• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menghitung Kebutuhan SDM Berdasarkan Beban Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menghitung Kebutuhan SDM Berdasarkan Beban Kerja"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Menghitung Kebutuhan SDM Berdasarkan Beban Kerja

Komponen kunci dari perencanaan SDM adalah penentuan tipe SDM yang diperlukan.

Perencanaan SDM bertujuan untuk mencocokkan SDM dengan kebutuhan organisasi yang

dinyatakan dalam bentuk aktifitas. Merencanakan kebutuhan SDM berhubungan dengan hal-hal

sebagai berikut [1] :

a. mendapatkan dan mempertahankan jumlah dan mutu karyawan

b. mengidentifikasi tuntutan keterampilan dan cara memenuhinya

c. menghadapi kelebihan atau kekurangan karyawan

d. mengembangkan tatanan kerja yang fleksibel

e. meningkatkan pemanfaatan karyawan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan SDM, salah satu di

antaranya adalah dengan menggunakan analisis beban kerja. Yang dimaksud dengan beban kerja

adalah frekuensi rata-rata masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Beban

kerja juga dapat berarti berat ringannya suatu pekerjaan yang dirasakan oleh karyawan yang

dipengaruhi oleh pembagian kerja (

job distribution

), ukuran kemampuan kerja (

standard rate of

performance

) dan waktu yang tersedia. [2]

Metode beban kerja adalah tehnik yang paling akurat dalam peramalan kebutuhan tenaga kerja

untuk jangka pendek (

short-term

). Peramalan jangka pendek ini untuk waktu satu tahun dan

selama-lamanya dua tahun. Tehnik analisis ini memerlukan penggunaan rasio atau pedoman

penyusunan staf standar dalam upaya mengidentifikasi kebutuhan personalia. [3,4]

Salah satu cara untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja

diformulasikan oleh Peter J. Shipp (1998) dan dianjurkan oleh WHO. Panduan penghitungan

kebutuhan tenaga kerja ini telah disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit di Indonesia. Metode

beban kerja ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis dapat diterima,

komprehensif, realistis dan dapat diterima oleh manajer medik maupun manajer non-medik.

Metode beban kerja ini didasarkan pada pekerjaan nyata yang dilakukan oleh masing-masing

tenaga kesehatan. Adapun langkah-langkah penyusunan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan

metode ini adalah : 1) menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya, 2) menetapkan waktu

kerja yang tersedia selama satu tahun, 3) menyusun standar beban kerja, 4) menyusun standar

kelonggaran dan 5) menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja. Untuk menghitung beban kerja

ini diperlukan hal-hal seperti : standar pelayanan, prosedur kerja tetap serta uraian kerja (

job

description

) bagi setiap tenaga kerja.[5]

Ada lima langkah dalam menghitung kebutuhan tenaga laboratorium berdasarkan beban kerja,

yaitu :

LANGKAH PERTAMA

: menetapkan unit kerja dan kategori tenaga. Kita ambil contoh unit kerja yang

digunakan adalah unit kerja teknis (hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi) dan

kategori tenaga yang dipilih adalah Analis Kesehatan.

LANGKAH KEDUA

: menetapkan waktu kerja yang tersedia bagi tenaga Analis Kesehatan selama

satu tahun. Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja yang tersedia adalah :

1.

Hari kerja ( A ). Suatu contoh, di suatu instalasi laboratorium rumah sakit, pelayanan

dilaksanakan selama 24 jam yang dibagi dalam 3 shift sehingga dalam seminggu terdapat

7 hari kerja.

2.

Cuti tahunan ( B ). Jumlah cuti tahunan adalah 12 hari dalam satu tahun.

3.

Pendidikan dan pelatihan ( C ). Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit,

Pranata Laboratorium memiliki hak untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan selama 5

hari kerja per tahun.

(2)

5.

Ketidakhadiran kerja ( E ). Dengan adanya sistem shift, sesudah bertugas pada sore dan

malam hari seorang Pranata Laboratorium mendapatkan ekstra libur selama 1 hari. Di

Instalasi Patologi Klinik rata-rata ketidakhadiran kerja dalam satu bulan selama 7 hari

6.

Waktu kerja ( F ) Pada umumnya waktu kerja selama sehari adalah 8 jam.

Berdasarkan data-data tersebut selanjutnya dilakukan penghitungan untuk menetapkan waktu

tersedia dengan rumus sebagai berikut :

Waktu kerja tersedia = A - (B+C+D+E) x F

Tabel berikut menunjukkan jumlah waktu kerja yang tersedia dalam setahun.

