• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Pembelajaran IPA di SD - PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN 1 PRIGI KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Pembelajaran IPA di SD - PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN 1 PRIGI KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

A. Pembelajaran IPA di SD

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto (2003:2). Winkel (1996:53) pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.

(2)

yang sesuai dengan karakteristik siswa. Model pembelajaran make a match merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk peningkatan minat dan prestasi siswa dalam materi gaya di kelas IV.

B. Prestasi Belajar

Winkel (1996:52) mengemukakan bahwa “hasil belajar” tidak jatuh sama dengan “prestasi” (performance); di dalam prestasi hasil belajar menampakkan diri. Selama potensi atau kemampuan internal tidak diwujudkan dalam suatu bentuk perilaku, sulitlah diperoleh kepastian tentang apa yang telah dipelajari. Sedangkan menurut Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

(3)

saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan menurut Ahmadi (1991:74-88)

1. Faktor dalam diri mencangkup :

a. Intelegensi

Semakin tinggi IQ seseorang akan smakin cerdas pula. Menurut muhibbin (2008:134) mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan semakin besar meraih peluang kesuksesan.

b. Minat

Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Menurut Muhibbin(2008:136) minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

c. Motivasi

(4)

d. Faktor kesehatan mental

Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang.

2. Faktor dari lingkungan mencangkup:

a. Keluarga

keluarga merupakan faktor pusat pendidikan yang utama dan pertama tetapi juga dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini adalah Pendidikan orangtua, suasana rumah/keluarga, keadaan ekonomi.

b. Sekolah

Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, alat, kondisi gedung, kurikulum, waktu sekolah juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.

c. Massa dan lingkungan sosial

(5)

C. Minat Belajar

Winkel (1996:188) mengatakan bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Mikarsa (2005:3.5) mendefinisikan minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya, sebaliknya jika kepuasan berkurang, maka minat seseorang pun akan berkurang.

(6)

Menurut Slameto (2003:57) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

5) Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi belajar.

(7)

Menurut Safari (2005:111), definisi operasional: minat belajar adalah skor siswa yang diperoleh dari tes minat belajar yang mengukur aspek: (1)kesukacitaan, (2)ketertarikan, (3)perhatian, dan (4)keterlibatan. Dari definisi tersebut disusun indikator minat sebagai berikut:

1. Kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu siswa senang dalam mengikuti pembelajaran, kemauan siswa untuk belajar IPA, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran.

2. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu kesegeraan siswa dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

3. Perhatian siswa pada mata pelajaran IPA, yaitu memperhatikan penjelasan guru, konsentrasi siswa dalam belajar,

4. Keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu aktif dalam pembelajaran IPA, aktif berdiskusi dalam kelompok pasangannya.

(8)

D. Metode Make A Match

Untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Depdiknas (2008:10) menjelaskan bahwa yang dimaksud metode adalah, “…upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu”.

Upaya lain untuk meningkatkan prestasi belajar dan minat siswa pada materi gaya adalah menerapkan model pembelajaran make a match. Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya.

(9)

Dalam pembelajaran make a match menurut Lerna Curran (Sriayu,2010) mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review.Sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian lainya kartu jawaban.

b) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal / jawaban).

d) Setiap siswa yang dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktu diberi point.

e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya ,demikian seterusnya.

f) Mengambil kesimpulan dan penutup.

(10)

E. Materi Pokok Gaya A. Siklus I

Standar Kompetens : Memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda.

Kompetensi Dasar : Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda.

Materi :

1. Pengaruh gaya terhadap Benda Diam

Dalam kehidupan sehari-hari,banyak dijumpai kegiatan yang berhubungan dengan gaya. Seorang tukang bakso yang sedang mendorong gerobak baksonya berarti dia sedangt melakukan gaya terhadap gerobak. Pada saat yang sama, ia meliahat seorang ibu sedang menimba air di sumur. Untuk mendapatkan air yang ada di sumur, ibu tersebut harus menarik tali yang telah dikaitkan dengan ember. Tarikan yang dilakukan ibu itu merupakan gaya. Dorongan atau tarikan tersebut dapat menyebabkan kedudukan suatu benda berubah dari keadaan awalnya. Dalam sains, dorongan dan tarikan ini dikenal dengan sebutan gaya. Gaya dapat membuat benda diam menjadi bergerak dan dapat mengubah posisi benda.

