• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan pertambangan pada dasarnya merupakan proses pengalihan sumberdaya alam menjadi modal nyata ekonomi bagi negara dan selanjutnya menjadi modal sosial, yang diharapkan mampu meningkatkan nilai kualitas insan bangsa untuk menghadapi hari depannya secara mandiri. Dalam proses pengalihan tersebut perlu memperhatikan interaksi antara faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup sehingga dampak yang terjadi dapat diketahui sedini mungkin (Soelistijo, 2005).

Dampak dari kegiatan pertambangan menurut Muhammad (2000) dapat bersifat positif bagi daerah pengusaha pertambangan. Sedangkan Kusnoto dan Kusumodirdjo (1995) mengatakan bahwa kegiatan pertambangan bersifat negatif terhadap ekosistem daerah setempat. Munculnya dampak positif maupun negatif dari usaha pertambangan, terjadi pada tahap eksplorasi, eksploitasi dan tahap pemrosesan serta penjualan hasil tambang (Noor, 2005).

Kontribusi pengusahaan pertambangan terhadap pembangunan secara nasional melalui penerimaan negara sangat besar, namun terhadap pembangunan daerah dan masyarakat di sekitar kegiatan pertambangan baik melalui program community development maupun program pembangunan lainnya belum merupakan jaminan kesejahteraan sosial-ekonomi (Saleng, 2004). Pengusahaan pertambangan yang lokasinya relatif terpencil atau daerah yang baru dibuka, masyarakat pendatang jauh lebih maju dan sejahtera serta mampu/memiliki semangat bersaing (competition spirit) yang tinggi dibandingkan masyarakat asli setempat. Contoh kasus masyarakat Kamoro dan Amungme di sekitar Freeport Indonesia, masyarakat Kutai di sekitar PT Kaltim Prima Coal, dan masyarakat Luwu di sekitar INCO.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pertambangan selalu menimbulkan dampak positif dan negatif atau biaya dan manfaat sebagai akibat dari kegiatan atau kebijakan pertambangan, oleh karena itu diperlukan suatu penilaian terhadap hilangnya barang ekonomi lingkungan dari ekosistem yang dikonversi ke pertambangan, tanpa adanya pemberian nilai terhadap ekosistem,

(2)

akan sulit untuk menyatakan bahwa kegiatan pertambangan itu berdampak negatif atau positif dibandingkan dengan fungsi ekonomi lingkungan yang hilang (Suparmoko, 2008). Manfaat dari pemberian nilai ekonomi lingkungan antara lain: (1) dapat menyajikan potret yang lebih lengkap tentang nilai proyek pertambangan serta manfaat dan kerugian lingkungan (2) mendorong pertimbangan konsekwensi lingkungan pertambangan secara lebih cermat dan sistematis (3) dapat digunakan sebagai dasar yang jelas dan beralasan dalam menerima atau menolak pertambangan (4) dapat mengeliminasi investasi proyek-proyek yang cenderung mengeksploitasi dan atau merusak sumberdaya alam (Irham, 1999).

Selain memberikan dampak positif, kegiatan pertambangan juga dapat berdampak negatif karena mengakibatkan hilangnya fungsi ekonomi lingkungan. Upaya untuk menghitung atau mengkuantifikasi hilangnya fungsi ekonomi lingkungan telah dikembangkan oleh beberapa ahli seperti Tietenberg (1992) dan Constanza (1997) dalam mengevaluasi ekonomi lingkungan. Pentingnya valuasi dilakukan agar aspek lingkungan diperhitungkan sebagai aset ekonomi sehingga segala bentuk analisa dampak lingkungan yang juga merupakan bagian dari kelayakan suatu proyek dapat dilihat untung ruginya dari segi lingkungan hidup.

Adanya dampak kegiatan pertambangan terhadap hilangnya fungsi-fungsi ekonomi lingkungan, peneliti merasa adanya hal yang penting untuk melakukan penelitian pada pertambangan bijih besi yang dilaksanakan oleh PT Juya Aceh Mining, yang berada di Desa Ie Mirah dan Desa Pante Rakyat Kecamatan Babah Rot Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

1.2. Kerangka Pemikiran

Kata ekologi dan ekonomi berasal dari akar kata yang sama yakni oikos, yang berarti “rumah tangga”, namun dalam perkembangannya kedua bidang ilmu ekonomi (yang roh-nya developmentalis) dan ilmu ekologi (yang roh-nya environmentalis) jarang berpandangan sama, bahkan sering saling bertolak belakang dalam mendefinisikan bagaimana memperlakukan alam (Saragih dan Tungkot, 2001).

