• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR KELAS V SD KANISIUS JETISDEPOK DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR KELAS V SD KANISIUS JETISDEPOK DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL"

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

DAUR AIR KELAS V SD KANISIUS JETISDEPOK

DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Nama : Risma Wahyudyanti NIM : 101134068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTO

™ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak

memanfaatkannya (menggunakan) untuk memotong, ia akan

memotongmu”. (HR. Muslim)

™ “Barangsiapabersungguh-sungguh,

sesungguhnyakesungguhannyaituadalahuntukdirinyasendiri”.

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

™ Allah SWT yang telah memberikan anugerah-NYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

™ Kedua orang tua ku Bapak Suharto dan Ibu sutinem yang

telah memberikan pendidikan moral dan materiil serta doa

yang diucapkan setiap saat demi kesukseanku.

™ Kakakku Ari Wibawa yang selalu menyemangatiku.

™ Sahabat-sahabatku yang selalu bersedia mendengarkan

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR KELAS V SD KANISIUS JETISDEPOK

DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Oleh:

Risma Wahyudyanti

Pembelajaran di SD Kanisius Jetisdepok kelas V masih menggunakan pendekatan konvensional yang menjadikan siswa pasif. Hal ini menyebabkan rendahnya minat dan prestasi belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat dan prestasi belajar IPA materi daur air dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Jetids Depok.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I dan siklus II. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala minat dan observasi untuk mengetahui minat belajar siswa dan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Jetis Depok pada materi daur air. Peningkatan minat belajar siswa terlihat melalui skala minat siswa dari kondisi awal siswa dengan rata-rata 57,56 pada siklus I meningkat mnjadi 61,56 dan pada siklus II meningkat 65,89. Hasil penelitian observasi minat menunjukkan bahwa kondisi awal dengan rata-rata 5,94 pada siklus I meningkat menjadi 7,61 dan pada siklus II meningkat menjadi 10,39. Peningkatan prestasi terlihat pada rata-rata kondisi awal adalah 48,33 pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 72,22 dan pada siklus II meningkat menjadi 78,33. Peningkatan prestasi juga terlihat pada jumlah siswa yang mencapai nilai KKM, dari kondisi awal sebesar 55,56% , pada siklus I meningkat menjadi 61,11% dan siklus II meningkat menjadi 72,22%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA kelas V SD Kanisius Jetis Depok.

Kata kunci : minat, prestasi, pendekatan kontekstual  

(9)

ABSTRACT

ABSTRACT RISING OF ATTITUDE AND ACHIEVEMENT STUDYING SCIENCES, TOPIC CYCLE OF WATER CLASS V ELEMENTARY SCHOOL

KANISIUS JETISDEPOK WITH CONTEXTUALAPPROACHMENT By

Risma Wahyudyanti  

Studying process in elementary school sd kanisius jetis depok class V Still using conventional approachment that will make student became pasif. It will cause theattitudeand achievement are low.

This research have purpose for knowing attitude and achievement studying sciences topic water cycle with contextual approachment in student class V elementary school kanisius jetisdepok.

This research Are research class activity (PTK). This research Are doing in 2 cycle, cycle 1 and cycle 2. The instrument that we use in this research is scale of attitude and observation for knowing student studyingattitude and a test for knowing achievement of student studying process.

The result of This research indicated that contextual approachment can increase attitude and achievement of student studying process class V elementary school kanisius jetisdepok in topic water cycle. The increasement of student studying attitude can we lookby scale student attitude from start condition with average 57,66 at first cycle, increase become 61,56 and at second cycle increase become 65,89.The result of attitude observation showing that start condition with average 5,94 at first cycle increase become 7,61 and at second cycle increase become 10,39. The Increase ofperformance can we look at first average condition Are 72,22 and at second cycle increase become 78,33. The Increase of performance also looked at amount of student that reach KKM score, from start condition 55,56%, at first cycle increase become 61,11% and at second cycle increase become 72,22%. The conclution of This research is contekstual approachment can increase attitude and performance studying science class V elementary school kanisius.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segalah limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya tulis yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi Daur Air Kelas V SD Kanisius Jetisdepok dengan Pendekatan Kontekstual”

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Studi Program Strata 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Terkait dengan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Pd.D, Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantara, M. For. Sc, dosen pembimbing I yang telah membimbing dan mendampingi penulisan proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, M.A dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mendampingi penulisan ksripsi.

5. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M. Hum. dosen penguji yang telah memberikan saran terhadap penulis saat ujian.

6. Ibu Florentina Rusmini, S.Pd, Kepala Sekolah SD Kanisius Jetisdepok, yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 7. Bapak Y. Atik Fajariyanto, guru kelas V SD Kanisius Jetis Depok, yang

berkenan membantu melaksanakan penelitian.

8. Ibu Brigitta Erlita, S.Psi.,M.Psi. yang telah validasi instrumen dalam skripsi ini.

9. Kedua orang tuaku Bapak Suharto dan Ibu Sutinem S.Pd yang saya sayangai dan saya cintai sepanjang hidupku.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR DIAGRAM BATANG ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 3

3. Batasan Masalah ... 4

4. Rumusan Masalah ... 4

5. Tujuan Penelitian ... 5

6. Manfaat Penelitian ... 5

7. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Kajian Teoritik 1.1 Pendekatan Kontekstual ... 8

1.2 Prinsip-prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual ... 9

(13)

2.1 Pengertian Belajar ... 14

2.2 Pengertian Prestasi Belajar ... 15

2.3 Aspek Prestasi Belajar ... 16

2.4 Faktor-faktor Prestasi Belajar ... 17

3. Minat Belajar 3.1 Pengertian Minat Belajar ... 19

3.2 Indikator Minat Belajar ... 20

3.3 Faktor-faktor Minat Belajar ... 22

4. Pembelajaran IPA 4.1 Pengertian IPA ... 24

4.2 Hakekat IPA ... 25

4.3 IPA di SD ... 27

4.4 Materi IPA ... 30

5. Kerangka Berpikir ... 36

6. Penelitian yang Relevan ... 38

7. Hipotesis Tindakan ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian ... 44

2. Seting Penelitian ... 46

3. Rencana Tindakan ... 48

4. Teknik Pengumpulan Data ... 55

5. Pengumpulan Data ... 57

6. Instrumen Penelitian ... 57

7. Validitas, Realibilitas dan Indeks Kesukaran ... 60

8. Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1.1Proses PTK ... 72

a. Siklus I ... 72

b. Siklus II ... 79

(14)

1.3Prestasi Belajar ... 89

2. Pembahasan ... 92

3. Keterkaitan Penelitian dengan Penelitian yang Relevan ... 95

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ... 98

2. Keterbatasan Penelitian ... 99

3. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian dan Pengambilan Data ... 47

