• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LAHAN DENGAN BUDIDAYA SAWO (ACHRAS SAPOTA L) DI DESA CIKADU KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN LAHAN DENGAN BUDIDAYA SAWO (ACHRAS SAPOTA L) DI DESA CIKADU KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMANFAATAN LAHAN DENGAN BUDIDAYA SAWO (ACHRAS SAPOTA L) DI DESA CIKADU KECAMATAN CIKALONG

KABUPATEN TASIKMALAYA

Land Use in Aquaculture Sapodilla (Achras Sapota L) in the Village District of Cikalong Cikadu Tasikmalaya District

Nedi Sunaedi1(nedi_pdil@yahoo.co.id) Lanny Zaelani2 (paskap@rocketmail.com)

Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah salah satu jenis tanaman yang bisa membantu pemanfaatan lahan yang dapat memberikan nilai ekonomis adalah budidaya sawo seperti halnya salah satu wilayah Indonesia lebih tepatnya di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong. Di daerah ini terdapat lahan yang dimanfaatkan dengan budidaya sawo seluas 25,55 ha, 340 pohon sawo. Masalah pokok yang dibahas adalah faktor geografis apakah yang menjadi pendukung dan penghambat budidaya sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya dan upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas budidaya sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. Hipotesis penelitian ini adalah faktor geografis yang mendukung budidaya sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah iklim dan cuaca, tanah, lahan dan ketinggian, sedangkan faktor geografis yang menghambatnya adalah pasar dan tidak adanya penyuluhan petani. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas budidaya sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah dengan melakukan pemeliharaan tanaman sawo yang meliputi pemupukan, pencangkokan, pemangkasan dan penyiangan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur. Pengambilan sampel responden digunakan dengan teknik random sampling sebanyak 25% atau 30 responden masyarakat dan sampel purposive sebanyak 100% terdiri dari 2 responden yaitu Kepala Desa Cikadu dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis sederhana dengan rumus persentase (%).

Hasil penelitian ini menunjukan adanya faktor geografi yang mendukung dan menghambat budidaya sawo serta adanya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan produktivitas sawo di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, Saran penulis untuk pemerintah agar bisa membuat kebijakan yang sesuai agar pertanian di indonesia dapat terjaga dengan baik.

(2)

2 ABSTRACT

The background of this research is one of the types of plants that can help land use can provide economic value is the cultivation of brown as well as one of Indonesia more precisely in the Village District of Cikalong Cikadu. In this area there is a land devoted to the cultivation area of 25.55 ha sapodilla, with 340 tree. The main issue discussed was the geographical factor whether that be supporting and cultivating brown (Achras Sapota L) in the Village District of Cikalong Cikadu Tasikmalaya district and what efforts are being made to improve the productivity of farming sapodilla (Achras Sapota L) in the Village District of Cikalong Cikadu Tasikmalaya District. The hypothesis of this study is the geographical factor that supports the cultivation of sapodilla (Achras Sapota L) in the Village District of Cikalong Cikadu Tasikmalaya district is the climate and weather, soil, land and height, while the geographical factors that hinders is the market and the lack of education of farmers. Efforts are being made to improve the productivity of farming sapodilla (Achras Sapota L) in the Village District of Cikalong Cikadu Tasikmalaya District is the brown plant maintenance which include fertilizing, transplanting, pruning and weeding.

The method used in this research is descriptive method with data collection through observation, interviews, documentation studies and literature review. The technique of taking the sample is done by random sampling technique as many 25% or 30 respondents of society and purposive technique 100% that consists of 2 respondents, they are the Head of Cikadu Village and the Head of Agriculture Tasikmalaya District. The technique of analyzing the data in this research used the simple percentage formula (%).

The research result shows that geographic factors that support and hinder the cultivation of brown as well as the efforts made to increase productivity in the Village brown Cikadu Cikalong District of Tasikmalaya District, Suggestions author to the government in order to create appropriate policies in order to agriculture in Indonesia can be properly maintained.