Kode Faktor

Waktu Kerja Keterangan

A

Hari Kerja

365

Hari per tahun

B

Cuti Tahunan

12

Hari per tahun

C

Pendidikan dan Latihan 5

Hari per tahun

D

Hari Libur Nasional

15

Hari per tahun

E

Ketidakhadiran Kerja 84

Hari per tahun

F

Waktu Kerja

8

Jam per hari

Waktu Kerja

249

Hari per tahun

Jam Kerja

1992

Jam per tahun

Waktu Kerja

119520

Menit per tahun

Adapun uraian penghitungannya adalah sebagai berikut :

Waktu kerja tersedia = 365 – ( 12 + 5 + 15 + 84 )

= 249 hari/tahun

= 1992 jam/tahun

= 119520 menit/tahun

LANGKAH KETIGA

: menyusun standar beban kerja. Standar beban kerja adalah volume atau

kuantitas beban kerja selama 1 tahun untuk setiap kategori tenaga (dalam hal ini adalah Analis

Kesehatan). Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per

tahun. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun standar beban kerja untuk kategori

tenaga adalah sebagai berikut :

kategori tenaga pada unit kerja yang telah ditetapkan pada langkah pertama di atas,

standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional tetap yang berlaku,

rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh kategori tenaga (Analis Kesehatan) untuk

menyelesaikan kegiatan pelayanan, dan

data dan informasi kegiatan pelayanan di masing-masing unit pelayanan teknis

(hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi)

Beban kerja Analis Kesehatan meliputi :

kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh Analis Kesehatan, misalnya : sampling,

preparasi sampel, memeriksa sampel, mencatat hasil pemeriksaan, kalibrasi alat,

memeriksa sampel kontrol, membuat reagen, dll.

rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan pokok, misalnya

rerata waktu untuk memeriksa kadar Hb adalah 10 menit, rerata waktu untuk membuat

reagen A adalah 15 menit, dsb.

standar beban kerja Analis Kesehatan tiap satu tahun dihitung dengan rumus perhitungan

sebagai berikut :

(3)

Standar beban kerja = waktu tersedia per tahun : rerata waktu per kegiatan pokok

LANGKAH KEEMPAT

: menyusun standar kelonggaran yang bertujuan untuk mengetahui faktor

kelonggaran kategori tenaga yang meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk

menyelesaikan suatau kegiatan yang tidak terkait langsung atau tidak dipengaruhi oleh tinggi

rendahnya kuantitas atau jumlah kegiatan pokok / pelayanan.

Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada

tenaga Analis Kesehatan mengenai :

kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan, misalnya rapat, istirahat, sholat,

makan;

frekuensi kegiatan dalam satu hari, minggu, bulan; waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan kegiatan.

Adapun rumus untuk menghitung faktor kelonggaran adalah sebagai berikut :

Standar kelonggaran = rerata waktu faktor kelonggaran : waktu kerja tersedia per tahun

Tabel berikut adalah standar kelonggaran Pranata Laboratorium :

Faktor Kelonggaran

Rata-rata Waktu Standar Kelonggaran

Rapat

2 jam per bulan 0.012

Istirahat, sholat, makan 30 menit per hari 0.092

Jumlah

0.104

LANGKAH KELIMA

: menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja yang bertujuan untuk

memperoleh jumlah dan kategori tenaga Analis Kesehatan per unit kerja sesuai dengan beban

kerja selama 1 tahun. Sumber data yang diperlukan untuk penghitungan kebutuhan tenaga ini

terdiri dari:

data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya, yaitu waktu kerja tersedia, standar

beban kerja dan standar kelonggaran;

kuantitas kegiatan pokok selama kurun waktu satu tahun, dimana penulis mengambil data

kuantitas kegiatan pokok selama satu tahun.

Data kegiatan pada pelayanan di tiap unit teknis yang telah diperoleh, Standar Beban Kerja , dan

Standar Kelonggaran merupakan sumber data untuk menghitung kebutuhan tenaga Pranata

Laboratorium dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kebutuhan tenaga = (Jumlah kegiatan pokok : standar beban kerja) + Standar Kelonggaran

Selanjutnya kebutuhan tenaga untuk tiap kegiatan pokok dijumlahkan terlebih dulu sebelum

ditambahkan dengan Standar Kelonggaran.

Daftar Pustaka :

1.

Amstrong, Michael, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik : Mengelola

Karyawan, Buku Wajib Bagi Manajer Lini, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

2.

Moehijat, 1979, Perencanaan Tenaga Kerja, Penerbit Alumni, Bandung.

3.

Sunarto dan Sahedy Noor, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), Bagian

Penerbitan FE-UST, Yogyakarta.

4.