Tabel 2Instrumen Pengumpulan Data ... 57

Tabel 3Blue Print Observasi Minat Belajar ... 58

Tabel 4Blue Print Skala Minat Belajar ... 59

Tabel 5 Kisi-kisi Tes Prestasi ... 60

Tabel 6 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 61

Tabel 7 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 62

Tabel 8 Hasil Perhitungan Validasi Skala Minat ... 63

Tabel 9 Perhitungan SPSS Skala Minat ... 63

Tabel 10 Hasil Perhitungan SPSS Tes Prestasi ... 65

Tabel 11 Koefisien Reliabilitas ... 67

Tabel 12 Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 68

Tabel 13 Perhitungan PAP II ... 69

Tabel 14 Kategori Tingkat Minat Siswa ... 69

Tabel 15 Indikator Keberhasilan ... 71

Tabel 16 Hasil Perhitungan Skala Minat ... 86

Tabel 17 Observasi Minat Belajar Siswa ... 88

Tabel 18 Hasil Tes Prestasi Belajar ... 89

Tabel 19 Hasil Skor Tes Prestasi Belajar ... 90

Tabel 20 Data Perbandingan Skala Minat ... 92

Tabel 21 Data Perbandingan Observasi Minat ... 93

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Daur Air ... 31

Gambar 2 Penebangan Hutan ... 33

Gambar 3 Skema Pendekatan Kontekstual, Minat dan Prestasi Belajar ... 42

(17)

DAFTAR DIAGRAM BATANG

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil wawancara ... 104

Lampiran 2 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 105

Lampiran 3 Silabus ... 106

Lampiran 4 RPP Siklus I ... 107

Lampiran 5 RPP Siklus II ... 108

Lampiran 6 LKS Siklus I ... 109

Lampiran 7 LKS Siklus II ... 100

Lampiran 8 Kunci Jawaban LKS Siklus I ... 111

Lampiran 9 Kunci Jawaban LKS Siklus II ... 112

Lampiran 10 Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi Sebelum Divalidasi ... 113

Lampiran 11 Uji Validitas dan Realibilitas Tes Prestasi ... 114

Lampiran 12 Indeks Kesukaran ... 115 

Lampiran 13 Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 116

Lampiran 14 Soal Tes Prestasi Sesudah Divalidasi ... 117

Lampiran 15 Kisi-kisi Skala Minat Sebelum Uji Validitas ... 118

Lampiran 16 Validasi Skala Minat ... 119

Lampiran 17 Uji validitas dan Hasil Skala Minat ... 120

Lampiran 18 Kisi-kisi Observasi Minat ... 121

Lampiran 19 Hasil Observasi Minat ... 122

Lampiran 20 Contoh LKS Siklus I dan Siklus II ... 123

Lampiran 21 Contoh Tes Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 124

Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 125

Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 126

Lampiran 24 Foto Penelitian ... 127

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia mengembangkan pembelajaran inovatif yang

berbasis saintifik. Pembelajaran saintifik dirancang agar siswa secara aktif

mengkonstruk konsep. Penerapan pembelajaran saintifik meliputi keterampilan

proses seperti mengamati, mengklasifikasi, menjelaskan dan menyimpulkan.

Pembelajaran saintifik memiliki karakteristik yaitu berpusat pada siswa,

melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, melibatkan

proses-proses kognitif, dapat mengembangkan karakter peserta didik.

Pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh siswa saja tetapi

juga dilihat dari proses belajar siswa, yang menjadi sarana belajar ilmiah pada

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan pembelajaran

yang membahas peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala yang terjadi di alam dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai

karakter yang dapat dipelajari dengan mudah apabila siswa dihadapkan pada

objek dan gejalanya secara langsung.

Pembelajaran IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk

membantu manusia dalam pemecahan masalah-masalah. Masalah yang sering

terjadi misalnya manusia sering mengabaikan pembuangan sampah pada selokan

(20)

banjir. Jika terjadi banjir manusia mudah terserang penyakit. Banjir merupakan

salah satu bencana alam yang akan dipelajari dalam pembelajaran IPA, dengan

kita mempelajari mata pelajaran IPA akan diajarkan tentang menjaga dan

melestarikan lingkungan. Pembelajaran IPA dikatakan berhasil jika dapat

mencapai tujuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru kelas V SD Kanisius

Jetisdepok tanggal 25 Januari 2014. Kriteria Kentuntasan Minimal (KKM) IPA

kelas V SD Kanisius Jetisdepok adalah 70. Siswa yang nilainya mencapai KKM

ada 4 dan 14 siswa yang nilainya di bawah KKM. Siswa yang lolos KKM

mencapai 22,22%. Nilai tersebut adalah nilai ulangan dari materi cahaya. Hasil

dari wawancara yang telah dilakukan ditemukan permasalahan bahwa prestasi

belajar siswa di SD Kanisius Jetisdepok rendah.

Selain wawancara juga dilakukan observasi di kelas V SD Kanisius

Jetisdepok pada tanggal 28 Januari 2014 saat pembelajaran IPA. Dalam proses

pembelajaran guru menggunakan metode ceramah yang berdasarkan buku paket

dan guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran sehingga siswa kurang

aktif saat mengikuti proses pembelajaran, siswa kurang memperhatikan saat guru

menjelaskan, siswa ada yang melamun dan menjahili temannya. Hal tersebut

menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan minat belajar siswa yang

rendah. Hasil dari observasi minat yang telah dilakukan mencapai 55,56%.

Karakteristik mata pelajaran IPA yang mengajarkan pembelajaran ilmiah

(21)

kontekstual. Pembelajaran kontekstual memfasilitasi siswa dengan benda-benda

yang nyata. Dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan siswa dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SDK Jetisdepok.

Berdasarkan penemuan permasalahan saat melakukan wawancara dan

observasi, peneliti tertarik melakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran

melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Minat dan

Prestasi Belajar IPA Materi Daur Air Kelas V SD Kanisius Jetisdepok dengan

Pendekatan Kontekstual”. Pendekatan kontekstual diharapkan dapat mengatasi

kesulitan siswa dalam memahami pembelajaran dan meningkatkan minat belajar

siswa.

2.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan di SD Kanisius

Jetisdepok, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:

1.

Model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik sehingga siswa

kurang tertarik untuk belajar.

2.

Dalam proses pembelajaran guru sebagai penceramah dan siswa sebagai

pendengar.

3.

Minat belajar siswa saat mengikuti pembelajaran masih rendah.

(22)

3.

Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas

sama-sama penting dan perlu ditelusuri lebih jauh yang ada kaitannya dengan hasil

belajar siswa. Guna memperoleh pemecahan masalah maka perlu adanya

pembatasan masalah yaitu minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

IPA kelas V SDK Jetisdepok pada materi daur air. Dalam batasan masalah

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yaitu:

Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan

hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.

Kompetensi Dasar 7.5 Mendiskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia

yang dapat mempengaruhinya.

4.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,

rumusan masalah penelitian ini yaitu :

1.