.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kabupaten Tasikmalaya diketahui sebagai salah satu kabupaten yang kaya potensi buah-buabhan. Beberapa buah asal kabupaten berjuluk Sukapura Ngadaun Ngora ini sangat terkenal. Contohnya manggis yang telah menembus pasar ekspor. Sementara buah-buahan yang lainya buah asal Cikalong Tasikmalaya adalah buah sawo. Secara alami sawo dapat dijumpai di dataran rendah, baik hutan primer dan sekunder. Tanaman ini biasa ditanam di pekarangan rumah maupun perkebunan. Buah sawo

(3)

3

berbeda dengan tanaman lain biasanya buah sawo berbuah setiap musim kemarau dengan berbuah dua kali dalam setahun.

Di daerah Cikalong, tanaman sawo ini tumbuh dengan subur, khususnya di Kampung Nanggerang Desa Cikadu hal ini disebabkan oleh keadaan tempat dan kondisi alam yang cocok. Di kampung Nanggerang Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya berupa dataran rendah dan perbukitan yang sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian salah satunya tanaman sawo. Tanaman ini banyak yang tumbuh di sekitar pekarangan dan kebanyakan di perkebunan yang tanahnya banyak bebatuan. Prospek pertanian buah sawo di tempat ini dapat dikatakan cukup baik, karena mempunyai rasa yang manis, warnanya yang kecoklatan dan kehijauan, tidak bergetah terlalu banyak tetapi rasanya tetap manis kemudian ukuranya ada yang berbentuk lonjong dan berbentuk bulat. Buah sawo ini bernilai ekonomis tinggi, harga jual 1 kg buah sawo rata-rata mencapai Rp. 8.000,00 – Rp.10.000,00.

Salah satu jenis tanaman yang bisa membantu pemanfaatan lahan yang dapat memberikan nilai ekonomis adalah budidaya sawo seperti halnya salah satu wilayah Indonesia lebih tepatnya di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong. Di daerah ini terdapat lahan yang dimanfaatkan dengan budidaya sawo seluas 25,55 ha, 340 pohon sawo. Hal ini menunjukan daerah ini mempunyai potensi dam prospek untuk pengembangan budidaya sawo.

2. Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah: a. Faktor geografis yang menjadi pendukung dan penghambat budidaya. sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. B. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas budidaya sawo (Achras

(4)

4 3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2002) . Dengan maksud memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pemanfaatan lahan dengan budidaya sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya dengan menekankan pada masalah-masalah yang aktual pada masa sekarang dan tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi lebih jauh dapat menganalisis dan menginterpretasikan arti dari data tersebut yang telah diperoleh lalu membuktikan hipotesis yang diajukan. Adapaun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat setempat sebanyak 30 Petani serta sampel Kepala Desa dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya.

B. PEMBAHASAN

1. Faktor-faktor Geografi yang Mendukung dan Menghambat Budidaya Sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Klecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.

Faktor-faktor geografis yang mempengaruhi budidaya sawo di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari 2, yaitu faktor pendukung dan penghambat berikut ini:

a. Faktor Geografis Pendukung

Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah berbagai faktor geografis yang memberikan dukungan terhadap kesesuaian pemanfaatan lahan dengan budidaya sawo (Achras Sapota L) dengan variabel yang penulis telah tentukan yaitu sebagai berikut: 1) Faktor Iklim dan Cuaca

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca suatu wilayah dalam jangka waktu yang relatif lama, sedangkan cuaca adalah

(5)

5

keadaan rata-rata udara pada suatu wilayah dengan jangkaun yang sempit dalam jangka waktu yang yang relatif pendek dan setiap saat berubah. Pada dasarnya unsur-unsur iklim dan cuaca sama, yaitu meliputi; suhu, tekanan udara, kelembaban, sinar matahari, angin, curah hujan dan awan. Dalam penelitian ini salah satu faktor geografis yang mendukung budidaya sawo (Achras Sapota L) adalah Iklim dan cuaca. Secara umum, tanaman sawo adalah tanaman yang tumbuh di daerah yang beriklim tropis. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan salah satu negara penghasil tanaman sawo. Penelitian penulis mengenai budidaya sawo (Achras Sapota L) yaitu di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, yaitu salah satu wilayah yang berada di Pulau Jawa yang merupakan pulau bagian Indonesia.