Simamora, Henry, 1994, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bagian Penerbitan STIE

YKPN, Yogyakarta.

5.

Kurniati, Rhina Widhi, 2003, Menghitung Kebutuhan Tenaga Analis Laboratorium di Sub

Unit Penyakit Infeksi Instalasi Patologi Klinik RS Dr. Sardjito : Laporan Manajemen,

Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

(4)

PERHITUNGAN TENAGA

KEPERAWATAN

February 28, 2017UncategorizedComments: 0

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat

Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan atau

staffing

merupakan fungsi

manajemen yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan keperawatan (Julia

et al. 2014). Perhitungan tenaga perwat sangatlah berhubungan dengan

beban kerja perawat.Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

mengkaji beban kerja tenaga perawat, yakni rasio pasien disbanding perawat,

rasio tempat tidur disbanding, serta perlunya memperhitungkan tugas

non-keperawatan yang dilakukan oleh perawat seperti transport pasien (Kang et

al. 2016)

Terdapat beberapa metode perhitungan kecukupan tenaga perawatdi tingkat

institusi menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:

81/MENKES/SK/2004, diantaranya adalah:

1.

Metode Daftar Susunan Pegawai (DSP) atau

Authorized Staffing

List

Metode ini dapat digunakan digunakan di berbagai unit kerja seperti

puskesmas, rumah sakit, dan saranan kesehatan laiinya.

Langkah-langkah dari metode ini adalah saebagai berikut:

S = O____

300xN

Menghitung produktivitas unit kerja secara kolektif dengan

menggunkaan rumus:

Keterangan :

S : Dayaguna staf / hari

N : Jumlah Staf

O : Output unit kerja

n = NxK

T

Menghitung kebutuhan SDM dengan rumus:

Keterangan :

n : jumlah SDM dibutuhkan

N : jumlah beban kerja

K : Kapasitas kerja/ manit

T : jumlah kerja per hari kebutuhan tenaga kerja yang tepat, maka langkah

selanjutnya adalah menentukan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai

dengan struktur organisasi unit kerja tersebut.

(5)

4.

Metode

Workload Indicator Staff Need (WISN)

Pada tahun 2004 Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 81/MENKES/SK/2004 telah

mengeluarkan Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM dengan

menggunakan metode WISN. Dengan menggunakan metode WISN dapat

diketahui unit kerja dan kategori SDM nya, waktu kerja, standar beban kerja,

kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok, dan akhirnya dapat mengetahui

kebutuhan SDM pada unit kerja tersebut (Julia et al. 2014). Kelebihan metode

ini adalah mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah

diterapkan, komprehensif, dan realistis.Metode ini membantu menghitung

seberapa besar kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan beban kerja saat

ini sehingga menunjukkan dengan jelas suatu instalasi pelayanan kesehatan

mengalami kelebihan atau kekurangan tenaga perawat (Khoiri et al. 2011).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

81/Menkes/SK/2004 tentang pedoman penyusunan perencanaan Sumber

Daya Manusia Kesehatan terdapat 5 langkah perhitungan kebutuhan SDM

berdasarkan metode WISN, yiatu:

1.

Menetapkan waktu kerja tersedia

Langkah ini bertujuan untuk memperoleh waktu kerja tersedia

masing-masing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu

tahun.

Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebagai

berikut:

1.

Hari kerja, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit atau

peraturan daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari

kerja. Dalam 1 tahun 250 hari kerja (50 hari x 50 minggu). (A)

2.

Cuti tahunan, sesuai dengan ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti

12 hari kerja setiap tahun. (B)

3.

Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk

mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme setiap kategori

SDm memiliki hak mengikuti pelatihan dalam 6 hari kerja. (C)

4.

Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait

tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003

ditetapkan 15 hari kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)

5.

Ketidakhadiran kerja, sesuia data rata-rata ketidakhadiran kerja

(selama kurun waktu 1 tahun) karena alas an sakit, tidak masuk

dengan atau tanpa pemberitahuan/ijin. (E)

6.

Waktu kerja , sesuai ketentuan yang berlaku di RS dan Peraturan

Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari

kerja/minggu). (F)

Waktu Kerja Tersedia = {A-(B+C+D+E)}

x F

Apabila ditemukan adalanya perbedaan rata-rata ketidakhadiran kerja atau

RS menetapkan kebijakan untuk kategori SDm tertentu dapat mengikuti

(6)

pendidikan pelatihan lebih lama dibandingkan kategori SDM lainnya, maka

perhitungan waktu kerja tersedia dapat dilakukan perhitungan menurut

kategori SDM.

