III.
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibagi dalam beberapa kegiatan yaitu: 1) analisis kinerja pengelolaan HLGD 2). analisis terhadap situasi ekologi dan sosial ekonomi, 3) analisis aturan formal tentang aspek pemantapan kawasan, pengelolaan, pembinaan dan pengawasan kawasan HLGD, 4) analisis perilaku stakeholder di HLGD, 5) merumuskan kelembagaan pengelolaan HLGD yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di HLGD Propinsi Gorontalo. Pra penelitian dilakukan pada bulan September 2010-Desember 2010. Kegiatan penelitian itu sendiri dimulai pada bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.
3.3. Jenis Data a. Data Utama
Data utama dalam penelitian ini secara lengkap bisa dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data utama yang dibutuhkan dalam penelitian
Aspek Penelitian
Data/Informasi Rujukan Kegunaan data
Biofisik
Perubahan tutupan lahan
Jenis dan luas perubahan
penutupan lahan di
kawasan hutan lindung
berdasarkan kriteria
IPCC
Mendeskripsikan luas
dan sebaran perubahan tutupan lahan
Sedimentasi
Rata-rata sedimentasi
setiap tahun yang terjadi di DAS Bionga dan DAS Bolango
Mendeskripsikan jumlah
sedimentasi yang
terdapat di DAS Bionga dan DAS Bolango
Debit air
Rata-rata debit air setiap tahun yang terjadi di DAS Bionga dan DAS Bolango
Mendeskripsikan jumlah
sedimentasi yang
terdapat di DAS Bionga dan DAS Bolango
Sosial ekonomi Pertumbuhan penduduk Tingkat pertumbuhan penduduk Mendeskripsikan tingkat pertumbuhan penduduk. Jumlah Penduduk Miskin
Tingkat kemiskinan Mendeskripsikan jumlah
penduduk miskin di
dalam dan disekitar
kawasan hutan lindung
Lahan konflik Luas lahan garapan di
dalam kawasan hutan
Mendeskripsikan luas
lahan garapan penduduk di dalam kawasan hutan lindung
Gangguan terhadap kawasan HLGD
Jumlah kasus pencurian kayu di dalam kawasan hutan lindung
Mendeskripsikan kasus pencurian kayu di dalam kawasan hutan lindun
Daya dukung Indeks koefisien lokasi Mendeskripsikan daya
dukung lahan
Daya dukung
sektor pertanian
Indeks koefisien sektor pertanian
Mendeskripsikan daya
Lanjutan Tabel 1 Aspek Penelitian
Data/Informasi Rujukan Kegunaan data
Sosial ekonomi Luas lahan masyarakat diluar kawasan hutan lindung HLGD
Luas lahan dalam satuan hektare yang dikuasai
oleh setiap kepala
keluarga
Mendeskripsikan luas
lahan yang dikuasai oleh setiap kepala keluarga dalam kaitannya dengan pola penggunaan lahan
Luas lahan
jagung disekitar kawasan
HLGD
Luas lahan jagung dalam
satuan hektar yang
dikuasai oleh setiap
kepala keluarga
Mendeskripsikan tingkat
produktivitas jagung
yang digarap oleh setiap kepala keluarga dalam kaitannya dengan pola penggunaan lahan Kebijakan
penetapan harga jagung
Harga jagung di tingkat petani disekitar kawasan HLGD
Mendeskripsikan
perkembangan harga
jagung yang diduga
mempengaruhi
pengelolaan lahan
didalam hutan lindung
Kelembagaan Peraturan perundang- undangan mengenai hutan lindung Peraturan perundangan meliputi: 1. Undang undang 2. Peraturan pemerintah 3. Keputusan presiden 4. Peraturan menteri 5. Keputusan menteri 6. Peraturan daerah 7. Keputusan Bupati Mendeskripsikan peraturan perundangan
yang berkaitan dengan
pengelolaan hutan lindung Klasifikasi stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan HLGD Klasifikasi stakeholders: 1. Stakeholders subyek 2. Stakeholders key player 3. Stakeholders context setter 4. Stakeholder Crowd Mendeskripsikan stakeholders berdasarkan tingkat kepentingannya,
pengaruh dan posisi
stakeholders dalam pengelolaan HLGD Tugas pokok dan fungsi lembaga formal dalam pengelolaan HLGD
Klasifikasi tugas pokok
tersebut dimodifikasi dari Undang-Undang 41 Tahun 1999: 1. Penetapan dan Pemantapan 2. Pengelolaan 3. Pembinaan dan Pengawasan Untuk mengidentifikasi perilaku dan tumpang
tindih kewenangan
dalam pengelolaan
