• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU DESEMBER 2014 SEBESAR 95,02 ATAU TURUN 1,63 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU DESEMBER 2014 SEBESAR 95,02 ATAU TURUN 1,63 PERSEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 03/01/14/Th.XVI, 2 Januari 2015

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU

DESEMBER 2014 SEBESAR 95,02 ATAU TURUN 1,63 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang

 Pada bulan Desember 2014, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 95,02 atau turun sebesar 1,63 persen dibanding NTP November 2014 yaitu 96,59. Penurunan NTP ini disebabkan indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 2,59 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang diterima petani hanya sebesar 0,92 persen.

 Pada bulan Desember 2014, di daerah perdesaan Provinsi Riau terjadi inflasi sebesar 2,60 persen. Inflasi perdesaan disebabkan oleh naiknya indeks pada semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan sebesar 2,14 persen, kelompok makanan jadi, rokok&tembakau sebesar 1,55 persen, kelompok perumahan sebesar 1,80 persen, kelompok sandang 1,15 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,75 persen, kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga sebesar 0,23 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 7,70 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Riau sebesar 101,88 atau turun 1,49 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

(2)

indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di Provinsi Riau, NTP pada bulan Desember 2014 sebesar 95,02 atau turun sebesar 1,63 persen dibanding NTP bulan November 2014 yaitu 96,59. Hal ini disebabkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami peningkatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga barang/produk pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Riau Desember 2014 (2012 = 100)

Rincian

Indeks Gabungan Riau Perubahan (%) November'14 Desember'14 Des'14 thd

Nov'14

[1] [2] [3] [4]

Indeks Harga yang Diterima Petani 111.55 112.58 0.92 Indeks Harga yang Dibayar Petani 115.49 118.48 2.59

Konsumsi Rumah Tangga 117.36 120.41 2.60

Bahan Makanan 123.02 125.66 2.14 Makanan Jadi 111.44 113.16 1.55 Perumahan 108.08 110.02 1.80 Sandang 110.41 111.69 1.15 Kesehatan 109.96 110.79 0.75 Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 108.48 108.73 0.23 Transportasi dan Komunikasi 123.97 133.52 7.70

BPPBM 107.87 110.50 2.44

Bibit 108.48 109.70 1.12 Obat-obatan & Pupuk 105.83 107.21 1.31 Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 102.70 103.60 0.87 Transportasi 120.50 133.09 10.45 Penambahan Barang Modal 109.16 109.99 0.76 Upah Buruh Tani 105.20 105.87 0.64

Nilai Tukar Petani 96.59 95.02 -1.63

(3)

Tabel 2

NILAI TUKAR PETANI (NTP) RIAU DESEMBER 2014 (2012 = 100)

Subsektor Bulan % Perub.

November Desember

[1] [2] [3] [4]

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 118.94 121.93 2.51

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 115.92 118.67 2.37

c Nilai Tukar Petani (NTPP) 102.61 102.74 0.13

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.09 116.48 2.09

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 115.98 119.00 2.61

c Nilai Tukar Petani (NTPH) 98.37 97.88 -0.50

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 108.85 109.19 0.31

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.09 119.15 2.64

c Nilai Tukar Petani (NTPR) 93.77 91.64 -2.27

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 111.28 112.00 0.65

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 112.24 114.78 2.26

c Nilai Tukar Petani (NTPT) 99.15 97.58 -1.58

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 120.50 122.97 2.05

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 115.54 119.60 3.51

c Nilai Tukar Petani (NTNP) 104.29 102.82 -1.42

5.1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 121.45 124.95 2.88

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.01 121.18 4.46

c Nilai Tukar Petani (NTN) 104.69 103.11 -1.51

5.2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.07 119.97 0.76

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 114.84 117.21 2.06

c Nilai Tukar Petani (NTPi) 103.69 102.36 -1.28

R i a u

a Indeks Harga yang Diterima (It) 111.55 112.58 0.92

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 115.49 118.48 2.59

c Nilai Tukar Petani (NTP) 96.59 95.02 -1.63

Jika dibandingkan dengan NTP November 2014, NTP Desember 2014 mengalami penurunan. Subsektor yang mengalami peurunan indeks NTP dan mengakibatkan turunnya angka NTP di provinsi Riau antara lain; subsektor hortikultura yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,50 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan NTP sebesar 2,27 persen , subsektor peternakan yang mengalami penurunan NTP sebesar 1,58 persen dan subsektor perikanan yang mengalami penurunan NTP sebesar 1,42 persen . Sedangkan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan NTP yaitu sebesar 0,13

