• Tidak ada hasil yang ditemukan

KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

i

i

KARYA TULIS ILMIAH

KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN

(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)

OLEH : INDAH FEBRIANA

141310053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

ii

KARYA TULIS ILMIAH

KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN

(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Analis Kesehatan (A.Md.AK.) pada Diploma III Analis Kesehatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

INDAH FEBRIANA 141310053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)

iii

ABSTRAK

KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN

(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)

Oleh : Indah Febriana

Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Sehingga mahasiswa kurang memperhatikan pola makan yang dikonsumsi sehingga memilih mie instan sebagai pengganti sarapan paginya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 yang mengkonsumsi mie instan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan data dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika (STIKes ICME) Jombang, sedangkan pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan Laboratorium RSIA Muslimat Jombang. Sampel penelitian sebanyak 33 orang dan teknik sampling adalah Purposive Sampling. Variabel penelitian adalah kadar hemoglobin yang dianalisis menggunakan hematology analyzer Mindray BC 3600.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin rendah yaitu (57,6%), dan hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu rata-rata 3 bungkus yaitu (33,3%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin rendah.

(4)

iv

ABSTRACT

HEMOGLOBIN LEVELS OF THE STUDENTS WHO CONSUME INSTANT NODLE

(Study on student D-III of Health Analyst of High School of Health Sciences of Insan Cendekia Medika Jombang)

By : Indah Febriana

Changos in the lifes of today's society also influenca consumption patterns with the nse of instant food. So that students pay less attention to the diet that is consumed so they choose instarrt noodles instead of breakfast. The purpose of this research was to know the description of hemoglobin level on D-lll students college of health analyst in 4th semester who consumed instant noodles.

This research type was descriptive research. The data relrieval was done in the the institute of health science of lnsan Cendekia Medika (STlKes ICME) Jombang, while the examination of hemoglobin level was done in the laboratory of RSIA Muslimat Jombang. The research samples were as many as 33 people and the sampling technique was Purposive Sampling. The research variable was the hemoglobin level which was analyzed using hematology analyzer Mindray BC 3600.

Based on the reserch result showed that's most. of respondent had low hemoglobin level namely (57,60/0), and almost hatf of the respondents consumed instant noodles in one week average 3 packets namely (33,3%).

The conclusion of this research was most of respondents had low hemoglobin level.

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 03 Februari 1996 dari ayah yang bernama Andy Mudofar dan ibu yang bernama Nurhayati, penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SDN Kuala Pembuang I, penulis lulus dari SMPN Kuala Pembuang I tahun 2010, penulis lulus dari SMK Kesehatan BIM Jombang tahun 2014 dan pada tahun 2014 lulus seleksi masuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih program studi Diploma III Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Jombang, 2 Agustus 2017

(9)

ix

MOTTO

Setiap orang memiliki definisi mengenai hidup sehat dan saya mendefinisikannya bahwa kesehatan itu

(10)

x

LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur atas semua nikmat-Mu ya Allah, Engkau berikan kemudahan di setiap langkah-langkah ku. Engkau berikan jalan keluar di setiap kesulitanku. Pada lembar persembahan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang sangat mendukung penulis dalam pembuatan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu :

1. Kepada kedua orangtuaku Andy Mudofar & Nurhayati yang sangat saya cintai dan saya banggakan terimakasih atas doa dan support selama ini dan mendampingi saya sampai mendapatkan gelar A.Md, AK

2. Adikku terinta Silvia Azzahra dan keluarga besar saya yang selalu memberikan semangatdan motivasi untuk saya. Yang selalu menyertakan saya dalam doa-doa terbaiknya di setiap akhir ibadahnya.

3. Kepada dosen pembimbing I Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M.Kep., dan dosen pembimbing II Sri Lestari, S.KM., yang dengan ikhlas memberikan ilmu kepada saya, yang membimbing saya dengan penuh ketekunan dan rasa sabar, tanpa meminta imbalan.

4. Sahabat-sahabatku (Yuwanita, Silvi, Diyah, April)yang selalu memberikan motivasi dan masukan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil di selesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah "Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mi Instan (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)”. Dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini, penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: H. Bambang Tutuko, SH., S.Kep.Ns., M.Hum., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, Erni Setiyorini, S.KM.,M.M., selaku Kaprodi D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing utama yang telah banyak memberi pengarahan, motivasi dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, Sri Lestari, S.KM., selaku pembimbing Dua yang telah banyak memberi motivasi dan pengarahan dan ketelitian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Kepada kedua orang tuaku yang selalu memberi do'a dan semangat tiada henti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Teman-teman yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan saran dan dorongan sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini ada ketidaksempurnaannya, mengingat keterbatasan kemampuan penulis, namun peneliti berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya, mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin

Jombang, 2 Agustus 2017

(12)

xii

PERNYATAAN KEASLIAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Hemoglobin ... 5

2.1.1 Definisi Hemoglobin ... 5

2.1.2 Pembentukan Hemoglobin ... 6

2.1.3 Struktur Hemoglobin ... 7

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Kadar Hemoglobin... 8

2.1.5 Fungsi Hemoglobin ... 12

2.1.6 Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb) ... 13

2.2. Kadar Hemoglobin ... 15

2.2.1 Definisi Kadar Hemoglobin ... 15

2.2.2 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) ... 16

2.3. Konsep Mi instan ... 20

(13)

xiii

2.3.2 Bahan Pembuatan Mi instan... 21

2.3.3 Kandungan Mi instan ... 24

2.4. Hasil Penelitian terkait Gizi dengan Kadar Hemoglobin ... 27

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka konseptual... 30

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

4.2. Design Penelitian ... 33

4.3. Populasi/Sampel/Sampling ... 33

4.4. Definisi Operasional ... 35

4.5. Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja ... 35

4.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 38

4.7 Kerangka Kerja ... 40

4.8. Etika Penelitian ... 41

4.9 Keterbatasan Penelitian ... 41

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

5.2. Hasil Penelitian ... 42

5.3. Pembahasan ... 46

BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan ... 52

6.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1 Struktur Heme ... 7 3.1 Kerangka konseptual Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang

Mengkonsumsi Mi Instan (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang) tahun 2017 ... 30 4.1 Kerangka Kerja gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa D III

(15)

xv

DAFTAR TABEL

No Tabel` Halaman

4.1. Definisi Operasional Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan ... 35 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia pada mahasiswa

D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ... 43 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada

mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ... 43 5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang

dikonsumsi dalam satu minggu pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ... 44 5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi

Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ... 44 5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tambahan saat

mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ... 45 5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis tambahan saat

mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ... 45 5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kadar Hemoglobin

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden ... 56

Lampiran 2 Pernyataan Bersedia Menjadi Responden ... 57

Lampiran 3 Form Instrumen Penelitian ... 58

Lampiran 4 Jadwal Pelaksanaan Laporan Kasus ... 59

Lampiran 5 Permohonan Pemeriksaan Sampel ... 60

Lampiran 6 Surat Keterangan ... 61

Lampiran 7 Standar Prosedur Operasional ... 62

Lampiran 8 Contoh Hasil Analisis Laboratorium ... 64

Lampiran 9 Hasil Analisis ... 65

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ... 73

Lampiran 11 Lembar Konsultasi... 78

(17)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mie instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan mahasiswa sebagai makanan populer. Makanan yang seharusnya diinginkan mahasiswa ialah seperti makanan yang mengandung protein, mineral, karbohidrat, serat, dan vitamin. Kegiatan mahasiswa yang padat membuat sebagian mahasiswa mengalami keluhan seperti kepala pusing, lemah atau lesu, dan kurang berkonsentrasi saat pembelajaran. Sehingga mahasiswa kurang memperhatikan pola makan yang dikonsumsi sehingga memilih mie instan sebagai pengganti sarapan paginya. Padahal sarapan merupakan konsumsi makanan pokok dan lauk pauk yang dilakukan semenjak bangun pagi sampai jam 10 pagi untuk memenuhi 20%-25% dari kebutuhan energi total dalam sehari yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari (Dewi, 2014).

(18)

2

mengalami anemia (Dinkes Kabupaten Jombang 2014). Kadar Hemoglobin normal pada umumnya berbeda pada laki-laki kurang dari 13,5 gram/100ml sedangkan pada perempuan kurang dari 11,5 gram/100ml (Kiswari,2014).

Hemoglobin merupakan salah satu protein yang penting dalam tubuh manusia, karena fungsinya dalam transportasi oksigen dan karbondioksida. Kekurangan hemoglobin, berdampak pada kesehatan seperti kapala pusing, badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun. Jika tidak dilakukan upaya meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia. Tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin rendah tingkat konsumsi protein maka semakin cenderung untuk menderita anemia. Selain itu protein juga berperan dalam proses pengangkutan zat-zat gizi termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sehingga apabila kekurangan protein akan menyebabkan gangguan pada absorbsi dan transportasi. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin adalah tingkat sosial ekonomi, penyakit kronik dan asupan zat gizi. Indonesian dietary guidelines menggunakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sebagai pedoman masyarakat Indonesia dalam mengatur makanan yang sehat setiap hari (Ikhmawati, 2013).

(19)

3

sayuran dan buah-buahan sehingga sangat baik sebagai sumber zat besi.Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi besi non-heme hingga 4 kali lipat. Vitamin C dan besi membentuk senyawa kompleks askorbat besi yang lebih mudah diserap oleh usus (Ikhmawati, 2013). Mahasiswa yang senang mengkonsumsi mie instan hendaknya ditambahkan zat gizi lainnya seperti sayuran, telur dan sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan

1.4. Manfaat 1.4.1 Teoritis

Manfaat yang diharapkan dapat menambahkan keilmuan teknologi laboratorium kesehatan khususnya Analis Kesehatan terkait dengan kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan.

1.4.2 Praktis

(20)

4

(21)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hemoglobin

2.1.1 Definisi Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang, dan seluruh organ tubuh (Bastiansyah, 2008).

Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi yang memungkinkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Semua jaringan tubuh membutuhkan oksigen, oksigen adalah sumber energi yang paling penting dalam tubuh. Tanpa cukup hemoglobin, jaringan akan kekurangan pasokan oksigen, sehingga jantung dan paru-paru harus bekeja lebih keras untuk mengimbanginya. Kadar rendah haemoglobin mungkin menandakan anemia, pendarahan yang berlebihan, kekurangan gizi, kerusakan sel karena reaksi transfusi atau katup jantung buatan, atau bentuk hemoglobin yang tidak normal seperti yang ditemukan pada anemia sel sabit (Oz, 2010).

(22)

6

tersebut berikatan dengan karbon dioksida akan berubah warna menjadi keunguan (Sherwood, 2012).

Hemoglobin merupakan molekul yang memiliki dua bagian utama yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat. Sedangkan gugus heme merupakan empat gugus nonprotein yang mengandung besi dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida pada globin. Masing-masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul oksigen, oleh karena itu setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain itu hemoglobin juga mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam karbonat terionosasi yang dihasilkan dari tingkat jaringan dari karbon dioksida. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH darah tetap normal (Sherwood, 2012).

2.1.2 Pembentukan Hemoglobin

(23)

7

Hemoglobin diberi nama berdasarkan struktur rantai proteinnya, sebagai contoh hemoglobin yang yang mengalami mutasi dan menyebabkan anemia sel sabit (Hb S) memiliki struktur globin yang berbeda dengan hemoglobin normal pada orang dewasa (Hb A). Hemoglobin normal orang dewasa (Hb A) terdiri dari 2 rantai alpha-globulin dan 2 rantai, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF.