b. Data penunjang
Data penunjang dalam penelitian secara lengkap bisa dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data penunjang yang dibutuhkan dalam penelitian
Aspek Penelitian
Data/informasi Rujukan Kegunaan data
Biofisik Penggunaan lahan
Pola dan tipe penggunaan lahan
Mendeskripsikan Pola dan tipe penggunaan lahan
Sosial ekonomi Karakteristik penduduk
Jumlah dan struktur umur penduduk, mata pencaharian penduduk Mendeskripsikan karakteristik penduduk yang tinggal dan diluar kawasan hutan lindung
Kelembagaan Tata batas kawasan HLGD
Informasi panjang batas kawasan yang telah di tata-batas Mendeskripsikan efektifitas tata batas kawasan HLGD dalam menentukan yurisdiksi pengelolaan HLGD
3.4. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah peta-peta dasar kawasan hutan hutan lindung dan sekitarnya, citra landsat tahun, 1999, 2001, 2004 dan 2009, peta rupa bumi Gorontalo skala 1: 50.000, peta tanah Gorontalo 1: 250..000, Peta RTRW Kabupaten dan Propinsi Gorontalo, alat tulis menulis
Alat-alat yang digunakan untuk survei lapangan adalah Global Positioning System (GPS), alat perekam, laptop, personal komputer, printer, software Arc/Info versi 3.1.5, ArcView 3.2.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data utama dilakukan dengan menggunakan 2 metode. 1) Metode survey lapangan yaitu teknik untuk menggali data yang berkaitan dengan situasi ekologi dan sosial ekonomi, pola pemanfaatan lahan, 2) Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data dan informasi tentang perilaku pihak-pihak yang melaksanakan pengelolaan HLGD. Metode wawancara
yang dilakukan terdiri atas wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner maupun wawancara tidak terstruktur
Pengumpulan data penunjang dilakukan dengan cara studi literatur untuk mempelajari beberapa dokumen peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan lindung. Selain itu dilakukan studi literatur terhadap dokumen-dokumen yang dipublikasikan oleh intansi terkait. Dokumen ini berupa buku, hasil penelitian, laporan hasil pertemuan (diskusi, workshop, seminar) dan lain sebagainya. Dokumen tersebut dikumpulkan dengan menggunakan purposive sampling dalam artian dokumen yang diambil sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun dokumen yang dibutuhkan diantaranya adalah memiliki substansi terkait dengan topik penelitian; dokumen cetak atau digital.
Sumber data adalah responden dari berbagai stakeholder yaitu: 1) instansi atau lembaga pemerintah yang terkait dengan pengelolaan hutan lindung seperti Balai Pemantapan Kawasan Hutan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Balai Konservasi Sumberdaya Alam, Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Dewan Perwakilan Daerah (DPRD), Universitas Gorontalo, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kepala Desa, Polisi Kehutanan, Badan Penyuluhan, Dinas Pekerjaan Umum (PU), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan Lembaga Donor. Penentuan responden ditentukan melalui snowball sampling. 2) Masyarakat di sekitar HLGD yang terkait langsung dengan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan. Penentuan responden ditentukan dengan cara purposive sampling dengan mempertimbangkan tujuan penelitian. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 kepala keluarga setiap desa. Jumlah desa yang disurvei yaitu Desa Malahu, Desa Dulamayo Selatan, Desa Dulamayo Utara, Desa Talumelito di Kabupaten Gorontalo, Desa Tupa, Desa Mongiilo, Desa, Longalo dan Desa Owata di Kabupaten Bone Bolango
3.6. Analisis Data
a. Analisis Kinerja Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Damar
Analisis kinerja pengelolaan HLGD dilakukan dengan menganalisis laju perubahan tutupan hutan di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango.
