• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPENARIAN PUTRI GAYA SURAKARTA (Bedhaya, Srimpi, Wireng/Pethilan, Gambyong, Pasihan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPENARIAN PUTRI GAYA SURAKARTA (Bedhaya, Srimpi, Wireng/Pethilan, Gambyong, Pasihan)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA SENI KEPENARIAN

Oleh :

Aulia Hardianita Effendi 14134140

JURUSAN SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

(2)

i

KARYA KEPENARIAN

Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S1

Program Studi Seni Tari Jurusan Tari

Oleh :

Aulia Hardianita Effendi

14134140

JURUSAN SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

(3)

ii

(Bedhaya, Srimpi, Wireng/Pethilan, Gambyong, Pasihan)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Aulia Hardianita Effendi NIM : 14134140

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji Tugas Akhir Pada tanggal 26 Juli 2018

Susunan Dewan Penguji

Ketua Penguji , Penguji Utama,

Nanuk Rahayu, S.Kar., M.Hum Saryuni Padminingsih, S.Kar., M.Sn

Pembimbing,

Sri Setyoasih, S.Kar., M.Sn

Deskripsi Tugas Akhir Karya Seni ini telah diterima Sebagai salah satu syarat mencapai derajat sarjana S1

Pada Institut Seni Indonesia Surakarta.

Surakarta, 3 Agustus 2018 Dekan Fakultas Seni Pertunjukan

Dr. Sugeng Nugroho, S.Kar., M.Sn NIP. 196500141990111001

(4)

iii

Nama : Aulia Hardianita Effendi

Tempat, Tanggal Lahir : Surakarta, 7 Mei 1996

NIM : 14134140

Program Studi : S-1 Seni Tari

Fakultas : Seni Pertunjukan

Alamat : Perum Clolo Indah Rt 04/22, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta

Menyatakan bahwa deskripsi Tugas Akhir Karya Seni “KEPENARIAN PUTRI GAYA SURAKARTA (Bedhaya, Srimpi, Wireng/Pethilan, Gambyong,

Pasihan)” adalah benar hasil karya cipta saya sendiri, dibuat sesuai ketentuan yang berlaku, dan buakn merupakan hasil plagiasi. Jika ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam deskripsi karya seni ini atau ada klaim dari pihak lain, maka gelar kesarjanaan saya dapat dicabut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, penuh rasa tanggung jawab.

Surakarta, 18 Juli 2018

Penyaji,

(5)

iv

tua saya tercinta Bapak Abdul Haris Effendi serta Ibu Dyah Ratna Wijayanti, tak lupa kedua adik saya Luthfi Hardian Effendi serta Iqbal Rahardian Effendi atas segala dukungan,doa, motivasi, dan segala nasehat. Ibu Sri Setyoasih S.Kar.,M.Sn selaku pembimbing Tugas Akhir yang selalu sabar membimbing baik dalam proses kepenarian maupun tulisan. Ibu Dwi Rahmani S.Kar.,M.Sn selaku Pembimbing Akademik yang selalu menasehati serta membimbing saya. Agna Novia Rahmawati selaku teman seperjuangan Tugas Akhir, tak lupa teman-teman kelas A Tari 2014 yang tersayang, teman KKN Desa Kembangsari, teman-teman Teater Akar yang selalu mendukung serta bersinergi dalam setiap proses saya. Tak lupa para Dosen ISI Surakarta yang selalu mengevaluasi setiap proses saya untuk kemajuan baik dalam proses kepenarian maupun dalam tulisan

MOTTO

Setiap keberhasilan memang harus diperjuangkan. Satu harapan di genggaman, satu keberhasilan di pelukan.

(6)

v

Wireng/Pethilan, Gambyong, Pasihan) oleh Aulia Hardianita Effendi (2018 Penyaji, S-1 Jurusan Tari, Institut Seni Indonesia Surakarta).

Ujian Tugas Akhir merupakan tahap akhir dalam perkuliahan untuk menyelesaikan program studi S-1 Jalur Kepenarian Jurusan Tari Institut Seni Indonesia Surakarta. Dalam Ujian Tugas Akhir ini penyaji memilih 5 genre atau ragam bentuk Tari Putri Gaya Surakarta, yaitu Bedhaya,Srimpi,Wireng/Pethilan, Gambyong, Pasihan.

Penyaji diwajibkan menguasai sepuluh materi Tari Putri Gaya Surakarta, diantaranya : 1). Tari Bedhaya Duradasih, 2). Tari Bedhaya Tolu, 3). Tari Bedhaya Sukoharjo, 4). Tari Srimpi Jayaningsih, 5). Tari Srimpi Ludiromadu, 6). Tari Srmpi Gandakusuma, 7). Tari Srikandhi Cakil, 8). Tari Adaninggar Kelaswara, 9). Tari Gambyong Ayun-Ayun , 10). Tari Lambangsih.

Proses Tugas Akhir dilalui dengan beberapa tahap yaitu Tahap Persiapan yang meliputi Tinjauan Pustaka , Orientasi, Observasi, Eksplorasi, Improvisasi dan Evaluasi. Selanjutnya merupakan Tahap Pendalaman Materi, Tahap Pengembangan Wawasan, Tahap Penggarapan. Dalam tahap ini, penyaji menerapkan konsep-konsep tari jawa terutama yang terkait dengan kepenarian. Pada Penentuan Akademik, penyaji mempersiapkan lima materi tari, yaitu : Tari Bedhaya Duradasih, Tari Bedhaya Tolu, Tari Bedhaya Sukoharjo, Tari Srimpi Jayaningsih, dan Tari Srimpi Ludiromadu. Tahap selanjutnya adalah tahap Ujian Tugas Akhir , penyaji memilih tiga materi dari lima materi tari, yaitu : Tari Bedhaya Duradasih, Tari Bedhaya Tolu, dan Tari Bedhaya Sukoharjo, untuk Ujian Tugas Akhir penyaji menyajikan satu materi tari dari hasil undian.

(7)

vi

dapat terselesaikan. Laporan penulisan kertas kerja ini berisi

proses-proses penyaji dalam melaksanakan Ujian Tugas Akhir. Penyusunan serta

penyelesaian laporan kertas kerja ini tidak terlepas dari dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyaji ingin

menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

berkenaan membantu penyaji dalam menyelesaikan laporan kertas kerja

ini, baik yang disebutkan maupun yang tidak dapat disebutkan

satu-persatu. Secara khusus penyaji mengucapkan terimakasih kepada kedua

orang tua saya tercinta Bapak Abdul Haris serta Ibu Dyah Ratna, tak lupa

kedua adik saya Luthfi Hardian serta Iqbal Rahardian atas segala

dukungan,doa, motivasi, dan segala nasehat. Ibu Sri Setyoasih selaku

pembimbing Tugas Akhir yang selalu sabar membimbing baik dalam

proses kepenarian maupun tulisan. Ibu Dwi Rahmani selaku Pembimbing

Akademik yang selalu menasehati serta membimbing saya. Agna Novia

Rachmawati selaku teman seperjuangan Tugas Akhir.

Penyaji menyadari bahwa penulisan laporan kertas kerja ini masih

(8)

vii

Surakarta, 20 Juli 2018

Penyaji ,

Aulia Hardianita Effendi

(9)

viii

(Jawa). Mempermudah pembaca dalam memahami isi tulisan ini. Berikut titilaras kepatihan, simbol dan singkatan yang dimaksud :

Notasi : 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 1 2 3

g : simbol tabuhan instrumen gong

n : simbol tabuhan instrumen kenong p : simbol tabuhan instrumen kempul

_ : simbol tanda ulang

. : pin atau kosong tidak ditabuh

B : kendhang + : kethuk - : kempyang < : menuju 1 (satu) : dibaca ji 2 (dua) : dibaca ro 3(tiga) : dibaca lu

4 (empat) : dibaca pat 5 (lima) : dibaca ma

6 (enam) : dibaca nem

(10)

ix PERSETUJUAN ii PERNYATAAN iii PERSEMBAHAN iv MOTTO v ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR vii

CATATAN UNTUK PEMBACA viii

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Kerangka Gagasan 4

C. Tujuan dan Manfaat 5

D. Tinjauan Sumber 6 E. Kerangka Konseptual 10 F. Metode Kekaryaan 12 a. Tahap Persiapan 1. Observasi 12 2. Wawancara 12 3. Dokumentasi visual 13 G. Sistematika Penulisan 15

BAB II PROSES PENCAPAIAN KUALITAS 17

A. Tahap Persiapan 18

B. Pendalaman Materi 20

C. Pengembangan Wawasan 21

D. Penggarapan 22

(11)

x DAFTAR ACUAN DAFTAR PUSTAKA DISKOGRAFI NARASUMBER GLOSARIUM BIODATA PENYAJI PENDUKUNG SAJIAN PENDUKUNG KARAWITAN LAMPIRAN

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Penyaji lahir dan dibesarkan bukan dari keluarga seniman

sehingga pengetahuan mengenai tari yang penyaji miliki sangat terbatas.