Gambar 2.1 Struktur Heme

(Sumber : Behrman, 2010, hal 508)

Heme dari molekul hemoglobin mengandung zat besi, yang terdapat di dalam tubuh sebagian besar terdapat di dalam hemoglobin, mioglobin dan protein otot. Hal ini dikarenakan zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan hemoglobin. Pusat molekul hemoglobin terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi. Porfirin yang mengandung besi inilah yang disebut heme. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen (Sherwood, 2012).

(24)

8

1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensiil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang. Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk ke dalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi (Lyza, 2010).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

(25)

9

nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Lyza, 2010).

3. Pola makan

Untuk menjaga kadar hemoglobin normal, diperlukan asupan yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi. Zat besi merupakan elemen utama dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi terdapat pada makanan baik yang bersumber dari hewan maupun tumbuhan. Beberapa jenis makanan memiliki kandungan zat besi yang tinggi, seperti bayam merah, beras merah, hati sapi, kacang hijau, kacang merah, kedelai, kerang, oncom, telur bebek, tempe, ikan salmon dan ikan tuna. Sumber makanan tersebut mengandung 4 mg zat besi per 100 gram. Selain zat besi, vitamin B12 juga merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan hemoglobin (Sherwood, 2012).

4. Usia

(26)

10

untuk pertumbuhannya. Penambahan usia juga mempengaruhi terhadap perubahan degeneratif fungsi tubuh, sehingga adanya polutan yang masuk ke dalam tubuh lebih sulit untuk mentoleransinya (Sacher dkk, dalam Adiwijayanti, 2015).

5. Jenis kelamin

Dalam keadaan normal, laki-laki memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi fisiologis dan metabolisme laki-laki yang lebih aktif daripada perempuan. Kadar hemoglobin perempuan lebih mudah turun, karena mengalami siklus menstruasi yang rutin setiap bulannya. Ketika perempuan mengalami menstruasi banyak terjadi kehilangan zat besi, oleh karena itu kebutuhan zat besi pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki (Estridge dkk, dalam Adiwijayanti, 2015).

6. Logam berat

(27)

11

50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 μg/dL (Lauwerys dan Perrine, dalam Adiwijayanti,

2015) 7. Genetik

Beberapa orang memiliki jenis hemoglobin yang berbeda dengan hemoglobin orang normal. Perbedaan ini menyebabkan munculnya gangguan kesehatan yang dibawa dari genetik atau keturunan, contohnya anemia sel sabit. Anemia sel sabit merupakan penyakit keturunan dimana terdapat molekul hemoglobin yang abnormal karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi bentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran darah (Sloane, dalam Adiwijayanti, 2015). 8. Lama kerja

(28)

12

9. Kebiasaan merokok

Terdapat beberapa teori yang membahas tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin. Merokok dapat menyebabkan rusaknya sel silia pada saluran pernapasan yang menyaring zat-zat yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Merokok dapat merusak mekanisme tersebut dan menyebabkan aliran udara terhambat, alveoli rusak dan kapasitas paru-paru menurun, merokok dapat mengiritasi sel mukus dan menyebabkan peningkatan mukus. Mukus yang berkumpul menyebabkan infeksi dan kerusakan pada paru. Kerusakan pada paru dapat mengakibatkan semakin banyak jumlah zat kimia yang terdapat dalam rokok seperti logam berat masuk ke dalam tubuh sehingga berpengaruh pula pada penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Logam berat yang terdapat di dalam rokok dapat menganggu pembentukan hemoglobin, seperti timbal, boron, kadmium, selenium, arsenik dan antimoni. Menurut Suriyaprom (dalam Adiwijayanti, 2015), merokok merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kadar hemoglobin. Rokok mengandung banyak zat beracun dan komponen yang menyebabkan kanker dan berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin, nitrogen oksida, karbonmonoksida, hidrogen sianida dan radikal.

2.1.5 Fungsi Hemoglobin

(29)

13

membentuk ikatan antara hemoglobin dengan oksigen dapat dituliskan sebagai berikut :

Hb + O2 HbO2

Hemoglobin yang belum mengikat oksigen disebut sebagai deoksihemoglobin atau deoksi Hb dan umumnya dapat ditulis sebagai Hb. Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut sebagai oksihemoglobin atau HbO2 seperti pada persamaan reaksi tersebut. Reaksi ini dapat berlangsung dalam 2 arah, yaitu reaksi yang berlangsung dalam arah ke kanan, yang merupakan reaksi penggabungan atau asosiasi terjadi di dalam alveolus paru-paru, tempat berlangsungnya pertukaran udara antara tubuh dengan lingkungan. Sebaliknya reaksi yang berjalan dalam arah yang berlawanan, dari kanan ke kiri, yang merupakan suatu reaksi penguraian atau disosiasi, terutama terjadi di dalam berbagai jaringan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya di jaringan untuk diserahkan dan digunakan oleh sel-sel darah (Sadikin 2014).

2.1.6 Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin dalam tubuh harus pada nilai normal, kadar hemoglobin yang di bawah normal merupakan sindrom dari penyakit anemia. Sindrom ini muncul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.

Beberapa dampak akut dari kekurangan hemoglobin antara lain (Handayani dan Haribowo, 2008):

(30)

14

di bawa hemoglobin terutama saat tubuh memerlukan energi yang banyak.

2. Mata berkunang-kunang, merupakan respon dari saraf pusat akibat kurangnya oksigen ke otak dan mengganggu pengaturan saraf mata.

3. Napas cepat atau sesak napas, merupakan respon dari sistem kardiovaskular. Jika hemoglobin kurang, maka kebutuhan oksigen untuk otot jantung juga berkurang dan kompensasinya menaikkan frekuensi nafas.

4. Pucat, merupakan respon dari jaringan epitel, hemoglobin yang mewarnai sel darah menjadi merah akan tampak pucat karena kekurangan yang ekstrim.

Selain akibat akut yang ditimbulkan akibat kekurangan hemoglobin, terdapat dampak kesehatan yang lebih berbahaya jika tidak dilakukan upaya meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia. Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. (Handayani dan Haribowo, 2008).