Bagaimana pendekatan kontekstual pada materi daur air dalam upaya

meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa?

2.

Apakah pendekatan kontekstual pada materi daur air dapat meningkatkan

minat belajar siswa kelas V SDK Jetisdepok?

3.

Apakah pendekatan kontekstual pada materi daur air dapat meningkatkan

(23)

5.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

1.

Mengetahui proses pendekatan kontekstual pada materi daur air dalam upaya

meningkatkan minat dan prestasi belajar.

2.

Mengetahui peningkatan minat belajar siswa kelas V SDK Jetisdepok pada

materi daur air dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

3.

Mengetahui peningkatan prestasi siswa kelas V SDK Jetisdepok pada materi

daur air dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

6.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.

Secara Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah kajian tentang model

pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar

siswa dalam materi daur air.

2.

Secara Praktis

a.

Bagi siswa

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk menumbuhkan minat

belajar melalui pengalaman nyata dan dapat meningkatkan prestasi

(24)

b.

Bagi guru

1.

Jika hasil penelitian ini dirasa dapat memperbaiki proses belajar

mengajar di kelas menjadi lebih baik, diharapkan dapat dijadikan

bahan pertimbangan guru agar menerapkan pendekatan kontekstual

untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

2.

Sebagai saran guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai

dengan karakter siswa.

c.

Bagi peneliti

Hasil penelitian dapat mengetahui minat dan prestasi belajar siswa pada

materi daur air, dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

d.

Bagi Sekolah

Apabila penelitian ini membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar

yang lebih baik, hasil penelitian dapat memberikan masukan bahwa

pembelajaran IPA menggunakan pendekatan kontekstual sangatlah

penting untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada

materi daur air.

7.

Definisi Operasional

1.

Pendekatan kontekstual merupakan sebuah konsep belajar yang

menghubungkan materi dengan pengetahuan siswa serta diterapkan dalam

(25)

2.

Prestasi belajar merupakan sebuah hasil dari seseorang dalam menjalankan

kegiatan belajar.

3.

Minat belajar merupakan kondisi seseorang yang menarik perhatiannya

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teoritik

1.1 Pendekatan Konteksual

Pengertian pendekatan kontekstual menurut beberapa para ahli yaitu menurut Johnson, Sugiyanto dan Aqib. Yang pertama akan dipaparkan pendekatan kontekstual menurut Johnson (2006: 67) merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan keadaan budaya mereka.

Berikut ini pengertian Pendekatan kontekstual menurut Nurhadi (dalam Sugiyanto, 2010: 14), pendekatan kontekstual merupakan suatu proses belajar dalam menghubungkan antara makna materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa.

(27)

mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya.

Teori menurut Johnson, Sugiyanto dan Aqib mempunyai keterkaitan teori yang sama yaitu mengaitkan sebuah makna dalam pembelajaran dengan dunia nyata siswa.

Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan sebuah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan materi dengan pengetahuan siswa serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

1.2 Prinsip-prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual

Terdapat tiga prinsip pendekatan kontekstual menurut para ahli fisika kuantum, para kosmolog, dan ahli biologi yaitu kesaling-ketergantungan, diferensiasi dan pengaturan diri sendiri (Johnson 2009: 68-89). Prinsip kesaling tergantungan dalam pendekatan kontekstual yaitu prinsip kesaling-tergantungan mengajak peserta didik mengenali pendidik, peserta didik lainnya dan masyarakat, serta lingkungannya. Prinsip kesaling ketergantungan menghubungkan semua hal yang ada di alam semesta dengan hal yang lainnya. Dengan prinsip kesaling-tergantungan juga mendukung adanya kerja sama, peserta didik akan lebih terbantu dalam menemukan permasalahan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalahnya (Johnson 2009: 68-89).

(28)

pembelajaran pendekatan kontekstual mencakup pembelajaran aktif dan langsung. Pendekatan tersebut mengajak para siswa berpikir kreatif untuk meningkatkan kerjasama antar siswa dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga mendukung prinsip diferensiasi untuk menuju keunikan. Hal ini tentunya akan membebaskan siswa dalam mengembangkan bakatnya, menciptakan pembelajaran yang mereka inginkan, dan mengembangkan proses belajar sesuai dengan langkah mereka sendiri. Para guru yang menggunakan pendekatan kontekstual berfokus pada perbedaan setiap siswa yaitu dari kehidupan siswa, adatnya, kondisi ekonomi, gaya belajar dan minatnya (Johnson 2009: 68-89).

Secara alami, prinsip diferensiasi akan terus menerus menciptakan perbedaan dan keberagaman, menghasilkan keberagaman yang tak terbatas, keunikan yang tak terbatas serta memajukan kreativitas dan kerjasama. (Johnson 2009: 68-89).

(29)

akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, maka mereka terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri. Kata “konteks” merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan” yang berhubungan dengan diri, yang terjalin bersamanya

(Webster New World Dictionary, 1968). Siswa berada pada konteks

yang beragam, misalnya kontes lingkungan tempat tinggal, keluarga, teman-teman, dan sekolah.

1.3 Komponen-Komponen Pendekatan Kontekstual

Sistem pendekatan kontekstual menurut Ditjen Dikdasmen (dalam Kokom, 2010: 11-13) mencakup tujuh komponen yaitu:

a. Kontruktivisme (constructivism)

(30)

b. Menemukan (inquiry)

Kokom (2010:12), menjelaskan keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh seorang siswa diharapkan bukan hasil dari mengingat tetapi hasil dari menemukan sendiri melalui siklus (a) observasi (observation), (b) bertanya (questioning), (c) mengajukan dugaan (hiphotesis), (d) pengumpulan data (data gathering), (e) penyimpulan (conclussion).

Pengertian inkuiri menurut Amien (1987:127) yaitu suatu kegiatan siswa merumuskan masalah sendiri, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan.

c. Bertanya (questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari aktivitas bertanya. Bertanya menunjukkan bahwa seseorang sedang memperhatikan sesuatu hal yang menjadi pusat perhatiannya dan ada upaya untuk menemukan jawabannya sebagai bentuk dari pengetahuan. Bertanya berhubungan dengan inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan pemahamannya, dan mengarahkannya perhatian kepada sesuatu yang belum diketahuinya.

d. Masyarakat belajar (learning community)

(31)

kegiatan pembelajaran guru harus selalu melaksanakan pembelajaran secara berkelompok. Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas wawasan sseseorang serta membangun interaksi yang baik terhadap orang lain. Dalam pembagian kelompok belajar harus secara adil, yang pandai mengajari yang lemah dan yang sudah paham mengajari yang belum paham.

e. Pemodelan (modeling)

Salah satu komponen pendekatan kontekstual adalah pemodelan. Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan membutuhkan model yang bisa ditiru oleh siswa. Guru dapat menjadi model yang ditiru oleh siswa, namun guru bukan satu-satunya model dalam pembelajaran. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

f. Refleksi

Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang sudah dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dipelajari. Refleksi juga dipahami sebagai respon terhadap aktivitas atau pengetahuan yang sudah diterima.

g. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

(32)

berlangsung dan sesudah pembelajaran berlangsung. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis, penilaian perbuatan, penilaian penugasan, penugasan, produk dan portofolio.

