• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRESSURE CONTROL INTERFACE SYSTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI CHEVRON GEOTHERMAL INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRESSURE CONTROL INTERFACE SYSTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI CHEVRON GEOTHERMAL INDONESIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Kerja Praktek

PRESSURE CONTROL INTERFACE SYSTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

PANAS BUMI CHEVRON GEOTHERMAL INDONESIA

Lutfi Nur R (21060110120054)[1] Sumardi ST,MT (196811111994121001) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstrak

Control and automation system sangat berperan memberi kemudahan dalam proses industry, tidak terkecuali industry yang bergerak di bidang pembangkitan energy listrik/power plant. Dengan sistem kontrol / otomasi dapat memudahkan kita sebagai user/pengelola untuk dapat menjalankan system pembangkitan tersebut. Dimana pengontrolan dilakukan untuk memonitoring keadaan instrument dan objek yang dikontrol sehingga dapat memperoleh keadaan yang diinginkan oleh user. Pengontrolan dan pemonitoringan ini dilakukan dalam system control yang terpusat yang bisa disebut sebagai DCS.

Pressure control interface system merupakan pengontrolan tekanan pada bagian awal, metode yang digunakan yaitu metode zero venting. Komponen yang digunakan untuk metode ini yaitu Inline valve, vent valve, pressure relief valve dan muffler (silencer). Ketiga komponen ini saling terintegrasi proses berjalannya.

Integrasi semua system komponen tersebut digunakan untuk mengendalikan besarnya tekanan steam yang digunakan untuk memutar turbin pada power plant, selain itu juga untuk melindungi instrument dalam power plant.

Kata kunci :Control and automation, power plant, DCS, Pressure Control Interface, Muffler, Zero Venting I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Industri yang bergerak maju dengan pesat, akan menuntut penyediaan energi yang cukup besar pula, terlebih lagi pada negara-negara berkembang. Pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu penyedia yang memiliki kontribusi yang sangat penting di

antara penunjang-penunjang energi lain.

Berbagai macam sumber energi yang dapat digunakan pada suatu pusat pembangkit listrik dapat di kategorikan sebagai berikut :

1. Sumber energi dari alam seperti air, panas bumi, angin, matahari.

2. Sumber energi dalam bentuk bahan bakar seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam.

Sumber energi tersebut bisa di gunakan dalam PLTA, PLTU, PLTG, PLTP. Salah satu pusat pembangkit tenaga yang menghasilkan energi listrik adalah PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas). Perubahan energi yang terjadi di awali dengan perubahan energi yang terkandung dalam uap panas di dalam bumi yang tersalurkan keluar dari celah di kerak bumi. Kemudian panas tersebut di gunakan untuk menggerakkan turbin yang di teruskan untuk menggerakkan generator. Generator ini yang mengubah dari energi mekanis menjadi energi listrik.

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam Laporan Kerja Praktek ini, penulis membatasi masalah pada system pengontrolan pembukaan valve system interface PCV 406, 421, dan 505 Unit III.

II. Dasar Teori 2.1 Jenis Valve

Katup (valve) merupakan peralatan

mekanis yang digunakan untuk mengatur aliran

suatu fluida. Valve mengontrol fluida dengan

cara dengan cara :

 Menghentikan dan meneruskan laju fluida

(0/1)

 Memvariasikan laju fluida yang mengalir

(modulated)

 Mengontrol arah aliran fluida

2.1.2 Karakteristik Aliran Valve

Karakteristik aliran (flow characteristic)

sebuah control valve adalah hubungan antara

bukaan valve (travel) dengan flow rate pada

tekanan drop konstan seperti yang

diperlihatkan pada dibawah.

Ada 3 karakteristik aliran sebuah valve seperti berikut:

(2)

Gambar 2. 1 Karakteristik Aliran 1. Quick Opening

Bukaan (travel) yang kecil memberikan

kenaikan yang besar pada flow rate.