(3)

Menurut pandangan Developmentalis alam harus dimanfaatkan dan didayagunakan untuk mengatasi kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan manusia. Sumberdaya alam seperti lahan, hutan, perairan, keanekaragaman hayati harus didayagunakan untuk menghasilkan barang ekonomi. Sebaliknya menurut pandangan environmentalis, sumberdaya alam tersebut tidak boleh dieksplotasi karena akan merubah ekosistem secara keseluruhan. Umumnya pandangan environmentalis beralasan karena alam akan cukup memenuhi kebutuhan hidup manusia tetapi tidak akan cukup memenuhi kerakusan manusia. Kemiskinan terjadi bukanlah karena sumberdaya alam tidak dimanfaatkan, melainkan akibat dari eksploitasi sumberdaya alam (Saragih dan Tungkot, 2001).

Kegiatan pertambangan merupakan salah satu pemanfaatan sumberdaya alam yang pada umumnya berupa peningkatan produksi bahan tambang. Dalam pelaksanaannya kegiatan pertambangan memberi dampak terhadap ekosistem, dampak tersebut dapat besifat positif maupun negatif. Dampak positif seperti terciptanya lapangan kerja, meningkatnya pendapatan baik untuk perusahaan, pemerintah maupun para pekerja.

Dampak negatif kegiatan pertambangan adalah rusaknya bentang alam, hilangnya vegetasi, timbulnya erosi, banjir, sedimentasi, polusi kebisingan demikian pula sering terjadi limbah pertambangan (tailing) yang mempengaruhi kualitas sumberdaya air. Bagi masyarakat dampak negatif dapat berupa tertutupnya ruang partisipasi, terabaikannya hak-hak masyarakat lokal, perubahan pola kepemilikan lahan, pemanfaatan dan penguasaan sumberdaya alam, aksesibilitas dan perubahan tingkat pendapatan keluarga (Djajadiningrat, 2001).

Para pengambil kebijakan umumnya membuat alokasi sumberdaya mineral berdasarkan pada keuntungan ekonomi yang akan didapat dari hasil pertambangan, sementara penghitungan terhadap barang dan jasa lingkungan baik yang dapat dihitung maupun yang tidak dapat dihitung belum mendapat perhatian. Oleh karena itu, pengambil kebijakan atau pengelola pertambangan perlu diberi alasan yang kuat tentang valuasi sumberdaya pertambangan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta sebagai modal pembangunan daerah yang dalam pemanfaatanya penilaian terhadap barang-barang dan jasa lingkungan harus dilakukan, sehingga kualitas lingkungan akan tetap terjaga.

(4)

Lingkungan hidup merupakan suatu ekosistem yang utuh. Informasi tentang nilai secara objektif dan kuantitatif sangat diperlukan. Dengan diketahuinya nilai ekonomi dari barang-barang lingkungan yang hilang akibat pertambangan akan lebih mudah bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan, bagi pihak perusahaan akan lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan dan bagi masyarakat akan lebih mudah menilai dan melakukan pengawasan.

Keuntungan ekonomi dari kebijaksanan pemanfaatan lingkungan, baik upaya pelestarian maupun pengendalian masalah lingkungan adalah nilai uang dari peningkatan lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia yang dihasilkan oleh kebijaksanaan atau dapat dihindarkan biaya yang besar dalam menangani kerusakan lingkungan. Biaya untuk memperbaiki lingkungan bisa juga disebut sebagai keuntungan yang hilang.

Dari berbagai dampak yang muncul akibat adanya pertambangan bijih besi, maka perlu adanya suatu evaluasi atas pemanfaatan SDA dengan menghitung dampak terhadap hilangnya fungsi ekonomi lingkungan, pendapatan dan persepsi masyarakat akibat sebuah kebijakan, sehingga diketahui nilai lingkungan yang hilang, tercapainya pertumbuhan, pemerataan dan efisiensi kapital masyarakat dan terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dari kegiatan pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining (Gambar 1).