Berdasarkan komponen-komponen pendekatan kontekstual menurut pendapat Kokom, peneliti menyimpulkan terdapat tujuh komponen yaitu kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan refleksi, dan penilaian sebenarnya. Ketujuh komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga ketujuh komponen tersebut tidak dapat dipisahkan.

2. Prestasi Belajar

2.1 Pengertian Belajar

(33)

adanya latihan khusus. Berikut ini pengertian belajar menurut Mulyati, Mulyati (2005: 5) mengatakan belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan san pengulangan-pengulangan dan perubahan-perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

Teori belajar menurut Winkel, Chaplin dan Mulyati cenderung sejalan, karena setiap pengertian teori mengemukakan bahwa belajar menghasilkan perubahan dan peningkatan yang relatif dan berbekas.

Dari beberapa pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku dari diri seseorang tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2.2 Pengertian Prestasi Belajar

Terdapat pengertian prestasi belajar dari beberapa teori yaitu menurut Mulyono, Winkel, dan Ngalim. Di bawah ini adalah pengertian menurut beberapa ahli:

(34)

keberhasilan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar menurut Ngalim (1986: 28) yaitu suatu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melakukan usaha belajarnya yang dinyatakan dalam rapor.

Teori prestasi belajar menurut Mulyono, Winkel, dan Ngalim saling berkaitan. Keterkaitan ketiga tokoh tersebut adalah sama-sama mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah keberhasilan belajar yang hasilnya dikaitkan dengan tes dan dinyatakan dalam nilai rapor.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah hasil dari seseorang dalam menjalankan kegiatan belajar.

2.3 Aspek Prestasi Belajar

Syah (2003: 214-215) berpendapat bahwa aspek dalam prestasi belajar dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Aspek Kognitif

(35)

b. Aspek Afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai sikap. Aspek ini sangat erat kaitannya dengan kecerdasaan emosi (EQ) siswa. Dalam penilaian aspek afektif ini terhat pada kedisiplinan, tanggungjawab,sikap hormat guru, kepatuhan, dan sebagainya.

c.Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik menurut kamus besar bahasa indonesia yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi, aspek ini menunjukkan keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.

Berdasarkan aspek prestasi belajar yang sudah dijelaskan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek kognitif berkaitan dengan kegiatan berpikir, aspek afektif berkaitan dengan nilai sikap dan aspek psikomotor berkaitan dengan kemampuan fisik. Peneliti hanya memakai aspek kognitif dalam penelitian. Peneliti memakai aspek kognitif karena aspek kognitif berkaitan dengan tes prestasi yang diteliti dengan menggunakan pilihan ganda. 2.4 Faktor-faktor Prestasi Belajar

(36)

a. Faktor internal Siswa

Faktor internal yang berkaitan dengan kondisi fisiologis dan psikologis. Kondisi fisik umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Siswa yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan siswa yang kurang sehat jasmaninya. Kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang berupa prestasi, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif.

b. Faktor eksternal Siswa

Faktor eksternal berkaitan dengan kondisi lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan alam dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena suhu udara yang panas siswa menjadi kepanasan, pengap menyebabkan kegiatan belajar siswa terganggu. Kondisi lingkungan sosial dan budaya dari luar sekolah membawa pengaruh terhadap kehidupan anak di lingkungan sekolah.pembangunan gedung sekolah yang dekat dengan hiruk pikuk lalulintas, pabrik dan pasar menimbulkan kegaduhan yang memberikan dampak bagi siswa yaitu tidak dapat berkonsentrasi.

(37)

kondisi psikologi siswa baik maka siswa akan belajar dengan baik sesuai dengan strategi dan metode yang telah ditentukan.

3. Minat Belajar

3.1 Pengertian Minat Belajar

Di bawah ini akan dijelaskan minat belajar menurut beberapa para ahli yaitu Syah, Slameto dan Winkel. Pengertian minat menurut Syah (2008: 151) adalah keinginan atau kecenderungan terhadap sesuatu yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.

Berikut ini pengertian minat menurut Slameto dan Winkel. Pengertian minat menurut Slameto (1988: 58) adalah kecenderungan yang tetap yang dimiliki siswa untuk memperhatikan dan mengingat kegiatan. Kegiatan yang diminati tentunya diperhatikan secara terus-menerus dan akan menimbulkan perasaan senang. Menurut Winkel (1983: 158) merupakan kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

(38)

Berdasarkan penjelasan minat di atas penulis menyimpulkan bahwa minat belajar merupakan suatu kondisi ketertarikan dan perhatian pada suatu objek tertentu yang bersifat menetap dan disertai perasaan senang.

3.2 Indikator Minat Belajar

Beberapa indikator minat yang dikemukakan oleh Slameto dan Safari. Berikut ini indikator menurut Slameto (1988: 58) yaitu:

a. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran misalnya pelajaran IPA, maka ia harus terus mempelajari IPA, siswa dalam mengikuti pembelajaran sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

b. Daya Tarik siswa

Siswa cenderung memiliki rasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan yang sedang dilakukan.

c. Perhatian Siswa

(39)

Di bawah ini indikator minat belajar menurut Safari (2003: 60) ada empat, yaitu sebagai berikut:

a. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran ekonomi misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan ekonomi. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

b. Ketertarikan siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

c. Perhatian siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada obyek tertentu, maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.

d. Keterlibatan siswa

(40)

Penjelasan antar teori mengenai indikator minat belajar di atas, menurut Slameto dan Safari berbeda. Indikator minat belajar menurut Slameto ada tiga yaitu yaitu perasaan senang, daya tarik siswa, dan perhatian siswa. Indikator minat belajar menurut Safari ada empat yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa, dan keterlibatan siswa.

Berdasarkan penjelasan tentang indikator minat belajar, peneliti menyimpulkan jika seorang siswa merasa senang terhadap mata pelajaran tertentu pasti siswa tersebut memiliki ketertarikan pada mata pelajaran tersebut dan memiliki perhatian penuh yang tertuju pada mata pelajaran itu.

Peneliti menggunakan teori Slameto dalam mengukur minat, karena dalam teori Safari indikator keempat yaitu keterlibatan siswa sudah terbahas dalam indikator kedua yaitu ketertarikan siswa. Jadi peneliti memilih menggunakan teori Slameto.

3.3 Faktor-faktor Minat Belajar

(41)

Berikut ini faktor minat belajar menurut Soewardi (1987: 183) berpendapat bahwa minat didorong oleh motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu.

