• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran utama dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, namun hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa tergolong rendah. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain karakteristik siswa dan keluarga, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar, tingkat kehadiran, dll (Hayat & Yusuf, 2010).

Di Indonesia, siswa yang mempelajari pelajaran IPA relatif belum mampu menggunakan pengetahuan IPA yang mereka peroleh untuk menghadapi tantangan kehidupan nyata. Lingkungan belajar siswa dalam bentuk strategi belajar yang

diciptakan guru menjadi faktor penting untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam mempelajari pelajaran IPA dan menggunakan konsep IPA tersebut dalam memahami lingkungan. Konsep IPA untuk sebagian besar siswa merupakan konsep yang sulit, sehingga seorang guru dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran IPA jika guru tersebut mampu mengubah pembelajaran yang semula sulit menjadi mudah, yang semula tidak menarik menjadi menarik, yang semula tidak bermakna menjadi bermakna sehingga peserta didik menjadikan belajar IPA adalah kebutuhan bukan keterpaksaan (Wisudawati & Sulistyowati, 2014).

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah khususnya pada mata pelajaran IPA memungkinkan guru menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Menurut Metz (dalam Santrock, 2009), pendekatan terhadap penyelidikan ilmu pengetahuan berfokus untuk memperkenalkan pendekatan ilmiah kepada siswa dalam konteks pengalaman yang diperluas dalam daerah materi yang berjumlah terbatas. Pendidikan ilmu pengetahuan yang efektif melibatkan kedalaman penyelidikan dalam area-area yang berjumlah terbatas daripada penyelidikan dangkal dalam banyak area. Kedalaman penyelidikan lebih tercapai ketika siswa mengajukan pertanyaan yang sesuai, mendapatkan metode untuk menyelidiki pertanyaan-pertanyaan itu, dan

mengembangkan pengertian mengenai bentuk tertentu dan kualitas dari bukti (dan bukti yang berlawanan) yang dapat memberikan jawaban.

(2)

Keberhasilan dalam proses pembelajaran IPA sangat dipengaruhi oleh pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat mengarahkan siswa menjadi lebih aktif dalam mencari tahu dari berbagai sumber. Menurut Nur (dalam Ibrahim, 2010), pendekatan saintifik adalah pendekatan atau metode untuk mendapatkan pengetahuan melalui dua jalur yaitu jalur akal (nalar) dan jalur pengamatan. Adapun wujud

operasional dari pendekatan saintifik adalah penyelidikan ilmiah. Aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam proses pembelajaran IPA karena mata pelajaran IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Kegiatan percobaan dan pengamatan merupakan bagian dari pengembangan keterampilan proses pembelajaran IPA. Dalam orientasinya proses pembelajaran IPA adalah suatu proses pembelajaran yang aplikatif, mengembangkan proses berfikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan mengembangkan sikap peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungan alam.

Dalam proses pembelajaran di Indonesia, metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini masih digunakan oleh guru, dalam penggunaannya ada faktor kebiasan baik dari guru maupun dari siswa karena sudah terbiasa dengan metode ini. Menurut Rosenshine (dalam Santrock, 2009), ceramah, penjelasan, dan demonstrasi adalah aktivitas guru yang biasa digunakan dalam pendekatan pengajaran secara langsung. Metode ceramah juga merupakan metode yang praktis, tidak memerlukan banyak waktu, biaya, dan persiapan.

Dari hasil penelitian Saul (2013), yang menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang timbul ketika melakukan eksperimen. Kemampuan berpikir siswa dimulai dengan adanya pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana sebuah fenomena alam terjadi. Penerapan metode eksperimen dengan pendekatan saintifik atau percobaan dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Sungai Keli Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Metode yang selama ini digunakan di sekolah tersebut adalah metode ceramah, yang ternyata masih belum mampu untuk meningkatkan hasil belajar IPA, karena dalam pelaksanaan

(3)

pembelajaran menggunakan metode ceramah, masih ada siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran IPA. Siswa masih banyak yang tidak

memperhatikan guru dan sibuk dengan kegiatannya sendiri. Nilai yang diperoleh siswa hanya mencapai 70 % dari nilai yang telah ditargetkan, masih kurang dari 7,0.

Selain pemilihan metode pembelajaran, ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu materi pelajaran itu sendiri terutama mata pelajaran IPA yang menurut sebagian besar siswa adalah pelajaran yang sulit. Proses pembelajaran IPA yang mempelajari fenomena alam akan selalu dihadapkan pada pengalaman dan fenomena yang sering dijumpai siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Proses pembelajaran IPA dengan strategi pembelajaran menggunakan metode ceramah sering menimbulkan kebosanan bagi siswa, karena siswa hanya duduk mendengarkan, menulis dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Menurut Pusung (2012) dalam penelitiannya, aktivitas siswa di SD Katolik V Tomohon untuk mengetahui pengetahuan cenderung meningkat yaitu dengan melakukan percobaan, pengamatan, mengerjakan lembar penilaian, berdiskusi, memberikan penjelasan dengan menggunakan kalimat sendiri, merespon pertanyaan teman dan membuat kesimpulan. Dalam proses pembelajaran IPA dengan penggunaan alat IPA sederhana (buatan guru) ternyata dapat menjawab permasalahan hasil belajar siswa yang masih rendah dalam mata pelajaran IPA di SD Katolik V Tomohon, dan hasil belajar mengalami peningkatan setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan siswa.