Digunakan pada proses yang

membutuhkan flow rate seketika dalam

jumlah besar seperti safety

system dan metering.

2. Linear

Bukaan valve berbanding lurus dengan flow

rate. Digunakan pada aplikasi

dimana pressuredrop pada valve

cenderung konstan seperti pada level

control dan flow control loop. 3. Equal Percentage

Equal Percentage merupakan kebalikan

dari quick opening, yaitu ketika diberikan

bukaan valve yang besar, maka dampaknya

hanya akan memberikan flow rate yang

kecil. Pada model ini digunakan pada

proses yang membutuhkan pressure drop

yang besar pada valve, seperti pressure

control dan temperature control.

2.2 HPU (Hydraulic Power Unit)

Hydraulic Power Unit adalah komponen pendorong utama dari sistem hidrolik. Sebuah sistem hidrolik menggunakan fluida tertutup untuk mentransfer energi dari satu sumber ke sumber lain, dan kemudian membuat gerakan

berputar , gerakan linier , atau gaya. Hydraulic

Power Unit didasarkan pada hukum Pascal yang menyatakan tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala

arah dengan sama besar. Prinsip ini

memungkinkan untuk menghasilkan usaha yang besar yang akan dihasilkan dari usaha yang relatif kecil.

Gaya yang diberikan oleh silinder

tergantung pada lubang silinder ukuran dan tekanan pompa. (Tidak ada gaya yang dihasilkan kecuali ada perlawanan terhadap

gerakan piston). Rangkaian Hydraulic Power

Unit sederhana terdiri dari motor, reservoir,

hydraulic pump, valve, 3-way directional control valve, dan single acting cylinder.

a. Pompa hidrolik

Pompa hidrolik berfungsi untuk memompa fluida hidrolik pada tekanan tertentu kepada sistem hidrolik.Pompa ini digerakkan oleh motor listrik.

Gambar 2.2 Pompa Hidrolik

Pompa pada Hydraulic Power Unit akan

menggerakan displacement gear pump pada

kisaran 10.2 gpm pada tekanan 270 barg. Pompa dirancang untuk mengoperasikan ketiga valve pada saat kondisi nominal buka ke tutup atau sebaliknya selama 20 detik.

b. Reservoir

Sebagai tempat penyimpanan fluida hidrolik untuk mengakumulasi perubahan volume fluida pada saat sistem bekerja. Pada tangki hidrolik juga didesain adanta suatu sistem untuk memisahkan udara dari fluida hidrolik, karena

adanya udara di dalam fluida dapat

mengganggu kerja sistem.

c. Akumulator

Gambar 2.3 Akumulator

Akumulator berfungsi sebagai penyimpan energi tekanan pada fluida hidrolik dengan menggunakan gas. Fungsi penyimpanan energi tekanan tersebut adalah untuk menstabilkan tekanan fluida apabila terjadi penurunan

(3)

tekanan tiba-tiba yang sesaat, agar tidak mengganggu aktuator yang sedang bekerja.

III. Pressure Control System Interface 3.1 Overview Pressure Control

Steam pressure control Darajat baik unit 2 dan unit 3 mempunyai desain konfigurasi tipe pengontrolan nihil pengeluaran ke udara atau

zero venting (ketika steam tidak diperlukan

pressure control valve tertutup menghentikan aliran steam tanpa pengeluaran ke udara /venting). Komponen sistem ini terdiri dari pressure relief, katup pengontrol / pressure

control valve (inline PCV & vent PCV) dan

muffler atau silencer.

Pressure relief berfungsi sebagai proteksi

terhadap tekanan lebih. Katup pengontrol (

in-line PCV dan vent PCV) berfungsi mengatur

tekanan steam ke powerplant dengan stabil dan

membuang tekanan lebih dari steam ke atmosfir

secara terkontrol dengan jangkah aliran yang besar serta setenang mungkin.

