SELF ASSESSMENT
dimana
Wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, memperhitungkan, dan membayar
sendiri pajak yang terutang
Tulang punggung sistem ini adalah
“
VOLUNTARY COMPLIANCE”
(kepatuhan sukarela)
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DI
INDONESIA
Self Assessment mengandung konsekuensi sebagai berikut :
◦ sistem self assessment ini meletakkan tanggung jawab pemungutan pajak sepenuhnya pada wajib pajak.
◦ Memungkinkan terjadinya perlawanan terhadap proses pemungutan pajak merupakan suatu fenomena yang sering terjadi baik dengan memanfaatkan celah hukum (Tax avoidance) maupun melalui upaya penyelundupan pajak (Tax Evasion)
Peran penting Direktorat Jenderal Pajak, dalam menyukseskan pemungutan pajak dengan sistem self assessment ini, terletak pada kemampuannya untuk dapat secara optimal melaksanakan fungsi pengawasan dan penegakan hukum atas terjadinya segala bentuk penyimpangan pemenuhan kewajiban perpajakan baik berupa pelanggaran administratif maupun tindak pidana.
Sistem Self Assessment
“
Mendaftar diri
Ke DJP , menghitung, memotong/memungut,
menyetor dan melaporkan Pajak Pajak yang
terutang. Bendahara sebagai Wajib Pajak
mempunyai Perbedaan /karakteristik
khusus
dengan Wajib Pajak biasa Lain! Wajib pajak
perusahaan
1.
PPh Pasal 4 ayat (2) harus di setor paling lama
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir:
2.
PPh Pasal 21 Oleh pemotong PPh harus di setor
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya stlh Masa Pajak berakhir:
3.
PPh Pasal 23 dan Pasal 26 tanggal 10 (sepuluh)
bulan berikutnya stlh Masa Pajak berakhir:
dan menyampaikan SPT Masa paling lama 20
Masa /bln Januari Tanggal 10 Feb Tgl 20 Feb
Pembayaran kpd rekanan,
saat pemotongan
/pemungutan
Pembayaran ke
Bank Persepsi/Ktr
Pos
Pelaporan
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
harus disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran barang yang
dibiayai dari belanja Negara atau belanja
Daerah, dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani
oleh bendahara;
Wajib melaporkan hasil pemungutannya
paling lama 14 (empat belas) hari stlh Masa
Pajak berakhir.
Masa /bln Januari
Tgl 14 Feb
Pembayaran kpd rekanan, pemotongan
/pemungutan, Pembayaran ke Bank/Ktr Pos
(
bersama-sama)
PPN
atau
PPN
dan
PPnBM
yang
pemungutannya dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran sebagai Pemungut PPN, harus
disetor paling lama tanggal 7 ( tujuh ) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir;
Wajib melaporkan paling lama akhir bulan
Masa /bln Januari
Tanggal 07 Feb
Tgl Akhir
Feb
Pembayaran kpd
rekanan, pemotongan
/pemungutan
Pembayaran ke
Bank Persepsi
/Ktr Pos
Pelaporan
PPN
atau
PPN
dan
PPnBM
yang
pemungutannya dilakukan oleh
Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar
sebagai Pemungut PPN, harus
disetor
pada
hari yang sama
dengan pelaksanaan
pembayaran
kepada
PKP
Rekanan
Januari
Tgl Akhir
Februari
Pembayaran/ Pemotongan/Penyetoran
Pelaporan
PPN atau PPN dan PPnBM oleh Pejabat
Penandatangan
Kewajiban
yang tidak di”taat” i;
tidak diikuti menimbulkan;
Kewajiban yang ditunda/tertunda/tidak
terlaksana mengakibatkan adanya
Hukuman
“SANKSI”
Jenis jenis hukuman /Sanksi di bidang
Perpajakan
Sanksi
di bidang Perpajakan :
1.
Administrasi. (KUP)
Tidak Melapor/Terlambat melapor,
Sudah melaporkan namun membetulkan SPT pertama
dst, namun ada kekurangan pembayaran
Tidak memotong/tidak memungut Pajak -pajak yang
terutang.
