• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2

No. 11/02/34/Th.XVII, 5 Februari 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 TUMBUH 5,2

PERSEN

SEDIKIT MELAMBAT

DIBANDING TAHUN 2013 YANG LALU

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

 Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2014 mencapai Rp.93,45 trilyun, sehingga PDRB perkapita tercatat sebesar Rp.25,69 juta atau setara dengan US$ 2.176

 Perekonomian DIY tahun 2014 (c-to-c) tumbuh 5,2 persen dan sedikit melambat dibandingkan dengan tahun 2013 yang tumbuh 5,5 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh peningkatan nilai tambah pada semua lapangan usaha selain pertanian, kehutanan dan perikanan. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan komponen konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto.  Perekonomian DIY Triwulan IV-2014 tumbuh 4,2 persen dibandingkan Triwulan IV-2013 (y-on-y). Level pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan y-on-y pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,6 persen.

 Perekonomian DIY Triwulan IV- 2014 mengalami kontraksi sebesar 1,1 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan terutama sub kategori tanaman pangan yang tumbuh negatif 77 persen. Dari sisi permintaan, kontraksi ini disebabkan oleh komponen perubahan inventori dan komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh negatif masing-masing 285,1 persen dan 1,6 persen. .

Release PDRB

tahun 2014 dan

selanjutnya

menggunakan

tahun dasar

2010 berbasis

SNA 2008

(2)

0.45 0.39 0.67 1.07 0.65 0.65 0.610.61 0.64 0.62 0.29 0.55 0.42 0.47 0.53 -0.41 0.90 0.51 -0.60 -0.40 -0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 2012 2013 2014

Pendidikan InfoKom Akom & Makan Minum Real Estate Konstruksi Industri Pengolahan

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 Jasa Keuangan Jasa Pendidikan

Real Estate Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Perusahaan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi 9.0 7.9 7.8 7.7 7.6 6.8 6.1 3.89 8.13 6.95 2.44 1.02 9.98 8.45 Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%)

A.

PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2014 (c-to-c)

Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2014 yang diukur dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010 mencapai 5,2 persen. Pertumbuhan ini terjadi hampir di semua lapangan usaha, kecuali lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 2,1 persen. Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah jasa keuangan dengan pertumbuhan sebesar sebesar 9,0 persen diikuti oleh jasa pendidikan dan real estate dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,9 persen dan 7,8 persen.

Grafik 1. Pertumbuhan dan Pangsa Distribusi Beberapa Lapangan Usaha 2014

Struktur perekonomian DIY tahun 2014 yang diukur dari distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan tidak ada lapangan usaha yang secara mencolok mendominasi perekonomian. Kontribusi semua lapangan usaha terhadap PDRB DIY tahun 2014 berada di bawah 14 persen. Tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri pengolahan (13,5 persen); pertanian, kehutanan dan perikanan (11,01 persen); dan penyediaan akomodasi dan makan minum (9,98 persen). Sementara, tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terendah adalah pengadaan listrik dan gas (0,1 persen), pengadaan air (0,11 persen); serta pertambangan dan penggalian (0,65 persen).

Semua lapangan usaha memberikan andil yang bervariasi terhadap level pertumbuhan ekonomi DIY 2014. Lapangan usaha yang memberi andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi 2014 adalah jasa pendidikan dengan andil 0,7 persen. Berikutnya secara berturut-turut adalah lapangan usaha informasi dan komunikasi serta lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dengan andil masing-masing 0,6 persen.

Grafik 2. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha 2012 - 2014

(3)

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2014 Terhadap Triwulan IV-2013 (y-on-y)

Perekonomian DIY selama Triwulan IV-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 4,2 persen jika dibandingkan dengan triwulan IV-2013 (y-on-y). Laju pertumbuhan tertinggi secara y-on-y terjadi pada lapangan usaha jasa keuangan yang tumbuh sebesar 13,2 persen. Pertumbuhan tertinggi berikutnya secara berturut-turut dicapai oleh lapangan usaha jasa lainnya serta lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan andil masing-masing sebesar 11,4 persen dan 9,1 persen. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif adalah pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar -13,4 persen serta pertambangan dan penggalian sebesar -2,7 persen.

