• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 SEBESAR ATAU TURUN 1.04 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 SEBESAR ATAU TURUN 1.04 PERSEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No.25/04/71/Th.IX, 1 April 2015

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA

MARET 2015 SEBESAR 97.49 ATAU TURUN 1.04 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Mulai Januari 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara

 Pada bulan Maret 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 97.49 atau turun sebesar 1.04 persen dibanding NTP Februari 2015 yaitu 98.51. Penurunan NTP ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0.46 persen dan indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0.58 persen.

 Pada bulan Maret 2015, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara terjadi inflasi sebesar 0.72 persen. Inflasi perdesaan disebabkan oleh meningkatnya indeks pada beberapa kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan, makanan jadi, perumahan, dan kelompok kesehatan, dengan besar kenaikan masing-masing sebesar 1.22%, 0.06%, 0.41%, dan 0.47%.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sulawesi Utara sebesar 105.08 atau turun sebesar 0.62 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

(2)

umum yang dihitung di 33 provinsi, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari

Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan

produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1

NILAI TUKAR PETANI (NTP) GABUNGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 (2012 = 100)

Rincian

Indeks Gabungan Sulut Perubahan (%) Februari’15 Maret’15 Prbhn Mar’15 thd

Feb’14

[1] [2] [3] [4]

Indeks Harga yang Diterima Petani 115.17 114.64 -0.46

Indeks Harga yang Dibayar Petani 116.91 117.60 0.58

Konsumsi Rumah Tangga 119.92 120.78 0.72

Bahan Makanan 126.52 128.06 1.22

Makanan Jadi 112.49 112.56 0.06

Perumahan 115.90 116.37 0.41

Sandang 109.64 109.14 -0.46

Kesehatan 109.66 110.17 0.47

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 105.48 105.52 0.04

Transportasi dan Komunikasi 125.90 126.93 0.82

BPPBM 108.92 109.10 0.16

Bibit 109.03 108.71 -0.29

Obat-obatan & Pupuk 106.68 106.18 -0.47

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 106.91 107.21 0.28

Transportasi 122.77 124.88 1.72

Penambahan Barang Modal 106.44 106.42 -0.02

Upah Buruh Tani 109.30 109.66 0.33

Nilai Tukar Petani 98.51 97.49 -1.04

Nilai Tukar Usaha Pertanian 105.74 105.08 -0.62

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di Provinsi Sulawesi Utara, NTP pada bulan Maret 2015 sebesar 97.49 atau turun sebesar 1.04 persen dibanding NTP bulan Februari 2015 yaitu 98.51. Hal ini disebabkan indeks yang diterima petani melalui harga barang/produk pertanian yang dihasilkan lebih

(3)

kecil dari indeks yang dikeluarkan petani berupa konsumsi rumah tangga dan keperluan produksi pertanian, seperti terlihat pada Tabel 1. Di sisi lain NTP Sulawesi Utara masih berada di bawah nilai 100, artinya bahwa daya beli petani di Sulawesi Utara masih belum lebih baik dibandingkan dengan keadaan di tahun dasarnya, 2012. Atau dengan kata lain bahwa kesejahteraan petani di Sulawesi Utara dapat diindikasikan masih kurang lebih baik dibandingkan tahun 2012.

Tabel 2

NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULAWESI UTARA MARET 2015 (2012 = 100)

Subsektor Bulan % Perub.

Februari'14 Maret’15

[1] [2] [3] [4]

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 115.67 117.19 1.32

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.83 118.47 0.55

c Nilai Tukar Petani (NTPP) 98.17 98.92 0.76

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 122.31 122.27 -0.03

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.65 118.53 0.75

c Nilai Tukar Petani (NTPH) 103.96 103.15 -0.77

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 109.63 106.69 -2.68

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.57 118.17 0.51

c Nilai Tukar Petani (NTPR) 93.25 90.29 -3.18

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 113.26 113.40 0.12

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 112.96 113.54 0.51

c Nilai Tukar Petani (NTPT) 100.27 99.88 -0.39

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 125.46 127.04 1.26

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.53 118.42 0.75

c Nilai Tukar Petani (NTNP) 106.75 107.28 0.50

5.1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 131.78 134.29 1.90

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.79 118.71 0.78

c Nilai Tukar Petani (NTN) 111.88 113.12 1.11

5.2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.06 113.97 -0.08

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.07 117.88 0.69

c Nilai Tukar Petani (NTPi) 97.43 96.68 -0.77

Jika dibandingkan dengan NTP Februari 2015, NTP Maret 2015 untuk masing-masing sub sektor berfluktuasi sehingga mengakibatkan penurunan pada nilai NTP sektor pertanian provinsi Sulawesi Utara secara umum. Subsektor yang mengalami peningkatan NTP antara lain; subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0.76 persen, subsektor perikanan, sebesar 0.50 persen dimana sub sektor

(4)

perikanan tangkap meningkat pada besaran 1.11 persen. Sedangkan subsektor hortikultura menurun sebesar 0.77 persen, sub sektor tanaman perkebunan rakyat menurun sebesar 3.18 persen, sub sektor peternakan menurun sebesar 0.39 persen dan sub sektor perikanan budidaya menurun sebesar 0.77 persen.