Memotong/Memungut tapi tidak menyetor
seluruhnya atau menyetor sebagian.
Sanksi
administrasi
ini
tidak
melihat
unsur/memperhatikan
“NIAT” yaitu Karena “Alpa atau
Sengaja.”
Jenis-jenis Sanksi Administrasi berupa :
1
Denda
Rp. 500.000 U” PPN
Rp. 100.000 U” Masa Lain
Rp. 1.000.000 U’Thn Badan
Rp. 100.000 U” Thn OP
dikarenakan menyampaikan tidak tepat waktu
atau tidak menyampaikan ke DJP
Masa lain seperti, PPh Pasal
21, 22, 23/26,
2. Bunga : 2 % /bulan, sudah dilaporkan
namun ada kekurangan pajak yang
akan dibayar.
Bunga dihitung sejak
penyampaian
SPT berakhir harus disampaikan s.d
tanggal
pembayaran
kekurangan
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN PENYIDIKAN ANALISIS IDLP LAPORAN INTELIJEN
PENINDAKAN PEMBERKASAN PENYERAHAN BERKAS PERKARA Rik Tsk. Rik Ahli Rik Saksi PEMERIKSAAN Penangkapan & Penahanan Penyitaan Penggeledahan Pencegahan
Pasal 44 UU No. 16Tahun 2009 Tentang KUP dan
KEP. Dirjen No. 272/PJ./2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksaan Bukti Permulaan dan Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Perpajakan
Koordinasi dengan POLRI dan Kejaksaan
UU No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
MINDIK Sprindik Instruksi Sidik Usul Sidik Lap. Kejadian SPDP
PENGERTIAN PENYIDIKAN :
Serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam UU ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
PENYIDIKAN
Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Pasal 1 angka 31 UU KUP
PENGERTIAN PENYIDIKAN :
Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
KUHAP
Psl. 1 angka 1 Jo.
Psl. 6 ayat 1
KUP
Pasal 44 ayat (1)
Pejabat polisi negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang Undang untuk melakukan penyidikan.
Penyidikan TP di bidang perpajakan hanya dapat sus sebagai penyidik TP di bidang perpajakan.
Unsur-unsur Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan :
1. Unsur Subyek
Pelaku perbuatan pidana : Setiap orang a. Orang pribadi
b. Badan hukum (Pengurus, Wakil, Kuasa & Pegawai WP) Termasuk : * yang menyuruh
* yang turut serta melakukan * yang menganjurkan
* yang membantu melakukan
2. Unsur Perbuatan
a. Memenuhi rumusan Pasal 38, 39, 41A, 41B, 41 C dan 43 KUP b. Memenuhi rumusan Pasal 24,25 PBB, 13,14 BM, 41A PPSP c. Perbuatan tersebut diancam dengan sanksi pidana
d. Perbuatan tersebut dilakukan di bidang perpajakan
3. Unsur Akibat
Dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
4. Unsur Kesalahan
a. Kealpaan b. Kesengajaan
PASAL-PASAL YANG MENGATUR
TINDAK PIDANA PERPAJAKAN
UU KUP
Ps. 38, 39,39A, 41, 41A, 41B, 41C, 43UU PBB
Ps. 24,
25
UU BM
Ps. 13, 14UU PPSP
Ps. 41A
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 41
Pasal 41A
Pasal 41B
Pasal 43
Pasal 40
Penyertaan Tipid Ps 38, Ps 39 dan Ps 39A
Penyertaan Tipid Ps 41A dan Ps 41B
Tindak Pidana (Alpa) bukan yang pertama kali
Daluwarsa
Tipid Rahasia Jabatan
Tipid Tidak Melaksanakan Pasal 35
Tipid Menghalangi/Mempersulit DIK
.
Tindak Pidana (Sengaja) Pengulangan
P e r c o b a n
A l p a Sengaja Delik Aduan
Pasal 39 A
Menggunakan/menerbitkan
faktur pajak, bukti potput,
ssp tidak sesuai transaksi
sebenarnya
TAMBAHAN KETENTUAN PIDANA DALAM
UU No. 16 / 2009 KUP
NON PKP menerbitkan faktur
Pasal 41C
Tipid tdk melaksanakan Pasal 35 A Tipid penyalahgunaan data danA L P A
Tidak menyampaikan SPT
Menyampaikan SPT tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
(bukan untuk pertama kali)
Dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan Negara
* Kurungan maksimal satu tahun, atau
* Denda maksimal dua kali
A K I B A T
SANKSI PIDANA
SENGAJA
-
[ Pasal 39 Ayat (1) ]
•a. tidak mendaftarkan diri
•b. menyalahgunakan NPWP/NPPKP
•c. tidak menyampaikan SPT
•d. menyampaikan SPT yang isinya tidak benar/tidak lengkap
•e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan
•f. memperlihatkan pembukuan palsu/dipalsukan
•g. tidak menyelenggarakan/memperlihatkan/meminjamkan pembukuan
•h. tidak menyimpan buku, catatan, dokumen cfm psl 28 ayat (11)
•i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong/dipungut
A K I B A T
Dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara
SANKSI PIDANA
Penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun DAN
Denda paling sedikit 2 x dan paling banyak 4 x jumlah pajak yang terutang / kurang dibayar
PENGULANGAN
Pasal 39 Ayat (2) KUP
Ancaman Pidana (Pasal 39 Ayat (1))
dilipatkan dua
Dengan syarat belum lewat satu tahun
selesai menjalani pidana, melakukan lagi
Tindak Pidana
Pasal 39 Ayat (3) KUP
P E R C O B A A N
* Menyalah gunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau NPPKP.
* Menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap.
( Dalam rangka mengajukan restitusi atau kompensasi atau pengkreditan pajak)
Pidana Penjara paling singkat 6 Bulan paling lama 2 Tahun dan
Denda paling sedikit 2 x paling banyak 4 x
jumlah restitusi atau kompensasi atau pengkreditan pajak
PASAL 39
SENGAJA
Menerbitkan dan/atau menggunakan Faktur pajak,
bukti potput, dan atau SSP yg tdk berdasarkan transaksi sebenarnya
Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP
Penjara paling singkat 2 Tahun paling lama 6 Tahun Serta
Denda paling sedikit 2 x paling banyak 6 x jumlah faktur pajak atau Potput atau SSP
PASAL 39 A
A L P A
Tidak memenuhi kewajiban meraha-siakan segala sesuatu yang diketahui /diberitahukan kepadanya oleh WP. karena jabatannya ( seperti tersebut dalam Pasal 34 KUP. )
S A N K S I
~ Pidana kurungan selama-lamanya satu tahun, dan
~ Denda setinggi-tingginya Rp 25.000.000,00
Sengaja
Tidak memenuhi/menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui/diberitahukan kepada nya oleh WP. karena jabatanya (seperti tsb. dalam Pasal 34 KUP.)
S A N K S I
~ Pidana penjara selama-lama nya dua tahun, dan
~ Denda setinggi-tinggnya Rp 50.000.000,00
SETIAP ORANG (YANG TERIKAT PASAL 35) YANG DENGAN SENGAJA
•
Tidak memberikan keterangan atau bukti atau
•
Memberikan keterangan atau bukti yang
tidak benar.