1.3. Perumusan Masalah

Kehadiran pertambangan bijih besi di Aceh Barat Daya menyebabkan terjadinya kehilangan ekositem yang benilai ekonomi yang berdampak kepada masyarakat. Agar pertambangan PT Juya Aceh Mining dalam pelaksanaannya dapat lebih berwawasan lingkungan maka perlu kiranya melakukan evaluasi terhadap barang ekonomi lingkungan yang hilang serta pendapatan masyarakat yang berdomisili di sekitar pertambangan, sehubungan dengan persoalan tersebut maka rumusan permasalahan dapat dibatasi dan difokuskan dalam konteks sebagai berikut:

1. Seberapa besar hilangnya fungsi ekonomi lingkungan dari konversi lahan hutan menjadi lahan pertambangan?

(5)

SDA Developmentalis DAMPAK Pertambangan Bijih Besi Environmentalis

Tercapainya pembangunan berkelanjutan

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

DAMPAK (-) DAMPAK (+)

2. Seberapa besar dampak perubahan pendapatan rumah tangga masyarakat dengan adanya kegiatan pertambangan PT Juya Aceh Mining?

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT Juya Aceh Mining di daerahnya?

Keterangan: = Batasan penelitian = Aliran.

Sosial -Tertutupnya ruang pertisipasi masyarakat -Mengabaikan hak-hak masyarakat

Kajian analisis dampak pertambangan terhadap hilangnya fungsi ekonomi lingkungan, pendapatan serta persepsi

masyarakat

- Terdeteksinya nilai lingkungan yang hilang dari kegiatan pertambangan

- Tecapainya pertumbuhan, pemerataan dan efisiensi kapital masyarakat.

- Terakomodir persepsi dan peran serta masyarakat

Ekonomi -Hilangnya sumber mata pencaharian masyarakat -Serapan tenaga kerja lokal Ekologi Hilangnya barang lingkungan (ekosistem) Peningkatan -PAD -Tenaga keja -SDM -Usaha mikro masyarakat lingkar

(6)

1.4. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang dampak ekonomi, ekologi dan sosial masyarakat dari pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining khususnya bagi masyarakat lokal di Kecamatan Babah Rot Kabupaten Aceh Barat Daya. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari dan menghitung kehilangan fungsi ekonomi lingkungan langsung dan tidak langsung akibat dari kegiatan pertambangan PT Juya Aceh Mining

2. Menghitung dampak terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat sebelum dan sesudah adanya kegiatan pertambangan

3. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambangan yang dilaksanakan oleh PT Juya Aceh Mining

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah Propinsi NAD dan Kabupaten Aceh Barat Daya serta pihak pertambangan tentang keuntungan dan potensi munculnya permasalahan lingkungan dan sosial akibat dari proyek PT Juya Aceh Mining. Bagi masyarakat lokal, dapat dijadikan landasan dalam menentukan dan menerima kebijakan yang lebih menguntungkan dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut diatas sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1980 tentang Pemberian Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) yang menjelaskan

Pentingnya persediaan itu dalam suatu perusahaan, antara lain dengan persediaan yang cukup, maka perusahaan dapat terhindar dari resiko kerugian karena kebutuhan para

Pompa yang digunakan dalam sistem Shell and Tube Heat exchanger ini menggukan dua jenis pompa , yaitu : pompa sentrifugal untuk distribusi air dingin dan pompa

Berdasarkan temuan baik di SD Inpres BTN IKIP 1 maupun di SD Inpres BTN IKIP II diketahui bahwa tindak lanjut yang dilakukan oleh kepala SD Inpres BTN IKIP 1 menggunakan

Wardani, Ariska Kusuma, 2010, “Ujungan sebagai Sarana Upacara Minta Hujan di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara. Ujungan adalah ritual minta hujan

Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana jembatan di dalam koridor yang ditetapkan

Sebagai contohnya potensi dalam kegiatan bentuk ekonomi sumber daya perairan, berarti kata potensi disini memiliki arti bahwa kita berusaha meningkatkan atau mengembangkan

Hasil uji Signifikansi Parsial (Uji-t) menunjukkan bahwa variabel Market Value Added (MVA) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Pendapatan Saham,