Berdasarkan unsur-unsur iklim dan cuaca, penulis memaparkan unsur-unsur tersebut yang secara khusus merupakan faktor pendukung dalam pemanfaatan lahan untuk budidaya sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. Unsur iklim dan cuaca tersebut yaitu:

(a) Suhu

Suhu rata-rata Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah 23,50C. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa suhu daerah penelitian merupakan daerah yang cocok untuk budidaya sawo (Achras Sapota L) meski tanaman sawo (Achras Sapota L) merupakan tanaman yang bisa menyesuaikan suhu.

(b) Sinar Matahari

Tanaman sawo merupakan tanaman yang juga membutuhkan sinar matahari. Dalam pertumbuhannya tanaman sawo bergantung pada sudut datangnya sinar matahari. Sudut datangnya sinar matahari pada iklim tropis

(6)

6

adalah 00, dengan begitu sinar matahari di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya termasuk kedalam sinar matahari yang menyebabkan pertumbuhan tanaman sawo (Achras Sapota L) yang kebanyakan di iklim tropis.

(c) Kelembaban udara dan curah hujan

Tanaman sawo (Achras Sapota L) adalah tanaman yang tidak terlalu tergantung pada kondisi uap air atau kelembaban udara. Oleh sebab itu perkebunan sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu tentu kelembaban udara di daerah tersebut tak terlalu dikhawatirkan untuk pertumbuhan budidaya sawo.

(d) Angin

Secara sederhana, angin merupakan gerakan udara mendatar atau sejajar dengan permukaan bumi yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat lainnya. Penelitian menunjukan bahwa tanaman sawo (Achras Sapota L) adalah tanaman yang tidak terpengaruh terhadap angin, artinya tanaman sawo akan baik-baik saja dengan segala kondisi angin dari musim ke musim. Kondisi angin yang ada di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya dipengaruhi oleh angin dari laut, artinya angin laut memiliki pergerakan yang cepat karena membawa uap air dari dari permukaan laut. Tanaman sawo di Desa Cikadu pada umunya tidak terpengaruhi oleh angin baik pertumbuhannya maupun produktivitasnya.

2) Tanah

Kondisi tanah di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya termasuk ke dalam tanah darat dan tanah sawah. Tanah darat itu sendiri berasal dari bahan induk

(7)

7

vulkanik dengan ciri-ciri bewarna gelap hingga hitam, merah serta bahan organik tinggi. Paddy soil (tanah sawah) termasuk jenis tanah hidrosol, akibat persawahan yang menggenangi tanah sawah untuk waktu yang agak lama selama pertumbuhan padi.

3) Lahan

Luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya sawo (Achras Sapota L) mencapai 25,5 hektar dengan rata-rata 0,2 hektar/petani. Lahan seluas itu memberikan dukungan dalam mempermudah dan memperbanyak jumlah pohon dalam budidaya sawo di Desa Cikadu. Namun sejauh ini, lahan yang ada di Desa Cikalong menurut kriteria atau faktor yang menentukan kualitasnya, terbilang cocok untuk budidaya sawo mulai dari jenis tanahnya, vegetasinya, iklim dan cuacanya serta faktor-faktor lainnya yang menentukan suatu kualitas sumberdaya lahan.

