• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM,

PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Umi Mahmudah

NIM: 11113040

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM,

PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Umi Mahmudah

NIM: 11113040

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)

iv

Saudara : Umi Mahmudah

Kepada:

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan melakukan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Umi Mahmudah

NIM : 11113040

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam

Judul : PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH

KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716

SKRIPSI

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA SISWA KELAS VII, VIII, DAN IX MTS NEGERI SALATIGA

TAHUN 2017 Disusun Oleh: Umi Mahmudah

NIM: 11113040

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal ... dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji:

Sekretaris :

Penguji I :

Penguji II :

Salatiga,

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Suwardi, M.Pd.

(6)

vi DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Umi Mahmudah

NIM : 11113040

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini boleh diupload di perpustakaan IAIN Salatiga.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 27 September 2017

Yang menyatakan

Umi Mahmudah

(7)

vii MOTTO

Lelahnya orang yang menuntut ilmu selalu akan membuahkan hasil. Jikalau kamu merasa jenuh, berhentilah sejenak kemudian berlari untuk mewujudkan

kehidupan yang lebih baik.

(Zahra asy-Syauqillah)

PERSEMBAHAN

Segala Puji hanyalah milik Allah SWT. dan panutan terbaik hanyalah kepada

baginda Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya

dengan sepenuh hati. Mensupport do‟a, semangat dan materi, sehingga

dalam perjalanan panjang ini, penulis bisa menyelesaikan skripsi.

2. K. Abdul Nashir Asy‟ari dan Ibu Nyai Siti Aminah yang selalu

kuharapkan do‟a-do‟a dan berkah ilmunya.

3. Kakakku tersayang, Noura Hied Assalam yang selalu kuharapkan

(8)

viii

4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bp. Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. yang

dengan ketulusan dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan dan

arahan guna terselesaikannya skripsi ini.

5. Muhamad Sidik Afandi, sebagai calon imam yang terus menyemangati

agar skripsi ini segera terselesaikan.

6. Kajur Jurusan PAI, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

7. Sahabat terbaik Aprina Wardani, dan seluruh sahabat-sahabat PAI IAIN

Salatiga angkatan masuk 2013

8. Teman-teman seperjuangan di Pondok Putri Masyithoh Tingkir Lor, yang

selalu bersama-sama dalam suka duka.

9. Keluarga besar TAZKIA dan JQH Al-Furqan IAIN Salatiga yang telah

menjadi inspirasi terbaik dalam segala hal, yang tidak penulis dapatkan

dalam bangku-bangku kuliah. Darinya, penulis belajar keikhlasan,

optimisme, loyalitas dan kebersamaan untuk berbagi dengan indah.

10.IPNU IPPNU PAC Pabelan, yang telah mengenalkanku untuk belajar

berorganisasi, dan selalu berjuang untuk kemanfaatan banyak orang.

11.Semua pembaca yang haus akan ilmu pengetahuan.

Salatiga, 28 Agustus 2017

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahi robbil „aalamiin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Problematika

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, pada Siswa MTs Negeri Salatiga Tahun

2017.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi

Agung Muhammad saw. yang senantiasa dirindukan syafaatnya. Penulis

menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

banyak orang. Untuk itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati,M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing

skripsi.

5. Bapak, Ibu dan semua pihak yang telah membantu, sehingga skripsi ini

(10)

x

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyususan skripsi ini masih

banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Demikian semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peningkatan kualitas pendidikan.

Salatiga, 28 Agustus 2017

(11)

xi

ABSTRAK

Mahmudah, Umi. 2017. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, pada Siswa MTs Negeri Salatiga Tahun 2017. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata Kunci : Pembelajaran SKI, Problematika, Solusi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problematika pembelajaran SKI pada siswa MTs Negeri Salatiga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengatasi problematika pembelajaran SKI.

Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitan lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini, berupa sumber data primer, meliputi hasil wawancara waka kurikulum madrasah, hasil wawancara guru SKI, dan hasil wawancara siswa; dan sumber sekunder meliputi dokumen RPP guru SKI, profil madrasah dan foto-foto kegiatan pembelajaran. Adapun metode yang digunakan selama penelitian adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

(13)

xiii

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Tinjauan Umum Pembelajaran ... 10

1. Pembelajaran Belajar ... 10

2. Proses Pembelajaran ... 10

3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran ... 13

4. Strategi Pembelajaran ... 26

5. Media Pembelajaran ... 30

6. Motivasi Belajar ... 31

7. Hubungan Motivasi dan Belajar ... 32

8. Pembelajaran yang Efektif... 35

B. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 40

1. Pengertian ... 40

2. Tujuan Belajar ... 41

3. Kegunaan Belajar ... 42

4. Ruang Lingkup Pembelajaran ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 47

(14)

xiv

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 50

E. Teknik Analisis Data ... 52

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 54

G. Tahap-tahap Penelitian ... 55

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS ... 57

A. Paparan Data ... 57

1. Profil MTs Negeri Salatiga ... 57

2. Temuan Penelitian ... 66

B. Analisis Data ... 76

BAB V PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 94

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Pembelajaran Konvensional dan

Pembelajaran Aktif ... 14

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Pembelajaran SKI ... 44

Tabel 4.1 Daftar Guru dan Karyawan MTs Negeri Salatiga ... 60

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Metode Mind Maping ... 23

Gambar 2.2 Hubungan Strategi Pembelajaran-Guru-Siswa-Hasil Belajar 27

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Catatan hasil observasi kelas VIII ... 95

Lampiran 2 Catatan hasil observasi kelas IX ... 97

Lampiran 3 Transkrip wawancara siswa-siswi kelas VII ... 99

Lampiran 4 Transkrip wawancara siswa-siswi kelas VIII ... 102

Lampiran 5 Transkrip wawancara siswa-siswi kelas IX ... 105

Lampiran 6 Transkrip wawancara bersama guru SKI kelas VII dan IX ... 108

Lampiran 7 Transkrip wawancara bersama guru SKI kelas VIII ... 110

Lampiran 8 Transkrip wawancara bersama waka kurikulum ... 111

Lampiran 9 Foto kegiatan pembelajaran SKI kelas VIII ... 112

Lampiran 10 Foto kegiatan pembelajaran SKI kelas IX ... 113

Lampiran 11 Surat ijin penelitian... 114

Lampiran 12 Surat keterangan penelitian ... 115

Lampiran 13 Nota Pembimbing ... 116

Lampiran 14 Lembar konsultasi ... 117

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu langkah untuk mengenalkan peserta

didik pada segudang pengetahuan, karena ilmu pengetahuan tidak akan

didapatkan oleh peserta didik tanpa belajar. Pembelajaran dapat dilakukan di

mana saja, dengan bimbingan seorang pendidik. Sejak kecil, seorang anak

telah mendapatkan pendidikan dari orang tuanya hingga tumbuh menjadi

anak yang sesuai harapan. Seiring berjalannya waktu, anak tumbuh besar dan

orang tua mengharapkan anak untuk memperoleh pengetahuan yang lebih

luas. Banyak orang tua menyadari bahwa ilmu yang dimilikinya terbatas,

maka mereka memutuskan untuk menitipkan putra putri mereka ke lembaga

pendidikan yang terpercaya.