1. Indeks harga yang diterima petani (I

t

)

Pada Maret 2015 indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Sulawesi Utara mencapai nilai

114.64. Indeks harga yang diterima ini mengalami penurunan sebesar 0.46 persen jika dibandingkan dengan It pada Februari 2015. Kenaikan It terjadi di 3 (tiga) dari 5 (lima) subsektor penyusunan NTP. Kenaikan It

yang tertinggi terjadi pada subsektor perikanan, lebih spesifik lagi pada sub sektor perikanan tangkap sebesar 134.29 persen atau terjadi peningkatan sebesar 1.90 persen, diikuti kenaikan subsektor tanaman pangan sebesar 1.32 persen. Sedangkan subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 0.03 persen, tetapi subsektor peternakan mengalami peningkatan It sebesar 0.12 persen.

2. Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya rumah tangga petani yang merupakan bagian kelompok terbesar yang ada di daerah perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Maret 2015 pada seluruh sub sektor pertanian di Provinsi

Sulawesi Utara meningkat, sebesar 0.58 persen dibanding Ib Februari 2015, yaitu dari 116.91 menjadi

117.60. Pengingkatan Ib terjadi pada seluruh sub sektor pertanian

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

NTP sub sektor tanaman pangan pada bulan Maret mengalami peningkatan sebesar 0.76 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Februari 2015, dari nilai 98.17 di bulan Februari 2015 meningkat menjadi 98.92 di bulan Maret 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 1.32 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani juga mengalami peningkatan sebesar 0.76 persen.

Komoditi yang mengalami peningkatan indeks adalah Ubi Kayu, Ubi Jalar, dan Gabah, masing-masing sebesar 5.37%, 4.83%, dan 3.94%, sedangkan komoditi yang mengalami penurunan indeks adalah Jagung dan Kacang Tanah, masing-masing sebesar 3.60% dan 1.41%.

NTP pada sub sektor ini berada di bawah nilai 100, artinya bahwa tingkat daya beli rumah tangga petani pada sub sektor tanaman pangan di bulan Februari 2015 masih belum lebih baik dibandingkan keadaan di tahun dasar 2012.

(5)

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada Maret 2015, NTPH mengalami penurunan sebesar 0.77 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan 0.03 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0.75 persen. Nilai NTPH di bulan Februari 2015 sebesar 103.96 menurun menjadi 103.15 di bulan Maret 2015.

Komodit yang mendominasi pada perubahan indeks NTP sub sektor hortikultura adalah Kol/Kubis, Cabai Rawit, dan Pisang, masing-masing dengan perubahan16.38%, 7.50%, 7.88%, dan

Sama halnya dengan sub sektor tanaman pangan, NTP pada sub sektor hortikultura berada pada nilai di bawah 100. Artinya adalah bahwa kemampuan daya beli rumah tangga petani sub sektor hortikultura dalam memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk biaya produksi dan penambahan barang modal untuk usaha pertaniannya tidak lebih baik dibandingkan dengan tahun dasar 2012.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Maret 2015, NTPR mengalami penurunan sebesar 3.18 persen, dari 93.25 di bulan Februari 2015 menurun menjadi 90.29 di bulan Maret 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 2.68 persen, sementara indeks harga yang diterima petani justru mengalami penurunan sebesar 2.68 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh menurunnya indeks beberapa komoditi pada sub sektor ini, antara lain Cengkeh, Kakao, dan Kelapa, masing-masing sebesar 7.14%, 6.85%, dan 3.41%. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh peningkatan indeks

konsumsi rumah tangga (khususnya Beras, Ketela Rambat, dan Talas) sebesar 0.62 persen dan juga peningkatan indeks BPPBM sebesar 0.02 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Maret 2015 NTPT juga mengalami penurunan, sebesar 0.39 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan dengan indeks yang diterima si petani, dengan masing-masing sebesar 0.12 persen untuk It dan 0.51 persen untuk Ib.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh menurunnya indeks harga pada ayam ras pedaging sebesar 2.87 persen dan sapi potong sebesar 0.35 persen. Sedangkan untuk hasil ternak emngalami peningkatan indeks diterima, yakni telur ayam ras, telur ayam buras, dan telur itik, masing-masing sebesar 0.85%, 0.61%, dan 0.33%.

