• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (Arif Rohman, 2009: 8). Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (Arif Rohman, 2009: 8). Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak didik baik sebagai individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat tercapai kesempurnaan hidup. (Arif Rohman, 2009: 8). Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa. Pendidikan adalah proses sepanjang hayat (long life education) dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan komitmen manusia sebagai individu, sebagai makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh George F. Kneller dalam Dwi Siswoyo, dkk (2008: 25) bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menujuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak character), atau kemampuan fisik (phisycal ability) individu. Pendidikan dalam artian ini berlangsung terus (seumur hidup).

(2)

2

Proses pendidikan pada umumnya tidak akan lepas dari pengaruh lingkungan. Tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara merumuskan lingkungan pergaulan yang menjadi pusat pendidikan anak dengan sebutan”tri sentra pendidikan” (Arif Rohman, 2009: 197). Dalam konsep Ki Hajar Dewantara lingkungan pergaulan yang dimaksud adalah alam keluarga, alam perguruan (sekolah), dan alam pergerakan pemuda (masyarakat). Dwi Siswoyo, dkk (2008: 140) mengartikan lingkungan sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik. Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan oleh negara maupun yayasan tertentu, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Disatu pihak sekolah mewakili orang tua/masyarakat, dipihak lain mewakili negara.

Onny Rudianto (2010) dalam blognya menuliskan tiga kegiatan yang kurikuler yang dilakukan siswa di sekolah yaitu: (1) kegiatan intrakurikuler, (2) kegiatan kokurikuler, (3) kegiatan ektrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan sekolah dengan penjatahan waktu sesuai dengan struktur program pelajaran, kegiatan kokulikuler merupakan kegiatan yang erat kaitanya dengan pemerkayaan pelajaran. Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran yang ditetapkan didalam struktur program, dan dimaksudkan agar siswa dapat lebih mendalami dan memahami apa yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler.

(3)

3

Menurut Yudha M. Saputra (1998: 6), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran sekolah biasa yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antar pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan program yang berupa pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan kegiatan intrakurikuler. Disamping itu juga merupakan pengembangan dari kegiatan intrakurikuler atau merupakan aktifitas tambahan, pelengkap bagi pelajaran yang wajib.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDN Tanjungtirto I yang beralamatkan di Dusun Tanjungtirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tersebut sudah terbilang maju, terutama ekstrakurikuler marching band. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan tim

marching band SDN Tanjungtirto I menjuarai berbagai perlombaan marching

band baik tingkat kecamatan maupun kabupaten. Ketersediaan fasilitas untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler marching band bisa dikatakan sudah layak, ini ditandai dengan peralatan marching band mulai dari alat musik, atribut bendera hingga seragam tersedia lengkap. Keseriusan sekolah dalam memajukan ekstrakurikuler marching band terlihat dari diberlakukanya peraturan yang menyatakan bahwa setiap siswa mulai dari kelas IV dan V diwajibkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Selain itu, sekolah mendatangkan pelatih dari luar yang profesional dan berpengalaman dalam marching band. Wajar jika sekolah ini mampu menjuarai berbagai lomba marching band antar sekolah baik tingkat kecamatan maupun

(4)

4

kabupaten. Martoyo selaku penanggung jawab ekstrakurikuler marching band SD N Tanjungtirto menyatakan kegiatan ekstrakurikuler marching band merupakan suatu upaya dari pihak sekolah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat termasuk membekali keterampilan siswa dalam bidang seni. Kelompok marching band yang diberi nama “Tanjungtirto Marching Band” memiliki program dan rencana kegiatan yang tersruktur dengan jelas.

Program latihan diadakan seminggu sekali setiap hari Jumat pukul 15.00-17.00 WIB, latihan khusus biasanya diadakan dengan menambah alokasi waktu untuk menghadapi lomba atau tugas. Melihat prestasi yang membanggakan, Tanjungtirto marching band secara khusus ditunjuk oleh pemerintah Kecamatan Berbah untuk mengiringi pengibaran bendera pada peringatan HUT Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus. Keberhasilan pengembangan kegiatan ekstrakurikuler diikuti dengan keseriusan sekolah dalam peningkatan prestasi akademik, hal ini ditandai dengan adanya program tahunan sukses ujian nasional. Sekolah secara khusus membentuk tim sukses untuk mencapai target nilai ujian nasional yang semakin tahun menunjukan adanya peningkatan.