Sudah hal yang pasti bahwa kualitas pendidikan pada suatu negara

menentukan kualitas SDM masyarakatnya. Semakin baik kualitas pendidikan,

maka kualitas SDMnya akan semakin baik. Begitu pula sebaliknya,

rendahnya kualitas pendidikan, menandakan negara tersebut SDMnya rendah.

Melalui sekolah anak akan belajar berbagai ilmu pengetahuan, baik

pengetahuan umum maupun pengetahuan agama. Pengetahuan umum

tersebut meliputi pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa

Inggris, Penjaskes, dan masih banyak lagi. Sementara itu, untuk pengetahuan

agama, pada sekolah yang umum akan diajarkan pelajaran PAI atau

(19)

Al-Qur‟an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam). Namun pada sekolah yang

berlatar belakang agama seperti MI, MTs dan MA maka mata pelajaran

tersebut dipecah menjadi pelajaran tersendiri. Pengetahuan agama maupun

umum, kesemuanya akan menjadi bekal bagi putra-putri bangsa untuk

mempersiapkan kehidupan mereka di masa depan agar menjadi generasi yang

lebih baik.

Sholichun (2014:1) berpendapat bahwa peranan pendidikan agama

Islam sangat besar bagi penyiapan SDM yang berkualitas. Pendidikan agama

merupakan petunjuk arah, pembentuk etika dan penuntun bagaimana agar kita

dapat beribadah dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa

madrasah kiranya cukup menjadi referensi bagi para orang tua dalam

mencarikan lembaga pendidikan bagi putra-putri mereka.

Lingkungan madrasah yang kental dengan suasana religiusnya sangat

memberi pengaruh bagi masyarakat yang ada di dalamnya. Secara tidak

langsung, dengan pembiasaan yang telah ditetapkan madrasah dapat menjadi

rutinitas yang baik untuk menambah nilai spiritualitas dalam diri mereka.

Hasil survey yang peneliti lakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga,

lingkungan madrasah mencerminkan identitas mereka dengan suasana

religius. Selain dengan busana muslim muslimah yang dikenakan oleh

seluruh warga madrasah, madrasah ini memiliki pembiasaan-pembiasaan

yang sarat dengan nilai-nilai moral, pendidikan Islam dan kedisiplinan.

(20)

Nilai moral, ditunjukkan dengan aktivitas bapak dan ibu guru

menyambut kehadiran siswa-siswi mereka dengan berjabat tangan saat

memasuki pintu madrasah di waktu pagi.

Nilai pendidikan islam, (1) pada jam 7, setelah bel berbunyi, Bapak

Ibu guru dan seluruh siswa melaksanakan shalat Dhuha berjamaah dan

dilanjut pelantunan Asma‟ul Husna sampai setengah delapan; (2)

Melaksanakan tadarus bersama sebelum pembelajaran dimulai. Untuk kelas

VII dan VIII tadarus Juz „Amma. Sedangkan untuk kelas IX dengan

membaca Surah Yaasin; (3) Infaq seikhlasnya pada hari Jum‟at; (4) Sebagai

syarat kenaikan kelas, untuk kelas tujuh wajib menyelesaikan hafalan

surat-surat pendek yang berjumlah 16 surat-surat (dari an-Nas sampai al-„Adiyat). Untuk

kelas VIII wajib menyelesaikan hafalan sepuluh surat, yaitu dari al-Zalzalah

sampai al-Balad.

Nilai kedisiplinan,bagi siswa yang terlambat, harus meminta izin

terlebih dahulu ke guru piket, dan akan mendapatkan poin dari

keterlambatannya.

Beberapa hal positif di atas adalah yang memberikan motivasi kepada

penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga.

Selain memiliki pembiasaan-pembiasaan yang bagus, ternyata MTs N

Salatiga ini memang masih memiliki kendala pembelajaran dalam bidang

ilmu agama, khususnya yang masih dianggap sulit oleh siswa adalah pada

mata pelajaran Bahasa Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam (Berdasarkan

(21)

bidang PAI, maka peneliti memilih SKI sebagai objek penelitian. Di samping

karena SKI memang mata pelajaran yang dimuat dalam mata pelajaran

rumpun PAI, peneliti juga tidak memiliki hak untuk melakukan penelitian

pembelajaran Bahasa Arab karena bukan bidangnya peneliti.

Adapun alasan peneliti memilih pembelajaran SKI di MTs N Salatiga

sebagai objek penelitian adalah karena beberapa hal seperti yang disampaikan

oleh guru SKI MTs N Salatiga: pertama, materi SKI yang banyak, membuat

siswa kesulitan belajar. Kedua, waktu belajar yang sedikit membuat guru

belum maksimal menyampaikan materi. Ketiga, penjelasan guru yang cepat

membuat siswa kesulitan memahami materi. Keempat, motivasi belajar siswa

rendah. Kelima, siswa kesulitan menghafal nama-nama asing, tempat, serta

tahun dan tanggal terjadinya suatu peristiwa.

Berdasarkan hal-hal tersebut, seperti yang telah dipaparkan peneliti,

dalam menyusun skripsi ini peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs N Salatiga. Apa

upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika pembelajaran

tersebut, serta agar ditemukan cara pembelajaran SKI yang baik, yang mudah

dipahami dan lebih diminati siswa sehingga hasil belajar siswa bisa lebih baik

dari yang sebelumnya. Oleh karena itu, skripsi ini diberi judul dengan

“PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN

(22)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, yang mengkaji pokok

permasalahan tentang problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

pada siswa MTs N Salatiga, maka penulis merumuskan permasalahan yang

akan dibahas adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada

siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga?

b. Apa saja problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada

siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga?

c. Apa upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas VII, VIII dan

IX MTs N Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam pada siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga.

2. Untuk mengungkapkan problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam pada siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru SKI dalam

mengatasi problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada

(23)

D. Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan kontribusi

keilmuan baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis:

a. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan rujukan ilmiah

dalam penelitian lanjutan pada kasus yang hampir sama dan untuk

dikembangkan secara mendetail.

b. Menjadi tulisan yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar

siswa agar nilainya semakin baik dalam mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam.

c. Memberikan kontribusi secara teoritis dan metodologis dalam bidang

pengkajian dan pengembangan pelaksanaan pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam.

2. Secara praktis:

a. Bagi madrasah yang diteliti, hasil penelitian ini merupakan potret

diri yang bisa dijadikan refleksi untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, khususnya bagi guru dan

siswa-siswi MTs N Salatiga.

b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman berharga untuk

memperluas pemikiran dan wawasan, serta akan menjadi bekal

(24)

c. Dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk mengoptimalkan

metodologi pembelajaran bagi pendidik mata pelajaran SKI,

khususnya di MTs N Salatiga.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Setelah melakukan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan

beberapa penelitian yang terkait dengan problematika pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di sekolah, diantaranya:

Penelitian A. Tabi‟in, mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN

Walisongo Semarang tahun 2010 dengan judul “Problematika Metode

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII MTs Nurul Huda

Banyuputih Batang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

problematika pembelajaran SKI disebabkan oleh metode pembelajaran yang

kurang bervariasi, media pembelajaran yang kurang mendukung, serta

dipengaruhi oleh lingkungan (Tabi‟in, 2010: IV).

