• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Hari Depan Petani dan Pertanian :

Rekonstruksi dan Restrukturisasi

Prof. Dr. Bungaran Saragih, M.Ec

Menteri Pertanian Republik Indonesia

Pidato kunci pembukaan Konferensi Nasional

Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI),

Jakarta 28 Mei 2004

Saudara Menteri Koordinator Perekonomian, Gubernur Bank Indonesia,

Pengurus dan Anggota PERHEPI, Hadirin Sekalian,

Selamat sore,

Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rakhmat dan berkahnya kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat untuk mengikuti acara pembukaan Konferensi Nasional PERHEPI dengan tema “Hari

Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi”.

Tema ini merupakan refleksi tekad rekan-rekan anggota PERHEPI untuk memikirkan dan merumuskan masalah kritis, arah, strategi dan proses perencanaan pembangunan jangka panjang, terutama pembangunan pertanian dalam mewujudkan cita-cita bangsa ke depan, khususnya masa depan petani dan pertanian. Sebagai organisasi profesi ekonomi pertanian, PERHEPI mempunyai kompetensi dan sepatutnya beritikad demikian, lebih-lebih pada saat ini merupakan waktu yang tepat dimana rakyat kita akan memilih pemimpin nasional melalui pemilihan langsung. Pemerintahan baru yang nantinya terbentuk pasti amat membutuhkan sumbangan pemikiran dalam merumuskan visi, misi, strategi dan program pembangunan setidaknya untuk lima tahun ke depan.

(2)

Sebagai anggota PERHEPI, saya tentu wajib mendukung tekad mulia tersebut, dan sebagai Menteri Pertanian saat ini, saya tentu akan sangat terbantu karena hal itu juga merupakan salah satu tanggung jawab saya.

Pada kesempatan ini, saya akan memberikan sumbangan pemikiran mengenai beberapa pertanyaan mendasar yang telah direncanakan akan dibahas secara khusus dalam konferensi ini.

Adakah yang salah dengan Pertanian kita ? Saya cenderung mengusulkan mengubah pertanyaan ini menjadi “masalah mendasar apakah yang kini tengah atau di masa mendatang akan dihadapi oleh petani dan pertanian kita ?”

Hadirin, para undangan dan pakar yang saya hormati,

Saya berpendapat masalah mendasar pertama yang kita hadapi saat ini dan yang akan datang, adalah marjinalisasi pertanian, yakni marjinalisasi luas penguasaan lahan, kesuburan tanah, khususnya lahan sawah, atau nilai tukar petani. Marjinalisasi luas penguasaan lahan ditunjukkan oleh semakin meningkatnya jumlah petani gurem. Akar penyebabnya ialah jumlah petani meningkat lebih cepat dari luas baku lahan. Jumlah petani yang terus meningkat sementara PDB sektor pertanian terus menurun, merupakan pertanda proses transformasi perekonomian kita berlangsung tidak berimbang. Perekonomian gagal mencapai titik balik transformasi (transformation turning point). Akar penyebabnya ialah strategi pembangunan yang tidak memihak sektor pertanian. Saya menduga inilah salah satu isu sentral yang perlu dibahas lebih mendalam dalam konferensi ini. Marjinalisasi luas penguasaan lahan di perburuk pula oleh marjinalisasi kesuburan tanah, khususnya lahan sawah yang merupakan basis produksi pangan nasional. Berbagai upaya telah kita lakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah, namun intensitas pemanfaatan lahan sawah yang demikian tinggi ternyata menyebabkan perlambatan produktivitasnya, karena lahan pertanian kita mengalami kelelahan (soil fatigue). Marjinalisasi luas penguasaan dengan kesuburan lahan berdampak pada penurunan daya saing usahatani kita. Usahatani tidak lagi memadai untuk menopang kehidupan yang layak bagi sebagian besar keluarga tani kita. Sungguh ini suatu dampak yang tidak pernah diantisipasi sebelumnya yang justru memperlemah ketahanan pangan kita.

Perlambatan produktivitas atau gejala levelling off di lahan sawah tersebut sesungguhnya sudah berlangsung sejak tahun 1980-an, namun saat ini gejala tersebut makin mengalami percepatan. Faktor penyebabnya adalah menurunnya efisiensi jaringan irigasi di beberapa wilayah yang dibangun sejak pemerintahan kolonial, upaya rehabilitasinya mengalami perlambatan karena keuangan negara terbatas. Dan kondisi ini

(3)

semakin diperparah oleh menurunnya kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS) kita karena makin meningkatnya kegiatan usahatani di daerah hulu.

Selain karena perlambatan produktivitas, kapasitas produksi pangan nasional semakin terbatas, karena menurunnya luas baku lahan sawah akibat konversi. Penurunan luas baku lahan telah berlangsung sejak paruh kedua dekade 1980-an dan cenderung semakin besar seiring dengan peningkatan konversi ke nonpertanian, khususnya di pulau Jawa. Pada beberapa tahun terakhir, penurunan luas baku lahan sawah juga telah terjadi di luar Jawa. Perpaduan perlambatan produktivitas dan penurunan luas baku sawah tidak hanya berdampak nyata pada penurunan kapasitas produksi pangan nasional tetapi juga ketidakstabilan produksi pangan kita.

Oleh karena itu, saya memandang bahwa ke depan diperlukan perubahan serta perluasan sistem irigasi serta rehabilitasi dan konservasi DAS yang merupakan kunci utama penentu kemantapan ketahanan pangan nasional.

Para peserta konferensi yang saya hormati,

Memang sedemikian suramkah masa depan bangsa ini jika mengandalkan pertanian sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi nasional ? Inilah pertanyaan yang akan dibahas mendalam dalam konferensi ini.

Pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat mencapai tahapan tinggal landas (take-off) menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa berbasis ilmu dan teknologi modern tanpa didahului dengan pencapaian tahapan pembangunan sektor pertanian yang handal. Sektor pertanian yang handal merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Para perancang pembangunan Indonesia periode sebelumnya menyadari benar akan hal itu, sehingga pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap. Pada tahap pertama pembangunan dititik beratkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian. Pada tahapan kedua pembangunan dititik beratkan pada industri pengolahan penunjang sektor pertanian (agro industri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Dengan rancangan yang demikian, proses transformasi struktur perkonomian Indonesia akan berjalan dengan serasi dan seimbang sehingga tumbuh cepat, merata dan tangguh menghadapi gejolak internal maupun eksternal.

Kita tidak perlu ragu akan kehandalan sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Sebagai pakar ekonomi pertanian, Saudara telah mengetahui baik

(4)

secara teoritis maupun faktual. Sekarang tinggal tekad Saudara untuk mewujudkan semua itu dalam tatanan politik nasional pada pemerintahan baru nanti.

Hadirin sekalian,

Adakah yang salah dari bangsa ini dalam mengimplementasikan strategi pembangunan nasionalnya yang sudah menjadi komitmen politiknya ? Fakta menunjukkan bahwa ternyata pembangunan ekonomi tidak sesuai dengan rencana jangka panjang tersebut. Pelaksanaan pembangunan, terutama pada 15 tahun terakhir, lebih dititik beratkan pada pembangunan sektor industri, yang diawali dengan industri substitusi impor dan dilanjutkan dengan industri promosi ekspor. Investasi dipacu dengan mengundang investor asing maupun pinjaman luar negeri. Dengan perkataan lain, dalam realitanya pelaksanaan pembangunan ekonomi dilaksanakan dengan tiga prinsip dasar. Pertama, pembangunan diarahkan untuk mengejar target laju pertumbuhan yang setinggi-tingginya. Kedua, pembangunan dilaksanakan dengan menjadikan sektor industri sebagai sektor andalan.

Ketiga, pembangunan dipacu dengan berorientasi pada perekonomian eksternal (outward

looking strategy) baik dalam hal sumberdaya pembangunan (khususnya modal, ilmu pengetahuan, teknologi dan bahan baku) maupun dalam hal pemasaran hasil produksi (orientasi ekspor).

Secara umum dapat dikatakan bahwa pembangunan pertanian dan pedesaan kurang mendapat perhatian. Pembangunan pertanian lebih diarahkan sebagai "penunjang" dan

"pendukung" pembangunan nasional dan bukan sebagai "andalan" atau "titik berat"

pembangunan, sebagaimana yang diumumkan secara resmi melalui buku pembangunan nasional jangka panjang.

Hadirin sekalian,

Dari uraian di atas patut diduga bahwa salah satu akar penyebab krisis ekonomi yang terjadi beberapa tahun yang lalu dan sekarang masih dalam proses pemulihan ialah penyimpangan pelaksanaan pembangunan dari rencana jangka panjangnya. Sektor industri dan jasa dibangun tidak padu-padan dengan sektor pertanian. Dengan perkataan lain, krisis ekonomi merupakan akibat dari kesalahan pelaksanaan strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan sektor industri berspektrum luas tanpa mempedulikan keterkaitannya dengan sektor pertanian. Jika hipotesis ini benar maka strategi pembangunan di masa mendatang haruslah ditinjau ulang. Sektor pertanian harus direposisi dari sektor penunjang menjadi sektor andalan perekonomian nasional.

(5)

Inilah yang saya kira tantangan kita bersama saat ini. Beranikah peserta konferensi dan mampukah para pakar PERHEPI mempromosikan pemikiran ini, yaitu mewujudkan sektor pertanian menjadi sektor andalan perekonomian nasional sebagai suatu konsensus nasional untuk masa pemerintahan periode yang akan datang ? Tentunya semua itu terpulang kepada para pakar yang hadir dalam konferensi ini. Saya percaya, konferensi ini akan menghasilkan tekad yang kuat untuk, tidak hanya memperjuangkan pembangunan sektor pertanian sebagai prioritas pembangunan perekonomian nasional, tetapi juga mendorong implementasi secara konsekuen.

Saudara peserta Konferensi yang saya hormati,

Ketiga permasalahan mendasar di atas merupakan terjemahan operasional saya atas tema konferensi ini “Hari depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi”. Saya yakin apabila kita mampu menanggulangi marjinalisasi lahan dan pelambatan produktivitas dan penurunan luas baku sawah, serta kita mampu menempatkan pembangunan pertanian sebagai prioritas pembangunan nasional, maka pembangunan pertanian dijamin mampu mencapai sasarannya yaitu : (1) mengentaskan kemiskinan di pedesaan; (2) memantapkan ketahanan pangan nasional dan (3) mengakselerasikan pembangunan pedesaan.

Ketiga sasaran pembangunan pertanian tersebut tidak hanya penting untuk pencapaian sasaran pembangunan nasional, tetapi juga penting untuk meletakkan dasar bagi pembagunan sektor lainnya.

Hadirin sekalian,

Demikian sambutan saya dalam acara pembukaan konferensi ini, semoga sambutan ini menjadi inspirasi bagi para pakar PERHEPI dalam merumuskan rekonstruksi dan restrukturisasi hari depan petani dan pertanian kita.

Akhirnya saya mengucapkan selamat berkonferensi dan menyampaikan terima kasih kepada panitia atas kesempatan memberikan sambutan dalam pembukaan ini.

Menteri Pertanian,

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mencapai tujuan MDGs khususnya poin 4 dan 5 tahun 2015 dimana salah satu tujuannya adalah memperbaiki kondisi kelompok rentan ibu dan anak yang masih

Proses pembuatannya diawali dengan pembentukan material plastik dengan cara meniupkan suatu fluida (udara) kedalam cetakan untuk membentuk suatu bentukan yang

(2) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan keterhubungan antara DPN dengan pintu gerbang wisata regional dan/atau nasional maupun keterhubungan antar komponen

Oleh itu, kajian ini bertujuan untuk menyelidiki sejauhmanakah Undang-undang mengenai Pemerdagangan Wanita dan Kanak-Kanak yang ada sudah mencukupi untuk menghalang

Dalam penentuan kawasan yang sesuai untuk wisata bahari di Pulau Kemujan digunakan metode overlay atau menumpang tindihkan berbagai parameter yang berpengaruh terhadap

Katalis pendukung Al-MCM-41 memiliki aktivitas katalitik yang lebih tinggi karena tersusun atas rantai Si-O-Si yang membentuk struktur mesopori heksagonal yang teratur

a) Dual Curricullum: yaitu Narada Elementary School menggunakan dua kurikulum yaitu kurikulum Nasional dan kurikulum Cambridge. b) Speak English: menggunakan bahasa

diciptakan dari produksi perusahaan adalah Rp. Jika dilihat dari hasil total penjualan, jumlah tenaga kerja, total biaya tenaga kerja, serta nilai tambah produksi perusahaan ,