Pada in-line PCV terdapat 2 PCV yang

diparalelkan, yaitu PCV 406 dan PCV 421. PCV tersebut di paralelkan karena berfungsi

untuk mengurangi pressure drop yang terjadi

pada pressure interface. Untuk jenis PCV 406

dan PCV 421 sendiri menggunakan jenis ball

valve dengan aktuator hidrolik.

Gambar 3.1 Overview Pressure Control Interface Unit II dan III

Vent valve pada gambar diatas di beri tag

dengan nama PCV 505. Pada vent valve ini

berfungsi untuk memberikan keamanan jika

terjadi trip pada turbin serta memberikan

pengendalian pressure ketika pressure pada

sistem interface berlebih maka akan dibuang

kelebihan pressure tersebut melalui vent valve

ini yang terintegrasi dengan rockmuffler.

3.2 Sistem Kontrol Valve 3.2.1 Kontrol Valve DCS PIT 427 PIT 223 Selection PIT 407A PIT 407B Selection Adaptive tune parameter Adaptive tune parameter PID PCV 406 PCV 421 PV SV E MV

Gambar 3.2 Diagram Block Kontrol Sistem

Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa terdapat 4 PIT yang di umpan balikkan ke dalam kontroller, yaitu PIT-407A, PIT-407B, PIT-427, dan PIT 223. Dimana PIT-407A dan

PIT-407B merupakan PIT upstream, sedangkan

PIT-427 dan PIT-223 merupakan PIT

downstream. Pada operasi 407A dan PIT-407B di dalam DCS ada 2 macam operasi sistem untuk pemilihan mana yang akan

diumpan balikkan ke dalam sistem

pengontrolan, operasi sistem ini yaitu auto dan

manual. Auto disini berguna untuk

penyeleksian PI (Pressure Indicator) manakah

yang akan digunakan untuk metode tuning

adaptive PID. Pemilihan PIT selektor ini dilakukan secara otomatis ketika salah satu kondisi terpenuhi, kondisi tersebut adalah

dipilih perolehan nilai tertinggi saat

pengukuran dan juga tidak ada sinyal „bad

quality‟ dari pressure transmitter terkait. Sebagai contoh ketika PIT-407A memiliki nilai pengukuran yang lebih besar dari PIT-407B, maka secara otomatis yang digunakan untuk metode pentunningan kontroller PID adalah PIT-407A pengukuran karena seleksi ini diambil yang memiliki hasil lebih besar atau

bisa juga ketika ada salah satu pressure

indicator yang mengirimkan sinyal „bad quality’, maka secara otomatis dipilih pressure indicator yang berjalan normal (tidak

mengirimkan sinyal „bad quality‟). Sedangkan

untuk mode manual operator dari DCS dapat langsung memilih hasil pengukuran pressure indicator manakah yang akan digunakan untuk difeedbackkan ke sistem.

(4)

Kemudian hasil dari seleksi tersebut diumpan balikkan ke kontroller yang digunakan

untuk memodified parameter PID sehingga

kontroller dapat menangani kinerja respon pada saat kondisi tertentu. Jadi pada PID function block ini digunakan untuk memperbaiki bukaan valve agar tekanan yang keluar hasil dari pengontrolan tersebut bisa mendekati set point yang ditentukan. Dapat diperoleh rumus sebagai berikut :

E = SV-PV (1)

Dimana :

SV = Set point (Barg)

PV = Nilai aktual (Barg) diperoleh dari seleksi PIT-407A dan PIT-407B

E = Deviasi SV dan PV

MV= Hasil error yang sudah di perbaiki oleh

kontroller

Hasil PID ini digunakan untuk

mengeluarkan nilai yang berupa MV (bukaan valve). Untuk metode pembukaan valve disini digunakan metode auto, dimana ada yang menjadi lead dan follow.

Gambar 3.3 Pengontrolan dalam sistem DCS

Dalam sistem DCS pada gambar diatas

terdapat 4 function block, diantaranya adalah

function block 1 adalah PID Controller,

function block 2 adalah pressure compensation,

function block 3 adalah operasi seleksi PCV

406 dan PCV 421 dan function block 4 adalah

pelinearisasian valve.

