• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Psychological Well-being

2.1.1. Pengertian Psychological Well-being

Ryff dan Singer (2008) menekankan dua poin utama dalam menjelaskan Psychological well-being atau kesejahteraan psikologis. Pertama kesejahteraan yang menekankan pada proses pertumbuhan dan pemenuhan individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Poin kedua adalah eudaimonic, yang menekankan pada pengaturan yang efektif dari sistem fisiologis untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Ryff (1989), psychological well-being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri mampu membina hubungan yang positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti dapat memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan keinginnanya memiliki tujuan dalam hidup, serta terus mengembangkan pribadinya. Psychological well-being bukan hanya kepuasan hidup dan keseimbangan antara afek positif dan afek negative, namun juga melibatkan persepsi dari keterlibatan dengan tantangan-tantangan selama hidup (Keyes, Shmotkin dan Ryff, 2002). Psychological well-being dapat ditandai dengan diperolehnya kebahagiaan, kepuasan hidup dan tidak adanya gejala-gejala depresi (Ryff & Keyes, 1995).

(2)

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa psychological well being adalah kondisi dimana individu yang ditandai dengan perasaan bahagia, adanya kepuasan hidup dan relisasi diri. Kondisi ini sendiri dipengaruhi oleh penerimaan diri, pertumbuhan diri, dan tujuan hidup, penguasaan lingkungan, otonomi dan hubungan positif dengan orang lain.

2.1.2. Dimensi Psychological well-being

Ryff (1989) mengembangkan skala psychological well-being yang telah terbukti secara konseptual dan psikometri. Ada enam dimensi psychological well-being, diantaranya:

1. Penerimaan Diri (Self-Acceptance).

Sikap positif terhadap diri, mengakui dan menerima berbagai aspek dalam diri termasuk sifat baik dan buruk. Ryff mendefinisikan penerimaan diri sebagai karakteristik utama dari kesehatan mental serta karakteristik dari aktualisasi diri, fungsi optimal dan kedewasaan. Individu yang memiliki tingkat penerimaan diri yang baik memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk sifat baik dan buruk, memiliki pandangan positif tentang kehidupan masa lalu. Sebaliknya seseorang yang memiliki tingkat penerimaan diri yang kurang baik merasa tidak puas dengan diri sendiri, kecewa dengan apa yang telah terjadi dalam kehidupan masa lalu, merasa bermasalah dengan kualitas diri tertentu, dan mempunyai keinginan untuk berbeda dari dirinya saat ini.

(3)

2. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations With Others).

Kemampuan untuk mencintai dipandang sebagai komponen utama kesehatan mental. Orang yang beraktualisasi diri digambarkan memiliki perasaan empati yang kuat dan kasih sayang untuk setiap orang dan mampu memiliki kasih yang lebih besar, persahabatan yang lebih dalam, dan lebih mampu mengidentifikasi diri dengan orang lain. Hubungan yang hangat dengan orang lain merupakan kriteria kematangan. Juga menenkankan pencapaian kebersamaan dekat dengan orang lain (intimacy) dan bimbingan serta arahan orang lain (generativity). Individu yang tinggi dalam dimensi ini ditandai dengan adaanya hubungan yang hangat, memuaskan, hubungan saling percaya dengan orang lain, peduli dengan kesejahteraan orang lain, mampu berempati, memiliki afeksi terhadap orang lain, dan keintiman yang kuat serta mengerti hubungan memberi dan menerima dalam membina hubungan dengan orang lain. Sebaliknya, individu yang hanya memiliki sedikit hubungan dekat dan hubungan saling percaya dengan orang lain kesulitan untuk hangat, terbuka, dan memperhatikan orang lain, merasa terisolasi dan frustasi dalam hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk mempertahankan hubungan penting dengan orang lain.

3. Otonomy (autonomy).

Dimensi otonomi menjelaskan kemandirian, memiliki determinasi diri dan memiliki evaluasi lokus internal, dimana seseorang tidak melihat

(4)

orang lain untuk diterma, tetapi mengevaluasi diri dengan standar pribadi. Individu yang tinggi atau baik dalam dimensi ini memiliki determinasi diri dan independen, mampu melawan tekanan social untuk berpikir dan bertindak dengan cara tertentu, dan mengevaluasi diri dengan standar personal. Sebaliknya individu yang kurang dalam dimensi ini khawatir tentang harapan dan evaluasi dari orang lain, bergantung pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, konformitas dengan tekanan social untuk berpikir dan bertindak dengan cara tertentu.

4. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery).

Dimensi ini menekankan kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan lingkungan sesuai dengankondisi fisiknya, dengan kata lain memiliki kemampuan untuk memanipulasi dan mengendalikan lingkungan yang di luar dirinya. Selain itu juga dimensi ini menekankan kemampuan seseorang untuk maju dan mengubah keadaan secara kreatif melalui aktifitas fisik maupun mental. Individu yang mampu menguasai lingkungan dengan baik memiliki penguasaan dan kompetensi dalam mengelola lingkungan hidup, membuat penggunaan efektif dari peluang sekitarnya serta dapat memilih atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi. Sebaliknya individu yang kurang baik dalam dimensi ini memiliki kesulitan mengelola urusan sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan lingkungan di sekitarnya, tidak menyadari peluang sekitarnya dan tidak memiliki control atas dunia luar.

(5)

5. Tujuan Hidup (Purpose in Life)

Dimensi ini mencakup keyakinan memiliki tujuan dan makna pada kehidupan, merasa kehidupan masa lalu dan saat ini adalah bermakna. Dengan demikian, orang yang berfungsi positif memiliki tujuan, maksud, dana rah, yang semuanya berkontribusi pada perasaan bahwa hidup ini bermakna. Seseorang yang memiliki tujuan dalam hidup merasa ada makna pada kehidupan sekarang dan masa lalu, memegang keyakinan yang memberikan tujuan hidup serta memiliki target yang ingin dicapai dalam hidup. Sebaliknya seseorang yang kurang baik dalam dimensi ini tidak memiliki makna dalam hidup, memiliki sedikit atau beberapa tujuan, tidak memiliki arah, tidak melihat adanya manfaat pada masa lalu kehidupannya, serta tidak memiliki pandangan atau keyakinan yang memberi makna kehidupan.

6. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth).

Fungsi psikologis yang optimal memerlukan tidak hanya satu pencapaian karakteristik sebelumnya, tetapi juga bahwa seseorang terus mengembangkan potensinya, untuk tumbuh dan berkembang. Dimensi ini menekankan pada kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sendiri dan menyadari potensi dirinya misalnya dengan keterbukaan terhadap pengalaman. Individu yang baik dalam dimensi ini memiliki perasaan untuk berkembang lebih lanjut, melihat diri untuk terus tumbuh dan berkembang; terbukaterhadap pengalamn baru, mampu menyadari potensi dirinya, serta melakukan perbaikan dalam diri dan perilaku dari waktu ke

(6)

waktu. Sebaliknya seseorang yang kurang baik dalam dimensi ini tidak tertarik dengan kehidupan dan merasa tidak mampu untuk mengembangkan sikap atau perilaku baru.

2.1.2. Faktor Psychological well-being

pada umumnya memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang berbeda-beda. Ryff (1995) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis manusia adalah sebagai berikut : 1) Faktor Demografis

Faktor Demografis meliputi usia, jenis kelamin, tingkat social ekonomi, dan budaya. Melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh Ryff dan Singer (1996) menemukan bahwa faktor-faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, status social ekonomi dan budaya mempengaruhi perkembangan psychological well-being seseorang.

a) Usia

Menurut Ryff (1995), ada perbedaan antara usia dengan kesejahteraan psikologis. Kemudian Ryff dan Singer (1996) menemukan bahwa beberapa dimensi kesejahteraan psikologis, seperti penguasaan lingkungan dan otonomi cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

b) Jenis Kelamin

Menurut Ryff (1995), perbedaan jenis kelamin mempengaruhi aspek-aspek kesejahteraan psikologis. Di temukan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam membina hubungan

(7)

yang lebih positif dengan orang lain serta memiliki pertumbuhan pribadi yang lebih baik dari pada pria.