Berawal dari ajakan ayah untuk mengapresiasi pertunjukan tari, penyaji

mulai tertarik untuk belajar menari. Di kelas 5 SD penyaji mulai

mengikuti pelatihan tari di Sanggar Tari Metta Budhaya Surakarta dan di

kelas 6 SD hingga lulus SMA penyaji mengikuti pelatihan tari di Sanggar

Tari Soerya Soemirat Surakarta. Melalui sanggar tari yang penyaji ikuti,

penyaji mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai tari seperti

berbagai vokabuler gerak, macam iringan tari, maupun bentuk adeg dalam

menari. Dari pengalaman yang didapat, akhirnya penyaji memutuskan

melanjutkan sekolah di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan

Program Studi Seni Tari. Keinginan penyaji menggeluti kesenian

khususnya seni tari muncul pada saat pertama kali penyaji mengapresiasi

sebuah pertunjukan tari. Dari sanalah kemudian muncul keinginan untuk

lebih memperdalam ilmu tentang tari.

Di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta penyaji mengambil

program studi tari pada tahun 2014. Di dalam pembelajaran materi

(13)

pernah penyaji dapatkan. Selain praktek mengenai materi tari dan teori

tentang tari, penyaji juga diajarkan praktek karawitan, tembang atau vocal.

Di dalam materi perkuliahan genre tari yang di ajarkan bukan hanya Tari

Gaya Surakarta, tetapi Gaya daerah lain juga ikut dipelajari seperti Tari

Bali, Tari Yogyakarta, dan Tari Sunda, sampai Tari Sumatra serta Tari

Non-Tradisi. Proses pembelajaran didalam kelas teori maupun praktek,

penyaji dibimbing langsung oleh dosen yang berpengalaman, sehingga

bekal dan pengetahuan penyaji sebagai seorang penari semakin

bertambah. Pengalaman tersebut sangat bermanfaat bagi penyaji sebagai

motivasi untuk terus belajar dan memperdalam mengenai materi maupun

ilmu-ilmu mengenai tari.

Selain sebagai mahasiswa yang aktif di dalam perkuliahan, penyaji

juga terlibat dalam beberapa kegiatan seni seperti Hari Jadi Kota Solo,

Hari Batik Nasional, sebagai wakil Kota Solo untuk menjadi penari

opening Miss World yang diselengarakan di Bali serta kegiatan Solo Batik

Carnival yang penyaji ikuti selama 3 tahun, selain itu penyaji juga

terlibatan di dalam kegiatan kampus seperti membantu ujian tugas akhir

dan sebagai penari sesaji. Dengan begitu penyaji semakin tertarik dan

semakin menggeluti dunia tari. Di dalam proses sebagai pendukung ujian

tugas akhir, penyaji dominan membantu dalam materi kepenarian Gaya

(14)

jalur koreografi. Dalam proses sebagai pendukung tugas ahkir penyaji

mendapatkan banyak pengalaman, dari situlah penyaji mendapat

berbagai tantangan yang harus dihadapi, seperti ketika penyaji

mendukung ujian tugas ahkir jalur kepenarian Gaya Surakarta, penyaji

merasakan betapa sulitnya menyatukan rasa penari satu dengan penari

yang lain, penyaji mau tidak mau harus bisa menahan ego dalam menari

dan harus saling seimbang satu sama lain, selain itu penyaji harus dapat

menyamakan gerak (rampak) untuk gerak-gerak kecil sekalipun, agar

penyaji dapat menyampaikan maksud dari tarian tersebut dan juga dapat

memunculkan suasana pada terian tersebut. Selain itu menjadi seorang

penyaji tari yang baik harus mampu memahami tubuh sebagai media

ekspresi jiwa. Dengan beberapa proses serta pengalaman yang penyaji

dapatkan, ahkirnya penyaji memilih jalur kepenarian Gaya Surakarta

sebagai tugas ahkir. Selain ketertarikan penyaji mengenai tari Gaya

Surakarta, penyaji juga ingin memperdalam pengalaman-pengalaman

yang sudah pernah penyaji dapatkan.

Pada Tugas Akhir jalur Kepenarian Gaya Surakarta ini, penyaji

dituntut untuk menyajikan beberapa jenis karakter tari dengan baik.

Beberapa karakter tari Gaya Surakarta antara lain wireng, pethilan, pasihan

(15)

memilih beberapa materi yang sudahpenyaji dapatkan dalam materi

perkuliahan maupun melalui pengalaman-pengalaman penyaji.

B. Kerangka gagasan

Dalam proses Tugas Akhir penyaji memilih jalur kepenarian gaya

Surakarta. Sebagai penari tradisi Gaya Surakarta, penyaji harus memiliki

pemahaman dan penguasaan tentang konsep-konsep tari tradisi. Penyaji

dituntut untuk mampu menguasai berbagai bentuk dan karakter musik

tari (gendhing beksan). Dengan demikian penyaji mampu mengendalikan

diri dalam menghayati musik tarinya, sehingga karakter dan suasana

yang disajikan dapat tersampaikan.

Sehubungan dengan kemampuan kepenarian yang telah

dipaparkan, dalam dunia tari tradisi banyak ditulis tentang

konsep-konsep dasar tari dan kepenarian, baik yang berkaitan dengan aturan

sikap tari (patrap beksa), konsep tafsir, maupun yang berkaitan tentang

penilaian. Di samping seperti yang dijelaskan pada buku Garan Joged

yang didalamnya terdapat konsep gagasan dari Wahyu Santoso Prabowo,

yaitu konsep “Hasta-Sawanda” yang harus dipahami sebagai satu

kesatuan konsep untuk mencapai kesempurnaan penyajian tari, penyaji

juga menerapkan konsep wiraga, wirama dan wirasa sebagai pijakan dalam

(16)

dengan ide garap dari masing-masing bentuk sajian untuk memunculkan

estetika dalam tari.

Dalam proses perkuliahan di semester 3,4, dan 6 penyaji mendapat

materi bentuk bedhaya dan srimpi sebagai awal ketertarikan penyaji untuk

menjalankan tugas akhir jalur kepenarian. Dari pengalaman yang

diperoleh pada saat proses membantu tugas akhir jalur kepenarian,

pembawaan dan ujian semester 7, penyaji berminat untuk memilih tugas

akhir dengan jalur kepenarian gaya surakarta khususnya tari Surakarta

Putri dengan bentuk bedhaya dan srimpi.

Dalam proses tugas akhir penyaji memilih jalur kepenarian paket

gaya Surakarta Putri dalam betuk bedhaya dan srimpi. Berdasarkan hasil

pertimbangan, penyaji memutuskan untuk memilih beberapa materi

ujian, antara lain : 1. Tari Srimpi Jayaningsih, 2.Tari Srimpi Ludiromadu,

3. Tari Bedhaya Duradasih, 4. Tari Bedhaya Tolu, 5. Tari Bedhaya

Sukoharjo, 6. Tari Srimpi Gandakusuma, 7. Tari Srikandhi – Cakil, 8. Tari Adaninggar Kelaswara, 9.Tari Gambyong Ayun-ayun, 10. Tari

Lambangsih.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penyaji memilih tugas akhir jalur kepenarian Gaya Surakarta

(17)

a. SebagaisyaratTugasakhir jalur kepenarian bagi penyaji

b. Sebagai salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Tari (S-1)

c. Menambah kemampuan menguasai jenis Tari Gaya Surakarta

Putri.

Manfaat dalam proses pembelajaran yang didapat oleh penyaji adalah :

a. Memberikan ilmu terhadap penyaji dalam hal kesenian dan

kebudayaan.

b. Menambah wawasan, sehinga mampu untuk meghadapi dunia

kerja atau dunia pendidikan ke jenjang selajutnya.

c. Menjadi langkah awal dalam memelihara hubungan kerja dan

pendidikan kepada lembaga, masyarakat dan pemerintah atau

bahkan dunia internasional.

D. Tinjauan Sumber

Untuk menunjang Tugas Akhir, sumber data sangat penting

bagi penyaji.Sumber tersebut diperoleh melalui sumber pustaka

maupun wawancara dengan narasumber yang dipercaya dan

memiliki pengetahuan maupun pengalaman menguasai

bidangnya.Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh

(18)

Beberapa sumber yang menjadi bahan tinjauan adalah sebagai

berikut :

- Kepustakaan

1. “Tari Tradisi Kraton Surakarta” laporan penelitian Nanuk Rahayu. Buku ini membahas tentang tari-tari tradisi yang

berkembang di dalam lingkungan Keraton Surakarta

khususnya tari Srimpi. Dari buku ini penulis mendapatkan

informasi tentang Tari Srimpi.

2. “Tari Tradisi Jawa Gaya Surakarta” oleh Gendhon Humardani. Buku ini mengupas tentang tari tradisi dan

peristilahannya. Dari buku ini penulis mendapatkan informasi

tentang tari tradisi Jawa dab istilah-istilah yang terdapat

dalam tari tradisi.

3. “Sekilas tentang tari Srimpi dan Bedhaya” oleh Sunarno Purwalelana. Makalah ini memberikan informasi tentang Tari

Srimpi dan Bedhaya Gaya Surakarta.

4. “Tari Bedhaya Sukaharja Kasunanan Surakarta” oleh Sri Setyoasih (1999). Tulisan ini merupakan hasil laporan

penelitian Tari Bedhaya Sukaharja oleh Sri Setyoasih. Berisi

tentang catatan laporan penelitian dan gambaran umum

(19)

Bedhaya Sukaharja, meliputi konsep estetika, pola gerak,

struktur tarian, pola lantai, pola gerak dan rias serta busana.