Struktur perekonomian pada Triwulan IV-2014 tidak berbeda jauh dengan struktur perekonomian tahunan. Lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian Triwulan IV-2014 adalah industri pengolahan dengan pangsa sebesar 13,2 persen. Berikutnya adalah lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dengan kontribusi sebesar 10,2 persen. Sementara, lapangan usaha yang memberi kontribusi terkecil terhadap perekonomian DIY di Triwulan IV-2014 adalah pengadaan listrik dan gas serta lapangan usaha pengadaan air dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,1 persen.

Tiga lapangan usaha yang menjadi sumber utama pertumbuhan y-on-y triwulan IV-2014 adalah informasi dan komunikasi sebesar 0,8 persen, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial sebesar 0,6 persen, dan penyedia akomodasi dan makan minum sebesar 0,52 persen. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2014 Terhadap Triwulan III-2014 (q-to-q)

Perekonomian DIY pada Triwulan IV-2014 mengalami kontraksi sebesar 1,1 persen jika dibandingkan dengan Triwulan III-2014. Kontraksi atau pertumbuhan negatif ini didorong oleh pertumbuhan negatif beberapa lapangan usaha, yakni pertanian, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; serta perdagangan besar dan eceran. Kontraksi tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar -38,5 persen. Kontraksi yang cukup tinggi ini disebabkan oleh pengaruh siklus musiman, terutama pada kelompok komoditas tanaman bahan makanan, hortikultura, dan perikanan. Produksi beberapa komoditas tanaman pangan dan hortikultura selama triwulan IV (Oktober-Desember) mencapai level terendah dalam setahun akibat pengaruh musim. Pada masa ini mayoritas petani baru masuk masa tanam atau memulai mengusahakan tanaman mereka, sehingga produksi selama triwulan ini akan jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Komoditas tanaman padi menjadi komoditas yang masih memberikan sumbangan positif namun sebagian besar komoditas tanaman pangan lainnya seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung dan lainnya mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan. Dalam lapangan usaha perikanan, selama triwulan IV terjadi pengurangan frekuensi penangkapan ikan laut karena faktor cuaca yang kurang kondusif di akhir tahun.

Kontraksi pertumbuhan juga terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar -0,2 persen. Kontraksi ini berhubungan dengan penurunan produksi usaha penggalian akibat stok bahan galian yang semakin menipis dan pengaruh cuaca yang kurang mendukung dalam penggalian pasir dan batu. Lapangan usaha industri pengolahan secara q-to-q

juga mengalami kontraksi sebesar -0,8 persen. Sementara, lapangan usaha perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil serta motor mengalami kontraksi sebesar -1,1 persen.

(4)

Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi secara q-to-q pada triwulan IV-2014 adalah jasa pendidikan yang tumbuh sebesar 10,8 persen. Berikutnya adalah lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh sebesar 9,7 persen dan lapangan usaha jasa keuangan yang tumbuh 7,7 persen.

B.

PDRB DIY MENURUT PENGELUARAN

Pertumbuhan Kumulatif Triwulan IV Tahun 2014 (c-to-c)

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DIY sebesar 5,2 persen di tahun 2014 didorong oleh pertumbuhan semua komponen permintaan akhir, kecuali net ekspor antar daerah dan net ekspor luar negeri. Komponen net ekspor antar daerah mengalami kontraksi sebesar 5,6 persen. Sementara, pertumbuhan impor luar negeri yang cukup tinggi (42,5 persen) belum mampu dikompensasi oleh ekspor luar negeri yang hanya mampu tumbuh sebesar 4,6 persen. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan komponen net ekspor luar negeri yang mengalami kontraksi yang cukup dalam. Pertumbuhan tertinggi dalam komponen permintaan akhir terjadi pada komponen perubahan inventori yang tumbuh sebesar 34,1 persen dan diikuti oleh komponen konsumsi LNPRT yang tumbuh 10,6 persen.

Grafik 4. Pertumbuhan dan Distribusi Beberapa Komponen Pengeluaran 2014

Struktur permintaan akhir dalam perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014

Grafik 3. Pertumbuhan PDRB q-to-q menurut Lapangan Usaha

-60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0

I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014 Pertanian PDRB Pendidikan 5.1 10.6 3.5 5.8 34.1 4.6 42.5 -5.6 67.1 3.2 16.3 29.6 0.8 5.6 -4.4 -18.1 -30.0 -20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%)

(5)

3.3 3.3 3.1 0.1 0.2 0.2 0.8 0.8 0.7 1.4 1.4 1.3 0.1 0.2 0.1 0.3 0.1 0.3 -0.1 -0.1 -0.2 -0.4 -0.4 -0.3 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 2012 2013 2014