Berikut ini faktor minat belajar menurut Taufani (2008: 38), terdapat tiga faktor yang mendasari timbulnya minat, yaitu: 1) faktor dorongan dalam, yaitu dorongan yang timbul dari individu itu sendiri, sehingga menimbulkan minat untuk melakukan aktivitas tertentu guna memenuhinya, 2) faktor motivasi sosial, yaitu faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat diterima di lingkungannya, 3) faktor emosional, yaitu minat berhubungan erat dengan emosi karena faktor emosional selalu menyertai seseorang yang ada hubungannya dalam objek minatnya.

(42)

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan minat merupakan alat motivasi yang timbul dari dalam diri individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan disertai faktor emosional yang ada hubunganya dengan minat seseorang.

4. Pembelajaran IPA

4.1 Pengertian IPA

Pengertian IPA menurut para ahli yaitu menurut Darmojo, Iskandar, dan KTSP. Pengertian IPA yang pertama menurut Darmojo (dalam buku Usman sametawa, 2011: 2) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Pengertian IPA yang kedua menurut Iskandar (2001: 17), berpendapat IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen dan induksi. Berikut ini pengertian IPA dalam KTSP ditegaskan pengertian Sains (IPA) sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

(43)

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang alam semesta yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip yang didasarkan pada suatu proses penemuan.

4.2 Hakekat IPA

Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebagai produk, proses dan sikap (Iskandar 2001: 1).

a. IPA sebagai proses

Yang dimaksud dengan ‘proses’ adalah proses mendapatkan IPA yaitu memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk mewujudkannya. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan meliputi: mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variable, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional dan melakukan eksperimen.

(44)

bebas, variable tergantung dan variable terkontrol harus terkendali. Merumuskan hipotesis adalah menyusun suatu pernyataan berdasarkan alasan-alasan atau pengetahuan yang merupakan jawaban sementara untuk masalah. Membuat definisi operasional adalah menganalisis data yang diperoleh dan menyusunnya dengan cara menentukan pola hubungan pada data keseluruhan. Melakukan eksperimen adalah kegiatan yang dilakukan untuk menguji hipotesis.

b. IPA sebagai produk

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk disebut juga sebagai disiplin. Bentuk Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk adalah fakta-fakta, konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori IPA.

Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar ada, atau peristiwa yang benar-benar terjadi. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Teori-teori IPA adalah kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan.

c. IPA sebagai sikap

(45)

masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapan dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Siswa memang perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA, sebab mereka diharapkan dapat berpikir dan memiliki sikap ilmiah. Keterampilan proses IPA untuk anak-anak harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak.

Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang kejadian-kejadian alam yang berupa fakta yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4.3 IPA di Sekolah Dasar

Menurut teori perkembangan dari Piaget (dalam Kokom 2010: 20), pola belajar seseorang akan mengikuti pola-pola dan tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini harus dilalui berdasarkan dengan urutannya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu:

(46)

b) Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun), ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.

c) Tahap operasional konkret (umur 7/8–11/12 tahun), ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah memiliki kecakapan yang logis, namun hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.

d) Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun), ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis. Anak juga sudah mampu menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesis.

(47)

dan perbedaan yang dimiliki benda tersebut yang dapat dilihat secara langsung.

Jika cara guru mengajar monoton dengan ceramah, pembelajaran IPA akan cenderung membosankan. Pembelajaran IPA sangat erat kaitannya dengan menggunakan benda-benda konkret yang dimaksudkan agar siswa dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar untuk menghindari siswa yang hanya membayangkan apa yang dijelaskan guru, dengan seperti itu siswa tidak menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkan siswa.

Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA (Sametawa 2011: 6-7) antara lain adalah: 1) Konsep IPA dapat berkembang dengan baik apabila anak mengalami pengalaman langsung, serta 2) Proses belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA adalah (a) eksplorasi, yaitu kegiatan yang dimana anak mengalami objek secara langsung, (b) generalisasi, yaitu menarik kesipulan dari beberapa informasi/ pengalaman, (c) deduksi, yaitu mengaplikasikan konsep baru (generalisasi) pada situasi atau kondisi yang baru.

(48)

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan kebesaran, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang dapat bermanfaat dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs. 4.4 Materi IPA

Materi yang diambil untuk melakukan penelitian adalah Ilmu Pengetahuan Alam, yang diajarkan di kelas V SD semester genap. Berikut adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar :

Standar Kompetensi

(49)

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.

Kompetensi Dasar

7. 5 Mendiskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya.

Penulis mengambil materi dari buku Kanisius IPA kelas V (Dodo, 2009: 170-171) dan BSE IPA kelas V (Rositawati, 2008: 130-133). Alasan penulis mengambil materi dari buku Kanisius dan BSE adalah karena di SD tersebut memakai buku dari Kanisius. Dan penulis mengambil dari BSE untuk menambah referensi.

4.4.1 Daur Air

Daur air merupakan sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke Bumi. Daur air ini terjadi melalui proses evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan), dan kondensasi (pengembunan). Proses daur air bisa dilihat pada gambar berikut ini (Rositawati, 2008: 131).

(50)
(51)

4.4.2 Kegiatan Manusia yang Mempengaruhi Daur Air

Daur air yang telah kalian pelajari pada bagian sebelumnya dapat terganggu dengan adanya kegiatan manusia. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terganggunya daur air adalah penebangan pohon di hutan secara belebihan yang mengakibatkan hutan menjadi gundul (Heri, 2008: 163).

Gambar 2. Penebangan Hutan

(52)

akan mengalir ke sungai dan danau. Hutan yang gundul karena penebangan liar menyebabkan air hujan langsung jatuh ke tanah. Hal ini menyebabkan air tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah karena langsung mengalir ke sungai dan danau. Selain itu, apabila terjadi hujan terus menerus dapat mengakibatkan longsor dan banjir. Hutan yang gundul menyebabkan daur air menjadi terganggu. Hal ini disebabkan karena cadangan air yang berada di dalam tanah semakin berkurang, sehingga air yang berada di sungai dan danau menjadi lebih sedikit.

4.4.3 Menghemat Air

(53)

menampung air hujan. Air ini dapat kita manfaatkan untuk menyirami tanaman jika tidak turun hujan. Coba, apa tindakan yang dapat kamu lakukan untuk menghemat air bersih? Beberapa tindakan yang dapat kita lakukan adalah: a. Pada saat mandi, gunakan air secukupnya.

b. Mengatur waktu mencuci pakaian. Cucilah pakaian setelah jumlahnya cukup banyak. Dengan cara demikian, selain menghemat air juga dapat menghemat deterjen. c. Buatlah tempat penampungan air. Akan tetapi jangan

lupa menutupnya dengan rapat. Serta jagalah kebersihannya agar tidak menjadi sarang penyakit.

d. Tidak menggunakan air untuk kepentingan yang tidak berguna. Contohnya untuk mainan.

e. Tutuplah kran air rapat-rapat.

f. Manfaatkan air hujan, contohnya untuk menyirami tanaman hias yang tidak terkena air hujan.

