• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V.

PEMBAHASAN

5.1. Keakuratan Pengeboran Vertikal

Pengeboran pada daerah pushback 7 South menggunakan sistem Aquila.

Sistem Aquila ini memiliki cara kerja dimana desain pengeboran dikirimkan secara online kepada alat bor (dalam hal ini alat bor yang dipakai adalah DRILLTECH 1190 DSP) yang nantinya dapat dipakai langsung untuk melaksanakan pengeboran pada daerah yang dimaksud. Desain yang dimaksud termasuk didalamnya koordinat lubang bor (Northing, Easting) juga kedalaman

lubang bor tersebut.

Keakuratan pengeboran vertikal didapatkan dengan membandingkan kedalaman Aquila Actual dengan pengukuran lapangan (measured) dan juga

dengan menggunakan toleransi kedalaman + 0.5 meter. Dengan demikian keakuratan pengeboran vertikal ini dapat diartikan sebagai persentase data pada selang -0.5m< deviasi< 0.5m. Yang persentasenya dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan

Keakuratan Pengeboran Vertikal (%) Blast #2 72.5 Blast #3 64.42 Blast #4 77.46 Blast #5 53.01 Blast #6 77.78 Blast #7 76.97 No. Blast

Sementara itu dari analisa data kedalaman Aquila design dan Aquila Actual yang menggunakan angka toleransi kedalaman sebesar +0.5m diperoleh

(2)

Tabel 5.2

Keakuratan Pengeboran Vertikal Sistem Aquila

No. Blast Keakuratan

Pengeboran Vertikal Sistem Aquila(%)

Blast #2 79.51 Blast #3 80.37 Blast #4 80 Blast #5 94.82 Blast #6 88.62 Blast #7 96.57

Berdasarkan data keakuratan vertikal sistem Aquila ini dapat dilihat bahwa besarnya keakuratan untuk sistem Aquila ini sangat baik yaitu lebih besar dari 79%. Dengan melihat hal ini dapat dikatakan bahwa pengaruh keakuratan vertikal dari sistem Aquila sendiri (Aquila Design dan Aquila Actual) sudah sangat baik.

5.2. Hubungan Ketepatan Pengeboran Vertikal dengan Desain sistem Aquila

Dari data yang diambil, didapatkan perbedaan yang sangat mencolok pada blast #5 pada tanggal 7 september 2007 (lihat Gambar 5.1), dimana data ketepatan vertikal dari pengukuran langsung adalah sebesar 53.01 % sedangkan menurut

Aquila system adalah sebesar 94.82 %.

Perbandingan Keakuratan Pengeboran Vertikal Pengukuran Langsung Vs Sistem Aquila

79.51 80.37 94.82 88.62 96.57 76.97 77.78 53.01 77.46 64.42 72.5 80 0 20 40 60 80 100 120

Blast #2 Blast #3 Blast #4 Blast #5 Blast #6 Blast #7

Blast No. K e a k u rat an V e rt ik a l (% )

Pengukuran Langsung Sistem Aquila

Gambar 5.1

(3)

Dari hasil perhitungan kedalaman dilapangan didapatkan kedalaman rata-rata sebesar 17.01 meter yang berarti telah mencapai target kedalaman yang diinginkan (15 meter tinggi bench + 2 meter subdrill). Untuk blast #5 ini

kategorisasi data dapat dilihat seperti pada Gambar 4.5. Namun dapat dilihat bahwa + 47% (117 lubang dari 249 lubang) dari data kedalaman lubang bor menyimpang dari desain. Dimana untuk deviasi >0.5 meter sebanyak 58 lubang dan deviasi <-0.5 meter sebanyak 59 lubang. Yang jika dianalisa secara statistik mengakibatkan rata-rata kedalaman menjadi 17 meter.

Dengan tingkat penyimpangan sampai + 47% perlu dicari penyebab terjadinya pendangkalan lubang bor ini.

Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab pendangkalan lubang bor pada daerah

pushback 7 South ini antara lain:

- Air permukaan (contohnya : Hujan) membawa material cutting

kembali masuk kedalam lubang khusunya lubang bor yang berada di elevasi terendah.

- Ketidakakuratan (galat) sistem aquila dalam penentuan kedalaman aktual.

- Pada saat manuver berpindah untuk mengebor lubang lainnya, mesin bor sering kali tanpa disengaja memasukkan cutting kembali ke dalam

lubang.