Penurunan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0.83 persen dan indeks BPPBM sebesar 0.13 persen (khususnya bensin dan solar).

(6)

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Maret 2015, NTNP mengalami peningkatan sebesar 0.50 persen. Peningkatan ini terjadi karena indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 1.26 persen, dan peningkatan indeks

ini lebih kecil dibandingkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0.75 persen.

Kenaikan It pada Maret 2015 disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima pada kelompok

perikanan tangkap sebesar 1.90 persen, sedangkan perikanan budidaya sebaliknya menurun, sebesar 0.08 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0.85 persen dan BPPBM sebesar 0.51 persen.

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Maret 2015, NTN mengalami peningkatan sebesar 1.11 persen jika dibandingkan dengan NTN perikanan tangkap bulan Februari 2015. Hal ini terjadi karena It mengalami peningkatan sebesar 1.90 persen

sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0.78 persen. Peningkatan It disebabkan oleh peningkatan indeks

harga di sebagian besar ikan pada kelompok penangkapan laut sebesar 1.90 dan sebaliknya penangkapan di perairan umum menurun sebesar 0.59 persen. Peningkatan Ib dikarenakan adanya peningkatan indeks

konsumsi rumah tangga sebesar 0.87 persen dan BPPBM sebesar 0.57 persen.

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Maret 2015 NTPi menurun sebesar 0.77 persen. Penurunan ini dikarenakan It mengalami penurunan

sebesar 0.08, sedangkan Ib meningkat sebesar 0.69 persen. Penurunan It disebabkan oleh menurunnya

indeks harga yang diterima petani budidaya air tawar, yakni sebesar 0.09 persen. Sedangkan budidaya air payau meningkat sebesar 1.27%. Di sisi lain peningkatan Ib disebabkan oleh meningkatnya indeks konsumsi

rumah tangga sebesar 0.82 persen ditambah lagi indeks BPPBM meningkat sebesar 0.39 persen.

Tabel 3.

NILAI TUKAR PETANI PER SUB SEKTOR DAN PERUBAHANNYA MARET 2015 (2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok Bulan % Perub.

Februari'15 Maret'15

[1] [3] [4] [5

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 115.67 117.19 1.32

- Padi 111.00 115.37 3.94

- Palawija 120.67 119.14 -1.27

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.83 118.47 0.55

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.86 120.60 0.61

- Indeks BPPBM 110.83 111.18 0.31

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 122.31 122.27 -0.03

- Sayur-sayuran 123.88 123.43 -0.36

(7)

4.

Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sulawesi

Penurunan NTP terjadi di hampir semua Provinsi di Pulau Sulawesi, kecuali di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 1.21 persen, dan diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan, sebesar 0.67 persen. Sedangkan keempat provinsi lainnya mengalami peningkatan dan penurunan indeks seperti yang terdapat pada tabel 4, dimana Provinsi Sulawesi Utara telah terjadi penurunan yang terbesar, sebesar 1.04 persen, dan diikuti oleh Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0.86 persen

- Tanaman obat 114.00 114.66 0.58

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.65 118.53 0.75

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.27 120.32 0.88

- Indeks BPPBM 110.22 110.37 0.14

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 109.63 106.69 -2.68

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 109.63 106.69 -2.68

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.57 118.17 0.51

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.91 120.66 0.62

- Indeks BPPBM 108.35 108.38 0.02

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 113.26 113.40 0.12

- Ternak Besar 113.54 113.15 -0.34

- Ternak Kecil 109.73 110.84 1.01

- Unggas 113.24 112.42 -0.73

- Hasil Ternak 120.64 121.56 0.76

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 112.96 113.54 0.51

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120.44 121.44 0.83

- Indeks BPPBM 105.05 105.19 0.13

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 125.46 127.04 1.26

- Tangkap 131.78 134.29 1.90

- Budidaya 114.06 113.97 -0.08

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.53 118.42 0.75

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120.80 121.83 0.85

- Indeks BPPBM 110.46 111.02 0.51

1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 131.78 134.29 1.90

- Penangkapan Perairan Umum 109.63 108.98 -0.59

- Penangkapan Laut 131.80 134.30 1.90

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.79 118.71 0.78

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120.96 122.01 0.87

- Indeks BPPBM 110.95 111.58 0.57

2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.06 113.97 -0.08

- Budidaya Air Tawar 114.06 113.96 -0.09

- Budidaya Air Payau 113.39 114.83 1.27

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.07 117.88 0.69

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120.52 121.51 0.82

- Indeks BPPBM 109.57 110.00 0.39

(8)

Tabel 4.