Penelitian Ni‟matul Fauziah, mahasiswi Pendidikan Agama Islam

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013 dengan judul “Faktor Penyebab

Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada Siswa Kelas XI

Jurusan Keagamaan di MAN Tempel Sleman”. Hasil penelitiannya

memberikan informasi bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

siswa mengalami kejenuhan belajar mata pelajaran SKI, di antara faktor

internalnya ialah minat belajar rendah yang disebabkan oleh suasana

(25)

terlalu banyak, kelelahan begadang, serta kelelahan rohani yang ditandai

dengan kebosanan terhadap metode yang dipakai guru. Faktor eksternalnya

ialah, sedikitnya referensi yang dipakai dalam pembelajaran, karena hanya

menggunakan satu buku paket dalam pembelajaran, tugas guru yang kurang

variatif dan motivasi dari guru yang rendah sehingga menyebabkan kejenuhan

siswa (Fauziah, 2013: X).

Penelitian Muhammad Syaifuddin, mahasiswa PAI UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang, tahun 2015 dengan judul “Problematika Pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam Menurut Kurikulum 2013 di Kelas X MAN

Salatiga”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa problematika

pembelajaran SKI pada siswa kelas X MAN Salatiga pada tahun 2015 ialah,

waktu pembelajaran di akhir jam menyebabkan siswa kurang semangat dalam

belajar, kurangnya keaktifan siswa ketika diajak untuk berdiskusi, dan guru

kurang fokus karena terbebani dengan mata pelajaran lain yang dibebankan

kepadanya (Syaifuddin, 2015: XVIII).

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini berisi mata rantai penulisan laporan

penelitian secara umum, yang penulis susun secara sistematis agar mudah

dipahami pembaca. Adapun mata rantai tesebut adalah sebagai berikut:

BAB I, PENDAHULUAN, memaparkan tentang latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian

(26)

BAB II, LANDASAN TEORI, memaparkan tentang konsep umum

pembelajaran, pembelajaran efektif, strategi pembelajaran, media

pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran, motivasi belajar,

hubungan motivasi dan belajar, dan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam.

BAB III, METODE PENELITIAN, berisi tentang pendekatan dan

jenis penelitian, lokasi penelitian, instrumen penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data dan

tahap-tahap penelitian.

BAB IV, PAPARAN DATA DAN ANALISIS, meliputi paparan

data dan analisis data.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Belajar secara umum dapat diartikan dengan tahapan perubahan

seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan poses

kognitif (Syah, 1995: 91).

Sementara itu, Suyono dan Hariyanto (2014: 9) mendefinisikan

belajar dengan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap

dan mengokohkan kepribadian.

Melihat definisi yang diungkapkan para pakar di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas dan interaksi

yang melibatkan proses kognitif untuk mengubah tingkah laku individu

dan meningkatkan segala aspek keribadiannya.

2. Proses Pembelajaran

Istilah lain yang ada kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar

adalah kata pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi antara guru

dan murid untuk membicarakan topik tertentu dalam kegiatan belajar

dengan bimbingan guru atau pendidik. Pembelajaran adalah segala upaya

(28)

didik (Sutikno, 2014: 12). Disamping itu, pembelajaran lebih

menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan yang berkaitan

dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran,

meyampaikan isi pembelajaran, dan mengelola pembelajaran. Adapun

ciri-ciri pembelajaran seperti yang diungkapkan Sutikno (2014: 14-15)

adalah sebagai berikut:

a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk peserta didik dalam suatu

perkembangan tertentu;

b. Terdapat mekanisme, langkah-langkah, metode dan teknik yang

direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan;

c. Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik;

d. Adanya aktivitas peserta didik merupakan syarat mulak bagi

berlangsungnya egiatan pembelajaran;

e. Tindakan guru yang cermat dan tepat;

f. Terdapat pola aturan yangditaati guru dan peserta didik dalam

proporsi masing-masing;

g. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran;Adanya evaluasi,

baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil atau produk.

Selain mengetahui ciri-ciri pembelajaran, dalam melaksanakan

proses pembelajaran juga harus memenuhi prinsip-prinsipnya. Sutikno,

(2014: 15-16) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip pembelajaran

(29)

a. Pembelajaran berfokus pada peserta didik, artinya peserta didik

menjadi subjek pembelajaran, dengan memperhatikan kecepatan

belajar peserta didik yang berbeda-beda.

b. Menyenangkan, artinya guru harus berupaya untuk menciptakan

lingkungan yang aman dan nyaman bagi peserta didik, agar peserta

didik “betah” dan asyik dalam mengikuti pembelajaran.

c. Interaktif, maksudnya adalah adanya hubungan timbal balik antara

guru dengan peserta didik, dan antar peserta didik.

d. Prinsip motivasi, yaitu dengan adanya motivasi dapat mendorong

peserta didik untuk lebih giat belajar.

e. Mengembangkan kreativitas dan kemandirian peserta didik.

f. Pembelajaran terpadu, yaitu pengelolaan pembelajaran dilakukan

secara integratif. Semua tujuan pembelajaran berupa kemampuan

dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir, yaitu

mencapai kemampuan dasar lulusan.

g. Memberikan penguatan dan umpan balik. Dalam situasi tertentu,

guru memberikan pujian atau memperbaiki respon peserta didik.

Namun guru tetap menjaga suasana agar peserta didik berani untuk

berpendapat.

h. Prinsip perbedaan individual, artinya setiap perbedaan yang ada

pada peserta didik (baik watak, intelegensi, latar belakang keluarga,

ekonomi, sosial dan lain-lain) dapat diperhitungkan oleh guru. Guru

(30)

lebih dan remedial bagi peserta didik yang berkemampuan kuang

atau mengalami kesulitan belajar.

i. Prinsip pemecahan masalah, yaitu dalam belajar peserta didik perlu

dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing

peserta didik untuk memecahkannya.

j. Memanfaatkan aneka sumber belajar. Guru menggunakan berbagai

sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan

lingkungan.

k. Memberi keteladanan. Guru memberikan keteladanan dalam

bersikap, bertindak, dan bertutur kata baik di dalam maupun di luar

kelas.

l. Mengembangkan kecakapan hidup. Hal ini ditandai dengan

tumbuhnya kompetensi peserta didik.

3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara

peserta didik dengan lingkungannya (Hosnan, 2014: 206). Pendidikan

diselenggarakan berdasarkan rencana yang mengacu pada kurikulum

yang sedang diterapkan (Hosnan, 2014: 207).

Hosnan (2014: 213-214) berpendapat bahwa terdapat dua

pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran

(31)

Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran di mana

peserta didik (subjek didik) terlibat secara intelektual dan emosional,

sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam

melakukan kegiatan belajar. Active learning adalah suatu pendekatan

dalam kegiatan belajar dengan menggunakan seluruh potensi yang

dimiliki peserta didik secara optimal, dengan tujuan agar siswa mencapai

hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik

kepribadiannya (Hosnan, 2014: 208).

Berbeda dengan active learning, pendekatan pembelajaran

konvensional lebih menekankan pada keaktifan pendidik dalam

menyampaikan materi. Adapun perbedaan dari kedua pendekatan

pembelajaran tersebut, menurut Hosnan (2014: 213-214) adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1

NO. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Aktif

1. Berpusat pada guru. Berpusat pada siswa.

2. Penekanan pada menerima

pengetahuan.