(4)

1. Indeks harga yang diterima petani (I

t

)

Pada Desember 2014, indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Riau sebesar 112,58. Indeks harga yang diterima ini mengalami peningkatan sebesar 0,92 persen jika dibandingkan dengan It pada November 2014. Kenaikan It terjadi di semua subsektor. Kenaikan It yang tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 2,51 persen; diikuti kenaikan pada subsektor tanaman hortikultura sebesar 2,09 persen; subsektor perikanan sebesar 2,05 persen; subsektor peternakan sebesar 0,65 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,31 persen

2. Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat ditunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Desember 2014 di Provinsi Riau naik sebesar 2,59 persen dibanding Ib November 2014, yaitu dari 115,49 menjadi 118,48. Kenaikan Ib terjadi di semua subsektor. Kenaikan Ib yang tertinggi terjadi pada subsektor perikanan yaitu sebesar 3,51 persen; diikuti kenaikan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,64 persen; subsektor tanaman hortikultura sebesar 2,61 persen; subsektor tanaman pangan sebesar 2,37 persen dan subsektor peternakan sebesar 2,26 persen.

3. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

Pada Desember 2014, NTPP mengalami peningkatan sebesar 0,13 persen dibandingkan dengan NTPP bulan November 2014. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan 2,51 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 2,37 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani ini disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok padi sebesar 2,65 persen dan palawija sebesar 2,16 persen (khususnya komoditi gabah, jagung, ketela pohon/ubi kayu dan ubi jalar). Kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 2,54 persen (khususnya bensin dan beras) dan indeks BPPBM sebesar 1,41 persen (khususnya komoditi bensin, ongkos angkut, upah menuai/memanen, upah menanam dan upah merambet/menyiangi).

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada Desember 2014, NTPH mengalami penurunan sebesar 0,50 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan 2,61 persen, realtif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang diterima petani yaitu hanya sebesar 2,09 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan naiknya indeks harga kelompok sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman obat masing-masing sebesar 2,44 persen, 1,72 persen dan 2,92 persen (khususnya cabai rawit, nenas, cabai merah, terung panjang, ketimun dan nangka). Kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga (khususnya bensin dan beras) sebesar 2.63 persen dan indeks BPPBM (khusunya komoditi bensin, solar, pupuk kandang/kompos dan upah menuai/memanen.) sebesar 2,47 persen.

(5)

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada Desember 2014, NTPR mengalami penurunan sebesar 2,27 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 2,64 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,31 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh meningkatnya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,31 persen (khususnya komoditi kelapa dan karet). Sementara itu, kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) disebabkan naiknya indeks konsumsi rumah tangga (khususnya komoditi bensin, beras dan solar) sebesar 2,67 persen dan indeks BPPBM (khususnya bensin, ongkos angkut, solar dan NP/NPK) sebesar 2,44 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada Desember 2014, NTPT mengalami penurunan sebesar 1,58 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 2,26 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang diterima petani hanya sebesar 0,65 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 0,57 persen (khususnya komoditi sapi potong), ternak kecil sebesar 2,06 persen (khususnya komoditi kambing), unggas sebesar 0,41 persen (khususnya ayam ras pedaging dan ayam buras) dan hasil ternak sebesar 1,27 persen (khususnya komoditi telur itik dan telur ayam ras). Kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga (khususnya bensin dan beras) sebesar 2,41 persen dan indeks BPPBM (khususnya solar dan bensin) sebesar 2,01 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada Desember 2014, NTNP mengalami penurunan sebesar 1,42 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 3,51 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 2,05 persen. Kenaikan It pada Desember 2014 disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima pada kelompok perikanan tangkap sebesar 2,88 persen (khususnya komoditi udang, baung, lais, bawal, pari dan senangin/kuro) dan kelompok perikanan budidaya 0,76 persen (khususnya komoditi patin, nila, lele dan bawal). Kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga (khususnya komoditi bensin, ongkos angkut dalam kota, cabai merah dan beras) sebesar 2,34 persen dan indeks BPPBM sebesar 5,94 persen.