4) Ketinggian

Berdasarkan data ketinggian, Desa Cikadu berada pada ketinggian rata-rata 25 mdpl (Kecamatan Cikalong Dalam Angka, 2012). Untuk budidaya sawo dibutuhkan ketinggian tertentu hasil penelitian penulis kepada responden yaitu 0-200 mdpl adalah ketinggian yang cocok untuk budidaya sawo. .

2. Upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan Produktivitas Budidaya Sawo (Achras zapota L) di Desa Cikadu Klecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.

Pemeliharaan tanaman sawo adalah suatu upaya petani di Desa Cikadu dalam meningkatkan produktivitas budidaya sawo. Upaya-upaya dan kegiatan pemeliharaan tanaman yang dimaksud meliputi:

(8)

8

Dalam mendukung pertumbuhan tanaman sawo diperlukan proses pemupukan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan secara fisik tanaman (pohon) dan kualitas buah sawo. Pemupukan dilakukan dengan berbagai cara dan dengan berbagai jenis pupuk, baik secara rutinitas berkala ataupun secara kebutuhan.

Para petani sawo di Desa Cikadu, pemupukan adalah kegiatan yang biasa dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman sawo dan meningkatkan produktivitas buah sawo. Dengan melakukan kegiatan yang merupakan bagian dari pemeliharaan tersebut diharapkan sesuai dengan tujuan yaitu merangsang pertumbuhan batang dan daun sehingga pada akhirnya berpengaruh pada buahnya. Petani melakukan kegiatan pemupukan sesuai dan tergantung kebutuhan dan memilih jenis pupuk kandang untuk dipakai pada tanaman sawo.

b. Pencangkokkan

Upaya pemeliharaan tanaman sawo yang lainnya adalah pencangkokkan yang merupakan suatu cara perbanyakan vegetatif tanaman dengan membiarkan suatu bagian tanaman menumbuhkan akar sewaktu bagian tersebut masih tersambung dengan tanaman induk. Di Desa Cikadu, para petani sawo dalam pemeliharaan tanaman sawo selalu melakukan pencangkokkan untuk menigkatkan kualitas dan kuanitnitas buah sawo sehingga dalam satu pohon induk banyak, maka produksi buah pohon induk akan menurun.

Proses pencangkokkan tanaman sawo yang dilakukan oleh petani di Desa Cikadu mulai dari pemilihan cabang (dahan) yang besar, proses pengirisisan cabang (dahan) hingga tampak kering dan hasil akhir pencangkokkan dengan memakai bahan-bahan seperti tanah, pupuk kandang, serbuk gergaji, sabut kelapa, plastik

(9)

9

dan tali. Setelah pencangkokkan selesai, tanaman hasil cangkokkan ditunggu sampai berakar sekitar 3-5 bulan.

c. Pemangkasan

Pemeliharaan lain yang dilakukan petani sawo di Desa Cikadu adalah pemangkasan. Secara alami tanaman sawo dapat mencapai ketinggian 20 m. Ketinggian seperti itu akan menyulitkan pemetikan buah sehingga perlu dipangkas. Pemangkasan juga bertujuan membentuk sistem percabangan yang baik dan kuat. Pemangkasan pada tanaman sawo, meliputi pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan.

Dalam hal pemangkasan cabang yang perlu dipangkas adalah tunas air, cabang yang tumbuh liar, cabang sakit atau rusak, dan cabang yang terlalu rendah dan petani selalu melakukan kegiatan pemangkasan baik setelah panen maupun sebelum panen. Dari hal tersebut dapat dismpulkan bahwa proses pemangkasan pada tanaman sawo perlu dilakukan dengan tujuan tanaman dapat tumbuh lebih baik dan mengurangi serangan hama dan penyakit yang nantinya berpengaruh terhadap hasil dan produktivitas buah sawo.

d. Penyiangan

Penyiangan adalah suatu proses pemeliharaan tanaman sawo dengan membersihkan rumpu-rumput penganggu seperti rumput gulma. Biasanya setelah penyiangan dilakukan penggemburan pada lahan yang sudah dilakukan penyiangan. Petani di Desa Cikadu dalam melakukan penyiangan biasanya dalam waktu-waktu tertentu. Para petani melakukan penyiangan sebanyak satu bulan sekali dan bahkan ada yang seminggu sekali tergantung kondisi lahan dan tanaman sawo itu sendiri.

C. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

(10)

10

Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan secara analisis dan deskripsi oleh maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran berikut ini:

a. Faktor geografis yang mendukung budidaya sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya yaitu: 1) Iklim dan Cuaca cocok untuk budidaya sawo

2) Kondisi tanah tersebut mendukung terhadap pelaksanaan budidaya sawo.

3) Luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya sawo (Achras Sapota L) mencapai 25,5 hektar dengan rata-rata 0,2 hektar/petani.

4) Berdasarkan data ketinggian, Desa Cikadu berada pada ketinggian rata-rata 25 mdpl yang cocok untuk budidaya sawo. b. Faktor geografis yang menghambat budidaya sawo (Achras Sapota

L) di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya yaitu:

1) Pasar menjadi salah satu penghambat dalam budidaya sawo, dengan maksud hasil dari budidaya sawo, petani (pemilik lahan sawo) tidak mempunyai pasar yang tetap.

2) Tidak adanya penyuluhan petani

c. Upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan Produktivitas Budidaya Sawo (Achras Sapota L) di Desa Cikadu Klecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah:

1) Pemupukan 2) Pencangkokkan 3) Pemangkasan 4) penyiangan 2. Saran

Adapun saran yang disampaikan penulis mengenai Pemanfaatan Lahan Dengan Budidaya Sawo (Achras Sapota L) Di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah:

(11)

11

a. Dalam pemanfaatan lahan untuk budidaya sawo diharuskan berlandaskan berwawasan lingkungan dan aspek ekoefesiensi.

b. Kepada petani diharapkan dapat memelihara lahan dengan budidaya sawo sebagai tanaman dan hasil pertanian khas di Desa Cikadu Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.

c. Kepada pemerintah diharapkan memberikan kebijakan yang adil dalam penentuan pengelolaan pertanian serta selalu memberikan penyuluhan kepada para petani sawo.

d. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi jenis penilitian yang serupa dan mengembangkannya demi kemajuan ilmu geografi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta

Banowati, E. dan Sriyanto (2013). Geografi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sitorus, R.P Santun. (2004). Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung: Tarsito Sumaatmadja, Nursid. (1988) Studi Geografi : Suatu Pendekatan Dan Analisa

Referensi

Dokumen terkait

(1-4) akan tetapi, yang akan kita lakukan adalah menentukan gerak jatuh bebas bola secara numerik dengan tujuan untuk mengenalkan tool yang diperlukan dalam

pola retak yang terjadi. Retak pada beton beralih/terjadi ke posisi yang tidak ada perkuatan GFRP. Hal tersebut membuat beton bertambah kedaktailanya. Dilihat dari pola

‘You look up,’ continued the Doctor, ‘you see in front of you the very thing you came here to get, the micro-circuit!’ Barbara rose and looked into the broken cabinet..

[r]

Berdasarkan kadar amonia yang terdapat dalam lateks pekat kita mengenal : Lateks pekat amonia rendah ( Low Ammonia ) adalah lateks pekat yang mengandung

Berdasarkan informasi dan data tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan terjadinya persepsi pasangan usia subur tentang

Hasil yang diperoleh dari penelitian dengan pengaruh C/N ratio berbeda terhadap efesiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan udang windu ( Penaeus monodon ) pada media bioflok

Bangunan yang memiliki bentuk rumah tradisional Karo dengan atap ijuk merupakan tempat pelaksanaan acara-acara adat dan juga kegiatan masyarakat lainnya.. Jambur