- Diskografi

Kaset audio-visual yang digunakan sebagai acuan dalam

pembelajaran merupakan rekaman dari Tugas Akhir maupun

pembawaan tari putri Gaya Surakarta, antara lain :

a. Tari Bedhaya Durodasih, ujian tari Surakarta putri semester

VII, oleh mahasiswa jurusan seni tari semester VII, tahun

2016, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan Tari ISI

Surakarta.

b. Tari Bedhaya Tolu, Ujian Tugas Akhir S-1 oleh Novita

Iskandar dan Prapki Pratiwi, koleksi Studio Pandang Dengar

jurusan Tari ISI Surakarta.

c. Tari Bedhaya Sukaharja, dokumen pribadi penyaji

d. Tari Srimpi Jayaningsih, Ujian Tugas Akhir S-1 oleh Anik

Ningsih, tahun 2016, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan

Tari ISI Surakarta.

e. Tari Srimpi Ludiramadu, Ujian Penentuan Tugas Akhir S-1

oleh Dian Palupi, tahun 2010, koleksi Studio Pandang

(20)

f. Tari Srimpi Gondokusumo, Ujian Pembawaan Tari Putri

Gaya Surakarta oleh Ayun Anandhita dan Yayuk Retnowati,

tahun 2012, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan Tari ISI

Surakarta.

g. Tari Srikandi Cakil, Ujian Tugas Akhir S-1 oleh Angista

Windi, tahun 2014, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan

Tari ISI Surakarta.

h. Tari Adaninggar Kelaswara, Ujian Pembawaan semester VI

oleh Agustina dan Della Rucika Devi Pramudha Wardhani,

tahun 2016, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan Tari ISI

Surakarta

i. Tari Gambyong Ayun-Ayun, Ujian Penentuan Tugas Akhir

oleh Tri Puji Rahayu, tahun 2013, koleksi Studio Pandang

Dengar jurusan Tari ISI Surakarta.

j. Tari Lambangsih, Ujian Tugas Ahkir S-1 oleh Titik Parmuji,

tahun 2006, koleksi Studio Studio Pandang Dengar jurusan

(21)

E. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual dalam hal ini merupakan landasan pikiran

atau teori yang digunakan sebagai dasar dengan menggunakan

pernyataan lisan serta keterangan yang terdapat pada buku referensi

terkait hal-hal mengenai tari. Berdasarkan keterengan diatas ada

beberapa konsep yang digunakan sebagai acuan antara lain konsep

Hasta Sawanda, konsep Joged Mataram, konsep Joged Suryadiningrat.

Untuk mencapai tahap-tahap kualitas penari yang baik penyaji

menggunakan salah satu kosep sebagai acuan. Salah satu konsep

tersebut adalah :

1. Konsep Hasta Sawanda

a. Pacak : bentuk atau pola dasar dan kualitas gerak tertentu

yang ada hubungannya dengan karakter yang dibawakan.

Misalnya, pada tari bergenre Srimpi dan Bedhaya, karakter

yang dibawakan harus luruh, luwes, dan semeleh.

b. Pancat : peralihan dari gerak yang satu ke gerak berikutnya

yang telah diperhitungkan secara matang sehingga enak

dilihat dan dilakukan. Misalnya, sririg, kengser, leyek, dan

(22)

c. Ulat : pandangan mata dan penggarapan ekspresi wajah

sesuai dengan benuk, kualitas, karakter peran yang

dibawakan serta suasana yang diinginkan atau dibutuhkan.

d. Lulut : gerak yang sudah menyatu dengan penarinya,

seolah-olah tidak dipikirkan lagi, yang tampak hadir dalam

penyajian bukan pribadi penarinya melainkan keutuhan tari

itu sendiri.

e. Luwes : kualitas gerak yang sesuai dengan bentuk dan

karakter peran yang dibawakan (biasanya merupakan

pengembangan dari kemampuan bawaan penarinya).

Missal, mbanyu mili, mucang kanginan, dan lain-lain.

f. Wiled : variasi gerak yang dikembangkan berdasarkan

kemampuan bawaan penarinya (keretampilan, interpretasi,

improvisasi).

g. Irama : menunjuk alur garap tari secara keseluruhan (desain

dramatik dan lain-lain) dan juga menunjuk hubungan gerak

dengan iringannya (midak, nujah, nggandul, sejajar, kontras,

cepat, lambat dan lain-lain).

h. Gendhing : menunjuk penguasaan iringan tari. Dalam hal ini

bentuk-bentuk gendhing, pola tabuhan, rasa lagu, irama,

(laya) tempo, rasa seleh, kalimat lagu, dan juga penggunaan

(23)

Pemahaman ini akan dijadikan sebagai landasan dalam memahami

tentang permasalahan garap tari. Selain itu juga mencantumkan

landasan pemikiran tentang bentuk-bentuk tari sebagai dasar acuan

memahami beberapa bentuk tari sesuai dengan materi yang dipilih.

F. METODE KEKARYAAN

Metode atau pendekatan/langkah strategis digunakan untuk

mendapatkan data yang terkait objek materi tari yang dipilih, dari

mulai menyusun beberapa langkah kerja kreatif, yaitu : melakukan

observasi, wawancara dan studi pustaka.

1. Observasi

Observasi dalam kertas kerja laporan ini bentuknya ialah

pengamatan secara langsung dan tidak langsung terhadap

fenomena tari “Bedhaya dan Srimpi”.Pengamatan dilakukan

melalui berbagai ujian tari di Institut Seni Indonesia Surakarta

maupun acara-acara lain yang berkaitan dengan seni

tradisi.Pengamatan tak langsung yang dilakukan ialah dengan

menggunakan referensi audio visual sebagai acuan dasar.

(24)

Sasaran narasumber yang akan diwawancarai ialah mereka

yang dianggap menguasai wilayah tari tradisi. Tolak ukur

menentukan kredibilitas ialah dengan melihat jejak rekam

narasumber dalam keterlibatannya pada persoalan sebuah

karya tari. Beberapa sumber menjadi sasaran wawancara antara

lain : (1) Wahyu Santosa Prabowo (65 tahun), empu dan

pengamat tari tradisi gaya Surakarta; (2) Dwi Rahmani (55

tahun), sebagai dosen tari putri gaya Surakarta; (3) Saryuni

Padminingsih (57 tahun), sebagai dosen putri gaya Surakarta.

3. Dokumen Visual

Dalam laporan ini penyaji menggunakan audio visual

berupa rekaman pementasan sebagai acuan antara lain :

a. Tari Bedhaya Durodasih, ujian tari Surakarta putri semester

VII, oleh mahasiswa jurusan seni tari semester VII, tahun

2016, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan Tari ISI

Surakarta.

b. Tari Bedhaya Tolu, Ujian Tugas Akhir S-1 oleh Novita

Iskandar dan Prapki Pratiwi, koleksi Studio Pandang Dengar

jurusan Tari ISI Surakarta.

(25)

d. Tari Srimpi Jayaningsih, Ujian Tugas Akhir S-1 oleh Anik

Ningsih, tahun 2016, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan

Tari ISI Surakarta.

e. Tari Srimpi Ludiramadu, Ujian Penentuan Tugas Akhir S-1

oleh Dian Palupi, tahun 2010, koleksi Studio Pandang

Dengar jurusan Tari ISI Surakarta

f. Tari Srimpi Gondokusumo, Ujian Pembawaan Tari Putri

Gaya Surakarta oleh Ayun Anandhita dan Yayuk Retnowati,

tahun 2012, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan Tari ISI

Surakarta.

g. Tari Srikandi Cakil, Ujian Tugas Akhir S-1 oleh Angista

Windi, tahun 2014, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan

Tari ISI Surakarta.

h. Tari Adaninggar Kelaswara, Ujian Pembawaan semester VI

oleh Agustina dan Della Rucika Devi Pramudha Wardhani,

tahun 2016, koleksi Studio Pandang Dengar jurusan Tari ISI

Surakarta

i. Tari Gambyong Ayun-Ayun, Ujian Penentuan Tugas Akhir

oleh Tri Puji Rahayu, tahun 2013, koleksi Studio Pandang

(26)

j. Tari Lambangsih, Ujian Tugas Ahkir S-1 oleh Titik Parmuji,

tahun 2006, koleksi Studio Studio Pandang Dengar jurusan

Tari ISI Surakarta.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Tahap akhir penulisan laporan ini dikerjakan dan disusun dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I

Meliputi latar belakang kepenarian, gagasan kepenarian

yang di dalamnya menjabarkan keterangan tari, tujuan dan

manfaat, tinjauan pustaka yang meliputi sumber pustaka dan

pengamatan audio visual, kerangka konseptual, metode kekaryaan

dan sistematika penulisan.

BAB II

Meliputi proses pencapaian kualitas berisi tentang tahapan

persiapan materi, tahap pendalaman materi, tahap pengembangan

wawasan, tahap penggarapan dan berisi tafsir bentuk dari materi

yang telah dipilih.

BAB III

Meliputi deskripsi sajian berisi tentang uraian hasil usaha

(27)

mencakup masalah garap/isi nilai yang ingin diungkap dan garap

bentuk yang meliputi struktur garap serta elemen atau unsur-unsur

garap sebagai alat ungkapnya.