Waktu Kerja Tersedia

Kode

Faktor

Kategori SDM

Keterangan

Perawat

Dokter

A

Hari Kerja

260

260

Hari/tahun

B

Cuti Tahunan

12

12

Hari/tahun

C

Pendidikan dan

Pelatihan

5

10

Hari/tahun

D

Hari Libur Nasional

19

19

Hari/tahun

E

Ketidakhadiran Kerja

10

12

Hari/tahun

F

Waktu Kerja

8

8

Jam/hari

Waktu Kerja tersedia

1,712

1,656

Jam/tahun

Hari Kerja Tersedia

214

207

Hari

kerja/tahun

2.

Menetapkan unit kerja dan kategori SDM

Langkah ini bertujuan untuk memperoleh unit kerja dan kategori SDM yang

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan

peorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat dalam dan di luar Rumah

Sakit.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori

SDM adalah sebagai berikut:

1.

Bagan Struktur Organisasi Rumah Sakit dan uraian tugas pokok dan

fungsi masing-masing unit dan sub-unit kerja.

2.

Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural

dan fungsional, misalnya: Komite Medik, Komite Pengendalian Mutu

RS. Bidang/Bagian Informasi.

3.

Data pegawai berdasarkan pendidikan yang yang bekerja pada tiap

unit kerja di RS.

4.

PP 32 tahun 1996 tentang SDM Kesehatan.

5.

Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan jabatan fungsional

SDM kesehatan.

6.

Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur

(SOP) pada tiap unit kerja RS.

7.

Menyusun standar beban kerja

Standar beban kerja merupakan volume/kuantatitas beban kerja selama 1

tahun per kategori SDM.

(7)

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja

masing-masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut:

1.

Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja RS sebagaimana hasil

yang telah ditetapkan pada langkah kedua.

2.

Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku di RS.

3.

Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk

melaksanakan.menyelesaikan berbagai pelayanan RS.

4.

Data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap unit kerja RS.

Beban kerja setiap kategori SDM di tiap unit kerja Rumah Sakit adalah

meliputi:

1.

Kegiatan pokok yang merupakan berbagai jenis kegiatan sesuai

dengan standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP)

untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh

masing-masing kategori SDM. Untuk menetapkan beban kerja dari

masing-masing SDM ini perlu disusun kegiatan pokok serta jenis

kegiatan pelayanan yang berkaitan langsung/ tidak langsung dengan

pelayanan kesehatan perorangan.

2.

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap

kegiatan pokok. Untuk menentukan rata-rata waktu ini sebaiknya

ditetapkan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

setiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki kompetensi, kegiatan

pelaksanaan standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP)

dan memiliki etos kerja tinggi.

3.

Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori yang disusun

berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (waktu

rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh masing-masing

kategori.

Standar beban kerja = waktu kerja

tersedia__________________

Rata-rata waktu

Peraturan-Kegiatan pokok

Adapun rumus perhitungna standar beban kerja adalah sebagai berikut:

4.

Menyusun standar kelonggaran

Tujuan untuk memperoleh factor kelonggaran tiap kategori SDM yang

meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatu

kegiatan yang terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas

atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.

Penyusunan factor kelonggaran sendiri dapat dilaknsanakan melalui

pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori tantang:

1.

Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada

pasien, misalnya rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun

kebutuhan obat/bahan habis pakai.

(8)

3.

Waktu yang dibutuhkan untuk menylesaikan kegiatan.

Standar beban kerja = Rata-rata waktu

per-faktor kelonggaran

Waktu kerja tersedia

Setelah diperoleh faktor kelonggaran setiap kategori SDM, maka langkah

selanjutnya adalah menyusun Standar Kelonggara dengan melakukan

perhitungan berdasarkan rumus di bawah ini:

5.

Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja yang bertujuan untuk

memperoleh jumlah dan jenis/kategori SDM per unit kerja sesuai

dengan beban kerja selama 1 tahun.

Beberapa sumber data yang diperlukan untuk menghitung kebutuhan SDM

per unit kerja adalah sebagai berikut:

1.

Data yang diperoleh dari langkah-langkah perhitungan sebelumnya:

Waktu kerja tersedia

Standar beban kerja, dan

Standar kelonggatan masing-masing kategori SDM

1.

Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu

tahun yang disusun berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan

yang telah dilaksananakan di setiap unit kerja Rumah Sakit selama

kurun waktu 1 tahun.

+ Standar

Kelonggaran

Kebutuhan SDM = Kuantitas kegiatan

pokok_

Standar beban kerja

Dari berbagai data tersebut maka diperoleh rumus kebutuhan SDM adalah

sebagai berikut

Dari semua kelebihan, metode WISN ini juga memiliki kekurangan.Hal ini

dikarenakan langkah metode WISN ini sendiri yang terbilang panjang dan

memerlukan ketelitian yang tinggi. Maka dari itu, jika terjadi kesalahan

perhitungan di satu langkah, akan berdampak pada hasil perhitungan langkah

berikutnya (Khoiri et al. 2011).

(9)

CARA MENGHITUNG TENAGA PERAWAT DI RUMAH SAKIT

Januari 3, 2010 pukul 9:00 am · Filed under Uncategorized

1. Cara rasio

Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :

Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT A & B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1 C 1/9 1/1 1/5 3/4 D 1/15 1/2 1/6 2/3 Khusus Disesuiakan Keterangan : TM = Tenaga Medis TT = Tempat Tidur

TPP = Tenaga Para Medis Perawatan TPNP = tenaga para medis non perawatan TNP = tenaga non medis

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun

meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.

2. Cara Need

Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi.Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan,ia akan melalui/mendapatkan pelayanan, antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat / dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. Hundgins(1992)menggunakan standar waktu pelayanan pasien sebagai berikut :

Tugas Lama waktu(menit) untuk pasien Baru Lama

Pendaftaran

Pemerikasaan dokter Pemeriksaan asisten dokter Penyuluhan

Laboratorium 3 15

(10)

18 51 5 4 11 11 0 7 Contoh perhitunganya:

Rumah sakit A tipe B memberikan pekayanankepada pasien rata-rata 500 orang perhari dimana 50% adalah pasien baru,maka seorang pimpinan keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga sebagai berikut : Tenaga yang diperlukan untuk bertugas di bagian pendaftaran adalah : (3+4)/2= 3,5 x 500/240 = 7,29 (7 orang tenaga) jika ia bekerja dati jam 08.00 sampai jam 12.00(240 menit).

Tenaga dokter yang dibutuhkan adalah : (15+1)/2=13×500/180=36,11 (36 orang dokter),jika ia bekerja dari jam 09.00 sampai 12.00)(180 menit)Tenaga asisten dokter yang diperlukan adalah (18+11)/2 = 14,5

x500/240=30,2 orang(30 oarang asisten dokter),jika bekerja dari jam 08.00sampai 12.00(240 menit).

Tenaga penyuluhan yang dibutuhkan adalah 5/12 =25,5 x500/240 = 53,13 (53 orang tenaga penyuluhan),jika ia bekerja dari jam08.00 sampi12.00 (240 menit)

Tenaga laboratorium yang dibutuhkan adalah : (5+7)/2=6×500/240 =12,5 (13 oarang tenaga laboratorium jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam12.00(240 menit)

Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :

• Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam • Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam • Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas adalah sebagai berikut : a. Kategori I : Self care/perawatan mandiri

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,penampilan secara umum baik,tidak ada reaksi emosional,pasien memerlukan orientasi waktu,tempat dan pergantian shift,ttindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel b. Kategori II : intermediet care/perawatan sedang

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu,mengatur pisisi waktu makan.meberi dorogan agar mau

makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital,periksa urine reduksi,fungsi fisiologis,status emosinal,kelancaran drainage atau infus.Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60 menit/shiftdengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.

c. Kategori III : Intensive care/perawatan total

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh perawat penampian sakit berat.pasien memerlukan observasi terus-menerus.

Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga pearawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam teragantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada table di bawah ini:

(11)

Jumlah pasien KLASIFIKASI PASIEN minimal Parsial Total

pagi Siang malam pagi Siang malam Pagi Siang malam 1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40 3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60 dst

Contoh perhitungan:

Di ruang bedah RSU “Sehat” dirawat 20 orang pasien dengan kategori sebagai berikut: 5 pasien dengan perawatan minimal, 10 pasien dengan perawatan parsial dan 5 pasien dengan perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai berikut:

1. untuk shift pagi: – 5 ps x 0,17 = 0,85 – 10 ps x 0,27 = 2,70 – 5 ps x 0,36 = 1,80

total tenaga pagi = 5,35 2. untuk shift siang: – 5 ps x 0,14 = 0,70

– 10 ps x 0,15 = 1,50 – 5 ps x 0,30 = 1,50

total tenaga siang = 5,35 3. untuk shift malam: – 5 ps x 0,10 = 0,50

– 10 ps x 0,07 = 0,70 – 5 ps x 0,20 = 1,00 total tenaga malam = 2,20

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah: 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 (11 orang perawat) Klasifikasi Klien Berdasarkan Derajad Ketergantungan

Kriteria Ketergantungan Jumlah Klien Perhari Sesuai Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst

Perawatan Minimal:

1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri 2. Makan dan minum dilakukan sendiri

3. Ambulasi dengan pengawasan

4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift 5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil 6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan Perawatan Parsial:

1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu 2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali 3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali 4. Folly cateter intake output dicatat

5. Klien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur Perawatan total:

(12)

1. Segalanya diberi bantuan

2. Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam 3. Makan memerlukan NGT, intravena terapi

4. Pemakaian suction 5. Gelisah/ disorientasi Jumlah total pasien perhari

Petunjuk Penetapan jumlah Klien Berdasarkan Derajad Ketergantungan:

a. dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari

b. Setiap klien dinilai berdasarkan criteria klasifikasi klien (minimal mmemenuhi tiga kriteria)

c. Kelompok klien sesuai dengan klasifikasi dengan memberi tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah klien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total

d. Bila klien hanya mempunyai satu criteria dari klasifikasi tersebut maka klien dikelompokkan pada klasifikasi di atasnya.

Hari ke… Klasifikasi Klien Rata-rata klien/ hari Jumlah Kebutuhan Perawat Minimal Parsial Total Pagi Sore Malam

1 6 2 4 12 3 2,34 1,54 2 4 3 3 10 2,57 1,91 1,21 3 3 6 3 12 3,21 2,22 1,32 4 4 5 3 12 3,11 2,21 1,35 5 6 3 2 11 2,55 1,89 1,21 6 5 7 1 13 3,1 2,05 1,19 7 7 4 1 12 2,63 1,88 1,18 8 9 3 1 13 2,7 2,01 1,31 9 5 5 3 13 3,28 2,35 1,45 10 7 3 1 11 2,36 1,73 1,11 11 3 8 2 13 3,39 2,22 1,26 12 4 9 2 15 3,83 2,51 1,43 13 6 7 3 16 3,99 2,79 1,69 14 2 10 3 15 4,12 2,68 1,5 15 7 4 4 15 3,71 2,78 1,78 16 5 9 3 16 4,36 2,95 1,73 17 6 3 4 13 3,27 2,49 1,61 18 4 6 5 15 4,1 2,96 1,82 19 6 5 5 16 4,17 3,09 1,95 20 7 4 3 14 3,35 2,48 1,58 21 6 5 4 15 3,81 2,79 1,75 22 7 4 3 14 3,35 2,48 1,58

Jadi rata-rata tenaga yang dibutuhkan untuk tiga shift adalah: 7 perawat. Berarti kebutuhan untuk satu ruangan adalah 7 perawat + 1 Karu + 3 Katim + 2 cadangan = 13 perawat

(13)

3. Cara Demand

Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:

* untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit * untuk kasus mendesak : 71,28 menit * untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit

Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut: Jenis Pelayanan Rata-rata jam perawatan/ perpasien/hari

– non bedah – bedah

– campuran bedah dan non bedah – post partum

– bayi baru lahir 3,4 3,5

3,5 3,0 2,5

Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need. 4. Cara Gillies

Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit perawatan adalagh sebagai berikut:

Keterangan :

A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari B = rata-rata jumlah pasien /hari

C= Jumlah hari/tahun

D = Jumlah hari libur masing-masing perawat E = jumlah jam kerja masing-masing perawat

F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut Prinsip perhitungan rumus Gillies:

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:

a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:

* self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam * partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam * Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam * Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam

(14)

alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)

c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.

– Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:

Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100% Jumlah tempat tertentu x 365

– Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari

– Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus

diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.

– Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)

– Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)

Contoh perhitungannya:

Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah sakit A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 5 orang dapat melakukan perawatan mandiri, 5 orang perlu diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya harus diberikan perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:

a. Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari, yaitu: – keperawatan langsung

– keperawatan mandiri 5 orang klien : 5 x 2 jam = 10 jam – keperawatan parsial 5 orang klien : 5 x 3 jam = 15 jam – keperawatan total 5 orang klien : 5 x 6 jam = 30 jam

– keperawatan tidak langsung 15 orang klien : 5 x 1 jam = 15 jam -penyuluhan kesehatan 15 orang klien : 15 x 0,25 jam = 3,75 jam total jam keperawatan secara keseluruhan 73,75 jam

b. Menetukan jumlah jam keperawatan per klien per hari = 73,75 jam / 15 klien = 4,9 jam

c. Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah klangsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) diatas, sehingga didapatkan hasil sbb:

d. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu:

e. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan menurut Warstler ( dalam Swansburg, 1990, h. 71). Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah:

(15)

– shift sore: 3,96 orang (4 orang) – shift malam: 1, 87 orang (2 orang)

f. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc. adalah: – 58% = 6,38 (6 orang) S I keperawatan

– 26% = 2,86 (3 orang) D III keperawatan – 16% = 1,76 (2 orang) SPK

Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah: – 55% = 6,05 (6 orang) tenaga professional – 45% = 4,95 (5 orang) tenaga non professional

5. Cara Swansburg (1999)

Jumlah rata-rata pasien/ hari x jumlah perawat/ pasien/ hari Jam kerja/ hari

Contoh: Pada rumah sakit A, jumlah tempat tidur pada unit Bedah 20 buah, rata-rata pasien perhari 15 orang, jumlah jam perawatan 5 jam/ pasien/ hari, dan jam kerja 7 jam/hari

Cara menghitung

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah: Jumlah shift dalam seminggu: 11 x 7 = 77 shift

Bila jumlah perawat sama setiap hari dengan 6 hari kerja/ minggu dan 7 jam/ hari maka jumlah perawaty yang dibuthkan = 77 : 6 = 12,83 atau 13 orang.

6. Metoda Formulasi Nina

Nina (1990) menggunsksn lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga. Contoh pengitungannya:

Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:

• Tahap I

Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4 jam/ hari • Tahap II

Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari. B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200

• Tahap III

Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun. C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam

• Tahap IV

Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun. D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500

Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.

(16)

• Tahap V

Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)

Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)

7. Metoda hasil Lokakarya Keperawatan

Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut

Jam perawatan 24 jam x 7 (tempat tidur x BOR) + 25% Hari kerja efektif x 40 jam

Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian ( sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).

8. Standar ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit

Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Rawat inap

berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan : • tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus

• rata-rata pasien per hari

• jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien • jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari • jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari Contoh perhitungannya

No Jenis kategori Rata-rata pasien/ hari Rata-rata jam perawatan pasien / hari * Jumlah jam perawatan/ hari (cx d) A b c d e 1 2 3 4 5 Pasien P. dalam Pasien bedah Pasien gawat Pasien anak Pasien kebidanan 10 8

(17)

1 3 1 3,5 4 10 4,5 2,5 35 32 10 13,5 2,5 Jumlah 23 93,0 Keterangan :

* berdasarkan penelitian dari luar negeri

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah: Jumlah jam perawatan = 93 = 13 perawat

Jam kerja efektif per shift 7

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi) dengan : • Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)

Jumlah hari miggu dalam setahun + cuti + hari besar x Jumlah perawat tersedia Jumlah hari kerja efektif

52 +12 + 14 x 13 = 3,5 286

• Perawat atau bidan yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing jobs)

Seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dll. Diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.

(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,5) x 25% = 4,1

Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi = 13 + 3,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat/ bidan) Tingkat ketergantungan pasien

Pasien diklasifikasikan berdasarkan pasda kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/ asuhan kebidanan, meliputi:

a. asuhan keperawatan minimal b. asuhan keperawatan sedang c. asuhan keperawatan agak berat d. asuhan keperawatan maksimal Contoh kasus:

No Kategori* Rata-rata jml pasien/ hari Jml jam perawat/ hari** Jml jam perawatan ruangan/ hari (c x d) a B c d e

(18)

1 Askep Minimal 7 2,00 14,00 2 Askep sedang 7 3,08 21,56 3 Askep agak berat 11 4,15 45,65 4 Askep maksimal 1 6,16 6,16 Jumlah 26 87,37

Keterangan:

* : uraian ada pada model Gillies di halaman depan ** : berdasarkan penelitian di luar negeri

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah

Jumlah jam perawatan ruangan/ hari = 87,37 = 12,5 perawat Jam kerja efektif perawat 7

ditambah (factor koreksi) dengan : loss day:

52 +12 + 14 x 12,5 = 3,4 286

non-nursing jobs 25%

(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (12,5 + 3,4) x 25% = 3,9 Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi = 12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang perawat/ bidan) b. Jumlah tenaga untuk kamar operasi

• Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi : – jumlah dan jenis operasi

– jumlah kamar operasi

– Pemakain kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja

– Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/ im) Tingkat ketergantungan pasien:

a. Operasi besar: 5 jam/ operasi b. Operasi sedang: 2 jam/ operasi c. Operasi kecil: 1 jam / operasi

( Jml. Jam perawatan/ hari x jml. Operasi) x jml perawat dlm tim x 2 jam kerja efektif/ hari

Contoh kasus:

Dalam satu rumah sakit terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian: operasi besar: 6 orang; operasi sedang: 15 orang; operasi kecil: 9 orang cara penghitungan:

(19)

{(6 x 5 jam) + (15 x 2) + (9 x 1)} x 2 = 19,71 + 1 (perawat cadangan inti) 7 jam

c. Di Ruang Penerimaan

Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit Ketergantungan di RR : 1 jam

1,15 x 30 = 4,92 orang (dibulatkan 5 orang) 7

Perhitungan diatas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh CSSD. d. Jumlah tenaga di Instalasi Gawat Darurat

Dasar perhitungan di gawat darurat adalah: • rata-rata jumlah pasien perhari

• Jumlah jam perawatan perhari • Jam efektif perhari

Contoh kasus:

rata-rata jumlah pasien perhari = 50 jumlah jam perawatan perhari = 4 jam Jam efektif perhari = 7 jam

Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD:

50 x 4 = 28,6 = 29 orang + loss day ( 78 x 29) = 29 orang + 8 orang = 37 orang 7 286

e. Critical Care

rata-rata jumlah pasien perhari = 10 jumlah jam perawatan perhari = 12

jadi jumlah kebutuhan tenaga perawat di Critical Care:

10 x 12 = 17,14 = 17 orang +loss day ( 78 x 17) = 17 + 5 orang = 22 orang f. Rawat Jalan

Jumlah pasien perhari = 100 Jumlah jam perawatan perhari = 15

Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan:

100 x 15 = 4 orang + koreksi 15% ( 4 x 15%) = 4 orang + 0,6 = 5 orang 7 x 60

g. Kamar Bersalin

Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s.d. kala IV = 4 jam/ pasien

(20)

Jam efektif kerja bidan 7 jam/ hari

Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang Contoh: jumlah bidan yang diperlukan adalah:

10 x 4 jam = 40 = 5,7 = 6 orang + loss day ( 78 x 1,6 ) = 6 + 2 = 8 orang 7 jam/hr 7 286

E. Penutup

Salah satu aspek yang sangat penting untuk mencapai pelayanan keperawatan yang bermutu adalah

tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang baik dalam menetukan pengembangan tenaga perawat.

Perencanaan yang salah bisa mengabitkan kekurangan tenaga atau kelebihan tenaga, bila tenaga berlebih akan mengakibatkan kerugian pada rumah sakit, dan apabila tenaga kurang bisa mengakibatkan beban kerja yang tinggi sehingga kualitas pelayanan akan menurun. Bila kualitas pelayanan menurun bisa berdampak pada kunjungan pasien akan menurun dan ini akan mengakibatkan income rumah sakit menurun dan seterusnya bisa membuat kesejahteraan karyawan juga menurun.

Manajer keperawatan dituntut untuk bisa merencanakan jumlah tenaga oerawat yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan yang real, sehuingga mutu pelayanan dapat terjamin. Disamping itu manajer harus

mempunyai visi dan misi sesuai dengan visi dan misi rumah sakit. Dalam setuiap pengambilan keputusan harus betul-betul mempertimbangkan berbagai aspek, baik aspek mikro maupun aspek makro rumah saikit.

Pendekatan perhitungan tenaga yang dibahas dalam makalah ini mudah-mudahan dapat membantu para manajer keperawatan di rumah sakit dalam merencanakan penambahan tenaga keperawatan.

Gambar

Tabel berikut menunjukkan jumlah waktu kerja yang tersedia dalam setahun.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Istilah Pinjaman Dalam Pembiayaan Murabahah Melalui Jual Beli Emas Di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Mandiri Sejahtera Desa Campurejo Kecamatan Panceng

Urwah meriwayatkan hadis dari bapaknya, saudaranya Abdullah dan bibinya Aisyah. Sedangkan murid-muridnya antara lain anaknya Abdullah, Abu al-Aswad, Atha bin Abi Rabaah

Dengan hasil tersebut maka menunjukkan bahwa pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, usia perkawinan pertama dan keinginan jumlah anak berpengaruh

171 pernikahan dengan tidak berzinah (“bahugel”); 5) Orang tua memberi pendidikan iman yang maksimal pada anak-anak dan menjauhkan anak-anak dari pergaulan bebas sehingga anak- anak

Strategi yang berkaitan dengan supplay, dengan cara: mengoptimalkan resapan air tanah, mengoptimalkan fungsi air permukaan, strategi untuk mengoptimalkan fungsi

Dari gambar arsitektur diatas menunjukkan bahwa sumber data utama adalah citra garis telapak tangan kiri, selanjutnya citra tersebut akan dilakukukan pre-processing

Tingkat kreativitas guru untuk mengatasi keterbatasan sarana prasarana dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar Negeri

Komposisi nutrisi pada daging labi-labi moncong babi (Tabel 3) menunjukkan bahwa nilai komposisi lemak, kalori dan lemak jenuh memiliki nilai yang tidak jauh