Penekanan pada kegiatan

menemukan.

3. Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan.

4. Kurang memberdayakan semua

indera dan potensi anak didik.

Memberdayakan semua

indera dan potensi siswa.

(32)

monoton, kurang banyak media

yang digunakan.

metode.

6. Tidak perlu disesuaikan dengan

pengetahuan yang sudah ada.

Disesuaikan dengan

pengetahuan yang sudah ada.

Perbedaan di atas dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

guru dalam memilih pendekatan pembelajaran yang baik untuk

diterapkan di dalam kelas.

Selain menggunakan pendekatan pembelajaran, pemilihan metode

pembelajaran juga penting untuk diperhatikan. Beberapa metode

pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai

berikut:

a. Metode Ceramah

Ceramah merupakan salah satu metode pembelajaran yang

menggunakan cara penuturan atau penerangan lisan. Ceramah

dikelompokkan sebagai metode megajar bercorak tradisional. Dalam

hal ini, ada sekelompok orang yang menganggap metode ceramah

tidak efisien digunakan, akan tetapi ada juga kelompok yang

mengatakan bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu ceramah

adalah metode yang paling baik digunakan (Hamdayama, 2014:

167-168).

Hamdayana (2014: 168) menyebutkan bahwa metode

(33)

1) Guru akan mengajarkan topik baru. Pada saat kegiatan

pendahuluan, guru dapat mengantarkan gambaran umum materi

baru tersebut dengan berceramah.

2) Belum adanya sumber belajar pada siswa. Dengan begitu siswa

dituntut kreativitasnya untuk membuat catatan-catatan atas apa

yang disampaikan guru.

3) Guru menghadapi jumlah peserta didik yang cukup banyak,

sehingga guru tidak mungkin memperhatikan siswa secara

individual.

4) Guru ingin membangkitkan semangat belajar peserta didik.

5) Proses belajar membutuhkan penjelasan secara lisan.

Kelebihan dan kekurangan metode ceramah menurut

Hamdayana (2014: 169) adalah:

Kelebihan:

1) Guru mudah menguasai kelas karena dapat bertatap muka secara

langsung dengan peserta didik ketika penyampaian materi.

2) Metode dianggap sebagai yang ekonomis waktu dan biaya,

karena guru dapat menentukan sistem yang akan digunakan.

3) Mudah dilaksanakan.

4) Dapat diikuti oleh peserta didik berjumlah besar.

(34)

Kekurangan:

1) Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme (hanya berwujud

kata-kata).

2) Menguntungkan peserta didik yang memiliki gaya belajar

auditori, tetapi peserta didik dengan gaya belajar visual akan

merasa dirugikan.

3) Akan membosankan jika dilakukan dalam waktu yang lama.

4) Guru sukar mengontrol sejauh mana perolehan siswa terhadap

materi yang diajarkan.

5) Menjadikan anak didik menjadi pasif.

Metode ceramah sepertinya mudah dilaksanakan, akan tetapi

tidak semua guru dapat berceramah dengan tidak membosankan.

Hamdayana (2014: 170) menuliskan beberapa tips agar ceramah

dapat memberikan hasil yang optimal:

1) Guru perlu membatasi waktu ceramah.

2) Menyusun rencana ceramah.

3) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada

peserta didik, baik pada saat jeda ceramah atau di akhir

pembelajaran sebagai evaluasi terhadap tingkat pemahaman

pesta didik.

(35)

b. Index Card Match

Index Card Match merupakan sebuah metode pembelajaran

yang cukup menyenangkan untuk ketika digunakan untuk

mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya, karena di sini

siswa telah memiliki bekal pengetahuan ketika masuk kelas (Hosnan,

2014: 225).

Adapun langkah-langkah penggunaan metode ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Guru membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada

di kelas.

2) Setiap potongan kertas, dibagi menjadi dua bagian yang sama

besar.

3) Separuh kertas yang telah selesai dibagi, ditulisi pertanyaan

tentang materi, separuhnya lagi ditulisi jawaban materi.

4) Setelah pertanyaan dan jawaban selesai ditulis, semua kartu

dikocok hingga tercampur semua soal dan jawaban.

5) Setiap siswa diberi satu kertas, dan mereka diberitahu bahwa

kertas mereka memiliki pasangannya.

6) Siswa diminta untuk mencari pasangannya. Jika sudah

menemukan, guru meminta siswa untuk membacakannya secara

(36)

c. Mind Maping

Mind Maping adalah adalah cara teratur yang digunakan

untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran yang memfungsikan

belahan otak kanan dan otak kiri agar dapat tercapai tujuan

pembelajaran (Yusani, 2012: 52). Mind map adalah alat paling hebat

yang membantu otak berpikir secara teratur (Buzan, 2006: 4). Anak

didik akan menggunakan otak kanannya sebagai kreativitasnya dan

menggunakan otak kirinya sebagai pusat berpikir. Oleh karena itu,

keseimbangan otak kanan dan kiri menjadi baik. Pernyataan ini

didukung oleh pendapat Yusani dalam skripsinya (2012: 55) sebagai

berikut:

Metode mind map, sebagai salah satu metode

pembelajaran, lebih banyak menekankan pada kreativitas anak didik. Dalam metode ini, anak didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mencurahkan kemampuan otak kanan dan otak kirinya. Jadi, pelaksanaan metode mind map yang sempurna akan berpengaruh pada prestasi belajar anak didik, semakin baik pelaksanaan metode ini, maka semakin baik pula prestasi yang dihasilkan.

Metode ini telah berhasil membuat prestasi belajar peserta

didik kelas IV meningkat di MI Ma‟arif Sidomulyo kecamatan

Salaman kabupaten Magelang. Sebagai upaya guru, metode ini dapat

dicoba diterapkan dalam pembelajaran SKI di MTs N Salatiga untuk

meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang ada di sana.

Buzan (2006: 10) menyatakan bahwa metode Mind Map

dapat membantu individu: 1) menjadi lebih kreatif, 2) menghemat

(37)

menjernihkan pikiran, 6) lulus ujian dengan nilai-nilai baik, 7)

mengingat dengan lebih baik, 8) belajar lebih cepat dan efisien, 9)

belajar dengan lebih mudah, 10) melihat “gambaran keseluruhan”,

11) membuat rencana, 12) berkomunikasi, 13) bisa tetap bertahan

hidup!, 14) menyelamatkan pohon!

Selain beberapa manfaat tersebut, Mind Map juga dapat

membantu peserta didik belajar, mengatur dan menyimpan sebanyak

mungkin informasi yang diinginkan, menggolongkan informasi

tersebut, serta mengaksesnya seketika saat dibutuhkan.

Untuk itu akan dijelaskan dibawah ini beberapa hal yang

dibutuhkan untuk membuat Mind Map:

1) Kertas kosong tanpa garis

Kertas tak bergaris lebih memberikan keleluasaan

pembuat Mind Map dan membantunya untuk berimajinasi bebas

tanpa batas.

2) Pena dan pensil warna

Untuk menuliskan informasi-informasi penting dalam

pembuatan Mind Map, pena dan pensil warna adalah alat yang

tepat, karena dengan varian warna akan membuat Mind Map

(38)

3) Otak

Otak merupakan hal urgent dalam pembuatan Mind

Map, karena ia merupakan alat berpikir manusia.