BAB IV

Penutup berisi tentang kesimpulan yang terkait dengan

(28)

BAB II

PROSES PENCAPAIAN KUALITAS

Proses pencapaian kualitas seorang penari dapat ditentukan oleh

beberapa faktor pendukung seperti, bakat yang sudah dimiliki sejak lahir

atau pengaruh dukungan serta motivasi lingkungan sekitar. Seorang

penari yang berkualitas juga memerlukan semangat,serta motivasi dari

diri sendiri untuk terus melakukan proses latihan secara rutin agar

mendapatkan hasil yang baik. Untuk mencapai kualitas kepenarian yang

baik,diperlukan beberapa tahapan yang diharapkan mampu

menghasilkan kualitas kepenarian yang diinginkan.

Dalam berkesenian, khususnya dalam bidang seni tari, seorang penari memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah pertunjukan.

Penari dalam sebuah pertunjukan tari tidaklah sekedar sebagai pelaku yang membawakan sebuah tarian karya seorang penyusun tari (koreografer), tetapi harus mampu mengembangkan ide atau gagasan koreografer dengan kemampuan tafsirnya, sekaligus dapat mengkomunikasikan ide gagasan tersebut pada penonton. ( Sal Murgianto,1993:23)

Seorang penari yang berkualitas mampu memahani serta

mengetahui tubuh sebagai media gerak serta ekspresi untuk membentuk

vocabuler yang tersusun. Kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk

mentafsirkan penjiwaan, ekspresi wajah, tafsir gerak,penguasaan

(29)

Latar belakang sebuah sajian juga harus diketahui, agar dapat

menghadirkan suasana dari sajian yang akan ditarikan, selain itu juga

dapat menjiwai karakter sajian yang dibawakan sehingga maksud dari

sajian tersebut dapat tersampaikan kepada penonton dengan baik.

Penguasaan gendhing dalam setiap materi yang disajikan sangatlah

penting agar rasa atau suasana sajian dapat tersampaikan dengan baik.

Tanpa ada penguasaan gendhing yang baik maka rasa atau suasana yang

akan dihadirkan tidak akan tersampaikan dengan baik dalam sebuah

sajian. Maka latar belakang sajian serta gendhing yang akan dibawakan

harus dapat dikuasai. Dari pemaparan diatas, maka akan dilakukan

tahapan menuju Tugas akhir. Tahapan tersebut untuk mencapai kualitas

kepenarian sebagai seorang penari.

A. Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah tahap awal sebelum menempuh Ujian Tugas

Akhir. Dalam tahap ini wajib menyiapkan data-data valid serta referensi

yang berkaitan dengan konsep hingga pemilihan materi sajian. Persiapan

tersebut dilakukan mulai dari Ujian Mata Kuliah Pembawaan semester VI

serta Mata Kuliah Bimbingan kepenarian di semester VII, dalam tahap ini

di siapkan 5 materi sajian untuk selanjutnya ditempuh dalam tahap Tugas

(30)

a). Orientasi

dalam tahap orientasi diwajibkan untuk memilih sepuluh materi

sajian. Sepuluh materi sajian tersebut diperoleh ketika menempuh mata

kuliah bimbingan kepenarian serta mata kuliah pembawaan. Persiapan ini

dilakukan dengan latihan mandiri serta pengkayaan teknik gerak serta

mencari wiled sesuai ketubuhan para penari.

b). Observasi

Observasi merupakan salah satu cara pengumpulan data atau

informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan

secara langsung seperti mengapresiasi sebuah pertunjukan tari yang

diadakan di lingkungan kampus, lingkungan Taman Budaya Jawa Tengah

(TBS), atau seni pertunjukan lainnya. sedangkan pengamatan secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan cara mengapresiasi melalui

dokumentasi video pertunjukan, baik video visual ujian maupun pentas.

Dalam melewati ujian kelayakan Tugas Akhir dan dinyatakan

layak oleh para penguji, selanjutnya adalah mempersiapkan diri untuk

maju ke tahap selanjutnya. Tahapan ini bertujuan untuk mendukung

(31)

B. Tahap Pendalaman Materi

Tahap pendalaman materi adalah tahap mendalami materi sajian yang

telah dipilih melalui proses bimbingan, wawancara narasumber,serta

melakukan latihan mandiri maupun latihan bersama dosen pembimbing

Tugas Akhir.

1. Eksplorasi

Proses pendalaman materi Bedhaya Srimpi dilakukan dengan

melakukan pencarian wiled, detail gerak pada setiap materi untuk

mencapai satu kesatuan gerak yang diinginkan. Dalam meteri bedhaya

bentuk adeg serta teknik dasar sangatlah penting. Teknik dasar serta

pengolahan tubuh sangat dibutuhkan seperti, leyekan, tolehan, mucang

kanginan, mbanyu mili, yang harus dikuasai dengan baik dan benar agar

bentuk tubuh penyaji tidak terlihat kaku ketika menari. Selain melakukan

teknik yang baik dan benar, pendukung sajian juga saling menahan diri

serta menahan ego , karena di setiap gerak dalam penerapannya harus

saling mulat. Kepekaan gendhing juga sangat diperlukan agar rasa

gendhing serta rasa yang diungkapkan dapat menyatu. Hal ini dilakukan

dalam proses latihan Tugas Akhir setiap harinya.

Dalam proses pendalaman materi Bedhaya Srimpi,lebih memperdalam

(32)

mengembangkan vocabuler gerak serta pola lantai. Namun lebih

mendalami kesatuan rasa antar penari agar suasana yang di sampaikan

dapat dipahami oleh penonton.

2. Improvisasi

Improvisasi merupakan usaha kreatif dalam melakukan proses

eksplorasi dalam pengembangan gerak tubuh serta pengolahan rasa,

yang diharapkan mampu menuangkan pikiran atau ide kreatif melalui

medium gerak. Ide penggarapan dapat berupa pla lantai maupun suasana

dalam sajian.

3. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, penterdapat beberapa pengarahan dari dosen

pembimbing baik secara kelompok,maupun individu. Dari beberapa

catatan bimbingan tersebut dapat dijadikan acuan agar lebih baik lagi

dalam berproses. Dengan latihan secara rutin baik secara mandiri maupun

dengan pembimbing, diharapkan dapat memperbaiki kekurangan yang

ada.

C. Tahap Pengembangan Wawasan

Tahap pengembangan wawasan adalah tahap seorang penari tidak

hanya dapat menguasai teknik menari, namun juga harus memiliki

(33)

yang berkaitan dengan materi tari sebagai bekal untuk berpartisipasi

dalam suatu pagelaran tari sebagai salah satu acuan seseorang untuk

menjadi penari yang baik dan disiplin.

Selain itu, seorang penari juga harus memiliki referensi buku yang

berkaitan dengan materi sajian, karena buku merupakan salah satu

wacana pengetahuan yang tertulis. Melakukan wawancara dengan

narasumber yang terkait dengan materi sajian. Penyaji melakukan

wawancara dengan empu atau beberapa dosen yang memahami materi

tersebut. Melakukan apresiasi pada beberapa pertunjukan juga

dibutuhkan, seperti pertunjukan malam setu pon yang berada di Pura

Mangkunegaran, malam nemlikuran yang diadakan di SMKI,serta

pertunjukan lainnya, baik di dalam lingkungan kampus maupun di luar

lingkungan kampus.

D. Tahap Penggarapan

Dalam tahap penggarapan materi, dipilih cara kerja kreatif dalam

pengaplikasian materi sajian sesuai tafsir. Hal ini bertujuan untuk

mencoba membangun interpretasi dalam setiap materi sajian yang

dipilih. Dalam tahapan ini dipilih 5 repertoar tari yang akan

ditafsirkan oleh penyaji menurut hasil wawancara serta pengamatan

(34)

Tafsir bentuk adalah sesuatu yang divisualisasikan melalui gerak

sebagi media utama dengan penggarapan beberapa unsur pendukung

seperti ruang, karakter, tempo, tekanan, pola lantai, serta melalui

penggarapan karawitan tari, rias busana, serta tata cahaya.

Penggarapan unsur-unsur tersebut akan menghasilkan sebuah sajian

yang sesuai dengan kebutuhan yang inginkan, dengan harapan rasa

yang akan diungkapkan dapat tersampaikan dengan baik.

1. Tari Srimpi Jayaningsih

a) Tafsir Isi

Tari Srimpi Jayaningsih bercerita tentang kisah percintaan

Banowati dan Arjuna. Akan tetapi demi keluarga Banowati rela

menjadi istri Prabu Duryudana. Dalam tafsir penyaji, Banowati

merupakan tokoh putri yang tidak egois, serta berani mengalah

demi keluarga. Dalam sajian tari Srimpi Jayaningsih, penyaji

memunculkan rasa gagah, agung, antep, sigrak, dan tegas,

didukung dengan musik tarinya.

b) Tafsir Bentuk

Dalam sajian tari Srimpi Jayaningsih, penyaji tidak mengubah

struktur sajian. Penyaji lebih menekankan pada volume gerak yang

(35)

2. Tari Srimpi Ludiramadu

a) Tafsir Isi

Tari Srimpi Ludiramadu merupakan gambaran seorang raja

yang menginginkan putranya agar tumbuh berkembang menjadi

anak yang baik. Dalam hal ini, penyaji menafsirkan tari Srimpi

Ludiramadu sebagai sebuah permohonan kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Pada sajian ini penyaji memunculkan rasa yang sareh,

semeleh,serta manembah.

b) Tafsir Bentuk

Penyaji tidak merubah struktur sajian dalam materi Srimpi

Ludiramadu, namun penyaji lebih menekankan pada gerak yang

lebih mengalir serta semeleh.

