Rasa Laksa Spesial serta pergantian kemasan

This material is sole property of SINERGI CONSULTING including its intellectual property rights, copyrights, and it should not be disclosed to any other party, photocopied

Analisis Ragam Hasil Pengamatan Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan pemberian kapur dolomit terhadap hasil pengamatan jumlah gulma, berat basah gulma dan berat

Hasil penghitungan state of the art (SOTA) menunjukkan bahwa tingkat kompleksitas tertinggi berada pada komponen teknologi humanware sebesar 0,733. Tingginya