4.4.4 Kegunaan Air Bagi Manusia

(54)

memudahkan dalam pemanfaatan air, dibuatlah bendungan. Bendungan berfungsi untuk mengatur pembagian air. Air yang ditampung oleh bendungan dapat dimanfaatkan untuk irigasi. Irigasi sangat penting bagi petani. Petani akan lebih mudah mengairi lahan pertaniannya. Selain itu, air bendungan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik. Air tersebut bisa digunakan untuk memutar turbin. Turbin berfungsi untuk mengubah energi air menjadi energi listrik. Energi listrik dapat memudahkan kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Meskipun air tidak akan habis, kita harus senantiasa menghematnya. Usaha-usaha yang harus dilakukan untuk menghemat air adalah sebagai berikut.

a. Gunakan air secukupnya ketika mandi, mencuci piring, dan mencuci pakaian.

b. Ketika menyiram tanaman, air jangan sampai menggenangi tanah.

c. Sebaiknya mandi menggunakan pancuran.

5. Kerangka Berpikir

(55)

kurang berminat dalam belajar. Selain itu, siswa kesulitan dalam memahami materi. Kesulitan siswa dalam memahami materi membuat nilai prestasi IPA menjadi rendah.

Berhubungan dengan minat dan prestasi siswa yang masih rendah, pembelajaran IPA dapat menggunakan pendekatan kontekstual. Siswa dapat belajar melalui observasi secara langsung di alam terbuka sehingga siswa dapat menemukan konsep ilmu pengetahuan melalui proses berpikir sendiri. Peristiwa belajar pada siswa akan terjadi ketika berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.

Berbagai hal yang harus dipahami dalam pembelajaran kontekstual yaitu proses belajar diorientasikan pada prosess pengalaman langsung, mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata, mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya.

(56)

6. Penelitian yang Relevan

(57)

Penelitian yang kedua mengenai pendekatan kontekstual dari Kristina Suwandari dengan judul “Peningkatan Keefektifan Dan Prestasi Belajar Pada Pembelajaran Bunyi Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keefektifan dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bunyi siswa kelas IV di SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta dalam pembelajaran IPA semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Data dikumpulkan dengan menggunakan hasil tes evaluasi pada akhir siklus dan pengamatan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bunyi siswa kelas IV di SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.

6.2 Penelitian yang relevan terkait dengan minat belajar

(58)

belajar siswa pada kondisi awal adalah 7,71. Siklus I meningkat menjadi 11,5 dan pada siklus II meningkat menjadi 14,38. Hasil penelitian prestasi belajar pada kondisi awal 58,3 dan meningkat pada siklus I menjadi 72,57. Kemudian siklus II meningkat menjadi 80,86.

Penelitian yang kedua mengenai minat belajar dari Yohanes Babtista Ibnu Pranowo dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi Pembentukan Tanah Dengan Metode Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V Semester 2 SDK Totogan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar IPA pada materi pembentukan tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SDK Totogan tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

6.3 Penelitan yang relevan terkait dengan prestasi belajar

(59)

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Bangunrejo 1 yang berjumlah 15 siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar tes dan rubrik pengamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode eksperimen pada pelajaran IPA materi mendiskripsikan sifat-sifat cahaya siswa kelas V meningkat. Siklus I yang lulus KKM 20% dan pada siklus II KKM mencapai 86,66%.

Penelitian yang relevan kedua yang terkait dengan prestasi belajar dari Bayu Hananto dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Wujud Benda Dan Sifatnya Menggunakan Metode Eksperimen Dan Sifatnya Menggunakan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV SD Krinjing I Semester I Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sisa SD Negeri Krinjing I dengan menggunakan metode eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 18 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan tertulis. Hasil penelitian ini adalah dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Siklus I mendapatkan jumlah persentase 66,6% yang telah mencapai KKM dan Siklus II yang mencapai KKM berjumlah 100%.

(60)

pada materi pengaruh gerak benda”. Keenam penelitian di atas relevan karena menggunakan variabel yang sama yaitu minat dan prestasi belajar siswa.

Pendekatan

Kontekstual

Minat Belajar Prestasi

Belajar

Gambar 3. Skema Pendekatan Kontekstual, Minat Belajar, dan Prestasi Belajar.

Peningkatan

preatasi belajar ipa untuk materi daur hidup hewan melalui pendekatan kontekstual.

 

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi

Pembentukan

Tanah Dengan Metode Penemuan Terbimbing.  

Peningkatan

prestasi belajar IPA melalui metode eksperimen materi sifat-sifat cahaya

Penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti adalah: Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi Daur Air Kelas V Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok. 

Peningkatan

keefektifan dan prestasi belajar pada pembelajaran bunyi melalui pendekatan kontekstual.

Peningkatan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan kontekstual.

Peningkatan

(61)

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu

a.

Proses pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi

belajar dalam materi daur air.

b.

Peningkatan minat belajar IPA materi daur air kelas V SD Kanisius Jetisdepok

dengan pendekatan kontekstual.

c.

Peningkatan prestasi belajar IPA materi daur air kelas V SD Kanisius Jetisdepok

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

1.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

menekankan pada peningkatan minat dan prestasi belajar siswa. Di bawah ini

akan dijelaskan pengertian tindakan kelas menurut Suparno, Arikunto dan

Lewin.

Pertama, penelitian tindakan kelas menurut Suparno (2008: 5) yaitu

penelitian tindakan yang dimaksudkan sebagai penelitian yang dilakukan oleh

seseorang yang sedang praktik dalam suatu pekerjaan, untuk mengembangkan

suatu pekerjaan tersebut. Kedua, penelitian tindakan kelas menurut Arikunto

(2006: 3) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama. Ketiga penelitian tindakan kelas menurut Lewin (2001: 10)

adalah penelitian rangkaian langkah-langkah yang satu dengan yang lain

saling berhubungan

Dari ketiga tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang penelitian

tindakan kelas, menurut peneliti mendapat masing-masing tokoh saling

terkait. Peneliti melihat dari pendapat masing-masing tokoh yang intinya pada

dasarnya penelitian tindakan kelas merupakan sebuah tindakan yang

(63)

Berdasarkan pengertian dari ketiga tokoh, peneliti menyimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan upaya untuk memecahkan

masalah di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Taggart

(dalam Arikunto, 2002: 83) yaitu berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus

berikutnya. Setiap siklus meliputi rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.

Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi,

tindakan, pengamatan, dan refleksi (Kemimis dan Mc. Taggart, 2010: 17).

Gambar 4.

Model Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Tidakan

Pelaksanaan

Tindakan

Refleksi

Observasi

Perencanaan

Tidakan

Pelaksanaan

Tindakan

(64)

Keterangan:

Perencanaan meliputi tindakan apa saja yang akan dilaksanakan dalam

penelitian. Sedangkan pelaksanaan tindakan meliputi apa saja yang akan

dilakukan peneliti untuk memperbaiki minat dan prestasi belajar siswa.