- Beberapa kenderaan operasional (khusus yang berkepentingan terhadap kegiatan pengeboran dan peledakan) berjalan melalui spasi lubang bor dan tidak jarang memasukkan cutting kembali ke dalam lubang.

Telah diteliti bahwa air yang mengisi lubang bor berasal dari air permukaan karena muka air tanah masih sangat jauh dibawah dari lokasi pengeboran dan dinilai tidak berpengaruh terhadap keberadaan air dalam lubang bor. Oleh sebab itu, perbedaan kedalaman yang signifikan pada blast #5 dicoba diteliti melalui curah hujan harian pada saat pengeboran.

(4)

Perbandingan Curah Hujan Vs Deviasi Keakuratan Vertikal Blast #5 Blast #4 Blast #7 Blast #6 Blast #2 Blast #3 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Curah Hujan (mm) De vi a s i Kea k u rat a n V e rt ikal ( % ) Rainfall Deviasi (mm) (%) Blast #2 37.8 7.01 Blast #3 18.4 15.95 Blast #4 108.8 2.54 Blast #5 137.2 41.81 Blast #6 64.6 10.84 Blast #7 89.2 19.6 No. Blast Gambar 5.2

Grafik Perbandingan Curah Hujan terhadap Deviasi Keakuratan Vertikal

Pada tanggal 30 Agustus – 7 September 2007 yang merupakan waktu pengeboran untuk Blast #5 didapat curah hujan rata-rata harian yang merupakan curah hujan tertinggi selama penelitian yaitu sebesar 137.2 mm (Gambar 5.2). ada kecenderungan dimana semakin besar curah hujan semakin besar deviasi antara pengukuran langsung dengan sistem Aquila. Berdasarkan data ini rendahnya

keakuratan vertikal yang diukur langsung dilapangan terhadap sistem Aquila

sangat besar dipengaruhi oleh air permukaan (dalam hal ini air hujan) yang menyebabkan lubang collapse (runtuh) yang berakhir dengan pendangkalan

lubang bor.

Sementara itu dari data pada Gambar 4.2 – Gambar 4.7 secara umum terdapat gambaran bahwa hasil pengukuran kedalaman yang dilakukan penulis

(5)

lebih besar dari data kedalaman yang ditunjukkan oleh alat Aquila. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya data yang berada pada selang deviasi > 0.5 m. Dalam pengukuran kedalaman, menurut data dari departemen Drill and Blast, alat

Aquila memakai data penetration rate (m/hour) design antara lain sebesar 30 dan

42 m/hour tergantung daerah peledakannya. Dari data penetration rate inilah

nantinya ditentukan kedalaman lubang bor dengan memperhatikan waktu yang dipakai untuk membor suatu lubang tertentu. Pada kenyataannya dilapangan pada saat pengeboran dilakukan besarnya penetration rate ini berbeda-beda untuk

setiap lubang. Contohnya :

No. Peledakan : Blast #3 No. Hole : 14045

Waktu Bor : 34.46 menit ≈ 0.574 jam Penetration Rate : 30 m/hour

Maka besarnya kedalaman menurut alat bor Aquila = 0.574 jam x 30 m/jam = 17.23 meter. Sementara pada kenyataannya dalam pengukuran dilapangan didapatkan sebesar 17.7 meter. Hal inilah yang mengakibatkan hasil pengukuran alat bor Aquila lebih kecil dari pengukuran yang dilakukan oleh penulis.

5.3. Penakaran Jumlah Bahan Peledak yang dipakai pada Truk ORICA

Target isian perlubang untuk Powergel 2570 dan Energen 2660 adalah 1200 kg, Pemilihan berat isian optimum tersebut adalah berdasarkan tinggi kolom isian adalah 11 m didapatkan dari desain kedalaman lubang (17meter) dikurangi dengan stemming sebesar 6meter.

Untuk banyak isian bahan peledak diatas 1200 m diperkirakan akan menyebabkan kelebihan isian (overload) yang nantinya akan menjadi penyebab

potensial terjadinya flyrock dan ground vibration yang berlebihan. Kontrol

terhadap besarnya isian ini sangat diperlukan manakala terjadi masalah yang salah satunya dapat diakibatkan oleh kehadiran struktur geologi pada lubang bor yang menyebabkan penambahan jumlah bahan peledak sampai melebihi batas, karena isian tidak pernah mencapai ketinggian untuk stemming-nya sebesar 6

(6)

tembak yang berisi 1400 – 1450 kg yang berarti sudah jauh melewati target isian perlubang. Bahkan salah satu hole pattern (lubang pattern adalah lubang yang

ditambahkan pada desain awal) pada Blast #3 terdapat isian lubang yang mencapai 2000 kg.