NTP 6 PROVINSI DI PULAU SULAWESI DAN PERSENTASE PERUBAHANNYA MARET 2015 (2012 = 100) No. Provinsi It Ib NTP Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1 Sulawesi Utara 114.64 -0.46 117.60 0.58 97.49 -1.04 2 Sulawes Tengah 113.85 0.64 116.35 0.53 97.85 0.11 3 Sulawesi Selatan 122.19 0.76 116.89 0.09 104.53 0.67 4 Sulawesi Tenggara 114.33 -0.48 116.49 0.39 98.15 -0.86 5 Gorontalo 120.65 0.55 118.62 0.41 101.71 0.14 6 Sulawesi Barat 117.31 1.00 113.96 -0.21 102.94 1.21

5. Inflasi/Deflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Maret 2015, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara terjadi inflasi sebesar 0.72 persen. Inflasi perdesaan ini disebabkan oleh meningkatnya indeks pada hampir semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga, kecuali kelompok sandang yang menurun sebesar 0.46 persen, seperti terlihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5.

INDEKS HARGA KONSUMEN PERDESAAN DAN PERUBAHANNYA PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

MARET 2015 (2012 = 100)

Kelompok Pengeluaran Februari'15 Maret’15 Prbh Mar’15 thd Feb’15

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 119.92 120.78 0.72

Bahan Makanan 126.52 128.06 1.22 Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 112.49 112.56 0.06 Perumahan 115.90 116.37 0.41 Sandang 109.64 109.14 -0.46 Kesehatan 109.66 110.17 0.47 Pendidikan, Rekreasi, & OR 105.48 105.52 0.04 Transportasi & Komunikasi 125.90 126.93 0.82

(9)

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Jika dilihat secara umum pada bulan Maret 2 0 1 5 telah terjadi penurunan NTUP sebesar 0 .6 2

persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0 .4 6 persen sedangkan indeks BPPBM mengalami sedikit peningkatan sebesar 0 .1 6 persen (lihat Tabel 1 ). Pada

tabel 6 terlihat bahwa NTUP seluruh sub sektor berada pada nilai di atas 1 0 0 . Sedangkan pningkatan NTUP terjadi di hampir seluruh subsektor penyusun NTUP, kecuali sub sektor hortikultura.

Tabel 6.

NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PER SUBSEKTOR PROVINSI SULAWESI UTARA, MARET 2015 (2012=100)

Subsektor

Februari ‘15

Maret’15

Mar’15 thd

Feb’15

1. Tanaman Pangan

104.36

105.41

1.00

2. Hortikultura

110.97

110.79

-0.16

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

101.18

98.45

-2.70

4. Peternakan

107.81

107.81

-0.01

5. Perikanan

113.59

114.43

0.75

a. Tangkap

118.78

120.35

1.32

b. Budidaya

104.10

103.60

-0.47

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Martedhy M Tenggehi, S.Si

Kabid. Statistik Distribusi

BPS Provinsi Sulawesi Utara

Telepon: 0431-847044

Fax.: 0431-862204

Email: bps7100@bps.go.id

Homepage: http://sulut.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

Apabila terdapat level yang sama maka panitia akan melihat dan membandingkan personal details yang dikeluarkan oleh University of Cambridge dari masing-masing peserta disetiap

Hasil penelitian menunjukan bahwa 46% Bunda PAUD memiliki kemampuan emotion regulation rendah, 30,88% memiliki kemampuan impulse control sedang, 68% memiliki kemampuan

Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis learning cycle 7E dengan pendekatan saintifik diperoleh persentase

No. Sementara itu, responden kurang setuju kalau kecenderungan berpikir negatif menghambat inovasi mereka. Mereka juga kurang setuju jika perasaan-perasaan negatif

Dilihat dari industri yang pesaingnya sedikit, dibutuhkannya kemampuan dan keahlian yang khusus, dan pelanggan yang relatif price- insensitive ini maka Penulis akan menggali

Penelitian Fifendy et al .(2011) menyimpulkan bahwa penambahan ekstrak kecambah sebagai sumber nitrogen dapat menghasilkan mutu nata yang lebih baik dibanding dengan

Hal ini biasanya didasarkan pada perselisihan atara suami dan istri, perselisihan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari salah