 Pressure Compensation

Pada function block berikut adalah

function block yang digunakan untuk

memeperoleh nilai kompensasi k untuk

mengkompensasi choked flow, hasil dari seleksi

diatas PIT-407 di definisikan sebagai

downstream pressure dan dibandingkan dengan

PIT-427 yang didefinisikan sebagai upstream

pressure untuk memperoleh deviasi. Dari kalkulasi ini, terjadi perhitungan seperti dalam

block dibawah, untuk memperoleh performa

scale pressure controller output :

Gambar 3.5 Kompensasi

Hasil dari nilai atau kalkulasi tersebut, digunakan untuk pembukaan valve secara parallel, sehingga terbentuk multikontrol dengan ranges bukaan tiap valve sama yaitu 0%-100%.

 Operasi seleksi valve

Pada function blok ini user

diperbolehkan untuk memilih 2 mode seleksi

pengoperasian valve. Mode seleksi yang

pertama adalah mode lead/follow dan yang kedua adalah mode on/off. Pada metode

lead/follow disini PCV 406 bisa menjadi lead

dan PCV 421 menjadi follow valvenya atau

sebaliknya PCV 421yang menjadi leadnya dan

PCV 406 menjadi follow valvenya. Jadi untuk

metode lead/follow respon kedua valve adalah

sebagai berikut :

Gambar 3.4 Respon Sistem Lead/Follow

Dari kurva diatas dapat diperoleh

penjelasan bahwa karakteristik diatas

pembukaan valve secara progresif dilakukan

oleh leading valve dan kemudian following

valve membuka secara linear setelah leading valve membuka secara penuh.

Untuk mode on/off disini user dapat

memilih mode manual, dimana dapat hanya

menjalankan salah satu valve dan

memberhentikan valve lainnya.

Valve Characterization

Pada function block

characterization dilakukan operasinya di dalam DCS dengan function block FUNC-VAR.

(5)

Gambar 3.6 Func Var Characterization

Pada FUNC-VAR di dalam DCS tersebut

bertujuan untuk melinierisasikan hasil

pengontrolan valve, agar kinerja valve bisa

linear dengan pembanding flow rate. Valve

yang di kontrol ini memiliki karakteristik equal

percentage, sehingga dibutuhkan pelinierisasian agar valve tersebut mampu membuka secara linear dengan pembanding

flow rate. Jadi yang di linerisasikan ini adalah MV hasil dari controller PID.

Gambar 3.7 Sebelum Characterization

Dari gambar diatas kita peroleh ketika system tidak dilinersasikan dengan fungsi diatas, maka akan terlihat bahwa ketidak

linear-an antara output pressure controller

dengan flow rate yang dihasilkan, hal ini karena

karakteristik valve yang tidak linear dengan

flow rate. Oleh karena itu dibutuhkan fungsi tersebut untuk mengkompensasi kinerja valve

seperti gambar diatas, dengan metode

pembukaan seperti di bawah ini.

Gambar 3. 8Pengontrolan valve setelah Characterization

Dengan cara kompensasi diatas,

diharapkan kinerja valve mampu linear antara

pressure controller output dan flow rate nya. Berikut implementasinya

Gambar 3. 9Hasil Linearisasi

Dari hasil pelinearsasian diatas, dapat di

ketahui bahwa untuk mengkompensasi

karakteristik valve yang memiliki karakteristik equal percentage, dapat dikompensasi dengan karakteristik quick opening. Harapannya dari

linerisasi tersebut agar pressure controller vs

flow rate dapat linear.

3.2.2 ECU 1000

Dari hasil linearisasi ini dikirimkan ke

dalam valve positioner. Valve positioner ini

berupa mikrokontroller dengan merk ECU 1000.