Berikut data isian rata-rata perlubang sesuai penakaran Automatic Machine

pada truk MMU ORICA yang dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Rata-Rata Isian Perlubang Secara Otomatis Oleh Truk MMUORICA

Rerataan Kedalaman

Actual (m) Powergel 2570 Energen 2660

Blast #2 15.99 971.08 1014.01 Blast #3 16.14 1015.82 1063.83 Blast #4 16.56 978.82 949.67 Blast #5 17.01 1116.95 1139.94 Blast #6 16.46 945 1127.7 Blast #7 16.35 1022.73 1095.96

Hasil Penakaran Otomatis ORICA (Kg) No. Blast

5.4. Perhitungan Teoritis Pemakaian Bahan Peledak

Perhitungan teoritis untuk penentuan banyaknya isian bahan peledak didalam lubang tembak adalah dengan memakai acuan rumus volume tabung yaitu : L r tabung Vol. =

π

2 Dimana : π = 3.14

r = radius (jari-jari lubang bor) L = kedalaman (tinggi) lubang bor

Kemudian dilakukan pengukuran kedalaman lubang bor secara langsung dilapangan dengan menggunakan pita ukur, dilakukan dokumentasi sesuai dengan nomor lubang (ID Hole). Dengan asumsi diameter lubang bor adalah sebesar

311.15 mm. Setelah didapatkan volume isian lubang bor, dilakukan konversi untuk mendapatkan berat isian sesuai dengan density bahan peledaknya. Pada Powergel 2570 densitynya sebesar 1.25 gr/cc, sedangkan Energen 2660 sebesar

(7)

1.3gr/cc. Prosedur pengambilan sampel untuk penentuan besar density terdapat pada lampiran A.

Gambar 5.3

Contoh Dokumentasi Dan Perhitungan Isian Bahan Peledak

Pengukuran dilakukan secara langsung mulai dari kedalaman lubang bor, stemming, dan pencatatan banyaknya bahan peledak yang dikeluarkan oleh ORICA melalui truk MMU (Mobile Manufacturing Unit) yang contoh

dokumentasinya dapat dilihat pada Gambar 5.3. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.4.

(8)

Tabel 5.4

Rata-Rata Isian Perlubang Dari Perhitungan Teoritis

Rerataan Kedalaman

Actual (m) Powergel 2570 Energen 2660

Blast #2 15,99 917,13 981,61 Blast #3 16,14 954,42 1024,14 Blast #4 16,56 939,49 925,24 Blast #5 17,01 1054,14 1087,82 Blast #6 16,46 907,43 1044,01 Blast #7 16,35 956,75 1068,49

Hasil Perhitungan Manual (Kg) No. Blast

5.5. Perbandingan Pemakaian Bahan Peledak antara Truk MMU dan Perhitungan Manual

Perbedaan jumlah isian bahan peledak antara perhitungan dengan penakaran yang dikeluarkan oleh truk MMU (Mobile Manufacturing Unit)

ORICA beberapa diantaranya cukup signifikan, oleh sebab itu dilakukan perbandingan besarnya deviasi atau penyimpangan diantara keduanya. Perbedaan dikategorisasi berdasarkan jenis bahan peledak yaitu Powergel 2570 dan Energen 2660.

5.5.1. Perbandingan Pemakaian Powergel 2570 Antara Penakaran ORICA Vs Perhitungan Teoritis

Berikut besar perbedaan (deviasi) antara penakaran ORICA dengan perhitungan secara teoritis yang dapat dilihat pada Tabel 5.5.