Berdasarkan observasi kegiatan belajar yang dilakukan di kelas IV dan V, kegiatan belajar yang dilakukan sudah berjalan dengan lancar. Ruang kelas cukup memadai, administrasi, data siswa lengkap. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode yang monoton yaitu ceramah, pembelajaran konvensional berupa ceramah membuat siswa menjadi pasif, karena mereka hanya duduk terpaku mendengarkan penjelasan dari guru. Guru tidak nampak menggunakkan media dalam pembelajaran, dalam kelas

(5)

5

tersebut media pembelajaran dikatakan lengkap seperti gambar peta, bagan peredaran darah dan sistem organ manusia namun guru kurang memanfaatkan ketika mengajar.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992/1993: 8) menyatakan efektivitas media sangat tergantung pada cara dan kemampuan guru dalam memakainya. Kalau guru dapat memanfaatkanya dengan baik, siswa akan memahami konsep yang sedang dipelajari, sebaliknya kalau guru tak pandai atau tak banyak memanfaatkan media, siswa tidak akan dapat belajar banyak dan pemahaman konsep menjadi kurang sempurna. Tampak di kelas peran guru sangat dominan, hal ini terlihat guru yang aktif menerangkan tanpa melibatkan siswa. Terlihat siswa nampak bosan ketika pelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang sibuk melakukan aktivitas sendiri seperti bermain dengan kotak pensil, menggambar kartun kesukaan ada pula yang melamun.

Hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat Anik dalam Muhammad Joko Susilo (2006: 190) menyatakan siswa merupakan pihak yang menerima dan memperoleh seperangkat kemampuan yang terumuskan dalam kurikulum. Dalam hal ini siswa perlu diposisikan sebagai subjek dari implementasi kurikulum, sehingga kurikulum bukan diperuntukan bagi guru, akan tetapi diperuntukan bagi siswa. untuk itu siswa dituntut berpartisipasi secara aktif, siswa dituntut memiliki kemampuan-kemampuan kreatif dan inovatif dalam belajar dan menciptakan suasana kompetitif dalam belajar.

Berkaitan dengan kedisiplinan dalam kegiatan belajar mengajar, Ibu F.Jumiyati selaku wali kelas V menyatakan banyak siswa kelas V yang

(6)

6

melakukan tindakan tidak disilplin seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) serta keributan dikelas yang tidak terkendali. Keributan di kelas biasanya dipicu karena siswa sudah menyelesaikan tugas yang diberikan guru lebih awal dari waktu yang ditentukan, khususnya di kelas IV keributan seringkali terjadi karena siswa saling berebut barang yang akhirnya menimbulkan perkelahian antar siswa. Beliau mengeluhkan jumlah siswa yang terlalu banyak yaitu 40 siswa dengan ruangan yang tidak begitu luas membuat pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Tindakan tidak disiplin seperti sering terlambat masuk kelas, tidak terjadi di kelas ini.

Semenjak pergantian kepala sekolah, sekolah ini sangat menjunjung tinggi disiplin khususnya disiplin waktu, sikap disiplin mulai dari para tenaga pengajar, guru di sekolah ini masuk sekolah 06.50 dan pulang pukul 14.00. Kaitanya kedisiplinan di kelas dengan kegiatan ekstrakurikuler, Ibu Jumiyati mengemukakan siswa-siswa yang mengikuti ekstrakurikuler marching band biasanya jarang masuk kelas, hal ini disebabkan keikutsertaan siswa dalam lomba marching band yang pelaksanaanya sampai malam. Beliau menyatakan setelah perlombaan setidaknya 10 dari 40 siswa tidak masuk kelas karena berbagai alasan misalnya kecapekan dan sakit, ketidakdisiplinan siswa ini akan menghambat terlaksananya pembelajaran di kelas. Hal yang harus dilakukan guru terkait dengan kondisi diatas adalah guru harus mampu bersikap disiplin, arif dan berwibawa dalam segala tindakan dan perilakunya, serta senantiasa mendisiplinkan peserta didik agar dapat mendongkrak kualitas pembelajaran (Mulyasa, 2007: 122)

(7)

7

Timbul suatu kesenjangan antara keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan kegiatan intrakurikuler. Beberapa siswa prestasi akademiknya dikatakan masih kurang, ini disebabkan siswa dalam mengikuti pelajaran kurang disiplin, hal ini dibuktikan dengan banyak siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah bahkan sering tidak masuk sekolah karena alasan tertentu. Dari permasalahan tersebut, seharusnya terjadi keseimbangan antara kedisiplinan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Marching Band dengan Sikap terhadap Kedisiplinan Kelas Siswa SD se-Gugus Kalitirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, antara lain.