Fungsi utama dari ECU 1000 ini adalah untuk mengontrol posisi dari actuator hydraulic yang dimodulasi. Jadi perangkat ini digunakan

untuk mengubah besaran listrik yang

dikirimkan DCS dan diubahnya ke besaran

degree.

Gambar 3. 10 Spesifikasi ECU 1000 [10]

ECU 1000 menyediakan analaog input output serta digital input output yang salah satunya dapat digunakan untuk memodulasi

pergerakkan valve sehingga valve dapat

bergerak secara termodulasi dengan resolusi hingga 0.1%. Jadi dari gambar tersebut dapat diartikan bahwa position demand diperoleh dari DCS dengan inputan sinyal analog dengan besar 4 – 20 mA, yang kemudian di artikan oleh ECU dan ECU yang memerintahkan

(6)

proportional valve untuk bergerak dengan set – point yang telah diberikan dari DCS, sehingga

bisa bergeraklah proportional valve tersebut

sesuai dengan set point DCS. Setiap

pergerakkan proportional valve, ECU selalu

memperoleh feedback dari proportional valve

tersebut yang kemudian feedback tersebut di

berikan ke DCS sehingga user mengetahui tiap

pergerakkan dari valve. ECU 1000 juga

memberikan port khusus untuk ESD

(Emergency Stop), port ini digunakan khusus

untuk input yang berasal dari output sensor trip

turbin. Jadi ketika terjadi trip pada turbin, eksekusi dari ECU 1000 sendiri adalah segera melakukan pengiriman sinyal ke PCV 406 dan PCV 421 untuk segera menutup selama 2 sekon

serta membuka vent valve PCV 505 sehingga

pressure yang ada di dalam pipa tidak melebihi

spesifikasi dari maximum pressure pipa.

Pada ECU 1000 terdapat beberapa fungsi dasarnya, yaitu :

Positioning

Gambar 3. 11 Diagram Block Positioning Function

Gambar diatas, merupakan gambar diagram block dari fungsi posisi system di ECU 1000. Sinyal input dan status selalu termonitor dengan menggunakan elektronik dan terdapat beberapa mode posisi operasi.

Gambar 3. 12 ECU 1000 3.2.3 HPU (Hydraulic Power Unit)

Sistem didesain untuk mengoperasikan 3

buah valve yaitu 2 buah in-line valve (PCV

406, PCV 421) dan 1 buah vent valve (PCV

505) dengan tipe ball valve. Tekanan nominal

sistem hidrolik untuk beroperasi sekitar 270

barg dengan menggunakan premium grade

petroleum base hydraulic fluid. Pompa pada

Hydraulic Power Unit akan menggerakan

displacement gear pump pada kisaran 10.2 gpm pada tekanan 270 barg. Pompa dirancang untuk mengoperasikan ketiga valve pada saat kondisi nominal buka ke tutup atau sebaliknya selama 20 detik. 2 buah akumulator dengan tipe piston

5 gallon dirancang untuk dapat

mengoperasikan seluruh valve.

3.3 Cara kerja sistem DCS ECU 1000 HPU 4-20 mA S-3 ECU 1000 ECU 1000 ECU 1000 4-20 mA 270 Barg PCV 406 PCV 421 PCV 505

Gambar 3.13 Keseluruhan system

Jadi seluruh kontrol pembukaan di atur melalui DCS system, dimana yang menerjemahkan besarnya sudut bukaan valve adalah ECU 1000 atau bisa disebut positioner. Dari positioner tersebut memerintahkan pilot valve untuk membuka agar fluida pneumatic bisa masuk dan akhirnya valve tersebut mampu membuka sesuai dengan keinginan kita.

III. KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan

Pada penulisan makalah ini, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengontrolan tekanan pada system interface

dipengaruhi oleh 3 actuator. Actuator

tersebut adalah PCV 406, PCV 421 (inline

valve) PCV 505 (vent valve)

2. Pada inline valve sistem perpipaan di

paralelkan dengan tujuan untuk mengurangi

pressure drop yang ada pada system kontrol

tekanan di interface.