O R IC A T e o ritis B e d a B e ra t (K g ) D e v ia s i (% ) B la s t # 2 9 7 1 .0 8 9 1 7 .1 3 5 3 .9 5 3 .4 9 B la s t # 3 1 0 1 5 .8 2 9 5 4 .4 2 6 1 .4 5 .5 4 B la s t # 4 9 7 8 .8 2 9 3 9 .4 9 3 9 .3 3 3 .4 6 B la s t # 5 1 1 1 6 .9 5 1 0 5 4 .1 4 6 2 .8 1 5 .3 7 B la s t # 6 9 4 5 9 0 7 .4 3 3 7 .5 7 3 .6 5 B la s t # 7 1 0 2 2 .7 3 9 5 6 .7 5 6 5 .9 8 5 .4 3 5 3 .5 1 4 .4 9 Is ia n P o w e rg e l 2 5 7 0 B la s t N o . A ve ra g e = Tabel 5.5

(9)

Besarnya persentase deviasi isian Powergel 2570 berada dikisaran 3.49% - 5.54%. Selang deviasi ini masih berada pada angka toleransi yang dipakai di Grasberg PT.Freeport Indonesia yaitu sebesar 10%.

Untuk melihat kecenderungan (trend) antara hubungan ketepatan vertikal

dengan isian bahan peledak powergel 2570 dapat dilihat pada Gambar 5.4. Dimana data keakuratan vertikal terdapat pada Tabel 5.1.

Perbandingan Keakuratan Pengeboran Vertikal terhadap Deviasi Powergel 2570 Blast #6 Blast #4 Blast #2 Blast #7 Blast #3 Blast #5 0 1 2 3 4 5 6 0 20 40 60 80 1

Keakuratan Pengeboran Vertikal (%)

D e vi as i I s ia n ( % ) 00 Gambar 5.4

Grafik Perbandingan Keakuratan Vertikal terhadap Deviasi Isian Powergel

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa ada suatu hubungan antara keakuratan vertikal dengan deviasi isian Powergel pada tiap daerah kegiatan peledakan (Blast). Dimana dengan semakin besarnya persentase keakuratan pengeboran

vertikal, deviasi isian Powergel 2570 semakin kecil. Dengan memperhatikan hubungan ini dapat dikatakan bahwa semakin baik tingkat akurasi kedalaman pengeboran akan mempengaruhi besaran isian bahan peledak pada tiap lubang, yang ditunjukkan dengan penurunan deviasi isian (antara penakaran ORICA dan hitungan teoritis).

(10)

5.5.2. Perbandingan Pemakaaian Energen 2660 Antara Penakaran ORICA Vs Perhitungan Teoritis.

Perbandingan berat isian Energen dari penakaran ORICA dan perhitungan teoritis dapat dilihat pada Tabel 5.6.

ORICA Teoritis Beda Berat (Kg) Deviasi (%) Blast #2 1014.01 981.61 32.4 2.46 Blast #3 1063.83 1024.14 39.69 2.97 Blast #4 949.67 925.24 24.43 1.7 Blast #5 1139.94 1087.82 52.12 4.37 Blast #6 1127.7 1044.01 83.69 6.57 Blast #7 1095.96 1068.49 27.47 2.32 43.3 3.40 Blast No. Isian Energen 2660 Average = Tabel 5.6

Beda Isian & Deviasi Isian Energen 2660

Pada peledakan dengan pemakaian Energen, selang deviasi isian bahan peledak berada diantara 1.7% – 6.57 %. Walaupun selang deviasi tersebut masih berada pada angka toleransi, namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada Blast #6 pada tanggal 12 September 2007 yaitu sebesar 6.57% atau 83.69 kg. Besarnya perbedaaan ini dapat dilihat juga pada isian perlubang pada daerah peledakan tersebut yang sebagian besar berisi + 1400 kg. Sementara itu, kecenderungan antara keakuratan pengeboran vertikal dan deviasi isian bahan peledak Energen 2660 dapat dilihat pada Gambar 5.5. Dari grafik perbandingan tersebut didapatkan hubungan dimana semakin tinggi keakuratan pengeboran vertikal, semakin kecil deviasi isian bahan peledak. Melalui grafik ini dapat dijelaskan bahwa keakuratan pengeboran vertikal (kedalamannya) mempengaruhi besarnya isian bahan peledak.

Hubungan antara keakuratan vertikal terhadap isian Powergel 2570 dan Energen 2660 memperlihatkan kecenderungan yang sama yaitu semakin tinggi tingkat keakuratan pengeboran vertikal semakin kecil deviasi isian bahan peledaknya.