Laju perubahan tutupan hutan dianalisis berdasarkan citra Landsat TM tahun, 1999, 2001, 2004 dan 2009. Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis citra landsat TM tersebut adalah dengan mengadakan koreksi dari citra digital landsat TM tersebut dengan acuan peta rupa bumi. Koreksi geometris dengan menggunakan peta acuan ini hanya dilakukan pada salah satu data citra landsat TM. Koreksi geometris untuk citra yang lain dilakukan dengan cara koreksi dari citra ke citra. Penentuan lokasi penelitian (clipping) dilakukan dengan menggunakan peta tata batas kawasan hutan lindung Gunung Damar. Selanjutnya dilakukan interpretasi citra landsat TM dengan menggunakan klasifikasi terbimbing (supervised classification). Pembagian kelas klasifikasi dibuat berdasarkan klasifikasi Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2003) yaitu: 1). hutan, 2). lahan pertanian, 3) padang rumput 4). lahan basah/tubuh air, 5). pemukiman 6). lahan lainnya. Cek lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi saat ini di lapangan. Posisi geografis obyek yang diamati dilapangan dapat diketahui dengan menggunakan alat GPS. Untuk mengetahui perubahan penutupan lahan dari tahun 1999, 2001, 2004 dan 2009 dilakukan dengan meng-overlay peta tematik hasil klasifikasi pada tiap liputan. Selain melihat kinerja melalui perubahan tutupan lahan hutan, kinerja pengelolaan HLGD ditelusuri melalui besarnya sedimentasi dan debit air yang berasal dari HLGD
b. Analisis Situasi di Hutan Lindung Gunung Damar
Analisis situasi ekologi dan dan sosial ekonomi dipergunakan analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2002) analisis deskriptif kuantitatif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat sebuah kesimpulan. Tujuan penggunaan analisis deskriptif kuantitatif adalah memberikan deskripsi subyek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari lapangan dengan menggunakan teknik tabulasi dan menyajikannya dalam bentuk tabel distribusi dengan prosentase untuk masing masih kelompok yang diteliti. Dalam konteks penelitian ini variabel yang dikumpulkan merupakan data yang dapat mendefiniskan karakteristik sumberdaya yang bisa menyebabkan interdependensi. Adapun variabel tersebut adalah data tentang kondisi penutupan lahan di HLGD, jumlah penduduk, tingkat pendapatan, mata pencaharian, jarak pemukiman
dengan kawasan hutan, tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan, jumlah masyarakat miskin.
c. Analisis Isi
Metode analisis isi adalah teknik penelitian yang digunakan untuk menganalisis dokumen tertulis seperti peraturan perundangan, naskah akademik sebuah peraturan, laporan, transkrip, wawancara dan bentuk bentuk tertulis lainnya (Henderson 1991 dalam Pratiwi 2008). Dalam penelitian ini dokumen tertulis yang dianalisis adalah peraturan perundangan yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pengaturan HLGD. Dokumen lain yang dapat dipergunakan adalah buku, hasil penelitian, laporan hasil pertemuan (diskusi, workshop, seminar) dan lain sebagainya. Dokumen tersebut dikumpulkan dengan menggunakan purposive sampling dalam artian dokumen yang diambil sesuai dengan kebutuhan penelitian. Menurut Ida (2001), dalam melakukan studi analisis isi terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu 1) conteks atau memahami situasi diseputar dokumen atau text yang diteliti, 2) process, atau bagaimana isi pesannya dikreasi secara actual dan dioraganisasikan secara bersama, 3) emergence, memahami sebuah pesan dalam dokumen tersebut dan kemudian menginterpretasi. Adapun peraturan perundangan yang dianalisis dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3
Tabel 3. Aspek manajemen hutan lindung yang diatur oleh peraturan perundangan (lihat lampiran 1) Paraturan Perundangan Aspek Penetapan dan Pemantapan
Pengelolaan Pembinaan dan pengawasan Undang Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden Keputusan Menteri
d. Analisis Perilaku Stakeholder di Hutan Lindung Gunung Damar Analisis perilaku HLGD menggunakan beberapa metode yaitu: 1. Identifikasi stakeholder.