(31)

15

tubuh lainnya, seperti saraf, ginjal dan hati. Pada sistem saraf, akibat kekurangan hemoglobin secara langsung menyebabkan penurunan hemoprotein seperti sitokrom. Kekurangan sitokrom menyebabakan lemahnya aktifitas sel saraf dan menghambat perkembangan sel saraf. Pada sistem eksresi yaitu ginjal, kekurangan hemoglobin dapat menurunkan proses penyerapan vitamin D yang dapat mengganggu regulasi mineral seperti kalsium yang berujung pada terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi. Gangguan akibat kekurangan kadar hemoglobin pada hati langsung berdampak pada menurunnya produksi heme yang berperan dalam proses detoksifikasi di hati (Sherwood, 2012).

2.2 Kadar Hemoglobin

2.2.1 Definisi Kadar Hemoglobin

(32)

16

2.2.2 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)

Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Lyza, 2010).

Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih hasilnya dapat diandalkan.

(33)

17

hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya.

Metode lain adalah menggunakan Hematology analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa darah. Untuk beberapa rumah sakit sudah menggunakan alat ABX Micros 60 yang merupakan peralatan otomatis yang digunakan untuk peneriksaan haematologi lengkap (DL). Alat ini dapat membantu mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll. Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel–sel yang di lewatkan. Pemeriksaan hematologi rutin seperti meliputi pemeriksaan hemoglobin, hitung sel leukosit, dan hitung jumlah sel trombosit.

Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer. Flow cytometri adalah metode pengukuran (=metri) jumlah dan sifat-sifatsel (=cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (=flow) melalui celah sempit ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat satu persatu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel dan ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intra seluler termasuk inti sel.

(34)

18

masing-masing arus listrik berjalan secara continue maka akan terjadi peningkatan resistensi listrik (impedansi) pada kedua elektroda sesuai dengan volume sel (ukuransel) yang melewati impulst/voltage yang dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan dianalisa oleh elektonik system lalu hemoglobin diukur dengan melisiskan Red Blood Cels (REC) dengan sys. LYSE membentuk methemoglobin, cyan methemoglobin dan diukur secara spektro fotometri pada panjang gelombang 550 nm pada chamber. Hasil yang didapat diprintout pada printer berupa nilai lain grafik sel.

Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam suatu aliran melewati celah dimana berkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area). Apabila cahaya tersebut mengenai sel, diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan menangkap berkas-berkas sinar sesudah melewati sel itu. Alat ini memakai prinsip ini lazim disebut flow cytometri.

Keuntungan dari Hematologi analyzer

1. Efisiensi waktu : lebih cepat dalam pemeriksaan hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit dibandingkan dilakukan secara manual.

2. Sampel :pemeriksaan hematologi rutin secara manual misalnya, sampel yang dibutuhkan lebih banyak membutuhkan sampel darah (whole Blood). Manual prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan leukosit membutuhkan sampel darah 10 mikro, juga belum pemeriksaan lainnya. Namun pemeriksaan hematology analyzer ini hanya menggunakan sampel sedikit saja.

(35)

19

oleh intern laboratorium tersebut., baik di institusi RumahSakit ataupun Laboratorium Klinik.

Kerugian Hematologi analyzer adalah tidak dapat menghitung sel abnormal. Pemeriksaan oleh hematologi autoanalyzer ini tidak selamanya mulus namun pada kenyataannya alat ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti dalam hal menghitung sel-sel abnormal, seperti dalam pemeriksaan hitung jumlah sel, bias saja nilai dari hasil hitung leukosit atau trombosit bisa saja rendah karena ada beberapa sel yang tidak terhitung dikarenakan sel tersebut memiliki bentuk yang abnormal.

Prosedur pemeriksaan metode Hematologi analyzer 1. Menyalakan alat ;

a. Tekan tombol power ON/OFF pada bagian kiri belakang alat. b. Alat akan menampilkan start up, tekan YES

c. Lakukan pencucian alat terlebih dahulu dengan menekan menu SERVIS-Concentrate Cleaning-YES

2. Running control atau specimen pasien

a. Tekan tombol ‘’ID’’ untuk mulai melakukan pemeriksaan setelah melakukan pencucian alat.

b. Siapkan control atau specimen pasien yang siap diperiksa yang telah dihomogenisasi.

c. Isi ID pasien secara lengkap dan tekan YES

d. Masukkan sampel setelah jarum penghisap sampel keluar ke bawah dengan menekan tombol belakang jarum penghisap sampel.

(36)

20

3. Mematikan alat

a. Pastikan terlebih dahulu bahwa alat telah dicuci sebelumnya b. Tekan tombol menu untuk mematikan alat.

c. Matikan alat dengan menekan tombol power ON/OFF di belakang kiri alat (SOP RSIA Muslimat, 10 Januari 2016).

Pada penelitian ini menggunakan Hematologi analyzer di laboratorium RSIA Muslimat Jombang.

2.3 Konsep Mie Instan 2.3.1 Definisi Mi instan

Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau slap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mi instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan remaja sebagai makanan populer. Selain dikenal karena praktis, mi instan juga dikenal karena kandungan karbohidrat, protein tepung (gluten), dan lemak, baik yang dari mienya sendiri maupun minyak sayur dalam sachet (Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010).

(37)

21

basah, mi kering dan mi instan. Beberapa mie tersebut mempunyai sifat berbeda tergantung dari proses pembuatan dan bahan tambahan yang digunakan (Astawan, 2008).

Standar Nasional (SNI) nomor 3351-1994, mi instan didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan slap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Mi instan umumnya dikenal sebagai ramen. Mi ini dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah diperoleh mie segar. Tahap-tahap tersebut adalah pengukusan, pembentukan, dan pengeringan. Kadar air mi instan umumnya mencapai 5 - 8 % sehingga memiliki daya simpan yang lama.