c) Status Sosial Ekonomi

Menurut Ryff dan Singer (1996) mengatakan bahwa perbedaan kelas social ekonomi memiliki hubungan dengan kesejahteraan psikologis individu. Ditemukan kesejahteraan psikologis yang tinggi pada individu yang memiliki status pekerjaan yang tinggi. Dinyatakan juga oleh Davis (dalam Lakoy, 2009) bahwa kesejahteraan psikologis berkaitan dengan tingkat penghasilan, status pernikahan, dan dukungan social. Menurutnya individu dengan tingkat penghasilan yang tinggi berstatus menikah dan memperoleh dukungan social akan memperoleh kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi.

d) Budaya

Ryff dan Singer (1996) menyatakan bahwa ada perbedaan kesejahteraan psikologis antara masyarakat yang memiliki budaya yang berorientasi pada individualism dan kemandirian seperti dalam aspek penerimaan diri atau otonomi lebih menonjol dalam konteks budaya barat. Sementara itu, masyarakat yang memiliki budaya yang berorientasi kolektif dan saling ketergantungan dalam konteks budaya timur seperti yang termasuk dalam aspek hubungan positif dengan orang yang bersifat kekeluargaan.

(8)

2) Dukungan Sosial

Dukungan social adalah hal-hal yang berkaitan dengan rasa nyaman, perhatian, penghargaan atau pertolongan yang di persepsikan. Hal-hal tersebut dapat di dapatkan dari orang-orang yang ada disekeliling kita. Menurut Cobb (dalam Lakoy, 2009), dukungan social dapat menimbulkan perasaan di cintai, dihargai, diperhatikan, dan sebagai bagian dari suatu jaringan social, seperti organisasi masyarakat dalam individu.

3) Pemberian Arti Terhadap Hidup

Ryff (1989) menjelaskan bahwa pengalaman hidup tertentu dapat mempengaruhi kondisi psychological well-being seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut mencakup berbagai kondisi kehidupan diberbagai periode kehidupan. Pengalaman hidup yang dialami tergantung dari cara individu mengevaluasi atau mempersepsikan peristiwa hidup yang dialaminya sebagai pandangan yang positif, negative, atau netral. Jika individu mengevaluasi peristiwa yang dialaminya sebagai sesuatu yang positif maka diperkirakan individu tersebut akan memandangya sebagai pengalaman hidup yang positif sehingga membuat kesejahteraan psikologinya baik.

2.2. Autis

2.2.1. Pengertian Autis

Autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada dunianya sendiri. Autis adalah suatu gangguan perkembangan

(9)

yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun (Suryana, 2004).

Autis adalah cacat perkembangan yang ditandai dengan gangguan perkembangan dalam interaksi social dan komunikasi. Anak dengan autis memiliki kesulitan dalam mengembangkan hubungan yang tepat, dan mereka menunjukan berbagai perilaku yang merusak seperti perilaku berulang, dan perilaku melukai diri sendiri (Frith, 1993; Mundy & Sigman, 1989; Bromley, Hare, Davison, & Emerson, 2004 dalam Koydemir & Tosun, 2009).

Safaria (2005) mengatakan autism adalah ketidak mampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, ecolalia, mustism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repetitive dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak autis yaitu anak – anak yang mengalami kesulitan dalam perkembangan otak yang kompleks yang mempengaruhi banyak fungsi – fungsi : persepsi, imajinasi, dan perasaan yang terjadi sebelum usia tiga tahun dengan dicirikan oleh adanya hambatan dalam interaksi sosial komunikasi dan terobsesi pada satu kegiatan atau objek.

(10)

2.2.2. Ciri-ciri Autis

Menurut American Psychiatric Association, 2000 (dalam Rita Wicks-Nelson & Allen C. Israel, 2009) DSM Features of Austistic Disorders, kriteria diagnostic untuk dari gangguan autistic adalah sebagai berikut :

1. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok a, b dan c, meliputi sekurang-kurangnya: satu item dari kelompok a, sekurang-kurangnya satu item dari kelompok b, sekurang-kurangnya satu item dari kelompok c.

a. Kerusakan kualitatif dalam interaksi social, yang dimanifestasikan dengan setidak-tidaknya dua dari hal berikut:

1) Memiliki kesulitan dalam mengunakan berbagai perilaku non verbal seperti, kontak mata, ekspresi muka, sikap tubuh, bahasa tubuh lainnya yang mengatur interaksi social.