Analisis dimulai dengan identifikasi stakeholder yang didapatkan dari hasil wawancara dengan metode snowball sampling. Dalam mengidentifikasi
stakeholder Reed et al. (2009) memberikan pedoman atau tahapan untuk melakukan identifikasi terhadap stakeholder yaitu:
a. Daftar stakeholder: sumber data yang dapat digunakan untuk membuat list adalah hasil pengamatan, informasi dari berbagai masyarakat dan hasil survey.
b. Kepentingan; kepentingan yang dapat diidentifikasi diantaranya melalui apa yang diharapkan dan apa yang dapat diperoleh oleh stakeholder
c. Pengaruh stakeholder terhadap sukses tidaknya kegiatan yang diukur dengan menggunakan parameter berikut ini; tinggi (jika stakeholder punya kemampuan untuk memveto sebuah keputusan, kecil (jika stakeholder tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pencapaian tujuan)
d. Peluang partisipasi; dilihat dari kewenangan dari setiap organisasi yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya
2. Analisis Tugas Fungsi Pokok Organisasi
Analisis tugas fungsi pokok kelembagaan dilakukan untuk menelusuri sejauh mana stakeholders dalam hal ini organisasi pemerintah menjalankan hak dan tanggung jawabnya berdasarkan tugas dan mengidentifikasi tumpang tindih tugas pokok dalam aspek manajemen hutan lindung yang terdiri dari aspek pemantapan dan penetapan, pengelolan dan pembinaan dan pengawasan. Analisis tugas pokok stakeholder menggunakan metode 4R‟s (Rights, Responsibility, Reward dan Relationship) yang dimodifikasi dari Bryson (2003).
3. Kategorisasi Stakeholders
Selanjutnya stakeholders klasifikasi berdasarkan posisinya dalam pengelolaan HLGD sesuai dengan kriteria yang dibangun oleh Reed et al. (2009). Adapun kriteria tersebut adalah 1) stakeholder subyek yaitu stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dan pengaruh rendah, 2) stakeholder key player yaitu stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dan pengaruh yang tinggi terhadap sebuah fenomena, 3) stakeholder context setter yaitu stakeholder yang memiliki kepentingan yang rendah dan pengaruh yang tinggi, 4) stakeholder crowd yaitu stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan yang rendah dan pengaruh yang rendah. Hal ini penting karena untuk menentukan stakeholders
mana saja yang bisa bekerja sama. Gambaran tentang posisi stakeholders dalam pengelolaan Hutan Lindung Gunung Damar dapat dilihat dalam Gambar 4.