2. Pengaruh gaya terhadap Benda Bergerak

(11)

seorang ibu menarik tali sumur yang dikaitkan dengan ember maka ember yang berisi air akan bergerak ke atas. Berdasarkan dua contoh tersebut dapat ditunjukkan bahwa pada saat bergerak benda memerlukan gaya. Benda dapat bergerak karena adanya gaya yang bekerja pada benda. Jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda maka benda tidak dapat bergerak atau berubah kedudukannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda adalah adanya gravitasi bumi dan tarikan atau dorongan yang tejadi pada benda.

B.Siklus II

Standar Kompetens : Memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda.

Kompetensi Dasar : Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda.

Materi :

1. Jenis-jenis Gaya

Gaya tarik, gaya dorong, gaya gesek merupakan beberapa gaya yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Setiap gaya yang dilakukan memerlukan tenaga. Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan menjadi beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Gaya otot

(12)

c) Gaya magnet d) Gaya gravitasi e) Gaya listrik

2. Gaya mempengaruhi bentuk benda

Gaya yang dihasilkan oleh dorongan ataupun tarikan dapat mengakibatkan benda bergerak. Selain menyebabkan benda bergerak, gaya yang bekerja pada benda juga dapat mengubah bentuk benda. Sebagai contoh tanah liat dapat dibentuk sedemikian rupa menjadi keramik dan asbak yang cantik dan menarik. Gaya yang diberikan oleh tangan pada tanah liat membuat bentuk tanah liat berubah menjadi sebuah keramik dan asbak. Hal ini menunjukkan bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda.

2. Penelitian Relevan

Penelitian yang mengambil judul sama dengan yang peneliti lakukan belum peneliti jumpai. Berikut penelitian yang tujuannya sama dengan peneliti lakukan hanya penggunaan metodenya saja yang berbeda. Dalam penelitian yang dilakukan oleh :

(13)

3. Kerangka Berfikir

Guru sebagai input pelaksana proses pembelajaran harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan memungkinkan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Metode pembelajaran klasikal yang selama ini digunakan guru, terutama guru IPA pada siswa kelas IV SDN 1 Prigi kabupaten Banjarnegara harus dikembangkan dan diperkaya dengan memberikan nuansa permainan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut perlu dilakukan karena karakteristik siswa SD selalu saja masih ingin bermain walaupun dalam situasi pembelajaran.

Untuk memberikan ketertarikan dan suasana menyenangkan kepada siswa, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan metode pembelajaran make a match. Metode ini dalam pelaksanaannya penuh dengan nuansa permainan tetapi tidak meninggalkan esensi proses pembelajaran. Melalui

make a match, siswa dituntut untuk memahami dan menguasai materi pelajaran

karena akan digunakan sebagai jawaban saat diajukan pertanyaan oleh guru.

Melalui penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan efektif diharapkan terjadi perubahan minat dan hasil belajar siswa, dalam hal ini peningkatan prestasi belajar yang disebabkan penggunaan metode make a match dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA .

4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan gambar kerangka pikir penelitian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Jika mengggunakan metode pembelajaran make a

match, minat dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Prigi kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Siswa mengamati gambar dengan teliti gambar yang ada tersebut bersama teman- temannya tentang perilaku hidup bersih, kasih sayang, dan rukun dalam kehidupan

Namun tidak berarti bahwa dengan rasionalitasnya , suara hati dan segenap pandangan moralnya harus dibuktikan terlebih dahulu, melainkan kita harus terbuka bagi setiap argumen

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan media video dapat meningkatkan

[r]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil pemecahan masalah matematika siswa SMP kelas VIII ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ) tinggi yang

Agitasi pada proses churning harus dilakukan dengan benar agar pembentukan mentega menjadi maksimal selain itu pengocokan atau penumbukan mentega tidak bisa

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengujian kuat geser balok dilakukan pada balok berukuran 20 cm x 25 cm x 160 cm dengan dua buah konfigurasi pemasangan tulangan geser, yaitu pemasangan tulangan geser vertikal