2) Memiliki kesulitan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya atau teman yang sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya. 3) Ketidakmampuan untuk berbagi kesenangan, minat,

atau keberhasilan secara spontan dengan orang lain (seperti; kurang 2 tampak adanya perilaku memperlihatkan, membawa atau menunjuk objek yang menjadi minatnya).

4) Ketidakampuan dalam membina hubungan sosial atau emosi yang timbal balik.

(11)

b. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukkan oleh paling sedikit satu dari yang berikut:

1) Keterlambatan dalam perkembangan bicara atau sama sekali tidak (bukan disertai dengan mencoba untuk mengkompensasikannya melalui cara-cara komunikasi alternatif seperti gerakan tubuh atau lainnya).

2) Bagi individu yang mampu berbicara, kurang mampu untuk memulai pembicaraan atau memelihara suatu percakapan dengan yang lain. 3) Pemakaian bahasa yang stereotipe atau

berulang-ulang atau Bahasa yang aneh (idiosyncantric). 4) Cara bermain kurang bervariatif, kurang mampu

bermain pura-pura secara spontan, kurang mampu meniru secara sosial sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya.

c. Pola minat perilaku yang terbatas, repetitive, dan stereotype seperti yang ditunjukkan oleh paling tidak satu dari yang berikut:

1) Keasikan dengan satu atau lebih pola-pola minat yang terbatas dan stereotipe baik dalam intensitas maupun dalam fokusnya.

(12)

2) Tampak tidak fleksibel atau kaku dengan rutinitas atau ritual yang khusus, atau yang tidak memiliki manfaat.

3) perilaku motorik yang stereotip dan berulang-ulang (seperti :memukul-mukulkan atau menggerakgerakkan tangannya atau mengetuk-ngetukan jarinya, atau menggerakkan seluruh tubuhnya).

4) Keasikan yang menetap dengan bagian-bagian dari benda (object).

2. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada salah satu bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan komunikasi, (3) cara bermain simbolik dan imajinatif.

3. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif 2.2.3. Faktor Penyebab Autis

Sampai saat ini penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifactorial. Pada tahun 1960, dimulai penelitian neurologis pada individu autis yang menghasilkan penjelasan yang lebih akurat mengenai penyebab autis. Namun penemuan-penemuan di bidang neurologis ini belum cukup untuk dapat mengembangkan cara-cara pencegahan abnormalitas otak pada anak autis (Ginanjar, 2007)

(13)

Menurut Prasetyono (2008:69) penyebab autisme dan diagnosa medisnya adalah :

1. Konsumsi obat pada ibu menyusui

Obat migrain, seperti ergot obat ini mempunyai efek samping yang buruk pada bayi dan mengurangi jumlah ASI.

2. Gangguan susunan saraf pusat

Di dalam otak anak autis ditemukan adanya kelainan pada susunan saraf pusat di beberapa tempat.

3. Gangguan metabolisme (sistem pencernaan)

Ada hubungan antara gangguan pencernaan dengan gejala autis. Suntikan sekretin dapat membantu mengurangi gangguan pencernaan.

4. Peradangan dinding usus

Sejumlah anak penderita gangguan autis, umumnya, memiliki pencernaan buruk dan ditemukan adanya peradangan usus. Peradangan tersebut diduga disebabkan oleh virus.

5. Faktor genetika

Gejala autis pada anak disebabkan oleh faktor turunan. Setidaknya telah ditemukan dua puluh gen yang terkait dengan autisme. Akan tetapi, gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen.

(14)

6. Keracunan logam berat

Kandungan logam berat penyebab autis karena adanya sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetis. Beberapa logam berat, seperti arsetik (As), antimon (Sb), Cadmium (Cd), air raksa (Hg), dan timbal (Pb), adalah racun yang sangat kuat. 2.2.4. Orang Tua dengan Anak Autis

Orang tua akan mengalami beberapa tahap setelah mengetahui anak mereka berkebutuhan khusus. Tahap reaksi orang tua diadaptasi dari tahap-tahap Kuebler-Ros (Seligman, 1997 dalam Mangunsong, 2011), yaitu:

1. Denial (Penolakan)

Terkejut dan melakukan penolakan (atau penyangkalan) merupakan tanggapan awal yang dilakukan orang tua ketika menyadari anaknya memiliki kelainan. Penyangkalan muncul secara tidak sadar, dalam upaya menghindari kecemasan yang berlebihan. Dalam tahap ini, orang tua mencurahkan isi perasaannya seperti bingung, kaku, tidak teratur, dan tidak berdaya; bahkan tidak sanggup lagi mendengarkan kondisi anaknya.