3. Sistem pengaturan tekanan dilakukan di

dalam DCS sedangkan positioner untuk pembukaan valve digunakan controller ECU 1000 untuk pembukaan valve digunakan

aliran fluida (hidrolik) yang di supply dari

(7)

3.2 Saran

Untuk metode pengontrolan tekanan alangkah baiknya menggunakan PCV dengan

tipe butterfly valve, dikarenakan untuk metode

pengontrolan butterfly valve lebih mudah dalam

hal kelinearan pembukaan valve dengan flow

rate, dibandingkan menggunakan valve dengan

tipe ball valve.

Daftar Pustaka

[1] Black & Veatch. “Power Plant

Engineering”. New York: Chapman & Hall. 1996.

[2] Chevron. “Geothermal Production

Engineering Training”. Jakarta. 2011.

[3] Fisher. “Control Valve Handbook”.

Singapore: Emerson Process Management. 2005.

[4] Institut Teknologi Bandung. “Pelatihan

Sistem Uap Panasbumi Untuk Steamfield Operator”. Bandung. 2005.

[5] Marsudi, Djiteng. “Operasi Sistem Tenaga

Listrik”. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006.

[6] Metso. “Flow Control and Functional

Safety School”. 2012.

[7] Mitsubishi Heavy Industries, Ltd. “

Indonesia Darajat Geothermal Power Plant Unit III Turbine & Auxiliary Equipment Control System & Instruments”. Japan. 1997.

[8] SKM. “Darajat Unit II & III PCV

Debottlenecking Project”. Jakarta. 2012.

[9] Wardana, Komar, Ir. “Pembangkit Listrik

Panas Bumi”. Bandung. 2012.

[10] Yokogawa Indonesia. “Control-Functional

Design Specification Darajat-Unit III DCS Replacement Project”. Jakarta. 2004.

BIODATA

Lutfi

Nur

Rachmad,

lahir

di

Semarang

tanggal 16 Juli 1992.

Sekolah di SD Islam

Hidayatullah,

SMP

Negeri

5

Semarang,

SMA Negeri 9 Semarang. Sekarang

sedang menempuh studi di Jurusan

Teknik

Elektro

Fakultas

Teknik

Universitas Diponegoro

Semarang, Desember 2013

Mengetahui dan Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Sumardi, ST, MT

NIP 196811111994121001

Gambar

Gambar 2. 1 Karakteristik Aliran  1.   Quick Opening
Gambar 3.1 Overview Pressure Control Interface  Unit II dan III
Gambar 3.5 Kompensasi
Gambar 3.6 Func Var Characterization

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi empathy (empati) dapat dilihat dari keramahan pegawai dalam proses layanan kesehatan dan kemudahan untuk dihubungi oleh masyarakat dalam

Keuntungan lainnya adalah dapat mengatur konsumsi arus listrik dengan tetap mempertahankan besar tegangan yang diinginkan, sehingga ballast elektronik dapat

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menetapkan sistem yang cocok dalam setiap kebijakan dan keputusan yang diambil terkait sistem pensiun Pegawai Negeri Sipil di Timor Leste, walaupun saat ini

Sesuai dengan hasil penelitian dan analisis data, di Kenagarian Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok ditemukan tindak tutur direktif menyarankan dan tindak tutur

a. Pengembangan instrumen tes ketepatan passing bawah jarak pendek pada pemain sepakbola ini dengan jarak bervariasi setiap sasarannya, yaitu antara 9 meter, 12 meter,

Penelitian ini telah sesuai dengan teori sebab tingkat pengetahuan ibu hamil tentang morning sicknes kebanyakan kategori cukup maka akan ber- pengaruh pada

Pekerjaan shift dipagi hari terkadang lebih terasa berat dari pada malam hari karena kuantitas pekerjaan terkadang lebih banyak pada saat pagi hari,