(11)

Perbandingan Keakuratan Pengeboran Vertikal terhadap Deviasi Energen 2660 Blast #4 Blast #7 Blast #6 Blast #2 Blast #3 Blast #5 0 1 2 3 4 5 6 7 0 20 40 60 80 1

Keakuratan Pengeboran Vertikal (%)

D evi asi I si a n ( % ) 00 Gambar 5.5

Grafik Perbandingan Keakuratan Vertikal terhadap Deviasi Isian Energen

5.6. Distribusi Fragmentasi Hasil Peledakan Di Daerah Penelitian

5.6.1. Distribusi Fragmentasi Dengan Software Split Engineer Desktop 2.0TM

Untuk mendapatkan secara cepat kisaran besaran fragmentasi yang ada maka dilakukan pengambilan foto atau gambar dari batuan hasil peledakan kemudian diolah menggunakan software Split Engineer Desktop 2.0TM. Untuk

mendapatkan keakuratan dalam pengukuran dengan menggunkan software ini

maka dilakukan validasi terlebih dahulu, yang prosedur serta hasil validasinya dapat dilihat pada Lampiran D. Didapatkan bahwa Split Desktop valid untuk

digunakan, maka tidak diperlukan koreksi terhadap n (faktor keseragaman) dan X (ukuran fragmentasi) dari foto digital yang didapatkan di lapangan.

Besarnya P80 dari hasil olahan foto digital oleh software split desktop dapat dilihat pada Tabel 5.7. Pada tabel tersebut juga ditunjukkan berat isian bahan peledak Energen 2660.

(12)

Tabel 5.7

Persentase Berat Isian Energen dan Besaran P80 Hasil Olahan Split Desktop tiap Blast

Blast

No. % Berat Energen

P80 Split Desktop (cm) Blast #2 80.97 39.26 Blast #3 35.26 88.51 Blast #4 24.82 35.01 Blast #5 35.90 46.62 Blast #6 98.51 23.76 Blast #7 19.26 56.66

Dengan memperhatikan bahwa besaran densitas Energen 2660 sebesar 1.3gr/cc yang lebih besar daripada Powergel 2570 (1.25gr/cc), maka Energen 2660 memiliki kekuatan yang lebih besar dari Powergel 2570 karena bobot isinya yang lebih besar. Oleh sebab itu dilihat kecenderungan akan hal tersebut melalui Gambar 5.6.

Perbandingan Distribusi Fragmentasi Split Desktop terhadap % Berat Isian Energen 2660

Blast #3 Blast #7 Blast #4 Blast #5 Blast #2 Blast #6 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 0 20 40 60 80 1 P80 (cm) % B e ra t E n er g e n 00 Gambar 5.6

Grafik Perbandingan Distribusi Fragmentasi Split Desktop terhadap % Berat Isian Energen

(13)

Dari grafik tersebut didapatkan kecenderungan bahwa semakin besar persentase berat isian oleh bahan peledak Energen 2660, maka ukuran fragmentasi P80-nya semakin kecil.

Untuk memperlihatkan kecenderungan pada bahan peledak Powergel dapat dilihat pada gambar 5.7. Didapatkan kecenderungan dimana semakin besar persentase berat isian Powergel mempengaruhi fragmentasi dengan semakin besar ukuran P80 nya.

Perbandingan Distribusi Fragmentasi Split Desktop terhadap % Berat Isian Powergel 2570

Blast #3 Blast #2 Blast #6 Blast #7 Blast #4 Blast #5 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 0 20 40 60 80 1 P80 (cm) % Be ra t P o w e rg e l 00 Gambar 5.7

Grafik Perbandingan Distribusi Fragmentasi Split Desktop terhadap % Berat Isian Powergel

5.6.2. Distribusi Fragmentasi dari Crusher

Pemakaian software split desktop yang melakukan pengolahan terhadap

foto digital fragmentasi hasil peledakan dilapangan hanya bisa dilakukan pada permukaan mug pile saja, maka untuk mengetahui distribusi fragmentasi hasil

peledakan dibawah permukaan dilakukan dengan mengambil data dari crusher.

(14)

Tabel 5.8

Persentase Berat Isian Energen dan Besaran P80 dari Crusher tiap Blast Blast

No. % Berat Energen P80 Crusher (cm)

Blast #2 80.97 60.1 Blast #3 35.26 66.44 Blast #4 24.82 54.74 Blast #5 35.90 54.1 Blast #6 98.51 45.21 Blast #7 19.26 55.4

Pada data fragmentasi P80 dari crusher ini, dilakukan juga perbandingan

terhadap presentase berat isian Energen seperti halnya pada fragmentasi F80 hasil olahan split desktop sebelumnya. Dari perbandingan ini juga didapatkan

kecenderungan dimana ukuran fragmen P80 akan semakin besar jika persentase berat isian bahan peledak Energen 2660 semakin rendah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.8.