KRT LNPRT Pemerintah PMTB Inventori Ekspor LN Impor LN Net Ekspor AD

Komponen terbesar berikutnya dalam struktur perekonomian DIY 2014 adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 29,6 persen dan diikuti oleh konsumsi pemerintah sebesar 16,3 persen. Komponen perubahan inventori meskipun tumbuh positif cukup tinggi hanya memberikan sumbangan sebesar 0,8 persen terhadap perekonomian DIY. Komponen net ekspor antar daerah memiliki pangsa yang cukup besar, tetapi karena nilai impor antar daerah lebih besar dari ekspor antar daerah maka pangsa dari komponen ini menjadi pengurang (bertanda negatif). Hal yang sama juga terjadi pada komponen impor luar negeri yang menjadi pengurang.

Sumber pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2014 (5,2 persen) dari sisi permintaan disumbang oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar dengan andil pertumbuhan sebesar 3,1 persen. Andil pertumbuhan terbesar berikutnya disumbang oleh komponen PMTB dengan andil 1,3 persen dan komponen pengeluaran pemerintah dengan andil 0,7 persen.

Grafik 5. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Pengeluaran 2012 – 2014

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2014 Terhadap Triwulan IV-2013 (y-on-y)

Secara y-o-y, perekonomian DIY triwulan IV-2014 tumbuh 4,2 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2013. Laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada komponen net ekspor antar daerah sebesar 40 persen, diikuti oleh komponen impor luar negeri sebesar 38,1 persen.

Struktur perekonomian dari sisi permintaan pada triwulan IV-2014 tidak berbeda jauh dengan struktur perekonomian tahunan. Komponen yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur perekonomian triwulan IV-2014 adalah komponen konsumsi rumah tangga sebesar 68,5 persen. Kontribusi terbesar berikutnya adalah komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 33,5 persen. Sementara, kontribusi terendah terhadap perekonomian DIY adalah komponen net ekspor antar daerah sebesar minus 25,9 persen.

Komponen permintaan akhir yang menjadi sumber utama pertumbuhan DIY y-on-y triwulan IV-2014 adalah komponen pembentukan modal tetap bruto dengan andil sebesar 2,8 persen. Berikutnya adalah komponen pengeluaran konsumsi pemerintah dengan andil sebesar 2,6 persen, serta komponen perubahan inventori dengan andil sebesar 1,2 persen.

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2014 Terhadap Triwulan III-2014 (q-to-q)

Secara q-to-q, perekonomian DIY triwulan IV-2014 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 1,1 persen dibandingkan dengan triwulan III-2014. Dari sisi permintaan akhir,

(6)

-25.0 -20.0 -15.0 -10.0 -5.0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0

I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014

KRT P D R B PMTB

kontraksi ini disebabkan terjadinya penurunan yang cukup besar pada komponen perubahan inventori sebesar 285,1 persen dan penurunan konsumsi rumah tangga sebesar 1,6 persen. Penurunan dalam perubahan inventori berkaitan dengan para pelaku usaha yang sudah mulai berproduksi secara normal kembali, setelah pada triwulan sebelumnya mengeluarkan stok guna memenuhi permintaan yang cukup tinggi karena adanya beberapa hari-hari besar keagamaan yang diikuti oleh beberapa upacara seremonial. Sementara, penurunan konsumsi rumah tangga terjadi akibat penurunan konsumsi beberapa kelompok pengeluaran terutama kelompok pendidikan yang turun sebesar 23,8 persen dan kelompok barang pribadi dan jasa perorangan yang turun 13,1 persen. Penurunan konsumsi ini terjadi karena pada umumnya rumah tangga telah melakukan konsumsi kelompok pendidikan dan kelompok barang pribadi secara massif bersamaan dengan awal tahun ajaran baru sekolah dan bersamaan dengan momentum hari raya keagamaan. Sebaliknya, komponen net ekspor antar daerah menjadi komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 119,3 persen.