3. Tari Bedhaya Duradasih

a) Tafsir Isi

Tari Bedhaya Duradasih merupakan materi tari yang

bertema tentang rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Dalam sajian ini penyaji memunculkan rasa

manembah, agung,dan semeleh.

(36)

Dalam sajian ini penyaji tidak merubah struktur sajian , numun

penyaji lebih menekankan pada ketubuhan penyaji serta

pendukung sajian, seperti teknik leyekan agar dapat dilakukan

secara maksimal.

4. Tari Bedhaya Tolu

a) Tafsir Isi

Tari Bedhaya Tolu merupakan tarian yang menggambarkan

tentang hari kelahiran pada tanggal Jawa. Hal ini terlihat dari isi

cakepan sindhenan yang menggambarkan tentang wuku.

b) Tafsir Bentuk

Dalam sajian tari Bedhaya Tolu, penyaji tidak merubah struktur

sajian yang ada, penyaji hanya memunculkan kesan gagah dalam

sajian tersebut serta memunculkan suasana yang agung.

5. Tari Bedhaya Sukoharjo

a) Tafsir Isi

Tari Behaya Sukoharjo merupakan ungkapan rasa syukur pada

Tuhan Yang Maha Esa atas tercapainya cita-cita serta keinginan

(37)

b) Tafsir Bentuk

Dalam materi tari Bedhaya Sukoharjo, penyaji tidak mengubah

struktur sajian, hanya saja penyaji ingin memunculkan suasana

yang agung dan sakral.

E. Tahap Ujian Penentuan

Sebelum masuk ke tahap penentuan, diwajibkan untuk mengikuti

tahap kelayakan. Dalam tahap kelayakan diwajibkan untuk

mempresentasikan sepuluh materi tari yang sudah dipilih. Setelah

dinyatakan lolos , maka tahap selanjutnya adalah tahap penentuan

dengan lima materi tari. Dalam proses ujian penentuan tersebut lima

materi tari diundi dan wajib diujikan. Pada proses penentuan

dilakukan dua kali yang pertama undian mendapatkan materi Srimpi

Jayaningsih dan pada penentuan kedua undian mendapatkan materi

Bedhaya Sukoharjo.

Setelah lolos dalam tahap penentuan, tahap selanjutnya adalah

tahap Ujian Tugas Akhir. Dalam proses ini evaluasi sangat dibutuhkan

baik dalam proses sajian maupun pada penggarapan kertas laporan.

Dalam tahap Ujian Tugas Akhir, dipilih tiga materi yang akan

diundi . pada tahap ini tiga materi yang dipilih adalah Tari Bedhaya

(38)

materi tersebut akan diundi dan wajib di sajikan pada tanggal 23-25

Juli 2018.

Berikut adalah keterangan sepuluh materi sajian :

1. Genre Bedhaya

a. Tari Bedhaya Duradasih

Tari Bedhaya Duradasih disusun oleh Ingkang Sinuhun

Kanjeng Susuhanan Paku Buwono IV putra Baginda Sinuhun

Kanjeng Susuhanan Paku Buwono III. Kelahiran tari ini

berkaitan dengan perjodohan Ingkang Sinuhun Kanjeng

Susuhanan Paku Buwono IV yang saat itu masih bergelar

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Cakraningrat VI dari

Pamekasan Madura yang bernama Raden Ajeng Handaya.

Sebagai perwujudan rasa syukur atas perjodohan tersebut

makan disusunlah sebuah tarian bedhaya yang disebut Bedhaya

Duradasih. Duradasih memiliki fungsi sebagai tari upacara

perkawinan putra putri raja.

Struktur sajian pada Tari Bedhaya Duradasih adalah sebagai

berikut :

1. Maju Beksan :Pathet Slendro Manyura. Kapang-kapang

(39)

2. Beksan :sindhenan Bedhaya Durodasih, Ketawang Gendhing

Kemanak Kalih kerep minggah ladrang laras slendro pathet

manyura, Kalajengaken Ketawang Kinanti Durodasih Laras

Slendro Pathet Manyura. Sembahan dan sekaran

Durodasih

3. Mundur Beksan :Ladrang Sapu Jagad, laras pelog pathet

nem. Kapang-kapang mundur beksan

b. Tari Bedhaya Tolu

Tari Bedhaya Tolu ini diciptakan oleh Agus Tasman, S.Kar

sebagai persembahan kepada Bapak Yulius Tahiya pimpinan

PT.Caltex pada hari tumbuk yuswa di Sasanamulya. Gagasan

lahirnya Bedhaya Tolu adalah K.R.T. Hardjonagoro, yang pada

waktu itu beliau terdorong karena cita-cita untuk memberikan

“pisungsun” kepada Bapak Yulius Tahiya sebagai sahabat yang

sangat akrab. Pisungsun itu berupa Tari Bedhaya yang

mempunyai nilai tinggi dan adiluhung dan dirasakan sangat

tepat diberikan kepada orang yang terhormat dan istimewa,

yang akhirnya kemudian diberi nama Bedhaya Tolu. Pemilihan

nama Bedhaya Tolu itu karena wuku beliau adalah wuku tolu,

(40)

tepat. Adapun vokabuler geraknya banyak

pengembangan-pengembangan yang mengacu pada tari Bedhaya yang sudah

ada. Sedangkan gawang mengambil dari wuku tolu diantaranya

Tolu dan Gedong.

Struktur sajian tari Bedhaya Tolu adalah sebagai berikut :

1. Maju Beksan :Pathetan jugang dipun bawani sekar ageng

kuswalagita laras pelog pathet nem. Kapang-kapang

dilanjutkan dengan laku dodok oleh para penari kecuali

batak dengan endel yang melakukan gerak kengseran

2. Beksan :Sindhenan Bedhaya Tolu. Ketawang gendhing kethuk

2 kerep laras pelog pathet lima. Diawali dengan sembahan

larasoleh para penari kecuali batak dengan endel yang

melakukan gerak sekaram golek iwak.

3. Mundur Beksan :Ladrang langen branta laras pelog pathet

nem. Srisig mundur dan kapang-kapang.

c. Tari Bedhaya Sukaharja

Tari Bedaya Sukaharja merupakan tari kelompok yang

ditarikan oleh 9 penari putri dengan rias busana sama serta

menggunakan properti gendewa dan anak panah. Dalam

(41)

dengan tari Bedaya pada umumnya, dimana sewaktu

adegan perangan, selalu penari batak dan endel ajeg saja

yang menari di level atas (berdiri), sedangkan pada tari

Bedaya Sukaharja dibagian pertama ada 3 penari menari

pada level atas (berdiri) yaitu penari batak, endhel ajeg dan

endhel weton.

Tari Bedaya Sukaharja merupakan ungkapan perasaan

dan jiwa penyusunnya yaitu PB IX. Lebih lanjut G.R.Ay.

Koes Moertiyah mengatakan bahwa Tari Bedaya Sukaharja

disusun oleh PB IX sebagai rasa syukur pada Tuhan karena

beliau berhasil menduduki tahta kerajaan sebagai PB IX

walaupun antara pemerintahan PB VI (ayahanda PB IX)

dengan pemerintahan PB IX terdapat selang 2 masa

pemerintahan yaitu pemerintahan PB VII dan PB VIII. Selain

rasa syukur beliau telah dinobatkan menjadi raja,

terwujudnya tari Bedaya Sukaharja karena beliau juga

bersyukur telah membangun pesanggrahan yang diberi

nama Pesanggrahan Langenharjo di Kabupaten Sukoharjo.

Struktur tari Bedaya Sukaharja sama sama seperti tari

Bedhaya pada umumnya, pada bagian maju beksan iringan

(42)

Sukoharjo kethuk 2 arang minggah okrak-okrak kalajengan

Ladrang surung dayung suwuk, dilanjutkan buka Ketawang

Sumedang laras pelog pathet nem untuk beksan pokok.

Sedangkan untuk mengiringi maju dan mundur beksan

dengan pathetan pelog pathet barang. Gendhing dan tari

Bedaya Sukaharja adalah ciptaan Sampeyan Dalem Ingkang

Sinuhun Kanjeng Susuhanan Pakoe Boewono (SISKS PB) IX

pada tahun jawa 1820 yang ditengarai dengan candra

sengkala “Kembar Kaluhuraning Srira Nata” atau pada tahun

1873 Masehi. Gendhing dan tari tersebut dibuat beberapa

waktu setelah SISKS PB IX jumenengan nata (naik tahta).

Rias busana yang digunakan untuk tari Bedhaya pada

umumnya sama, karena memang ingin mengungkapkan

satu tema atau satu karakter yang sama. Busana untuk tari

Bedhaya Sukaharja tidak ada ketentuan yang mengikat. Bisa

saja model baju kotangan dengan rambut kadal menek, mekak

dengan jamangan dan kotangan dengan jamangan.

2. Genre Srimpi

a. Tari Srimpi Jayaningsih

Tari Srimpi Jayaningsih merupakan tarian kelompok yang

(43)

ini ditarikan oleh lima penari dengan menggunakan warna

gerak gaya mataram (Yogyakarta dan Surakarta) yang sangat

berpengaruh menjadi khas pada tari Srimpi Jayaningsih. Srimpi

Jayaningsih pertama kali ditarikan di Sasono Langen Budaya

TMII dalam rangka Gelar Budaya Persiapan Misi Kesenian di

Ogaki Jepang.