Proses pengeringan, mi dibedakan menjadi dua yaitu mi instan dan mi kering. Pengeringan mi instan dengan mengunakan minyak goreng sebagai median Pengeringan (instant atau fried noodle). Sedangkan mi kering pengeringannya dengan mengunakan udara panas (dried noodle). Mi instan mampu menyerap minyak hingga 20% selama penggorengan. Sehingga mi instan memiliki keunggulan rasa dibanding mi jenis lain. Namun demikian, mi instan disyaratkan agar pada saat perebusan tidak ada minyak yang terlepas ke dalam air dan hasilnya mi harus cukup kompak dan permukaannya tidak lengket.

2.3.2. Bahan Pembuatan Mi instan 1. Bahan Utama

(38)

22

digiling. Keistimewaan terigu di antara serelia lainnya adalah kemampuannya membentuk gluten pada saat terigu dibasahi dengan air. Sifat elastis gluten pada adonan mi menyebabkan mi yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adaiah terigu yang memiliki kadar air 14 %, kadar protein 8-12 %, kadar abu 0,25-0,60 %, dan gluten basah 24-36 %.

Kandungan proteinnya (gluten), terdapat 3 jenis terigu yang ada di pasaran, yaitu sebagai berikut:

a. Terigu hard flour

Terigu jenis ini mempunyai kadar protein 12-13 %. Jenis tepung ini banyak digunakan untuk membuat mi dan roti. Contohnya adalah terigu cap cakra kembar.

b. Terigu medium hard flour

Jenis tepung ini mengandung protein 9,5-11 %. Tepung ini banyak digunakan untuk campuran pembuatan mi, roti, dan kue. Contohnya adalah terigu cap segitiga biru.

c. Terigu soft flour

Jenis terigu ini mengandung protein 7-8,5 %. Jenis tepung ini hanya cocok untuk membuat kue contohnya adaiah terigu cap kunci (Suyanti, 2008).

(39)

23

2. Bahan Tambahan

a. Tapioka

Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstraksi ubi kayu melalui proses pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan pati, dan pengeringan. Proporsi penggunaan terigu untuk industri pengolahan mie di Indonesia relatif besar. Oleh sebab itu, pemanfaatan tepung tapioka sebagai pensubstitusi (mengurangi penggunaan) terigu dalam pembuatan mie diharapkan dapat memberi keuntungan yang cukup besar. Tepung tapioka bisa digunakan sebagai bahan alternatif agar mie tetap kenyal. Harga tepung tapioka lebih murah dibandingkan dengan tepung terigu. Selain sebagai bahan pembuat mie, tepung tapioka dapat digunakan sebagai "dusting", yang berguna agar mie tidak lengket saat dicetak. b. Air

Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karhohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6-9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak air yang diserap, mi menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang balk.

c. Garam

(40)

24

amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.

d. Minyak Goreng

Minyak dapat digunakan sebagai medium penggorengan bahan. Dalam penggorengan, minyak berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih dan kalori dalam bahan. Minyak yang telah rusak mengakibatkan kerusakan nilai gizi, tetapi juga merusak tekstur, flavor dari bahan yang digoreng. Kerusakan minyak selama penggorengan akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak. Hasil oksidasi lemak dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak, tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam lemak essensial dalam lemak

Jadi bahan-bahan penting yang digunakan dalam proses pembuatan mi instan adalah tepung terigu, garam (1,5 – 2,0% dari

berat tepung terigu) dan air alkali. Garam biasanya merupakan campuran yang seimbang dari sodium karbonat dan potasium karbonat sering digunakan. Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mi, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mi serta mengikat air.

2.3.3. Kandungan Mi instan

(41)

25

dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energi yang disumbangkan dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Hal lain yang terkadang kurang disadari adalah kandungan minyak dalam mi instan yang dapat mencapai 30 persen bobot kering. Hal ini perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau orang yang sedang dalam program penurunan berat badan.

Mi instan yang termasuk dalam makanan siap saji merupakan jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, dan diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Namun, mi instan belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit. Pemenuhan kebutuhan gizi mi instan dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein (Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010).

(42)

26

Lebih lanjut dijelaskan oleh Muchtadi (2014), bahwa salah satu fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai pembentuk senyawa tubuh esensial. Hormon yang diproduksi dalam tubuh seperti insulin, epinefrin dan tiroksin, pada dasarnya adalah protein. Hemoglobin, suati pigmen dalam darah, berfungsi untuk memberi warna merah pada darah dan mempunyai kapasitas untuk membawa baik oksigen maupun karbondioksida, adalah juga protein (Muchtadi, 2014).

Berdasarkan penelitian Denistikasari (2016), terdapat hubungan antara asupan protein dengan kejadian anemia pada siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa asupan protein memiliki peranan penting dengan kejadian anemia pada siswi. Jika asupan protein cukup maka kadar hemoglobin siswi baik maka tidak mengalami anemia. Apabila asupan kurang dapat terjadi anemia karena kadar hemoglobin kurang dari normal sehingga terjadi anemia (Denistikasari, 2016)

(43)

27

lama pembentukan sel darah merah dapat terganggu dan ini yang menyebabkan timbul gejala anemia (Masthalina, 2015).

Jadi rendahnya komposisi protein yang terdapat pada mi instan dapat berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Adapun kelemahan dari konsumsi mi instan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mi instan berasal dari garam (NaCI) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang ini yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1,05 persen dari bobot total mi per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita penyakit maag dan penderita hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan natrium tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Bagi penderita hipertensi, natrium akan makin meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan.