1. Guru menggunakkan metode pembelajaran yang monoton yaitu metode ceramah yang mengakibatkan siswa pasif.

2. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, padahal di kelas tersebut media pembelajaran dapat dikatakan lengkap.

3. Guru mengeluhkan jumlah siswa yang terlalu banyak yaitu 40 siswa dengan keadaan ruang kelas yang sempit membuat pembelajaran kurang efektif.

(8)

8

4. Perilaku tidak disiplin berupa tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) sering terjadi baik di kelas III, IV maupun V.

5. Keributan di kelas, serta perkelahian sering terjadi di kelas pemicunya adalah siswa sudah menyelesaikan tugas dari guru lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.

6. Setelah mengikuti perlombaan marching band sekurang-kurangnya 10 dari 40 siswa tidak masuk sekolah karena berbagai alasan.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang berhubungan dengan ekstrakurikuler dan kedisipinan kelas siswa, serta keterbatasan kemampuan peneliti, maka masalah dalam penelitian ini akan dibatasi pada hubungan persepsi siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler marching band dengan sikap siswa terhadap kedisiplinan kelas siswa SD se-Gugus Kalitirto Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler marching band dengan sikap terhadap kedisiplinan kelas siswa SD se-Gugus Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman?

(9)

9 E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler marching band dengan sikap terhadap kedisiplinan kelas siswa SD se-Gugus Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. 1. Secara Praktis

a. Bagi guru dapat dijadikan sebagai masukan atau referensi untuk menciptakan kedisiplinan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Mengingat pentingnya kedisiplinan, maka keterkaitan kegiatan ekstrakurikuler dengan kedisiplinan dapat digunakan oleh sekolah dalam menyusun langkah-langkah terbaik agar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan dengan efektif.

c. Bagi peneliti: sebagai wahana untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan, serta menambah pengalaman untuk mengenal aplikasi teori yang diperoleh yang diterapkan di sekolah dasar (SD)

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran maupun sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga-lembaga dan praktisi pendidikan yang berhubungan dengan kedisiplinan agar lebih baik dan berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik siswa.

(10)

10 2. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan bukti empirik bahwa ada hubungan ekstrakurikuler marching band dengan kedisiplinan kelas siswa SD se-Gugus Kalitirto Kecamatan Berbah.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan konsep dalam mengartikan istilah dalam penelitian ini, maka perlu dutegaskan beberapa istilah sebagai berikut.

1. Persepsi Siswa Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Marching Band Persepsi siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler marching band adalah bagaimana siswa mengintepretasikan objek yang diamati melalui panca indra dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler marching band sebagai kegiatan diluar jam pelajaran sekolah biasa yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dalam bidang seni yang dilakukan secara bersama-sama dalam secara berkelompok menggunakan sejumlah kombinasi alat musik di lapangan terbuka maupun dalam ruangan.

2. Sikap Terhadap Kedisiplinan Kelas

Sikap terhadap kedisiplinan kelas adalah keadaan mental dan kesiapan siswa yang diatur melalui serangkaian pengalaman perilaku yang mencerminkan kepatuhan dari berbagai nilai yang disepakati oleh semua pihak, baik siswa, guru dan karyawan yang tertuang dalam tata tertib sekolah/kelas yang menimbulkan keadaan tertib dan terkendali serta dilakukan dengan senang hati.

Referensi

Dokumen terkait

performance (QLP). Seberapa kuat hubungan kausal antar konstruk eksogen terhadap konstruk endogen terjawab dengan perhitungan F 2. Nilai F 2 konstruk MGL memiliki

HALIM

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai apakah karakteristik perusahaan (Profitabilitas, Leverage,

Kalau pembangunan hanya melihat secara parsial dari masing- masing unsur pembangunan maka pembangunan tidak akan berkelanjutan untuk lebih jelasnya hubungan dari

Perhitungan perkiraan risiko kegagalan (Rf) yang dilakukan pada mesin injeksi plastik ini bertujuan untuk mengetahui risiko yang harus diterima perusahaan yang dikarenakan

Hal ini dijelaskan dalam jurnal yang ditulis Margarita Isoraite, (Isoraite, 2016) dikatakan bahwa setiap elemen dari bauran pemasaran sangat penting dan dibutuhkan oleh

Berdasarkan pertimbangan tesebut, Pokja Sanitasi Kabupaten Wajo menentukan kebijakan sampelnya berupa ketentuan desa/kelurahan Area Studi atau ketentuan jumlah responden dalam

Kelenjar hipofisis sebenarnya terdiri dari dua kelenjar, pituitary anterior yang berukuran lebih besar terletak di anterior disebut juga adenohipofise, dan