4) Imajinasi

Agar Mind Map terlihat menarik dan tidak monoton,

maka dibutuhkan imajinasi yang bagus dari pembuatnya.

Kreativitaspun tidak kalah pentingnya.

Setelah mengatahui alat-alatnya, maka langkah-langkah

pembuatan Mind Map seperti yang dikemukakan Buzan (2006:

21-23) adalah sebagai berikut:

1) Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang diletakkan

dalam posisi memanjang. Demikian ini akan memberikan

keleluasaan bagi cara kerja otak untuk mengekspresikan diri

lebih bebas dan alami.

2) Menggunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral. Gambar

yang diletakkan di bagian tengah akan membantu memusatkan

pikiran.

3) Menggunakan warna pada seluruh Mind Map. Hal ini akan

membuat Mind Map menjadi tampak lebih cerah dan hidup,

serta menyenangkan untuk otak.

4) Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar sentral, dan

menghubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan ketiga pada

(39)

5) Membuat Mind Map berbentuk melengkung, karena akan

terlihat lebih menarik, indah dan tidak membosankan ketika

dilihat.

6) Agar Mind Map lebih kuat dan fleksibel, cukup menggunakan

satu kata kunci pada setiap baris.

7) Menggunakan gambar pada seluruh Mind Map akan mewakili

banyak kata dalam catatan.

Melihat bagaimana metode Mind Map ini dikembangkan,

maka dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dari

metode ini.

Kelebihan:

1) Peserta didik lebih mudah mengingat, karena catatan tidak

monoton, yaitu dengan variasi gambar, tulisan dan simbol.

2) Variasi warna lebih indah dipandang.

3) Peserta didik hanya membutuhkan waktu singkat untuk

mereview materi.

4) Peserta didik dapat belajar lebih cepat dan efisien.

5) Menjadikan peserta didik lebih kreatif dan berimajinasi.

Kekurangan:

1) Membutuhkan waktu yang cukup lama saat membuat Mind

Map.

2) Kemampuan berimajinasi siswa berbeda-beda, sehingga ada

(40)

Gambar 2.1 contoh metode mind maping.

(sumber:http://madrasah-ski.blogspot.co.id/2014/11/contoh-mind-map-tokoh-iilmuan-pada-masa.html)

d. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan

pelajaran dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan

jawaban untuk mencapai tujuan. Pertanyaan tersebut dapat

digunakan untuk merangsang aktivitas dan kreativitas bepikir peserta

didik. Dalam mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan

tersebut, peserta didik berusaha untuk menghubungkan pengetahuan

dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang

akan dijawabnya (Mulyasa, 2011: 115).

Mulyasa berpendapat bahwa ada dua hal yang harus

(41)

1) Guru pelu menguasai bahan secara penuh. Jangan sampai guru

mengajukan pertanyaan yang guru sendiri tidak memahaminya

atau tidak mengetahui jawabannya.

2) Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan

kepada peserta didik sesuai bahan pelajaran yang telah dibahas.

e. Metode Penugasan

Metode penugasan merupakan cara belajar dengan

memberikan tugas kepada peserta didik, baik secara individu

maupun kelompok. Agar metode penugasan berjalan efektif,

Mulyasa (2011: 113-114) memberikan beberapa langkah berikut:

1) Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama

tujuan penugasan dan cara pengerjaanya. Sebaiknya tujuan

penugasan dikomunikasikan kepada peserta didik agar tahu arah

tugas yang dkerjakan.

2) Tugas yang diberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan

mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama

tugas itu harus dikerjakan, dikerjakan individu atau kelompok,

dan yang lainnya. Hal tersebut dapat menentukan efektivitas

penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran.

3) Apabila tugas tersebut merupakan tugas kelompok, maka perlu

diupayakan agar semua anggota kelompok ikut aktif dalam

(42)

4) Guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan

oleh peserta didik.

5) Guru memberikan penilaian secara proporsional terhadap

tugastugas yang dikerjakan peserta didik.

f. Metode TEAM QUIZ (Menguji Tim)

Penggunaan metode ini dapat meningkatkan kemampuan

tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari,

yaitu dengan cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan

(Silberman, 2009: 163).

Berikut ini langkah-langkah untuk melaksanakan metode

TEAM QUIZ :

1) Memilih topik yang akan dipresentasikan kedalam tiga bagian.

2) Guru membagi peserta didik menjadi tiga tim, semisal tim A, B

dan C.

3) Guru menyampaikan format pembelajaran yang akan

berlangsung, kemudian dilanjutkan dengan presentasi tidak lebih

dari sepuluh menit.

4) Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis yang berjawaban

singkat dengan waktu persiapan tidak lebih dari lima menit.

Sementara tim B dan C diberi kesempatan untuk meninjau

(43)

5) Tim A menguji anggota tim B. Jika tim B tidak dapat menjawab,

tim C diberi kesempatan untuk menjawabnya.

6) Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota

tim C, dan mengulangi prosesnya.

7) Apabila tim A sudah selesai membacakan kuis, maka

dilanjutkan pada sesi dua, yaitu tim B sebagai pemimpin kuis.

8) Setelah tim B melakukan proses yang sama, tim C melanjutkan

pada sesi ketiga sebagai pemimpin kuis.

9) Pembelajaran diakhiri dengan guru menyimpulkan tanya jawab

serta memberikan penjelasan apabila ada pemahaman yang

keliru.

Hasil penelitian Juemi menyatakan bahwa metode TEAM

QUIZ mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini

kelebihan-kelebihan yang didapatkan dari metode ini adalah:

1) Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa

benar-benar mencari materi sendiri.

2) Membina kerja sama antar anggota kelompok.

3) Siswa semakin termotivasi untuk belajar karena adanya

kompetisi pada tiap kelompok.

4. Strategi Pembelajaran

Sebagai pendidik seorang guru dituntut untuk paham strategi

(44)

menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan, sedangkan

pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dilihat dari

kedua unsur kata pembentuknya, yaitu kata strategi dan pembelajaran,

maka strategi pembelajaran dapat diartikan dengan cara dan seni untuk

menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa

(Wena, 2011: 2-3).

Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat

dibutuhkan, karena untuk mempermudah proses pembelajaran agar hasil

belajar siswa optimal. Tanpa adanya strategi pembelajaran, tujuan

pembelajaran sulit tercapai. Strategi pembelajaran sangat bermanfaat

bagi guru dan siswa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan sebagai pedoman

dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran.

Bagi siswa, strategi pembelajaran dapat mempermudah proses belajar

(meahami isi pembelajaran), karena strategi pembelajaran memang

dirancang untuk mempermudah belajar siswa (Wena, 2011: 2-3).

Gambar 2.2 Hubungan Strategi Pembelajaran-guru-siswa-hasil belajar Strategi

Pembelajaran

Bagi Guru

Bagi Siswa

(45)

Hamruni (2012: 8-10) berpendapat bahwa strategi pembelajaran

dapat diklasifasikan menjadi lima:

a. Strategi Pembelajaran Langsung

Strategi pembelajaran langsung ini merupakan pembelajaran

yang banyak diarahkan oleh guru, efektif untuk menentuka

informasi, atau membangun keterampilan tahap demi tahap.