Gambar 4. Matriks stakeholder dan pengaruh serta tingkat kepentingannya e. Perbandingan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Lindung Gunung
Damar
Perumusan model kelembagaan pengelolaan HLGD dilakukan secara deskriptif berdasarkan data utama yang berasal dari lapangan dan instansi pemerintah maupun data penunjang yang berasal dari beberapa dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Kajian model pengelolaan HLGD pada prinsipnya merupakan upaya dalam menyikapi permasalahan yang muncul yaitu degradasi HLGD. Selama ini kelembagaan pengelolaan HLGD yang dianut dan dipatuhi oleh pemerintah Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango dan stakeholder lainnya belum maksimal dalam upaya mengelola HLGD. Analisis perbandingan kelembagaan yang dibangun dalam penelitian ini diadaptasi dari penelitian Basuni (2003). Model kelembagaan yang dihasilkan merupakan model kelembagaan yang terbangun dan dijalankan oleh Kabupaten Gorontalo dan
SUBYEK KEY PLAYER
CROWD CONTEXT SETTER
PENGARUH K E P E N T I N G A N
Kabupaten Bone Bolango dan para pemangku kepentingan lainnya dalam mengelola HLGD. Sasaran utama yang dijadikan dasar pertimbangan dalam penelitian model kelembagaan pengelolaan HLGD adalah melihat sejauh mana keefektifan kelembagaan yang terbangun dan dijalankan oleh pemerintah Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango dan para pemangku kepentingan dalam menyelamatkan hutan lindung. Keefektifan model pengelolaan hutan lindung oleh masing masing kabupaten akan ditinjau dari segi batas yurisdiksi, aturan repsentasi dan hak kepemilikan
Secara ringkas tujuan, metode dan hasil dari penelitian ini disajikan dalam Gambar 5 yang terdapat di halaman selanjutnya
TUJUAN PENELITIAN
METODE PENGUMPULAN
DATA
VARIABEL ANALISIS DATA INFORMASI
SITUASI Tujuan 3: Aturan formal dalam aspek penetapan dan pemantapan, pengelolaan dan pembinaan pengawasan di HLGD Tujuan 4: Mendeskripsika n perilaku stakeholder kawasan HLGD Tujuan 2:
Situasi ekologi dan sosial ekonomi HLGD Wawancara dengan stakeholders yang berkepentingan dengan HLGD Para Stakeholders: Pemerintah pusat, pemda, perguruan tinggi, LSM, Donor, masyarakat lokal Analisis Perubahan Tutupan Lahan dengan GIS Analisis Regresi Survei dan Observasi di lapangan Citra landsat TM 7 tahun 1999, 2001, 2004 dan 2009, Analisis Situasi
Ekologi dan Sosial Ekonomi
Studi literature dan dokumen peraturan perundangan Wawancara Pemantapan dan Penetapan, Pengelolaan, Pembinaan & pengawasan Deskripsi aturan formal dalam aspek penetapan dan pemantapan pengelolaan, pembinaan dan pengawasan Kinerja pengelolaan HLGD Model Kelembagaan Pengelolaan HLGD HASIL PENELITIAN Analisis isi Informasi situasi Sosial Ekonomi dan Ekologi Analisis stakeholders Analisis Tugas Pokok Tujuan 1: Analisis kinerja Pengelolaan HLGD Survei dan Wawancara Informasi potensi vegetasi,fauna hutanpertumbuhan penduduk, penduduk miskin, konflik lahan, jumlah gangguan, daya dukung lahan, kegiatan sektor pertanian, penetapan harga jagung, luas kepemilikan lahan diluar HLGD dan luas lahan jagung
Mendeskripsikan Perilaku
stakeholders dan Tugas Pokok
3.7.Definisi Operasional
1. Akses adalah kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu.
2. Barang publik adalah barang/jasa yang mempunyai karakteristik tidak bisa dipisah-pisahkan daya gunanya (non substractable) dan dimanfaatkan oleh masyarakat banyak, dimana satu atau sebagian anggotanya tidak dapat dikeluarkan/dilarang dalam memanfaatkan (non excludability) misalnya udara, keamanan dan jasa lingkungan.
3. Clip adalah ekstraksi spatial dari feature dari suatu coverage yang berada dalam batas polygon clip
4. Coverage adalah layer peta yang diperoleh dari hasil digitasi atau otomatisasi. Coverage ini didefinisikan juga sebagai kumpulan data digital yang mewakili sebuah tema tertentu pada sebuah peta. Misalnya coverage sungai, jalan, topografi, penutupan lahan dan lain lain baik berupa polygon, titik, maupun garis atau kombinasinya.