2. Bargaining (Penawaran)

Pada tahap ini, biasanya orang tua berpikir imajinatif dan berfantasi. Jika orang tua berpikir bila mereka berusaha dengan keras dan giat, maka anaknya mengalami peningkatan. Kondisi perbaikan yang dialami anak dianggap sebagai kompensasi dari usaha keras orang tua. Selama tahap ini, orang tua akan bergabung dalam segala kegiatan yang dapat memberikan

(15)

keuntungan kepada mereka. Selain itu, biasanya orang tua beralih pada kegiatan spiritual dan berharap adanya keajaiban.

3. Anger (Marah)

Ketika orang tua menyadari bahwa anak mereka tidak menunjukan peningkatan yang signifikan, kemungkinan akan memunculkan perasaan marah dalam diri mereka. Perasaan yang berlebihan dapat berubah menjadi kemarahan, oleh karena itu biasanyaorang tua akan menyalahkan diri sendiri. Selain itu, kemarahan juga ditunjukan pada Tuhan atau pasangannya ataupun kaena tidak adanya bantuan, baik dari masyarakat maupun professional.

4. Depresion (Depresi)

Setelah orang tua menyadari bahwa kemarahan mereka tidak dapat mengubah kondisi anak mereka, maka akhirnya mereka akan dengan pasrah menerima keadaan tersebut yang kemudian berdampak pada depresi. Bagi sebagian orang tua, depresi merupakan kondisi yang sifatnya sementara. Periode ini terbatas dengan waktu dan keseriusan tingkat depresi seseorang tergantung pada bagaimana keluarga menginterpretasikan suatu peristiwa dan kemampuan mereka dalam mengatasi masalah tersebut.

5. Acceptance (Penerimaan)

Tahap ini diperoleh setelah orang tua menunjukan karakteristik berikut: mampu mendiskusikan ank mereka dengan mudah, membuktikan keseimbangan antara upaya mandiri dan menunjukan cinta kasih, mampu berkolaborasi dengan professional untuk membuat rencana yang realistis, mengejar minat pribadi yang tidak berhubugan dengan anak mereka,

(16)

menjalankan disiplin tanpa perasaan bersalah, dapat mengabaikan perilaku overprotective pada anak mereka.

Tidak semua orang tua akan mengalami tahapan-tahapan ini secara kaku atau secara pasti. Beberapa orang tua mengalami sebagian atau semua tahap ini pada suatu waktu. Salah satu reaksi umum yang dilaporkan ada perasaan bersalah (Mangunsong, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Bulu mata lentik dari pangkal hingga ujung* Efek lentik yang tahan lebih lama* Kuas super lengkung, membantu melentikkan & menarik setiap bulu mata.. BULU

Apakah Anda mengetahui perusahaan akan memberikan sanksi yang tegas jika terdapat pekerjanya yang bertindak tidak aman sehingga membahayakan diri sendiri dan

Lebih jauh lagi, kegagalan remaja dalam menguasai kecakapan-kecakapan sosial akan menyebabkan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat

Telah disebutkan pada penelitian sebelumnya bahwa bakteri simbion teritip yang diekstrak dengan pelarut semi polar etil asetat dapat mengekstrak senyawa bioaktif

BAGI PELANGGAR YANG TIDAK MAU MEMBAYAR DENDA DAN BIAYA PERKARA, BISA DIGANTIKAN SUBSIDER

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Untuk mengetahui macam- macam majas yang ditemukan pada lirik lagu terpilih dari Katy Perry, (2) Untuk mengetahui frekuensi

Analisi lisis s kep kepuasa uasan n kon konsum sumen en Ind Indom omaret aret den dengan gan kep kepuasa uasan n kon konsum sumen en Alfamart terhadap