Adapun kelebihannya adalah mudah untuk direncanakan dan

digunakan, namun kelemahannya adalah dalam mengembangkan

kemampuan, proses, an sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis

dan hubungan interpersonal serta kelompok belajar.

b. Strategi Pembelajaran Tak Langsung

Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung,

pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik.

Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator.

Kelebihan strategi ini antara lain: 1) mendorong keingintahuan dan

ketertarikan peserta didik, 2) mendorong kreativitas dan

pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang

lain, 3) mengekspresikan pemahaman. Kekurangannya, strategi ini

memerlukan waktu panjang, dan tidak cocok apabila peserta didik

perlu mengingat materi dengan cepat.

c. Strategi Pembelajaran Interaktif

Strategi ini menekankan pada diskusi dan sharing di antara

(46)

didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan

pengetahuan guru atau temannya serta untuk membangun cara

alternatif untuk berfikir dan merasakan.

Kelebihan strategi ini: 1) peserta didik dapat belajar dari

temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan

kemampuan-kemampuan, 2) mengorganisasikan pemikiran dan

membangun argumen yang rasional.

d. Strategi Pembelajaran Empirik

Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,

berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi

tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan

pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran

empirik yang efektif.

Kelebihan strategi ini antara lain: 1) meningkatkan partisipasi

peserta didik, 2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, 3)

meningkatkan analisis peserta didik. Adapun kekurangannya hanya

menekankan pada proses bukan hasil, keamanan siswa, biaya mahal,

dan memerlukan waktu yang panjang.

e. Strategi Pembelajaran Mandiri

Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi

pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu,

kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada

(47)

Kelebihannya adalah untuk membentuk peserta didik yang

mandiri dan bertanggung jawab. Kekurangannya adalah bila

diterapkan pada anak didik yang belum dewasa, karena belum bisa

belajar secara mandiri.

5. Media Pembelajaran

Media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan

komunikasi dengan siswa. Media dapat berupa perangkat keras atau

perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat keras tersebut (Wena,

2011: 9).

Leshin, dkk. berpendapat dalam Wena (2011: 9) bahwa media

dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, yaitu:

a. Media berbasis manusia, seperti pengajar, instruktur, tutor, bermain

peran, dst.

b. Media berbasis cetak, seperti buku catatan, buku latihan dan modul.

c. Media berbasis visual, seperti buku, bagan, grafik, peta, gambar,

slide, dst.

d. Media berbasis audio visual, seperti video, film, televisi, dll.

e. Media berbasis komputer, seperti pengajaran dengan bantuan

(48)

6. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan salah satu komponen yang paling

penting dalam belajar, namun seringkali sulit diukur (Wahyuni,

2009:11). Kata motivasi berasal dari bahasa Latin moveers yang

berarti menggerakkan. Oleh Printich dan Schunk (1996) kemudian

diartikan dengan sebuah usaha menggerakkan (Wahyuni, 200: 12).

Secara umum motivasi didefinisikan sebagai sebuah kondisi internal

yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku

(Woolfolk, dkk dalam Wahyuni, 2009: 13).

Sebagai sebuah proses, motivasi bukanlah sebuah produk,

sehingga tidak dapat diamati, namun dapat diketahui indikatornya

dari perilaku yang tampak (Wahyuni, 2009: 13). Agar individu

memiliki motivasi, maka harus ada dorongan dan penjagaan

terhadap motivasi tersebut (Wahyuni, 2009: 13). Langkah pertama

yang mesti dilakukan adalah memulai sebuah tindakan untuk

mewujudkan tujuan, kemudian konsistensi untuk mencapai tujuan

tersebut.

Adapun manfaat motivasi belajar menurut Fudyartanto

(2000) seperti yang dikutip oleh Wahyuni (2009: 14-15) adalah

sebagai berikut:

(49)

2) Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku. Seperti contoh ketika

siswa ingin lulus ujian, maka ia berkonsentrasi menggunakan

strategi yang terpilih untuk mencapai tujuan.

3) Motivasi memberi energi dan menahan tingkah laku.

Selain ketiga manfaat motivasi di atas, keberadaan motivasi

juga dipengaruhi oleh dua sumber, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari

dalam diri individu. Dalam proses belajar, seorang siswa yang

termotivasi secara intrinsik akan melakukan pekerjaannya

semata-mata ia merasa puas dan senang dengan pekerjaan

tersebut (Wahyuni, 2009: 28).

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang diperoleh

dari luar individu. Seperti contoh ketika anak mengerjakan

pekerjaan rumah karena takut sangsi dari ibunya. Hal ini

menunjukkan bahwa anak tersebut termotivasi secara ekstrinsik,

yaitu mengerjakan pekerjaan rumah untuk menghindari sangsi.

b. Hubungan Motivasi dan Belajar

Salah satu tugas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah

menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan motivasi

(50)

Banyak elemen yang mempengaruhi motivasi untuk belajar,

antara lain perencanaan, konsentrasi terhadap tujuan, kesadaran

terhadap apa yang akan dipelajari, aktif mencari informasi-informasi

yang baru, tidak cemas dan tidak takut (Wahyuni, 2009: 38). Siswa

yang termotivasi belajar, akan menunjukkan antusiasme terhadap

aktivitas-aktivitas belajar, memperhatikan penuh apa yang

diinstruksikan guru, melakukan evaluasi diri terhadap materi yang

dipelajarinya serta memiliki komitmen yang tinggi untuk dapat

mencapai tujuan belajar (Printich dan Schunk, 1996 dalam Wahyuni,

2009: 39).

Akan tetapi tidak semua siswa memiliki motivasi belajar

yang tinggi. Oleh karenanya, ada tiga tugas penting guru yang

berkaitan dengan memotivasi belajar siswa:

1) Mengajak siswa untuk secara produktif berpartisipasi dalam

kegiatan belajar siswa di kelas.

2) Merancang tujuan jangka panjang untuk mengembangkan

kepribadian siswa yang termotivasi untuk belajar, sehingga

mereka akan mampu untumendidik diri mereka sendiri

sepanjang hidupnya.

3) Mengajak siswa untuk memiliki kemampuan berpikir mendalam

(51)

Hosnan, (2014: 439) berpendapat bahwa ada salah satu

langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa melalui inovasi pembelajaran, antara lain adalah:

1) Membuat alat peraga sendiri dengan memanfaatkan apa yang

ada di lingkungan sekitar, sehingga dapat menghemat biaya.

2) Membuat rangkuman materi, soal dan media pembelajaran.

3) Penyajian materi ditunjang media video dan audio.

4) Mengadakan program pengayaan (les).

5) Menulis diktat untuk mempermudah pemahaman siswa dalam

menerima materi pelajaran, misalnya membuat diktat latihan

soal-soal dari berbagai sumber untuk mempermudah proses

belajar.

6) Penggunaan alat peraga elektronika.

7) Melakukan dialog interaktif dengan narasumber.

8) Melakukan kunjungan ke lembaga / instansi terkait.

9) Pembelajaran tidak monoton di ruang kelas.

10) Membuat model manajemen kelas.

11) Merumuskan dan menentukan metode belajar dengan Kelompok

Kerja Guru (KKG).