Data distribusi fragmentasi diatas didapatkan dari crusher. Dimana pada crusher diinstalasi kamera yang nantinya mengambil foto digital pada saat

material di-dumping dari alat angkut. Kemudian diolah dengan sistem image recognition oleh software PI.

(15)

Perbandingan Distribusi Fragmentasi Crusher terhadap % Berat Isian Energen 2660

Blast #7 Blast #4 Blast #3 Blast #5 Blast #2 Blast #6 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 0 10 20 30 40 50 60 7 P80 (cm) % B e ra t E n er g e n 0 Gambar 5.8

Grafik Perbandingan Distribusi Fragmentasi Crusher terhadap % Berat Isian Energen

Sementara untuk bahan peledak Powergel didapatkan kecenderungan seperti pada gambar 5.9. Dimana semakin besar ukuran fragmen P80-nya, semakin besar persentase berat isian Powergel-nya. Kondisi ini berbanding terbalik dengan bahan peledak Energen.

Dengan melihat kecenderungan ini semakin menguatkan pernyataan bahwa bahan peledak Energen 2660 lebih kuat daripada Powergel 2570 jika dilihat dari ukuran distribusi fragmentasinya.

(16)

Perbandingan Distribusi Fragmentasi Crusher terhadap % Berat Isian Powergel 2570

Blast #6 Blast #2 Blast #3 Blast #5 Blast #4 Blast #7 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 0 10 20 30 40 50 60 7 P80 (cm) % Be ra t P o w e rg e l 0 Gambar 5.9

Grafik Perbandingan Distribusi Fragmentasi Crusher terhadap % Berat Isian Powergel

5.7 Tabel Isian Bahan Peledak (Explosive Charged Table)

Pengisian bahan peledak pada daerah penelitian seringkali melebihi target isian maksimal bahan peledak yaitu sebesar 1200 kg. Oleh sebab itu untuk melakukan kontrol terhadap isian agar tidak berlebih (over load), maka dicoba

untuk membuat tabel isian berdasakan kedalaman lubang. Isian bahan peledak yang berlebihan dapat mengakibatkan ground vibration yang berlebihan yang

dapat menggangu kestabilan lereng dan juga fly rock yang dapat membahayakan

keselamatan.

Tabel ini didapatkan dengan menggabungkan seluruh data jumlah isian bahan peledak baik Powergel 2570 maupun Energen 2660 lalu dikelompokkan dalam selang tertentu, maka didapatkan tabel isian yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan, dimana stemming yang digunakan adalah sebesar 6 meter. Tabel ini dapat dilihat pada Tabel 5.7.

(17)

Tabel 5.9

Tabel Isian Bahan Peledak (Rekomendasi)

Interval Kedalaman

Powegel Energen

No.

(Meter) (Kg) (Kg) 1 12 - 12.5 597 621 2 12.6 - 13 650 676 3 13.1 - 13.5 697 725 4 13.6 - 14 745 775 5 14.1 - 14.5 793 825 6 14.6 - 15 841 874 7 15.1 - 15.5 888 924 8 15.6 - 16 936 974 9 16.1 - 16.5 984 1023 10 16.6 - 17 1032 1073 11 17.1 - 17.5 1079 1123 12 17.6 - 18 1127 1172 13 18.1 - 18.5 1175 1222

Gambar

Grafik Perbandingan Curah Hujan terhadap Deviasi Keakuratan Vertikal
Grafik Perbandingan Keakuratan Vertikal terhadap Deviasi Isian Powergel
Grafik Perbandingan Keakuratan Vertikal terhadap Deviasi Isian Energen
Grafik Perbandingan Distribusi Fragmentasi Split Desktop   terhadap % Berat  Isian Energen
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan keterangan di atas, maka diharapkan hasil penelitian ini akan mempunyai potensi hak atas kekayaan intelektual, yang mendapatkan bahwa sekretori-IgA

[r]

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Menurut Siswanto (2005: 28) yang mengemukakan manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis dan Perancangan

Jawaban Siswa yang Dominan Otak Kanan untuk Masalah Nomor 3 Berdasarkan jawaban Siski (Gambar 5) dan Jawaban Siska (Gambar 6), tampak bahwa dalam menyelesaikan masalah nomor 3,

• Risiko sistemik adalah risiko dimana kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan bukan hanya dampak berupa

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu