PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
DAUR AIR KELAS V SD KANISIUS JETISDEPOK
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Nama : Risma Wahyudyanti NIM : 101134068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
MOTO
Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak
memanfaatkannya (menggunakan) untuk memotong, ia akan
memotongmu”. (HR. Muslim)
“Barangsiapabersungguh-sungguh,
sesungguhnyakesungguhannyaituadalahuntukdirinyasendiri”.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Allah SWT yang telah memberikan anugerah-NYA sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
Kedua orang tua ku Bapak Suharto dan Ibu sutinem yang
telah memberikan pendidikan moral dan materiil serta doa
yang diucapkan setiap saat demi kesukseanku.
Kakakku Ari Wibawa yang selalu menyemangatiku.
Sahabat-sahabatku yang selalu bersedia mendengarkan
ABSTRAK
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR KELAS V SD KANISIUS JETISDEPOK
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Oleh:
Risma Wahyudyanti
Pembelajaran di SD Kanisius Jetisdepok kelas V masih menggunakan pendekatan konvensional yang menjadikan siswa pasif. Hal ini menyebabkan rendahnya minat dan prestasi belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat dan prestasi belajar IPA materi daur air dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Jetids Depok.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I dan siklus II. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala minat dan observasi untuk mengetahui minat belajar siswa dan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Jetis Depok pada materi daur air. Peningkatan minat belajar siswa terlihat melalui skala minat siswa dari kondisi awal siswa dengan rata-rata 57,56 pada siklus I meningkat mnjadi 61,56 dan pada siklus II meningkat 65,89. Hasil penelitian observasi minat menunjukkan bahwa kondisi awal dengan rata-rata 5,94 pada siklus I meningkat menjadi 7,61 dan pada siklus II meningkat menjadi 10,39. Peningkatan prestasi terlihat pada rata-rata kondisi awal adalah 48,33 pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 72,22 dan pada siklus II meningkat menjadi 78,33. Peningkatan prestasi juga terlihat pada jumlah siswa yang mencapai nilai KKM, dari kondisi awal sebesar 55,56% , pada siklus I meningkat menjadi 61,11% dan siklus II meningkat menjadi 72,22%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA kelas V SD Kanisius Jetis Depok.
Kata kunci : minat, prestasi, pendekatan kontekstual
ABSTRACT
ABSTRACT RISING OF ATTITUDE AND ACHIEVEMENT STUDYING SCIENCES, TOPIC CYCLE OF WATER CLASS V ELEMENTARY SCHOOL
KANISIUS JETISDEPOK WITH CONTEXTUALAPPROACHMENT By
Risma Wahyudyanti
Studying process in elementary school sd kanisius jetis depok class V Still using conventional approachment that will make student became pasif. It will cause theattitudeand achievement are low.
This research have purpose for knowing attitude and achievement studying sciences topic water cycle with contextual approachment in student class V elementary school kanisius jetisdepok.
This research Are research class activity (PTK). This research Are doing in 2 cycle, cycle 1 and cycle 2. The instrument that we use in this research is scale of attitude and observation for knowing student studyingattitude and a test for knowing achievement of student studying process.
The result of This research indicated that contextual approachment can increase attitude and achievement of student studying process class V elementary school kanisius jetisdepok in topic water cycle. The increasement of student studying attitude can we lookby scale student attitude from start condition with average 57,66 at first cycle, increase become 61,56 and at second cycle increase become 65,89.The result of attitude observation showing that start condition with average 5,94 at first cycle increase become 7,61 and at second cycle increase become 10,39. The Increase ofperformance can we look at first average condition Are 72,22 and at second cycle increase become 78,33. The Increase of performance also looked at amount of student that reach KKM score, from start condition 55,56%, at first cycle increase become 61,11% and at second cycle increase become 72,22%. The conclution of This research is contekstual approachment can increase attitude and performance studying science class V elementary school kanisius.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segalah limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya tulis yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi Daur Air Kelas V SD Kanisius Jetisdepok dengan Pendekatan Kontekstual”
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Studi Program Strata 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Terkait dengan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Pd.D, Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantara, M. For. Sc, dosen pembimbing I yang telah membimbing dan mendampingi penulisan proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, M.A dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mendampingi penulisan ksripsi.
5. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M. Hum. dosen penguji yang telah memberikan saran terhadap penulis saat ujian.
6. Ibu Florentina Rusmini, S.Pd, Kepala Sekolah SD Kanisius Jetisdepok, yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 7. Bapak Y. Atik Fajariyanto, guru kelas V SD Kanisius Jetis Depok, yang
berkenan membantu melaksanakan penelitian.
8. Ibu Brigitta Erlita, S.Psi.,M.Psi. yang telah validasi instrumen dalam skripsi ini.
9. Kedua orang tuaku Bapak Suharto dan Ibu Sutinem S.Pd yang saya sayangai dan saya cintai sepanjang hidupku.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR DIAGRAM BATANG ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ... 1
2. Identifikasi Masalah ... 3
3. Batasan Masalah ... 4
4. Rumusan Masalah ... 4
5. Tujuan Penelitian ... 5
6. Manfaat Penelitian ... 5
7. Definisi Operasional ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Kajian Teoritik 1.1 Pendekatan Kontekstual ... 8
1.2 Prinsip-prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual ... 9
2.1 Pengertian Belajar ... 14
2.2 Pengertian Prestasi Belajar ... 15
2.3 Aspek Prestasi Belajar ... 16
2.4 Faktor-faktor Prestasi Belajar ... 17
3. Minat Belajar 3.1 Pengertian Minat Belajar ... 19
3.2 Indikator Minat Belajar ... 20
3.3 Faktor-faktor Minat Belajar ... 22
4. Pembelajaran IPA 4.1 Pengertian IPA ... 24
4.2 Hakekat IPA ... 25
4.3 IPA di SD ... 27
4.4 Materi IPA ... 30
5. Kerangka Berpikir ... 36
6. Penelitian yang Relevan ... 38
7. Hipotesis Tindakan ... 43
BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian ... 44
2. Seting Penelitian ... 46
3. Rencana Tindakan ... 48
4. Teknik Pengumpulan Data ... 55
5. Pengumpulan Data ... 57
6. Instrumen Penelitian ... 57
7. Validitas, Realibilitas dan Indeks Kesukaran ... 60
8. Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1.1Proses PTK ... 72
a. Siklus I ... 72
b. Siklus II ... 79
1.3Prestasi Belajar ... 89
2. Pembahasan ... 92
3. Keterkaitan Penelitian dengan Penelitian yang Relevan ... 95
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ... 98
2. Keterbatasan Penelitian ... 99
3. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian dan Pengambilan Data ... 47
Tabel 2Instrumen Pengumpulan Data ... 57
Tabel 3Blue Print Observasi Minat Belajar ... 58
Tabel 4Blue Print Skala Minat Belajar ... 59
Tabel 5 Kisi-kisi Tes Prestasi ... 60
Tabel 6 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 61
Tabel 7 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 62
Tabel 8 Hasil Perhitungan Validasi Skala Minat ... 63
Tabel 9 Perhitungan SPSS Skala Minat ... 63
Tabel 10 Hasil Perhitungan SPSS Tes Prestasi ... 65
Tabel 11 Koefisien Reliabilitas ... 67
Tabel 12 Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 68
Tabel 13 Perhitungan PAP II ... 69
Tabel 14 Kategori Tingkat Minat Siswa ... 69
Tabel 15 Indikator Keberhasilan ... 71
Tabel 16 Hasil Perhitungan Skala Minat ... 86
Tabel 17 Observasi Minat Belajar Siswa ... 88
Tabel 18 Hasil Tes Prestasi Belajar ... 89
Tabel 19 Hasil Skor Tes Prestasi Belajar ... 90
Tabel 20 Data Perbandingan Skala Minat ... 92
Tabel 21 Data Perbandingan Observasi Minat ... 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Daur Air ... 31
Gambar 2 Penebangan Hutan ... 33
Gambar 3 Skema Pendekatan Kontekstual, Minat dan Prestasi Belajar ... 42
DAFTAR DIAGRAM BATANG
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil wawancara ... 104
Lampiran 2 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 105
Lampiran 3 Silabus ... 106
Lampiran 4 RPP Siklus I ... 107
Lampiran 5 RPP Siklus II ... 108
Lampiran 6 LKS Siklus I ... 109
Lampiran 7 LKS Siklus II ... 100
Lampiran 8 Kunci Jawaban LKS Siklus I ... 111
Lampiran 9 Kunci Jawaban LKS Siklus II ... 112
Lampiran 10 Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi Sebelum Divalidasi ... 113
Lampiran 11 Uji Validitas dan Realibilitas Tes Prestasi ... 114
Lampiran 12 Indeks Kesukaran ... 115
Lampiran 13 Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 116
Lampiran 14 Soal Tes Prestasi Sesudah Divalidasi ... 117
Lampiran 15 Kisi-kisi Skala Minat Sebelum Uji Validitas ... 118
Lampiran 16 Validasi Skala Minat ... 119
Lampiran 17 Uji validitas dan Hasil Skala Minat ... 120
Lampiran 18 Kisi-kisi Observasi Minat ... 121
Lampiran 19 Hasil Observasi Minat ... 122
Lampiran 20 Contoh LKS Siklus I dan Siklus II ... 123
Lampiran 21 Contoh Tes Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 124
Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 125
Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 126
Lampiran 24 Foto Penelitian ... 127
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia mengembangkan pembelajaran inovatif yang
berbasis saintifik. Pembelajaran saintifik dirancang agar siswa secara aktif
mengkonstruk konsep. Penerapan pembelajaran saintifik meliputi keterampilan
proses seperti mengamati, mengklasifikasi, menjelaskan dan menyimpulkan.
Pembelajaran saintifik memiliki karakteristik yaitu berpusat pada siswa,
melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, melibatkan
proses-proses kognitif, dapat mengembangkan karakter peserta didik.
Pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh siswa saja tetapi
juga dilihat dari proses belajar siswa, yang menjadi sarana belajar ilmiah pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan pembelajaran
yang membahas peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala yang terjadi di alam dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai
karakter yang dapat dipelajari dengan mudah apabila siswa dihadapkan pada
objek dan gejalanya secara langsung.
Pembelajaran IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
membantu manusia dalam pemecahan masalah-masalah. Masalah yang sering
terjadi misalnya manusia sering mengabaikan pembuangan sampah pada selokan
banjir. Jika terjadi banjir manusia mudah terserang penyakit. Banjir merupakan
salah satu bencana alam yang akan dipelajari dalam pembelajaran IPA, dengan
kita mempelajari mata pelajaran IPA akan diajarkan tentang menjaga dan
melestarikan lingkungan. Pembelajaran IPA dikatakan berhasil jika dapat
mencapai tujuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru kelas V SD Kanisius
Jetisdepok tanggal 25 Januari 2014. Kriteria Kentuntasan Minimal (KKM) IPA
kelas V SD Kanisius Jetisdepok adalah 70. Siswa yang nilainya mencapai KKM
ada 4 dan 14 siswa yang nilainya di bawah KKM. Siswa yang lolos KKM
mencapai 22,22%. Nilai tersebut adalah nilai ulangan dari materi cahaya. Hasil
dari wawancara yang telah dilakukan ditemukan permasalahan bahwa prestasi
belajar siswa di SD Kanisius Jetisdepok rendah.
Selain wawancara juga dilakukan observasi di kelas V SD Kanisius
Jetisdepok pada tanggal 28 Januari 2014 saat pembelajaran IPA. Dalam proses
pembelajaran guru menggunakan metode ceramah yang berdasarkan buku paket
dan guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran sehingga siswa kurang
aktif saat mengikuti proses pembelajaran, siswa kurang memperhatikan saat guru
menjelaskan, siswa ada yang melamun dan menjahili temannya. Hal tersebut
menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan minat belajar siswa yang
rendah. Hasil dari observasi minat yang telah dilakukan mencapai 55,56%.
Karakteristik mata pelajaran IPA yang mengajarkan pembelajaran ilmiah
kontekstual. Pembelajaran kontekstual memfasilitasi siswa dengan benda-benda
yang nyata. Dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan siswa dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SDK Jetisdepok.
Berdasarkan penemuan permasalahan saat melakukan wawancara dan
observasi, peneliti tertarik melakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran
melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Minat dan
Prestasi Belajar IPA Materi Daur Air Kelas V SD Kanisius Jetisdepok dengan
Pendekatan Kontekstual”. Pendekatan kontekstual diharapkan dapat mengatasi
kesulitan siswa dalam memahami pembelajaran dan meningkatkan minat belajar
siswa.
2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan di SD Kanisius
Jetisdepok, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:
1.
Model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik sehingga siswa
kurang tertarik untuk belajar.
2.
Dalam proses pembelajaran guru sebagai penceramah dan siswa sebagai
pendengar.
3.
Minat belajar siswa saat mengikuti pembelajaran masih rendah.
3.
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas
sama-sama penting dan perlu ditelusuri lebih jauh yang ada kaitannya dengan hasil
belajar siswa. Guna memperoleh pemecahan masalah maka perlu adanya
pembatasan masalah yaitu minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
IPA kelas V SDK Jetisdepok pada materi daur air. Dalam batasan masalah
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yaitu:
Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
Kompetensi Dasar 7.5 Mendiskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia
yang dapat mempengaruhinya.
4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,
rumusan masalah penelitian ini yaitu :
1.
Bagaimana pendekatan kontekstual pada materi daur air dalam upaya
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa?
2.
Apakah pendekatan kontekstual pada materi daur air dapat meningkatkan
minat belajar siswa kelas V SDK Jetisdepok?
3.
Apakah pendekatan kontekstual pada materi daur air dapat meningkatkan
5.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:
1.
Mengetahui proses pendekatan kontekstual pada materi daur air dalam upaya
meningkatkan minat dan prestasi belajar.
2.
Mengetahui peningkatan minat belajar siswa kelas V SDK Jetisdepok pada
materi daur air dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
3.
Mengetahui peningkatan prestasi siswa kelas V SDK Jetisdepok pada materi
daur air dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
6.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1.
Secara Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah kajian tentang model
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa dalam materi daur air.
2.
Secara Praktis
a.
Bagi siswa
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk menumbuhkan minat
belajar melalui pengalaman nyata dan dapat meningkatkan prestasi
b.
Bagi guru
1.
Jika hasil penelitian ini dirasa dapat memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas menjadi lebih baik, diharapkan dapat dijadikan
bahan pertimbangan guru agar menerapkan pendekatan kontekstual
untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
2.
Sebagai saran guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan karakter siswa.
c.
Bagi peneliti
Hasil penelitian dapat mengetahui minat dan prestasi belajar siswa pada
materi daur air, dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
d.
Bagi Sekolah
Apabila penelitian ini membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar
yang lebih baik, hasil penelitian dapat memberikan masukan bahwa
pembelajaran IPA menggunakan pendekatan kontekstual sangatlah
penting untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada
materi daur air.
7.
Definisi Operasional
1.
Pendekatan kontekstual merupakan sebuah konsep belajar yang
menghubungkan materi dengan pengetahuan siswa serta diterapkan dalam
2.
Prestasi belajar merupakan sebuah hasil dari seseorang dalam menjalankan
kegiatan belajar.
3.
Minat belajar merupakan kondisi seseorang yang menarik perhatiannya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Teoritik
1.1 Pendekatan Konteksual
Pengertian pendekatan kontekstual menurut beberapa para ahli yaitu menurut Johnson, Sugiyanto dan Aqib. Yang pertama akan dipaparkan pendekatan kontekstual menurut Johnson (2006: 67) merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan keadaan budaya mereka.
Berikut ini pengertian Pendekatan kontekstual menurut Nurhadi (dalam Sugiyanto, 2010: 14), pendekatan kontekstual merupakan suatu proses belajar dalam menghubungkan antara makna materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa.
mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya.
Teori menurut Johnson, Sugiyanto dan Aqib mempunyai keterkaitan teori yang sama yaitu mengaitkan sebuah makna dalam pembelajaran dengan dunia nyata siswa.
Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan sebuah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan materi dengan pengetahuan siswa serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
1.2 Prinsip-prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual
Terdapat tiga prinsip pendekatan kontekstual menurut para ahli fisika kuantum, para kosmolog, dan ahli biologi yaitu kesaling-ketergantungan, diferensiasi dan pengaturan diri sendiri (Johnson 2009: 68-89). Prinsip kesaling tergantungan dalam pendekatan kontekstual yaitu prinsip kesaling-tergantungan mengajak peserta didik mengenali pendidik, peserta didik lainnya dan masyarakat, serta lingkungannya. Prinsip kesaling ketergantungan menghubungkan semua hal yang ada di alam semesta dengan hal yang lainnya. Dengan prinsip kesaling-tergantungan juga mendukung adanya kerja sama, peserta didik akan lebih terbantu dalam menemukan permasalahan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalahnya (Johnson 2009: 68-89).
pembelajaran pendekatan kontekstual mencakup pembelajaran aktif dan langsung. Pendekatan tersebut mengajak para siswa berpikir kreatif untuk meningkatkan kerjasama antar siswa dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga mendukung prinsip diferensiasi untuk menuju keunikan. Hal ini tentunya akan membebaskan siswa dalam mengembangkan bakatnya, menciptakan pembelajaran yang mereka inginkan, dan mengembangkan proses belajar sesuai dengan langkah mereka sendiri. Para guru yang menggunakan pendekatan kontekstual berfokus pada perbedaan setiap siswa yaitu dari kehidupan siswa, adatnya, kondisi ekonomi, gaya belajar dan minatnya (Johnson 2009: 68-89).
Secara alami, prinsip diferensiasi akan terus menerus menciptakan perbedaan dan keberagaman, menghasilkan keberagaman yang tak terbatas, keunikan yang tak terbatas serta memajukan kreativitas dan kerjasama. (Johnson 2009: 68-89).
akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, maka mereka terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri. Kata “konteks” merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan” yang berhubungan dengan diri, yang terjalin bersamanya
(Webster New World Dictionary, 1968). Siswa berada pada konteks
yang beragam, misalnya kontes lingkungan tempat tinggal, keluarga, teman-teman, dan sekolah.
1.3 Komponen-Komponen Pendekatan Kontekstual
Sistem pendekatan kontekstual menurut Ditjen Dikdasmen (dalam Kokom, 2010: 11-13) mencakup tujuh komponen yaitu:
a. Kontruktivisme (constructivism)
b. Menemukan (inquiry)
Kokom (2010:12), menjelaskan keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh seorang siswa diharapkan bukan hasil dari mengingat tetapi hasil dari menemukan sendiri melalui siklus (a) observasi (observation), (b) bertanya (questioning), (c) mengajukan dugaan (hiphotesis), (d) pengumpulan data (data gathering), (e) penyimpulan (conclussion).
Pengertian inkuiri menurut Amien (1987:127) yaitu suatu kegiatan siswa merumuskan masalah sendiri, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan.
c. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari aktivitas bertanya. Bertanya menunjukkan bahwa seseorang sedang memperhatikan sesuatu hal yang menjadi pusat perhatiannya dan ada upaya untuk menemukan jawabannya sebagai bentuk dari pengetahuan. Bertanya berhubungan dengan inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan pemahamannya, dan mengarahkannya perhatian kepada sesuatu yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat belajar (learning community)
kegiatan pembelajaran guru harus selalu melaksanakan pembelajaran secara berkelompok. Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas wawasan sseseorang serta membangun interaksi yang baik terhadap orang lain. Dalam pembagian kelompok belajar harus secara adil, yang pandai mengajari yang lemah dan yang sudah paham mengajari yang belum paham.
e. Pemodelan (modeling)
Salah satu komponen pendekatan kontekstual adalah pemodelan. Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan membutuhkan model yang bisa ditiru oleh siswa. Guru dapat menjadi model yang ditiru oleh siswa, namun guru bukan satu-satunya model dalam pembelajaran. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
f. Refleksi
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang sudah dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dipelajari. Refleksi juga dipahami sebagai respon terhadap aktivitas atau pengetahuan yang sudah diterima.
g. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
berlangsung dan sesudah pembelajaran berlangsung. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis, penilaian perbuatan, penilaian penugasan, penugasan, produk dan portofolio.
Berdasarkan komponen-komponen pendekatan kontekstual menurut pendapat Kokom, peneliti menyimpulkan terdapat tujuh komponen yaitu kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan refleksi, dan penilaian sebenarnya. Ketujuh komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga ketujuh komponen tersebut tidak dapat dipisahkan.
2. Prestasi Belajar
2.1 Pengertian Belajar
adanya latihan khusus. Berikut ini pengertian belajar menurut Mulyati, Mulyati (2005: 5) mengatakan belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan san pengulangan-pengulangan dan perubahan-perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.
Teori belajar menurut Winkel, Chaplin dan Mulyati cenderung sejalan, karena setiap pengertian teori mengemukakan bahwa belajar menghasilkan perubahan dan peningkatan yang relatif dan berbekas.
Dari beberapa pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku dari diri seseorang tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2.2 Pengertian Prestasi Belajar
Terdapat pengertian prestasi belajar dari beberapa teori yaitu menurut Mulyono, Winkel, dan Ngalim. Di bawah ini adalah pengertian menurut beberapa ahli:
keberhasilan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar menurut Ngalim (1986: 28) yaitu suatu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melakukan usaha belajarnya yang dinyatakan dalam rapor.
Teori prestasi belajar menurut Mulyono, Winkel, dan Ngalim saling berkaitan. Keterkaitan ketiga tokoh tersebut adalah sama-sama mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah keberhasilan belajar yang hasilnya dikaitkan dengan tes dan dinyatakan dalam nilai rapor.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah hasil dari seseorang dalam menjalankan kegiatan belajar.
2.3 Aspek Prestasi Belajar
Syah (2003: 214-215) berpendapat bahwa aspek dalam prestasi belajar dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Aspek Kognitif
b. Aspek Afektif
Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai sikap. Aspek ini sangat erat kaitannya dengan kecerdasaan emosi (EQ) siswa. Dalam penilaian aspek afektif ini terhat pada kedisiplinan, tanggungjawab,sikap hormat guru, kepatuhan, dan sebagainya.
c.Aspek Psikomotorik
Aspek psikomotorik menurut kamus besar bahasa indonesia yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi, aspek ini menunjukkan keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.
Berdasarkan aspek prestasi belajar yang sudah dijelaskan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek kognitif berkaitan dengan kegiatan berpikir, aspek afektif berkaitan dengan nilai sikap dan aspek psikomotor berkaitan dengan kemampuan fisik. Peneliti hanya memakai aspek kognitif dalam penelitian. Peneliti memakai aspek kognitif karena aspek kognitif berkaitan dengan tes prestasi yang diteliti dengan menggunakan pilihan ganda. 2.4 Faktor-faktor Prestasi Belajar
a. Faktor internal Siswa
Faktor internal yang berkaitan dengan kondisi fisiologis dan psikologis. Kondisi fisik umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Siswa yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan siswa yang kurang sehat jasmaninya. Kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang berupa prestasi, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif.
b. Faktor eksternal Siswa
Faktor eksternal berkaitan dengan kondisi lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan alam dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena suhu udara yang panas siswa menjadi kepanasan, pengap menyebabkan kegiatan belajar siswa terganggu. Kondisi lingkungan sosial dan budaya dari luar sekolah membawa pengaruh terhadap kehidupan anak di lingkungan sekolah.pembangunan gedung sekolah yang dekat dengan hiruk pikuk lalulintas, pabrik dan pasar menimbulkan kegaduhan yang memberikan dampak bagi siswa yaitu tidak dapat berkonsentrasi.
kondisi psikologi siswa baik maka siswa akan belajar dengan baik sesuai dengan strategi dan metode yang telah ditentukan.
3. Minat Belajar
3.1 Pengertian Minat Belajar
Di bawah ini akan dijelaskan minat belajar menurut beberapa para ahli yaitu Syah, Slameto dan Winkel. Pengertian minat menurut Syah (2008: 151) adalah keinginan atau kecenderungan terhadap sesuatu yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.
Berikut ini pengertian minat menurut Slameto dan Winkel. Pengertian minat menurut Slameto (1988: 58) adalah kecenderungan yang tetap yang dimiliki siswa untuk memperhatikan dan mengingat kegiatan. Kegiatan yang diminati tentunya diperhatikan secara terus-menerus dan akan menimbulkan perasaan senang. Menurut Winkel (1983: 158) merupakan kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Berdasarkan penjelasan minat di atas penulis menyimpulkan bahwa minat belajar merupakan suatu kondisi ketertarikan dan perhatian pada suatu objek tertentu yang bersifat menetap dan disertai perasaan senang.
3.2 Indikator Minat Belajar
Beberapa indikator minat yang dikemukakan oleh Slameto dan Safari. Berikut ini indikator menurut Slameto (1988: 58) yaitu:
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran misalnya pelajaran IPA, maka ia harus terus mempelajari IPA, siswa dalam mengikuti pembelajaran sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Daya Tarik siswa
Siswa cenderung memiliki rasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan yang sedang dilakukan.
c. Perhatian Siswa
Di bawah ini indikator minat belajar menurut Safari (2003: 60) ada empat, yaitu sebagai berikut:
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran ekonomi misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan ekonomi. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Ketertarikan siswa
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
c. Perhatian siswa
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada obyek tertentu, maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.
d. Keterlibatan siswa
Penjelasan antar teori mengenai indikator minat belajar di atas, menurut Slameto dan Safari berbeda. Indikator minat belajar menurut Slameto ada tiga yaitu yaitu perasaan senang, daya tarik siswa, dan perhatian siswa. Indikator minat belajar menurut Safari ada empat yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa, dan keterlibatan siswa.
Berdasarkan penjelasan tentang indikator minat belajar, peneliti menyimpulkan jika seorang siswa merasa senang terhadap mata pelajaran tertentu pasti siswa tersebut memiliki ketertarikan pada mata pelajaran tersebut dan memiliki perhatian penuh yang tertuju pada mata pelajaran itu.
Peneliti menggunakan teori Slameto dalam mengukur minat, karena dalam teori Safari indikator keempat yaitu keterlibatan siswa sudah terbahas dalam indikator kedua yaitu ketertarikan siswa. Jadi peneliti memilih menggunakan teori Slameto.
3.3 Faktor-faktor Minat Belajar
Berikut ini faktor minat belajar menurut Soewardi (1987: 183) berpendapat bahwa minat didorong oleh motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu.
Berikut ini faktor minat belajar menurut Taufani (2008: 38), terdapat tiga faktor yang mendasari timbulnya minat, yaitu: 1) faktor dorongan dalam, yaitu dorongan yang timbul dari individu itu sendiri, sehingga menimbulkan minat untuk melakukan aktivitas tertentu guna memenuhinya, 2) faktor motivasi sosial, yaitu faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat diterima di lingkungannya, 3) faktor emosional, yaitu minat berhubungan erat dengan emosi karena faktor emosional selalu menyertai seseorang yang ada hubungannya dalam objek minatnya.
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan minat merupakan alat motivasi yang timbul dari dalam diri individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan disertai faktor emosional yang ada hubunganya dengan minat seseorang.
4. Pembelajaran IPA
4.1 Pengertian IPA
Pengertian IPA menurut para ahli yaitu menurut Darmojo, Iskandar, dan KTSP. Pengertian IPA yang pertama menurut Darmojo (dalam buku Usman sametawa, 2011: 2) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Pengertian IPA yang kedua menurut Iskandar (2001: 17), berpendapat IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen dan induksi. Berikut ini pengertian IPA dalam KTSP ditegaskan pengertian Sains (IPA) sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang alam semesta yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip yang didasarkan pada suatu proses penemuan.
4.2 Hakekat IPA
Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebagai produk, proses dan sikap (Iskandar 2001: 1).
a. IPA sebagai proses
Yang dimaksud dengan ‘proses’ adalah proses mendapatkan IPA yaitu memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk mewujudkannya. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan meliputi: mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variable, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional dan melakukan eksperimen.
bebas, variable tergantung dan variable terkontrol harus terkendali. Merumuskan hipotesis adalah menyusun suatu pernyataan berdasarkan alasan-alasan atau pengetahuan yang merupakan jawaban sementara untuk masalah. Membuat definisi operasional adalah menganalisis data yang diperoleh dan menyusunnya dengan cara menentukan pola hubungan pada data keseluruhan. Melakukan eksperimen adalah kegiatan yang dilakukan untuk menguji hipotesis.
b. IPA sebagai produk
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk disebut juga sebagai disiplin. Bentuk Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk adalah fakta-fakta, konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori IPA.
Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar ada, atau peristiwa yang benar-benar terjadi. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Teori-teori IPA adalah kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan.
c. IPA sebagai sikap
masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapan dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Siswa memang perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA, sebab mereka diharapkan dapat berpikir dan memiliki sikap ilmiah. Keterampilan proses IPA untuk anak-anak harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak.
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang kejadian-kejadian alam yang berupa fakta yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4.3 IPA di Sekolah Dasar
Menurut teori perkembangan dari Piaget (dalam Kokom 2010: 20), pola belajar seseorang akan mengikuti pola-pola dan tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini harus dilalui berdasarkan dengan urutannya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu:
b) Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun), ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
c) Tahap operasional konkret (umur 7/8–11/12 tahun), ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah memiliki kecakapan yang logis, namun hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.
d) Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun), ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis. Anak juga sudah mampu menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesis.
dan perbedaan yang dimiliki benda tersebut yang dapat dilihat secara langsung.
Jika cara guru mengajar monoton dengan ceramah, pembelajaran IPA akan cenderung membosankan. Pembelajaran IPA sangat erat kaitannya dengan menggunakan benda-benda konkret yang dimaksudkan agar siswa dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar untuk menghindari siswa yang hanya membayangkan apa yang dijelaskan guru, dengan seperti itu siswa tidak menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkan siswa.
Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA (Sametawa 2011: 6-7) antara lain adalah: 1) Konsep IPA dapat berkembang dengan baik apabila anak mengalami pengalaman langsung, serta 2) Proses belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA adalah (a) eksplorasi, yaitu kegiatan yang dimana anak mengalami objek secara langsung, (b) generalisasi, yaitu menarik kesipulan dari beberapa informasi/ pengalaman, (c) deduksi, yaitu mengaplikasikan konsep baru (generalisasi) pada situasi atau kondisi yang baru.
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan kebesaran, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang dapat bermanfaat dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs. 4.4 Materi IPA
Materi yang diambil untuk melakukan penelitian adalah Ilmu Pengetahuan Alam, yang diajarkan di kelas V SD semester genap. Berikut adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar :
Standar Kompetensi
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
Kompetensi Dasar
7. 5 Mendiskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya.
Penulis mengambil materi dari buku Kanisius IPA kelas V (Dodo, 2009: 170-171) dan BSE IPA kelas V (Rositawati, 2008: 130-133). Alasan penulis mengambil materi dari buku Kanisius dan BSE adalah karena di SD tersebut memakai buku dari Kanisius. Dan penulis mengambil dari BSE untuk menambah referensi.
4.4.1 Daur Air
Daur air merupakan sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke Bumi. Daur air ini terjadi melalui proses evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan), dan kondensasi (pengembunan). Proses daur air bisa dilihat pada gambar berikut ini (Rositawati, 2008: 131).
4.4.2 Kegiatan Manusia yang Mempengaruhi Daur Air
Daur air yang telah kalian pelajari pada bagian sebelumnya dapat terganggu dengan adanya kegiatan manusia. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terganggunya daur air adalah penebangan pohon di hutan secara belebihan yang mengakibatkan hutan menjadi gundul (Heri, 2008: 163).
Gambar 2. Penebangan Hutan
akan mengalir ke sungai dan danau. Hutan yang gundul karena penebangan liar menyebabkan air hujan langsung jatuh ke tanah. Hal ini menyebabkan air tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah karena langsung mengalir ke sungai dan danau. Selain itu, apabila terjadi hujan terus menerus dapat mengakibatkan longsor dan banjir. Hutan yang gundul menyebabkan daur air menjadi terganggu. Hal ini disebabkan karena cadangan air yang berada di dalam tanah semakin berkurang, sehingga air yang berada di sungai dan danau menjadi lebih sedikit.
4.4.3 Menghemat Air
menampung air hujan. Air ini dapat kita manfaatkan untuk menyirami tanaman jika tidak turun hujan. Coba, apa tindakan yang dapat kamu lakukan untuk menghemat air bersih? Beberapa tindakan yang dapat kita lakukan adalah: a. Pada saat mandi, gunakan air secukupnya.
b. Mengatur waktu mencuci pakaian. Cucilah pakaian setelah jumlahnya cukup banyak. Dengan cara demikian, selain menghemat air juga dapat menghemat deterjen. c. Buatlah tempat penampungan air. Akan tetapi jangan
lupa menutupnya dengan rapat. Serta jagalah kebersihannya agar tidak menjadi sarang penyakit.
d. Tidak menggunakan air untuk kepentingan yang tidak berguna. Contohnya untuk mainan.
e. Tutuplah kran air rapat-rapat.
f. Manfaatkan air hujan, contohnya untuk menyirami tanaman hias yang tidak terkena air hujan.