Observasi yang dilaksanakan adalah melakukan berbagai pengamatan yang

dilakukan peneliti dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.

Selanjutnya adalah refleksi yaitu melakukan evaluasi terhadap permasalahan

yang ditemukaan saat pelaksanaan penelitian.

2.

Seting Penelitian

1.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Jetis Depok pada semester

genap tahun pelajaran 2013/2014.

2.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 18 anak

yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Subjek diambil

berdasarkan pertimbangan guru kelas V SDK Jetisdepok sebagai guru kelas.

3.

Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar

menggunakan pendekatan kontekstual pada materi proses daur air. Standar

Kompetensi : 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan

(65)

Kompetensi Dasar : 7.4 Mendiskripsikan proses daur air dan kegiatan

manusia yang dapat mempengaruhinya.

4.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada semester gasal pada tanggal 19, 20, 26

dan 27 Maret 2014. Berikut ini tabel jadwal penelitian:

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian dan Pengambilan Data

Hari, Tanggal

Pertemuan

Kegiatan

Alokasi

Waktu

Sabtu

25 Januari 2014

I

Wawancara guru kelas V

1 x 20 menit

Selasa

28 Januari 2014

II

Observasi kelas sebelum

penelitian

2x 35 menit

Rabu

19 Maret 2014

III

Pelaksanaan penelitian

siklus I pertemuan

pertama

2x 35 menit

 

Kamis

20 Maret 2014

IV

Pelaksanaan penelitian

siklus I pertemuan kedua

2x 35 menit

 

Rabu

26 Maret 2014

V

Pelaksanaan penelitian

siklus II pertemuan

pertama

2x 35 menit

 

Kamis

27 Maret 2014

VI

Pelaksanaan penelitian

siklus I pertemuan kedua

2x 35 menit

 

Berdasarkan jadwal tabel pelaksanaan penelitian, penelitian ini

dilaksanakan 2 siklus. Siklus I meliputi 2x pertemuan dan siklus II meliputi

2X pertemuan. Sebelum melaksanakan siklus I peneliti melakukan

wawancara dan observasi kelas terlebih dahulu guna untuk mengetahui

kondisi awal yang ada di kelas V tersebut. setelah melaksanakan wawancara

(66)

3.

Rencana Tindakan

1.

Persiapan

Persiapan yang dilakukan peneliti adalah meminta izin kepada

pihak sekolah SD Kanisius Jetisdepok untuk melakukan penelitian

disekolah tersebut, dan bertemu dengan wali kelas V. Setelah mendapatkan

ijin dari pihak sekolah, peneliti melakukan observasi di kelas V pada saat

pembelajaran IPA. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh kondisi

awal yang berkaitan dengan permasalahan di dalam kelas.

Data yang telah didapatkan di kelas V SD Kanisius Jetisdepok,

peneliti melakukan identifikasi masalah yang ada di kelas tersebut. Peneliti

menemukan masalah yang ada di kelas V saat pembelajaran IPA yaitu

minat belajar dan prestasi siswa.

Peneliti menyusun proposal dan melakukan pengkajian Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta materinya. Selain itu peneliti

juga menyusun instrumen pembelajaran (silabus, RPP, LKS) dan instrumen

pengumpulan data (skala minat, rubrik observasi minat belajar, kisi-kisi

soal tes prestasi,soal tes prestasi). Selain itu peneliti juga melakukan uji

(67)

2.

Rencana Tindakan Siklus

a.

Siklus I

Siklus 1 ini yang dilaksanakan selama dua kali pertemuan, dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuan. Adapun

langkah-langkahnya sebagai berikut:

1)

Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti merancang instrumen

pembelajaran (silabus, RPP, LKS, penilaian), skala minat dan

pedoman observasi untuk mengamati minat belajar siswa serta tes

untuk mengamati prestasi belajar siswa.

2)

Pelaksanaan

a.

Pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1

Pertemuan 1 peneliti bertindak sebagai observer dan

guru yang bertindak sebagai pendidik. Pada awal kegiatan guru

guru melakukan apersepsi dengan bertanya yang berkaitan

dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu guru

bertanya “Siapa yang tahu proses terjadinya hujan?”

Kemudian guru menghubungkan pertanyaan tersebut dengan

materi yang akan dipelajari yaitu daur air.

Kegiatan inti guru membagi siswa menjadi 4 kelompok

(68)

percobaan ini guru telah menyiapkan toples, loyang, air hangat

dan es batu. Kemudian siswa diminta mengamati percobaan

tersebut. setelah semua siswa selesai pengamatan dan

mendiskusikan percobaan tersebut kemudian siswa diminta

perwakilan setiap kelompok maju ke depan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya. Saat presentasi guru

melakukan tanya jawab dengan siswa.

Kegiatan penutup, diakhiri dengan melakukan tanya

jawab kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa.

b.

Pelaksanaan siklus 1 pertemuan 2

Pertemuan 2 guru bertindak sebagai pendidik dan

peneliti sebagai observer sama seperti pertemuan pertama.

Kegiatan awal guru mengucapkan salam berdoa dan presensi,

guru juga melakukan apersepsi dengan mengualas sedikit

materi sebelumnya yang dihubungkan dengan materi pada

pertemuan kedua ini.

Kegiatan inti, guru melakukan tanya jawab kepada

siswa mengenai proses daur air. Beberapa siswa menjawab

pertanyaan dari guru, kemudian guru menyimpulkan dari

jawaban beberapa siswa tersebut. Kemudian guru membagi

(69)

menggambar siklus air sesuai dengan yang sudah didiskusikan

pada awal pembelajaran. Setelah selesai, perwakilan kelompok

diminta maju kedepan untuk menjelaskan yang sudah

dikerjakan dalam kelompoknya. Kemudian semua kelompok

mempresemtasikan hasil diskusinya, guru membagian tes

prestasi untuk siklus I. Tes prestasi ini dikerjakan secara

mandiri

Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan yaitu

melakukan tanya jawab mengenai materi yang baru saja

dipelajari bersama. Siswa diberi lembar skala minat, dan

lembar refleksi.

3)

Pengamatan

Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati proses belajar

siswa mengenai minat dan prestasi siswa pada pembelajaran IPA

materi pokok daur air. Peneliti melakukan pengamatan dengan cara

mencatat tindakan-tindakan siswa saat proses belajar mengajar

berlangsung. Tindakan-tindakan tersebut yaitu terdapat 13 siswa

senang apabila mendapat tugas dari guru, terdapat 6 siswa yang

selalu bertanya kepada guru dan 12 siswa yang mendengarkan

penjelasan guru. Peneliti menuliskan hasil pengamatan pada

lembar pengamatan yang akan dijadikan sebagai data untuk

(70)

4)

Refleksi

Pada tahap ini, peneliti merefleksikan hal-hal yang

dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan siklus 1, serta

pengamatan yang telah dilakukan. Peneliti mengevaluasi yang

telah dilakuakan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan.

b.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan, dengan alokasi

waktu 2 x 35 menit setiap pertemuan. Adapun langkah-langkahnya

sebagai berikut:

1)

Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti merancang instrumen

pembelajaran (silabus, RPP, LKS, penilaian). Selain itu peneliti juga

menyiapkan skala minat dan pedoman observasi untuk mengamati

minat belajar serta tes prestasi.