Mie instan dapat memicu penyakit seperti hipertensi, sehingga perlu dibatasi, cukup seminggu sekali atau dua minggu sekali, bahkan sebulan sekali (Yuli, 2015). Kelemahan lain mi instan adalah tidak dapat dikonsumsi oleh penderita autisme. Hal ini disebabkan mi instan mengandung gluten, substansi yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh penderita autisme. C

2.4. Hasil Penelitian terkait Gizi dengan Kadar Hemoglobin

(44)

28

dapat dilihat bahwa 58 orang (92,1%) yang memiliki praktek gizi seimbang baik memiliki kadar hemoglobin normal, sedangkan 5 orang yang memiliki praktek gizi seimbang baik memiliki kadar hemoglobin yang tidak normal. Berdasarkan hasil uji Fischer Exact terlihat nilai p sebesar 0,586 (>0,05), hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek gizi seimbang dengan kadar hemoglobin mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Penelitian Nurnia (2013), menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan sumber zat besi heme (p=0,008) dan frekuensi konsumsi makanan sumber pelancar absorbsi zat besi (p=0,024) dengan status hemoglobin anak sekolah dasar, tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan sumber zat besi nonheme (p=0,232) dan frekuensi konsumsi makanan penghambat absorbsi zat besi (p=0,466) dengan status hemoglobin anak sekolah dasar di wilayah pesisir kota Makassar tahun 2013.

Hasil penelitian Yuliati (2015), Hasil penelitian menunjukkan 91,4% responden mendapatkan konsumsi protein rendah dan seluruh responden (100%) mendapat konsumsi protein rendah, ada hubungan antara konsumsi protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin para mahasiswa UNY yang menjadi responden dengan taraf kepercayaan 95%.

(45)

29

(46)

30

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mie Instan, Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang tahun 2016-2017

(47)

31

Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mi instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan remaja sebagai makanan populer. Selain dikenal karena praktis, mi instan juga dikenal karena kandungan karbohidrat, protein tepung (gluten), dan lemak, baik yang dari mienya sendiri maupun minyak sayur dalam sachet (Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010).

Satu takaran saji mi instan yang berjumlah 80 gram mampu menyumbangkan energi sebesar 400 kkal, yaitu sekitar 20 persen dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energi yang disumbangkan dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Hal lain yang terkadang kurang disadari adalah kandungan minyak dalam mi instan yang dapat mencapai 30 persen bobot kering. Hal ini perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau orang yang sedang dalam program penurunan berat badan.

Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit (Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010). Protein harus dalam jumlah yang mencukupi agar sintesis hemoglobin berjalan dengan baik karena protein memiliki peran yang penting pada absorbsi dan transportasi besi. Protein berperan dalam proses pembentukan hemoglobin, ketika tubuh kekurangan protein dalam jangka waktu lama pembentukan sel darah merah dapat terganggu dan ini yang menyebabkan timbul gejala anemia.

(48)

32

menguntungkan bagi penderita penyakit maag dan penderita hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan natrium tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Bagi penderita hipertensi, natrium akan makin meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan.

(49)

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.1.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai pembuatan proposal penelitian sampai dengan ujian akhir yaitu bulan April sampai dengan Juli 2017. 4.1.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di program analis kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

4.2 Disain Penelitian

Disain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono (2014) metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggambarkan kadar hemoglobin mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang angkatan tahun 2015 yang mengkonsumsi mie instan menggunakan metodehematology analyzer ABX Micros 60.

4.3 Populasi/Sampel/Sampling 4.3.1 Populasi

(50)

34

Medika Jombang angkatan tahun 2015 kelompok A yang mengkonsumsi mie instan sejumlah 45 mahasiswa.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian ditetapkan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dan suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2016).

Kriteria Inklusi meliputi :

a. Mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang angkatan tahun 2015 kelompok A

b. Mengkonsumsi mie instan minimal 3 bungkus dalam satu minggu

d. Hadir di kampus saat pengambilan data penelitian. c. Bersedia menjadi Responden

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai penyebab (Nursalam, 2016). Kriteria Eksklusi meliputi :

a. Mahasiswa yang tidak hadir saat penelitian.

4.3.3 Sampling

(51)

35

ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Nursalam, 2016). Adapun ciri-ciri yang diterapkan sebagaimana kriteria inklusi dan eksklusi 4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kernungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain (Suryabrata, 2010).

Tabel 4.1. Definisi Operasional Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan

Variabel Definisi

Operasional Parameter Alat Ukur Skor/ Kriteria Kadar

(52)

36

Langkah-langkah penelitian atau prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin ke Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang untuk pengambilan data penelitian.

b. Setelah itu peneliti mengadakan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini.

c. Setelah responden menyatakan kesediaannya, kemudian peneliti mengambil sampel darah responden untuk dihitung kadar hemoglobinnya dengan prosedur sebagai berikut :

1) Cara pengambilan darah vena

a) Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena cubiti. b) Membendung lengan bagian atas dengan toumiquet

supaya vena terlihat dengan jelas.

c) Membersihkan lokasi yang akan diambil dengan alkohol 70% dan dibiarkan supaya kering kembali.

d) Menusukkan jarum dengan posisi lubang jarum di atas sampai masuk kedalam vena.

(53)

37

f) Melepaskan pembendung serta meletakkan kapas di atas jarum dengan spuit dicabut perlahan-lahan.

g) Selanjutnya menusukkan jarum pada tabung vacum, maka secara otomatis darah akan terhisap sendiri kedalam tabung vacum (Hidayat, 2008).

2) Cara Pemeriksaan Hemoglobin dengan Cara Hematolagy Analizer;

a) Menyiapkan alat dan bahan

b) Menyalakan alat dengan menekan power ON/OFF pada bagian kiri belakang alat

c) Alat akan menampilkan start up, kemudian menekan YES d) Melakukan pencucian alat terlebih dahulu dengan cara

menekan menu Servis-Concentrate Cleaning-Yes e) Melakukan Back Flush

f) Menekan tombol lD untuk memulai melakukan pemeriksaan setelah melakukan pencucian alat

g) Menyiapkan kontrol atau spesimen pasien yang siap diperiksa yang sebelumnya telah dilakukan homogenisasi . h) Mengisi lD pasien secara lengkap dan menekan YES

i) Memasukkan kontrol atau spesimen pasien setelah jarum penghisap sampel keluar ke bawah dengan menekan tombol belakang jarum penghisap sampel

j) Menunggu sampai hasil keluar pada layar dan hasil tercetak dari alat.

k) Setelah selesai melakukan pemeriksaan, memastikan bahwa alat telah dicuci.

(54)

38

m) Mematikan alat dengan cara menekan tombol powerON/OFF (SOP RSIA Muslimat, 10 Januari 2016). d. Data yang sudah terkumpul dianalisis sesuai dengan tujuan

penelitian.

4.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 4.6.1 Teknik Pengolahan Data

Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2014). b. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2014). Kode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Nomor responden Responden 1  Kode 1 Responden 2  Kode 2 Responden n  Kode n

2) Jumlah konsumsi mie instan < 2 bungkus perminggu  Kode 1 2-4 perminggu  Kode 2

> 4 perminggu  Kode 3 c. Tabulating

(55)

39

2012). Dalam penelitian ini penyajian data dalam bentuk tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristiknya dan tujuan penelitian.

d. Analisis Data

Setelah data terkumpul sehingga perlu dicek kembali kelengkapan identitas responden, kelengkapan data (isi instrumen) dan mengecek macam isi data kemudian dilakukan tabulasi data variabel penelitian, maka dilanjutkan dengan analisis data.

4.6.2 Teknik Analisis Data

Analis data menggunakan pendekatan deskriptif untuk menghitung persentase. Berdasarkan pendapat Arikunto (2010:251) rumus menghitung persentase sebagai berikut:

𝑃= 𝐹

𝑁 𝑥 100%

Keterangan:

P = angka persentase F = frekuensi yang diukur N = Jumlah seluruh responden

Hasil kemudian diinterpretasi sebagai berikut : 0 % : Tidak ada

(56)

40

4.7 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian (Hidayat, 2012). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah :

.

Gambar 4.1 Kerangka Kerja gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan

Seluruh mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia MedikaJombang Program

studi Analisis Kesehatan Angkatan tahun 2015 kelompok A sejumlah

45 mahasiswa

Identifikasi Masalah

Analisis data :

Uji Kadar Hemoglobin menggunakan

Hematologi

analyzer ABX Micros 60

 dihitung

persentasenya

Teknik sampling : Purposive

Sampling

Sampel : 33mahasiswa

(57)

41

4.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity)

3. Rahasia (confidentiality), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2016).

4.9 Keterbatasan Penelitian

Kendala atau keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan saat pengambilan sampel penelitian, karena tidak dapat dilakukan secara bersamaan, sehingga setelah dapat sampel darah harus segera dibawa ke Laboratorium RSIA Muslimat untuk diperiksa kadar hemoglobinnya.

(58)

42

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Program studi D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang adalah salah satu Program Studi yang ada di STIKes ICME Jombang. Program studi ini terletak di kampus C STIKes ICME Jombang di Jalan Kemuning 57 A Candimulyo Jombang. Kampus C ini terletak di lingkungan penduduk yang dekat dengan kota Jombang sehingga akses menuju kampus cukup mudah. Program D3 Analis Kesehatan memiliki 4 laboratorium diantaranya laboratorium hematologi, laboratorium kimia klinik, laboratorium mikrobiologi dan laboratorium kimia.

Laboratorium mikrobiologi merupakan salah satu fasilitas yang dimiliki program D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang sebagai sarana penunjang pembelajaran dalam praktikum. Ruangan laboratorium mikrobiologi dan parasitologi dilengkapi AC sehingga suhu suangan tidak terlalu mempengaruhi sampel, selain itu peralatan dan reagen yang ada cukup baik dan memadai sehingga pembelajaran pemeriksaan di laboratorium ini dapat sesuai dengan standart laboratorium di lapangan.

5.2. Hasil Penelitian

(59)

43

Pengambilan data dilakukan di kampus C Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika (STIKes ICME) Jombang, pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan Laboratorium RSIA Muslimat Jombang. Hasil penelitian sebagai berikut :

5.2.1. Data Umum

1 Karakter Responden berdasarkan usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi tiga kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017

No. Usia Frekuensi (f) Persentase (%)

1. 20 17 51,5

2. 21 15 45,5

3. 22 1 3,0

Jumlah 33 100

Sumber Data : Data Primer Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 20 tahun yaitu sebanyak 17 orang (51,5%), 2 Karakter Responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi dua kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017

No. Jenis Kelamin Frekuensi

(f) Persentase (%)

1. Laki-laki 12 36,4

2. Perempuan 21 63,6

Jumlah 33 100

Sumber Data : Data Primer Tahun 2017

(60)

44

3 Karakter Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu

Karakteristik responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu dibagi menjadi empat kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017

Sumber Data : Data Primer Tahun 2017

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu rata-rata 3 bungkus yaitu sebanyak 11 orang (33,3%).

4 Karakter Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi Instan

Karakteristik responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi Instan dibagi menjadi empat kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017

No. Waktu

(61)

45

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi instan di pagi hari atau sarapan yaitu sebanyak 16 orang (48,5%).

5 Karakter Responden berdasarkan Tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan

Karakteristik responden berdasarkan Tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan dibagi menjadi dua kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017

No. Tambahan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Tidak pakai 14 42,4

2 Pakai 19 57,6

Jumlah 33 100

Sumber Data : Data Primer Tahun 2017

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi mi instan menggunakan tambahan yaitu sebanyak 19 orang (57,6%).

6 Karakter Responden berdasarkan Jenis tambahan

Karakteristik responden berdasarkan Jenis tambahan dibagi menjadi tiga kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.6. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis

tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017

No. Jenis tambahan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Telur 11 57,9

2 Sayuran 5 26,3

3 Nasi 3 15,8

Jumlah 19 100

(62)

46

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian responden mengkonsumsi mi instan menggunakan tambahan telur yaitu sebanyak 11 orang (57,9%).