4.4.4 Kegunaan Air Bagi Manusia
memudahkan dalam pemanfaatan air, dibuatlah bendungan. Bendungan berfungsi untuk mengatur pembagian air. Air yang ditampung oleh bendungan dapat dimanfaatkan untuk irigasi. Irigasi sangat penting bagi petani. Petani akan lebih mudah mengairi lahan pertaniannya. Selain itu, air bendungan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik. Air tersebut bisa digunakan untuk memutar turbin. Turbin berfungsi untuk mengubah energi air menjadi energi listrik. Energi listrik dapat memudahkan kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Meskipun air tidak akan habis, kita harus senantiasa menghematnya. Usaha-usaha yang harus dilakukan untuk menghemat air adalah sebagai berikut.
a. Gunakan air secukupnya ketika mandi, mencuci piring, dan mencuci pakaian.
b. Ketika menyiram tanaman, air jangan sampai menggenangi tanah.
c. Sebaiknya mandi menggunakan pancuran.
5. Kerangka Berpikir
kurang berminat dalam belajar. Selain itu, siswa kesulitan dalam memahami materi. Kesulitan siswa dalam memahami materi membuat nilai prestasi IPA menjadi rendah.
Berhubungan dengan minat dan prestasi siswa yang masih rendah, pembelajaran IPA dapat menggunakan pendekatan kontekstual. Siswa dapat belajar melalui observasi secara langsung di alam terbuka sehingga siswa dapat menemukan konsep ilmu pengetahuan melalui proses berpikir sendiri. Peristiwa belajar pada siswa akan terjadi ketika berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.
Berbagai hal yang harus dipahami dalam pembelajaran kontekstual yaitu proses belajar diorientasikan pada prosess pengalaman langsung, mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata, mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya.
6. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang kedua mengenai pendekatan kontekstual dari Kristina Suwandari dengan judul “Peningkatan Keefektifan Dan Prestasi Belajar Pada Pembelajaran Bunyi Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keefektifan dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bunyi siswa kelas IV di SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta dalam pembelajaran IPA semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Data dikumpulkan dengan menggunakan hasil tes evaluasi pada akhir siklus dan pengamatan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bunyi siswa kelas IV di SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.
6.2 Penelitian yang relevan terkait dengan minat belajar
belajar siswa pada kondisi awal adalah 7,71. Siklus I meningkat menjadi 11,5 dan pada siklus II meningkat menjadi 14,38. Hasil penelitian prestasi belajar pada kondisi awal 58,3 dan meningkat pada siklus I menjadi 72,57. Kemudian siklus II meningkat menjadi 80,86.
Penelitian yang kedua mengenai minat belajar dari Yohanes Babtista Ibnu Pranowo dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi Pembentukan Tanah Dengan Metode Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V Semester 2 SDK Totogan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar IPA pada materi pembentukan tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SDK Totogan tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
6.3 Penelitan yang relevan terkait dengan prestasi belajar
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Bangunrejo 1 yang berjumlah 15 siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar tes dan rubrik pengamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode eksperimen pada pelajaran IPA materi mendiskripsikan sifat-sifat cahaya siswa kelas V meningkat. Siklus I yang lulus KKM 20% dan pada siklus II KKM mencapai 86,66%.
Penelitian yang relevan kedua yang terkait dengan prestasi belajar dari Bayu Hananto dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Wujud Benda Dan Sifatnya Menggunakan Metode Eksperimen Dan Sifatnya Menggunakan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV SD Krinjing I Semester I Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sisa SD Negeri Krinjing I dengan menggunakan metode eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 18 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan tertulis. Hasil penelitian ini adalah dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Siklus I mendapatkan jumlah persentase 66,6% yang telah mencapai KKM dan Siklus II yang mencapai KKM berjumlah 100%.
pada materi pengaruh gerak benda”. Keenam penelitian di atas relevan karena menggunakan variabel yang sama yaitu minat dan prestasi belajar siswa.
Pendekatan
Kontekstual
Minat Belajar Prestasi
Belajar
Gambar 3. Skema Pendekatan Kontekstual, Minat Belajar, dan Prestasi Belajar.
Peningkatan
preatasi belajar ipa untuk materi daur hidup hewan melalui pendekatan kontekstual.
Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi
Pembentukan
Tanah Dengan Metode Penemuan Terbimbing.
Peningkatan
prestasi belajar IPA melalui metode eksperimen materi sifat-sifat cahaya
Penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti adalah: Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi Daur Air Kelas V Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok.
Peningkatan
keefektifan dan prestasi belajar pada pembelajaran bunyi melalui pendekatan kontekstual.
Peningkatan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan kontekstual.
Peningkatan