Dari beragam pelajaran yang di berikan sekolah, tentunya ada pelajaran yang dianggap mudah dan sulit bagi siswa. Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan guru wali kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi, ditemukan bahwa mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan kurang diminati oleh siswa. Dari beberapa mata pelajaran seperti Matematika, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia, PJOK, SBdP, Agama dan Bahasa Inggris, mata pelajaran IPA termasuk pelajaran yang materi dan hapalannya banyak. Dari perolehan nilai rapor semester I dan II tahun ajaran 2013/2014 nilai mata pelajaran IPA masih kurang dan nilai ujian akhir sekolah mata pelajaran IPA tahun ajaran 2013/2014 rata-rata 7,00. Sedangkan rata-rata yang sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 7,5. Nilai siswa kebanyakan masih di bawah KKM. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode

(4)

ceramah dan masih kurang melakukan percobaan. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi, mata pelajaran IPA juga merupakan mata pelajaran yang mereka anggap sulit karena banyak hapalan dan sulit, pekerjaan rumah (PR) banyak, tugas-tugasnya sulit, dan masih kurang bagus nilainya. Menurut beberapa siswa, guru terlalu sering menjelaskan sehingga hal tersebut membuat siswa bosan di kelas dan akhirnya siswa kurang mengerti penjelasan guru. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada saat proses

pembelajaran mata pelajaran IPA pada kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi, pada proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah, kurangnya interaksi dalam proses pembelajaran yang diterapkan, beberapa dari siswa terlihat bosan dan kurang paham dengan penjelasan guru, ada juga beberapa siswa yang disibukkan kegiatannya sendiri. Aktivitas yang paling mendominasi pada siswa adalah mencatat dan

mendengarkan penjelasan guru.

Dalam menjawab dinamika masalah diatas, penulis ingin melakukan penelitian pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi. Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Bendungan Hilir 09 Pagi adalah Sekolah Dasar dengan Standar Nasional yang diharapkan menjadi sebuah model pengelolaan yang lebih baik dan sekaligus sebagai wahana implementasi berbagai inovasi dan kebijakan, dan juga pusat kegiatan pengembangan kualitas pendidikan. Sekolah ini adalah salah satu sekolah unggulan yang merupakan sekolah tunggal sehingga pengelolaan sekolah sangatlah optimal dan keinginan masyarakat untuk memasukkan anaknya ke SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi cukup besar dari tahun ke tahun. Berlokasi sangat strategis dan berada di daerah Zona Aman Sekolah (ZOS), di tengah kota Jakarta Pusat tepatnya kelurahan Bendungan Hilir, dan kecamatan Tanah Abang. Sekolah ini juga memiliki banyak prestasi dengan

menjuarai berbagai lomba antar sekolah dan juara dalam ekstrakurikuler futsal, tari serta lomba keagamaan. Siswa kelas V yang dipilih penulis sebagai subjek penelitian karena menurut Piaget (dalam Santrock, 2007), siswa kelas V dengan usia 10-11 tahun sudah berada pada tahap operasional konkret yaitu anak mampu berpikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur (serialisasi).

(5)

Dari beberapa faktor-faktor yang ada, peneliti ingin membuat penelitian yang berfokus pada dua perbedaan strategi pembelajaran yang sering diterapkan dalam proses pembelajaran disekolah dengan melihat perbedaan hasil belajar yang diperoleh siswa. Dan juga untuk melihat penerapan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa khususnya siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengidentifikasi masalah, yakni adakah perbedaan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik dan metode ceramah pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi.

1.3 Tujuan Penelitian

Penulis melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik dan metode ceramah pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi. Dan juga untuk mengetahui dari dua strategi pembelajaran tersebut manakah yang dapat memberikan hasil belajar IPA yang lebih baik pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Mengetahui gambaran perbedaaan hasil belajar IPA dengan menggunakan

pendekatan saintifik dan metode ceramah.

2. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para guru agar dapat

(6)

Referensi

Dokumen terkait

GDO Expo and Convention Center adalah salah satu bangunan yang terdapat di kawasan tersebut, bertujuan sebagai generator aktifitas masyarakat dalam hal pertemuan, konvensi,

Jika menggunakan host table (/etc/hosts) maka pemetaan hostname ke IP address merupakan pemetaan satu ke satu. Resolver akan mencari hostname pada host tabel secara

Melalui mata pelajaran sains berbasis lima ranah pendidikan sains peserta didik diharapkan tidak saja dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga

Peneliti menginginkan pendapat anda mengenai “ PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL, GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA.. KARYAWAN

peningkatan penerapan pembelajaran titrasi asam basa melalui praktikum berbasis inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa,

Hal ini menujukkan bahwa sebuah Kepercayaan konsumen terhadap merek Lifebuoy sabun mandi antiseptik dapat timbul dari adanya Identitas Merek yang dimiliki Lifebuoy

• Setiap akan melakukan penawaran peserta harus memberitahukan kepada instruktur dengan mengangkat tangan. • Seperti sebuah tender

HSS secara elektronik (e-Proc), kepada Pengguna Anggaran/I(uasa Pengguna Anggaran pada SKPD Pemkab.HSS dan Instansi Vertikal di Kab, HSS agar mempersiapkan8. dan