5. Demografi adalah ilmu yang memberikan uraian tentang gambaran statistic mengenai susunan, jumlah dan perkembangan penduduk.
6. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia
7. Indikator adalah parameter kualitatif dan atau kuantitatif yang dapat diukur dalam kaitannya dengan kriteria. Indikator merupakan komponen khusus dari suatu kriteria yang dapat diukur dan diuji keabsahannya, dimana melalui indikator dapat diketahui, apakah suatu unit manajemen telah mencapai atau tidak kriteria kriteria pengelolaan
8. Inventarisasi kawasan adalah kegiatan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumberdaya alam, potensi kekayaan alam secara lengkap mulai dari tingkat nasional, wilayah, DAS sampai unit pengelolaan 9. Konflik adalah suatu kondisi dimana tujuan, kebutuhan dan nilai-nilai
kelompok yang bersaing, bertabrakan dan akibatnya terjadilah agrasi walaupun belum tentu berbentuk kekerasan
11. Kuisioner adalah sebuah dokumen yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan bentuk bentuk lainnya yang dirancang untuk memperoleh informasi yang layak
12. Layer adalah satu set logis dari data tematik yang biasanya diorganisir dengan subyek
13. Model adalah sebuah penjelasan yang sederhana dari keadaan atau fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses
14. Nilai adalah sifat-sifat yang penting bagi kemanusiaan.
15. Observasi adalah merupakan kegiatan yang pasif yang biasa dipergunakan oleh peneliti dengan tujuan menjelaskan obyek penelitian dalam hal atribut atributnya
16. Organisasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari berbagai elemen, dimana manusia merupakan elemen terpenting yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu.
17. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
18. Parameter adalah datum hasil pengukuran atribut
19. Pemantapan kawasan hutan adalah proses negosiasi kawasan hutan yang diarahkan untuk memperoleh status yuridis formal kawasan hutan maupun fisik dilapangan serta desain kawasannya sebagai dasar pengelolaan hutan secara efisien, efektif dan lestari
20. Pemimpin formal adalah pemimpin yang secara resmi diberi wewenang/ kekuasaan untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu, dan dia mempertanggungjawabkan kekuasaan/wewenangnya tersebut pada atasannya. Pemimpin formal pada umumnya berada pada lembaga formal juga, dan keputusan pengangkatannya sebagai pemimpin berdasarkan surat keputusan yang formal.
21. Pemimpin informal adalah pemimpin yang tidak diangkat secara resmi berdasarkan surat keputusan tertentu. Dia memperoleh kekuasaan / wewenang karena pengaruhnya terhadap kelompok. Apabila pemimpin
formal dapat memperoleh pengaruhnya melalui prestasi, maka pemimpin informal memperoleh pengaruh berdasarkan ikatan-ikatan psikologis.
22. Penetapan adalah suatu penegasan mengenai kepastian hukum mengenai status, letak, batas dan luas suatu wilayah tertentu yang sudah ditunjuk sebagai kawasan hutan tetap dengan Keputusan Menteri
23. Pengukuhan kawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan kepastian hukum setelah melalui proses inventarisasi, penunjukan, penataan batas, pemetaan dan penetapan kawasan hutan
24. Penunjukkan adalah penetapan awal suatu wilayah tertentu sebagai kawasan hutan yang dapat berupa penunjukan mencakup wilayah propinsi atau partial/kelompok hutan
25. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui serangkaian pilihan-pilihan
26. Property adalah hak untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu
27. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampling dengan sengaja 28. Sedimentasi adalah proses pengendapan material padat dari kondisi
tersuspensi atau terlarut dalam suatu fluida (biasanya air atau udara)
29. Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.
30. Survey adalah cara mengumpulkan data primer dengan tujuan untuk meneliti populasi secara langsung
31. Verifier (pengukur) adalah data atau informasi yang khusus yang dipakai dalam penilaian indikator
32. Wawancara adalah bentuk pengumpulan data dengan cara menanyakan secara langsung kepada responden