Selain melakukan inovasi pembelajaran, guru juga perlu

memberikan umpan balik dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa. Hal tersebut menjadi faktor yang sangat penting dalam

(52)

mematahkan semangat siswa. Hosnan (2014: 445) berpendapat

bahwa ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam memberikan

umpan balik pada siswa, antara lain sebagai berikut:

1) Guru segera memberikan kembali tugas yang pernah dikerjakan

siswa.

2) Sebaiknya guru tidak hanya memberi kritik, tetapi berikan pula

penghargaan ketika siswa mencapai sukses atau mampu

mengerjakan tugas-tugas tertentu.

3) Guru memberikan jalan keluar apabila siswa mengalami

kesulitan.

4) Jika memberi bantuan, tidak secara langsung. Upayakan siswa

merasa mampu menyelesaikan sendiri.

7. Pembelajaran yang Efektif

Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah dan

dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan (Sutikno,

2014: 152). Jenis pembelajaran ini perlu didukung dengan suasana dan

lingkungan belajar yang kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu

mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola

materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar (Sutikno,

(53)

Pembelajaran yang efektif dapat diciptakan dari lingkungan

sekolah yang efektif. Sekolah yang efektif mengukur keberhasilan siswa

tidak ditentukan oleh kondisi yang berada di luar sekolah (seperti latar

belakang ekonomi atau pendidikan orang tua), akan tetapi mengukurnya

dengan nilai tambah (value added) yang bisa diberikan sekolah bagi

pengembangan kemampuan siswa (Jamaludin, 2002: 15).

Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, perlu

memperhatikan beberapa dimensi berikut:

a. Guru

Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem

pendidikan (Jamaludin, 2014: 36). Kepribadian guru sangat

mempengaruhi siswa. Guru yang humanis, seperti memberi

perhatian, hangat, dan suka memberi semangat diyakini dapat

memotivasi siswa dan dapat membantu siswa untuk meningkatkan

prestasinya. Empati yang tepat seorang guru kepada siswanya

membantu perkembangan prestasi akademik mereka secara

signifikan (Halsall dalam Jamaludin, 2014: 36).

b. Harapan yang Tinggi

Kesuksesan seseorang berawal dari keyakinannya untuk

sukses. Seperti dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman: “Ana „inda zhonni „abdii bii”, yang artinya Aku (Allah) sesuai prasangka

hamba-Ku Ku. Apabila seseorang berprasangka baik

(54)

yakin bahwa dirinya akan sukses, maka ia akan sukses dengan

pertolongan Allah.

Dalam proses belajar, Tomlinson (1999) yang pendapatnya

dikutip oleh Jamaludin menyatakan bahwa keyakinan atau harapan

sangat membantu siswa berkembang bahkan melampaui apa yang

biasa mereka gapai. Hal ini menunjukkan bahwa harapan yang tinggi

(keyakinan) berpengaruh dahsyat bagi peningkatan prestasi siswa.

Harapan tidak harus datang dari dirinya sendiri, tetapi dapat

juga dari orang lain, seperti guru, orang tua, teman, atau siapa saja

(Jamaludin: 2002: 40). Sebagai contoh praktis, guru dapat

melakukan tindakan-tindakan tertentu atau memberikan

penguatan-penguatan lisan yang serupa dengan “Ibu yakin kamu bisa. Nilai kamu akan lebih baik jika waktu belajarmu ditambah. Semangaat

yaa” untuk memupuk keyakinannya.

c. Melibatkan Siswa

Siswa yang dilibatkan dalam perencanaan program sekolah,

penentuan peraturan sekolah, dan aktivitas-aktivitas lain yang

dilakukan bersama siswa akan membantu siswa untuk memiliki rasa

cinta pada sekolah dan pada saatnya secara signifikan akan

meningkatkan keterlibatan mereka terhadap kegiatan-kegiatan

sekolah (Jamaludin, 2002: 44). Hal ini tentu sangat baik jika

(55)

juga dapat mengajari siswa untuk bertanggung jawab atas keputusan

yang dibuatnya sendiri.

d. Peer-Group (Kelompok Belajar)

Kelompok belajar yang dimaksudkan di sini bukanlah belajar

kelompok seperti yang sering kita lihat dalam praktik belajar selama

ini, akan tetapi merupakan penciptaan suasana dimana semua

anggota kelas adalah satu kelompok (Jamaludin, 2002: 47).

Harapannya, mereka dapat saling mendorong, saling mendukung,

dan saling membantu satu sama lain untuk meraih keberhasilan

secara bersama-sama.

e. Kondisi Sosial Kelas

Belajar merupakan interaksi dan proses adaptasi yang tak

pernah selesai antara individu dan masyarakat (Jamaludin, 2002: 49).

Artinya, kehadiran masyarakat memberi pengaruh terhadap

perkembangan dan proses belajar seseorang. Di lingkungan sosial,

tentu terdapat aturan-aturan dan norma-norma, seperti kerjasama,

menghargai orang lain, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang

positif yang dapat membantu meningkatkan prestasi siswa.

f. Keterlibatan Orang Tua

Keterlibatan orang tua, memiliki peran untuk memberikan

motivasi pada anak. Seorang anak yang mendapatkan motivasi dari

orang tuanya, akan merasa lebih percaya diri. Finn (1998) dalam

(56)

rumah yang berhubungan dengan prestasi anak di sekolah. Pertama,

orang tua secara aktif mengatur dan memonitor waktu anak; kedua,

membimbing mereka dalam menyelesaikan pekerjaan rumah; ketiga,

mendiskusikan masalah-masalah sekolah dengan anak.

Kebiasaan-kebiasaan orang tua diyakini memiliki pengaruh

langsung terhadap prestasi akademik siswa dengan mempengaruhi

perkembangan kemampuan kognitif yang berfungsi sebagai basis

kesuksesan sekolah. Orang tua dapat membantu anak untuk

mencarikan metode belajar yang tepat sesuai potensi anak.

Harapannya agar anak dapat merasakan kenyamanan dalam belajar

baik di rumah maupun di sekolah.

g. Kesehatan dan Kondisi Fisik Sekolah

Kesehatan sekolah terdiri dari aspek psikis dan fisik

(Jamaludin, 2002: 55). Aspek psikis berkaitan erat dengan

hubungan-hubungan interpersonal yang hangat dan positif dalam

komunitas sekolah, belajar secara bersama, kesempatan yang sama,

dan cara belajar yang humanis (Grebow, dkk dalam Jamaludin,

2002: 55). Adapun aspek fisik, berkaitan dengan nutrisi yang baik

(57)

B. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 1. Pengertian

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan rangkaian dari kata sejarah,

kebudayaan dan Islam. Secara bahasa (etimologi) sejarah berasal dari

bahasa Arab “syajarah” yang berarti pohon kehidupan. Secara istilah

sejarah merupakan peristwa yang terjadi pada masa lampau, yang

berkaitan dengan berbagai proses kehidupan manusia, dan dipelajari pada

masa kini untuk diambil pelajaran (Yunadi, 2013: 3). Sementara itu,

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sejarah diartikan dengan

asal-usul (keturunan) silsilah; kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi

di masa lampau.