Pasal 41 A
S A N K S I
Pidana Kurungan Maksimal 1 Tahun
dan
SETIAP ORANG yang dengan sengaja
Pasal 41 B
S A N K S I
Pidana penjara paling lama
3 tahun
dan
denda paling banyak Rp 75.000.000,00
Menghalangi atau Mempersullit Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan
SETIAP ORANG YANG DENGAN SENGAJA
Pasal 41 C
TIDAK MEMENUHI PASAL 35 (1) MENYEBABKAN TDK TERPENUHINYA PASAL 35 (1)
TDK MEMBERI DATA/INFO YG DIMINTA DJP CFM. PASAL 35 A (2) MENYALAHGUNAKAN DATA/INFO PAJAK SHG ADA KERUGIAN NEGARA
KURUNGAN 1 TAHUN atau DENDA Rp. 1 M
KURUNGAN 10 BLN atau DENDA Rp. 800 JUTA
KURUNGAN 10 BLN atau DENDA Rp. 800 JUTA
KURUNGAN 10 BLN atau DENDA Rp. 800 JUTA
KUHP KUP
Pasal 55 PASAL 43 :
(1) Ketentuan sebagaimana pasal 39 dan 39A berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari wajib pajak atau pihak lain yang menyuruh melakukan, turut serta melakukan,
menganjurkan, membantu
melakukan tindak pidana
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A dan 41B berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Pasal 43
Dipidana sebagai pembuat suatu perbuatan pidana :
-Yang Melakukan
-Yang Menyuruh Melakukan -Yang turut serta melakukan -Yang Menganjurkan
Pasal 56
Dipidana sebagai pembantu suatu kejahatan :
-Yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan
-Yang sengaja memberi kesempatan atau sarana atau keterangan utk melakukan kejahatan
PASAL 38, 39, 39A UU KUP
WAJIB PAJAK
WAKIL ( Pasal 32(1),(2),(4)) KUASA (Pasal 32(3))
PEGAWAI WAJIB PAJAK PIHAK LAIN :
-Yang Menyuruh -Yang Turut Serta -Yang Menganjurkan
-Yang Membantu Melakukan
PASAL 43 Ayat (1) BARANG SIAPA
Sosialisasi peraturan perpajakan terutama yang terkait
dengan tindak pidana perpajakan
Reformasi Organisasi DJP, Penyidikan hanya dilakukan oleh
KPDJP dan Kanwil DJP, sehingga pelaksanaan penyidikan dapat lebih terfokus
Meningkatkan upaya penegakan hukum melalui Penyidikan
terhadap kasus tindak pidana perpajakan untuk memberi efek
jera (
deterrent effect)
bagi wajib pajak sehingga peraturanperpajakan dapat ditaati secara
voluntary compliance
JAKSA AGUNG Pasal 44 B
DENGAN SYARAT
Setelah WP melunasi pajak yang tidak atau kurang di bayar atau tidak seharusnya dikembalikan, ditambah de-ngan sanksi administrasi berupa denda sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.
Untuk kepentingan penerimaan negara atas permintaan Menkeu, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan paling lama
dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal surat permintaan PENYIDIK
Pasal 44 A
DALAM HAL :
-Tidak cukup bukti
-Bukan Tindak Pidana
-Daluwarsa
Siapa yang
BERWENANG
melakukan Penyidikan atas
TINDAK PIDANA
PAJAK ?
PPNS DJP
Kecuali
a) Menerima, mencari,
mengumpulkan dan meneliti keterangan /laporan agar menjadi lebih lengkap & jelas;
b) Meneliti, mencari &
mengumpul kan keterangan mengenai orang pribadi / badan;
c) Minta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan;
d) Memeriksa buku/catatan dan dokumen lain;
e) Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti;
f) Meminta bantuan tenaga ahli; g) Menyuruh berhenti dan/atau
melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan, memeriksa identitas orang/dokumen; h) Memotret seseorang;
i) Memanggil orang untuk didengar keterangan dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j) Menghentikan penyidikan dan/ atau
k) Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menggunakan pajak yang telah dipotong/dipungut untuk
keperluan pribadi atau diputar terlebih dahulu untuk usaha/bisnis, akan tetapi usaha/bisnis tsb gagal.
Menggunakan pajak yang telah dipotong/dipungut untuk
menutupi pengeluaran kantor yg lainnya yg belum cair
dananya, akan tetapi setelah dana cair, pajak tsb tdk segera disetorkan ke Bank Persepsi.
Melakukan penyetoran pajak melaui orang lain/perantara dg
iming-iming mendapat imbalan/komisi dg prosentase
tertentu apabila menyetor lewat perantara tsb, akan tetapi ternyata pajak tsb tdk disetor ke Bank persepsi dan