• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BERWAWANCARA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS VIII SMP NEGERI 11 BATANG HARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BERWAWANCARA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS VIII SMP NEGERI 11 BATANG HARI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMIAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA

BERWAWANCARA MELALUI METODE DEMONSTRASI

DI KELAS VIII SMP NEGERI 11 BATANG HARI

Oleh:

ASRIANTI

NIM GJA 12 B 111002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH MENENGAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI 2014

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BERWAWANCARA

MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS VIII SMP

NEGERI 11 BATANG HARI

OLEH: ASRIANTI

Program Studi Pendidkan Guru Sekolah Menengah Jurusan Pendidika Bahasa Indonesia

Universitas Jambi

ABSTRAK

Aspek keterampilan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan

aspek yang harus dimiliki oleh siswa SMP karena siswa harus mampu

mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, dan pesan secara lisan maupun tulisan. Namun kenyataannya di SMP Negeri 11 Batanghari masih banyak siswa yang belum mampu berbicara dengan baik terutama dalam berwawancara. Berwawancara merupakan salah satu aspek yang ada dalam bidang pembelajaran Bahasa Indonesia.

Bertolak dari permasalahan di atas, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan maksud untuk mengetahui kemampuan berwawancara dapat

ditingkatan melalui penggunaan metode demonstrasi. Pelaksanaannya dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus, sebelumnya dilakukan

perencanaan,penerapan tindakan, pengamatan atau observasi refleksi, dan revisi. Pengolahan data yang diperoleh melalaui observasi dan hasil tes diolah secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatakan kemampuam berwawancara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Batanghari.Upaya meningkatkan kemampuan siswa melalui penelitian tindakan kelas ini ternyata lebih efektif. Hal ini diketahui dari hasil akhir

penelitian tindakan kelas yang menunjukan bahwa kemampuan berwawancara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Batanghari meningkat. Bukti hasil

(3)

peningkatannya adalah dari hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 65 dengan ketentasan ,pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 76 , dengan ketentasan

Dengan demikian, disarankan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia supaya menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berwawancara. Karena menggunakan metode demonstrasi dapat menginspirasi siswa dalam beraktifitas berwawancara, dan siswa siswa tambah yakin dengan kemampuan yang dimilikinya.

Kata Kunci :Kompetensi berbicara, Kemampuan berwawancara, metode demonstrasi

1. Pendahuluan

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dituntut memiliki

keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek bahasa tersebut berkaiata erat satu sama lainnya. Salah satu aspek yang dian gap sulit oleh siswa adalah keterampilan berwawancara

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Salah satu kompotensi dasar

Kemampuan melakukan wawancara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Batanghari masih di bawah standar KKM

Perolehan nilai siswa pada materi berwawancara belum memuaskan, dikarnakan pendidik dalam proses pembelajaran lebih banyak mengunakan metode ceramah sehingga siswa berperan sebagai pendengar Penjelasan tentang materi. Dan waktu pelaksanaan praktek siswa kesulitan untuk melakukan kegiatan berwawancara dengan narasumber.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis mencoba mencari solusi yang setidaknya mampu meminimalkan masalah yang dihadapi dalam proses

pembelajaran . Solusi tersebut ialah dengan melakukan Penelitian tindakan kelas

(4)

2.1 Pengertian Berbicara dalam Kemampuan Berbicara

Berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Berbicara adalah mengucapkan kata-kata yamg mengepresikan pikiran, gagasan dan perasaan . Tarigan

Pada hakikatnya berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan

pikiran, gagasan dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan. Berbicara tidak dapat dipisahkan dari kegiatan menyimak atau mendengarkan. Melalui berbicara seseorang dapat menyampaikan informasi kepada orang lain. Pelaksanaan pembelajaran bahasa, khususnya pengembang keterampilan berbicara, guru diharapkan mampu memberikan pembelajaran berbicara tentu terkait dengan berbagai faktor, diantaranya bagaimana guru merumuskan indikator dan tujuan, mengorganisasikan bahan, mengkonstruksi alat evaluasi, mengemas kegiatan, memilih metode dan teknik yang sesuai, serta menggunakan sumber dan media pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa untuk melakukan kegiatan berbicara ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

2.2 Pengertian Wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data atau

memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber atau otoritas. Menurut Charles Steward dan W.B Cash wawancara adalah sebuah proses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan tertentu dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan Tanya jawab.