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Desember 2014, NTN mengalami penurunan sebesar 1,51 persen jika dibandingkan dengan NTN Bulan November 2014. Hal ini terjadi karena Ib mengalami kenaikan sebesar 4,46 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan It sebesar 2,88 persen. Peningkatan It disebabkan oleh peningkatan indeks harga di sebagian besar ikan pada kelompok penangkapan perairan umum dan penangkapan laut masing-masing sebesar 2,51 persen dan 3,00 persen (khususnya komoditi udang, baung, lais, bawal, pari dan senangin/kuro). Peningkatan yang terjadi pada Ib dikarenakan adanya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 2,30 persen dan indeks BPPBM sebesar 8,90 (khususnya solar, es batu, ongkos angkut dan bensin)

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Desember 2014, NTPi penurunan sebesar 1,28 persen. Penurunan ini disebabkan Ib mengalami peningkatan sebesar 2,06 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan It sebesar 0,76 persen.

(6)

meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 2,39 persen dan indeks BPPBM sebesar 1,32 persen (khususnya komoditi ongkos angkut, benih lele, pelet, bensin, benih bawal dan solar).

Tabel 3.

Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya Desember 2014 (2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok Bulan % Perub.

November Desember

[1] [3] [4] [5

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 118.94 121.93 2.51

- Padi 115.48 118.54 2.65

- Palawija 128.73 131.51 2.16

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 115.92 118.67 2.37

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.22 120.19 2.54

- Indeks BPPBM 108.90 110.43 1.41

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.09 116.48 2.09

- Sayur-sayuran 112.94 115.70 2.44

- Buah-buahan 115.46 117.45 1.72

- Tanaman obat 105.08 108.14 2.92

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 115.98 119.00 2.61

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.53 120.62 2.63

- Indeks BPPBM 108.52 111.20 2.47

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 108.85 109.19 0.31

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 108.85 109.19 0.31

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.09 119.15 2.64

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.60 120.74 2.67

- Indeks BPPBM 107.63 110.26 2.44

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 111.28 112.00 0.65

- Ternak Besar 114.53 115.18 0.57

- Ternak Kecil 113.57 115.91 2.06

- Unggas 106.03 106.47 0.41

- Hasil Ternak 110.28 111.68 1.27

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 112.24 114.78 2.26

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.84 119.65 2.41

- Indeks BPPBM 105.15 107.27 2.01

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 120.50 122.97 2.05

- Tangkap 121.45 124.95 2.88

- Budidaya 119.07 119.97 0.76

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 115.54 119.60 3.51

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.02 118.73 2.34

- Indeks BPPBM 114.49 121.29 5.94

1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 121.45 124.95 2.88

- Penangkapan Perairan Umum 121.98 125.04 2.51

- Penangkapan Laut 121.28 124.92 3.00

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.01 121.18 4.46

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 115.98 118.65 2.30

- Indeks BPPBM 116.05 126.38 8.90

2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.07 119.97 0.76

- Budidaya Air Tawar 119.07 119.97 0.76

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 114.84 117.21 2.06

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.07 118.85 2.39

- Indeks BPPBM 112.12 113.61 1.32

(7)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sumatera

Seluruh Provinsi di Pulau Sumatera mengalami penurununan NTP. Penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar 2,00 persen, diikuti Provinsi Lampung sebesar 1,87 persen, Provinsi Riau sebesar 1,63 persen, Provinsi NAD Darussalam sebesar 1,30 persen, Provinsi Kepulauan Riau sebesar 1,23 persen, Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,03 persen, Provinsi Bangka Belitung serta Sumatera Barat masing-masing sebesar 0,78 persen, Provinsi Jambi sebesar 0,65 persen dan Provinsi Bengkulu sebesar 0,50 persen seperti terlihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4.