Bertolak dari pengertian sejarah, kebudayaan merupakan hasil

karya cipta, rasa, dan karsa seseorang, dalam bentuk ungkapan tentang

semangat mendalam yang direfleksikan dalam bentuk seni, sastra, agama

dan moral (Choeroni dan Kusmiyati, 2011: 2). Kembali mereka

menuturkan bahwa Kebudayaan Islam merupakan hasil cipta, rasa, dan

karsa manusia (segala tindakan dan sikap seseorang) untuk merealisasikan

pokok ajaran Islam dalam kehidupan, yang diperoleh dan dikerjakan

dengan menggunakan hasil pendapat budi pekerti yang didasari oleh

al-Qur‟an dan Hadits dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan.

Sedangkan Islam adalah agama rahmah yang menjadi rahmat bagi

seluruh alam. Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad

(58)

petunjuk bagi umat manusia, mengajarkan kepada yang ma‟ruf dan

mencegah dari yang munkar (Syaifudin, 2015: 11).

Selaras dengan ketiga pengertian itu, Yunadi (2013: 3)

mendefinisikan sejarah kebudayaan Islam dengan keseluruhan aktivitas

manusia muslim dan hasilnya yang didalamnya terkandung pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakatnya.

Apabila dikaitkan dalam konteks mata pelajaran, maka SKI

merupakan ilmu atau pengetahuan yang menerangkan seluruh aktivitas

umat muslim masa lampau dan hasilnya, yang didalamnya terkandung

nilai-nilai untuk dijadikan bahan renungan serta pelajaran bagi generasi

setelahnya.

2. Tujuan Belajar

Tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam untuk MTs/SMP

Islam adalah agar:

a. Mengerti tentang alur peristiwa yang terjadi dalam perkembangan

kebudayaan Islam.

b. Mengerti beberapa sejarah serta beberapa tokoh yang telah berjasa

terhadap tumbuh kembangnya Islam.

c. Mengetahui berbagai macam bentuk peninggalan bersejarah dalam

peradaban dan kebudayaan Islam dari satu generasi dan generasi

(59)

Senada dengan hal itu, Yunadi (2013: 3) juga menerangkan tujuan

mempelajari sejarah kebudayaan Islam antara lain:

a. Untuk mengenalkan kebudayaan Islam

b. Untuk menanamkan kecintaan terhadap kebudayaan Islam

c. Untuk mengobarkan semangat keislaman

d. Untuk mensyiarkan Islam melalui kebudayaannya

Adapun secara normatif, tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan

Islam ialah untuk menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik

dalam memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam,

menghargai para tokoh perilaku sejarah dan pencipta peradaban itu yang

membawa kemajuan dan kejayaan Islam, sehingga tertanam nilai-nilai

kepahlawanan, kepeloporan, dan kreativitas (Rofik, 2015: 16).

Melihat berbagai pendapat di atas, secara khusus dapat diketahui

bahwa tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah agar peserta

didik mampu memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam,

mengenal tokoh-tokoh pejuang muslim, serta agar dapat mengambil ibrah

(pelajaran) dari peristiwa bersejarah tersebut.

3. Kegunaan Belajar

Choeroni dan Kusmiyati (2011:2-3) berpendapat bahwa manfaat

mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam dapat dikelompokkan ke dalam

(60)

a. Kegunaan Edukatif

Pertama, sebagai edukasi atau pelajaran. Karena dengan ini, manusia

akan belajar dari sejarah. Melalui sejarah seseorang akan belajar dari

pengalaman orang lain. Kedua, dapat mengembangkan potensinya.

Melalui hal ini, seseorang akan belajar dari kesalahannya sendiri juga

kesalahan orang lain agar tidak mengulang kesalahan yang sama.

Namun seseorang justru dapat mengambil hal baik dari orang lain untuk

ditiru dan dikembangkannya sendiri.

b. Kegunaan Inspiratif

Melalui sejarah seseorang akan menjadi terinspirasi. Terinspirasi untuk

melakukan hal-hal kebaikan seperti yang telah dilakukan umat-umat

Islam terdahulu.

c. Kegunaan Rekretif

Penulisan sejarah yang sistematis dan menggunakan gaya bahasa yang

menarik akan menghibur para pembacanya. Hal ini akan semakin

memotivasi pembaca untuk terus belajar sejarah karena ingin

mengatahui kisah sejarah itu secara keseluruhan.

Hampir bersamaan dengan pendapat di atas, Yunadi (2013: 3) juga

berpendapat bahwa diantara kegunaan mempelajari sejarah kebudayaan

Islam adalah sebagai berikut:

a. Agar memahami sejarah kebudayaan Islam

b. Agar tumbuh dan berkembang kecintaan terhadap kebudayaan Islam

(61)

d. Agar syiar Islam lebih luas

4. Ruang Lingkup Pembelajaran

Berdasarkan buku siswa Sejarah Kebudayaan Islam: Pendekatan

Saintifik Kurikulum 2013, Yunadi, dkk. mengatakan bahwa ruang lingkup

pembelajaran SKI pada tingkat MTs adalah sebagai berikut:

NO KELAS VII

1. Kearifan Nabi Muhammad

2. Kesuksesan Nabi Muhammad Saw. Melakukan Perubahan

3. Khulafaurrasyidin

4. Dinasti Bani Umayyah

5. Perkembangan Kebudayaan Islam Dinasti Bani Umayyah

NO KELAS VIII

1. Jejak Peradaban Dinasti Abbasiyah

2. Ilmuwan Muslim Dinasti Abbasiyah

3. Peradaban Emas Dinasti Abbasiyah

4. Jejak Peradaban Dinasti Ayyubiyah

(62)

NO KELAS IX 1. Islam Nusantara

2. Semangat Tokoh Kerajaan Islam Nusantara

3. Ketulusan Penyebar Islam di Nusantara

4. Kemenarikan Islam Nusantara

5. Penghargaan Terhadap Tradisi dan Upacara Adat Kesukuan

Nusantara

Tabel 2.2

Gambar

NO. Tabel 2.1 Pembelajaran Konvensional
Gambar 2.1 contoh metode mind maping.
Gambar 2.2 Hubungan Strategi Pembelajaran-guru-siswa-hasil belajar
Tabel 4.2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu dalam rangka penanggulangan kemiskinan melalui program P2WKSS di desa binaan yaitu Desa Panyindangan Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut salah satunya adalah

“Pengembangan Pembelajaran Sejarah Manusia Purba Dalam Media Pembelajaran Power Point” skripsi ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Hal ini disebabkan karena bahan pencampur yaitu sekam padi yang digunakan dalam pembuatan filter tembikar dapat memperbesar pori-pori filter sehingga memperbesar

Karena menghemat membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka tentunya nilai perusahaan ( value of the firm ) yang menggunakan hutang

Berbeda dari CPracR, GMM sendiri berbicara mengenai etika yang berusaha memberi pendasaran pada metafisika moral, yaitu semacam garis besar prinsip-prinsip murni

Populasi dari spesies r memiliki kecenderungan untuk meningkatkan ukuran mereka secara eksponensial pada saat tidak terdapat pembatasan oleh faktor lingkungan.. Populasi

Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai “ Bagaimana penerapan metode reward and punishment pada

Perhatian khusus pada kepuasan konsumen sehingga dapat menjadi pelanggan jasa perhotelan yang di tawarkan oleh perusahaan perhotelan, sesuai dengan prinsip