Tujuan wawancara adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi, misalnya berkaitan dengan masalah social,politik,ekonomi,dll

2. Sebagai bahan opini, misalnya pendapat dan tanggapan narasumber terhadap sesuatu masalah

3. Sebagai bahan cerita, misalnya untuk mendukung penulisan karya sastra 4. Sebagai bahan biografi. Misalnya riwayat hidup tokoh yang akan ditulis.

(5)

Tahap-tahap wawancara yaitu : 1)

Menyimak informasi dari kgiatan wawancara merupakan kegiatan yang bermanfaat karena data menambah wawasan terhadap topic yang diangkat. Rangkuman adalah penyajian singkat dari sebuah tulisan asli atau hasil pembicaraan dengan tetap memperhatikan urutan-urutan isi atau pertanyaanpertanyaan

sesuai dengan karangan atau pembicara aslinya, serta tetap sesuai dengan sudut pandang penulis atau.

2.4 Pengertian Metode Demonstrasi

Pengertian Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan

memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang

ahli dalam topik bahasan “

Selama demonstrasi berlangsung hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut : apakah demonstrasi dapat diikuti oleh setiap siswa, apakah demonstrasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dilakukan, apakah keterangan yang diberikan dapat didengarkan dan dipahami oleh siswa, apakah siswa telah diberikan petunjuk mengenai hal-hal yang perlu dicatat, apakah waktu yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMPN 11 Batang

Hari Jambi Tahun Pelajaran 2013 /2014 dengan jumlah siswa 27 orang,terdiri dari 11 orang siswa perempuan dan16 orang siswa laki–laki.

Adapun karakteristik SMP Negara 11 Batanghari adalah sebagai berikut: a. Berlokasi di jalan Muara bulian–Tembesi Desa Simpang Terusan Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi

(6)

b. Terakredetasi B

c. Latar belakang ekonomi orang tua siswa sedang, mayoritas pekerjaan adalah petani

d. Latar belangkang pendidikan orang tua siswa adalah 80% tamat SD 20% tamat SMA

e. Letak Kelas VIII sejajar dengan kelas VII dan Kelas IV

Disamping kiri kelas VIII jalan setapak dan lokasi sekolah dikelilingi rumah penduduk.

Kemampuan berwawancara dengan menggunakan metode demonstrasi di bawah KKM 70 sehingga perlu adanya tindakan

- Waktu : Terbatas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia - Tempat : kelas VIII SMP Negeri 11 Batang Hari

- Pelaksanaan : Peneliti mengamati guru dalam kelas

- Kriteria keberhasilan efektifitas dan efisiensi dari tindakan yang dilasanakan

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa melakukan proses

kegiatan dengan melakukan wawancara sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan. Siswa benar- benar melakukan aktifitas, beberapa siswa yang lain dalam berwawancara masih terkesan kaku.Ada siswa yang tidak secara serius melakukan wawancara sehingga meminbulkan suasana tidak formal. Ketika pemberikan balikan guru mengadakan tanya jawab siswa tampaknya

termotivasi.Hasil kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.I Rekapitulasi Hasil Pengamatan siklus I Pertemuan I dan II No Skala Penilaian Pertemuan I

Jmlh Siswa Pertemuan II Jmlh siswa

(7)

2 70-79 = Baik 5 9 15 ketuntasan tuntas 3 60 -69 = cukup 2 2 4 50–59= kurang 5 6 9 Tdk tts Jumlah 10 17

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa menerapkan pembelajaran dengan metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata presentasi belajar siswa adalah 70 dan ketuntasan belajar ada 15 siswa dari 27 siswa sudah tuntas belajar.Hasil tersebut menunjukan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar. Karena siswa yang memperoleh nilai

= 70 hanya 15 siswa lebih

kecil dari ketuntasan yang dikehendaki . Hal ini disebabkan karena penilaian siswa masih merasa baru serta belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode demonstrasi.

Pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2014 diikuti 27 siswa dan I peneliti atau observer. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I belum dicapai hasil yang memuaskan karena masih terdapat beberapa kegiatan yang belum terlaksana dengan baik. Adapun tindakan pada siklus II adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih kreatif dan mampu berwawancara melalui metode demonstrasi, dan dilaksanakan dikalangan di luar lingkungan sekolah. Dengan harapan proses pembelajaran ada peningkatan dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Penilaian pada siklus II No Skala Penilaian Jumlah siswa ketuntasan

1 80-100= amat baik 5 5 tuntas 2 70-79 = Baik 20 20 tuntas 3 60 -69 = cukup 1 1 Tdk tts 4 50–59= kurang 1 1 Tdk tts Jumlah 10 25 tts

(8)

2 tdk tts

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media HP yang dilaksanakan dilingkungan kalangan luar sekolah, diperoleh nilai rata-rata dari 27 siswa 25 siswa yang sudah tuntas belajar dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Hasil tersebut menunjukan bahwa pada siklus kedua mengalami peningkatan lebih dari siklus 1 Pembahasan

Dengan menggunakan kondisi awal dan kondisi akhir tergambar bahwa

kemampuan siswa berwawancara melalui metode demonstrasi yang dilaksanakan dikalangan luar sekolah mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Pada siklus I, kemampuan siswa mengalami berbagai hal seperti, siswa belum terbiasa

berbicara secara langsung dan mengajukan pertanyaan–pertanyaan yang sifatnya formal kepada guru serta kemampuan siswa untuk menyusun daftar pertanyaan masih relatif rendah, perhatian dan motifasi siswa terhadap materi cenderung enggan dan kurang aktif. Sehingga ketuntasan siswa belum mencapai target ketuntasan siswa secara klasikal. Maka masih diperlukan tindakan yang efektif pada siklus II..

Tabel 4.3 Rata–rata persentase nilai siswa Siklus I dan Siklus II NO Siklus Rata - rata Jumlah yang tuntas Jumlah yang tidak

tuntas

1 I 65 15 siswa 12 siswa 2 II 76 25 siswa 2 siswa

Pembelajaran pokok bahasan wawancara kelas VIII SMP Negeri 11 Batang Hari selama ini terasa sulit bagi sebagian siswa untuk mengajukan pertanyaan–

pertanyaan dengan tepat dan benar , dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi kesulitan dapat diatasi dengan baik

V. SIMPULAN DAN SARAN.

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV maka dapat diambil

(9)

kemampuan berwawancara siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Batanghari. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil siklus I rata- rata 65 sedangkan Siklus II rata- rata 76

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dapat meningkatan kualitas

pembelajaran KD Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan memperhatikan etika berwawancara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Batanghari, sebaiknya Guru:

1. Menggunakan metode demostrasi

2. Menggunakan media/ alat peraga yang mampu meningkatan belajar siswa 3. Guru mengadakan enovasi / refleksi / evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI.2012.Talenta: Bahasa Indonesia Pengangan guru Kelas 8. Surakarta:putra Nugraha

Arikunto, S.dkk.2006. Penelitian Tindakan kelas . Jakarta : Bumi Aksara.atio Departemen Pendidikan Nasional,2006,Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, Jakarta:Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Model silabus dan Rencana Pelaksanaan Pmbelajaran Mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTS.Jakarta:Depdiknas

Dewi ,Y.2010.Metode Pembelajaran Bahasa. Jambi: PBS FKIP Universitas Jambi

Ibrahim, Abdul Syukur. 2001, Pengantar sosiolinguistik. Malang: Universitas Negeri Malang

Kurniawan, Laksono,dkk.2008.Contextual Teaching and learning. Bahasa Indonesia SMP kelas VIII Edisi 4(

Nurgiantoro,Burhan.2001.Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi III,Yokyakarta:BPFE.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: BSNP

(10)

Tarigan ,H.g.2007.Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa . Bandung: Angkasa

Referensi

Dokumen terkait

The probability of death due to lung cancer, given that a person smoked, was 10 times the probability of death due to lung cancer, given that a person did not smoke.. If

("Persentase Rumah Tangga berdasarkan Jenis Lantai terluas","Percentage of Households by Province and Floor Main

Berisi tentang kesimpulan dengan mengacu pada tujuan penelitian dan saran yang menunjang untuk pelaksanaan Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama

digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis.. siswa, (2) angket untuk mengetahui sikap siswa terhadap model

Pakaian adat tradisional Lampung bila dicermati terdapat perbedaan antara lampung pesisir dengan lampung daratan tetapi pada dasar masih sama yaitu menggunakan

EXISTENTIALISM AS REVEALED IN SOPHIE’S JOURNEY TO REALITY IN JOSTEIN GAARDER’S SOPHIE’S WORLD.. beserta perangkat yang diperlukan

(kepala dan tangan) terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca. pembedahan BPH di

dipergunakan sebagai Rekening Khusus Dana Kampanye Partai Politik Peserta Pemilu yang bersangkutan. a) Periksa kesesuaian klasifikasi sumber penerimaan dan bentuk penerimaan