Nilai Tukar Petani 10 Provinsi Di Pulau Sumatera dan Persentase Perubahannya

Desember 2014 (2012 = 100)

No. Provinsi

It Ib NTP

Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1 NAD Darussalam 110.81 0.79 115.87 2.11 95.64 -1.30 2 Sumatera Utara 116.31 1.60 118.90 2.66 97.82 -1.03 3 Sumatera Barat 116.87 1.24 117.87 2.04 99.15 -0.78 4 Riau 112.58 0.92 118.48 2.59 95.02 -1.63 5 Jambi 113.57 1.93 119.47 2.59 95.06 -0.65 6 Sumatera Selatan 113.57 0.66 116.48 2.71 97.50 -2.00 7 Bengkulu 112.27 1.85 118.84 2.37 94.47 -0.50 8 Lampung 119.82 0.26 116.16 2.18 103.16 -1.87 9 Bangka Belitung 118.81 1.88 116.18 2.69 102.26 -0.78 10 Kepulauan Riau 112.62 1.46 114.50 2.72 98.36 -1.23

5. Inflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Desember 2014, di daerah perdesaan Provinsi Riau terjadi inflasi sebesar 2,60 persen. Inflasi perdesaan disebabkan oleh naiknya indeks pada semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan sebesar 2,14 persen, kelompok makanan jadi, rokok&tembakau sebesar 1,55 persen, kelompok perumahan sebesar 1,80 persen, kelompok sandang 1,15 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,75 persen, kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga sebesar 0,23 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 7,70 persen seperti terlihat pada Tabel 5 berikut:

(8)

Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Provinsi Riau Menurut Kelompok Pengeluaran

Desember 2014 (2012 = 100)

Kelompok Pengeluaran

Perubahan

November'14 Desember'14 Des’14 thdp Nov’14

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 117.36 120.41 2.60

Bahan Makanan 123.02 125.66 2.14

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 111.44 113.16 1.55

Perumahan 108.08 110.02 1.80

Sandang 110.41 111.69 1.15

Kesehatan 109.96 110.79 0.75

Pendidikan, Rekreasi, & OR 108.48 108.73 0.23 Transportasi & Komunikasi 123.97 133.52 7.70

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada Desember 2014, terjadi penurunan NTUP sebesar 1,49 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 0,92 persen, relatif lebih rendah dibandingkan peningkatan indeks BPPBM yang mencapai 2,44 persen (lihat Tabel 1). Penurunan NTUP terjadi di 4 (empat) dari 5 (lima) subsektor penyusun NTUP, yaitu subsektor hortikultura sebesar 0,37 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat 2,09 persen, subsektor peternakan sebesar 1,34 persen dan subsektor perikanan sebesar 3,68 persen (Tabel 6).

Tabel 6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor Dan Persentase Perubahannya

Desember 2014 (2012=100)

Sub Sektor November'14 Desember'14

Perubahan Des’14 thdp Nov’14 [1] [2] [3] [4] 1. Tanaman Pangan 109.23 110.41 1.08 2. Hortikultura 105.14 104.75 -0.37

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 101.14 99.02 -2.09

4. Peternakan 105.83 104.41 -1.34 5. Perikanan 105.25 101.38 -3.68 a. Tangkap 104.65 98.87 -5.52 b. Budidaya 106.20 105.60 -0.56 Riau 103.41 101.88 -1.49

Referensi

Dokumen terkait

Pada perancangan alat ini, terdapat dua tahap yaitu perancangan hardware yang berisi rancangan mekanik dan rancangan rangkaian yang dibutuhkan, dan rancangan software

Berdasarkan pada permasalahan yang ditemukan dan solusi yang diasumsikan serta didukung dengan penelitian sebelumnya yang relevan, dapat disimpulkan bahwa alat bantu

Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Ciracas 600 9 Taman Segitiga Tanah Merdeka Utara Kec.. Raya Jimbore

Karena dengan menggunakan layar sentuh maka mahasiswa dapat lebih mudah mengetahui segala informasi untuk sistem akademik dan pengumuman untuk setiap fakultas

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

Skor DECAF menunjukkan tidak terdapatnya korelasi terhadap lama hari perawatan pasien menjadi stabil tetapi memiliki hubungan dengan LOS dan kondisi pasien pulang. Hal ini

Kebijakan pemberian bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama telah diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah