• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas dan Peran Guru. Mata kuliah : Profesi Kependidikan Dosen Pengampu : Arief Ertha Kusuma, S.Pd.,M.Pd. A. Tugas dan Peran Guru Sebagai Pribadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas dan Peran Guru. Mata kuliah : Profesi Kependidikan Dosen Pengampu : Arief Ertha Kusuma, S.Pd.,M.Pd. A. Tugas dan Peran Guru Sebagai Pribadi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kelompok : 5 Nama : Maharani (15601040025) Hariyati (15601040033) Yola Awanda M.T (15601040045) Herdianto (15601040063) Jurusan : Matematika Lokal : A1

Mata kuliah : Profesi Kependidikan

Dosen Pengampu : Arief Ertha Kusuma, S.Pd.,M.Pd

Tugas dan Peran Guru

A. Tugas dan Peran Guru Sebagai Pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dari pada profesi yang lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan bahwa “guru bisa diguru dan ditiru”. Diguru maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang dimasyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara nasional nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya dan berniat untuk berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut. Jika ada nilai yang berten tangan dengan nilai yang dianutnya,maka dengan cara yang tepat dia menyikapi nilai tersebut, sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak diperlukan dalam pembelajaran.

Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah ransangan yang memancing emosinya. Kastabilan emosi sangat diperlukan namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan dan memang diakui bahwa setiap orang mempunyai tempramen yang berbeda dngan orang lain.untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental sangat berguna. Guru yang sangat mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengiuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi ,karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokkan konsentrasi peserta didik.

(2)

Kemarahan guru terungkap dalam kata-kata yang diungkapkan, dalam raut muka dan mungkin dalam gerakan-gerakan tertentu, bahkan ada yang dilahirkan dalam bentuk memberikan hukuman secara fisik. Sebagian kemarahan bernilai negatif, dan sebagian lagi bernilai positif. Kemarahan yang berlebihan seharusnya tidak ditampakkan, karena menunjukkan kelebihan emosi guru. Dilihat dari penyebabnya, sering nampak bahwa kemarahan adalah salah karena disebabkan oleh peserta didik yang tida mampu memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan, padahal dia telah belajar dengan sungguh-sungguh. Kematangan emosi guru akan berkembang sejalan dengan pengalaman bekerja, selama dia mau memanfaatkan pengalamannya. Jadi tidak hanya sekedar jumlah umur atau masa kerjanya saja yang bertambah, melainkan bertambahnya kemampuan memecahkn masalah atas dasar pengalaman masa lalu.

Sebagai pribadi yang hidup ditengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.

Jika dimasyarakat, guru diamati dan dinilai oleh masyarakat, maka disekolah diamati oleh peserta didik dan teman sejawat serta atasannya. Dalam kesempatan tertentu sejumlah peserta didik membicarakan kebaikan gurunya, tetapi dalam situasi lain mereka membicarakan kekurangannya. Ada baiknya jika guru sering meminta pendapat teman sejawat atau peserta didik tentang penampilannya sehari-hari, baik didalam maupun diluar kelas, dan segera memanfaatkan pendapat yang telah diterima dalam upaya mengubah atau memperbaiki penampilan tertentu yang kurang tepat.

Salah satu hal yang perlu dipahami guruuntuk mengefektifkan proses pembelajaran adalah bahwa semua manusia (peserta didik) dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuasan dan mereka semua memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Misalkan kita memberikan mainan oada seorang bayi, perhatikan bagaimana asyknya dia memainkan mainannya, menggerak-gerakkan seluruh bagian tubuhnya sebagai reaksi terhadap mainan tersebut, memutar dengan tangan, menggigit atau memasukkan mainan tersebut kedalam mulutnya dan bahkan sekali-kali ia melemparkannya. Kesemuanya itu dilakukan karena rasa ingin tahunya terhadap mainan .

(3)

Belajar dari pengalaman tersebut, dalam pembelajaran pun kondisinya tidak jauhber beda, peserta didik memiliki rasa ingin tahu, dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu utgas guru yang paling utama adalah bagaimana membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik agar tumbuh minat dan potensinya untuk belajar.

Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan lingkungan yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, Mengapa prestasi belajar peserta didik akhir-akhir ini cenderung rendah? Mengapa banyak peserta didik yang malas belajar? Mengapa banyak yang membolos? Lebih dari itu mengapa banyak yang memili main di mall, atau berkelahi daripada belajar? Maka jawabannya sederhana sekali karena mereka tidak senang belajar, karena tidak ada rasa ingin tahu dan rasa ingin belajar dikalangan peserta didik. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena para guru tidak menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan kurang dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik. Disinyalir dan didukng oleh beberapa hasil penelitian, bahwa kbanyakan guru hanya menyampaikan bahan sesuai dengan urutan-urutan dan rung lingkup yang ada didalam teks. Ini yang harus diubah. Masalahnya sekarang bagaimana mengubah presepsi dan pola pikir guru terhadap tugas pokonya mengajar bahwa mengajar bukan semata-mata menyampaikan bahan sesuai dengan urutn buku teks, tetapi yang paling penting memberikan kemudahan belajar pada peserta didik sehingga bangkit rasa ingin tahunya dan terjadilah proses belajar-mengajar yang tenang dan menyenangkan.

B. Tugas Guru

Ada tiga macam tugas Profesi Guru yang tidak dielakkan, yaitu tugas profesional, tugas sosial, dan tugas personal.

1. Tugas profesional

Tugas profesional guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih/membimbing, serta meneliti (riset). Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih/Membimbing berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan peserta didik. Dan meneliti untuk pengembangan kependidikan.

(4)

2. Tugas Sosial

Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan, yaitu “pemanusiaan manusia”-dalam artian transformasi diri dan auto-identifikasi peserta didik sebagai manusia dewasa yang utuh. Karenanya di sekolah, guru harus dapat menjadikan dirinya sebagai “orang tua kedua” bagi peserta didik, dan di masyarakat sebagai figur panutan “digugu dan ditiru”.

Realitanya, menurut Uzer Usman (1997) masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh pengetahuan. Ini berarti bahwa guru memiliki kewajiban untuk mencerdaskan masyarakat dan bangsa menuju pembentukan manusia seutuhnya. Karenanya pantaslah Bung Karno (dalam Sahertian, 1994) menyebut pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah sebagai “pengabdi masyarakat”.

3. Tugas Personal

Tugas personal menyangkut pribadi dan kepribadian guru. Itulah sebabnya setiap guru perlu manatap dirinya dan memahami konsep dirinya. Wiggens dalam Sahertian (1994) mengemukakan tentang potret diri guru sebagai pendidik. Menurutnya, seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya sendiri. Bila ia berkaca pada dirinya, ia akan melihat bukan satu pribadi, tetapi ada tiga pribadi, yaitu: (1) Saya dengan konsep diri saya (self concept); (2) Saya dengan ide diri saya (self idea); dan (3) Saya dengan realita diri saya (self reality).

Dengan refleksi diri, maka guru mengenal dirinya (autoidentifikasi) dan selanjutnya haruslah mengubah (tranformasi) dirinya, karena guru itu adalah “digugu dan ditiru” dan haruslah “ing ngarso asung tuladha”. Karena itu sebelum ia mengemban misinya haruslah “membangun jati dirinya”. Misalnya dalam penampilan, guru harus mampu menarik simpati para siswanya, karena bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya kepada para siswanya. Maka guru harus memahami hal ini dan berusaha mengubah dirinya menjadi simpatik. Demikian juga dalam hal kepribadian lainya.

C. Peran Guru Secara Pribadi

Uzer Usman (1997) menjelaskan bahwa dilihat dari segi dirinya (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai:

(5)

1. Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya

2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

3. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, Sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga guru berperan sebagai orang tua dari siswa-siswanya. 4. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa

bukan untuk seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.

5. Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya

(6)

Sumber Referensi :

Uzer, Usman Moh. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda karya Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Remaja Rosda karya

Referensi

Dokumen terkait

• Jika Anda ingin langsung menikmati simposium yang sedang berlangsung, klik pada topik simposium tersebut dan Anda akan masuk ke dalam ruang simposium tersebut. Klik e-Poster

Reklamasi sebagai usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai

Adanya halusinasi atau waham tidak mutlak untuk diagnosis skizofrenia; gangguan pada pasien didiagnosis sebagai skizofrenia apabila pasien menunjukkan dua gejala

Kalau komputer yang akan dipakai (dipasangi program kasir) tidak ada koneksi Internet nya, maka anda bisa mendownload dari komputer lain terlebih dahulu (bisa juga sih dari HP),

Ilmu ekonomi berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, terutama yang

berjudul “ ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN PADA USAHA KECIL MENENGAH PENGRAJIN GITAR DI KEMBANGAN MANCASAN BAKI SUKOHARJO TAHUN 2017

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian adalah bahwa pemberdayaan diri sendiri Gumil kurang maksimal, fasilitasi/ pemberdayaan oleh lembaga cukup baik dan

Sebagai informasi perlu saya beritahukan bahwa penjelasan nada yang akan penulis jelaskan merupakan penjelasan berdasarkan kesimpulan pribadi dan tidak memiliki