(7)

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun 2014 (Persen) Lapangan Usaha Triw III- 2014 terhadap Triw II-2014 Triw IV-2014 terhadap Triw III-2014 Triw IV-2014 terhadap Triw IV-2013 Laju Pertumbuhan 2014 Sumber Pertumbuhan 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 18.5 -38.5 -13.4 -2.1 -0.2

B Pertambangan dan Penggalian 1.4 -0.2 -2.7 2.1 0.0

C Industri Pengolahan 0.1 -0.8 3.3 3.8 0.5

D Pengadaan Listrik dan Gas -5.6 2.7 5.0 2.6 0.0

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang 4.5 0.5 6.0 3.9 0.0

F Konstruksi 4.9 7.0 3.1 5.7 0.5

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.9 -1.1 5.7 5.7 0.5

H Transportasi dan Pergudangan 4.0 4.5 5.2 3.8 0.2

I Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 1.1 1.4 5.6 6.8 0.6

J Informasi dan Komunikasi 4.4 2.1 7.0 6.1 0.6

K Jasa Keuangan dan Asuransi 2.3 7.7 13.2 9.0 0.3

L Real Estate 1.3 3.4 6.9 7.8 0.5

M,N Jasa Perusahaan 1.8 3.2 8.5 7.6 0.1

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.2 0.2 8.2 5.9 0.4

P Jasa Pendidikan 7.1 10.8 2.3 7.9 0.7

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.7 9.7 9.1 7.7 0.2

R,S,T,U Jasa Lainnya 7.6 1.5 11.4 5.3 0.1

(8)

Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2010 Tahun 2014 (Persen) Komponen Triw III- 2014 Terhadap Triw II-2014 Triw IV-2014 terhadap Triw III-2014 Triw IV-2014 terhadap Triw IV-2013 Laju Pertumbuhan 2014 Sumber Pertumbuhan 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 3.9 -1.6 4.3 5.1 3.1

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT -8.1 0.3 3.5 10.6 0.2

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11.4 17.5 9.8 4.5 0.7

4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 11.5 10.5 5.9 5.8 1.3

5 Perubahan Inventori -126.5 -285.1 -130.9 34.1 0.1

6 Ekspor Luar Negeri -7.3 23.3 -2.8 4.6 0.3

7 Impor Luar Negeri 40.7 29.6 38.1 42.5 0.2

8 Net Ekspor Antar Daerah -27.8 119.3 40.0 -3.9 -0.3

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.2 -1.1 4.2 5.2 5.2

Tabel 3. PDRB dan PDRB Pekapita D.I.Yogyakarta Tahun Dasar 2010 Tahun 2012 - 2014

Uraian 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4)

PDRB

- Berlaku (Juta rupiah)

77,247,861

84,924,664

93,449,858

- Konstan (Juta rupiah)

71,702,449

75,637,007

79,557,248

PDRB Per kapita Atas Dasar Harga Berlaku

- Nilai (Juta rupiah)

21,978

23,977

25,693

(9)

PENJELASAN TEKNIS Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;  dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).

Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side

b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side

c. Pendapatan Income side

Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku  harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan  harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi

2000.

Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.

Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan  untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.

Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).

Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth). Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative economic growth).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun).

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya.

Gambar

Grafik 1. Pertumbuhan dan Pangsa Distribusi  Beberapa Lapangan Usaha 2014
Grafik 4. Pertumbuhan dan Distribusi  Beberapa Komponen Pengeluaran 2014
Grafik 5. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Pengeluaran 2012 – 2014
Grafik 6. Pertumbuhan PDRB DIY  q-to-q menurut Pengeluaran
+3

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 2 menunjukkan nilai stabilitas yang dihasilkan dari Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED) tanpa serat ijuk dengan umur curing 0 hari telah memenuhi syarat

Oleh karena itu, pada tugas akhir ini, akan dikonstruksi kode swa-dual Hermitian yang baru atas GF (9) dengan panjang 12, sehingga diperoleh 9 kode swa-dual near MDS Hermitian yang

nya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja seorang aparatur (Notoatmodjo, 2003:38). Tuntutan yang terasa kuat untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia

- Telur itik lebih kental dibandingkan telur ayam, sehingga apabila telur itik dipecahkan di meja yang permukaannya datar, telur putih & kuning terlihat

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden, profitabilitas, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi

Tulisan ini akan memfokuskan kajian pada sistem pembelajaran bahasa Arab ma’had al-jami’ah yang selama ini disinyalir sebagai sistem yang efektif dalam

Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments menurut Taniredja adalah sebagai berikut: (1) Dalam pembelajaran tipe teams games tournaments

Sed ngkat kesala Jones (2011 patan dan ti apan classifi tahapan. Data traini Haar training taset, Caltech alui search e etode Viola-J k pendeteksia ur kerja klasif