2)

Pelaksanaan

a.

Pelaksanaan siklus II pertemuan 1

Pertemuan 1 peneliti bertindak sebagai observer dan

guru yang bertindak sebagai pendidik. Pada awal kegiatan guru

melakukan apersepsi dengan bertanya yang berkaitan dengan

pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu guru bertanya

“Siapa yang pernah melihat berita tentang penebangan hutan?

(71)

pertanyaan tersebut dengan materi yang akan dipelajari yaitu

daur air.

Kegiatan inti guru membagi kelas menjadi 4 kelompok.

Guru bersama siswa melakukan percobaan membandingkan

lahan yang ditanami tumbuhan dan lahan yang tidak ditanami

tumbuhan. Siswa mendiskusikan hasil pengamatannya

kemudian mempresentasikan hasil diskusinya.

Kegiatan penutup diakhiri dengan melakukan tanya

jawab kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa.

b.

Pelaksanaan siklus II pertemuan 2

Pertemuan 2 guru bertindak sebagai pendidik dan

peneliti sebagai observer sama seperti pertemuan pertama.

Kegiatan awal guru mengucapkan salam berdoa dan presensi,

guru juga melakukan apersepsi dengan mengualas sedikti

materi sebelumnya yang dihubungkan dengan materi pada

pertemuan kedua.

Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 4

kelompok. Siswa menyaksikan video yang berjudul “Surat

Dari Teman di Tahun 2070”. Kemudian siswa bersama

(72)

dilihatnya dan mempresentasikannya. Setelah itu siswa

mengerjakan tes prestasi secara individu.

Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan yaitu

melakukan tanya jawab mengenai materi yang baru saja

dipelajari bersama. Selain itu guru juga memberikan lembar

skala minat dan refleksi untuk dikerjakan secara mandiri.

3)

Pengamatan

Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati proses belajar

siswa mengenai minat siswa pada pembelajaran IPA materi pokok

daur air. Peneliti melakukan pengamatan dengan cara mencatat

tindakan-tindakan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung.

Penulis menuliskan hasil pengamatan pada lembar pengamatan

yang akan dijadikan sebagai data untuk mengetahui minat belajar

siswa

.

4)

Refleksi

Pada tahap ini, peneliti merefleksikan hal-hal yang

dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan siklus 1 dan 2,

serta pengamatan yang telah dilakukan. Peneliti mengevaluasi

(73)

4.

Teknik Pengumpulan Data

1.

Pengumpulan Data Minat Belajar

1.1

Observasi

Pengumpulan data minat belajar pada penelitian ini

menggunakan observasi dan skala minat. Purwanto (1984: 150)

menjelaskan observasi yaitu cara atau metode untuk mencatat dan

mendiskripsikan mengenai tingkah laku atau aktivitas secara

sistematis dengan mengamati individu ataupun kelompok secara

langsung. Metode tersebut dapat dilakukan dengan cara “

checklist

yang telah dipersiapkan sebelumnya. Secara garis besar, teknik

observasi dibagi menjadi dua yaitu observasi tersetruktur dan

observasi tidak terstruktur.

Peneliti mengamati tingkah laku atau aktivitas siswa selama

proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dan mencatat hasilnya

pada lembar observasi. Observasi yang digunakan penelitian ini

adalah observasi terstruktur, yaitu alat observasi sudah dirancang

sesuai dengan apa yang akan diteliti. Peneliti melakukan pengamatan

dengan cara memberikan angka 1 atau

checklist

(

) pada siswa yang

sesuai dengan deskriptor dari indikator minat dan memberi angka 0

atau strip (-) pada siswa yang tidak sesuai dengan deskriptor dari

(74)

1.2

Skala Minat

Selain menggunakan observasi peneliti juga menggunakan

skala minat untuk mendapatkan data dari beberapa persoalan yang

dihadapi. Pengertian skala minat menurut Masidjo (1995: 66), adalah

sebuah daftar yang memuat sejumlah pernyataan, gejala atau perilaku

yang dijabarkan dalam bentuk skala atau kategori yang bermakna

nilai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Rentang nilai ini

berbentuk “sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju”.

Dalam hal ini responden hanya memberi tanda cek (

) dalam kolom

rentang nilai yang sudah disediakan. Melalui skala minat ini peneliti

dapat mengetahui minat belajar dari diri responden.

2.

Pengumpulan Data Tes Prestasi belajar

Menurut Masidjo (1995: 38), tes adalah suatu alat pengukur yang

berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam

suatu situasi yang distandarisasikan, dan yang dimaksudkan untuk

mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok.

Tes yang digunakan adalah tes tertulis. Sebelum dilaksanakan tes

tertulis peneliti melihat hasil tes siswa untuk mengetahui kondisi awal

prestasi belajar siswa. Tes tertulis dilakuan dalam dua siklus yaitu pada

akhir siklus I dan siklus II. Tes ini berguna untuk mengetahui peningkatan

Gambar

Gambar 4 Model Penelitian PTK  .........................................................................
grafik dan tabel data, membuat definisi operasional dan
Gambar 1. Proses Daur Air
Gambar 2. Penebangan Hutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, yang di sebut Masyarakat berasal dari bahasa Arab. “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, sesuai dengan apa yang telah direncanakan,yaitu pembelajaran disajikan dalam dua kali pertemuan (4x35 menit).Dalam suatu

Kalaulah sunnah fajar saja lebih baik dari dunia dan seisinya, berupa harta, istana, sungai-sungai, istri-istri dan lain-lain baik segala kebutuhan yang disenangi manusia

Anda dinasihatkan untuk selalu membuat salinan cadangan (backup) dari semua data yang disimpan di dalam Produk Sony Ericsson seperti item-item yang didownload, kalender dan

kelompok kata yang spesifik seperti kata pivot dan kata terbuka dalam bahasa yang diperlihatkan Alifia, M. Ridwan, dan Annisa, seperti yang terdapat dalam bahasa

Pentingnya Sarana dan Motivasi Belajar Serta Kendala Yang Dihadapi Pengajar SMP IT Syarif Hidayatullah Sukorambi ; Hamimah., 080103101014; 2008: 57 halaman dan 14 lembar lampiran

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu. sendiri ,

Assam University Journal of Science & Technology: Biological and Environmental Sciences Vol.. Introduction to Food Colloids , Oxford University Press, Oxford,