Secara etimologi, Jayaningsih berasal dari dua kata jaya dan

sih yang mendapat sisipan ing. Jaya berarti kemenangan, sih

berarti katresnan atau cinta. Tari ini menceritakan tentang kisah

Dewi Banowati putri Mandraka yang rela diperistri oleh Prabu

Duryudana dan mengkorbankan cintanya terhadap Raden

Janaka demi kepentingan keluarga dan negaranya. Gendhing

tariannya disusun oleh Rahayu Supanggah.

Struktur sajian pada tari Srimpi Jayaningsih yaitu :

1. Maju Beksan

2. Dengan Pathetan Ngelik Pelog Barang kelima penari

kapang-kapang sampe pada tengah-tengah duduk sila.

3. Beksan

- Beksan Merong : dengan iringan Gendhing Jayaningsih

Kethuk loro kerep berisi gerakan sembahan, leyekan,

(44)

- Beksan Inggah : minggah kethuk papat, Ketawang

Jayaningsih Laras pelog pathet barang berisi sekaran enjer

ridong sampur, lincak gagak, srisig

4. Mundur Beksan

Penari kapang-kapang dengan Ladrang Winangun pelog

barang

b. Tari Srimpi Ludiromadu

Tari Srimpi Ludiramadu merupakan susunan dari

Kanjeng Gusti Adipati Anom Hamengkunegara Paku

Buwana V tahun 1718-1748. Tari Srimpi Ludiramadu

awalnya bernama ludira Madura, ludira” artinya darah, dan

madura” berarti keturunan Madura, sehingga Tari Srimpi

Ludiramadu merupakan peringatan bahwa beliau memiliki

darah keturunan Madura.

Pada tahun 1997 A. Tasman memadatkan kembali

Tari Srimpi Ludiramadu didasarkan pada konsep

pelestarian Bedhaya dan Srimpi, karena durasi yang terlalu

panjang maka dilakukan pengurangan vokabuler gerak,

serta pemotongan iringan tanpa mengurangi nila rasa yang

ada pada tari Srimpi Ludiramdu.

(45)

1. Maju beksan, gendhing yang digunakan adalah

Pathet Ageng laras pelog pathet barang disini penari

kapang-kapang masuk

2. Beksan 1, gendhing yang digunakan adalah

Gendhing Ludiramadu kethuk 4 kerep minggah

(Kinanthi) meliputi sembahan, trap sila jengkeng,

berdiri sindet kiri, beksan laras kanan, sindet kiri,

ngalapsari, sindhet kiri, laras kiri, srisig, menthang

kanan, miwir sampur, panggel, srisig

oyak-oyakan, srisig ngembat, srisig sindet kiri, sekar

suwung trap dahi, lincak gagak, srisig sindet kiri,

panahan, srisig kiri, sindet kiri.

3. Beksan 2, gendhing yang digunakan adalah Ladrang

Mijil Ludira Laras pelog pathet barang(suwuk)

meliputi sembahan, nikelwarti, berdiri srisig

sindet kiri, lembehan wutuh, engkyek, srisig

kengser ke kanan nampa ukel, adumanis mubeng

seblak kanan, sekar suwun malangkrik, kengser ke

kanan, glebagab malangkrik, sekar suwun trap

puser, srisig pendhapan.

4. Mundur beksan, gendhing yang digunakan adalah

(46)

meliputi kembali kapang-kapang gawang racik

kebar.

Rias busana yang digunakan pada sajian tari Srimpi

Ludiramadu bagian kepala menggunakan jamang, dan badan

menggunakan rompi merah dan kain samparan.

c. Tari Srimpi Gondokusumo

Beksan Srimpi Gondokusumo adalah ciptaan Hingkang

Sinuhun Kanjeng Susuhanan Pakoe Buewono VIII, yang

bertahta di Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada tahun

Jimikar 1786 atau 1858 Masehi.

Pada umumnya nama beksan Bedhaya maupun Srimpi

diambilkan dari nama gendhing yang mengiringinya, yaitu “Gendhing Gandakusuma minggah Ladrang Gandasuli, suwuk buka celuk Ketawang Mijil (Gendhing Kemanak) laras Slendro pathet

Sanga”.

Adapun gendhing maupun beksan tersebut merupakan salah

satu hasil karya beliau sewaktu naik tahta. Hal ini tampak pada

bunyi kalimat pertama Buka Celuk Ketawang Mijil yang

menunjukkan tahun diciptakannya “Mijil Yoganing Sabda

(47)

Struktur iringan tari Srimpi Gondokusumo sebagai berikut :

a. Pathetan Slendro sanga

b. Gandakusuma, Ketawang Gendhing Kethuk 2 Kerep Minggah

Ladrang Gandasuli suwuk, Buka celuk Mijil (Gendhing

Kemanak), laras Slendro Pathet Sanga

c. Gandasuli, Ladrang Laras Slendro Pathet Sanga

d. Pathetan Jugag, Laras Slendro Pathet Sanga

e. Mijil Yoga, Ketawang Kemanak

f. Kagong Madura, Ladrang irama tanggung.

3.Genre Wireng/Pethilan

a. Tari Adaninggar Kelaswara

Tari Adaninggar Kelaswara disusun oleh Agus Tasman pada

tahun 1971 dan digubah oleh S.D. Humardani (Alm) pada tahun

1974. Tari ini mengambil cerita dari Serat Menak yang digarap

dalam bentuk wireng dan menceritakan dua tokoh wanita yang

berperang memperebutkan Wong Agung Menak Jayengrana.

Tokoh tersebut adalah Adaninggar, putri Hong Tete dari Cina

yang jatuh cinta pada Wong Agung Menak Jayengrana,

sedangkan Kelaswara adalah putri dari Raja Kelan, istri dari

(48)

Struktur sajian pada tari Adaninggar Kelaswara yaitu :

1. Maju Beksan :

- Pertama :ada-ada srambahan laras slendro pathet sanga,

kapang-kapang, jengkeng.

- Kedua :srepeg laras slendro pathet sanga, sembahan,

sabetan, lumaksana ombakbanyu, srisig.

2. Beksan :

- Beksan I :Ladrang Gandasuli, laras slendro pathet sanga,

sembahan laras, laras sawit, sindhet, hoyog, gedegan,

srisig, rimong sampur, panggel, enjer, kenser, sautan,

ridong sampur, leyekan.

- Beksan II :Lancaran Kedhu, berisi perangan keris yang

mengungkapkan kekesalan hati Adaninggar.

- Beksan III :Srepeg laras slendro pathet sanga, berisi

perang, oyak-oyakan.

- Beksan IV :Palaran Gambuh laras slendro pathet sanga,

berisi panahan Kelaswara yang awalnya keseser oleh

Adaninggar, ia ingin membunuh Adaninggar dengan

panahnya dan mati di arena peperangan.

- Beksan V :Ayak-ayakan laras slendro pathet sanga, berisi

(49)

menghantarkan roh Adaninggar yang telah gugur

olehnya.

3. Mundur Beksan :

Sampak laras slendro pathet sanga, berisi jengkeng, sembahan,

sabetan, srisig, kapang-kapang.

b. Tari Srikandi Cakil

Tari Srikandi Cakil disusun pada tahun 1978 oleh S. Pamardi

dan alm. Sri Martati. Tari Srikandi Cakil merupakan salah satu

tari gaya Surakarta yang bebentuk wireng-pethilan yang diambil

dari lakon “Srikandi Merguru Manah” sebagai pancatan penggarapnya.

Tari ini mengisahkan tentang peperangan antara Dewi Wara

Srikandi seorang putri dari Pancalaradya melawan Cakil yang

merupakan abdi dari Prabu Jungkung Mardeya dari kerajaan

Paranggubarja. Srikandi adalah sosok prajurit perempuan yang

cantik dengan pembawaan tregel yang mahir dalam

menggunakan panah.

(50)

1. Maju Beksan :

Srikandi dan Cakil masuk panggung dengan

kapang-kapang menuju gawang suponodiiringi ada-ada laras

slendro pathet sanga, jengkeng, sembahan. Berdiri sabetan,

lumaksana, kemudian srisig jeblosan dengan iringan srepeg

laras slendro pathet sanga.

2. Beksan :

dimulai dari gendhing bentuk Ketawang Teplek Laras

Slendro Pathet Sanga, ada-ada pathet juggag slendro sanga,

perang satu, kemudian perang dua diiringi dengan

Srepeg Laras Slendro Pathet Sanga.

3. Mundur Beksan :

Perang keris diiringi Sampak Laras Slendro Pathet Sanga,

srisig keluar dari panggung.

4.Genre Gambyong

- Tari Gambyong Ayun-Ayun

Tari Gambyong Ayun-Ayun diciptakan oleh S.Maridi (alm)

pada tahun 1978. Bentuk garap sajian pada tari ini berpijak pada

jenis tari Gambyong yang sudah ada sama halnya dengan tari

Gambyong Mudhatama. Penciptaan tari ini berawal dari

(51)

dengan gambyong yang lainnya, yaitu terletak pada susunan

sekaran dan gendhing yang mengiringi.

Nama Ayun-Ayun diambil dari salah satu gendhing yang

mengiringinya yaitu ladrang Ayun-Ayun. Tari ini mempunyai

karakter tregel, kenes dan kemayu. Ciri khas pada tari Gambyong

Ayun-Ayun terlihat pada sekaran tari Golek yaitu sekaran ngilo

asta (doro muluk).

Struktur sajian pada tari Gambyong Ayun-Ayun yaitu :

1. Maju Beksan :Ladrang Ayun-Ayun laras pelog pathet nem

dalam irama tanggung, srisig.

2. Beksan :Ladrang Ayun-Ayun laras pelog pathet nem dalam

irama wiled (ciblon).

3. Mundur Beksan :Ladrang Ayun-Ayun laras pelog pathet nem

dalam irama tanggunng, srisig.

5. Genre Pasihan

- Tari Lambangsih

Tari Lambangsih merupakan tari yang disusun oleh S. Maridi pada

tahun 1973. Penyusunan tari ini berpijak pada gerak tradisi

Surakarta. Sebelum ada tari Lambangsih Kasunanan memiliki

(52)

bangsawan yang bernama Fragmen Kusuma Asmara. Cerita ini

diambil simbol percintaan abadi dalam pewayangan percintaan

Kamajaya Kamaratih. Namun Fragmen Kusuma Asmara sudah

tidak ditampilkan lagi dan digarap lagi oleh S. Maridi dengan

penggarap karawitan oleh Fx Subanto dan Syair oleh Wahyu SP

dan mulai dinamai dengan tari Lambangsih yang artinya cinta

abadi. Karakter yang akan dibawakan oleh penari Tari Lambangsih

adalah Alus, luruh, agung, anthep(Dewa) untuk laki-laki,

sedangkan perempuaan memiliki karakter endel, lanyap (Dewi).

(wawancara oleh Wahyu Santoso Prabowo, 13 September 2017)

Struktur sajian dalam Tari Lambangsih terdiri dari : maju beksan :

jalan kapang-kapang, kengser, srisig, ekyek, kengser, srisig. Beksan :

nyembah dan beksan bersama, kebar penari putra dan putri

lelangenan. Mundur beksan: srisig.

Bentuk Gendhing dalam Tari Lambangsih sebagai berikut :

a. Sekar Macapat Dhandhanggula Laras Pelog Pathet Nem

b. Tumdhah, Ketawang Laras Pelog Pathet Nem

c. Pathetan Lasem Laras Pelog Pathet Nem

d. Gandamastuti, Ketawang Laras Pelog Pathet Nem

e. Lir-Ilir, Ketawang Laras Pelog Pathet Nem

(53)

Rias yang digunakan adalah rias wajah cantik, sedangkan busana

pada tari Lambangsih adalah Bagian atas (kepala) untuk putri ada

irah-irahan, uren, sumping, suweng untuk putra ada irah-irahan,

sumping, bagian tengah (badan) untuk putri ada mekak, ilat-ilatan,

sampur, slepe, thotok, kalung, gelang, klat bahu untuk putra ada kalung,

celana cindhe, jarik, stagen cindhe, sampur, slepe, thotok, slempang, uncal,

gelang, klat bahu, keris, bagian bawah untuk putri ada kain samparan

untuk putra ada binggel.

F. Hambatan Dan Solusi

Dalam proses Ujian Tugas Akhir, penyaji mengalami berbagai

hambatan serta kesulitan seperti :

1. Terbatasnya waktu latiahan dengan tim karawitan.

2. Sulitnya mengatur jadwal antar pendukung sajian sehingga latihan

dilakukan sesuai kelonggaran waktu pendukung sajian.

3. Kurangnya pembagian ruangan sehingga sedikit menghambat

proses latihan. Sehingga terkadang penyaji melakukan latihan di

ruangan seadanya.

4. Keterbatasan tim karawitan yang masih masukdalam jam kerja

(54)

Penyaji dapat memaklumi hal tersebut namun semestinya hal

tersebut dapat berjalan beriringan dengan baik dan lancar serta

tidak menghambat satu sama lain.

Segala hambatan serta masalah yang dirasakan oleh penyaji maupun

pendukung sajian dalam proses Tugas Akhir selalu dapat diambil sisi

positifnya. Dalam penyelesaian masalah, penyaji dan pendukung sajian

selalu mencari jalan keluar bersama-sama agar tidak terjadi kejadian yang

tidak diinginkan. Dengan demikian proses Tugas Akhir dapat berjalan

(55)

BAB III

DESKRIPSI SAJIAN

Deskripsi sajian merupakan gambaran dari sebuah sajian tari yang

bertujuan agar pembaca lebih mudah memahami isi serta sruktur sajian

tersebut.

a. Tari Bedhaya Duradasih

Tari Bedhaya Duradasih disusun oleh Ingkang Sinuhun Kanjeng

Susuhanan Paku Buwono IV putra Baginda Sinuhun Kanjeng Susuhunan

Paku Buwono III. Kelahiran tari ini berkaitan dengan perjodohan Ingkang

Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono IV yang saat itu masih

bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Cakraningrat VI dari

Pamekasan Madura yang bernama Raden Ajeng Handaya. Sebagai

perwujudan rasa syukur atas perjodohan tersebut makan disusunlah

sebuah tarian bedhaya yang disebut Bedhaya Duradasih. Duradasih

memiliki fungsi sebagai tari upacara perkawinan putra putri raja.

Struktur sajian pada Tari Bedhaya Duradasih adalah sebagai berikut :

1. Maju Beksan :Pathet Slendro Manyura. Kapang-kapang

(56)

2. Beksan :sindhenan Bedhaya Durodasih, Ketawang Gendhing

Kemanak Kalih kerep minggah ladrang laras slendro pathet

manyura, Kalajengaken Ketawang Kinanti Durodasih Laras

Slendro Pathet Manyura. Sembahan dan sekaran

Durodasih

3. Mundur Beksan :Ladrang Sapu Jagad, laras pelog pathet

nem. Kapang-kapang mundur beksan.

Rias busana yang digunakan pada bagian kepala menggunakan

sanggul atau gelung, cundhuk jungkat, cundhuk mentul, banguntulak.

Pada bagian tubuh menggunakan kain samparan, dhodhot,sampur,

slepe,thotok. Serta menggunakan aksesoris berupa giwang, gelang, dan

kalung.

b. Tari Bedhaya Tolu

Tari Bedhaya Tolu diciptakan oleh Agus Tasman S.Kar, sebagai

persembahan kepada Bapak Yulius Tahiya pimpinan PT.Caltex pada hari

tumbuk yuswa di Sasanamulya. Gagasan lahirnya Bedhaya Tolu adalah

K.R.T. Hardjonagoro, yang pada waktu itu beliau terdorong karena

cita-cita untuk memberikan “pisungsun” kepada Bapak Yulius Tahiya sebagai sahabat yang sangat akrab. Pisungsun itu berupa Tari Bedhaya yang

mempunyai nilai tinggi dan adiluhung dan dirasakan sangat tepat

(57)

kemudian diberi nama Bedhaya Tolu. Pemilihan nama Bedhaya Tolu itu

karena wuku beliau adalah wuku tolu, tepatlah digarap dalam bentuk

Bedhaya sebagai pisungsun yang tepat. Adapun vokabuler geraknya

banyak pengembangan-pengembangan yang mengacu pada tari Bedhaya

yang sudah ada. Sedangkan gawang mengambil dari wuku tolu

diantaranya Tolu dan Gedong.

Struktur sajian tari Bedhaya Tolu adalah sebagai berikut :

1. Maju Beksan :Pathetan jugang dipun bawani sekar ageng

kuswalagita laras pelog pathet nem. Kapang-kapang

dilanjutkan dengan laku dodok oleh para penari kecuali

batak dengan endel yang melakukan gerak kengseran

2. Beksan :Sindhenan Bedhaya Tolu. Ketawang gendhing kethuk

2 kerep laras pelog pathet lima. Diawali dengan sembahan

larasoleh para penari kecuali batak dengan endel yang

melakukan gerak sekaram golek iwak.

3. Mundur Beksan :Ladrang langen branta laras pelog pathet

nem. Srisig mundur dan kapang-kapang.

Rias busana yang digunakan pada tari Bedhaya Tolu di bagian kepala

memakai gelung bokor mengkurep yang di tutup dengan rangkaian

bunga melati, jamang, cundhuk mentul, garudha mungkur,dan kembang

(58)

bludru berlengan panjang, sampur, slepe dan thotok. Serta menggunakan

aksesoris berupa giwang, gelang, kalung, dan sumping.

c. Tari Bedhaya Sukoharjo

Tari Bedaya Sukoharjo merupakan tari kelompok yang ditarikan oleh 9

penari putri dengan rias busana sama serta menggunakan properti

gendewa dan anak panah. Dalam bentuknya, tari Bedaya Sukoharjo

terdapat perbedaan dengan tari Bedaya pada umumnya, dimana sewaktu

adegan perangan, selalu penari batak dan endel ajeg saja yang menari di

level atas (berdiri), sedangkan pada tari Bedaya Sukoharjo dibagian

pertama ada 3 penari menari pada level atas (berdiri) yaitu penari batak,

endhel ajeg dan endhel weton.

Tari Bedaya Sukaharja merupakan ungkapan perasaan dan jiwa

penyusunnya yaitu PB IX. Lebih lanjut G.R.Ay. Koes Moertiyah

mengatakan bahwa Tari Bedaya Sukaharja disusun oleh PB IX sebagai

rasa syukur pada Tuhan karena beliau berhasil menduduki tahta kerajaan

sebagai PB IX walaupun antara pemerintahan PB VI (ayahanda PB IX)

dengan pemerintahan PB IX terdapat selang 2 masa pemerintahan yaitu

pemerintahan PB VII dan PB VIII. Selain rasa syukur beliau telah

dinobatkan menjadi raja, terwujudnya tari Bedaya Sukoharjo karena

beliau juga bersyukur telah membangun pesanggrahan yang diberi nama

(59)

Struktur tari Bedhaya Sukoharjo sama seperti tari Bedhaya pada

umumnya, pada bagian maju beksan iringan yang digunakan yaitu

Gendhing Myanggong atau Gendhing Sukoharjo kethuk 2 arang minggah

okrak-okrak kalajengan Ladrang surung dayung suwuk, dilanjutkan buka Ketawang

Sumedang laras pelog pathet nem untuk beksan pokok. Sedangkan untuk

mengiringi maju dan mundur beksan dengan pathetan pelog pathet barang.

Selain itu untuk mengiringi juga bagian satu dan dua dengan pathetan

pelog jugag. Gendhing dan Tari Bedhaya Sukoharjo adalah ciptaan

Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono

(SISKS PB) IX pada tahun jawa 1820 yang ditengarai dengan candra

sengkala “Kembar Kaluhuraning Srira Nata” atau pada tahun 1873 Masehi.

Gendhing dan tari tersebut dibuat beberapa waktu setelah SISKS PB IX

jumenengan nata (naik tahta).

Rias busana yang digunakan untuk tari Bedhaya pada umumnya

sama, karena memang ingin mengungkapkan satu tema atau satu

karakter yang sama. Busana untuk tari Bedhaya Sukoharjo tidak ada

ketentuan yang mengikat. Bisa saja model baju kotangan dengan rambut

kadal menek, mekak dengan jamangan dan kotangan dengan jamangan.

Pada tahap penentuan,rias busana yang digunakan pada bagaian

kepala menggunakan kantong gelung, jamang,cundhuk jungkat, cundhuk

(60)

bermotif parang, baju berlengan pendek berwarna merah muda ,sampur

berwarna hijau, slepe, dan thotok. Pada aksesoris menggunakan giwang,

gelang, kalung, dan sumping dengan properti gendewa. Pada ujian Tugas

Akhir rias busana yang digunakan berbeda dengan tahap penentuan.

Dalam ujian tugas akhir menggunakan sanggul serta dhodot. Hal ini

bertujuan agar menimbulkan kesan gagah namun tetap terlihat anggun.

Adapun aksesoris yang di gunakan pada bagian sanggung adalah,

chunduk jungkat, chunduk mentul, wulu, grodha, penetep, dan perhiasa

panjang bermata dua, dan sinthingan berbentuk mutiara di kanan kiri

sanggul. Pada bagian ini grodha di letakkan pada bagian belakang

sanggul bertujuan agar memunculkan kesan gagah seorang prajurit

wanita, penetep di bagian belakang menyimbolkan kewaspadaan seorang

wanita, sedang perhiasan panjang bermata dua di gunakan untuk tetap

memunculkan kesan cantik dan anggun. Pada bagian dhodot

menggunakan samparan cinde berwarna hijau, sampur cinde berwarna

hijau, dhodot dari kain bermotif parang garudha, buntal, slepe, dan janur.

Selain itu menggunakan perhiasa berupa gelang, kalung, dan

giwang.dhodot kain parang garudha digunakan agar memunculkan kesan

gagah seorang prajurit wanita yang sedang berlatih perang, namun

samparan cinde berwarna hijau digunakan untuk memunculkan kesan

(61)

d. Tari Srimpi Jayaningsih

Tari Srimpi Jayaningsih merupakan tarian kelompok yang disusun

oleh Sunarno Purwalelana, S.Kar pada tahun 1992. Tari ini ditarikan oleh

lima penari dengan menggunakan warna gerak gaya mataram

(Yogyakarta dan Surakarta) yang sangat berpengaruh menjadi ciri khas

pada tari Srimpi Jayaningsih. Srimpi Jayaningsih pertama kali ditarikan di

Sasono Langen Budaya TMII dalam rangka Gelar Budaya Persiapan Misi

Kesenian di Ogaki Jepang.

Secara etimologi, Jayaningsih berasal dari dua kata jaya dan sih yang

mendapat sisipan ing. Jaya berarti kemenangan, sih berarti katresnan atau

cinta. Tari ini menceritakan tentang kisah Dewi Banowati putri Mandraka

yang rela diperistri oleh Prabu Duryudana dan mengkorbankan cintanya

terhadap Raden Janaka demi kepentingan keluarga dan negaranya.

Gendhing tariannya disusun oleh Rahayu Supanggah.

Struktur sajian pada tari Srimpi Jayaningsih yaitu :

1. Maju Beksan

2. Dengan Pathetan Ngelik Pelog Barang kelima penari

kapang-kapang sampe pada tengah-tengah duduk sila.

(62)

- Beksan Merong : dengan iringan Gendhing Jayaningsih

Kethuk loro kerep berisi gerakan sembahan, leyekan,

panggel, sindhet, laras anglirmendung, sukarsih

- Beksan Inggah : minggah kethuk papat, Ketawang

Jayaningsih Laras pelog pathet barang berisi sekaran enjer

ridong sampur, lincak gagak, srisig

4. Mundur Beksan

Penari kapang-kapang dengan Ladrang Winangun pelog

barang.

Pada tahap penentuan, rias busana yang digunakan menggunakan

gelung kadal menek pada bagian kepala. Pada bagian tubuh

menggunakan kain samparan bermotif garudha, angkin yang dibuat dari

kain bermotif cuwiri, sampur, slepe, dan thotok. Menggunakan aksesoris

berupa giwang, gelang, kalung.

e. Tari Srimpi Ludiramadu

Tari Srimpi Ludiramadu merupakan susunan dari Kanjeng Gusti

Adipati Anom Hamengkunegara Paku Buwana V tahun 1718-1748. Tari

Srimpi Ludiramadu awalnya bernama ludira Madura, ludira” artinya

(63)

Ludiramadu merupakan peringatan bahwa beliau memiliki darah

keturunan Madura.

Pada tahun 1997, A. Tasman memadatkan kembali

Tari Srimpi Ludiramadu didasarkan pada konsep

pelestarian Bedhaya dan Srimpi, karena durasi yang terlalu

panjang maka dilakukan pengurangan vokabuler gerak,

serta pemotongan iringan tanpa mengurangi nilai rasa yang

ada pada tari Srimpi Ludiramdu.

Struktur sajian dalam tari Srimpi Ludiramadu adalah :

1. Maju beksan, gendhing yang digunakan adalah

Pathet Ageng laras pelog pathet barang disini penari

kapang-kapang masuk

2. Beksan 1, gendhing yang digunakan adalah Gendhing

Ludiramadu kethuk 4 kerep minggah (Kinanthi) meliputi

sembahan, trap sila jengkeng, berdiri sindet kiri, beksan laras

kanan, sindet kiri, ngalapsari, sindhet kiri, laras kiri, srisig,

menthang kanan, miwir sampur, panggel, srisig oyak-oyakan,

srisig ngembat, srisig sindet kiri, sekar suwung trap dahi,

lincak gagak, srisig sindet kiri, panahan, srisig kiri, sindet kiri.

3. Beksan 2, gendhing yang digunakan adalah Ladrang

Gambar

Gambar 1. Penentuan , Srimpi Jayaningsih, Pose 5 penari melakukan  sekaran panahan.
Gambar 10. Tugas Akhir, Pose satu penari tampak depan.  Bedhaya Sukaharja ( Dokumentasi: Ravic 23 Juli 2018)
Gambar 14. Tugas Akhir, Pose gawang rakit 9 orang penari.  Bedhaya Sukaharja ( Dokumentasi : Ravic, 23 Juli 2018)

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan nasional pada penjelasan pasal 39 ayat 2 dikemukakan bahwa: Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai

Apabila di kemudian hari ternyata terbukti bahwa sebagian atau seluruh skripsi ini merupakan hasil plagiasi, maka gelar dan ijazah yang telah saya peroleh dapat dibatalkan

The researcher would like to express gratitude for all her blessing so that she managed to finish this thesis entitled “An Effort to Improve Students’ Competence in Reading Recount

Dalam hubungannya dengan kepuasan kerja, Babin dan Boles (1998) serta Mathieu dan Zajac (1990) menemukan bahwa role conflict dan role ambiguity memiliki efek yang negatif

Pembimbing penulisan skripsi Saudara Syamsul Bahri, NIM: 20100109071, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar,

Data pada tabel di atas sesuai dengan angket yang diedarkan kepada peserta didik menunjukkan, bahwa skor rata-rata tentang peran orang tua dalam memotivasi peserta didik

Berdasarkan hasil penelitian disarankan setiap sekolah, laboratorium biologinya harus memiliki manajemen laboratorium yang baik agar kegiatan praktikum dapat

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengembangkan media interaktif 3D materi pokok sistem pencernaan manusiadengan metodologi terstruktur yang