5.2.2. Data Khusus

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kadar Hemoglobin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017

No. Jenis

Sumber Data : Data Primer Tahun 2017

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin dalam kategori anemia yaitu sebanyak 19 orang (57,6%), dengan perincian sebagian besar yaitu pada perempuan yaitu sebanyak 11 orang (57,9%) dan laki-laki sebanyak 8 orang (42,1%). Kadar hemoglobin terendah adalah 9,5 g/dL dan tertinggi adalah 15,5 g/dL dengan rerata sebesar 11,87 g/dL.

5.3. Pembahasan

(63)

47

adalah 9,5 g/dL dan tertinggi adalah 15,5 g/dL dengan rerata sebesar 11,87 g/dL. Kadar Hemoglobin normal pada umumnya berbeda pada laki-laki kurang dari 13,5 gram/100ml sedangkan pada perempuan kurang dari 11,5 gram/100ml (Kiswari,2014).

Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida. Hemoglobin memberikan pigmen alami pada sel darah merah. Zat besi yang terdapat di hemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen akan tampak kemerahan. Sedangkan jika zat besi tersebut berikatan dengan karbon dioksida akan berubah warna menjadi keunguan (Sherwood, 2012). Lebih lanjut dijelaskan bahwa hemoglobin merupakan molekul yang memiliki dua bagian utama yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat. Sedangkan gugus heme merupakan empat gugus nonprotein yang mengandung besi dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida pada globin. Masing-masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul oksigen, oleh karena itu setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain itu hemoglobin juga mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam karbonat terionosasi yang dihasilkan dari tingkat jaringan dari karbon dioksida. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH darah tetap normal (Sherwood, 2012).

(64)

48

Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengalami anemia adalah perempuan, hal ini dapat terjadi karena perempuan memiliki siklus menstruasi. Pola menstruasi antara siklus menstruasi dengan kejadian anemia, pada umumnya wanita mengeluarkan darah 30–40 ml setiap siklus menstruasi antara 21-35 hari dengan lama menstruasi 3 hari–7 hari. Banyaknya darah yang dikeluarkan oleh tubuh berpengaruh pada kejadian anemia, karena wanita tidak mempunyai simpanan zat besi yang terlalu banyak dan absorpsi zat besi yang rendah kedalam tubuh sehingga, tidak dapat menggantikan zat besi yang hilang selama menstruasi (Prastika, 2011).

Kehilangan darah saat menstruasi adalah sekitar 30 ml/hari yang sama dengan kebutuhan tambahan 0,5 mg zat besi/hari. Kehilangan darah setiap hari ini dihitung dari kandungan zat besi yang hilang saat menstruasi selama periode satu bulan. Seorang wanita akan kehilangan 80 ml darah yang setara dengan 1 mg zat besi/hari. Wanita yang tidak mampu mempertahankan keseimbangan zat besi yang positif akan kehilangan zat besi saat terjadi menstruasi sebanyak 30 ml (Maryana, 2012).

Pada penelitian ini peneliti tidak mengungkap apakah saat saat pengambilan data penelitian responden sedang menstruasi atau tidak. Kelemahan penelitian ini hendaknya ditindak lanjuti oleh peneliti selanjutnya dengan menyertakan data tentang menstruasi pada responden perempuan.

(65)

49

mahasiswa mengkonsumsi mi instan 2 hari sekali, sedangkan jika diperhatikan berdasarkan waktu mengkonsumsi mi instan pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi instan di pagi hari atau sarapan yaitu sebanyak 16 orang (48,5%). Berdasarkan data tabel 5.5 diketahui bahwa besar responden mengkonsumsi mi instan menggunakan tambahan yaitu sebanyak 19 orang (57,6%), dan tambahan yang paling favorit adalah menggunakan telur yaitu sebanyak 11 orang (33,3%).

Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mi instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan remaja sebagai makanan populer. Selain dikenal karena praktis, mi instan juga dikenal karena kandungan karbohidrat, protein tepung (gluten), dan lemak, baik yang dari mienya sendiri maupun minyak sayur dalam sachet (Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010).

Jika diperhatikan kuesioner yang disebar peneliti sebanyak 45 buah, dan terjaring 33 responden yang mengkonsumsi minimal 3 bungkus perbulan artinya terdapat 73% mahasiswa yang mengkonsumsi mi instan minimal 3 bungkus perminggu. Tingginya prosentase mahasiswa yang mengkonsumsi mi instan disebabkan karena aktivitas kegiatan perkuliahan biasanya dimulai pagi hari, sehingga untuk sarapan lebih mudah dan praktis dengan mengkonsumsi mi instan. Berdasarkan data yang dihimpun juga diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa mengkonsumsinya di pagi hari.

Gambar

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Struktur Heme
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mie Instan, Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang tahun 2016-2017
Tabel 4.1. Definisi Operasional Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa yang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali terkait dengan minat mahasiswa untuk melanjutkan ke jenjang profesi Ners dilihat

Ada hubungan yang bermakna antara motivasi menjadi bidan dengan prestasi belajar Askeb I Ibu hamil pada mahasiswa semester II Prodi DIII Kebidanan di STIKes ICMe

Diharapkan penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan kadar trigliserida katagori normal tetap mempertahankan kadar trigliserida dan tetap secara rutin memeriksakan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara empati dengan perilaku altruisme pada mahasiswa di program studi S1 keperawatan semester 8 STIKes

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada

Penelitian ini dilakukan di Desa Temuwulan Kecamatan Perak Kabupaten Jombang, sedangkan untuk analisis kadar hemoglobin dilakukan di laboratorium RSIA Muslimat Jombang

Setelah mendapatkan keterangan serta mengetahui manfaat dan penelitian yang berjudul Hubungan Hubungan Sikap Mahasiswa dengan Tingkat Stress dalam Penyusunan Skripsi pada

di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang. Tabel 5.14 Tabulasi Silang Berdasarkan Seringnya Hemodialisa Selama Seminggu dengan Kadar Hemoglobin Sesudah Hemodialisa.. 5) Hasil